Perencanaan Mesin Pencacah Ikan
Perencanaan Mesin Pencacah Ikan
PENDAHULUAN
1
perencanaan mesin pencacah ikan untuk pembuatan abon penggunaan teknologi
ini diharapkan dapat meningkatkan produksi abon ikan sehingga masyarakat yang
menekuni industri rumah tangga (home industry) tersebut.
2
1.4 Pembatasan Masalah
Untuk mendapatkan perencanaan yang baik banyak hal yang perlu
diperhatikan. Penulis membatasi masalah ini supaya pembahasannya tidak terlalu
meluas antara lain :
a. Merencanakan bagian-bagian utama :
- Saluran masuk (hopper)
- Saluran keluar
- Selinder pencacah
- Rangka
- Mata pencacah
- Poros
- Pasak
- Roda gigi
start
3
Observasi Studi Literatur
Identifikasi
Masalah
Pengumpulan Data
Data Desain
Data Aktual
Analisa Data
Kesimpula
n
Stop
Selesai
4
lapangan. Sedangkan studi literatur dilakukan dengan pengambilan data dari buku
referensi, dan internet yang menjadi suatu acuan dalam penulisan proposal tugas
akhir ini
BAB II
DASAR TEORI
5
Ikan tuna termasuk dalam keluarga Scombroidae, tubuhnya seperti cerutu.
mempunyai dua sirip pungung, sirip depan yang biasanya pendek dan terpisah
dari sirip belakang. Mempunyai jari-jari sirip tambahan (finlet) di belakang sirip
punggung dan sirip dubur. Sirip dada terletak agak ke atas, sirip perut kecil, sirip
ekor bercagak agak ke dalam dengan jari-jari penyokong menutup seluruh ujung
hipural. Tubuh ikan tuna tertutup oleh sisik-sisik kecil, berwarna biru tua dan agak
gelap pada bagian atas tubuhnya, sebagian besar memiliki sirip tambahan yang
berwarna kuning cerah dengan pinggiran berwarna gelap (Ditjen Perikanan, 1983)
Menurut Saanin (1984), klasisifikasi ikan tuna adalah sebagai berikut :
(a) (b)
6
(c) (d)
(e) (f)
a. Tongkol (Euthynnus affinis) d. Madidihang (Thunnus albacores)
b. Mata besar (Thunnus obesus) e. Albacor (Thunnus alalunga)
c. Tuna sirip biru (Thunnus maccoyii) f. Cakalang (Katsuwonus pelamis)
Ikan tuna adalah jenis ikan dengan kandungan protein yang tinggi dan
lemak yang rendah. Ikan tuna mengandung protein antara 22,6 - 26,2 g/100 g
daging. Lemak antara 0,2 - 2,7 g/100 g daging. Di samping itu ikan tuna
mengandung mineral kalsium, fosfor, besi dan sodium, vitamin A (retinol), dan
vitamin B (thiamin, riboflavin dan niasin) Departemen of Health Education and
Walfare (1972 yang diacu Maghfiroh, 2000). Komposisi nilai gizi beberapa jenis
ikan tuna dapat dilihat dalam Tabel 1 dan produksi ikan tuna di Indonesia di
sajikan dalam Tabel 2.
