Oleh
Linda Novema, S. Kep
NIM 192311101011
Laporan Tugas Program Profesi Ners Stase Keperawatan Bedah yang disusun
oleh:
Nama : Linda Novema, S.Kep
NIM : 192311101011
Judul : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S
Dengan Malignant Neoplasm Of Spinal Cord Di Ruang 18 Rsud Saiful
Anwar Malang
Mengetahui,
Kepala Ruang
Ruang 18 IRNA II
RSUD Dr. Sauful Anwar
A. Anatomi Fisiologi
3. Epidemiologi
Di Indonesia jumlah penderita tumor medula spinalis belum diketahui
secara pasti. Jumah kasus tumor medula spinalis di Amerika Serikat mencapai
15% dari total jumlah tumor yang terjadi pada susunan saraf pusat dengan
perkiraan insidensi sekitar 2-10 kasus per 100.000 penduduk per tahun. Pada
kasus massa intradural, tumor intradural-ekstramedula lebih sering terjadi
dibandingkan tumor intradural-intramedula, yaitu sekitar 40% dari seluruh kasus
tumor spinal sedangkan tumor intradural-intramedula hanya 5% (Chamberlain,
2011).
4. Patofisiologi
Kondisi patofisiologi akibat tumor medula spinalis disebabkan oleh
kerusakan dan infiltrasi, pergeseran dan dekompresi medula spinalis dan
terhentinya suplai darah atau cairan serebrospinal. Derajad gejala tergantung dari
tingkat dekompresi dan kecepatan perkembangan, adaptasi bisa terjadi dengan
tumor yang tumbuh lamban, 85 % tumor medula spinalis jinak. Terutama tumor
neoplasma baik yang timbul ekstramedula atau intra medula. Tumor sekunder
atau tumor metastase dapat juga mengganggu medula spinalis dan lapisannya
serta ruas tulang belakang.
Tumor ekstramedular dari tepi tumor intramedural pada awalnya
menyebabkan nyeri akar sarat subyektif. Dengan pertumbuhan tumor bisa muncul
defisit motorik dan sensorik yang berhubungan dengan tingkat akardan medula
spinalis yang terserang. Karena tumor membesar terjadilah penekanan pada
medula spinalis. Sejalan dengan itu pasien kehilangan fungsi semua motor dan
sensori dibawah lesi/tumor
Tumor medula spinalis, yang dimulai dari medula spinalis, sering
menimbulkan gejala seperti pada sentral medula spinalis, termasuk hilang rasa
nyeri segmental dan fungsi temperatur. Tambahan pula fungsi sel-sel tanduk
anterior seringkali hilang, terutama pada tangan. Seluruh jalur sentral yang dekat
benda kelabu menjadi disfungsi. Hilangnya rasanyeri dan sensori suhu dan
kelemahan motorik berlangsung sedikit demi sedikit, bertambah berat dan
menurun. Motorik cauda dan fungsi sensorik yang terakhir akan hilang, termasuk
hilang fungsi eliminasi fecal dan urine
Pathways
Lesi daerah Merusak Merusak Tumor pada Kompresi saraf Kompresi saraf Kompresi saraf lumbal 2-
Torakal (T1-12) saraf C3-C4 saraf C1-C2 foramen sacral bagian lumbal 1 5 dan sacral bagian atas
magnum/lesi bawah
daerah servikal
Kehilangan HR tidak TIK (C6-7) Ketidakmampuan Paraplegia
control otot terkendali ejakulasi paralisis
intracostal
Kandung usus
Gangguan kemih
Nyeri Penurunan
Brakikardi, sensorik dan Disfungsi
Ekspansi servikalis fungsi sendi
hipotensi, motoric pada seksual
paru posterior
sianosis tangan, bahu
dan lengan involunter Involunter
usus
usus
Ekspansi Brakikardi, Nyeri Gangguan involunter Involunter Penurunan
paru hipotensi, servikalis sensorik dan usus fungsi sendi
sianosis posterior motoric pada
tangan, usus
Disfungsi
Sulit untuk lebahu dan kandung kemih Risiko Gangguan
Nyeri lengan
bernafas Gangguan konstipasi mobilitas fisik
perfusi
jaringan Sulit untuk Retensi urine
Pola nafas Risiko
tidak efektif tidur
cidera
Gangguan
Gangguan pola eliminasi
pola tidur urine
5. Tanda dan gejala
Biasanya penderita sering datang dengan gejala nyeri, perasaan baal yang
tidak jelas, atau bahkan sudah dalam keadaan lumpuh. Gejala klinis yang muncul
tergantung pada lokasi tumor, jenis tumor, dan kesehatan tubuh penderita. Tumor
intradular estramedular yang tumbuh di luar spinal cord memerlukan sedikit
waktu untuk bertumbuh besar hingga merusak saraf dan menimbulkan gejala yang
khas. elain itu gejala lain yang dapat muncul adalah:
a. Sensasi yang abnormal, hilang sensasi terutama pada tungkai, lutut,
maupun pada pergelangan kaki, dapat juga disertai dengan nyeri tajam,
dan bisa bertambah buruk
b. Nyeri bagian belakang tubuh, biasanya sakit tidak hilang dengan
pengobatan dan bertambah buruk jika berbaring, batuk, bersin, serta dapat
menjalar ke semua persarafan pada ektremitas.
c. Sensasi dingin pada ujung-ujung perifer tubuh
d. Inkontinensia urin (loss of bladder function)
e. Spasme otot atau kontraksi abnormal
f. Kelemahan otot/kelumpuhan, menyebabkan pasien bisa terjatuh, sulit
berjalan, dan dapat bertambah buruk (Smeltzer, 2002).
