Anda di halaman 1dari 124

BUKU PANDUAN PRAKTIK LABORATORIUM

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH IV

DISUSUN OLEH :

TIM

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


PROGRAM STUDI D-3 KEPERAWATAN
JL.GANESHA 1 PURWOSARI KUDUS TELP.0291-437218
1 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4
Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur tim penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas
terselesaikannya buku panduan pembelajaran praktik laborat Keperawatan khususnya mata
ajaran KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH IV. Buku pedoman praktik laborat
keperawatan ini merupakan salah satu metode pembelajaran praktik laborat keperawatan
medical dan bedah IV sebagai pendekatan dalam pencapaian kompetensi hardskill lulusan D-
3 keperawatan.
Buku panduan praktik klinik keperawatan medical bedah IV ini membahas konsep
prosedur atau tindakan keperawatan yang berhubungan dengan gangguan pada system
Muskuloskeletal, system Integumen dan system penginderaan antara lain tentang definisi,
tujuan, indikasi dan kontra indikasi, persiapan alat dan prosedur pelaksanaan dari kompetensi
hardskill Keperawatan medical dan bedah IV.
Kompetensi yang dicapai oleh mahasiswa tidak saja aspek hard skill, namun demikian
aspek soft skill sangat berperan menjadikan lulusan yang unggul. Studi di lapangan
menunjukkan aspek soft skill sangat menentukan keberhasilan mahasiswa dalam dunia nyata.
Kami berharap panduan praktik klinik keperawatan medical dan bedah IV ini dapat
dijadikan petunjuk dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Kami juga merasa masih
banyak kekurangan dalam pembuatan buku panduan ini, sehingga kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk peningkatan kualitas buku panduan ini sangat kami harapkan.
Semoga buku panduan ini dapat bermanfaat bagi proses pembelajaran laboratorium
mahasiswa Prodi D-3 Keperawatan.

Kudus, Agustus 2016


Tim Penyusun

2 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
BAB I

PENDAHULUAN

PROFIL PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS
A. VISI :
Menjadi program studi D-3 Keperawatan yang menghasilkan ahli madya keperawatan
yang unggul, berkepribadian islami, menguasai IPTEKS dan berwawasan global Pada
tahun 2020

B. Misi
1. Menyelenggarakan proses pendidikan dan pengajaran dengan memanfaatkan
pengembangan kemajuan IPTEKS
2. Menyelenggarakan penelitian dasar aplikatif dibidang keperawatan.
3. Menyelenggarakan pengabdian masyarakat berbasis kesehatan dengan menerapkan
nilai – nilai keislaman.
4. Mengembangkan jejaring dan kemitraan dengan institusi
pemerintah/swasta/lembaga swadaya masyarakat/profesi kesehatan dan perguruan
tinggi tingkat ASEAN.

C. Deskripsi Mata Ajar


Mata kuliah ini membahas tentang prinsip-prinsip teoritis dan ketrampilan klinis
tentang sistem musculoskeletal, imunitas, penginderaan dan integumen sesuai tingkat
usia manusia mulai dari pembentukan dalam kandungan sampai lansia. Fokus mata
kuliah dari sistem muskuloskeletal membahas tentang fungsi sistem muskuloskeletal
dalam melindungi organ vital (otak, jantung, paru), penyokong tubuh, dan melakukan
fungsi pergerakan tubuh. Fokus dari sistem penginderaan membahas tentang fungsi indra
penglihatan, penciuman dan pendengaran. Fokus dari sistem imunitas membahas aspek
yang terkait dengan fungsi imun dan hematologi untuk pertahanan tubuh, sel-sel darah
dan mekanisme pembekuan. Fokus mata kuliah dari sistem integumen membahas
berbagai aspek yang terkait dengan fungsi integumen yaitu pelindung tubuh dari
lingkungan luar. Berdasar hal tersebut maka akan membantu mahasiswa berfikir kritis,
sistematis dan komprehansif dalam mengaplikasikan konsep sistem muskuloskeletal,

3 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
imunitas, penginderaan dan integumen dengan pendekatan asuhan keperawatan sebagai
dasar pemecahan masalah.

D. Capaian Pembelajaran
1. Ketrampilan Umum
a. Pemeriksaan fisik muskeloskeletal

b. Pembidaian

c. Perawatan luka bakar

d. Perawatan luka post operasi katarak

e. Penkes rematoid arthritis

f. Pemeriksaan fisik sistem imunitas dan pembacaan hasil laborat hitung jenis
leukosit

g. Pemberian transfusi darah

h. Pemeriksaan visus, lapang pandang, dan buta warna

i. Pemeriksaan integument

j. Perawatan dekubitus

k. Perhitungan derajat dekubitus

2. Ketrampilan khusus
a. Pemasangan dan pelepasan gips
b. Perawatan post ORIF dan OREF
c. Perawatan pasien dengan traksi
d. Melatih jalan dengan kruck, walker dan tripot
e. Irigasi mata
f. Tes pendengaran menggunakan garputala
g. Discharge planning pasien HIV AIDS
h. Perawatan post tonsilektomi
i. Irigasi telinga
j. Perawatan kulit sehat dengan bubuk beras dan aloevera
k. Tindakan insisi pada furunkel dan sellulitis
l. Penghitungan derajat dan prosentase luka bakar

4 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
E. Alokasi Waktu
Lab : 3 SKS x 15 minggu x 170 menit x 2 Kelas = 15.300 menit

F. Evaluasi
Praktek (100%)
a. Kompetensi : 60%
b. Observasi : 30%
c. Kehadiran : 10%

5 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
BAB II

PETUNJUK PRAKTIKUM

PEMERIKSAAN SISTEM MUSKULOSKELETAL

1. Pemeriksaan Sistem Muskuloskeletal


a. Tujuan
1. Melakukan pemeriksaan otot
2. Melakukan pemeriksaan tulang
3. Melakukan pemeriksaan tendon
4. Mengidentifikasi kelainan yang ditemukan saat pemeriksaan
b. Kelainan Pada Muskuloskeletal
a) Perubahan Bentuk ( Deformitas )
1. Bengkak : Biasanya karena radang tumor, pasca trauma, dan lain- lain
2. Bengkok :

 Varus : Bengkok keluar


 Valgus : Bengkak ke dalam seperti kaki X
 Genu varum : Kaki seperti O
3. Pendek : Dapat di bandingkan dengan kontralateral yang normal
b) Gangguan Fungsi ( Disfungsi )
1. Afungsi ( tak bisa digerakkan sama sekali )
2. Kaku ( Stiffness )
3. Cacat ( disability )

6 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
4. Gerakan tak stabil ( instability )
c. Kelainan gerak dan atau “ gait” (cara berjalan )
a) Bentuk tubuh
 Normal
 Athletic
 Cebol
 Bongkok
 Miring
b) Cara Klien dating
 Normal
 Pincang
 Digendong
c) Cara berjalan penderita yang normal
Fase cara berjalan
1. Mengangkat tumit ( Heel strike)
2. Mengangkat tapak (Stance Phase )
3. Ujung jari bertumpu ( Toe Off)
4. Mengayun langkah (Swing Phase)
d) Kelainan Cara Berjalan

1. Antalgic gait (anti = against, algic = pain) yaitu Nyeri waktu menapak
sehingga langkah memendek.
2. Tredelenburg gait (paralise and ischiadicus)
3. Stepage gait yaitu langkah langkah pendek

7 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
Skala kekuatan otot

Skala Ciri –cirri


0 Paralisis total
1 Tdk ada gerakan, teraba/terlihat adanya kontraksi otot
2 Ada gerakan pd sendi tetapi tdk dpt melawan gravitasi (hanya bergeser)
3 Bisa melawan gravitasi tetapi tdk dpt menahan /melawan tahanan
pemeriksa.
4 Bisa bergerak melawan tahanan pemeriksa tetapi kekuatannya berkurang
5 Dapat melawan tahanan pemeriksa dgn kekuatan maksimal.

d. Peralatan
1. Sarung tangan/handscoen
2. Penggaris
3. Bullpen
4. Lembar dokumentasi
e. Prosedur Kerja
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
3. Memberikan posisi yang nyaman pada pasien
4. Minta klien untuk berdiri, amati struktur rangka dan perhatikan adanya kelainan
dan deformitas
5. Amati adanya kontraktur dengan meminta klien untuk menggerakkan persendian
ekstremitas
6. Minta klien merentangkan kedua lengan kedepan, amati adanya tremor, ukuran
otot (atropi, hipertrofi) serta ukur lingkar ekstremitas (perbedaan > 1cm di anggap
bermakna).
Palpasi otot untuk memeriksa apakah ada kelainan otot

7. Sternokleidomastoideus : klien menengok ke salah satu sisi dengan melawan


tahanan tangan pemeriksa
8. Trapezius : letakkan kedua tangan pada bahu klien, minta klien menaikkan bahu
melawan tahanan tangan pemeriksa

8 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
9. Deltoideus : minta klien mengangkat kedua lengan dan melawan dorongan tangan
pemeriksa kearah bawah.
10. Otot panggul : posisikan klien telentang dengan kedua tungkai ekstensi, minta
klien mengangkat salah satu tungkai, dorong tungkai kebawah
11. Abduksi panggul : posisikan klien telentang dengan kedua tungkai ekstensi,
letakkan kedua tangan pada permukaan lateral masing-masing lutut klien, minta
klien meregangkan kedua tungkai, melawan tahanan pemeriksa
12. Aduksi panggul : posisikan klien telentang dengan kedua tungkai ekstensi,
letakkan tangan diantara kedua lutut klien, minta klien merapatkan kedua tungkai
melawan tahanan pemeriksa
Palpasi otot untuk memeriksa apakah ada kelainan otot, kekuatan otot
13. Bisep : minta klien merentangkan kedua lengan dan mencoba menekuknya,
pemeriksan menahan lengan agar tetap ektensi
14. Trisep : minta klien menekuk kedua lengan dan mencoba merentangkannya
melawan usaha pemeriksa untuk membuat lengan klien tetap fleksi
15. Otot pergelangan tangan dan jari-jari : minta klien meregangkan kelima jari dan
melawan usaha pemeriksa untuk mengumpulkan kelima jari
16. Kekuatan genggaman : minta klien menggenggam jari telunjuk dan jari tengah
pemeriksa, tarik kedua jari dari genggaman klien
17. Hamstring : posisikan klien telentang, kedua lutut ditekuk, minta klien
meluruskan tungkai melawan tahanan pemeriksa
18. Kuadrisep : posisikan klien telentang, lutut setengah ekstensi, klien menahan
usaha pemeriksa untuk memfleksikan lutut

9 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
19. Otot mata kaki dan kaki : minta klien melawan usaha pemeriksa untuk
mendorsofleksikan kakinya dan kembali melawan usaha pemeriksa untuk
memfleksikan kakinya
20. Palpasi tulang ekstremitas dan setiap persendian untuk menemukan area yang
mengalami edema atau nyeri tekan, bengkak, krepitas
21. Merapikan alat
22. Dokumentasi
f. Masalah atau Diagnosa Keperawatan
1. Keterbatasan gerak sendi : kaku, terkunci
2. Nyeri sendi dan atau otot
3. Kelainan bentuk sendi dan atau otot : atropi, kontraktur
4. Gangguan mobilitas fisik
5. Gangguan matrik pembentuk tulang : kurang dari kebutuhan tubuh (calcium,
phosphor)
6. Ketidakseimbangan hormone pengatur pembentukan tulang (tirocalcitonin,
paratiroid hormone)

10 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
PERAWATAN PASIEN DENGAN POST OPEN REDUCTION INTERNAL
FIXATION ( ORIF ) DAN POST OPEN REDUCTION EXTERNAL FIXATION
(OREF)

1. Open Reduction and Internal Fixation (ORIF)


a. Defenisi ORIF

Open Reduksi Internal


Fiksasi (ORIF) adalah
sebuah prosedur bedah
medis, yang tindakannya
mengacu pada operasi
terbuka untuk mengatur
tulang, seperti yang
diperlukan untuk beberapa
patah tulang, fiksasi
internal mengacu pada
fiksasi sekrup dan piring untuk mengaktifkan atau memfasilitasi penyembuhan
(Brunner&Suddart, 2003).
b. Tindakan Pembedahan ORIF (Open Reduction And Internal Fixation)
1) Reduksi Terbuka
Insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan diteruskan sepanjang
bidang anatomi menuju tempat yang mengalami fraktur. Fraktur diperiksa dan
diteliti. Fragmen yang telah mati dilakukan irigasi dari luka. Fraktur direposisi
agar mendapatkan posisi yang normal kembali. Sesudah reduksi fragmen-fragmen
tulang dipertahankan dengan alat ortopedik berupa: pin, skrup, plate, dan paku
(Wim de Jong,m, 2000).
 Keuntungan
Reduksi Akurat, stabilitas reduksi tertinggi, pemeriksaan struktur
neurovaskuler, berkurangnya kebutuhan alat imobilisasi eksternal, penyatuan
sendi yang berdekatan dengan tulang yang patah menjadi lebih cepat, rawat
inap Universitas Sumatera Utaralebih singkat, dapat lebih cepat kembali ke
pola ke kehidupan normal (Barbara, 1996).

11 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
 Kerugian
Kemungkinan terjadi infeksi dan osteomielitis tinggi (Barbara, 1996).
2) Fiksasi Internal
Metode alternatif manajemen fraktur dengan fiksasi eksternal, biasanya pada
ekstrimitas dan tidak untuk fraktur lama Post eksternal fiksasi, dianjurkan
penggunaan gips. Setelah reduksi, dilakukan insisi perkutan untuk implantasi pen
ke tulang. Lubang kecil dibuat dari pen metal melewati tulang dan dikuatkan
pennya. Perawatan 1-2 kali sehari secara khusus, antara lain: Observasi letak pen
dan area, observasi kemerahan, basah dan rembes, observasi status neurovaskuler
distal fraktur, fiksasi eksternal fiksasi internal pembidaian, fiksasi internal
dilaksanakan dalam teknik aseptis yang sangat ketat dan pasien untuk beberapa
saat mandapat antibiotik untuk pencegahan setelah pembedahan (Barbara, 1996).
c. Sasaran Bedah Orif
1) Patah Tulang Panggul
Patah tulang panggul sering didapati di rumah sakit. Terjadi lebih sering pada pria
(Barbara, 1996). Patah tulang panggul dibagi dalam dua klasifikasi Intra Kapsul
terjadi didalam persendian dan kapsul, yang meliputi:
1) Patah Subcapital
2) Patah Traservical
3) Patah Basal Leher
Ekstra Kapsul terjadi di luar kapsul sendi panggul beserta kapsul pada darah 5 cm
dibawah tochanter kecil ini disebut fraktur intertrochanterik.
2) Patah Tulang Belakang
Patah tulang spinal atau vertebral terjadi akibat jatuh, kecelakaan penerjun. Patah
tulang vertebra dapat disertai dengan pergeseran atau tidak. Bila patah disertai
dengan pergeseran fragmen, dapat menimbulkan tekanan sum-sum atau
menimbulkan cedera. Tekanan menyebabkan gangguan fungsi sebagian tubuh
yang tergangguan kepada tingkatan cederanya (Barbara, 1996).
d. Indikasi ORIF
1. Fraktur yang tak bisa sembuh atau bahaya avasculair nekrosis tinggi, misalnya
fraktur talus dan fraktur collum femur.
2. Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup. Misalnya fraktur avulse dan fraktur
dislokasi.

12 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
3. Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan. Misalnya fraktur
Monteggia, fraktur Galeazzi, fraktur antebrachii, dan fraktur pergelangan kaki.
4. Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan
operasi, misalnya : fraktur femur
e. Penatalaksanaan ORIF
` 1. Perawatan luka
Perawatan luka bertujuan untuk meningkatkan proses penyembuhan jaringan juga
untuk mencegah infeksi.
a) Persiapan Alat :
1. Kurentang
2. Bak instrument sedang
3. Sarung tangan
4. Pinset cirurgis 1
5. Pinset anatomis 2
6. Kassa steril
7. Lidi kapas
8. Betadhine /salep antibiotik
9. Kom tutup berisi alkohol
10. Kom kecil berisi NaCl
11. Perlak dan pengalas
12. Plester
13. Gunting plester
14. Bengkok 2
b) Prosedur :
1. Memberitahu pasien
2. Mendekatkan alat
3. Memasang sampiran
4. Mencuci tangan
5. Memasang perlak dan pengalas
6. Meletakkan bengkok di dekat pasien/ diatas perlak dan pengalas
7. Memakai sarung tangan
8. Membuka plester dengan kapas alkohol memakai pinset cirurgis
9. Membersihkan bekas plester dengan kapas alkohol

13 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
10. Meletakkan pinset cirurgis tadi kedalam bengkok yang berisi larutan
antiseptik
11. Membersihkan luka jahitan dengan NaCl menggunakan lidi kapas
12. Keringkan luka dengan kassa steril
13. Olesi area luka bekas jahitan dengan betadhine/salep antibiotik
14. Menutup luka dengan kassa steril kemudian diplester
15. Membereskan alat
16. Melepaskan sarung tangan
17. Mencuci tangan
18. Mendokumentasikan
19. Mobilisasi
f. Latihan pasif
Merupakan gerakan yang ditimbulkan oleh adanya kekuatan dari luar sedangkan otot
penderita rileks (Priatna, 1985). Disini gerakan pasif dilakukan dengan bantuan
terapis.
g. Latihan aktif
Latihan aktif merupakan gerakan murni yang dilakukan oleh otot-otot anggota tubuh
pasien itu sendiri. Tujuan latihan aktif meningkatkan kekuatan otot (Kisner, 1996).
Gerak aktif tersebut akan meningkatkan tonus otot sehingga pengiriman oksigen dan
nutrisi makanan akan diedarkan oleh darah. Dengan adanya oksigen dan nutrisi dalam
darah, maka kebutuhan regenerasi pada tempat yang mengalami perpatahan akan
terpenuhi dengan baik dan dapat mencegah adanya fibrotik.
h. Latihan jalan
Salah satu kemampuan fungsional yang sangat penting adalah berjalan. Latihan jalan
dilakukan apabila pasien telah mampu untuk berdiri dan keseimbangan sudah baik.
Latihan ini dilakukan secara bertahap dan bila perlu dapat menggunakan walker.
Selain itu dapat menggunakan kruk tergantung dari kemampuan pasien. Pada waktu
pertama kali latihan biasanya menggunakan teknik non weight bearing ( NWB ) atau
tanpa menumpu berat badan. Bila keseimbangan sudah bagus dapat ditingkatkan
secara bertahap menggunakan partial weight bearing ( PWB ) dan full weight bearing
( FWB ). Tujuan latihan ini agar pasien dapat melakukan ambulasi secara mandiri
walaupun masih dengan alat bantu.