Tabel 1 Komposisi nilai gizi beberapa jenis ikan tuna (Thunnus sp)
per 100 g daging
Komposisi Jenis Ikan Tuna Satuan
Bluefin Skipjack Yellowfin
Energi 121,0 131,0 105,0 Kal
7
Protein 22,6 26,2 24,1 g
Lemak 2,7 2,1 0,1 g
Abu 1,2 1,3 1,2 g
Kalsium 8,0 8,0 9,0 mg
Fosfor 190,0 220,0 220,0 mg
Besi 2,7 4,0 1,1 mg
Sodium 90,0 52,0 78,0 mg
Retinol 10,0 10,0 5,0 mg
Thiamin 0,1 0,03 0,1 mg
Riboflavin 0,06 0,15 0,1 mg
Niasin 10,0 18,0 12,0 mg
Secara umum bagian ikan yang dapat dimakan (edible portion) berkisar
antara 45 – 50 % dari tubuh ikan (Suzuki, 1981). Untuk kelompok ikan tuna,
bagian ikan yang dapat dimakan berkisar antara 50 – 60 % (Stanby, 1963). Kadar
protein daging putih ikan tuna lebih tinggi dari pada daging merahnya. Namun
8
sebaliknya kadar lemak daging putih ikan tuna lebih rendah dari daging
merahnya. Pembagian daging merah ikan tuna dapat dilihat pada Gambar 2.2
Daging merah ikan adalah lapisan daging ikan yang berpigmen kemerahan
sepanjang tubuh ikan di bawah kulit tubuh. Jumlah daging merah bervariasi mulai
kurang dari 1 – 2 % pada ikan yang tidak berlemak hingga 20 % pada ikan yang
berlemak. Diameter sel atau jaringan otot pada daging merah lebih kecil (Okada,
9
1990). Daging merah kaya akan lemak, suplai oksigen dan mengandung
mioglobin. Daging merah pada ikan pelagis memungkinkan jenis ikan ini
berenang pada kecepatan yang tetap untuk memperoleh makanan dan untuk
bermigrasi (Learson dan Kaylor, 1990). Okada (1990) menyatakan bahwa daging
merah mengandung mioglobin dan hemoglobin yang bersifat prooksidan serta
kaya akan lemak. Warna merah pada daging ikan disebabkan kandungan
hemoproteinnya tinggi yang tersusun atas protein moiety, globin dan struktur
heme. Di antara hemoprotein yang ada, mioglobin adalah hemoprotein yang
terbanyak. Lebih 80 % hemoprotein pada daging merah adalah mioglobin dan
hemoglobin. Kandungan mioglobin pada daging merah ikan tuna dapat lebih dari
3.500 mg/100 g (Watanabe, 1990). Hal ini yang menyebabkan mudahnya terjadi
ketengikan pada daging merah ikan tuna (Okada, 1990)
2.3 Poros
2.4 Pasak
10
mesin seperti roda gigi, pulli, dan kopling pada poros. Menurut letak pada poros
dapat dibedakan antara pasak rata, pasak benam, dan pasask singgung, yang
umumnya berpenampang segi empat. Dalam arah memanjang dapat membentuk
prismatis atau bentuk tirus. Pasak benam prismatis ada yang khusus dipakai
sebagai pasak luncur.
2.6 Bantalan
11
b) Bantalan gelinding. Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding
antara bagian yang berputar dengan yang diam melalui elemen
gelinding seperti bola (peluru), rol atau rol jarum, dan rol bulat.
2. Atas dasar arah beban terhadap poros
a) Bantalan radial. Arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah
tegak lurus sumbu poros.
b) Bantalan aksial. Arah beban bantalan ini sejajar dengan sumbu
poros.
c) Bantalan gelinding khusus. Bantalan ini dapat menumpu beban
yang arahnya sejajar dan tegak lurus sumbu poros.
Menurut R.S Khurmi dan J.K Gupta (1982;77), Baut dan mur merupakan
alat pengikat yang sangat penting, untuk mencegah kerusakan dan kecelakaan
pada mesin dan elemen lainnya. Untuk menentukan ukuran baut dan umur
berbagai faktor harus diperhatikan seperti gaya yang bekerja pada baut, syarat
kerja, kekuatan bahan, ketelitian kelas.
Menurut bentuknya, baut dapat digolongkan atas :
1. Baut segi enam
2. Baut kepala persegi
3. Socke segi enam
12
2.9 Mata pencacah
Mata pencacah adalah bagian dari silinder yang berfungsi untuk mencacah
atau memarut ikan untuk menjadi serbuk-serbuk.
