“TERAPI SEFT TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PENDERITA
HIPERTENSI ”
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Dasar
Dosen Pengampu : Hana Ariyani, M.Kep
Disusun oleh :
Ana Dwi Ayuni
Kemal Tauziri
Sri Harti Pebriani
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN REGULER KHUSUS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2019/2020 ANALISIS JURNAL PICO
1. PENGARUH TERAPI SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM
TECHNIQUE (SEFT) TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BERGAS, KECAMATAN BERGAS, KABUPATEN SEMARANG
No Kriteria Jawab Pembenaran & Critical thinking
1 P (Patient/Clinical Ya Masalah klinik dari jurnal ini Problem) adalah untuk mengetahui pengaruh terapi spiritual emotional freedom technique (SEFT) terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang. Populasi / Patient pada jurnal ini adalah semua orang dengan penderita hipertensi yang tinggal di wilayah Kerja Puskesmas Bergas, Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang yaitu pada bulan April 2014 terdapat sejumlah 148 orang penderita hipertensi. 2 I (Intervention) Ya Penelitian ini menggunakan desain quasi-eksperimental. Rancangan yang digunakan adalah quasi eksprimen pre dan post control group design. Rancangan ini digunakan untuk membandingkan hasil intervensi. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling. Ada 30 responden sebagai sampel dibagi menjadi dua kelompok : 15 responden sebagai kelompok intervensi dan 15 responden sebagai kelompok kontrol. Instrumen data yang digunakan sphygmomanometer merkuri, stetoskop dan lembar observasi. 3 C (Comparasion) Ya Rancangan ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh perbedaan sebelum dan setelah pemberian terapi spiritial emotional freedom technique (Seft) terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang. 4 O (Outcome) Ya Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan bermakna sebelum dan setelah Terapi SEFT, rata-rata sistolik pada kelompok intervensi adalah 158,93 mmHg dan rata-rata diastoliknya adalah 88,67 mmHg dan pada kelompok intervensi setelah dilakukan terapi Seft rata- rata sistoliknya adalah 88,00 mmHg, dan dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan tekanan darah pada penderita hipertensi sebelum dan sesudah diberikan terapi Seft dengan p-value sistole sebesar 0,000 dan untuk diastole p- value 0,019. Sebelum dan sesudah dilakukan terapi Seft rata-rata tekanan darah pada kelompok kontrol sistoliknya adalah 157,60 mmHg dan diastoliknya adalah 93,27 mmHg dan rata-rata sistolik sebagai posttest adalah 158,20 mmHg dan diastoliknya adalah 93,93 mmHg. Ada pengaruh terapi Seft terhadap tekanan darah penderita hipertensi di Wilayah kerja Puskesmas Bergas, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, dengan p- value 0,000 < ɑ 0,05 sistole, sedangkan diastole p-value 0,019 < ɑ 0, 05.
2. PENGARUH KEPERAWATAN SPIRITUAL EMOTIONAL
FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) ISLAMI TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI USIA 45-59 TAHUN DI RSUD Dr. SOEGIRI LAMONGAN
No Kriteria Jawab Pembenaran & Critical thinking
1 P (Patient / Clinical Ya Masalah klinik dalam Problem) jurnal ini adalah untuk mengetahui pengaruh Spritual Emotional Freedom Technique (SEFT) perawatan islami terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi usia 45-59 tahun di RSUD dr. Soegiri Lamongan. Populasi/patient pada jurnal ini adalah semua pasien hipertensi primer yang rawat jalan berusia 45-59 tahun di poli jantung RSUD dr. Soegiri Lamongan. 2 I (Intervention) Ya Penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimental dengan pendekatan pretest and posttest control group. Sampel diambil dari pasien hipertensi primer yang rawat jalan di poli jantung RSUD dr. Lamongan menggunakan metode non probability sampling, berjumlah 30 pasien yang dibagi secara random allocation menjadi kelompok perlakuan dan kontrol. Pengumpulan data menggunakan kuesioner untuk mengukur variabel intervening persepsi penerimaan diri dan sphygnomanometer dan stetoskop untuk mengukur tekanan darah. 