Anda di halaman 1dari 14

Bagaimana membuat sebuah P&ID

oleh Alvin Alfiyansyah, 2005, published in blogspot at May 2006

P&ID (Piping and Instrumentation Diagram) dapat diartikan sebagai sebuah alat bantu untuk
menerangkan konsep desain dari suatu proses dan kebutuhan pabrik atau unit produksi yang
perlu atau akan dibangun.
Ada beberapa tahapan pembuatan suatu P&ID yang harus dilalui dan dikenal yang dimulai
dengan mengenal tahapan proyek yang akan dilakukan dan juga mencakup semua simbol
instrument kontrol ataupun piping yang perlu dinotasikan dalam sebuah P&ID.
Tulisan ini dibuat untuk keperluan pengenalan umum pembuatan sebuah P&ID, bukan sebuah
guideline yang harus dipenuhi.

1. Pengenalan tahapan proyek dan efeknya terhadap P&ID dan PFD.


Sebuah P&ID harus terus menerus diupdate mulai dari perancangan unit operasi sampai
dengan proses komisioning dan start up berjalan. Bahkan tak kadang ditengah2 proses
operasional (setelah start-up) sudah berjalan, P&ID perlu kembali disempurnakan agar
memudahkan pengertian alur proses yang terjadi. Apa itu P&ID dan PFD (Process Flow
Diagram), tentunya harus sudah diketahui process engineer sebelumnya, sumber2 pengertian
perbedaan P&ID dan PFD bisa ditemukan di internet atau pelajaran dasar di bangku kuliah
(bila ada) atau saat masuk bekerja di sebuah perusahaan .
Setelah studi-studi kelayakan dan kemungkinan pembangunan suatu proyek selesai, maka
biasanya disitu P&ID baru dibuat sementara PFD sudah mulai dibuat sejak studi
kelayakan/kemungkinan tersebut dijalankan. Biasanya kemungkinan tahapan perubahan P&ID
ada dalam 4 garis besar step-step dibawah ini, tentunya jika AFE (approved for Engineering)
sudah diberikan oleh pemilik proyek sehingga pengerjaan proyek dapat segera dilakukan :

Step 1 : Engineering Stage for Process Package System

P&ID harus mencakup process sistem secara umum yang terlibat baik di offshore dan onshore
(jika berbicara Oil &gas Field disini), kemudian utilities yang berada dalam battery limits dan
offsite area, juga pengintegrasian piping dalam unit2 tersebut dan offsite. Semua input dari
dari grup operasional yang telah ada harus dimasukkan dalam P&ID bila P&ID dibuat untuk
keperluan modifikasi. Selain itu semua equipment dengan tag number tertentu, special
piping, ukuran pipa, spesifikasi pipa, berapa buah pipa yang ada, semua instrumentasi dan
kontrol yang sudah ada dan yang perlu dibuat, pengintegrasian intrumentasi dengan panel2
kontrol dan control room, set pressure dari PSV, control valves dan posisi failurenya, elevasi
dari vessel/column atau heat exchanger yang mungkin kritikal, juga termasuk penotasian
internal yang kritikal dari vessel/column misalnya, juga semua keperluan minimum
menghadapi masa komisioning dan start-up. Pengecekan ulang sebuah P&ID dalam tahap ini
dapat dikerjakan oleh desainer proses itu sendiri dan dapat juga dibantu supervisor baik itu
senior proses engineer atau lead proses engineer dalam departemen proses.

Step 2 : Mengakomodasi semua input dari departemen seperti dept. Instrument atau klien
perusahaan pemilik proyek dll.