2.13 Rangka
Rangka adalah sebuah kontruksi penahan mesin. Rangka yang
direncanakan harus tahan terhadap fibrasi, reduksi dan mampu menahan beban
mesin dan ikan yang akan di cacah. Bahan yang akan di rencanakan adalah besi
siku.
BAB III
DESIGN FUNGSIONAL
3
13
Gambar 3.1 Mesin pencacah ikan untuk pembuatan abon
Keterangan gambar diatas.
1. Saluran masuk ikan (Hopper)
2. Saluran keluar
3. rangka
1
5
2
3
Gambar 3.2 Bagian dalam mesin pencacah ikan untuk pembuatan abon
Keterangan gambar diatas.
1. Pulli
2. Sabuk
3. Motor listrik
4. Roda gigi
5. Mata pencacah ikan
14
Adapun prinsip kerja mesin yang akan direncanakan adalah dimana ikan
tongkol yang telah direbus dan telah di bersihkan dari tulang-tulangnya lalu di
press agar mengurangi kandungan kadar air di dalam daging ikan setelah proses
ini maka daging ikan di masukan kedalam corong pemasuk (hooper) kemudia
ikan masuk kedalam ruang pencacahan komponen mesin berupa selinder. Daging
ikan akan masuk pada celah antara dua selinder yang perputar sehingga daging
ikan tercabik-cabik akibat dari proses perputaran silinder maka daging ikan yang
telah tercacah oleh silinder keluar melalui saluran keluar dan jatuh kewadah
penampung. Setelah proses pencacahan dengan menggunakan mesin, maka
serbuk-serbuk ikan akan dilakukan proses selanjutnya hingga menjadi abon.
15
Silinder pencacah adalah sebagai media pencacah yang berputar dengan
permukaannya di lapisi mata-mata pencacah. Adapun bentuk dari silinder
pencacah yang akan direncanakan dapat dilihat pada gambar berikut ini:
16
Rangka adalah sebuah kontruksi penahan mesin. Rangka yang akan
direncanakan harus tahan terhadap fibrasi, reduksi dan beban. Adapun bahan yang
akan direncanakan untuk pembuatan Rangka adalah besi siku, dapat dilihat
gambar desain perencanaan kontruksi Rangka berikut ini:
3.2.7 Motor
Motor yang akan digunakan untuk menggerakan silinder untuk mencacah
ikan antara lain yang sesuai dengan keperluan mesin.
3.2.8 Sabuk dan pulli
Sabuk dan pulli yang akan direncanakan sesuai dengan kebutuhan dan
bahan tersebut sudah ada di pasaran, adapun gambar desain perencanaan sabuk
dan pulli adalah sebagai berikut :
17
Bantalan berfungsi untuk menumpu poros berbeban, sehingga putaran atau
gerakan bolak baliknya dapat berlangsung secara halus. Bantalan yang akan
direncanakan sesuai dengan kebutuhan dan bahan tersebut tersedia dipasaran
BAB IV
DESIGN STRUKTURAL
18
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dalam bab ini diambil dari hasil pembuatan yang disimpulkan
menjadi inti persoalan dalam tugas akhir nantinya.
5.2 Saran-saran
Saran diambil berdasarkan kesulitan atau hambatan yang di alami ataupun
himbauan bagaimana cara pembuatannya.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/tuna (23.03.2009)
http://teknik-produksi.blogspot.com/2008/09/mesin-perkakas.html. Jam 00:00 wib
tanggal 5 Maret 2009.
Jensen, A. (1989). Kekuatan Bahan Terapan, Erlangga, Jakarta
Khurmi Gupta. (1980). Machine Design, Eurashia Publisher, Nem. Jakarta
Sularso dan Suga, Kiyokatsu. 1987. Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen
Mesin. Jakarta : Pradya Paramita.
www.damandiri.or.id/file/epirospiatiipbbab2.pdf (23.03.2009)
19
20