14 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
2. Reduksi Terbuka/OREF (Open Reduction Eksternal Fixation)
a. Definisi
Pada Fraktur tertentu dapat
dilakukan dengan reduksi
eksternal atau yang biasa dikenal
dengan OREF, biasanya
dilakuakn pada fraktur yang
terjadi pada tulang panjang dan
fraktur fragmented. Eksternal
dengan fiksasi, pin dimasukkan
melalui kulit ke dalam tulang dan
dihubungkan dengan fiksasi yang
ada dibagian luar. Indikasi yang
biasa dilakukan penatalaksanaan
dengan eksternal fiksasi adalah fraktur terbuka pada tulang kering yang memerlukan
perawatan untuk dressings. Tetapi dapat juga dilakukan pada fraktur tertutup radius
ulna. .Eksternal fiksasi yang paling sering berhasil adalah pada tulang dangkal tulang
misalnya tibial batang.
OREF dilakukan pada kasus :
1. fraktur terbuka pada grade 2 dan 3
2. fraktur terbuka disertai hilangnya jaringan atau tulang yang hebat.
3. fraktur dengan infeksi atau infeksi pseudoartritis.
4. fraktur infeksi yang kontraindikasi dengan ORIF
5. fraktur yang miskin jaringan ikat.
6. nonunion
7. kadang2 pada fraktur bagian bawah penderita DM
8. fraktur dengan gangguan neurovaskuler.
9. fraktur kominutif
10. fraktur pelvis
11. fraktur multiple
b. Indikasi OREF :
1. Fraktur terbuka derajatI II
15 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4
Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
2. Fraktur dengan kerusakan jaringan lunak yang luas
3. Fraktur dengan gangguan neurovaskuler
4. Fraktur Kominutif
5. Fraktur Pelvis
c. Penatalaksanaan
a) Perawatan Luka
Perawatan luka bertujuan untuk meningkatkan proses penyembuhan jaringan
juga untuk mencegah infeksi.
Balutan basah kering adalah tindakan pilihan untuk luka yang memerlukan
debridemen (pengangkatan benda asing atau jaringan yang mati atau berdekatan
dengan lesi akibat trauma atau infeksi sampai sekeliling jaringan yang sehat)
b) Persiapan Alat :
1. Kurentang
2. Bak instrument sedang
3. Sarung tangan bersih
4. Sarung tangan steril
5. Pinset cirurgis 2
6. Pinset anatomis 2
7. Gunting jaringan
8. Kassa steril
9. Lidi kapas
10. Sulfratur (salep antibiotic)
11. Kom tutup berisi alkohol
12. Kom kecil berisi NaCl
13. Perlak dan pengalas
14. Plester
15. Gunting plester
16. Bengkok 2
c) Prosedur
1. Memberitahu pasien
2. Mendekatkan alat
3. Memasang sampiran
4. Mencuci tangan

16 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
5. Memasang perlak dan pengalas
6. Meletakkan bengkok di dekat pasien/ diatas perlak dan pengalas
7. Memakai sarung tangan bersih
8. Angkat balutan kotor perlahan-lahan dengan menggunakan pinset cirurgis
atau sarung tangan, angkat balutan lapis demi lapis. Bila balutan lengket
pada luka lepaskan dengan menggunakan normal salin ( NaCl 0,9 % )
9. Observasi karakter dari jumlah drainase pada balutan
10. Buang balutan kotor pada sampah, hindari kontaminasi permukaan luar
kantung, lepaskan sarung tangan dan simpan pinset dalam bengkok yang
berisi larutan desinfektan
11. Buka bak steril, tuangkan larutan normal salin steril ke dalam mangkok
kecil. Tambahkan kassa ke dalam normal salin
12. Kenakan sarung tangan steril
13. Inspeksi keadaan luka, perhatikan kondisinya, letak drain, integritas
jahitan atau penutup kulit dan karakter drainase ( palpasi luka bila perlu
dengan bagian tangan yang nondominan yang tidak akan menyentuh bahan
steril )
14. Bersihkan luka dengan lidi kapas atau kassa lembab yang telah dibasahi
normal salin. Gunakan kassa atau kapas terpisah untuk setiap usapan
membersihkan. Bersihkan dari area yang kurang terkontaminasi ke area
terkontaminasi
15. Pasang kassa yang lembab tepat pada permukaan kulit yang luka. Bila luka
dalam maka dengan perlahan buat kemasan dengan menekuk tepi kasa
dengan pinset. Secara perlahan masukan kassa ke dalam luka sehingga
semua permukaan luka kontak dengan kassa lembab
16. Lakukan nekrotomi atau pengangkatan jaringan nekrosis atau jaringan
mati dengan menggunakan pincet cirurgis untuk memegang jaringan yang
mati dan gunting jaringan tersebut dengan gunting steril.
17. Bersihkan kembali luka dengan lidi kapas atau kassa lembab yang telah
dibasahi normal salin.
18. Keringkan luka dengan kassa steril
19. Olesi area luka dengan salep atau obat yang diresepkan untuk luka pasien

17 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
20. Luka ditutup dengan kassa kering. Usahakan serat kassa jangan melekat
pada luka. Pasang kassa lapisan kedua sebagai lapisan penerap dan
tambahkan lapisan ketiga
21. Luka difiksasi dengan plester atau dibalut dengan rapi,
22. Lepaskan sarung tangan dan buang ke tempat yang telah disediakan, dan
simpan pisnet yang telah digunakan pada bengkok perendam
23. Bereskan semua peralatan dan bantu pasien merapikan pakaian, dan atur
kembali posisi yang nyaman
24. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
25. Dokumentasikan hasil, observasi luka, balutan dan drainase, termasuk
respon klien

18 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
TEKNIK MENGAJARKAN PASIEN BERJALAN MENGGUNAKAN KRUK

1. Pengertian

Kruk yaitu tongkat atau alat bantu untuk berjalan, biasanya


digunakan secara berpasangan yang di ciptakan untuk
mengatur keseimbangan pada saat akan berjalan.

2. Tujuan Penggunaan Kruk


a. Meningkatkan kekuatan otot, pergerakansendi dan kemampuan mobilisasi
b. Menurunkan resiko komplikasi darimobilisasi
c. Menurunkan ketergantungan pasien dan orang lain
d. Meningkatkan rasa percaya diri klien
3. Fungsi Kruk
a. Sebagai alat bantu berjalan.
b. Mengatur atau memberi keseimbangan waktu berjalan.
c. Membantu menyokong sebagian berat badan.
4. Indikasi Pengguna Kruk
a. Pasien dengan fraktur ekstremitas bawah.
b. Pasien dengan postop amputasi ekstremitas bawah.
c. Pasien dengan kelemahan kaki atau post stroke.
5. Kontra Indikasi
a. Penderita demam dengan suhu tubuh lebih dari 37o C.
b. Penderita dalam keadaan bedrest.
c. Penderita dengan post op.
6. Manfaat Penggunaan Kruk
a. Memelihara dan mengembalikan fungsi otot.
b. Mencegah kelainan bentuk, seperti kaki menjadi bengkok.
c. Memelihara dan meningkatkan kekuatan otot.
d. Mencegah komplikasi, seperti otot mengecil dan kekakuan sendi.

19 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
7. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan kruk
a. Perawat atau keluarga harus memperhatikan ketika klien akan menggunakan kruk.
b. Monitorklien saat memeriksa penggunaan kruk dan observasi untuk beberapasaat sam
pai problem hilang.
c. Perhatikan kondisi klien saat mulai berjalan.
d. Sebelum digunakan, cek dahulu kruk untuk persiapan.
e. Perhatikan lingkungan sekitar.
f. Gunakan wc duduk untuk buang air besar.
g. Bila tidak ada wc duduk, gunakan wc biasa dengan kursi yang
tengahnya diberilubang.
h. Jaga keseimbangan tubuh.
8. Tehnik Pengunaan Kruk

a. Cara berjalan menggunakan kruk


1) Langkah I, dengan kruk tetap di tempatnya, tekanan tempat di tangan anda,
bukan pada ketiak anda.
2) Langkah II, pindahkan kaki dioperasikan dan kedua kruk maju pada saat yang
sama
3) Langkah III, mencari dan lurus kedepan, langkah pertama melalui kruk dengan
kaki dioperasikan diikuti oleh kaki anda

20 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
b. Tehnik Turun Tangga
1) Pindahkan berat badan pada kaki yang tidak sakit.
2) Letakkan kruk pada anak tangga dan mulai untuk memindahkan berat badan pada
kruk.
3) Gerakkan kaki yang sakit kedepan
4) Luruskan kaki yang tidak sakit pada anak tangga dengan kruk.
c. Tehnik Naik Tangga
1) Pindahkan berat badan pada kruk.
2) Julurkan tungkai yang tidak sakit antara kruk dari anak tangga.
3) Pindahkan berat badan dari kruk ketungkai yang tidak sakit.
4) Luruskan kaki yang tidak sakit pada anak tangga dengan kruk.
d. Tehnik Duduk
1) Klien diposisi pada tengah depan kursi dengan aspek posterior kaki menyentuh
kursi.
2) Memberi metode yang aman untuk duduk dan bangun dari kursi.
3) Klien memegang kedua kruk dengan tangan berlawanan dengan tungkai yang
sakit.
4) Bila kedua tungkai sakit, kruk ditahan, pegang pada tangan klien yang lebih kuat.
e. Tehnik Naik Kendaraan

Tubuh dirapatkan ke mobil, kemudian pegang bagian atas pintu,


bokong diangkatkemudian naikkan kaki yang sakit.

f. Gaya Berjalan 4 Titik Tumpu


1) Langkahkan kruk sebelah kanan ke depan
2) Langkahkan kaki sebelah kiri ke depan
3) Langkahkan kruk sebelah kiri ke depan
4) Langkahkan kaki sebelah kanan kedepan
g. Gaya Berjalan 3 Titik
1) Kedua kayu penopang dan kaki yang tidak boleh menyangga dimajukan,
kemudian menyusul kaki yang sehat.
2) Kedua kayu penopang lalu segera dipindahkan ke muka lagi dan pola tadi di ulang
lagi.
h. Gaya Berjalan 2 Titik

21 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
1) Kruk sebelah kiri dan kaki kanan maju bersama-sama
2) Kruk sebelah kanan dan kaki kiri maju bersama-sama.
i. Full Weight Bearing
Berjalan normal, penggunaan alat penyangga dikurangi, lambat laun akhirnya
dihilangkan.
j. Partial Weight Bearing
1) Dua tangan atau dua tongkat beserta satu tungkai lemah maju serentak.
2) Tungkai
yangsehat melangkah maju dengan berat tubuh bertumpu padakedua tangan atau t
ongkat serta sebagian bertumpu pada kaki yang lemah
k. Non weight Bearing
1) Dua tangan atau dua tungkai yang sakit maju serentak, posisi tungkai
yanglemah diangkat bergantung kearah depan
2) Tungkai yang sehat melangkah maju dengan berat tubuh bertumpu pada kedua
tangan atau tongat
l. Swing To Gait
1) Langkahkan kedua kruk bersama-sama.
2) Kedua kaki diangkat dan diayunkan maju sampai pada garis yang
menghubungkan kedua tangan atau ujung kruk.
m. Swing through Gait
1. Langkahkan kedua kruk bersama-sama.
2. Kedua kaki diangkat, diayunkan melewati garis yang menghubungkan kedua
tangan atau ujung kruk.

22 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
PEMBIDAIAN
a. Pengertian
Pembidaian (Splinting) adalah tindakan untuk mempertahankan sebagian/seluruh
bagian anggota gerak dalam posisi tertentu dengan alat. Pembidaian dilakukan untuk
imobilisasi patah tulang,dislokasi (sendi yang bergeser) dan juga cedera jaringan lunak di
sekitar sendi.
Pembidaian adalah suatu proses immobilisasi tersangka patah tulang. Bidai atau
splak adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan yang
digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak
(immobilisasi) memberikan istirahat dan mengurangi rasa sakit.

b. Tujuan
1. Mengurangi/menghilangkan nyeri dengan cara mencegah pergerakkan fragmen
tulang,sendi yang dislokasi dan jaringan lunak yang rusak.
2. Mencegah kerusakan lebih lanjut jaringan lunak (otot,medula spinalis,syaraf
perifer,pembuluh darah) akibat pergerakan ujung fragmen tulang.
3. Mencegah laserasi kulit oleh ujung fragmen tulang ( fraktur tertutup jadi terbuka).
4. Mencegah gangguan aliran darah akibat penekanan ujung fragmen tulang pada
pembuluh darah.
5. Mengurangi/menghentikan perdarahan akibat kerusakan jaringan lunak.
6. Mencegah patah tertutup menjadi patah terbuka.
c. Prinsip-prinsip tindakan

1. Bersih
2. Bidai harus melebihi dua persendian yang patah
3. Bidai harus terbuat dari bahan yang kuat, kaku dan pipih.
4. Bidai dibungkus agar empuk.
5. Ikatan tidak boleh terlalu kencang karena merusak jaringan tubuh tapi jangan
kelonggaran.
d. Macam - Macam Pembidaian
1. Bidai Lunak
Misal selimut, bantal,pembalut, gendongan.

23 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
2. Bidai Keras
Misal: papan, besi, majalah
3. Bidai Traksi :
Misal :bidai traksi, Tridon
e. Komplikasi Pembidaian
Pembidaian yang dilakukan tidak sesuai dengan standar tindakan, beberapa hal berikut
bisa ditimbulkan oleh tindakan pembidaian.
1. Cidera pembuluh darah, syaraf atau jaringan lain disekitar fraktur oleh ujung
fragmen fraktur, jika dilakukan upaya meluruskan atau manipulasi lainya pada
bagian tubuh yang mengalami fraktur saat memasang bidai.
2. Gangguan sirkulasi akibat dilakukan bidai yang terlalu ketat
3. Keterlambatan transfor penderita di rumah sakit, jika penderita menunggu terlalu
lama selama proses pembidaian.
f. Persiapan Alat
1. Bidai
2. Kasa Gulung
3. Kapas
4. Plester/ elastic perban
5. Mitela/kain
6. Papan, bambu, dahan dsb
7. Bantal, guling, selimut
8. Karton, majalah, kain
g. Prosedur tindakan:
1. Memberikan salam kepada pasien dan menyapa klien.
24 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4
Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan prosedur tindakan pada klien. Jika ada luka terbuka maka tangani
dulu luka dan perdarahan. Bersihkan luka dengan cairan antiseptik dan tekan
perdarahan dengan kasa steril. Jika luka tersebut mendekati lokasi fraktur,
maka sebaiknya dianggap bahwa telah terjadi patah tulang terbuka. Balutlah
luka terbuka atau fragmen tulang yang menyembul dengan bahan yang se-
steril mungkin.
5. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien
6. Mencuci tangan
7. Memakai sarung tangan
8. Memberikan posisi nyaman pada klien
9. Memasang bidai
 Posisikan tubuh pasien yang akan dipasang spalk pada posisi anatomi.
Luruskan posisi korban dan posisi anggota gerak yang mengalami fraktur
maupun dislokasi secara perlahan dan berhati-hati dan jangan sampai
memaksakan gerakan. Jika terjadi kesulitan dalam meluruskan, maka
pembidaian dilakukan apa adanya. Pada trauma sekitar sendi, pembidaian
harus mencakup tulang dibagian proksimal dan distal
 Ukur bidai pada 2 sendi.
 Beri bantalan empuk dan penopang pada anggota gerak yang dibidai
terutama pada daerah tubuh yang keras/peka (lutut, siku, ketiak, dll), yang
sekaligus untuk mengisi sela antara ekstremitas dengan bidai.
 Ikatlah bidai di atas dan bawah luka/fraktur. Jangan mengikat tepat di bagian
yang luka/fraktur.
10. Menjaga balutan tidak terlalu kencang
11. Menganjurkan pasien untuk membatasi gerakan pada area yang dilakukan
pembidaian.
12. Merapikan pasien dan alat yang telah dipakai.
13. Melakukan dokumentasi
14. Mencuci tangan.

25 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
PEMASANGAN DAN PELEPASAN GIPS
1) Definisi
Gips adalah suatu bubuk campuran yang digunakan untuk membungkus secara keras area
yang mengalami patah tulang.
Gips adalah imobilisasi eksternal yang kaku yang dicetak sesuai kontur tubuh tempat gips
dipasang ( brunner dan suddart, 2000 ).
Gips adalah balutan ketat yang digunakan untuk immobilisasi bagian tubuh dengan
menggunakan bahan gips tioe plester dan fiberglass (Barbara Engram ,1999).
Jadi gips adalah alat immobilisasi eksternal yag terbuat dari bahan mineral yang terdapat
di alam dengan formula khusus dengan tipe plster atau fiberglass.

2) Tujuan Pemasangan Gips


Untuk menyatukan kedua bagian tulang yang patah agar tak bergerak sehingga dapat
menyatu dan fungsinya pulih kembali dengan cara mengimobilisasi tulang yang patah
tersebut dalam posisi tertentu dan memberikan tekanan yang merata pada jaringan lunak
yang terletak didalamnya.
a. Imobilisasi kasus pemasangan dislokasia sendi.
b. Fiksasai fraktur yang telah direduksi.
c. Koreksi cacat tulang (mis., skoliosis ).
d. Imobilisasi pada kasus penyakit tulang satelah dilakukan operasi (mis.,spondilitis)
e. Mengoreksi deformitas.
3) Jenis – Jenis Gips
Kondi si yang ditangani dengan gips menentukan jenis dan ketebalangips yang dipasang.
Jenis-jenis gips sebagai berikut:
1. Gips lengan pendek : Gips ini dipasang memanjang dari bawah siku sampai lipatan
telapak tanga, dan melingkar erat didasar ibu jari.
2. Gips lengan panjang :Gips ini dipasang memanjang. Dari setinggi lipat ketiak sampai
disebelah prosimal lipatan telapak tangan. Siku biasanya di imobilisasi dalam posisi
tegak lurus.
3. Gips tungkai pendek : Gips ini dipasang memanjang dibawah lutut sampai dasar jari
kaki, kaki dalam sudut tegak lurus pada posisi netral,
4. Gips tungkai panjang :Gips ini memanjang dari perbatasan sepertiga atas dan tengah
paha sampai dasar jari kaki, lutut harus sedikit fleksi.

26 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
5. Gips berjalan : Gips tungkai panjang atau pendek yang dibuat lebih kuat dan dapat
disertai telapak untuk berjalan
6. Gips tubuh :Gips ini melingkar di batang tubuh
7. Gips spika : Gips ini melibatkan sebagian batang tubuh dan satu atau dua ekstremitas
(gips spika tunggal atau ganda)
8. Gips spika bahu :Jaket tubuh yang melingkari batang tubuh, bahu dan siku
9. Gips spika pinggul : Gips ini melingkari batang tubuh dan satu ekstremitas bawah
(gips spika tunggal atau ganda)

4) Bahan – Bahan Gips


a. Plester.
Gips pembalut dapat mengikuti kontur tubuh secara halus . gulungan krinolin
diimregasi dengan serbuk kalsium sulfat anhidrus ( Kristal gypsum ). Jika basah
terjadi reaksi kristalisasi dan mengeluarkan panas. Kristalisasi menghasilkan
pembalut yang kaku . kekuatan penuh baru tercapai setelah kering , memerlukan
waktu 24-72 jam untuk mongering. Gips yang kering bewarna mengkilap ,
berdenting, tidak berbau,dan kaku, sedangkan gips yang basah berwarna abu-abu dan
kusam, perkusinya pekak, terba lembab, dan berbau lembab.
b. Non plester.
Secara umum berarti gips fiberglass, bahan poliuretan yang di aktifasi air ini
mempunyai sifat yang sama dengan gips dan mempunyai kelebihan karna lebih ringan
dan lebih kuat, tahan air dan tidak mudah pecah.di buat dari bahan rajuutan terbuka,
tidak menyerap, diimpregnasi dengan bahan pengeras yang dapat mencapai kekuatan
kaku penuhnya hanya dalam beberapa menit.
c. Non plester berpori-pori
Sehingga masalah kulit dapat di hindari . Gips ini tidak menjadi lunak jika terkena
air,sehingga memungkinkan hidro terapi. Jika basah dapat dikeringkan dengan
pengering rambut.

5) Bentuk – Bentuk Pemasangan Gips


a. Bentuk lembaran sehingga gips menutup separuh atau dua pertiga lingkaran
permukaan anggota gerak.

27 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
b. Gips lembaran yang dipasang pada kedua sisi antero-posterior anggota gerak sehingga
merupakan gips yang hampir melingkar.
c. Gips sirkuler yang dipasang lengkap meliputi seluruh anggota gerak.
d. Gips yang ditopang dengan besi atau karet dan dapat dipakai untuk menumpu atau
berjalan pada patah tulang anggota gerak bawah

6) Indikasi Pemasangan Gips


a. Untuk pertolongan pertama pada faktur (berfungsi sebagai bidal).
b. Imobilisasi sementara untuk mengistirahatkan dan mengurangi nyeri misalnya gips
korset pada tuberkulosis tulang belakang atau pasca operasi seperti operasi pada
skoliosis tulang belakang.
c. Sebagai pengobatan definitif untuk imobilisasi fraktur terutama pada anak-anak dan
fraktur tertentu pada orang dewasa.
d. Mengoreksi deformitas pada kelainan bawaan misalnya pada talipes ekuinovarus
kongenital atau pada deformitas sendi lutut oleh karena berbagai sebab.
e. Imobilisasi untuk mencegah fraktur patologis.
f. Imobilisasi untuk memberikan kesempatan bagi tulang untuk menyatu setelah suatu
operasi misalnya pada artrodesis.
g. Imobilisas setelah operasi pada tendo-tendo tertentu misalnya setelah operasi tendo
Achilles.
h. Dapat dimanfaatkan sebagai cetakan untuk pembuatan bidai atau protesa.

7) Tekhnik Pemasangan Gips


a. Persiapan alat
1) Bahan gips dengan ukuran sesuai ekstremitas tubuh yang akan di gips
2) Baskom berisi air biasa ( untuk merendam gips )
3) Baskom berisi air hangat.
4) Gunting perban .
5) Bengkok.
6) Perlak dan alasnya.
7) Waslap.
8) Pemotongan gips .
9) Kasa dalam tempatnya.

28 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
10) Alat cukur.
11) Sabun dalam tempatnya.
12) Handuk.
13) Krim kulit.
14) Spons rubs
15) Padding
b. Prosedur kerja.
1) Siapkan klien dan jelaskan prosedur yang akan dikerjakan.
2) Siapkan alat –alat yang akan digunakan untuk pemasangan gips .
3) Daerah yang akan dipasang gips dicukur, dibersihkan, dan dicuci dengan sabun,
kemudian dikeringkan dengan handuk dan diberi krim kulit.
4) Sokong ekstremiras atau bagian tubuh yang akan digips .
5) Posisikan dan pertahankan bagian yang akan di gips dalam posisi yang
ditentukan dokter selama prosedur.
6) Pasang spongs rubbs ( bahan yang menyerap keringat ) pada bagian tubuh yang
akan dipasang gips, pasang dengan cara yang halus dan tidak mengikat.
Tambahkan bantalan ( padding ) di daerah tonjolan tulang dan pada jalur syaraf.
7) Masukkan gips dalam baskom berisi air, rendam beberapa saat sampai
gelembung – gelembung udara dari gips harus keluar. Selanjutnya, diperas
untuk mengurangi jumlah air dalam gips.
8) Pasang gips secara merata pada bagian tubuh. Pembalutan gips secara melingkar
mulai dari distal ke proksimal tidak terlalu kendur atau terlalu ketat. Pada waktu
membalut, lakukan dengan gerakan bersinambungan agar terjaga ketumpah
tindihan lapisan gips. Dianjurkan dalam jarak yang tetap. Lakukan dengan
gerakan yang bersinambungan agar terjaga kontak yang constant dengan bagain
tubuh.
9) Setelah selesai pemasangan, haluskan tepinya, potong serta bentuk dengan
pemotongan gipa atau cutter.
10) Bersihkan partikel bagian gips dari kulit yang terpasang.
11) Sokong gips selama pengerasan dan pengeringan dengan telapak tangan. Jangan
diletakkan pada permukaan keras atau pada tepi yang tajam dan hindari tekanan
pada gips.