- Catatlah semua input untuk dimasukkan ke P&ID seperti ukuran control valve dimana
kemungkinannya dapat berubah dari yang sebelumnya sudah dibuat oleh process engineer
karena adanya prinsip pengontrolan tertentu yang dikehendaki atau range kontrol yang lebih
baik dan diketahui oleh dept. Instrument. Setelah itu bypass valve, isolation valve dsb. di
sekitar control valve dapat dipastikan sehingga penotasian hal ini dalam P&ID dapat
diselesaikan.
- Input lain dapat berupa ukuran dan spesifikasi PSV yang lebih detil dari dept. Instrument.
- Semua input dari dept. Instrument berdasarkan standar instrument yang ada atau ketika ada
permasalahan lain.
- Selain itu input dari klien setelah studi kemungkinan/keelayakan (feasibility study) terutama
bila ada keperluan yang spesial dalam proyek ini sehingga dapat dimasukkan dalam P&ID pada
step ini.
Untuk lebih memastikan, departemen proses dapat meminta bantuan departemen instrumen
untuk bantu mengecek sebuah P&ID yang dibuat atau dapat secara pararel memohon bantuan
klien juga untuk mengecek draft awal P&ID yang sudah dibuat sampai tahapan ini.

Step 3 : Mengakomodasi input dari semua tim engineering yang terlibat, dari vendor dan
keperluan komisioning

Divisi Procurement dan Divisi Engineering kadang-kadang dapat berjalan beriringan, dan
kontak dengan departemen proses tetap dibutuhkan, dan dalam fasa ini perubahan2 dalam
P&ID tetap diperlukan menjelang komisioning.
-Input dari tim piping sangat diperlukan karena mungkin saja ada beberapa alur piping yang
belum diantisipasi dan perlu dibuat spesial dalam P&ID sementara itu tim piping sudah tentu
lebih mengantisipasi segala sesuatunya berkaitan piping dalam proyek tsb. Selain itu input
dari tim elektrikal dan mekanikal atau departemen lainnya juga akan sangat membantu
penyempurnaan P&ID berkaitan proyek tersebut bahkan mungkin saja divisi instrument punya
input yang lebih baru lagi yang akan membuat revisi atau tambahan didalam P&ID tsb., atau
biasanya tahapan ini disebut dengan IDC (Internal discipline check) yang mana setiap disiplin
yang ikut dalam proyek tersebut diminta inputnya berkaitan dengan penyempurnaan P&ID.
-Setelah menerima dan mengklarifikasi teknikal dan gambar yang dibuat oleh vendor, maka
penyempurnaan lebih lanjut diperlukan dalam P&ID dimana mungkin ada beberapa perubahan
instrumentasi atau piping dalam suatu skid misalnya yang mana akan mempunyai efek juga
pada pengintegrasian unit skid tersebut kedalam bagian lain dari unit operasional yang
ternotasi dalam P&ID
-Selain itu pembuatan operating manual, start-up prosedur, dan komisioning prosedur dapat
segera dibuat dalam tahapan ini yang mana mungkin diperlukan piping atau instrumentasi
yang spesial untuk keperluan start-up dan komisioning yang dapat mungkin saja dinotasikan
dalam P&ID. Ada beberapa fasa lain dalam penyempurnaannya sampai komisioning dan start-
up bisa dimulai.

Step 4 : As Built P&ID

Setelah proses komisioning dan start-up dimana operasional sehari-hari sudah berjalan,
mungkin saja P&ID harus direvisi kembali karena mungkin saja pada saat konstruksi ada
beberapa kesulitan yang ditemui sehingga alur perpipaan harus diubah karena keterbatasan
struktur sebagai contohnya yang mana sebaiknya dinotasikan juga dalam P&ID. Nah...tahap
selanjutnya bisa saja pengecekan kembali As Built P&ID diperlukan sehingga bila ada
keperluan proyek lainnya, semua elemen operasional yang ada sudah dinotasikan dalam P&ID
sehingga akan memudahkan menjalankan proyek atau modifikasi baru yang diperlukan.

