Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. S DENGAN


MALIGNANT NEOPLASM OF SPINAL CORD DI RUANG 18
RSUD SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh
Linda Novema, S. Kep
NIM 192311101011

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Tugas Program Profesi Ners Stase Keperawatan Bedah yang disusun
oleh:
Nama : Linda Novema, S.Kep
NIM : 192311101011
Judul : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S
Dengan Malignant Neoplasm Of Spinal Cord Di Ruang 18 Rsud Saiful
Anwar Malang

telah diperiksa dan disahkan pada:


Hari : Jum’at
Tanggal : 27 desember 2019
Malang, Desember 2019

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing klinik


Fakultas Keperawatan Ruang 18 IRNA II
Universitas Jember RSUD Dr. Sauful Anwar

Ns. Mulia Hakam, M.Kep., Sp.Kep.MB Mutmainah, S.Kep. Ners


NIP. 19810319 201404 1 001 NIPTT. 3020901185 102016 8 111

Kepala Ruang
Ruang 18 IRNA II
RSUD Dr. Sauful Anwar

Maria Christina, S.Kep, Ners


NIP. 1968062 5198902 2 001
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Anatomi Fisiologi

Medula spinalis memanjang dari foramen magnum hingga vertebra lumbalis


pertama atau kedua. Panjang medula spinalis sekitar 40-50 cm dan diameternya 1-
1,5 cm. Dua baris berturut-turut akar saraf muncul di masingmasing sisinya. Akar-
akar saraf bergabung di distal untuk membentuk 31 pasang saraf tulang belakang.
Medula spinalis dibagi menjadi empat wilayah: servikal (C), torakal (T), lumbal
(L) dan sakral (S), yang masing-masing terdiri dari beberapa segmen. Saraf tulang
belakang mengandung serabut saraf sensorik motorik ke dan dari seluruh bagian
tubuh. Setiap segmen sumsum tulang belakang mempersarafi suatu regio
dermatom (Ellis, 2006). Saraf-saraf spinal diberi nama sesuai dengan foramina
intervertebralis tempat keluarnya saraf- saraf tersebut, kecuali saraf servikal
pertama yang keluar diantara tulang oksipital dan vertebra servikal pertama.
Dengan demikian, terdapat 8 pasang saraf servikal, 12 pasang torakalis, 5 pasang
saraf lumbalis, 5 pasang saraf skralis, dan 1 pasang saraf koksigeal. Pada semua
saraf spinal kecuali bagian torakal, saraf-saraf spinal bagian ini saling terjalin
sehingga membentuk jalinan saraf yang disebut Fleksus.
a. Fleksus serviks terbentuk dari ramus ventral keempat saraf servikspertama-
C1, C2, C3, C4- dan sebagian C5. Saraf ini menginversiotot leher, dan kulit
kepala, leher serta dada. Saraf terpenting yang berawal dari fleksus ini adalah
saraf frenik yang menginversi diagfragma.
b. Fleksus brakhial terbentuk dari ramus ventral saraf serviks C5, C6,C7, C8,
dan saraf toraks pertama T1 dengan melibatkan C4 dan T2.Saraf dari fleksus
brakhial mensuplai lengan atas dan beberapa ototpada leher dan bahuc.
c. Fleksus lumbal terbentuk dari ramus saraf lumbal L1, L2, L3, L4 dengan
bantuan T12. Saraf dari fleksus ini menginversi kulit dan otot dinding
abdomen, paha dan genetalia eksternal. Saraf terbesar adalah saraf femoral,
yang mensuplai otot fleksor paha dan kulitpada paha anterior, regia panggul,
dan tungkai bawah.
d. Fleksus sakral terbentuk dari ramus ventral saraf sakral S1, S2, dan S3, serta
konstribusi dari L4, L5, dan S4. Saraf dari fleksus ini menginversi anggota
gerak bawah, bokong, dan regia perineal, sarafter besar adalah saraf sklatike.
e. Fleksus koksiks terbentuk dari ramus ventral S5 dan saraf spinal koksiks,
dengan konstribusi dari ramus S4. Fleksus ini merupakan awal saraf koksiks
yang mensupali regia koksiks