29 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
8) Tehnik Pelepasan Gips
a. Alat yang diperlukan untuk pelepasan gips.
1) gergaji listrik/pemotongan gips.
2) gergaji kecil manual.
3) gunting besar.
4) baskom berisi air hangat.
5) gunting perban.
6) bengkok dan plastic untuk tempat gips.
7) sabun dalam tempatnya.
8) handuk .
9) perlak dan alasnya.
10) Waslap.
11) krim atau minyak
b. Cara pelepasan gips
1) jelaskan pada klien prosedur yang akan dilakukan.
2) yakinkan klien bahwa gergaji listrik atau pemotongan gips tidak akan mengenai
kulit.
3) gips akan dibelah dengan menggunakan gergaji listrik.
4) gunakan pelindung mata pada klien dan petugas pemotong gips.
5) potong bantalan gips dengan gumting.
6) sokong bagian tubuh ketika gips dilepas.
7) cuci dan keringkan bagian yang habis di gips dengan lembut, oleskan krim atau
minyak.
8) ajarkan klien secara bertahap melakukan aktivitas tubuh sesuai program terapi.
9) ajarkan klien agar meninggikan ekstremitas atau menggunakan elastis perban
jika perlu untuk mengontrol pembengkakan.

9) Hal – Hal yang perlu diperhatikan dalam Pemasangan Gips


a. Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan.
b. Gips patah tidak bisa digunakan.
c. Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien.

30 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
d. Jangan merusak / menekan gips.
e. Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk.
f. Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama.

10) Kelebihan Pemasangan Gips


a. Mudah didapatkan.
b. Murah dan mudah dipergunakan oleh setiap dokter.
c. Dapat diganti setiap saat.
d. Dapat dipasang dan dibuat cetakan sesuai bentuk anggota gerak.
e. Dapat dibuat jendela/lubang pada gips untuk membuka jahitan atau perawatan luka
selama imobiliasi.
f. Koreksi secara bertahap jaringan lunak dapat dilakukan membuat sudut tertentu.
g. Gips bersifat rediolusen sehingga pemeriksaan foto rontgen tetap dapat dilakukan
walaupun gips terpasang.
h. Merupakan terapi konservatif pilihan untuk menghindari operasi.

11) Kekurangan Pemasangan Gips


a. Pemasangan gips yang ketat akan memberikan gangguan atau tekanan pada pembuluh
darah, saraf atau tulang itu sendiri.
b. Pemasangan yang lama dapat menyebabkan kekakuan pada sendi dan mungkin dapat
terjadi :
1) Disus osteoporosis dan atrofi.
2) Alergi dan gatal-gatal akibat gips.
3) Berat dan tidak nyaman dipakai oleh penderita.

12) Perawatan Gips


a. Gips tidak boleh basah oleh air atau bahan lain yang mengakibatkan kerusakan gips.
b. Setelah pemasangan gips harus dilakukan follow u yang teratur, tergantung dari lokalisasi
pemasangan.
c. Gips yang mengalami kerusakan atau lembek pada beberapa tempat, harus diperbaiki.

31 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
PERAWATAN PASIEN DENGAN TRAKSI

1. Pengertian
Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk menangani
kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot.
Traksi adalah pemasangan gaya tarikan ke bagian tubuh. Traksi digunakan untuk
meminimalkan spame otot, untuk mereduksi, mensjajarkan, dan mengimubilisasi fraktur;
untuk mengurangi deformitas, dan untuk menambah ruangan di antara kedua permukaan
patahan tulang. Traksi harus diberikan dengan arah dan besaran yang diinginkan untuk
mendapatkan efek terapeutik. Faktor-faktor yang mengganggu keefektifan tarikan traksi
harus dihilangkan.
Kadang, traksi harus dipasang dengan arah yang lebih dari satu untuk mendapatkan
garis tarikan yang diinginkan. Dengan cara ini, bagian garis tarikan yang
pertama berkontraksi terhadap garis tarikan lainnya. Garis-garis tarikan tersebut dikenal
sebagai vektor gaya. Resultanta gaya tarikan yang sebenarnya terletak di tempat di antar
kedua garis tarikan tersebut. Efek traksi yang dipasang harus dievaluasi dengan sinar-X,
dan mungkin diperlukan penyesuaian. Bila otot dan jaringan lunak sudah rileks, berat
yang digunakan harus diganti untuk memperoleh gaya tarikan yang diinginkan.
2. Jenis-jenis Traksi
1) Traksi kulit
1) Pengertian
Traksi kulit menggunakan plaster lebar yang direkatkan pada kulit dan diperkuat
dengan perban elastis. Berat maksimum yang dapat diberikan adalah 5 kg yang
merupakan batas toleransi kulit.
2) Jenis-jenis traksi kulit.
Beberapa jenis traksi kulit, yaitu :
 Traksi ekstensi dari Buck adalah traksi kulit dimana plaster melekat secara
sederhana dengan memakai katrol.
 Traksi dari Dunlop, dipergunakan pada fraktur suprakondiler humeri anak-
anak.
 Traksi dari Gallow atau traksi dari Brayant, dipergunakan pada fraktur femur
anak-anak usia di bawah 2 tahun .
 Traksi dari Hamilton Russel, digunakan pada anak-anak usia lebih dari 2
tahun.
32 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4
Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
3) Indikasi
Indikasi penggunaan traksi kulit adalah:
 Traksi kulit merupakan terapi pilihan pada fraktur femur dan beberapa fraktur
suprakondiler humeri anak-anak.
 Pada reduksi tertutup dimana manipulasi dan imobilisasi tidak dapat
dilakukan.
 Merupakan pengobatan sementara pada fraktur sambil menunggu terapi definitif.
 Fraktur-fraktur yang sangat bengkak dan tidak stabil misalnya fraktur
suprakondiler humeri pada anak-anak.
 Untuktraksi pada spasme otot atau pada kontraktur sendi misalnya sendi lutut
dari panggul.
 Untuk traksi pada kelainan-kelainan tulang belakang seperti hernia nukleus
pulposus (HNP) atau spasme otot-otot tulang belakang.
4) Komplikasi :
 Komplikasi yang dapat terjadi pada traksi kulit.
 Penyakit trombo emboli.
 Abersi, infeksi serta alergi pada kulit.
2) Traksi pada tulang
1) Pengertian
Traksi pada tulang biasanya menggunakan kawat Krischner ( K-wire) atau batang
dari Steinmann lokasi-lokasi tertentu,yaitu :
 Proksimal tibia.
 Kondilus femur.
 Olekranon.
 Kalkaneus (jarang dilakukan karena komplikasinya).
 Traksi pada tengkorak.
 Trokanter mayor.
 Bagian distal metakarpal.

2) Jenis-jenis traksi tulang


 Traksi tulang dengan menggunakan kerangka dari Bohler Braun pada fraktur
orang dewasa
 Thomas splint dengan pegangan lutut atau alat traksi dari Pearson

33 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
 Traksi tulang pada olekranon, pada fraktur humerus
 Traksi yang digunakan pada tulang tengkorak misalnya Gradner Well Skull
Calipers, Crutchfield cranial tong

3) Indikasi penggunaan traksi tulang :


 Apabila diperlukan traksi yang lebih berat dari 5 kg.
 Traksi pada anak-anak yang lebih besar.
 Pada fraktur yang bersifat tidak stabil, oblik atau komunitif.
 Fraktur-faktur tertentu pada daerah sendi.
 Fraktur terbuka dengan luka yang sangat jelek dimana fiksasi eksterna tidak
dapat dilakukan.
 Dipergunakan sebagai traksi langsung pada traksi yang sangat berat misalnya
dislokasi panggul yang lama sebagai persiapan terapi definitif.
4) Komplikasi traksi tulang :
 Infeksi, misalnya infekis melalui kawat/pin yang digunakan.
 Kegagalan penyambungan tulang (nonunion) akibat traksi yang berlebihan.
 Luka akibat tekanan misalnya Thomas splint pada tuberositas tibia.
 Parese saraf akibat traksi yang berlebihan (overtraksi) atau bila pin mengenai
saraf.
3. Prinsip Traksi Efektif
a. Pada setiap pemasangan traksi, harus dipikirakan adanya kontratraksi. Kontratraksi
adalah gaya yang bekerja dengan arah yang berlawanan. (Hukum Newton yang ketiga
mengenai gerak, menyebutkan bahwa bila ada aksi maka akan terjadi reaksi dengan
besar yang sama namun arahnya berlawanan). Umumnya berat badan pasien dan
pengaturan posisi tempat tidur mampu memberikan kontratraksi. Kontratraksi harus
dipertahankan agar traksi tetap efektif.
b. Traksi harus berkesinambungan agar reduksi dan imobilisasi fraktu efektif. Traksi
kulit pelvis dan serviks sering digunakan untuk mengurangi spasme otot dan biasanya
diberikan sebagai traksi intermiten.
c. Traksi skelet tidak boleh terputus.
d. Pemberat tidak boleh diambil kecuali bila traksi dimaksudkan intermiten.
e. Setiap faktor yang dapat mengurangi tarikan atau mengubah garis resultanta tarikan
harus dihilangkan.

34 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
f. Tubuh pasien harus dalam keadaan sejajar dengan pusat tempat tidur ketika traksi
dipasang.
g. Tali tidak boleh macet.
h. Pemberat harus tergantung bebas dan tidak boleh terletak pada tempat tidur atau
lantai.
i. Simpul pada tali atau telapak kaki tidak boleh menyentuh katrol atau kaki tempat
tidur.
4. Mekanisme Traksi
Mekanisme traksi meliputi tidak hanya dorongan traksi sebenarnya tetapi juga
tahanan yang dikenal sebagai kontratraksi, dorongan pada arah yang berlawanan,
diperlukan untuk keefektifan traksi, kontratraksi mencegah pasien dari jatuh dalam arah
dorongan traksi. Tanpa hal itu, spasme otot tidak dapat menjadi lebih baik dan semua
keuntungan traksi hanya menjadi lewat saja ada dua tipe dari mekanik untuk traksi,
dimana menggunakan kontratraksi dalam dua cara yang berbeda.
Yang pertama dikenal dengan traksi keseim-bangan, juga dikenal sebagai traksi
luncur atau berlari. Di sini traksi diaplikasikan melalui kulit pasien atau dengan metode
skeletal. Berat dan katrol digunakan untuk mengaplikasikan tahanan langsung sementara
berat tubuh pasien dalam kombinasi dengan elevasi dari dorongan tempat tidur traksi
untuk menyediakan kontratraksi (Taylor, 1987 Styrcula, 1994a; Dave, 1995 and Osmond,
1999).
Traksi Buck akan menjadi contoh dari hal ini. Yang kedua dinamakan traksi fixed
dan kontratraksi dimasukkan di antara 2 point cocok yang tidak membutuhkan berat atau
elevasi tempat tidur untuk mencapai traksi dan kontratraksi. Splint Thomas merupakan
contoh dari sistem traksi ini (Taylor, 1987, Styrcula 1994a; Dave, 1995 and Osmond,
199).
Komponen mekanis dari sistem traksi, katrol (pulley), tahanan vector dan friksi,
terkait dengan beberapa faktor : cara dimana kontratraksi diaplikasikan dan sudut, arah,
serta jumlah tahanan traksi yang diaplikasikan (Taylor, 1987 : 3). Sudut dan arah
dorongan traksi bergantung pada posisi katrol dan jumlah efek katrol sama dengan jumlah
dorongan yang diaplikasikan. Etika dua katrol segaris pada berat traksi yang sama maka
disebut dengan ”Block and tackle effect” hampir menggandakan jumlah dari tahanan
dorongan. Tahanan vector diciptakan dengan mengaplikasikan tahanan traksi pada dua
yang berbeda tetapi tidak berlawanan terhadap sisi tubuh yang sama. Hasil ini

35 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
menghasilkan tahanan ganda untuk dorongan traksi yang actual (Taylor, 1987 and
Styrcula, 1994).
Friksi selalu ada dalam setiap sistem traksi. Friksi memberikan resistansi terhadap
dorongan traksi malah mengurangi tahanan traksi. Hal ini diperlukan untuk
meminimalisir kapanpun dan bagaimanapun kemungkinan nantinya (Taylor, 1987 and
Styrcula, 1994).
Kita dapat menggunakan traksi : (1) untuk mendorong tulang fraktur ke dalam tempat
memulai, atau (2) untuk menjaga mereka immobile sedang hingga mereka bersatu, atau
(3) untuk melakukan kedua hal tersebut, satunya diikuti dengan yang lain. Untuk
mengaplikasikan traksi dengan sempurna, kita harus menemukan jalan untuk
mendapatkan tulang pasien yang fraktur dengan anam, untuk beberapa minggu jika
diperlukan. Ada dua cara untuk melakukan hal tersebut : (1) memberi pengikat ke kulit
(traksi kulit; (2) dapat menggunakan Steinmann pin, a Denham pin, atau Kirschner wire
melalui tulangnya (traksi tulang). Tali kemudian digunakan untuk mengikat pengikatnya,
pin atau wire ditaruh melalui katrol, dan dicocokkan dengan berat. Berat tersebut dapat
mendorong pasien keluar dari tempat tidurnya, sehingga kita biasanya membutuhkan
traksi yang berlawanan dengan meninggikan kaki dari tempat tidurnya. Salah satu dari
tujuan utama dari traksi adalah memperbolehkan pasien untuk melatih ototnya dan
menggerakkan sendinya, jadi pastikan bahwa pasien melakukan hal ini. Traksi
membutuhkan waktu untuk diaplikasikan dan diatur, tetapi hal ini dapat dengan mudah
diatur dengan asisten.

36 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
PEMERIKSAAN VISUS DENGAN SNELLEN CHART

A. Pengertian
Visus adalah ketajaman penglihatan. Pemeriksaan visus merupakan pemeriksaan untuk
melihat ketajaman penglihatan.
B. Macam – macam kartu pemeriksaan Visus
Cara memeriksa visus ada beberapa tahap:
1. Menggunakan 'chart' => yaitu membaca 'chart' dari jarak yang ditentukan, biasanya 5
atau 6 meter. Digunakan jarak sepanjang itu karena pada jarak tersebut mata normal
akan relaksasi dan tidak berakomodasi.
Kartu yang digunakan ada beberapa macam :
1. Snellen chart = kartu bertuliskan beberapa huruf dengan ukuran yang berbeda =>
untuk pasien yang bisa membaca.

2. E chart = kartu yang bertuliskan huruf E semua, tapi arah kakinya berbeda-beda.

3. Cincin Landolt =Kartu dengan tulisan berbentuk huruf 'c', tapi dengan arah cincin
yang berbeda-beda.

37 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
C. Prosedur Tindakan
Cara memeriksa :
1. Kartu diletakkan pada jarak 5 atau 6 meter dari pasien dengan posisi lebih tinggi
atau sejajar dengan mata pasien. Bila jarak 5 meter, maka visus normal akan
bernilai 5/5 artinya mata normal dapat melihat pada jarak 5 meter, pasien juga
dapat melihat pada jarak 5 meter. Bila berjarak 6 m, berarti visus normalnya 6/6.
Satuan selain meter ada kaki = 20/20, ada juga log (logaritma).
2. Pastikan cahaya harus cukup
3. Bila ingin memeriksa visus mata kanan, maka mata kiri harus ditutup dan pasien
diminta membaca kartu.
4. Cara menilai visus dari hasil membaca kartu :
1) Bila pasien dapat membaca kartu pada baris dengan visus 5/5 atau 6/6, maka
tidak usah membaca pada baris berikutnya => visus normal
2) Bila pasien tidak dapat membaca kartu pada baris tertentu di atas visus
normal, cek pada 1 baris tersebut
3) Bila cuma tidak bisa membaca 1 huruf, berarti visusnya terletak pada baris
tersebut dengan false 1.
4) Bila tidak dapat membaca 2, berarti visusnya terletak pada baris tersebut
dengan false 2.
5) Bila tidak dapat membaca lebih dari setengah jumlah huruf yang ada, berarti
visusnya berada di baris tepat di atas baris yang tidak dapat dibaca.
6) Bila tidak dapat membaca satu baris, berarti visusnya terdapat pada baris di
atasnya.
7) Bila terdapat penurunan visus, maka cek dengan menggunakan pinhole (alat
untuk memfokuskan titik pada penglihatan pasien)
8) Bila visus tetap berkurang => berarti bukan kelainan refraksi

38 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
9) Bila visus menjadi lebih baik dari sebelumnya => berarti merupakan kelainan
refraksi
D. Membaca Hasil
Contoh: membaca Snelleen chart

Snelleen chart yang yang digunakan dalam ukuran kaki = normalnya 20/20. Misal, pasien
dapat membaca semua huruf pada baris ke 8. Berarti visusnya normal. Bila hanya
membaca huruf E, D, F, C pada baris ke 6 = visusnya 20/30 dengan false 2.
Artinya, orang normal dapat membaca pada jarak 30 kaki sedangkan pasien hanya dapat
membacanya pada jarak 20 kaki.
1) Bila pasien membaca huruf Z, P pada baris ke 6 => visusnya 20/40
2) Bila tidak dapat membaca huruf pada baris ke 6, cek baris ke 5 dengan ketentuan
seperti di atas.
3) Cara pemeriksaan berlaku untuk E chart dan cincin Landolt.
Bila tidak bisa membaca kartu, maka dilakukan penghitungan jari. Penghitungan jari di
mulai pada jarak tepat di depan Snellen Chart = 5 atau 6 m
1) Dapat menghitung jari pada jarak 6 m = visusnya 6/60
2) Bila tidak dapat menghitung jari pada jarak 6 m, mka maju 1 m dan lakukan
penghitungan jari. Bila pasien dapat membaca, visusnya 5/60.
3) Begitu seterusnya, bila tidak dapat menghitung jari 5 m, di majukan jadi 4 m, 3 m,
sampai 1 m di depan pasien.
Bila tidak bisa menghitung jari pada jarak tertentu, maka dilakukan pemeriksaan
penglihatan dengan lambaian tangan.
39 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4
Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
1) Lambaian tangan dilakukan tepat 1 m di depan pasien.
Dapat berupa lambaian ke kiri dan kanan, atau atas bawah. Bila pasien dapat
menyebutkan arah lambaian, berarti visusnya 1/300
2) Bila tidak bisa melihat lambaian tangan, maka dilakukan penyinaran, dapat
menggunakan 'pen light'. Bila dapat melihat sinar, berarti visusnya 1/~. Tentukan
arah proyeksi :
a. Bila pasien dapat menyebutkan dari mana arah sinar yang datang,berarti
visusnya 1/~ dengan proyeksi baik
Proyeksi sinar ini di cek dari 4 arah. Hal tersebut untuk mengetahui apakah
tangkapan retina masih bagus pada 4 sisinya, temporal, nasal, superior, dan
inferior.
b. Bila tak dapat menyebutkan dari mana arah sinar yang datang, berarti
visusnya 1/~ dengan proyeksi salah.
c. Bila tidak dapat melihat cahaya, maka dikatakan visusnya = 0

SOP PEMERIKSAAN LAPANG PANDANG

A. Definisi:
Pemeriksaan lapang pandang merupakan pemeriksaan pada keluasan pandang klien
terhadap aspek lateral, medial, superior, dan inferior penglihatan.
B. Alat:
Buku catatan
C. Prosedur:
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien
2. Anjurkan klien untuk berdiri, pemeriksa berdiri sekitar 2,5 meter didepan klien,
usahakan tinggi mata sejajar antara klien dan pemeriksa
3. Tutup mata yang tidak diperiksa
4. Anjurkan klien untuk melihat mata pemeriksa dengan menggunakan mata yang akan
diperiksa. Perawat juga mefokuskan pandanganpada klien
5. Tempatkan jari pemeriksa pada bagian depan tepat diantara klien dan perawa
6. Perlahan gerakan tangan kea rah lateral, kemudian ke tengah kembali, lalu gerakkan
kea rah medial, ke tengah kembali, kearah superior dan inferior

40 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
7. Anjurkan klien untuk memberi isyarat dengan lisan apabila ia tidak dapat melihat jari
pemeriksa ketika digerakkan
8. Catat area yang tidak dapat diidentifikasi oleh klien
9. Lakukan pemeriksaan yang sama pada mata yang lain

SOP UJI ISHIHARA

A. Definisi :
Ishihara merupakan tes yang digunakan untuk menguji adanya kelainan mengenali warna
(buta warna) pada klien. Tes ini digunakan untuk mengetahui cacat warna merah dan
hijau akibat kerusakan retina (sel bipolar-badan ganglion genikulatum lateral)
Ishihara berbentuk gambar-gambar pseudoisokromatik yang disusun titik dengan
kepadatan warna berbeda sehingga orang normal dapat mengenal gambar yang dibentuk
oleh titik-titik tersebut.
B. Alat :
Gambar ishihara
C. Persiapan klien :
Berikan penjelasan pada klien tentang prosedur pelaksanaan/ teknik pemeriksaan
D. Persiapkan lingkungan:
Atur pencahayaan (tidak menyilaukan mata klien)
Prosedur :
1. Klien diminta melihat kartu dan menentukan gambar yang dilihat, misalnya angka 25
2. Klien iminta menyebukan gambar tesebut dalam waktu 3-10 detik bila lebih terdapat
kelaian buta warna