Ada hal penting lain yang harus diingat dalam ini menyangkut persetujuan sebuah P&ID yang
dapat dikatakan sudah disetujui dan dapat dipakai sebagai referensi untuk keperluan
komisioning, konstruksi atau start-up, menyangkut penandatanganan atau authorized
signature. Nah, di awal pembicaraan sudah seharusnya dibuat siapa sajakah yang harus
dicantumkan nama/inisialnya sebagai pembuat, sebagai drawing checker, kemudian ada
engineering checker, ada project checker dan perstujuan dari pihak klien, berapa orangkah
yang perlu dinotasikan disitu sehingga sebuah P&ID bisa disetujui. Mungkin dari pihak
pembuat (konsultan) diperlukan nama dan tandatangan pembuat gambar (draftsman),
drawing checker (engineer), engineering checker (engineer supervisor), project checker
(project manager) dan authorize checker dari klien mungkin ad dua orang sebagai engineering
checker dan project manager.

2. Pengenalan bagaimana membuat penomoran sebuah P&ID atau PFD ?

Sebenarnya banyak macam cara yang dilakukan untuk menomori P&ID tergantung dari
kebijaksanaan penomoran yang telah ada di perusahaan tersebut yang bisa juga merupakan
kesepakatan antara pemilik proyek dan contractor yang mengerjakan. Contoh : (ilustrasi saja,
fiktif lho....)

1. Untuk memudahkan biasanya dibuat berdasarkan area dari unit operasi yang ada disitu,
misal Caspian Sea (CS), Delta Mahakam (DM), Sepinggan (SP) dll.
2. Kemudian bisa dilanjutkan dengan membedakan unit operasi itu masuk ke area proses apa,
misal uilities plant (UP), atau mungkin Proses Plant (PP).
3. Selanjutnya penomoran dari unit operasi tersebut, misalnya : dalam suatu negara ,
perusahaan tersebut punya empat buah area operasi utama di provinsi tersebut seperti
misalnya kalau di daerah Kaltim ada Balikpapan (1), Samarinda (2), Tenggarong (3), dll.

Jadinya bisa saja karena area tersebut masuk sepanjang delta mahakam dan berada di
Samarinda maka bisa saja penomoran lengkap P&ID berupa : DM-PP-2000 s/d 2999.
Setelah itu jika misalnya ada 3 buah separator dalam satu bagan proses maka P&ID dapat
dibagi menjadi 3 buah sheet (lembar) yang menunjukkan P&ID ketiga buah separator tersebut
secara berlainan dan lebih detil.

3. Pengenalan notasi untuk berbagai equipment penting dalam P&ID


Hal ini diperlukan mengingat beragam jenis equipment yang diperlukan dalam suatu alur
proses yang terjadi, penotasian jenis-jenis equipment berdasar jenis dan fungsinya diperlukan
untuk mengenali dan memudahkan pembacaan atau penulisannya.
Contoh :
- Equipment untuk penyimpanan
T - Tank
S - Spheres
- Equipment untuk proses kompresi atau pemompaan
P - Pump
K - Compressor
- Equipment untuk proses pemisahan
V - Vessel / Separator
dan lain-lain
- Equipment untuk proses kontrol
LCV - Liquid Control Valve (Water/Oil)
PCV - Pressure Control Valve (gas)

4. Penomoran berbagai equipment dan instrument untuk keperluan sebuah proyek


Dalam hal ini terjadi lagi berbagai kemungkinan penomoran yang diperlukan tergantung pada
kebijaksanaan perusahaan operator Migas tersebut atau dapat juga kesepakatan dengan
kontraktor sebuah proyek. Yang paling penting adalah bagaimana mengatur nomor-nomor
tersebut agar dapat mudah diingat atau dikenali dan tidak terjadi tumpang tindih sehingga
memudahkan operasional, maintenance ataupun keperluan proyek yang baru.