B. Konsep Teori Tumor IDEM (Intradural Ekstramedular Spinal)


1. Definsi
Tumor Intradural Ekstramedular spinal adalah salah satu jenis tumor medulla
spinal yang terjadi di tulang belakang yang tumbuh di dalam dura bagian luar
medular. Tumor ini tumbuh di radiks dan menyebabkan nyeri radikuler kronik
progresif. Kejadiannya ± 70% dari tumor intradural dan jenis terbanyak adalah
neurinoma pada laki-laki dan meningioma pada perempuan (Arnautovic. 2009).
2. Etiologi
Penyebab tumor medula spinalis primer sampai saat ini belum diketahui
secara pasti. Beberapa penyebab yang mungkin dan hingga saat ini masih dalam
tahap penelitian adalah virus, kelainan genetik, dan bahan-bahan kimia yang
bersifat karsinogenik (Arnautovic, 2009).

3. Epidemiologi
Di Indonesia jumlah penderita tumor medula spinalis belum diketahui
secara pasti. Jumah kasus tumor medula spinalis di Amerika Serikat mencapai
15% dari total jumlah tumor yang terjadi pada susunan saraf pusat dengan
perkiraan insidensi sekitar 2-10 kasus per 100.000 penduduk per tahun. Pada
kasus massa intradural, tumor intradural-ekstramedula lebih sering terjadi
dibandingkan tumor intradural-intramedula, yaitu sekitar 40% dari seluruh kasus
tumor spinal sedangkan tumor intradural-intramedula hanya 5% (Chamberlain,
2011).

4. Patofisiologi
Kondisi patofisiologi akibat tumor medula spinalis disebabkan oleh
kerusakan dan infiltrasi, pergeseran dan dekompresi medula spinalis dan
terhentinya suplai darah atau cairan serebrospinal. Derajad gejala tergantung dari
tingkat dekompresi dan kecepatan perkembangan, adaptasi bisa terjadi dengan
tumor yang tumbuh lamban, 85 % tumor medula spinalis jinak. Terutama tumor
neoplasma baik yang timbul ekstramedula atau intra medula. Tumor sekunder
atau tumor metastase dapat juga mengganggu medula spinalis dan lapisannya
serta ruas tulang belakang.
Tumor ekstramedular dari tepi tumor intramedural pada awalnya
menyebabkan nyeri akar sarat subyektif. Dengan pertumbuhan tumor bisa muncul
defisit motorik dan sensorik yang berhubungan dengan tingkat akardan medula
spinalis yang terserang. Karena tumor membesar terjadilah penekanan pada
medula spinalis. Sejalan dengan itu pasien kehilangan fungsi semua motor dan
sensori dibawah lesi/tumor
Tumor medula spinalis, yang dimulai dari medula spinalis, sering
menimbulkan gejala seperti pada sentral medula spinalis, termasuk hilang rasa
nyeri segmental dan fungsi temperatur. Tambahan pula fungsi sel-sel tanduk
anterior seringkali hilang, terutama pada tangan. Seluruh jalur sentral yang dekat
benda kelabu menjadi disfungsi. Hilangnya rasanyeri dan sensori suhu dan
kelemahan motorik berlangsung sedikit demi sedikit, bertambah berat dan
menurun. Motorik cauda dan fungsi sensorik yang terakhir akan hilang, termasuk
hilang fungsi eliminasi fecal dan urine
Pathways

Lesi daerah Merusak Merusak Tumor pada Kompresi saraf Kompresi saraf Kompresi saraf lumbal 2-
Torakal (T1-12) saraf C3-C4 saraf C1-C2 foramen sacral bagian lumbal 1 5 dan sacral bagian atas
magnum/lesi bawah
daerah servikal
Kehilangan HR tidak TIK (C6-7) Ketidakmampuan Paraplegia
control otot terkendali ejakulasi paralisis
intracostal
Kandung usus
Gangguan kemih
Nyeri Penurunan
Brakikardi, sensorik dan Disfungsi
Ekspansi servikalis fungsi sendi
hipotensi, motoric pada seksual
paru posterior
sianosis tangan, bahu
dan lengan involunter Involunter
usus
usus
Ekspansi Brakikardi, Nyeri Gangguan involunter Involunter Penurunan
paru hipotensi, servikalis sensorik dan usus fungsi sendi
sianosis posterior motoric pada
tangan, usus
Disfungsi
Sulit untuk lebahu dan kandung kemih Risiko Gangguan
Nyeri lengan
bernafas Gangguan konstipasi mobilitas fisik
perfusi
jaringan Sulit untuk Retensi urine
Pola nafas Risiko
tidak efektif tidur
cidera