41 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
PERAWATAN LUKA BERSIH DAN KOTOR

1. Anatomi fisiologi sistem integumen


Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar yang menutupi dan
melindungi permukaan tubuh. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringat dan
kelenjar mukosa. (Syaifuddin, 2006)

1. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal
yang berbeda-beda: 400-600 μm untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan
dan kaki) dan 75-150 μm untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kaki,
memiliki rambut)
a) Stratum Korneum
Terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti dengan sitoplasma yang
dipenuhi keratin.
b) Stratum Lucidum
Terdiri atas lapisan tipis sel epidermis eosinofilik yang sangat gepeng, dan
sitoplasma terdri atas keratin padat. Antar sel terdapat desmosom.
c) Stratum Granulosum
Terdiri atas 3-5 lapis sel poligonal gepeng yang sitoplasmanya berisikan
granul keratohialin. Pada membran sel terdapat granula lamela yang
mengeluarkan materi perekat antar sel, yang bekerja sebagai penyaring
selektif terhadap masuknya materi asing, serta menyediakan efek
pelindung pada kulit.
42 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4
Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
d) Stratum Spinosum
Terdiri atas sel-sel kuboid. Sel-sel spinosum ini banyak terdapat di daerah
yang berpotensi mengalami gesekan seperti telapak kaki.
e) Stratum Basal/Germinativum
Merupakan lapisan paling bawah pada epidermis, terdiri atas selapis sel
kuboid. stratum ini bertanggung jawab dalam proses pembaharuan sel-sel
epidermis secara berkesinambungan.
2. Dermis
Dermis yaitu lapisan kulit di bawah epidermis, memiliki ketebalan yang
bervariasi bergantung pada daerah tubuh. Dermis terdiri atas dua lapisan
dengan batas yang tidak nyata, yaitu stratum papilare dan stratum reticular.
a) Stratum papilare
Merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri atas jaringan ikat
longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast, sel mast, makrofag, dan
leukosit yang keluar dari pembuluh (ekstravasasi).
b) Stratum retikulare
Yaitu yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun atas jaringan ikat
padat tak teratur (terutama kolagen tipe I).
3. Subkutis
Subkutis terdiri dari kumpulan-kumpulan sel-sel lemak dan diantara
gerombolan ini berjalan serabut-serabut jaringan ikat dermis. Lapisan lemak ini
disebut penikulus adiposus yang gunanya adalah sebagai shock breaker atau
pegas bila tekanan trauma mekanik yang menimpa pada kulit, isolator panas
atau untuk mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan untuk
kecantikan tubuh.
2. Fisiologi sistem integumen
Kulit merupakan organ yang paling luas permukaannya yang membungkus
seluruh bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan
kimia. Cahaya matahari mengandung sinar ultraviolet dan melindungi terhadap
mikroorganisme serta menjaga keseimbangan tubuh terhadap lingkungan. Kulit
merupakan indikator bagi seorang untuk memperoleh kesan umum dengan melihat
perubahan yang terjadi pada kulit. Misalnya menjadi pucat, kekuning-kuningan,

43 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
kemerah-merahan atau suhu kulit meningkat, memperlihatkan adanya kelainan yang
terjadi pada tubuh atau gangguan kulit karena penyakit tertentu.
Gangguan psikis juga dapat menyebabkan kelainan atau perubahan pada kulit.
Misalnya karena stress, ketakutan atau dalam keadaan marah akan terjadi perubahan
pada kulit wajah. Perubahan struktur kulit dapat menentukan apakah seseorang telah
lanjut usia atau masih muda. Wanita atau pria juga dapat membedakan penampilan kulit.
Warna kulit juga dapat menentukan ras atau suku bangsa misalnya kulit hitam suku
bangsa negro, kulit kuning bangsa mongol, kulit putih dari eropa dan lainnya.
(Syaifuddin, 2006)

3. Pengertian Luka
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh
trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik
atau gigitan hewan[ R. Sjamsu Hidayat, 1997].
Menurut Koiner dan Taylan, luka adalah terganggunya (disruption) integritas
normal dari kulit dan jaringan di bawahnya yang terjadi secara tiba-tiba atau disengaja,
tertutup atau terbuka, bersih atau terkontaminasi, superficial atau dalam.
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit ( Taylor, 1997). Luka
adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh
lain(Kozier, 1995).
Luka kotor atau luka terinfeksi adalah luka dimana organisme yang menyebabkan
infeksi pascaoperatif terdapat dalam lapang operatif sebelum pembedahan. Hal ini
mencakup luka traumatik yang sudah lama dengan jaringan yang terkelupas tertahan dan
luka yang melibatkan infeksi klinis yang sudah ada atau visera yang mengalami
perforasi. Kemungkinan relatif infeksi luka adalah lebih dari 27 %. Potter and Perry.
(2005)
1) Perawatan Luka Bersih
Prosedur perawatan yang dilakukan pada luka bersih (tanpa ada pus dan necrose),
termasuk didalamnya mengganti balutan.
2) Perawatan Luka Kotor
Perawatan pada luka yang terjadi karena tekanan terus menerus pada bagian
tubuh tertentu sehingga sirkulasi darah ke daerah tersebut terganggu.
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :

44 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
4. Mekanisme terjadinya luka :
1) Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal
yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura
seterah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)
2) Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan
dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
3) Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang
biasanya dengan benda yang tidak tajam.
4) Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau
yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
5) Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau
oleh kawat.
6) Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya
pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya
lukanya akan melebar.
7) Luka Bakar (Combustio)
5. JENIS-JENIS LUKA
a. Berdasarkan tingkat kontaminasi
1) Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah tak terinfeksi yang mana tidak
terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan,
pencernaan,genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan
luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson –
Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% – 5%.
2) Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka
pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam
kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya
infeksi luka adalah 3% – 11%.

45 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
3) Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka
akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau
kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut,
inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% – 17%.
4) Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya
mikroorganisme pada luka.
b. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka
1) Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang
terjadi pada lapisan epidermis kulit.
2) Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada
lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan
adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
3) Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan
meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai
bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada
lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul
secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak
jaringan sekitarnya.
4) Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon
dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.

c. Berdasarkan waktu penyembuhan luka


1) Luka akut : yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep
penyembuhan yang telah disepakati.
2) Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan,
dapat karena faktor eksogen dan endogen.

6. Penyembuhan Luka
Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan
dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda
asing dan perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan. Proses
penyembuhan terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan
dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi

46 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
area yang luka bebas dari kotoran dengan menjaga kebersihan membantu untuk
meningkatkan penyembuhan jaringan.
a. Prinsip Penyembuhan Luka
Ada beberapa prinsip dalam penyembuhan luka menurut Taylor (1997) yaitu :
1) Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh luasnya
kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang.
2) Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap dijaga.
3) Respon tubuh secara sistemik pada trauma.
4) Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka.
5) Keutuhan kulit dan mukosa membran disiapkan sebagai garis pertama untuk
mempertahankan diri dari mikroorganisme.
6) Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing tubuh
termasuk bakteri.
b. Fase Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan hal ini juga
berhubungan dengan regenerasi jaringan. Fase penyembuhan luka digambarkan
seperti yang terjadi pada luka pembedahan (Kozier,1995).
1) Fase inflamasi :
a. Hari ke 0-5
b. Respon segera setelah terjadi injuri à pembekuan darah à untuk mencegah
kehilangan darah
c. Karakteristik : tumor, rubor, dolor, color, functio laesa
d. Fase awal terjadi haemostasis
e. Fase akhir terjadi fagositosis
f. Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi
g. Dua proses utama terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan pagositosis.
2) Fase proliferasi or epitelisasi
a. Hari 3 – 14
b. Disebut juga dengan fase granulasi o.k adanya pembentukan jaringan
granulasi pada luka à luka nampak merah segar, mengkilat
c. Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblasts, sel inflamasi, pembuluh
darah yang baru, fibronectin and hyularonic acid

47 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
d. Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan lapisan
epidermis pada tepian luka
e. Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi
3) Fase maturasi atau remodeling
a. Berlangsung dari beberapa minggu s.d 2 tahun
b. Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta
peningkatan kekuatan jaringan (tensile strength)
c. Terbentuk jaringan parut (scar tissue) à 50-80% sama kuatnya dengan jaringan
sebelumnya
d. Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular dan vaskularisasi
jaringan yang mengalami perbaikan. Kollagen yang ditimbun dalam luka
diubah, membuat penyembuhan luka lebih kuat dan lebih mirip jaringan.
Kollagen baru menyatu, menekan pembuluh darah dalam penyembuhan luka,
sehingga bekas luka menjadi rata, tipis dan garis putih.

c. Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka


a. Status Imunologi
b. Kadar gula darah (impaired white cell function)
c. Hidrasi (slows metabolism)
d. Kadar albumin darah (‘building blocks’ for repair, colloid osmotic pressure-
oedema)
e. Nyeri (causes vasoconstriction)
f. Corticosteroids (depress immune function)
g. Usia : Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang
tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu
sintesis dari faktor pembekuan darah.
h. Nutrisi : Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien
memerlukan diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral
seperti Fe, Zn. Klien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status
nutrisi mereka setelah pembedahan jika mungkin. Klien yang gemuk
meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena supply darah
jaringan adipose tidak adekuat.

48 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
i. Infeksi : Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab
infeksi.
j. Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi : Sejumlah kondisi fisik dapat
mempengaruhi
k. penyembuhan luka. Adanya sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak
(yang memiliki sedikit pembuluh darah). Pada orang-orang yang gemuk
penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah
infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada orang dewasa
dan pada orang yang menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi atau
diabetes millitus. Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang menderita anemia
atau gangguan pernapasan kronik pada perokok. Kurangnya volume darah akan
mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi
untuk penyembuhan luka.
l. Hematoma : Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka
secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika
terdapat bekuan yang besar, hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat
diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.
m. Benda asing : Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan
terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari
serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk
suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah (“Pus”).
n. Iskemia : Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai
darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat
terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor
internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
o. Diabetes : Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan
gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan
terjadi penurunan protein-kalori tubuh.
p. Keadaan Luka : Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan
efektifitas penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.
q. Obat : Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti
neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama
dapat membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka.

49 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
r. Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera.
s. Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan
t. Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab.
u. kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak
akan efektif akibat koagulasi intravaskular.

d. Aturan dalam perawatan luka (Stevens, P.J.M. 1999)


a. Menghindari terjadinya pencemaran
Pada kulit dan lapisan lendir terdapat mikroorganisme. Oleh karena itu penting
sekali setelah membantu pasien dan setelah menggantikan balutan yang kotor,
perlu mencuci tangan dan mendensifeksi luka dan kulit.
b. Mengusahakan balutan tetap kering
mikroorganisme dengan cepat memperbanyak diri dalam lingkungan yang basah.
Sehingga perlu secara teratur mengganti balutan. Terutama lapisan luar balutan
tidak boleh basah karena mikroorganisme itu bisa melewati balutan yang basah
dan masuk kedalam luka.
c. Proses perkembangan aliran darah local
d. Mengembangkan kondisi yang baik
e. Selalu berusaha agar luka bersih
f. Penyokong yang baik untuk luka
Pada luka steril perlu sekali suatu dukungan yang baik terhadap luka tersebut,
untuk menjaga agar luka tersebut tidak menganga dan juga tidak timbul
pendarahan.
g. Menghindari kondisi luka yang makin memburuk
h. Menghindari rasa sakit yang tidak perlu
7. Tujuan
1) luka bersih
a. Mencegah timbulnya infeksi.
b. Observasi perkembangan luka.
c. Mengabsorbsi drainase.
d. Meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis
2) luka kotor
a. Mempercepat penyembuhan luka.

50 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
b. Mencegah meluasnya infeksi.
c. Mengurangi gangguan rasa nyaman bagi pasien maupun orang lain.

8. Indikasi
a. Luka bersih tak terkontaminasi dan luka steril.
b. Balutan kotor dan basah akibat eksternal ada rembesan/ eksudat.
c. Ingin mengkaji keadaan luka.
d. Mempercepat debredemen jaringan nekrotik
9. Persiapan peralatan
a. Luka bersih
Alat steril
1) Pincet anatomi 1
2) Pinchet chirurgie 1
3) Gunting Luka (Lurus)
4) Kapas Lidi
5) Kasa Steril
6) Kasa Penekan (deppers)
7) Mangkok / kom Kecil
Alat tidak steril
1) Gunting pembalut
2) Plaster
3) Bengkok/ kantong plastik
4) Pembalut
5) Alkohol 70 %
6) Betadine 10 %
7) Bensin/ Aseton
8) Obat antiseptic/ desinfektan
9) NaCl 0,9 %

b. Luka kotor
Alat steril
1) Pincet anatomi 1
2) Pinchet chirurgie 2

51 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
3) Gunting Luka (Lurus dan bengkok)
4) Kapas Lidi
5) Kasa Steril
6) Kasa Penekan (deppers)
7) Sarung Tangan
8) Mangkok / kom Kecil 2
Alat tidak steril
1) Gunting pembalut
2) Plaster
3) Bengkok/ kantong plastik
4) Pembalut
5) Alkohol 70 %
6) Betadine 2 %
7) H2O2, savlon
8) Bensin/ Aseton
9) Obat antiseptic/ desinfektan
10) NaCl 0,9 %

10. Prosedur
a. Luka bersih
Prosedur perawatan:
1) Menyiapkan alat
2) Menyiapkan pasien
3) Perkenalkan diri
4) Jelaskan tujuan
5) Jelaskan prosedur perawatan pada pasien
6) Persetujuan pasien
7) Tekhnis pelaksanaan
Prosedur pelaksanaan:
1) Jelaskan prosedur perawatan pada pasien.
2) Tempatkan alat yang sesuai.
3) Cuci tangan.
4) Buka pembalut dan buang pada tempatnya.

52 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
5) Bila balutan lengket pada bekas luka, lepas dengan larutan steril atau
NaCl.
6) Bersihkan bekas plester dengan bensin/aseton (bila tidak kontra indikasi),
arah dari dalam ke luar.
7) Desinfektan sekitar luka dengan alkohol 70%
8) Buanglah kapas kotor pada tempatnya dan pincet kotor tempatkan pada
bengkok dengan larutan desinfektan
9) Bersihkan luka dengan NaCl 0,9 % dan keringkan.
10) Olesi luka dengan betadine 2 % (sesuai advis dari dokter) dan tutup luka
dengan kasa steril
11) Plester verban atau kasa.
12) Rapikan pasien.
13) Alat bereskan dan cuci tangan.
14) Catat kondisi dan perkembangan luka.

b. Luka kotor
Prosedur perawatan
1) Menyiapkan alat
2) Menyiapkan pasien
3) Perkenalkan diri
4) Jelaskan tujuan
5) Jelaskan prosedur perawatan pada pasien
6) Persetujuan pasien
Tekhnis pelaksanaan
1) Jelaskan prosedur perawatan pada pasien.
2) Tempatkan alat yang sesuai.
3) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan (mengurangi transmisi pathogen
yang berasal dari darah). Sarung tangan digunakan saat memegang bahan
berair dari cairan tubuh.
4) Buka pembalut dan buang pada tempatnya serta kajilah luka becubitus
yang ada
5) Bersihkan bekas plester dengan bensin/aseton (bila tidak kontra indikasi),
arah dari dalam ke luar.

53 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
6) Desinfektan sekitar luka dengan alkohol 70%.
7) Buanglah kapas kotor pada tempatnya dan pincet kotor tempatkan pada
bengkok dengan larutan desinfektan.
8) Bersihkan luka dengan H2O2 / savlon.
9) Bersihkan luka dengan NaCl 0,9 % dan keringkan.
10) Olesi luka dengan betadine 2 % (sesuai advis dari dokter) dan tutup luka
dengan kasa steril.
11) Plester verban atau kasa.
12) Rapikan pasien.
13) Alat bereskan dan cuci tangan.
14) Catat kondisi dan perkembangan luka

11. Evaluasi
1) Dimensi luka : size, depth, length, width
2) Photography
3) Wound assessment charts
4) Frekuensi pengkajian
5) Plan of care

12. Dokumentasi
1) Potential masalah
2) Komunikasi yang adekuat
3) Continuity of care
4) Mengkaji perkembangan terapi atau masalah lain yang timbul
5) Harus bersifat faktual, tidak subjektif
6) Wound assessment charts

54 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
PROSEDUR PERAWATAN LUKA
PERAWATAN LUKA DENGAN BALUTAN BASAH DAN LEMBAB (KOMPRES)
1. Pengertian
Tindakan perawatan luka dan kompres yang membutuhkan balutah basah atau lembap
2. Tujuan
1) Mencegah, membatasi, atau mengontrol infeksi
2) Mengangkat jaringan nekrotik untuk meningkatkan penyembuhan luka
3) Menyerap drainase (eksudat)
4) Mempertahankan lingkungan luka yang lembap
5) Mengompres mata
3. Indikasi
1) Luka kronis dan banyak drainase/ pus
2) Luka yang banyak kehilangan jaringan kulit
4. Persiapan alat
1) Satu set steril sesuai kebutuhan
2) Plester
3) Kasa steril dalam tempatnya, perban bila perlu
4) Sarung tangan bersih
5) Sarung tangan steril
6) Larutan normal saline steril (NaCl 0,9%)
7) Kantong sampah infeksius
8) Perlak dan alasnya
9) Tempat penyimpanan barang steril, seperti bengkok (piala ginjal) dan mangkuk
steril (kopyes) diatas troli
5. Prosedur
1) Cek instruksi dokter dan rencana perawatan
2) Siapkan alat-alat, termasuk peralatan steril di meja/troli
3) Identifikasi pasien, jelaskan tujuan dan prosedur
4) Berikan privasi
5) Tinggikan tempat tidur dan turunkan penghalang tempat tidur untuk bekerja di
samping pasien
6) Tempatkan kantong untuk meletakkan balutan yang kotor di dekat pasien
7) Cuci tangan

55 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
8) Bentangkan perlak di bawah daerah yang akan diganti balutan
9) Pakai sarung tangan bersih (tidak steril)
10) Lepaskan plester ke arah luka atau buka ikatan balutan
11) Tuang larutan normal saline pada balutan
12) Lepaskan kasa satu per satu, lalu buang ke kantong plastik
13) Lepaskan sarung tangan
14) Buka set steril dengan tetap mempertahankan kesterilan alat
15) Tuang larutan normal saline ke dalam kopyes dan letakkan beberapa potong kasa
di daerah steril tersebut
16) Pakai sarung tangan steril
17) Bersihkan area luka menggunakan kasa, tekan kasa pada daerah depresi atau
lubang
18) Kaji luka, ukur, identifikasi tipe dan tentukan apakah ada tanda-tanda infeksi
19) Bentangkan kasa lembap dan basa dalam lapisan tunggal dan tempatkan di bagian
atas menutupi seluruh area
20) Kemudian tutup dengan kasa kering pada balutan untuk menahannya
21) Lepaskan sarung tangan dan masukkan ke dalam kantong sampah infeksius
22) Plester hanya pada bagian ujung-ujung balutan, plester montgomeri dapat
digunakan untuk mencegah iritasi kulit yang berlebihan dan kerusakan yang
disebabkan oleh ganti balutan yang sering. Untuk daerah tertentu, dapat ditambah
gulungan perban untuk memperkuat fiksasi
23) Kembalikan pasien ke posisi semula. Turunkan tempat tidur dan kembali naikkan
penghalang tempat tidur
24) Buang materi yang kotor ke dalam wadah yang tepat (sampah infeksius)
25) Cuci tangan
26) Bereskan alat-alat
27) Catat dalam rekam medic

PERAWATAN LUKA DENGAN BALUTAN KERING

56 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
1. Pengertian
Tindakan pembersihan luka dan penggantian balutan kering
2. Tujuan
1) Mencegah infeksi sekunder
2) Luka bersih dan kering
3) Meminimalkan mikroorganisme

3. Indikasi
Untuk luka atau insisi pembedahan yang mempunyai drainase minimal dan tidak ada
jaringan yang hilang
4. Persiapan alat
1) Satu alat steril sesuai kebutuhan
2) Plester
3) Kasa steril dalam tempatnya, perban bila perlu
4) Sarung tangan bersih
5) Sarung tangan steril
6) Larutan normal saline steril (NaCl 0,9 %)
7) Kantong sampah infeksius\
8) Perlak dan alasnya
9) Tempat penyimpanan barang steril, seperti bengkok (Piala ginjal) dan mangkuk
steril (Kopyes) diatas troli

5. Prosedur
1) Cek instruksi dokter dan rencana perawatan
2) Siapkan alat-alat, termasuk peralatan steril di meja/troli
3) Identifikasi pasien, jelaskan tujuan dan prosedur
4) Berikan privasi
5) Tinggikan tempat tidur dan turunkan penghalang tempat tidur untuk bekerja di
samping pasien
6) Tempatkan kantong untuk meletakkan balutan yang kotor di dekat pasien
7) Cuci tangan
8) Bentangkan perlak di bawah daerah yang akan diganti balutan

57 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
9) Pakai sarung tangan bersih (tidak steril)
10) Lepaskan plester ke arah luka atau buka ikatan balutan
11) Tuang larutan normal saline pada balutan
12) Lepaskan kasa satu per satu, lalu buang ke kantong plastik
13) Lepaskan sarung tangan
14) Buka set steril dengan tetap mempertahankan kesterilan alat
15) Tuang larutan normal saline ke dalam kopyes dan letakkan beberapa potong
kasa di daerah steril tersebut
16) Pakai sarung tangan steril
17) Bersihkan area luka menggunakan kasa, tekan kasa pada daerah depresi atau
lubang
18) Kaji luka, ukur, identifikasi tipe dan tentukan apakah ada tanda-tanda infeksi
19) Jika ada selang drain, bersihkan area drain dan sekitar area dengan gerakan
sirkulasi (memutar kearah luar). Jangan menggunakan zat kimia sitotoksik atau
yang berbahaya
20) Pasang beberapa kasa pada drain
21) Tutup daerah luka dengan kasa steril
22) Lepaskan sarung tangan dan masukkan ke dalam kantong sampah infeksius
23) Plester hanya pada bagian ujung-ujung balutan, plester montgomeri dapat
digunakan untuk mencegah iritasi kulit yang berlebihan dan kerusakan yang
disebabkan oleh ganti balutan yang sering. Untuk daerah tertentu, dapat
ditambah gulungan perban untuk memperkuat fiksasi
24) Kembalikan pasien ke posisi semula. Turunkan tempat tidur dan kembali
naikkan penghalang tempat tidur
25) Buang materi yang kotor ke dalam wadah yang tepat (sampah infeksius)
26) Cuci tangan
27) Bereskan alat-alat

58 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
PENILAIAN DERAJAT DAN PROSENTASE LUKA BAKAR

A. Definisi luka bakar


Luka bakar adalah Kerusakan/kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber
panas, dapat berupa api, air panas, bahan kimia, listrik/petir, radiasi

B. Fase Luka Bakar


1. Fase awal/akut/syok
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, akibat cedera termis sistemik dan
gangguan perfusi oksigen
2. Fase subakut
Masalah kehilangan jaringan yang menyebabkan reaksi inflamasi, meningkatnya
kerentanan terhadap infeksi, hipermetabolisme dan masalah penutupan luka.
3. Fase lanjut
Masalah jaringan parut hipertrofik dan kontraktur sebagai penyulit .