Misal :
@ Untuk equipment dan Instrument kontrol
Jika ada sebuah unit operasi pemisahan 3 fasa dari HP (High Pressure) sampai LP Separator
(Low Pressure) yang masing-masing terdiri dari 3 train dalam suatu area seperti contoh pada
tahap 2; dan separator tersebut merupakan unit pertama yang dibangun di tempat tersebut,
maka penomorannya dapat berupa : V-2001 sedangkan karena tiga train maka dapat disebut
sebagai Train A/B/C sehingga nomornya bisa berbunyi V-2001A, V-2001B, V-2001 C. Jadi
dalam P&ID No. DM-PP-2001 ada 3 buah sheet untuk ketiga HP Separator diatas.
Berikutnya dari IP sampai LP Separator bisa dilanjutkan dengan nomor berikutnya yakni 2002
sampai 2003, sehingga untuk IP separator (3 train) : V-2002 A/B/C, dan LP separator : V-2003
A/B/C. Sedangkan P&ID No.-nya otomatis berlanjut ke DM-PP-2002 (IP Separator) dan DM-PP-
2003 (LP Separator).
Semua unit instrumen kontrol di sekitar vessel tersebut akan mengikuti nomor vesselnya untuk
memudahkan yakni :
Liquid Control Valve untuk Oil dan Water bisa dinotasikan sebagai LCV-2001 A (oil) dan LCV-
2001 B (water). Sedangkan bila PCV hanya satu buah maka bisa dibuat PCV-2001 saja atau
PCV-2001 A. Demikian pula bila PSV Separator tersebut diperlukan 2 buah maka dinotasikan
sebagai PSV-2001 A dan PSV-2001 B.
Segala macam penomoran baik itu equipment atau instrumentasi harus cocok antara P&ID
dengan data sheet, quotation dan segala macam laporan yang perlu dibuat juga sehingga
tidak ada konflik penomoran di kemudian hari.

5. Penomoran Pipa (Line Numbering)

Hal pertama yang perlu diketahui adalah apakah perusahaan tersebut sudah mempunyai
standar spesifikasi perpipaan tertentu, sedangkan bila belum mungkin bisa dilihat ASME atau
berbagai standar internasional yang ada sebagai acuannya.
Penomoran dapat dilakukan lebih mudah jika standar perusahaan sudah ada maka spesifikasi
perpipaan yang ada akan disesuaikan untuk keperluan pipa proses yang cocok (berlainan untuk
fluida HC, Sea water, Chemicals, Drain, Instrument Air, etc.) .

Misal :

Jika kita akan memulai penomoran line (pipa) dari angka 100 untuk membedakan dan
memudahkan pencarian. Dan pipa untuk service fluida HC terdiri dari 5 kelas untuk berbagai
rating dan maximum working pressure yang dapat dicapai , maka penotasian dapat berupa
kelas A s/d E untuk service fluida HC ini, yang dibedakan dengan ratingnya, misalnya kelas C
s/d E untuk rating pipa yang lebih tinggi karena adanya kontaminan CO2 dalam fluida HC
tersebut.

Selanjutnya berapa ukuran pipa yang dimaksud (setelah dipastikan dengan perhitungan proses
tentunya) adalah penotasian berikutnya, sehingga penotasian lengkap dapat berupa :

100 - A - 2" atau 100 - HC - A - 2"

yang mana berarti angka 100 adalah line number, huruf HC merupakan jenis fluida, huruf A
adalah kelas yang dimaksud misal kelas 150#, dan 2" adalah ukuran pipanya. Semua hal ini
harus cocok dengan notasi pada gambar isometrik perpipaan yang ada serta segala macam
gambar yang diproduksi oleh departemen piping.

6. Pengenalan berbagai simbol dalam P&ID


Di tahap ini kita harus mulai membiasakan diri bagaimana menggambarkan komponen
statik/rotating equipment, instrumentasi, piping, elektrikal atau sedikit struktur dalam P&ID.
Kembali lagi acuan pertama yang harus kita ambil adalah standar perusahaan terkait atau
mungkin standar-standar internasional yang sudah ada sehingga akan lebih memudahkan
penggambarannya. Notasi ini juga diharap dapat lebih memudahkan membaca dan mengenali
berbagai komponen unit operasi dalam P&ID tersebut.