Gangguan
Gangguan pola eliminasi
pola tidur urine
5. Tanda dan gejala
Biasanya penderita sering datang dengan gejala nyeri, perasaan baal yang
tidak jelas, atau bahkan sudah dalam keadaan lumpuh. Gejala klinis yang muncul
tergantung pada lokasi tumor, jenis tumor, dan kesehatan tubuh penderita. Tumor
intradular estramedular yang tumbuh di luar spinal cord memerlukan sedikit
waktu untuk bertumbuh besar hingga merusak saraf dan menimbulkan gejala yang
khas. elain itu gejala lain yang dapat muncul adalah:
a. Sensasi yang abnormal, hilang sensasi terutama pada tungkai, lutut,
maupun pada pergelangan kaki, dapat juga disertai dengan nyeri tajam,
dan bisa bertambah buruk
b. Nyeri bagian belakang tubuh, biasanya sakit tidak hilang dengan
pengobatan dan bertambah buruk jika berbaring, batuk, bersin, serta dapat
menjalar ke semua persarafan pada ektremitas.
c. Sensasi dingin pada ujung-ujung perifer tubuh
d. Inkontinensia urin (loss of bladder function)
e. Spasme otot atau kontraksi abnormal
f. Kelemahan otot/kelumpuhan, menyebabkan pasien bisa terjatuh, sulit
berjalan, dan dapat bertambah buruk (Smeltzer, 2002).

Tanda gejala tumor tulang belakang berdasarkan lokasi tumor


Lokasi Tanda dan gejala
Foramen Gejala awal dan tersering adalah nyeri servikalis
Magnum posterior yang disertai dengan hiperestesia dalam
dermatom vertebra servikalis kedua (C2). Gejalagejala
lainnya adalah pusing, disartria, disfagia, nistagmus,
kesulitan bernafas, mual dan muntah, serta atrofi otot
sternokleidomastoideus dan trapezius
Servikal Menimbulkan tanda-tanda sensorik dan motorik mirip
lesi radikuler yang melibatkan bahu dan lengan dan
mungkin juga menyerang tangan. Keterlibatan tangan
pada lesi servikalis bagian atas (misal, diatas C4)
diduga disebabkan oleh kompresi suplai darah ke
kornu anterior melalui arteria spinalis anterior. Pada
umumnya terdapat kelemahan dan atrofi bahu dan
lengan. Tumor servikalis yang lebih rendah (C5, C6,
C7) dapat menyebabkan hilangnya refleks tendon
ekstremitas atas (biseps, brakioradialis, triseps).
Defisit sensorik membentang sepanjang tepi radial
lengan bawah dan ibu jari pada kompresi C6,
melibatkan jari tengah dan jari telunjuk pada lesi C7,
dan lesi C7 menyebabkan hilangnya sensorik jari
telunjuk dan jari tengah
Torakal Seringkali dengan kelemahan spastik yang timbul
perlahan pada ekstremitas bagian bawah dan
kemudian mengalami parestesia. Pasien dapat
mengeluh nyeri dan perasaan terjepit dan tertekan
pada dada dan abdomen, yang mungkin dikacaukan
dengan nyeri akibat gangguan intratorakal dan
intraabdominal. Pada lesi torakal bagian bawah,
refleks perut bagian bawah dan tanda Beevor
(umbilikus menonjol apabila penderita pada posisi
telentang mengangkat kepala melawan suatu tahanan)
dapat menghilang
Lumbosakral Suatu situasi diagnostik yang rumit timbul pada kasus
tumor yang melibatkan daerah lumbal dan sakral
karena dekatnya letak segmen lumbal bagian bawah,
segmen sakral, dan radiks saraf desendens dari tingkat
medula spinalis yang lebih tinggi. Kompresi medula
spinalis lumbal bagian atas tidak mempengaruhi
refleks perut, namun menghilangkan refleks kremaster
dan mungkin menyebabkan kelemahan fleksi panggul
dan spastisitas tungkai bawah. Juga terjadi kehilangan
refleks lutut dan refleks pergelangan kaki dan tanda
Babinski bilateral. Nyeri umumnya dialihkan
keselangkangan. Lesi yang melibatkan lumbal bagian
bawah dan segmen-segmen sakral bagian atas
menyebabkan kelemahan dan atrofi otot-otot
perineum, betis dan kaki, serta kehilangan refleks
pergelangan kaki. Hilangnya sensasi daerah perianal
dan genitalia yang disertai gangguan kontrol usus dan
kandung kemih merupakan tanda khas lesi yang
mengenai daerah sakral bagian bawah
Kauda Equina Menyebabkan gejala-gejala sfingter dini dan
impotensi. Tanda-tanda khas lainnya adalah nyeri
tumpul pada sakrum atau perineum, yang
kadangkadang menjalar ke tungkai. Paralisis flaksid
terjadi sesuai dengan radiks saraf yang terkena dan
terkadang asimetris