3 C (Comparasion) Ya Rancangan ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh terapi seft islami dimana terdiri dari aspek biologis yaitu tapping dan aspek spiritualitas terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi usia 45-59 tahun di RSUD dr. Soegiri Lamongan. 4 O (Outcame) Ya Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada perbedaan persepsi klien hipertensi yang mendapatkan terapi Seft islami ( p = 0,173) dan tidak mendapatkan terapi Seft islami ( p = 0,874). Ada perbedaan tekanan darah sistolik pasien hipertensi yang mendapatkan terapi Seft islami ( p = 0,000) dan perbedaan tekanan darah diastolik ( p = 0,000). Penurunan rata-rata tekanan darah systole kelompok kontrol pada pengukuran 1 (pre) mempunyai rerata 151,54, sedangkan rerata pada pengukuran 2 (post) adalah 149.23. retara tekanan darah systole kelompok kontrol setelah kurun waktu tertentu dan tidak diberi apa-apa mengalami penurunan sebesar 2.308. Penurunan rata-rata tekanan darah systole kelompok perlakuan pada pengukuran 1 (pre) mempunyai rerata 156.92 sedankan rerata pada pengukuran 2 (post) adalah 131.54. rerata tekanan darah systole kelompok perlakuan setelah kurun waktu tertentu dan di beri perlakuan setelah kurun waktu tertentu dan diberi perlakuan intervensi keperawatan seft mengalami penurunan sebesar 25.385. Penurunan rata-rata tekana darah diastole kelompok kontrol pada pengukuran 1 (pre) mempunyai retra 93.85, sedangkan rerata pada pengukuran 2 (post) adalah 91.54. rerata tekanan darah systole kelompok kontrol setelah kurun waktu tetrentu dan tidak diberi apa-apa mengalami penurunan sebesar 2.308. Penurunan rata-rata tekanan darah diastole kelompok perlakuan pada pengukuran 1 (pre) mempunyai rerata 96.82, sedangkan rerata pada pengukuran 2 (post) adalah 85.38. rerata tekanan darah diastole kelompok perlakuan setelah kurun waktu tertentu dan diberi perlakuan intervensi keperawatan seft mengalami penurunan sebesar 11.538 Dapat disimpulkan bahwa perawat dapat menerapkan intervensi keperawatan dari terapi Seft islami untuk mengurangi tekanan darah di rumah sakit atau masyarakat, tetapi harus diulangi dan dalam pengamatan dokter. studi lebih lanjut harus fokus pada efek perawatan terapi seft yang ditunjukan oleh perubahan darah neurohormonal.
3. SEFT MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA
HIPERTENSI
No Kriteria Jawab Pembenaran & Critical thinking
1 P ( Patient / Ya Masalah klinik dari jurnal ini Clinical Problem) adalah untuk mengetahui pengaruh terapi SEFT terhadap penurunan tekanan darah pada lansia. Populasi / patient pada jurnal ini adalah semua pasien lansia yang berumur antara 60-74 tahun yang mengalami hipertensi esensial di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Tawang Kota Tasikmalaya sebanyak 48 orang. 2 I ( Intervention) Ya Jenis penelitian menggunakan pendekatan quasi eksperimen dengan jenis experimental pre- test dan post test two group design yang menggunakan intervensi sebelum dan sesudah pada dua kelompok . Prosedur penelitian yang dilakukan adalah menyeleksi pasien sesuai kriteria inklusi dan dibagi berdasarkan jenis kelamin, memberikan penjelasan penelitian dan menawarkan menjadi responden penelitian, menanyakan biodata pasien terkait nama, umur dan riwayat hipertensi. Mengukur tekanan darah dan mencatatnya. Melakukan SEFT dan mengukur ulang tekanan darah serta mencatatnya kembali. 3 C ( Comparasion) Ya Rancangan ini dimaksudkan untuk menganalisis pengaruh terapi SEFT terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi di Puskesmas Tawang Kota Tasikmalaya . 