6. Klasifikasi
Pada tumor intradural-ekstramedula terdapat beberapa jenis tumor yang
dapat terjadi. Schwannoma, neurofi- broma, dan meningioma adalah jenis yang
paling sering ditemukan pada tumor intradural-ekstramedula.
a. Schwannoma
Schwannoma adalah tumor intradural-ekstramedula yang terdiri dari sel
schwann dan jaringan fibrosa. Schwannoma umumnya merupakan tumor
jinak meskipun terdapat juga subtipe ganas. Schwannoma memiliki
bentuk yang kaku dan berkapsul. Sekitar 70-80% schwannoma berlokasi
di intradural, sisanya adalah schwannoma ekstradural atau schwannoma
intradural yang membentuk massa dumbbell ke arah luar dura. Gejala
awal schwannoma spinal adalah nyeri terlokalisir di satu tempat, kadang-
kadang tersebar di kedua sisi, beberapa bersifat sementara dan hilang
timbul, tetapi beberapa bersifat terus-menerus ditempat yang sama dan
terasa seperti tersayat pisau. Saat kompresi meningkat pada korda
spinalis, traktus spinalis akan mengalami kerusakan dan myelopati serta
gangguan fungsi motoris muncul sebagai gejala lanjutan
b. Neurofibroma
Neurofibroma adalah tumor jinak yang berkembang dari saraf sensoris
perifer. Bertolak belakang dengan schwannoma, neurofi- broma akan
menyelubungi serabut saraf, bukan menggeser serabut saraf tersebut.
Nyeri spontan (nyeri tanpa induksi palpasi) dan dyestesia adalah gejala
neurofibroma yang paling umum. Dari gambaran MRI, neurofibroma
tampak berbentuk bulat fusiform. Gambaran lebih jelas didapatkan
melalui penggunaan kontras. Pasien dengan neurofibroma soliter harus
menjalani reseksi tumor. Reseksi total dengan gambaran manifestasi
klinis yang masih ringan memiliki prognosis baik. Berbeda dengan
neurofibroma soliter, reseksi total biasanya tidak dapat dilakukan pada
neurofi- broma pleksiform. Pleksiform neurofibroma juga lebih
cenderung bertransformasi menjadi ganas. Pada neurofibroma ganas
(Malignant Peripheral Nerve Sheath Tumors) dilakukan kemoterapi
berbasis Adriamycin
c. Meningioma
Meningioma adalah tumor yang tumbuh dari cap cell arachnoid pada
dura dan dapat tumbuh pada berbagai lokasi dimana terdapat dura, baik
di spinal atau otak. Mayoritas meningioma pada spinal berlokasi di
intradural, hanya sekitar 10% yang berlokasi di ekstradural. Nyeri lokal
adalah salah satu gejala utama. Dalam sejumlah besar pasien, diagnosis
dapat ditegakkan sebelum defisit neurologis atau gangguan gaya berjalan
muncul.
7. Pemeriksaan diagnostik
Diagnosis pada semua jenis tumor spinal dapat diketahui melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Tetapi untuk menegakkan
diagnosis kerja dari kasus tumor spinal digunakan beberapa pemeriksaan
penunjang.
a. Magnetic Resonance Imaging (MRI)Modalitas utama diagnostik pada
kasus tumor spinal adalah MRI dengan atau tanpa kontras. Pada tumor
intradural-ekstramedula, tumor terletak di ruang subarachnoid antara dura
dan korda spinal. Tumor akan terlihat sebagai defek pengisian intradural
dibatasi oleh meniscus dengan pembesaran ruang subarachnoid dan
deviasi dari korda spinal menjauhi massa.
8. Penatalaksanaan
Tatalaksana pada tumor spinal bervariasi bergantung pada stabilitas tulang
belakang, status neurologis dan tingkat nyeri pasien. Pilihan terapi untuk tumor
spinal adalah temasuk intervensi operatif, radioterapi dan kemoterapi. Tatalaksana
utama pada tumor spinal adalah pembedahan. Tujuannya adalah untuk
menghilangkan tumor secara total dengan menyelamatkan fungsi neurologis
secara maksimal. Kebanyakan tumor intraduralekstramedular dapat direseksi
secara total dengan gangguan neurologis yang minimal atau bahkan tidak ada post
operatif.
Tumor-tumor yang mempunyai pola pertumbuhan yang cepat dan agresif
secara histologis dan tidak secara total dihilangkan melalui operasi dapat diterapi
dengan terapi radiasi post operasi. Pada kasus keganasan ditambahkan kemoterapi
pada rencana pengobatan pasien. Pada beberapa kasus, tumor intradural
ekstramedula dapat tumbuh menonjol keluar ke araH ekstraoraminal sehingga
menyerupai bentukan dumbbell seperti pada gambar di atas.
Nyeri merupakan gejala utama tumor spinal intradural ekstramedula. Untuk
mengatasi nyerinya, dapat digunakan beberapa pilihan golongan obat seperti
NSAID, anti-konvulsan, antidepresan trisiklik, steroid dan opioid. Untuk nyeri
neuropatik, penggunaan gabapentin dan pregabalin menunjukkan pengurangan
gejala pada pasien.