6. Klasifikasi
Pada tumor intradural-ekstramedula terdapat beberapa jenis tumor yang
dapat terjadi. Schwannoma, neurofi- broma, dan meningioma adalah jenis yang
paling sering ditemukan pada tumor intradural-ekstramedula.
a. Schwannoma
Schwannoma adalah tumor intradural-ekstramedula yang terdiri dari sel
schwann dan jaringan fibrosa. Schwannoma umumnya merupakan tumor
jinak meskipun terdapat juga subtipe ganas. Schwannoma memiliki
bentuk yang kaku dan berkapsul. Sekitar 70-80% schwannoma berlokasi
di intradural, sisanya adalah schwannoma ekstradural atau schwannoma
intradural yang membentuk massa dumbbell ke arah luar dura. Gejala
awal schwannoma spinal adalah nyeri terlokalisir di satu tempat, kadang-
kadang tersebar di kedua sisi, beberapa bersifat sementara dan hilang
timbul, tetapi beberapa bersifat terus-menerus ditempat yang sama dan
terasa seperti tersayat pisau. Saat kompresi meningkat pada korda
spinalis, traktus spinalis akan mengalami kerusakan dan myelopati serta
gangguan fungsi motoris muncul sebagai gejala lanjutan
b. Neurofibroma
Neurofibroma adalah tumor jinak yang berkembang dari saraf sensoris
perifer. Bertolak belakang dengan schwannoma, neurofi- broma akan
menyelubungi serabut saraf, bukan menggeser serabut saraf tersebut.
Nyeri spontan (nyeri tanpa induksi palpasi) dan dyestesia adalah gejala
neurofibroma yang paling umum. Dari gambaran MRI, neurofibroma
tampak berbentuk bulat fusiform. Gambaran lebih jelas didapatkan
melalui penggunaan kontras. Pasien dengan neurofibroma soliter harus
menjalani reseksi tumor. Reseksi total dengan gambaran manifestasi
klinis yang masih ringan memiliki prognosis baik. Berbeda dengan
neurofibroma soliter, reseksi total biasanya tidak dapat dilakukan pada
neurofi- broma pleksiform. Pleksiform neurofibroma juga lebih
cenderung bertransformasi menjadi ganas. Pada neurofibroma ganas
(Malignant Peripheral Nerve Sheath Tumors) dilakukan kemoterapi
berbasis Adriamycin
c. Meningioma
Meningioma adalah tumor yang tumbuh dari cap cell arachnoid pada
dura dan dapat tumbuh pada berbagai lokasi dimana terdapat dura, baik
di spinal atau otak. Mayoritas meningioma pada spinal berlokasi di
intradural, hanya sekitar 10% yang berlokasi di ekstradural. Nyeri lokal
adalah salah satu gejala utama. Dalam sejumlah besar pasien, diagnosis
dapat ditegakkan sebelum defisit neurologis atau gangguan gaya berjalan
muncul.
7. Pemeriksaan diagnostik
Diagnosis pada semua jenis tumor spinal dapat diketahui melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Tetapi untuk menegakkan
diagnosis kerja dari kasus tumor spinal digunakan beberapa pemeriksaan
penunjang.
a. Magnetic Resonance Imaging (MRI)Modalitas utama diagnostik pada
kasus tumor spinal adalah MRI dengan atau tanpa kontras. Pada tumor
intradural-ekstramedula, tumor terletak di ruang subarachnoid antara dura
dan korda spinal. Tumor akan terlihat sebagai defek pengisian intradural
dibatasi oleh meniscus dengan pembesaran ruang subarachnoid dan
deviasi dari korda spinal menjauhi massa.