4 O ( Outcome) Ya Hasil penelitian menunjukan tidak ada perbedaan tekanan sistolik sebelum dan sesudah terapi SEFT pada kelompok lansia laki-laki dan kelompok lansia perempuan dengan p-value 0,385 namun ada perbedaan pada tekanan diastolik sesudah terapi SEFT pada kelompok lansia laki-laki dan kelompok lansia perempuan dengan p-value 0,035. Penyebab tingginya tekanan sistolik pada kelompok lansia laki-laki dikarenakan adanya faktor resiko lain seperti merokok dan kurang aktifitas fisik yang menyebabkan peredaran darah menjadi kurang baik. Keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan menjadi masalah bagi lansia. Pengerasan dan semakin bertambah kakunya atreri-arteri ini menjadikan arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri. Dinding yang kini tidak elastis, tidak dapat lagi mengubah darah yang keluar dari jantung menjadi aliran yang lancar. Hasilnya adalah gelombang denyut yang tidak terputus dengan lembah yang dalam (diastolik). Terapi SEFT bisa menyebabkan darah yang keluar dari jantung menjadi lancar sehingga menyebabkan tekanan darah diastolik pada lansia laki- laki menurun dari sebelum dilakukan terapi SEFT karena dapat menetralisir rasa sakit fisik yang dialami oleh responden. wanita lansia mengalami kecemasan yang meningkat, hal ini terjadi karena banyak faktor misalnya kehilangan pasangan, penurunan seksualitas dan sebagainya. Pelaksanaan terapi SEFT pada lansia perempuan lebih mudah mengikuti instruksi dan menghayati terapi. Bahkan sebagian responden secara terbuka menyampaikan masalahnya. Sehingga setelah dilakukan terapi SEFT, lansia perempuan menjadi lebih rileks dan perasaan menjadi tenang. Hal tersebut menjadi sebab adanya perbedaan yang cukup besar pada penurunan tekanan sistolik sesudah dilakukan terapi SEFT. PEMBAHASAN
Hipertensi atau yang dikenal dengan nama penyakit darah tinggi
adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah di atas ambang batas normal yaitu 120/80 mmHg. Menurut WHO (World Health Organization), batas tekana darah yang dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg, bila tekanan darah sudah lebih dari 140/90 mmHg, dinyatakan hipertensi (batas tersebut untuk orang dewasa diatas 18 tahun) (Adib, 2009). Menurut laporan Kemenkes (2013, bahwa hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, dimana proporsi kematiannyamencapai 6,7 % dari populasi kematian pada semua umur umur di Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes thun 2013 menunjukan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 25,8%. Penderita hipertensi di indonesia diperkirakan sebesar 15 juta tetapi hanya 4% yang hipertensi terkendali. Hipertensi terkendali adalah mereka yang menderita hipertensi dan mereka sedang berobat untuk itu.sebaliknya sebesar 50% penderita tidak menyadari dirisebagai penderita hipertensi,sehingga mereka cenderung untuk menderita hipertensi yang lebih berat. Lipsky, at al. (2008) menyatakan bahwa tekanan darah tinggi dapat di turunkan melalui perubahan gaya hidup diantara manajemen stres dimana tres dapat meningkatkan tekanan darah. Salah satu caranya adalah dengan teknik relaksasi. Relaksasi merupakan salah satu teknik pengolahan diri yang di dasarkan pada cara kerja sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Relaksasi ini mampu memnghambat stres atau ketegangan jiwa yang dialami seseorang sehingga tekanan darah tidak meninggi atau menurun. Terapi spiritual emotional freedom technique (SEFT) termasuk teknik relaksasi, merupakan salah satu bentuk mind-body therapy dari terapi komplementer dan alternatif keperawatan SEFT merupakan teknik penggabungan dari sistem energy tubuh (energy medicine) dan terapi spiritual dengan menggunakan tapping pada titik-titik tertentu pada tubuh. Terapi SEFT bekerja pada dengan prinsip yang kurang lebih sama dengan akupuntur dan akupresur. Ketiganya berusaha merangsang titik-titik kunci pada sepanjang 12 jalur energy (energy meridian) tubuh. Bedanya dibandingkan dengan metode akupuntur dan akupresur adalah teknik SEFT menggunakan teknik spiritual, cara yang digunakan lebih aman, lebih mudah, lebih cepat dan lebih