Jenis Lapisan Tampilan


Waktu
yang
Tekstur Sensasi Penyem Prognosis Contoh
dilibatkan
buhan

Sembuh
dengan
baik;Seng
atan

Merah matahari
Superfisial
Epidermis tanpa Kering Nyeri 5-10 hari yang
(derajat I) lepuh berulang
meningkat
kan risiko
kanker
kulit di
kemudian

59 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
hari

Agak Merah
Infeksi
superfisial, Meluas ke dengan
lokal/selul
mengenai lapisan lepuh yang kurang
Sangat itis tapi
sebagian dermis jelas. Lembab dari 2–3
nyeri biasanya
lapisan (papiler) Pucat minggu
tanpa
kulit superfisial dengan
parut
(derajat II) tekanan.

Parut,
Cukup Kuning
kerut
dalam, Meluas ke atau putih.
Tekana (mungkin
mengenai lapisan Lebih
Agak n dan 3– memerluk
sebagian dermis tidak
kering tidak 8 minggu an eksisi
lapisan (retikular) pucat.
nyaman dan
kulit dalam Mungkin
cangkok
(derajat II) melepuh
kulit)

Lama Parut,
Seluruh Meluas ke Kaku dan (berbula kerut,
lapisan seluruh putih/cokl Tidak n-bulan) amputasi
Kasar
kulit lapisan at Tidak nyeri dan tidak (eksisi dini
(Derajat III) dermis pucat sempurn dianjurkan
a )

Meluas ke Amputasi,

seluruh gangguan

lapisan fungsional
Hitam;
kulit, dan yang
hangus Tidak Perlu
Derajat IV ke dalam Kering signifikan
dengan nyeri eksisi
lapisan dan, dalam
eskar
lemak, beberapa

otot dan kasus,

tulang di kematian.

60 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
bawahnya

C. Perhitungan Luas Luka Bakar

Luas luka bakar dinyatakan sebagai presentase terhadap luas permukaan tubuh. Untuk
menghitung secara cepat dipakai Rule of Nine dari Wallace. Perhitungan cara ini hanya
dapat diterapkan pada orang dewasa, karena anak-anak mempunyai proporsi tubuh yang
berbeda. Untuk keperluan pencatatan medis, dapat digunakan kartu luka bakar dengan
cara Lund and Browder.

1. Perhitungan luas luka bakar berdasarkan “Rule of Nine” oleh Polaski dan Tennison
dari Wallace :

1) Kepala dan leher : 9%


2) Ekstremitas atas : 2 x 9% (kiri dan kanan)
3) Paha dan betis-kaki : 4 x 9% (kiri dan kanan)
4) Dada, perut, punggung, bokong : 4 x 9%
5) Perineum dan genitalia : 1%

61 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
Pada keadaan darurat dapat digunakan cara cepat yaitu dengan menggunakan luas
telapak tangan penderita. Prinsipnya yaitu luas telapak tangan = 1% luas permukaan
tubuh.

62 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
2. Perhitungan luas luka bakar menurut Linch dan Blocker (Rumus 10) untuk bayi:
a. Kepala: 20%

b. Tangan, masing-masing 10%

c. Kaki, masing-masing 10%

d. Badan kanan 20 %, kiri 20 %

3. Perhitungan luas luka bakar menurut Lund dan Browder:


Area 0-1 1-4 5-9 10-14 15 Dws
thn thn thn thn thn
Kepala 19 17 13 11 9 7
Leher 2 2 2 2 2 2
Anterior tubuh 13 13 13 13 13 13
Posterior tubuh 13 13 13 13 13 13
Bokong kanan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Bokong kiri 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Genitalia 1 1 1 1 1 1
Lengan atas 4 4 4 4 4 4
kanan
Lengan atas kiri 4 4 4 4 4 4
Lengan bawah 3 3 3 3 3 3
kanan
Lengan bawah 3 3 3 3 3 3
kiri
Telapak tangan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
kanan
Telapak tangan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
kiri
Paha kanan 5,5 6,5 8 8,5 9 9,5
Paha kiri 5,5 6,5 8 8,5 9 9,5
Kaki kanan 5 5 5,5 6 6,5 7
Kaki kiri 5 5 5,5 6 6,5 7
Telapak kaki 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
kanan
Telapak kaki 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
kiri
Total 100 100 100 100 100 100

63 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
D. Klasifikasi Derajat Luas Luka Bakar

Penderita luka bakar dapat digolongkan berdasarkan dalamnya jaringan yang


terbakar. Klasifikasi ini selalu dikaitkan dengan luas permukaan tubuh yang terbakar dan
kita kenal sebagai derajat luka bakar. Derajat luka bakar ditentukan oleh kedalaman
jaringan tubuh yang rusak oleh trauma panas dan tergantung oleh 2 faktor berikut :
1) Intensitas dan lamanya panas mengenai tubuh.
2) Rambatan panas pada jaringan (dipengaruhi oleh sifat lokal jaringan).
Jaringan yang tidak mampu merambatkan panas akan menderita kerusakan hebat
(nekrosis) sebaliknya jaringan yang dapat meneruskan panas ke jaringan sekitarnya yang
cukup mengandung air akan cepat menurunkan suhu sehingga kerusakan bisa lebih
ringan.
(Klasifikasi Luka Bakar)
Jaringan yang Tes Jarum Waktu
Klasifikasi Klinis Hasil
rusak “Pin prick” Sembuh
I Epidermis - Sakit Hiperalgesi 7 hari Normal

- Merah

- Kering
II Sebagian Sakit Hiperalgesi 7 – 14 hari Normal, pucat,
dermis, merah/kun atau normal berbintik
Dangkal folikel, ing, basah,
rambut dan bula
kelenjar
keringat utuh
II Hanya Sakit Hipoalgesi 14 – 31 Pucat,
kelenjar merah/kun hari depigmen-tasi,
Dalam keringat yang ing, basah, rata,
utuh bula mengkilat,
rambut (-),
cicatrix,
hipertropi
III Dermis Tidak Analgesi 21 hari Cicatrix,
seluruhnya sakit, persekun- hipertropi
putih, dam
coklat,
hitam,
kering

64 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
Untuk keperluan klinik terdapat juga klasifikasi yang didasari ketebalan luka,
kerusakan kulit dan perlu tidaknya penderita luka bakar mendapat perawatan intensif,
yaitu :

1. Luka bakar superfisial (superficial burn)


2. Luka bakar dangkal (superficial partial-thickness burn)
3. Luka bakar dalam (deep partial-thickness burn).
4. Luka bakar seluruh tebal kulit (full thickness burn)

Karena luka bakar sangat bervariasi baik mengenai luas permukan tubuh maupun
dalamnya jaringan yang terbakar, maka perlu ditetapkan keadaan-keadaan yang
memerlukan perawatan dan pengobatan di Rumah Sakit. Dalam hal ini dapat dipakai
patokan sebagai berikut:

1. Luka bakar berat (perlu dirawat di RS dan mendapat pengobatan intensif)


1) Derajat II (dewasa > 30 %, anak > 20 %).
2) Derajat III > 10%
3) Luka bakar dengan komplikasi pada saluran nafas, fraktur, trauma jaringan lunak
yang hebat.
4) Luka bakar akibat sengatan listrik
5) Derajat III yang mengenai bagian tubuh yang kritis seperti muka, tangan, kaki,
mata, telinga, dan anogenital.
2. Luka bakar sedang (perlu dirawat di RS untuk mendapat pengobatan yang baik,
biasanya tak seintensif luka bakar berat)
1) Derajat II dangkal > 15% (dewasa), 10% (anak)
2) Derajat II dalam antara 15-30% (dewasa), 10-20% (anak)
3) Derajat III < 10% yang tidak mengenai muka, tangan, kaki, mata, telinga, dan
anogenital.
3. Luka bakar ringan
1) Derajat I
2) Derajat II < 15% (dewasa), < 10% (anak-anak)
3) Derajat III < 2%

65 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
Derajat Luka Bakar

Dikelompokan beradasarkan kedalaman kerusakan yang terjadi. Klasifikasi


tradisional mengenal luka bakar derajat I, II, dan III, sedangkan sekarang digolongkan
menjadi

1) Superficial thickness (grd I)


2) Partial thickness superficial (grd IIa)
3) Partial thickness deep (grd II b)
4) Full thickness (grd III)
5) Klasifikasi dan temuan klinis

I II III
Derajat

Bagian Kulit Epidermis Epidermis dan sebagian Epidermis, dermis, dan


yang Rusak dermis lapisan di bawahnya
Bula - + -
Dasar Hiperemis Merah/pucat Putih/pucat
Eskar - - +
Nyeri +, karena ujung + -
saraf tidak
terganggu

66 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
Berdasarkan berat ringannya luka bakar, diperoleh beberapa kategori luka bakar menurut
American Burn Association:
1. Luka bakar berat/ kritis (major burn)
1) Derajat II-III > 20% pada pasien berusia < 10 tahun atau diatas 50 thn.
2) Derajat II- III > 25 % pada kelompok usia selain yang disebutkan pada butir
pertama
3) Luka bakar pada muka, telinga tangan, kaki dan perineum
4) Adanya cedera pada jalan napas tanpa memperhitungkan luas luka bakar.
5) Luka bakar listrik tegangan tinggi
6) Disertai trauma lainnya
7) Pasien-pasien dengan resiko tinggi
2. Luka bakar sedang/moderate
1) Luka bakar dengan luas 15-25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat III
kurang dari 10 %.
2) Luka bakar dengan luas 10-20% pada anak usia kurang 10 thn atau dewasa
lebih dari 40 thn, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %.
3) Luka bakar dengan derajat III kurang dari 10 % pada anak maupun dewasa
yang tidak mengenai muka, tangan, kaki dan perineum.
3. Luka bakar ringan
1) Luka bakar dengan luas kurang dari 15 % pada orang dewasa.
2) Luka bakar dengan luas kurang dari 10 % pada anak-anak
3) Luka bakar dengan luas kurang dari 2 % pada segala usia yang tidak mengenai
muka, tangan, kaki, perineum.

67 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
PERHITUNGAN HIDRASI LUKA BAKAR

a. Pengertian
Luka bakar adalah sejenis cedera pada daging atau kulit yang disebabkan oleh
panas, listrik, zat kimia, gesekan, atau radias. Periksa cidera yang terjadi di seluruh
tubuh secara sistematis untuk menentukan adanya cedera inhalasi, luas dan derajat
luka bakar. Dengan demikian jumlah dan jenis cairan yang diperlukan untuk resusitasi
dapat ditentukan. Terapi cairan diindikasikan pada luka bakar derajat II atau III
dengan luas > 25%, atau bila pasien tidak dapat minum. Terapi cairan dihentikan
bila masukan oral dapat menggantikan parenteral.
b. Tujuan
Untuk mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat yang dapat dipantau
dari tekanan darah, nadi, pengeluaran urin, keseimbangan asam – basa, derajat
kesadaran, serta hidrasi penderita.

c. Penggantian cairan:
Kombinasi kategori cairan yang digunakan:
1) Cairan koloid; Whoole blood, plasma serta plasma ekspander.
2) Kristaloid/elektrolit: larutan natrium klorida fisiologis atau lart. RL.
d. Pedoman dan rumus untuk penggantian cairan pada pasien luka bakar
1) Rumus Konsensus
Lart RL ( lart saline seimbang lainnya)= 2-4 ml x kg BB x % luas luka bakar.
Separuh diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam
berikutnya.
2) Rumus Evans.
a. Koloid: 1 ml x kg BB x % luas luka bakar.
b. Elektrolit (salin): 1 ml x kg BB x % luas luka bakar.
c. Glukosa (5% dalam air): 2000 ml untuk kehilangan insensibel.
Hari 1 : Separuh diberikan dalam 8 jam pertama, separuh sisanya dalam 16
jam berikutnya.

68 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
Hari 2 : Separauh dari cairan elektrolit dan koloid yang diberikan pada hari
sebelumnya, seluruh penggantian cairan insensibel.
Maksimum 10.000 ml selama 24 jam. Luka bakar derajat dua dan tiga
yang melebihi 50% luas permuakaan tubuh dihitung berdasarkan 50%
luas permukaan tubuh.
3) Rumus Brooke Army
a. Koloid: 0,5 ml x kg BB x % luas luka bakar
b. Elektrolit (lart RL) : 1,5 ML X kg BB x % luas luka bakar.
c. Glukosa (5% dalam air) : 2000 ml untuk kehilangan insensibel.
Hari1 : Separuh diberikan dalam 8 jam pertama, separuh sisanya dalam
16 jam berikutnya.
Hari2 :Separuh dari cairan koloid, separuh elektrolit, seluruh
penggantian cairan insensibel.Luka bakar derajat dua dan tiga yang
melebihi 50% luas permukaan tubuh dihitung berdasarkan 50% luas
permukaan tubuh.
4) Rumus Parkland/Baxter
Dewasa: Larutan Ringer Laktat : 4 ml x kg BB x % luas luka bakar.
Anak : RL : Dextran = 17 : 3
2 cc x BB x % luas LB +Kebutuhan Faali :
< 1 tahun : BB x 100 cc
1 – 3 tahun : BB x 75 cc
3 - 5tahun : BB x 50 cc
Hari 1: Separuh diberikan dalam 8 jam pertama, separuh diberikan dalam 16
jam berikutnya.
Hari2 : Bervariasi, ditambahkan koloid.
5) Larutan Salin Hipertonik.
Larutan pekat natrium klorida( NaCl ) dan laktat dengan konsentrasi
250-300 mEq natrium per liter yang diberikan pada kecepatan yang cukup
untuk mempertahankan volume keluaran urine yang diinginkan. Jangan
meningkatkan kecepatan infuse selama 8 jam pertama pasca luka bakar. Kadar
natrium serum harus dipantau dengan ketat.Tujuan tindakan ini: meningkatkan
kadar natrium serum dan osmolalitas untuk mengurangi edema dan mencegah
komplikasi paru.
Mekanisme dasar terapi penggantian cairan adalah: meningkatkan
osmolalitas serum, sehingga cairanakan ditarik kembali kedalam
ruangvaskuler dari ruang interstitial.
69 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4
Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
Contoh penggantian cairan:
Pasien berbobot 70 kg dengan luas luka bakar 50%.
Rumus konsensus: 2 - 4 ml/ kg / % luas luka bakar.
Hitung: 2 x 70 x 50 = 7000 ml/24 jam.
Pemberian infus : 8 jam pertama = 3500 ml atau 437 ml/jam; berikutnya 16
jam = 3500 ml, atau 219 ml/jam.

70 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
PERAWATAN LUKA BAKAR

A. Pengertian perawatan luka bakar


Luka bakar (combustio) adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang dapat
disebabkan oleh : panas (misal api, air panas, uap panas) radiasi, listrik, kimia, laser. Luka
bakar (combustio) adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. ( Moenajat,
2001). Perawatan luka bakar adalah suatu tindakan perawatan terhadap luka bakar.
B. Tujuan

1. Mencegah infeksi pada luka


2. Mempercepat penyembuhan pada luka

C. Etiologi
1. Panas (misal api, air panas, uap panas)
2. Radiasi
3. Listrik
4. Kimia
5. Laser
D. Klasifikasi Luka Bakar berdasarkan penyebabnya
1. Suhu
Disebabkan kontak kulit dengan zat yang panas baik panas kering maupun panas basah.
Zat panas dapat berapa gas, cairan atau zat padat. Berataya luka bakar tergantung dari
intensitas dan lamanya kontak.
a. Gas
Paparan gas panas dapat mengakibatkan luka bakar pad permukaan kulit dan
permukaan yang kontak selama pernafasan,(mulut, hidung, kerongkongan, jalan
nafas dan paru-para). Gas panas ini biasanya dari udara atmosfer menjadi panas
selama terjadinya kebakaran/ledakan. Udara dalam ruang tertutup menahan panas
lebih lama daripada ruangan terbuka.

71 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
b. Cairan

Jika cairan panas kontak langusng dengan kulit sehingga luka bakar serius.

a) Air teh , kopi --> classic scald burns


Sifat:

 kepekatan, gravitasi khusus, tegangan permukaan, suhu untuk mendidih


mendekati air.
 Pelarut utamanya adalah air
 Sering membuang panasnya ketika jauh dari sumber panas dan kontak
dengan kulit
 Terjadi parsial --> thickness burns jika kontaknya dengan kulit diatasi
b) Minyak goreng, pelumas, saus, sop, sirup dan gravies
Sifat:

 Kepekatan, grafitasi khusus, tegangan permukaan, boiling poin, jauh lebih


besar dari air dan dapat dipanasi lebih tinggi suhunya daripada air
 Substansi ini menahan panasnya lebih lama setelah dijauhkan dari sumber
panas
 Lukanya lebih dalam
 Lebih sulit diatasi
c. Benda padat
Mudah tidaknya panas dapat dipindahkan dari benda panas yang padat ke kulit
tergantung dari seberapa besar panas benda padat dan bagaimana sifat pembuangan
panasnya. Benda padat yang menahan suhu yang tinggi dan sering memindahkan
panasnya saat kontak dengan kulit, meliputi logam, keramik, beberapa jenis plastik,
kaca beton dan batu.

2. Bahan Kimia
Terjadi ketika bahan kimia khusus (baik dalam bentuk gas, cair, padat) secara langsung
kontak dengan kulit dan permukaan epitel. Meskipun beberapa reaksi kimia
memproduksi dan membuang panas, produk panas dari bahan kimia dapat
menyebabkan luka bakarnya biasanya asam kuat, seperti hidroklor, asam chro,is, asam
sulfur, atau basa kuat seperti sodium hidroksida.Selain kimia yang kuat hampir semua

72 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
dapat menyebabkan luka bakar jika sisanya secara tidak langsung kontak dengan kulit
dalamn waktu lama,misalnya sabun, deterjen, urin.

3. Listrik
Bisa dengan dua cara :

a. alternating current dapat menyebkan luka bakar yang lebih hebat dari direct current
b. direct current luka bakar yang hebat dihubungkan dengan voltase yang tinggi(77.000
volupada kecelakan,meskipun 155 volt yang terjadi dirumah juga menvebabkan
kerusakan yang consideraple).
4. Radiasi
Terjadi karena klien terpapar zat radio aktif yang dengan dosis tinggi Kebanyakan
paparan radiasi yang menunjukan luka pada jaringan berhubungan dengan tindakan
radiasi terapeutik,tapi biasanya bersifat minos atau jarang menyebabkan kerusakan
kulit. Kerusakan disebabkan terutama padatingkat sel,partikel dalam, inti sel ter ionisasi
dan mengganggu fungsi yang pokok/kritis,yang menunjukan kematian sel dan
menandakakan kegagalan organ.

Luka bakar/injuri ini ditentukan oleh factor-faktor:

 tipe radiasi
 jarak dan sumber
 lamanya paparan
 dosis yang diserap
 kedalaman penetrasi dalam tubuh
Berbagai organ mempunyai perbedaan resistensi terhadap radiasi yang merusak sel
biasanya organ atau jaringan yang mempunyai indeks mitosis dan reproduksi lebih
cepat,lebih susceptible terhadap kerusakkan akibat radiasi, misalnya seperti
tulang,kulit, membran mukosa. folikel rambut ,lapisan saluran gastro intestinal,lapisan
saluran paru-paru,dan daerah germinal testes.