b. Pemeriksaan Cerebrospinal Fluid (CSF)


Pemeriksaan cairan cerebrospinal (CSF) dapat menunjukkan peningkatan
protein dan xantokhrom, dankadang-kadang ditemukan sel keganasan.
Dalam mengambil dan memperoleh cairan spinal dari pasien dengan tumor
medula spinalis harus berhatihati karena blok sebagian dapat berubah
menjadi blok komplit cairan spinal dan menyebabkan paralisis yang
komplit
c. CT-scan
CT-scan dapat memberikan informasi mengenai lokasi tumor, bahkan
terkadang dapat memberikan informasi mengenai tipe tumor. Pemeriksaan
ini juga dapat membantu dokter mendeteksi adanya edema, perdarahan dan
keadaan lain yang berhubungan. CT-scan juga dapat membantu dokter
mengevaluasi hasil terapi dan melihat progresifitas tumor.

8. Penatalaksanaan
Tatalaksana pada tumor spinal bervariasi bergantung pada stabilitas tulang
belakang, status neurologis dan tingkat nyeri pasien. Pilihan terapi untuk tumor
spinal adalah temasuk intervensi operatif, radioterapi dan kemoterapi. Tatalaksana
utama pada tumor spinal adalah pembedahan. Tujuannya adalah untuk
menghilangkan tumor secara total dengan menyelamatkan fungsi neurologis
secara maksimal. Kebanyakan tumor intraduralekstramedular dapat direseksi
secara total dengan gangguan neurologis yang minimal atau bahkan tidak ada post
operatif.
Tumor-tumor yang mempunyai pola pertumbuhan yang cepat dan agresif
secara histologis dan tidak secara total dihilangkan melalui operasi dapat diterapi
dengan terapi radiasi post operasi. Pada kasus keganasan ditambahkan kemoterapi
pada rencana pengobatan pasien. Pada beberapa kasus, tumor intradural
ekstramedula dapat tumbuh menonjol keluar ke araH ekstraoraminal sehingga
menyerupai bentukan dumbbell seperti pada gambar di atas.
Nyeri merupakan gejala utama tumor spinal intradural ekstramedula. Untuk
mengatasi nyerinya, dapat digunakan beberapa pilihan golongan obat seperti
NSAID, anti-konvulsan, antidepresan trisiklik, steroid dan opioid. Untuk nyeri
neuropatik, penggunaan gabapentin dan pregabalin menunjukkan pengurangan
gejala pada pasien.

9. Prognosis dan hasil


Prognosis untuk proses penyembuhan dari defisit neurologis akibat
kompresi korda spinalis bergantung pada durasi dan keparahan dari kondisi pasien
saat tatalaksana dimulai. Pada kasus disfungsi sfingter dan disfungsi kandung
kemih memiliki prognosis yang buruk. Tumor spinal primer biasanya tidak
bersifat metastasis dan umumnya memiliki prognosis hidup jangka panjang yang
lebih baik daripada tumor metastasis.
Hasil yang segera didapat dan prognosis kemudian pada tumor
ekstrameduller-intradural umumnya, termasuk meningioma dan neurilemmoma,
sudah jelas. Tumor ini jinak dan bila tumor ini diangkat dengan hati-hati, pasien
akan sembuh dengan prognosis baik, tergantung beratnya tampilan inisial dan
tidak ada tanda-tanda gangguan vaskuler saat operasi. Bahkan bila status
neurologis sebelum operasi buruk karena pertumbuhan tumornya, masih ada
sedikit harapan, terutama pada orang muda, dimana kebanyakan kelainan
neurologis pulih perlahan pasca bedah. Mungkin memerlukan 18 bulan hingga 2
tahun untuk memaksimalkan pemulihan defisit neurologis, dan pada beberapa
keadaan bisa lebih cepat. Terapi fisik dan terapi kerja merupakan terapi standard
pasca bedah.