sederhana, karena SEFT hanya menggunakan ketukan tingan (tapping) (Zainudin, 2009). Teknik ini menggabungkan sistem energy tubuh (energy medicine) dan terapi spiritual yang digunakan sebagai salah satu teknik terapi untuk mengatasi masalah emosional dan fisik yaitu dengan melakukan ketukan ringan (tapping) pada titik syaraf (meridian tubuh). Spiritual dalam SEFT adalah doa yang diafirmasikan oleh klien pada saat akan dimulai hingga sesi terapi berakhir, yaitu fase set-up, tune-in dan tapping. Pada fase set-up, klien diminta untuk berdoa kepada Tuhan yang maha esa dengan penuh rasa khusyu, ikhlas menerima dan kita pasrahkan kesembuhannya pada tuhan yang maha esa. Pada masa tune-in, dilakukan dengan cara merasakan rasa sakit yang dialami, lalu mengarahkan pikiran ke tempat rasa sakit, dan secara bersamaan dibarengi dengan hati dan mulut mengucapkan do’a. Bersamaan dengan tune-in ini dilakukan fase ketiga yaitu tapping. Pada proses ini (tune in yang dilakukan bersamaan dengan tapping), yang akan menetralisir emosi negatif atau rasa sakit fisik. Klien juga diminta mengucapkan doa dengan kalimat tertentu ketika setiap titik-titik meridian diketuk ringan selama tapping (Zainuddin, 2009). Berdasarkan penelitian yang di dilakukan oleh Rofacky dan Aini mengenai Pengaruh Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di wilayah kerja puskesmas bergas , dari hasil penelitian di dapatkan bahwa ada pengaruh terapi spiritual emotional freedom technique (SEFT) terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas bergas kabupaten semarang, dengan p-value 0,000 < ɑ 0.05 sistole, sedangkan diastole p-value 0.019 < ɑ 0.05. penelitian yang dilakukan Faridah nur Virgianti mengenai Pengaruh Keperawatan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) islami terhadap Tekanan Darah Penderita Hipertensi Usia 45-59 tahun di RSUD Dr. Soegiri Lamongan, dari hasil penelitian ini juga di dapatkan ada pengaruh atau terdapat perbedaan bermakna rerata tekanan darah systole dan diastole antara kelompok kontrol dan perlakuan. berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lismayanti lilis, Sari Pamela dan Fitri Nur mengenai SEFT menurunkan tekanan darah pada lansia hipertensi, hasil penelitiannya menunjukan tidak ada perbedaan tekanan sistolik sebelum dan sesudah terapi SEFT pada kelompok lansia laki-laki dan kelompok lansia perempuan dengan p-value 0,385 namun ada perbedaan pada tekanan diastolik sesudah terapi SEFT pada kelompok lansia laki-laki dan kelompok lansia perempuan dengan p-value 0,035. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lilis lismayanti dkk, menggambarkan tidak ada perbedaan yang bermakna sesudah melakukan terapi SEFT hal ini terjadi dari faktor usia sehingga organ-organ tubuhnya sudah memgalami penurunan. Dilihat dari sisi psikologis, sebagian besar responden terutama lansia perempuan menyatakan mempunyai prmasalahan psikologis selama siklus kehidupannya. Faktor lansia perempuan sudah menopause, ikut memperberat masalah psikologis yang berdampak pada kejadian hipertensi (Raharjo, 2013). Responden laki-laki dan perempuan mempunyai peluang sama dalam penurunan tekanan sistolik setelah SEFT, karena semua responden mempunyai masalah fisik dan psikologis serta faktor resiko yang menyebabkan hipertensi. Sehingga pada penelitian ini tidak ada perbedaan tekana sistolik pada lansia laki-laki dan perempuan setelah terapi SEFT. KESIMPULAN
Berdasarkan ketiga jurnal yang dianalisis ini, dapat disimpulkan bahwa
terdapat dua jurnal yang menunjukan hasil ada pengaruh terapi Spiritual Emotional Freedom Technique terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi yang dapat di lihat dari hasil penelitian Faridah Nur Virgianti dan Rofacky, kemudian jurnal yang menunjukan tidak terdapat perbedaan atau pengaruh terapi Spiritual Emotional Freedom Technique terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan Lismayanti lilis, Sari Pamela dan Fitri Nur Gita.