E. Efek luka bakar


1. Efek local
73 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4
Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
a. nyeri, bengkak .dan fungsi menghilang
b. kehilangan cairan ,elektrolit,protein.
c. infeksi dapat mengubah luka bakar .Organisme seperti stafilococus/streptococcus
mengadakan kolonisasi diluka pada saat permulaan.sedangkan/psedoumonas
menyebabkan sepsis dan septikemi yang banyak ditemukan setelah 5 hari.
d. trombosit :luka akibat suhu dan luka akibat listrik.
2. Efek sistemik

a. Peningkatan permeabilitas kapiler secara umurn dengan kehilangan volume intra


vaskuler 50% volume plasma dapat menghilang dalam waktu 3 jam pada luka bakar
40% Hal mi menyebabkan penurunan curah jantung ,oliguri dan kegagalan ginjal.
b. Kegagalan pernafasan .
a) Obstruksi saluran pernafasan bagian atas akibat sekunder dari inhalasi luka bakar
atau trauma facial
b) Obstruksi saluran nafas bagian bawah atau kerusakan parenkim paru-paru akibat
sekunder dari
1) inhalasi produk kombusio yg bersifat toksik.
2) Kelebihan pemberian cairan pd tindakan resistensi
3) Sepsis
c. Katabolisme meningkat

d. Perubahan pada gastrointestinal.

F. Komplikasi luka bakar

1. Infeksi
Merupakan masalah utama. Bila infeksi berat maka dapat mengalami sepsis.Berikan
antibiotika berspektrum luas, bila perlu dalam bentuk kombinasi.Kortikosteroid jangan
diberikan karena bersifat imuno supresif kecuali pada keadaan tertentu misalnya edema
laring berat

2. Curling ‘s ulcer (tukak kurling)

74 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
Merupakan komplikasi serius, biasanya muncul pada hari ke 5 -10 . terjadi ulkus pada
duodenum lambung kadang-kadang dijumpai hematemesis.Antasida harus diberikan
secara rutin pada penderita luka bakar menunjukkan ulkus pada duodenum.

3. Gangguan jalan nafas


Paling dini muncul dibandingkan komplikasi lainnya muncul pada hari pertama.Terjadi
karena inhalasin aspirasi, edema paru dan infeksi.Penanganan : dengan jalan
membersihkan jalan nafas , memberikan O2 ,trakeostomi pemberian kortikosteroid
dosis tinggi dan antibiotika.

4. Konvulsio
Meliputi bangkiyan “kejang” akibat ketidak seimbangan elektrolit, hipoksemia infeksi,
pemberian obat-obat. Dilatasi lambung yang dirawat dengan dekompresi tabung
nasogatrok dan tekanan darah tinggi yang terjadi pada kira-kira 30% pada anak-anak
dan mungkin membutuhkan perawatan dengan vasodilator.

5. Timbulnya kontraktur
6. Gangguan kosmetis
G. PERMASALAHAN PASCA LUKA BAKAR
1. Infeksi dan sepsis
2. Oliguria dan anuria
3. Oedem paru
4. ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome )
5. Anemia
6. Kontraktur
7. Kematian
G. Peralatan Perawatan Luka Bakar
1. Bak instrument yang berisi
2. Pinset anatomis
3. Pinset chirurgis
4. Gunting debridemand
5. Kassa steril
6. Kom: 3 buah
7. Spuit 5 cc atau 10 cc
8. Sarung tangan
75 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4
Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
9. Gunting plester
10. Plester atau perekat
11. Desinfektant
12. NaCl 0,9%
13. Bengkok 2 buah, 1 buah berisi larutan desinfektant
14. Verband
15. Obat luka sesuai kebutuhan

H. Prosedur Pelaksanaan

1. Tahap Pra Interaksi

1) Melakukan verifikasi program pengobatan klien


2) Mencuci tangan
3) Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
2. Tahap Orientasi

1) Memberikan salam sebagai pendekatan therapeutic


2) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien/keluarga
3) Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
3. Tahap Kerja

1) Menjaga privacy
2) Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat terlihat jelas
3) Membuka peralatan
4) Memakai sarung tangan
5) Membuka balutan dengan hati-hati, bila sulit basahi dengan NaCl 0,9%
6) Membersihkan luka dengan menggunakan NaCl 0,9%
7) Melakukan debridemand bila terdapat jaringan nekrotik. (Bila ada bula jangan
dipecah, tapi dihisap dengan spuit steril setelah hari ke-3)
8) Membersihkan luka dengan NaCl 0,9%
9) Mengeringkan luka dengan mengguanakan kassa steril
10) Memberikan obat topical sesuai order pada luka
11) Menutup luka dengan kassa steril, kemudian dipasang verband dan diplester
12) Memasang verband dan plester

76 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
13) Merapikan pasien
4. Tahap Terminasi

1) Mengevaluasi hasil tindakan


2) Berpamitan dengan pasien
3) Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
4) Mencuci tangan
5) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
5. Dokumentasi

1) Tanyakan dan catat respon pasien


2) Catat kegiatan dan waktu
3) Nama perawat yang melakukan kegiatan
4) Paraf

77 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
PERAWATAN MATA, HIDUNG DAN TELINGA

1. PERAWATAN MATA
A. DEFINISI
Mata merupakan indra penglihatan yang sangat dibutuhkan untuk melakukanaktivitas.
Oleh sebab itu, individu harus membersihkan matanya supaya aktivitastidak menjadi
terganggu. Kebersihan mata adalah suatu keadaan atau upaya dimana mata bebas dari
kotoran, misalnya kotoran debu, asap, dan lain-lain. Kebersihan mata merupakan
salah satu komponen dari kebersihan diri (personal hygiene). Jadi,seseorang harus
membersihkan matanya agar bisa memenuhi kebersihan diri dantidak mengalami
gangguan penglihatan.
B. Tujuan
1. Agar mata bisa tetap sehat sehingga terhindar dari penyakit.
2. Untuk membersihkan kotoran mata sehingga mata tampak lebih bersih.
C. Persiapan Pasien
Posisikan pasien senyaman mungkin, idealnya posisi telentang.
D. Persiapan Alat
1. Kassa lidi steril
2. Sodium klorida steril 0,9 % untuk dialirkan atau air steril
3. Air hangat
4. Termometer mandi
5. Wadah untuk alat kotor (bengkok)
E. Prosedur
1. Jelaskan langkah-langkah prosedur pada klien
2. Letakkan wadah air atau saline di tempat yang berisi air hangat dan memiliki
temperatur tidak lebih dari 37oC (gunakan termometer mandi)
3. Berikan posisi yang nyaman pada klien, idealnya posisi telentang.
4. Posisikan klien dengan cahaya yang cukup.
5. Cuci tangan.
78 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4
Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
6. Buka kassa lidi steril tanpa menyentuh area steril.
7. Tuangkan normal saline ke dalam cucing yang berisi kasa lidi steril.
8. Memakai hand scone steril (sarung tangan steril)
9. Selalu membersihkan area dari terbersih sampai terkotor untuk mencegah
perpindahan infeksi/kotoran.
10. Minta klien untuk melihat ke atas dan gunakan kassa lidi basah (tidak
terlalubasah), secara perlahan bersihkan area kelopak bawah dari sudut nasal ke
luar.
11. Buang swab yang telah dipakai.
12. Ulangi prosedur sampai semua debris atau kotoran terangkat.
13. Keringkan kelopak mata bawah dengan kasa lidi yang agak basah yang baru.
14. Minta klien untuk melihat ke bawah dan bersihkan kelopak mata atas dari sudut
sampai ke luar.
15. Ulangi prosedur sampai semua debris atau kotoran terangkat.
16. Keringkan kelopak mata atas dengan kasa lidi yang agak basah yang baru.
17. Posisikan kembali klien sesuai dengan kenyamanan klien.
18. Lepaskan semua peralatan.
19. Cuci tangan
F. Rasional
1. Meningkatkan pengetahuan klien sehingga klien kooperatif dalam tindakan
keperawatan.
2. Respon tubuh pasien akan kaget ketika terkena cairan dingin, sehingga cairan
yang akan di masukkan mata harus dalam keadaan hangat.
3. Agar pasien merasa nyaman ketika prosedur dilaksanakan.
4. Dengan penerangan yang cukup akan membantu prosedur pembersihan mata.
5. Meminimalisir terjadinya infeksi pada mata melalui tangan.
6. Mencegah pemindahan mikroorganisme dari tangan ke area steril pada kasa lidi.
7. Mencegah tercecernya cairan normal saline.
8. Agar mata tidak terkontaminasi mikroorganisme di tangan.
9. Untuk mencegah perpindahan infeksi/kotoran.
10. Untuk membersihkan daerah bawah mata, agar kasa lidi tidak terkena kornea
mata.
11. Membuang alat-alat yang sudah tidak terpakai.

79 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
12. Agar semua debris atau kotoran terangkat.
13. Untuk membersihkan sisa cairan pada mata, kasa yang agak basah mencegah
terjadinya iritasi pada mata atau tidak menimbulkan rasa sakit pada mata pasien.
14. Untuk membersihkan daerah kelopak mata bagian atas.
15. Agar semua debris atau kotoran pada kelopak mata bagian atas terangkat.
16. Untuk membersihkan sisa cairan pada mata, kasa yang agak basah mencegah
terjadinya iritasi pada mata atau tidak menimbulkan rasa sakit pada mata pasien.
17. Mengembalikan pada posisi awal pasien dan pastikan kenyamanannya.
18. Mengembalikan semua peralatan yang telah digunakan.
19. Megurangi transmisi mikroorganisme.
G. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukantindakan perawatan kebersihan
mata adalah sebagai berikut:
1. Gunakan sabun yang halus dan mengandung minyak.
2. Jika mata terdapat kotoran, misalnya di kantus mata atau bulu mata, bersihkan
dengan menggunakan kapas basah yang bersih sehingga mata tidak
terkontaminasi lebih banyak lagi .
3. Jika mata merah, nyeri dan penglihatan menurun harus segera dibawa ke
rumahsakit, puskesmas , atau tenaga kesehatan lainnya untuk diperiksakan.
H. Evaluasi
1. Tanyakan pada klien kapan terakhir kalinya pemeriksaan mata untuk glaukoma
(Tes rutin untuk glaukoma disarankan setiap 2 tahun sekali bagiorang di atas usia
40 tahun)
2. Medikasi/ obat mata yang digunakan.
3. Gejala yang klien rasakan sebelum dan setelah pembersihan mata (Misal:nyeri,
fotofobia, penglihatan yang kabur, panas, gatal, air mata yangberlebihan,
lingkaran cahaya di sekitar cahaya, dan pengapungan).
4. Catat respon klien setelah dilakukan perawatan kebersihan mata.
5. Catat dan laporkan setiap tanda atau gejala perubahan visual setelahdilakukan
prosedur.
6. Catat rencana asuhan keperawatan dan waktu perawatan kebersihan mata.
2. Kebersihan Telinga.
A. Pengertian

80 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
Mencuci dan membersihkan rongga telinga agar telinga tetap bersih dan terhindar
dar infeksi.
B. Tujuan
1. Membersihkan/mengeluarkan nanah, kotoran telinga dan benda asing dari
rongga telinga.
2. Mencegah infeksi pada telinga.
3. Membant memperjelas pendengaran pasien.
4. Memberikan rasa nyaman pada pasien.
C. Indikasi
1. Pada klien yang tidak dapat membersihkan telinga sendiri.
2. Adanya sumbatan/kotoran dalam telinga.
3. Adanya benda asing dalam telinga.
D. Persiapan pasien
1. Sediakan asisten bila perlu, untuk mencegah cedera pada bayi dan anak kecil.
2. Atur posisi klien iring kesamping (side-lying) dengan telinga yang akan
dibersihkan pada bagian atas.
E. Persiapan alat
1. Handskun
2. Perlak dan pengalas
3. Handuk
4. Kapas lidi
5. Gliserin
6. Air hangat
7. Bengkok
8. Water pik/spuit
9. Kapas
F. Prosedur pelaksanaan
1. Persiapkan alat
R :Memudahkan akses peralatan dan mencegah keterlambatan
2. Cuci tangan dan kenakan handskun
R :Meminimalkan transfer mikroorganisme
3. Kaji kondisi strktur telinga luar dan salurannya

81 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
R: Memberikan dasar untuk menentukan apakah timbul respon lokan terhadap
pembersihan apakah kondisi klien mambaik
4. Jelaskan pada klien tentang tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
R :Untuk megurangi ansietas pada klien
5. Atur suplai di sisi tempat tidur
R :Memudahkan memasukkan gliserin ke dalam telinga. Saluran telinga dalam
posisi menerima gliserin
6. Minta klien mengambil posisi miring dengan telinga yang akan di bersihkan
berada di atas
R: Memudahkan memasukkan gliserin kedalam telinga dalam posisi menerima
gliserin
7. Pasang perlak dan pegalas di bawah kepala pasien
R :Menjaga kebersihan tempat tidur
8. Tutup tubuh klien dengan handuk
R :Menjaga kebersihan klien dari kotor dan basah
9. Jika serumen atau drainase menyumbat bagian paling luar saluran telinga, seka
dengan lembut mengenakan lidi kapas. Jangan mendorong serumen kedalam
untuk menghambat atau menyumbat saluran
R :Serumen drainase menjadi tempat berkumpulnya mikroorganisme dan dapat
menghambat distribusi obat ke dalam saluran telinga. Oskulasi saluran telinga
memengaruhi kondisi suara yang normal
10. Luruskan saluran elinga dengan menarik daun telinga ke bawah dan kebelakang
(pada anak-anak) atau ke atas dan ke luar (dewasa)
R :Meluruskan saluran telinga memberi jalan masuk langsung kebagian
struktur telinga luar yang lebih dalam
11. Memasukkan 3 tetesan gliserin pada waktu tidur dan tetes hidrogen peroksida.
Pegang alat 1 cm di atas saluran telinga
R :Untuk melembutkan dan melunakkan lillin
12. Masukkan kira-kira 250ml ar hangat (30˚C) ke kanal telinga luar
R :Untuk membersihkan lilin yang telah lunak secara mekanis
13. Letakkan bengkok di bawah telinga yang terkena
R :Untuk manangkap larutan irigrasi
14. Gunakan water pik untuk mengirigasi ke dalam kanal telinga

82 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
R :Menjaga kebersihan telinga
15. Setelah kanal bersih, seka setiap pelembab dari telinga klien dan memeriksa
kanal dari srumen yang masih tertinggal
R :Menjaga kebersihan telinga
16. Keringkan telinga dangan kapas, muka di keringkan dengan handuk
R :Meningkatkan kenyamanan klien
17. Atur posisi klien pada posisi semula
R :Mempertahankan kenyamanan klien
18. Lepaskan sarung tangan, cuci tangan, bereskan dan bersihkan alat, kembalian e
tempat semula
R :Mengurangi transmisi mikroorganisme
19. Evaluasi kondisi telinga luar di antara pemasukkan obat
R :Menentukan respon terhadap obat
20. Dokumentasikan tindakan
R :Dokumentasi yang akurat adalah tepat waktu dan deskriptif
G. Perhatian
1. Bersihkan telinga dngan teratur dan sering untuk mencegah benda asing masuk
ke dalam telinga klien
2. Cek pendengaran dan kebersihan telinga
3. Yakinkan dan beri rasa aman pada klien
H. Evaluasi
1. Minta klien menjelaskan teknik yang tepat untuk membersihkan telinga
2. Pada pemeriksaan tindak lanjut,tanyakan pada klien tentang frekuensi
pemeriksaan pendengaran
3. Observasi cara klien yang kehilangan pendengaran
4. Berinteraksi dengan keluarga

3. Kebersihan Hidung.
A. Pengertian
Mencuci atau membersihkan rongga hidung dengan cara mengeluarkan kotoran atau
benda asing dari hidung agar hidung tetap bersih dan terbebas dari infeksi.
B. Tujuan
1) Tujuan Membersihkan hidung dari kotoran sehingga pernafasan lancar.

83 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
2) Mengobati infeksi pada rongga hidung.
3) Memberikan rasa nyaman pada pasien.
C. Indikasi
1) Pada klien yang tidak bisa membersihkan hidung sendiri.
2) Adanya kotoran atau benda asing dalam hidung.
D. Persiapan Pasien
1) Sediakan asisten jika perlu, untuk mencegah cedera pada bayi dan anak kecil.
2) Atur posisi klien berbaring supinasi dengan kepala hiperektensi diatas bantal
(untuk pengobatan sinus etmoid dan sfenoid) atau posisi supinasi dengan kepala
hierektensi dan miring ke samping (untuk pengobatan sinus maksilar dan
frontal).
E. Persiapan Alat
1) Waslap .
2) Air / salin.
3) Sarung tangan sekali pakai (jika perlu).
F. Prosedur pelaksanaa
LANGKAH
1. Persiapkan alat
Memudahkan akses peralatan dan mencegah keterlambatan
2. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan.
Meminimalkan transfer organisme
3. Jelaskan prosedur dan sensasi yang akan timbul, misalnya rasa terbakar pada
mukosa atau sensasi tersendak ketika obat menetes ke dalam tenggorokan.
Membantu mengurangi kecemasan
4. Atur suplai obat disisi tempat tidur.
Memastikan prosedur berlangsung lancar dan teratur
5. Intruksikan klien untuk menghembuskan udara, kecuali dikontraindikasikan
(misal : resiko peningkatan tekanan intrakranial atau hidung berdarah)
Memasyikan klien dalam keadaan rileks
6. Gunakan waslap basah atau aplikator kapas bertangkai yang dilembabkan dalam
air atau salin ( aplikator seharusnya jangan dimasukkan melebihi panjang ujung
kapas)
Untuk mengeluarkan sekret

84 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
7. Bantu klien mengambil posisi yang nyaman setelah obat diabsorbsi
Mengembalikan rasa nyaman
8. Lepaskan sarung tangan dan buang suplai yang kotor dalam wadah yang tepat,
cuci tangan
Mempertahankan lingkungan yang rapi dan teratur, mengurangi penularan
mikroorganisme
9. Beri tau klien bahwa prosedur telah dilaksanakan
Klien merasa puas dan nyaman
G. Evaluasi
1) Minta klien mendemonstrasikan dan menjelaskan teknik membersihkan
hidung.
2) Inspeksi rumah klien pada saat kunjungan rumah dan cari adanya detektor
asap.
3) Mintalah izin untuk memeriksa beberapa makanan yang ada di lemari
pendingin.

85 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
PEMERIKSAAN MATA

A. Tujuan

1. Mengetahui bentuk dan fungsi mata


2. Mengetahui adanya kelainan pada mata
B. Persiapan alat
1. Senter kecil
2. Surat kabar atau majalah
3. Kartu snellen
4. Penutup mata
5. Sarung tangan (jika perlu)
C. Prosedur pelaksanaan
1. Inspeksi
Kelopak mata
1. Anjurkan klien melihat lurus kedepan kemudian bandingkan mata kiri dan
kanan, inspeksi posisi dan warna kelopak mata
2. Anjurkan klien memejamkan mata kemudian amati bentuk dan keadaan kulit
pada kelopak mata, serta pada pingir kelopak mata.
3. Untuk ispeksi kelopak mata bawah , minta klien untuk membuka mata ,
perhatikan frekuensi berkedip mata.

Konjungtiva dan sklera


1. Anjurkan klien melihat lurus kedepan
2. Tarik kelopak mata bagian bawah kebawah dengan mengunakan ibu jari,
kemudan amati keadaan konjungtiva dan kantung konjungtiva bagian bawah,
catat jika ada pus atau warnnya tidak normal.

Kornea
1. Berdiri disisi klien, lalu dengan cahaya tidak langsung, inspeksi kejernihan dan
tekstur kornea
2. Lakukan uji sensitivitas kornea dengan menyebtuhkan gulungan kapas steril
untuk melihat reaksi berkedip.

Pupil dan Iris


1. Atur pencahayaan kamar menjadi sedikit redup
2. Pegang kepala dan dagu klien agar tidak bergerak-gerak
3. Inspeksi ukuran, bentuk, keselarasan pupil dan reaksi terhadap cahaya
86 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4
Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
4. Uji refleks pupil terhadap cahaya
 Sinari pupil klien dengan senter dari samping
 Amati mengecilnya pupil yang sedang disinari
 Lakukan pada pupil yang lain
5. Periksa reflek akomodasi
 Anjurkan klien untuk menatap suatu objek yang jauh
 Anjurkan klien untuk menatap objek pemeriksa (jari/pensil) yang dipegang
10 cm dari batang hidung klien
 Amati perubahan pupil dan akomodasi melalui konstriksi saat melihat
objek yang dekat.

Pergerakan Bola Mata


1. Anjurkan klien untuk melihat lurus kedepan
2. Amati kedua bola mata apakah diam atau nistagmus (pergerakan secara
spontan)
3. Amati bentuk, frekuensi (cepat/lambat)\amati apakah kedua mata memandang
lurus kedepan atau salah satu deviasi.
4. Luruskan jari telunjuk dan dekatkan pada klien dengan jarak 15-30 cm.
5. Instruksikan klien agar mengikuti gerakan jari pemeriksa ke-8 arah tatapan
utama, yaitu atas dan bawah, kanan dan kiri, diagonal keatas dan kebawah
kanan.
6. Jaga jari agar tetap dalam lapang pandang penglihatan normal.