10. Asuhan dasar keperawatan


a. Pengkajian
1) Data dasar ; nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, alamat,
golongan darah, penghasilan
2) Riwayat kesehatan ; apakah klien pernah terpajan zat zat kimia tertentu,
riwayat tumor pada keluarga, penyakit yang mendahului seperti sklerosis
TB dan penyakit neurofibromatosis, kapan gejala mulai timbul
3) Aktivitas / istirahat, Gejala : kelemahan / keletihan, kaku, hilang
keseimbangan. Tanda : perubahan kesadaran, letargi, hemiparese,
quadriplegi, ataksia, masalah dalam keseimbangan, perubaan pola
istirahat, adanya faktor faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri,
cemas, keterbatasan dalam hobi dan dan latihan
4) Sirkulasi, Gejala : nyeri punggung pada saat beraktivitas. Kebiasaan :
perubahan pada tekanan darah atau normal, perubahan frekuensi jantung.
5) Integritas Ego, Gejala : faktor stres, perubahan tingkah laku atau
kepribadian, Tanda : cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi,
bingung, depresi dan impulsif.
6) Eliminasi : Inkontinensia kandung kemih/ usus mengalami gangguan
fungsi.
7) Makanan / cairan , Gejala : mual, muntah proyektil dan mengalami
perubahan sklera. Tanda : muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan
(batuk, air liur keluar, disfagia)
8) Neurosensori, Gejala : Amnesia, vertigo, synkop, tinitus, kehilangan
pendengaran, tingling dan baal pad aekstremitas, gangguan pengecapan
dan penghidu. Tanda : perubahan kesadaran sampai koma, perubahan
status mental, perubahan pupil, deviasi pada mata ketidakmampuan
mengikuti, kehilangan penginderaan, wajah tidak simetris, genggaman
lemah tidak seimbang, reflek tendon dalam lemah, apraxia, hemiparese,
quadriplegi, kejang, sensitiv terhadap gerakan
9) Nyeri / Kenyamanan, Gejala : nyeri kepala dengan intensitas yang
berbeda dan biasanya lama. Tanda : wajah menyeringai, respon menarik
dri rangsangan nyeri yang hebat, gelisah, tidak bisa istirahat / tidur.
10) Pernapasan, Tanda : perubahan pola napas, irama napas meningkat,
dispnea, potensial obstruksi.
11) Hormonal : Amenorhea, rambut rontok, dabetes insipidus.
12) Sistem Motorik : scaning speech, hiperekstensi sendi, kelemahan
13) Keamanan , Gejala : pemajanan bahan kimia toksisk, karsinogen,
pemajanan sinar matahari berlebihan. Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi
14) Seksualitas, Gejala: masalah pada seksual (dampak pada hubungan,
perubahan tingkat kepuasan)
15) Interaksi sosial : ketidakadekuatan sistem pendukung, riwayat perkawinan
(kepuasan rumah tangga, dukungan), fungsi peran.
b. Diagnose keperawatan yang mungkin muncul
1) Nyeri (akut) / kronis b.d agen pencedera fisik, kompresi saraf,ditandai
dengan : menyatakan nyeri oleh karena perubahan posisi, nyeri, pucat
sekitar wajah, perilaku berhati hati, gelisah condong keposisi sakit,
penurunan terhadap toleransi aktivitas, penyempitan fokus pada diri
sendiri, wajah menahan nyeri, perubahan pola tidur, menarik diri secara
fisik.
2) Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskuler ditandai dengan
ketidakmampuan untuk bergerak sesuai keinginan ; paralise, atrofi otot
dan kontraktur
3) Risiko konstipasi b.d kompresi bagian sacral ditandai dengan pasien
mengatakan BAB 1x dalam 3 hari
c. Intervensi keperawatan
No Diagnose keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan
1 Nyeri (akut) / kronis b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
agen pencedera fisik, jam masalah nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil : durasi, frekuensi, kualitas,
kompresi saraf ditandai No. Indikator Awal Tujuan intensitas nyeri
dengan : menyatakan 1 2 3 4 5 2. Identifikasi skala nyeri
nyeri oleh karena 1. Mengenali 3. Identifikasi respon nyeri
perubahan posisi, nyeri, kapan nyeri nonverbal ( misal ; ekspresi
pucat sekitar wajah, terjadi wajah, gelisah, menangis,
perilaku berhati hati, menarik diri, diaforesis,
gelisah condong 2. Menggunakan perubaan frekuensi jantung,
keposisi sakit, analgesik pernapasan dan tekanan darah)
penurunan terhadap 4. Identifikasi factor yang
toleransi aktivitas, 3. Menggunakan memperberat dan memperingan
penyempitan fokus pada tindakan nyeri
diri sendiri, wajah pengurangan 5. Berikan teknik nonfarmakologis
menahan nyeri, nyeri tanpa untuk mengurangi rasa nyeri
perubahan pola tidur, analgesik 6. Kontol lingkungan yang
menarik diri secara memperberat rasa nyeri
fisik. 4. Mengenali 7. Fasilitasi istirahat dan tidur
gejala nyeri 8. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
Keterangan :
9. Anjurkan memonitor nyeri
1. Tidak pernah menunjukkan secara mandiri
2. jarang menunjukkan 10. Anjurkan menggunakan
3. kadang-kadang menunjukkan analgetik secara tepat
4. sering menunjukkan 11. Ajarkan teknik non farmakologis
5. secara konsisten menunjukkan untuk mengurasi rasa nyeri
12. Kolaborasi pemberian analgetik
jika perlu
2 Gangguan mobilitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi adanya nyeriatau
fisik b.d kerusakan jam masalah gangguan mobilitas fisik dapat teratasi keluhan fisik lainnya
neuromuskuler ditandai dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi toleransi fisik
dengan No. Indikator Awal Tujuan melakukan pergerakan
ketidakmampuan untuk 1 2 3 4 5 3. Monitor frekuensi jantung dan
bergerak sesuai 1. berjalan tekanan darah sebelum memulai
keinginan ; paralise, 2. keseimbangan mobilisasi
atrofi otot dan 3. Cara berjalan 4. Monitor kondisi umum selama
kontraktur 4. Gerakan otot melakukan mobilisasi
5 Bergerak dengan 5. Fasilitasi aktiiftas mobilisasi
mudah dengan alat bantu
1. Sangat terganggu 6. fasilitasi melkaukan pergerakan
2. Banyak terganggu jika perlu
3. Cukup terganggu 7. Libatkan keluarga untuk
4. Sedikit terganggu membantu pasien dalam
5. Tidak terganggu meningkatkan pergerakan
8. Anjurkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan
3 Risiko konstipasi b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 6. Monitor peristaltic usus secara
kompresi bagian sacral jam masalah risiko konstipasi dapat teratasi dengan teratur
ditandai dengan pasien kriteria hasil : 7. Anjurkan waktu yang konsisten
mengatakan BAB 1x No. Indikator Awal Tujuan untuk buang air besar
dalam 3 hari 1 2 3 4 5 8. Anjurkan mengkonsumsi
1. Mengeluarkan feses makanan tertentu sesuai program
paling tidak 3 kali atau hasil konsultasi
sehari 9. Anjurkan asupan cairan yang
2. Minum cairan secara adekuat sesuai kebutuhan
adekuat
3. Konsumsi serat dengan
jumlah yang adekuat
1. Tidak peprnah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Secara konsisten menunjukkan
DAFTAR PUSTAKA