Perlu diingat gambar simbol dibawah ini hanyalah contoh, karena belum tentu sama di setiap
perusahaan terutama Oil & Gas

Kita mulai dari pengenalan simbol statik dan rotating equipment, berbagai contoh penotasian
simbolnya adalah sbb. :
Berlanjut ke instrumentasi dan bermacam valve. Bagian yang perlu diingat dan dilihat disini
dari sisi pengontrolannya adalah apakah instrument yang terpasang di suatu line atau
equipment tersebut hanya dapat dilihat indikasinya di lokal saja atau dapat juga dilihat di
control room via DCS/PLC sistem, juga apakah pengontrolan harus dilakukan secara manual
ataukah remote dari control room ? Juga apakah hanya ada indikasinya ataukah ada fasilitas
merekam data di control room dari instrument tersebut, dan bagaimanakah indikasi
trip/failure yang terjadi .....semuanya itu yang akan dilengkapi dan disarankan oleh
departemen instrumen bila diperlukan.
Lalu berbagai notasi piping sistem, seperti spec break, perbedaan process line utama dan line
process pendukung, juga adanya reducer dan expander, dll.
7. Pengenalan komponen penting lainnya dalam P&ID

Sebuah P&ID bisa secara umum terdiri dari kerangka berupa :

- Drawing index : berisi daftar nomor P&ID dan judul-judul dari P&ID alur process/utilities
yang dibuat , revisi yang pernah dibuat serta status P&ID tersebut apakah gambar dibuat
untuk keperluan konstruksi atau untuk keperluan demolish/removal. Judul yang dapat dibuat
untuk sebuah P&ID bisa berupa penggambaran satu buah equipment dalam alur proses
utamanya, misal High Pressure Separator (V-2001 A) . Drawing index ini penomorannya dapat
dimulai dari 00, melanjutkan contoh diatas maka nomor drawing index adalah DM-PP-2000
sheet 1 of 3, dengan judul : Drawing Index

- Selanjutnya adalah simbol-simbol baik simbol statik/rotating equipment, instrumentasi,


piping, elektrikal yang diperlukan dalam proyek tersebut yang dipecah jadi beberapa sheet
bila diperlukan maka penomorannya bisa dicontohkan DM-PP-2000 sheet 2 and 3 of 3,
melanjutkan notasi penomoran dari drawing index, dengan berjudul standard symbol and
legend

- Setelah itu jenis gambar dalam pada suatu P&ID adalah unit2 operasi yang ada dalam alur
proses (process P&ID) seperti yang sudah dicontohkan sebelumnya DM-PP-2001 sheet 1 of 3,
judul : High Pressure Separator (V-2001 A)

-Terakhir bila diperlukan utilities P&ID maka penomoran bisa langsung dilanjutkan pada serial
no. selanjutnya yakni : 2200 s/d 2299 untuk membedakan dengan proses P&ID, maka dapat
ditulis : DM-UP-2200. Utilities P&ID ini dapat berupa jetting water system, instrument air
system.

Sebuah P&ID bila dibuat untuk keperluan modifikasi maka gambar konstruksi dan
demolish/removal diperlukan sehingga dapat terlihat bedanya dan dapat diidentifikasi saat
konstruksi dilakukan.
Dalam gambar removal diperlukan pengidentifikasian sedemikian rupa sehingga segala macam
equipment yang tidak diperlukan lagi, diganti atau pipa yang mau dipotong dan di-blind harus
diidentifikasi satu persatu agar tidak terlupa saat konstruksi.
Sedang sebaliknya dalam gambar konstruksi segala equipment yang baru dipasang, diganti
atau dibuat alur yang baru harus diidentifikasi, agar bisa dicek ulang saat konstruksi selesai
dilakukan. Lain halnya bila unit operasi tersebut baru, maka tentu saja tidak ada gambar
removal yang diperlukan disitu.