Medan Penglihatan
1. Pemeriksa berdiri didepan klien kira-kira 60 cm
2. Tutup mata klien yang tidak diperiksa
3. Instruksikan klien untuk melihat lurus kedepan dan memfokuskan pada 1 titik
pandang.
4. Gerakan jari pemeriksa pada jarak yang sebanding dengan panjang lengan di
luar lapang penglihatan
5. Minta klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia melihat jari pemeriksa.
6. Perlahan tarik jari pemeriksa mendekat. Jaga jari agar selalu tetap ditengah
antara pemeriksa dan klien.
7. Kaji mata sebelahnya.

Pemeriksaan
Ketajaman Penglihatan
Pengkajian Tahap 1
1. Pastikan cahaya ruangan cukup terang
2. Minta kien untuk membaca surat kabatr/majalah (apabila klien berkaca mata
anjurkan untuk memakainya)
3. Perhatikan jarak naskah yang dipegang klien dengan matanya.
4. Apabila klien mengalami kesulitan membaca lanjutkan pemeriksaan
87 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4
Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
Pengkajian Tahap 2

1. Siapkan kartu Snellen


2. Atur temapt duduk klien dengan jarak 5-6 meter dari kartu tersebut
3. Atur penerangan yang cukup sehingga kartu dapt dibaca dengan jelas
4. Instruksikan klien untuk menutup mata kiri, kemudian periksa mata kanan
dengan menyuruh klien untuk membaca mulai huruf yang paling besar sampai
huruf yang paling kecil dan catat huruf terakhir yang masih bisa terbaca oleh
klien.
5. Lakukan pemeriksaan pada sebelah mata kiri dengan menutup mata kanan.

Penglihatan warna
Dengan menggunakan buku ishihara, lakukan tes buta warna dengan cara
meminta penderita membaca dan menyebutkan angka yang tampak pada setiap
halaman buku. Hasil bacaan penderita dikonfirmasikan dengan jawaban yang
tersedia untuk menentukan diagnosis.

2. Palpasi
1. Anjurkan klien untuk memjamkan mata
2. Palpasi kedua mata dengan jari telunjuk diatas kelopak mata sisi kiri dan sisi
kanan
3. Dengan menekan-nekan bola mata, periksa nilai konsistensianya dan adanya
nyeri tekan

88 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
IRIGASI MATA

I. Pengertian
Irigasi mata ialah suatu cara untuk membersihkan dan atau mengeluarkan benda
asing dari dalam mata.dapat juga diartikan tindakan membersihkan mata / bola
mata dengan air mengalir.
II. Tujuan
Untuk membersihkan dan atau mengeluarkan benda asing dari dalam mata.
III. Indikasi
1. Cedera kimiawi pada mata
2. Benda asing dalam mata
3. Inflamasi mata

IV. Kontraindikasi
Luka karena tusukan / perforasi mata

V. Kemungkinan Komplikasi
1. Kemungkinan terjadi cedera perforasi pada mata bila irigasi dilakukan dengan
tidak hati-hati dan lembut.
2. Kontaminasi silang pada mata yang sehat bila terdapat infeksi.
3. Abrasi kornea atau konjungtiva

VI. Peralatan
1. Handschoen bersih
2. Anestesi topikal (bila perlu)
3. Cairan irigasi steril ( biasanya normal saline) dengan kanula
4. Plester katun
5. Retraktor desmares (bila ada)
6. Kasa secukupnya
7. Bengkok
8. Handuk atau laken untuk menutupi pakaian pasien

VII. Langkah-langkah
1. Siapkan peralatan
2. Identifikasi pasien
3. Jelaskan prosedur tindakan pada pasien
4. Pakai sarung tangan
5. Tutupi pasien dengan handuk atau laken
6. Miringkan pasien ke arah lateral mata yang akan di irigasi, pasang bengkok.

89 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
7. Bila diperlukan teteskan anestesi topikal, gunakan retraktor desmares untuk
membuka kelopak mata. Jika tidak ada, kelopak mata harus ditahan agar tetap
terbuka, gunakan kasa.
8. Untuk menahan kelopak mata tetap terbuka, berikan tekanan pada tulang prominen
pada alis dan pipi, tidak pada bola mata.
9. Arahkan jatuhnya aliran irigasi langsung di atas celah kelopak mata bagian nasal
(kantus), dari dalam kantus kearah luar kantus
10. Biasanya digunakan 1 lt cairan dengan cepat untuk cedera mata karena asam.
11. Biasanya digunakan 2 lt cairan untuk cedera karena alkali pada mata.
12. Keringkan bagian luar dari mata dan daerah sekitarnya setelah melakukan irigasi.

VIII. Tindak lanjut


1. Periksa efektifitas irigasi, ukur pH forniks konjuntiva dengan indikator pH.
2. pH normal mata adalah 7,4 dan, bila hasil pengukurannya abnormal, lanjutkan
irigasi.
3. Bila pH hasil pengukuran menunjuken angka yang normal, periksa kembali setelah
20 menit untuk memastikan bahwa hal ini normal.
4. Kaji rasa nyaman pasien.

IX. Dokumentasi
1. Tangggal dan waktu prosedur
2. Jenis dan jumlah cairan yg diberikan
3. Toleransi pasien terhadap prosedur
4. Karakter cairan yang keluar, catat setiap benda asing yang keluar
5. Kondisi mata setelah prosedur, seperti kemerahan, bengkak, dan reaksi pupil
6. Instruksi-instruksi yang diberikan kepada pasien dan/atau keluarga

90 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
PEMERIKSAAN PENDENGARAN (GARPUTALA )

A. Tujuan
Untuk mengetahui keadaan pendengaran

B. Persiapan Alat
Garputala

C. Prosedur Kerja :

1. Memperkenalkan kepada klien


2. Memberitahu klien tujuan dan prosedur kerja
3. Mencuci tangan
4. Mempersiapkan alat
5. Pemeriksaan dengan Test Bisik

a. ruangan harus sunyi dan tidak menggema


b. ruangan berjarak 6 meter
c. memberitahukan pasien bahwa kita akan membisikkan 10 kata, dan pasien
disuruh menyebutkan kata yang kita bisikkan tersebut
d. mintalah pasien menutupi mata dengan tangan kiri dan tangan kanan menekan
tragus telinga kiri (memeriksa telinga kanan)
e. pemeriksaan dimulai dari jarak 1 m hingga 6 m, berhenti jika hanya mendengar
80% dari 10 kata yang kita bisikkan

evaluasi hasil tes :


tuli ringan : 4-6 m (praktis normal)
tuli sedang : 1-4 m
tuli berat : <1m
tuli total : tidak mendengar sama sekali

6. Melakukan tes batas atas dan batas bawah

a. membunyikan kelima garputala dan periksa apakah pasien bisa mendengar


semua garputala
b. pemeriksa mendengar dulu, jika hampir tidak terdengar berikan garputala ke
pasien untuk didengarkan
c. jika pada 126 hz tidak terdengar maka dikatakan "batas bawah naik" (tuli
konduksi)
d. jika pada 2048 hz tidak terdengar maka dikatakan "batas atas turun" (tuli
persepsi neural)

91 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
7. Melakukan tes rinne (garputala 512hz)

a. garputala dibunyikan dan diletakkan tegak lurus dengan os mastoid pasien, jika
hampir tidak terdengar pindahkan garputala di depan meatus acusticus eksternus
(MAE) pasien.
b. jika masih terdengar dikatakan rinne positif : dapat normal atau tuli perepsi neural
c. jika tidak terdengar dikatan rinne negatif : tuli konduksi

8. melakukan tes weber (garputala 512hz)

a. membunyikan garputala dan meletakkan di bagian medial tubuh (dahi, vertex,


dagu,)
b. tanyakan pasien daerah mana yang lebih terasa (adakah lateralisasi)

9. Melakukan tes schwabach (garputala 512hz)


a. membunyikan garputala dan letakkan di mastoid pemeriksa, jika sudah tidak
terdengar pindahkan ke mastoid pasien.
b. tanyakan masih terdengar atau tidak
c. jika masih terdengar dikatakan “schwabach memanjang : tuli konduksi
d. jika tidak mendengar dikatakan “schwabach memendek” : tuli persepsi
e. jika tidak mendengar dapat dikatakan pasien tersebut normal

92 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
IRIGASI TELINGA

1. Pengertian
Irigasi dari canalis auditorius eksterna umumnya dilakukan dengan tujuan untuk
membersihkan, walaupun pemberian cairan hangat dan antiseptik kadang-kadang
dilakukan. Irigasi biasanya dilakukan di RS. Menggunakan peralatan steril sehingga
mikroorganisme tidak akan masuk ke dalam telinga.

Normal saline pada suhu tubuh (37,00C atau 98,6 F) seringkali digunakan untuk
mengiritasi telinga. Perawat menggunakan termometer untuk menjamin bahwa telinga
jika membran tympani tidak rusak, dimana teknik steril digunakan. Posisi kanalis
auditorius eksterna bervariasi sesuai umur. Pada anak dui bawah 3 tahun, mengarah ke
atas, pada dewasa, canalis auditorius eksterna berbentuk 5 sekitar 2,5 cm (1 in)
panjangnya. Irigasi telinga adalah suatu usaha untuk memasukkan cairan dalam telinga.

2. Tujuan
Untuk membersihkan atau mengeluarkan benda asing dari dalam telinga.

3. Indikasi
1) Inflamasi konjungtive
2) Mempersiapkan pasien untuk pembedahan mata
3) Untuk mengangkat sekresi inflamasi.
4) Untuk mengeluarkan cairan, serumen, bahan-bahan asing dari kanal audiotory eksternal
5) Untuk mengirigasi kanal audiotory eksternal dengan lartutan antiseptic.
6) Untuk menghangatkan atau mendinginkan kanal audiotory eksterna.
4. Kontraindikasi
1) Gangguan pada membran tympani.
2) Perforasi membran timpani atau resiko tidak utuh (injurie sekunder, pembedahan,
miringitomi).
3) Terjadi komplikasi sebelum irigasi.
4) Temperatur yg ekstrim panas dapat menyebabkan pusing, mual dan muntah.
5) Bila ada benda penghisap air dalam telinga, seperti bahan sayuran (kacang), jangan
diirigasi karena bahan-bahan tersebut mengambang dan sulit dikeluarkan.
5. Komplikasi
1) Ruptur (pecah) pada membran tympani.

93 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
2) Kehilangan pendengaran.
3) Trauma/injury kanal teling dalam
6. Prinsip Kerja
Telinga irigasi dapat dilakukan dengan menggunakan jarum suntik 50-60-cc (suntik
20-30-cc untuk anak-anak). Beberapa perawat memilih untuk melampirkan lubang yang
besar IV (intravena) kateter (dengan jarum dihapus) untuk jarum suntik untuk arah lebih
mudah fluida. Dengan menggunakan metode ini, cairan yang disedot ke dalam jarum
suntik dan disemprotkan ke dalam liang telinga. Metode lain menggunakan larutan IV dan
tubing, dengan konektor irigasi telinga pakai yang pas dan ke atas telinga luar. Bila
menggunakan metode ini, IV diaktifkan dan arus fluida oleh gravitasi ke telinga untuk
menciptakan irigasi. Bila menggunakan metode IV, tas harus sekitar 6 inci (15 cm) atau
kurang di atas kepala pasien untuk menciptakan tekanan fluida yang tepat.

Setelah posisi pasien, daun telinga dari telinga yang terkena dampak harus diadakan
kembali, dan sampai (belakang dan ke bawah untuk bayi). Ujung jarum suntik atau kateter
irigasi harus ditempatkan di pintu masuk ke telinga Jaringan telinga tidak boleh disentuh.
Saluran telinga tidak boleh tersumbat, atau solusi tidak akan dapat berlari kembali keluar
dari telinga Dengan lembut mengarahkan aliran larutan irigasi terhadap aspek atas dari
saluran telinga eksternal, perawat harus jarum suntik atau menjalankan dalam cairan IV
pada tingkat lambat, stabil, yang memungkinkan cairan untuk melarikan diri keluar dari
saluran telinga dan ke baskom. Jika menggunakan alat PIK gigi, pengaturan terendah
harus digunakan.. Mengerahkan terlalu banyak tekanan dapat memaksa benda asing atau
oklusi lilin lebih ke dalam liang telinga. Cairan kembali kemudian harus diperiksa sebelum
jarum suntik diisi ulang-atau setelah 100cc cairan untuk dewasa, dan 30cc cairan bagi
seorang anak. Perawat harus menyelidiki apakah objek lilin atau asing telah mengguyur
dari telinga. Bila oklusi telah dihapus, 500cc cairan irigasi harus digunakan untuk-dewasa
100cc untuk anak, atau seperti yang diperintahkan oleh dokter. Prosedur ini harus terputus
jika pasien mengeluh sakit atau pusing.

7. Persiapan Alat
1) Bengkok
2) Kom kecil
3) Kapas
4) Kassa

94 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
5) Nacl
6) Spuit 10 cc
7) Baki
8) Perlak dan pengalas
9) Handuk
10) Lidi kapas/cotton bud
11) Sarung tangan
12) Otoskop
13) Tetes telinga (Chloramfenicol)
14) Lampu depan
8. Prosedur Kerja
1) Pra Interaksi
a. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
b. Menempatkan alat di dekat klien dengan benar
2) Tahap Orientasi
a. Memberikan salam, panggil klien dengan nama yang disenangi
b. Memperkenalkan nama perawat
c. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien dan keluarganya
d. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
e. Memberikan kesempatan klien untuk bertanya
f. Mencuci tangan
3) Tahap Kerja
a. Menjaga privasi klien dengan menutup sampiran
b. Mendekatkan alat dekat klien
c. Memposisikan klien duduk
d. Memasang perlak dan pengalas dibawah kepala klien
e. Memasang handuk diatas perlak dan pengalas
f. Mendekatkan bengkok
g. Memakai sarung tangan
h. Memeriksa telinga dg otoskop sebelum melakukan irigasi
i. Membersihkan telinga luar dengan cotton bud atau kapas
j. Mengisi spuit irigasi
k. Meminta klien untuk memegang bengkok

95 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
l. Menyuruh klien untuk miring pada telinga yang akan dilakukan irigasi
m. Membersihkan telinga luar dengan cotton bud atau kapas
n. Mengisi spuit irigasi
o. Meminta klien untuk memegang bengkok
p. Menyuruh klien untuk miring pada telinga yang akan dilakukan irigasi
q. Menarik aurikel ke atas dan keluarà telinga superior dan posterior (dewasa), tarik
aurikel posterior dan inferior (anak di atas 3 tahun)
r. Melakukan irigasi dengan perlahan untuk mengurangi peningkatan tekanan
s. Melakukan irigasi secara bergantian pada kedua telinga
t. Setelah irigasi , inspeksi kanal telinga untuk melihat kemajuan dari tindakan atau
cek cairan irigasi yang keluar serumen atau benda-benda asing
u. Mengulangi irigasi sesuai kebutuhan, istirahatkan klien diantara irigasi.
v. Mengeringkan telingan dengan kapas, taruh kapas 5-10 menit untuk absorbsi dari
kemungkinan lembab
w. Meneteskan obat tetes telinga
x. Mengambil pengalas dan handuk
y. Merapikan klien
z. Membuka sarung tangan
4) Tahap Terminasi
a. Membereskan alat
b. Mencuci tangan
c. Melakukan evaluasi tindakan dan kontrak waktu
d. Berpamitan dengan klien
e. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

Tindak Lanjut:
1. Kaji keberhasilan irigasi telinga.
2. Kaji rasa nyaman pasien.
3. Bersihkan peralatan.

Dokumentasi:
1. Tanggal dan waktu prosedur.
2. Tipe dan jumlah cairan.
96 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4
Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
3. Toleransi pasien terhadap prosedur.
4. Karakter cairan yang keluar.
5. Intruksi-intruksi yang diperlukan oleh pasien atau keluarga.

Hal Yang Harus Diperhatikan


o Kanal telinga anak-anak lebih kecil.
o Tarik aurikel ke bawah dan kebelakang.
o Anak-anak posisi supinasi bila perlu di resraint untuk menghindari pergerkan.
o Untuk mengurangi ansieas jelaskan prosedur dan izinkan anak-anak untuk menyentuh
air atau mendengarkan suara air.

97 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM IMUN

a. Pengertian

Imunitas adalah Semua mekanisme yang digunakan badan untuk


mempertahankan keutuhan tubuh, sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat
ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup. Pemeriksaan fisik sistem imun
merupakan sarana yang sangat penting untuk mengetahui penyakit defisiensi imun.
b. Tujuan
1. Untuk menentukan kompetensi imunologik baik pada orang normal maupun pada
kelainan respons imunologik.
2. Untuk menunjang diagnosa penyakit-penyakit non-imunologik.

c. Pengkajian system imun

Penilaian fungsi imun dimulai dari hasil anamnesis riwayat kesehatan pasien dan
pemeriksaan fisik. Riwayat kesehatan pasien harus mengandung informasi yang rinci
mengenai faktor – faktor dimasa lalu serta sekarang. Faktor – faktor dan kejadian
yang dapat mengetahui fungsi sistem imun diantaranya adalah:
1. Infeksi,
2. Kelainan alergi,
3. Kelainan autoimun,
4. Penyakit neoplasma,

98 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
5. Keadaan sakit yang kronis,
6. Riwayat pembedahan,
7. Imunisasi
8. Penggunaan obat – obatan
9. Transfuse darah,

d. Pemeriksaan laboratorium
 Uji lekosit dan limfosit
- Hitung jenis dan hitung sel darah putih
- Biopsi sumsum tulang
 Pemeriksaan imunitas humoral
- Total globulin dan immunoglobulin
 Uji imunitas seluler
- Hitung total limfosit
99 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4
Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
 Uji fungsi sel fagosit
- Nitroblue tetrazolium reductase assay
 Uji hipersensitifitas
- Stratch test, Pacth test, Tes intra dermal, Radio allergosorbent test (RAST)
 Uji antigen antibody spesifik
- Radioimmunoassay, Imunofluoresensi, aglutinasi, test fiksasi komplemen.
 Uji infeksi HIV
ELISA (Enzyme linked immunoabsorbent assay)
sample yg positif dpt dikonfirmasi dgn Western blot
Hitung sel CD 4 dan CD 8
Test antigent P24
Reaksi rantai polymerase (PCR: Polymerase chain reaction)

e. Pengkajian fisik
1. Rambut
2. Pasien palpasi nodus limfatikus
3. Pemeriksaan kulit,
4. Membrane mukosa
5. Sistem respiratorius,
6. Gastrointestinal,
7. Urogenital,
8. Kardiovaskuler
9. Neurosensorik.
10. Sendi (adanya nyeri, bengkak, batas kisaran gerak)

100 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
PEMBERIAN TRANSFUSI DARAH

A. Pengertian
Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari satu
orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah berhubungan dengan kondisi
medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar disebabkan trauma, operasi, syok dan
tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah merah.

B. Jenis Transfusi Darah


a. Transfusi PRC
Tujuan transfusi PRC adalah untuk menaikkan Hb pasien tanpa menaikkan volume
darah secara nyata. Keuntungan menggunakan PRC dibandingkan dengan darah jenuh
adalah :
1. Kenaikan Hb dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan.
2. Mengurangi kemungkinan penularan penyakit.
3. Mengurangi kemungkinan reaksi imunologis
4. Volume darah yang diberikan lebih sedikit sehingga kemungkinan overload
berkurang
5. Komponen darah lainnya dapat diberikan pada pasien lain.
b. Transfusi suspensi trombosit
Tujuan transfusi suspensi trombosit adalah menaikkan kadar trombosit darah. Dosis
suspensi trombosit yang diperlukan dapat dihitung kira-kira sebagai berikut : 50 ml
suspensi trombosit menaikkan kadar trombosit 7500-10.000/mm pada resipien yang
beratnya 50 kg.
Suspensi trombosit diberikan pada penderita trombositopeni bila :1) didapat perdarahan
2)untuk mencegah perdarahan pada keadaan dimana ada erosi yang dapat berdarah bila
kadar < 35.000/mm. 3) untuk mencegah perdarahan spontan bila kadar trombosit <
15.000/mm
c. Transfusi dengan suspensi plasma beku (Fresh Frozen Plasma)
Plasma segar yang dibekukan mengandung sebagian besar faktor pembekuan di
samping berbagai protein yang terdapat didalamnya; karena itu selain untuk mengganti
plasma yang hilang dengan perdarahan dapat dipakai sebagai pengobatan simptomatis
kekurangan faktor pembekuan darah.

101 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
Fresh Frozen Plasma (PIT) tidak digunakan untuk mengobati kebutuhan faktor VIII
dan faktor IX (Hemofilia); untuk ini digunakan plasma Cryoprecipitate.
Pada transfusi dengan FFP biasanya diberikan 48 kantong (175225 ml) tiap 68 jam
bergantung kebutuhan.
d. Transfusi dengan darah penuh (Whole Blood)
Transfusi dengan darah penuh diperlukan untuk mengembalikan dan mempertahankan
volume darah dalam sirkulasi atau mengatasi renjatan.