Arnautovic K, Arnautovic A. Extramedullary intradural spinal tumors: a review of


modern diagnostic and treatment options and a report of a series. Bosnian
journal of basic medical sciences. 2009;9(Suppl 1):S40.
Chamberlain MC, Tredway TL. Adult Primary Intradural Spinal Cord Tumors: A
Review. 2011;11:320–328.
Gates P. Duus’ Topical Diagnosis in Neurology: Anatomy, Physiology, Signs,
Symptoms, 4th edition - By M. Baehr and M. Frotscher. 2006;36:557–557.
Greenberg, Mark S. Handbook of Neurosurgery 8th Edition. Thieme. New York;
2016.
Ellis H. Clinically Oriented Anatomy 11th Edition. Blacwell Publishing New
York. 2006;245:2534.
Ravi N, Manjappa BH, Nagaraj BR, Naveen KG, Lakshmeesha MT, Ramesh V,
et al. MRI Evaluation of Different Spectrum of Spinal Tumors. SSRG Int J
Med Sci. 2018;1(2). Available from: www.internationaljournalssrg.
org/IJMS/2014/Volume1-Issue2/ IJMS-V1I2P102.pdf.
Jeon JH, Hwang HS, Jeong JH, Park SH, Moon JG, Kim CH. Spinal
Schwannoma; Analysis of 40 Cases. 2008;43:135.

Anda mungkin juga menyukai