Hal penting lainnya yang harus diingat dalam sebuah P&ID adalah sambungan (link) antara
berbagai P&ID harus match baik itu pipingnya : ukuran, spek, line numbernya maupun
posisinya. Kemudian juga sinyal instrumentasi yang ada, baik itu signal elektrikal ataupun
pneumatic. Tentunya bagan ”to and from” dari dan ke berbagai P&ID untuk penotasian piping
atau sinyal itu harus dicantumkan lengkap disitu sehingga memudahkan pencarian dan
pengertiannya aliran atau dari dan kemana sinyal itu berjalan.
8. Pengenalan Proses system

Dalam tahap ini diharapkan kita dapat mulai belajar membuat P&ID sederhana atau
sekurangnya PFD dari sebuah alur proses. Berbagai contoh PFD dalam GPSA, Engineering Data
Book Vol II dapat dilihat dan dari situ pelan2 bisa dipelajari bagaimana melengkapinya
sehingga jadi sebuah P&ID dengan bantuan supervisor atau senior proses engineer yang ada.
Yang terpenting disini adalah kita harus mengerti alur proses yang terjadi berikut
kemungkinan berbagai fenomena yang terjadi didalamnya.

Sebagai contoh jika berbicara Multistage Oil Stabilization maka kemungkinan disitu ada
berbagai Separator dari high pressure sampai low pressure dimana gas dari ketiga macam
separator tersebut dialirkan ke gas treating sistem yang mungkin berupa acid gas removal
sistem, sulfur recovery sistem, atau dehydration system, dimana sebelum gas dari LP
separator dialirkan masuk ke gas treating sistem maka gas tersebut harus dikompresi sampai
intermediate pressure yang dicampur dengan high pressure gas dari separator diawal alur
proses ini bila memang gas treating sistem beroperasi dalam kisaran intermediate sistem.
Juga demikian untuk oil dari oil stabilization tersebut akan masuk ke oil treating sistem
dimana diharapkan dapat diperoleh kandungan crude oil yang lebih pas sesuai standar dari
buyer sebelum dipasarkan atau dilemparkan ke storage untuk penjualan, tetapi tentu saja
jika multistage oil stabilization yang dipakai maka mempunyai kekurangan dari sisi
ekonomisnya karena lebih banyak sistem kompresi dan pemompaan yang harus dipakai, tidak
cocok untuk operasi di offshore, dan recovery serta API gravity dari crude oil yang dihasilkan
mungkin tidak semaksimal memakai stabilizer sistem saja tetapi kandungan garam2 yang ada
dalam crude oil yang dihasilkan dapat lebih maksimal dibandingkan stabilizer sistem.
Masih banyak pengenalan proses sistem lain yang perlu diketahui dalam produksi minyak dan
gas, yang mana sebaiknya dicari dari berbagai sumber yang ada untuk mengerti fenomena
yang terjadi . Disamping itu karena tulisan ini dimaksudkan sebagai pengenalan maka banyak
sekali hal-hal dasar lain yang tidak dicantumkan disini, dimana diharap tulisan ini hanya
membuka wacana awal membuat suatu P&ID yang bersifat dasar .
Memang tulisan ini masih banyak kekurangannya, mungkin malah membosankan,
hehehe..............maka jika ada masukan ataupun kritikan yang membangun semoga dapat
menyempurnakan isi tulisan ini. Semoga berguna !

Reference :
1. GPSA (Gas Processing and Supplier Association) Engineering Data Book, Vol 2.
2. P&ID System Guideline , Engineer’s India Ltd. , 1983
3. Process Guideline dari berbagai engineering company atau klien yang pernah “diintip”
untuk dibaca dan dipahami.
4. Pekerjaan mengupdate dan membuat P&ID sehari-hari dengan berbagai masukan senior
engineer dan teman2 yang sudah berpengalaman.

Anda mungkin juga menyukai