C. Tujuan
a. Memelihara dan mempertahankan kesehatan donor.
b. Memelihara keadaan biologis darah atau komponen – komponennya agar tetap
bermanfaat.
c. Memelihara dan mempertahankan volume darah yang normal pada peredaran darah
(stabilitas peredaran darah).
d. Mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah.
e. Meningkatkan oksigenasi jaringan.
f. Memperbaiki fungsi Hemostatis.
g. Tindakan terapi kasus tertentu.

D. Manfaat
a. Dapat mengetahui golongan darah
b. Dapat menambah cairan darah yang hilang di dalam tubuh
c. Dapat menyelamatkan jiwa pasien

E. Indikasi
a. Pasien dengan kehilangan darah dalam jumlah besar (operasi besar, perdarahan
postpartum, kecelakaan, luka bakar hebat, penyakit kekurangan kadar Hb atau penyakit
kelainan darah).
b. Pasien dengan syok hemoragi.
c. Pasien sepsis yang tidak berespon dengan antibiotik (khususnya untuk pasien dengan
kultur darah positif, demam persisten /38,3° C dan granulositopenia)
d. Pasien dengan penekanan system imun (imunokompromise).
e. Pasien dengan defisiensi faktor koagulasi yang tidak bisa ditentukan

102 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
f. Klien dengan penyakit hati dan mengalami defisiensi faktor pembekuan

F. Kontraindikasi
a. Hb dan jumlah eritrosit dan leukosit pasien yang tidak normal.
b. Pasien yang bertekanan darah rendah.
c. Transfusi darah dengan golongan darah yang berbeda.
d. Transfusi darah dengan darah yang mengandung penyakit, seperti HIV/AIDS, Hepatitis
B.

G. Efek Tranfusi
a. Alergi
b. Anafilaksis
c. Sepsis
d. Urtikaria
e. Kelebihan sirkulasi
f. Hemolitik
g. Demam Non-Hemolitik
h. Hiperkalemia
i. Hipokalemia
j. Hipotermia

H. Persiapan Peralatan
a. Set pemberian darah
b. Kateter besar (18G atau 19G)
c. Cairan IV salin normal (Nacl 0.9%)
d. Set infuse darah dengan filter
e. Produk darah yang tepat
f. Sarung tangan sekali pakai
g. Kapas alcohol
h. Plester
i. Manset tekanan darah
j. Stetoskop
k. Thermometer

103 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
l. Format persetujuan pemberian transfusi yang ditandatangani

I. Prosedur Kerja
a. Jelaskan prosedur kepada klien.kaji pernah tidaknyaklien menerima transfusi
sebelumnya dan catat reaksi yang timbul
b. Minta klien untuk melaporkan adanya menggigil,sakit kepala,gatal-gatal atau ruam
dengan segera
c. Pastikan bahwa klien telah menandatangani surat persetujuan
d. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
e. Pasang selang IV dengan menggunakan kateter berukuran besar
f. Gunakan selang infuse yang memiliki filter didalam selang
g. Gantungkan botol larutan salin normal 0.9% untuk diberikan setelah pemberian infuse
darah selesai
h. Ikuti protokol lembaga dalam mendapatkan produk darah dari bank darah
i. Identifikasi produk darah dank lien dengan benar
j. Ukur tanda fital dasar klien
k. Berikan dahulu larutan salin normal
l. Mulai berikan transfuse secara perlahan diawali dengan pengisian filter didalam selang
m. Atur kecepatan sampai 2ml/menit untuk 15 menit pertama dan tetaplah bersama klien.
n. Monitor tanda vital setiap 5 menit selama 15 menit pertama transfuse,selanjutnya ukur
setiap jam dengan kebijakan lembaga.
o. Pertahankan kecepatan infuse yang di programkan dengan menggunakan pompa infuse.
p. Lepas dan buang sarung tangan dan cuci tangan.
q. Observasi timbulnya reaksi yang merugikan secara berkelanjutan, catat pemberian
darah atau produk darah.
r. Setelah pemberian infuse selesai, kembalikan kantung darah serta selang ke bank darah.
J. Evaluasi
a. Observasi reaksi : kedinginan, kemerahan, gatal, dispnoe, kram dan bengkak.
b. Observasi klien dan kaji hasil laboratorium untuk dapat mencatat hasil pemberian
komponen darah.
c. Monitor tempat pemasangan infus dan kaji keadaan fisiologis setiap pengukuran tanda
vital.
K. Dokumentasi

104 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
Mencatat tipe dan jumlah pemberian darah serta respon klien terhadap trenfusi darah
biasanya pencatatan tranfusi dibuat terpisah.
Folow up:
a. Reaksi tranfusi
1. Stop darah segera dan ikuti anjuran
2. Pelihara keadaan infus dengan NaCL
3. Kembalikan darah ke bank darah
b. Anaphilatic Shock
1. Ketidaklancaran tranfusi
2. Panggil petugas imergensi
3. Bila perlu CPR
4. Pelihara keadaan IV
c. Overload cairan
1. Lambatkan atau stop cairan
2. Turunkan kepala klien
3. Berikan deuritik, morfin, O2 sesuai anjuran
d. Infiltrasi atau infeksi pada lokasi infus
1. Pasang infus kembali pada tempat lain
2. Mengadakan penilain untuk menurunkan infiltrasi atau inflamasi
e. Secara perlahan atau menggoyang bagian bagian infus dapat mencegah timbulnya
kepadatan cairan. Pemberian NaCL secara bersamaan dengan infus darah dapat
mencairkan darah yang terlalu kental

L. Hasil yang tidak diharapkan bisa terjadi


a. klien menunjukkan tanda kedinginan, panas, urtuikaria, dispnue, sakitkepala, nyeri
dada.
b. Gejala anafilaktik shock: hipertensi takikardi, kemerahan, kesdran menurun kardiak
ares.
c. Tanda overload cairan : Dispnoe, takikardi, takipnoe, cracless.
d. Infiltarsi dan flebitis terjadi pada vena.
PEMBUATAN HERBAL UNTUK MENGURANGI NYERI PADA GOUT

Gout adalah peradangan akibat adanya endapan kristal asam urat pada sendi dan jari.
Penyakit gout memang dapat diobati dengan terapi, tetapi sama saja Anda akan disuguhi
105 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4
Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
dengan obat asam urat tradisional. Maka dari itu, disini akan saya coba jelaskan pada Anda
bagaimana cara membuat obat asam urat tradisional tersebut, alasannya yang utama adalah
untuk menghemat biaya.

A. Pembuatan Herbal Dengan Jahe


Jahe atau zingiber officinale merupakan salah satu tanaman berupa tumbuhan rumpun
berbatang semu. Jahe adalah tanaman rimpang yang sangat populer dikalangan masyarakat
baik sebagai bahan rempah dapur ataupun bahan obat.

Jahe dipekirakan berasal dari asia pasifik yang penyebarannya mulai dari India hingga
wilayah cina. Dari India, jahe mulai dijadikan sebagai bahan rempah untuk
diperjualbelikan yang jangkauan pemasarannya hingga wilayh asia tenggara, jepang,
tiongkok, hingga wilayah timur tengah.

Jahe masuk kedalam suku temu-temuan (Zingiberancae), nama imiah jahe berasal dari
bahasa yunani zingiberi yang diberikan oleh seorang bernama William Roxburgh.
Tanaman ini masih masih satu famili dengan temu-temuan lainnya semisal temu hitam
(curcuma aeruginosa), kencur (Kaempferia galanga), temu lawak (Cucuma
xanthorrizha), lengkuas (Languas galangal), dan sebagainya.

Klasifikasi Dan Ciri Umum Tanaman Jahe

Klasifikasi Ilmiah
106 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4
Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
 Divisi : Spermatophyta.
 Sub-divisi : Angiospermae.
 Kelas : Monocotyledoneae.
 Ordo : Zingiberales.
 Famili : Zingiberaceae.
 Genus : Zingiber.
 Species : Zingiber officinale

Nama Daerah :

beeuing (Gayo), jahe (Sunda), bahing (Batak Karo), halia (Aceh), jahi (Lampung),
sipodeh Minangkabau), jhai (Madura), lain jae (Jawa dan Bali), melito (Gorontalo), dsb

Ciri Umum Tanaman Jahe :

Tanaman yang bisa bertahan hidup di daerah tropis dan dikenal memiliki rasa pedas dan
hangat pada rimpangnya ini, memiliki beberapa ciri umum yang mudah dikenali, yaitu :

 Tanaman sejenis herba, tumbuh tegak dengan ketinggian pohon antara 30-60 cm.
 Batang pohon semu, beralur dan memiliki warna hijau.
 Daun tunggal dan berwarna hijau tua, tangkai daun berbulu halus, helai daun
berbentuk lanset, bagian tepi rata dan bagian ujung runcing serta pangkal daun
tumpul. Panjang daun antara 20-40 cm dan lebar antara 2-4 cm.
 Bunga berupa malai tumbuh dari dalam tanah berbentuk tongkat atau bundar telur,
panjang malai berkisar antara3,5-5 cm dengan lebar 1,5-1,75 cm. Gagang bunga
hampir tidak berbulu dengan panjang sekitar 25 cm, sisik pada bunga berjumlah 5-7
buah, berbentuk lanset. Letaknya berdekatan, panjang sisik 3-5 cm. mahkota bunga
berbentuk tabung 2 – 2,5 cm dengan helai agak sempit, memiliki bentuk tajam, warna
kuning kehijauan, panjang sekitar 1,5 – 2,5 mm dengan lebar 3 – 3,5 mm, bibir
berwarna ungu, gelap, berbintik-bintik berwarna putih kekuningan, panjang 12 – 15
mm ; kepala sari berwarna ungu, dengan panjang 9 mm, tangkai putik berjumlah 2.
 Buah berbentuk bulat hingga bulat panjang, berwarna coklat sedang biji berbentuk
bulat dengan warna hitam.
 Akar berbentuk serabut dengan warna putih kotor. Rimpang tebal dan agak melebar,
tumbuh bercabang-cabang. Warna rimpang kuning pucat. Bagian dalam berserat agak

107 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
kasar, warna kuning muda dengan bagian ujung berwarna merah muda. Rimpang
memiliki aroma khas dan rasa pedas.Rimpang dapat dibedakan menjadi tiga bagian
sesuai dengan ukuran dan warna yang dimiliki yaitu : Jahe besar (jahe gajah/jahe
badak), jahe kecil (jahe emprit), dan jahe merah (jahe sunti)

Kandungan kimia jahe

Pemanfaatan jahe oleh manusia yaitu pada bagian rimpangnya. Rimpang jahe
mengandung minyak asitri dimana didalamnya terkandung beberapa senyawa seperti
Zingeron, seskuiterpen, oleoresin, zingiberen, limonen, kamfena, sineol, zingiberal,
sitral, felandren, dan borneol. Selain itu, terdapat juga damar, pati, vitamin A, B, C,
senyawa flavonoid dan polifenol, serta asam organik seperti asam malat dan asam
oksalat.

Dibawah ini adalah tabel yang menunjukkan komposisi unsur-unsur didalam 100 g jahe :

Kandungan Jumlah

Protein 8.6%

Karbohidrat 66.5%

Lemak 6.4%

Serat 5.9%

Abu 5.7%

Kalsium 0.1%

Fosfor 0.15%

Zat besi 0.011%

Sodium 0.3%

Potasium 1.4%

108 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
Vitamin A 175 IU

Vitamin B1 0.05 mg

Vitamin B2 0.13 mg

Vitamin C 12 mg

Niasin 1.9%

Cara Pembuatan Herbal Jahe


Cara 1
Bahan:
5 buah kapulaga, 5 butir cengkeh, 15 gram jahe merah, 1 ruas jari kayu manis, 5 gram biji
pala, 10 butir lada, 200 gram ubi jalar merah dan 1.000 cc air.
Pengobatan:
Semua bahan tadi direbus dalam panci berisi 1.000 cc air hingga pada akhirnya tersisa 500
cc air. Kemudian minum air rebusannya dan makan ubi jalarnya sampai habis.
Cara 2
Bahan:
5 buah kapulaga, 15 gram jahe, 5 butir cengkeh, 10 butir lada, 5 gram biji pala, 1 jari kayu
manis, 5 gram bangle dan 400 cc air.
Pengobatan:
Rebus semua bahan pada panci berisi 400 cc air hingga menyisakan 200 cc air. Biarkan
mendingin lalu minum sampai habis.
Cara 3
Bahan:
5 buah kapulaga, 5 butir cengkeh, 4 lembar daun sosor bebek, 5 gram biji pala, 1 ruas kayu
manis, 10 gram jahe dan 600 cc air.

Pengobatan:

109 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
Rebus bahan sekaligus dalam 600 cc air sampai tersisa 300 cc airnya. Kemudian gunakan
saringan untuk menyaring air rebusan dan minum airnya. 300 cc air dibagi jadi 3 waktu
peminuman, pada pagi, siang dan malam hari.

Sediakan bahan berikut ini :

 5 butir kapulaga
 5 butir cengkeh
 15 gram jahe merah
 1 jari kayu manis
 5 gram biji pala
 10 butir lada
 200 gram ubi jalar merah
 1000cc air bersih.

Langkah pengobatan:
Setelah semua bahan tersedia, selanjutnya anda rebus semua bahan diatas dalam 1000cc
air hingga air yang tersisa 500cc. kedmuain anda saring air rebusan ramuan berikut dan
minum airnya. Sementara ubi jalarnya dapat makan seperti biasa.

Buatlah ramuan untuk menyembuhkan asam urat diatas, kemudian konsumsi secara rutin
hingga penyakit asam urat anda berkurang dan benar-benar sembuh. Selain itu anda juga
harus menghindari penyebab penyakit asam urat, seperti yang telah saya jelaskan dalam
artikel sebelumnya

B. Pembuatan Herbal Dengan Laos

Nama ilmiah : Alpinia galangal

110 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
Nama daerah :
Nama-nama daerah bagi Lengkuas tersebut antara lain Lengkuas, langkuas (Melayu); laja
(Sunda), laos (Jawa), aliku (Bugis).

Kandungan Kimia dan Efek Farmakologis Lengkuas

Mengandung minyak atsiri antara lain : galangol, galangin, alpinen, kamfer,


methylcinnamate. Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam buah lengkuas di
antaranya I'-asetoksikavikol asetat; I'-asetoksieugenol asetat; kaiofilin oksida;
kariofillenol; I, II, pentadekana; 7-hetadekana; kuersetin 3-metil eter; isorhamneetin;
kaempferida; galangin; galangin 3-metil eter; ramnositrin; dan 7-hidroksi-3,5-
dimetoksiflavon. Sementara rimpangnya mengandung minyak atsiri 1% dengan
kandungan metilsinamat, sineol, kamfer, d-pinen,gaalangin,eugenol, kamfor, gaalangol,
sesuiterpen, kadinena, hidrates, heksahidrokadalene, dan kristal kuning

Laos/lengkuas dengan bahasa latin (Alpinia galanga, Linn) merupakan jenis tumbuhan
umbi-umbian yang bisa hidup di daerah dataran tinggi dan dataran rendah. Batangnya
terdiri dari susunan pelepah daun. Daunnya bulat panjang dimana daun bagian bawah
terdiri dari pelepah-pelepah saja sedang bagian atas lengkap dengan helaian daun.
Bunganya muncul pada ujung tumbuhan. Lengkuas atau laos ada yang berimpang putih,
ada pula yang berimpang merah. Yang merah ukurannya lebih besar dan khasiatnya untuk
obat lebih banyak. Tanaman ini memiliki batang semu seperti jahe, tapi tingginya bisa
sampai 2 m. Daunnya pun lebih lebar. Lengkuas yang subur panjang daunnya bisa
setengah meter dan lebarnya 15 cm

Lengkuas termasuk tumbuhan tegak yang tinggi batangnya mencapai 2-2,5 meter.
Lengkuas dapat hidup di daerah dataran rendah sampai dataran tinggi, lebih kurang 1200
meter diatas permukaan laut.
Lengkuas yang biasanya digunakan untuk pengobatan adalah jenis lengkuas merah
(Alpinia purpurata K Schum). Dalam farmakologi China dan pengobatan tradisional
lainnya disebutkan, lengkuas merah memiliki sifat antijamur dan antikembung. Efek
farmakologi ini umumnya diperoleh dari rimpang yang mengandung basonin, eugenol,
galangan dan galangol.

Cara Pembuatan Herbal Laos

111 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
Cara 1:

 Bahan: 2 rimpang lengkuas sebesar ibu jari dan 1 butir telur ayam kampung,
 Cara membuat: lengkuas diparut dan diperas untuk diambil airnya, telur ayam kampung
mentah dipecah untuk diambil kuningnya, kemudian kedua bahan tersebut dioplos sampai
merata.
 Cara menggunakan: diminum 1 kali sehari.
Cara2:

 Bahan: 3 rimpang lengkuas sebesar ibu jari, 0,5 sendok teh bubuk merica, 1 potong gula
merah, dan 2 gelas air santan kelapa
 Cara membuat: semua bahan tersebut direbus bersama-sama hingga airnya tinggal 1 gelas.
 Cara menggunakan: diminum sedikit demi sedikit selama 1 minggu.
Cara 3:

 Pengobatan: Mandi air rebusan,


 Cara membuat: Cuci bersih rimpang lengkuas lalu rebus.
 Gunakan air rebusan yang masih hangat untuk mandi

112 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
PEMBUATAN BUBUK BERAS DAN EKSTRAK LIDAH BUAYA

UNTUK PERAWATAN KULIT

A. PEMBUATAN BUBUK BERAS

1. PENGERTIAN
Pengolahan beras untuk kecantikan bisa dilakukan dalam dua jenis, yaitu dalam
bentuk tepung (lulur), dan fermentasi, yang kemudian dibalurkan ke seluruh tubuh
Lulur beras / Bubuk beras yang dipercaya turun-temurun sebagai rahasia
kecantikan para putri keraton, ternyata memiliki struktur yang sama seperti
ceramide, yaitu suatu molekul lipid yang bertanggung jawab dalam
menyempurnakan proses regenerasi sel-sel kulit.
2. MANFAAT BUBUK BERAS
a. Kandungan selenium dalam beras merah merupakan elemen kelumit (trace
element) yang merupakan bagian esensial dari enzim glutation peroksidase.
Enzim ini berperan sebagai katalisator. Kandungan selenium ini dipercaya bisa
mencegah terjadinya proses penuaan dini.
b. Memutihkan kulit karena ada kandungan vitamin E yang berperan sebagai
antioksidan, yang melawan gangguan dari luar, serta meregenerasi sel kulit
sehingga kulit tampak lebih muda terutama pada beras jepang
c. Mencerahkan kulit karena pada beras mengandung vitamin C
d. Kandungan squalane oil yang berfungsi untuk mencerahkan dan menghaluskan
kulit

113 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
3. CARA MEMBUAT BUBUK BERAS
Sebagai negara agraris, Indonesia tentunya memiliki sederet jenis beras yang
berkualitas. Untuk membuat lulur, beras yang biasanya digunakan adalah beras
putih. Tentunya tidak menjadi kesulitan bagi kita untuk menemukan beras putih di
pasaran. Beras lokal sebenarnya sudah cukup bagus kualitasnya untuk menjadi
bahan pembuat lulur beras, akan tetapi beras jepang dikenal lebih berkhasiat untuk
kulit cerah dan segar alami. Jika Anda kesulitan menemukan beras jepang, beras
lokal saja sudah cukup.

Berikut ini adalah beberapa langkah pembuatan lulur/ bubuk dari beras:

1. Sediakan sejumlah beras yang akan Anda gunakan untuk membuat lulur.
Jumlah ini tergantung seberapa banyak lulur yang hendak Anda buat.
2. Kemudian cuci beras tersebut dan rendam di dalam air selama beberapa
menit sampai beras menyerap cukup air.
3. Langkah selanjutnya adalah menghaluskan beras yang telah disaring dari air
rendaman tadi dengan menumbuknya perlahan.
4. Setelah beras dirasa cukup halus (tidak ada beras yang masih utuh),
campurkan air mawar ke dalam larutan beras tadi.
5. Setelah tercampur merata, bentuk adonan beras dan air mawar tersebut ke
dalam bentuk bulatan kecil.
6. Jemur bulatan-bulatan tersebut di bawah terik matahari sampai kering betul.

4. MACAM- MACAM PEMBUATAN BERAS UNTUK PERAWATAN KULIT

1. Beras untuk Lulur Tubuh

Selain membuat kulit lebih bersih, lulur berbahan beras juga membantu
pengelupasan sel kulit mati serta menggantinya dengan lapisan kulit baru yang
lebih muda dan sehat.

Bahan-bahan:

 2 sendok makan tepung beras (atau beras yang sudah ditumbuk halus)
 3 ruas kunyit seukuran ibu jari

114 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
 2 ruas kencur seukuran ibu jari

Cara penggunaan:

 Campur dan haluskan semua bahan tadi. Jika adonan terlalu pekat,
tambahkan sedikit air hangat hingga adonan menyerupai pasta. Ramuan siap
digunakan.
 Bersihkan badan terlebih dahulu (mandi), lalu oleskan minyak zaitun di
sekujur tubuh. Diamkan sejenak hingga meresap.
 Lumurkan ramuan lulur ke sekujur tubuh. Biarkan hingga mengering, lalu
gosok perlahan dengan gerakan memutar.
 Bubuk lulur akan luruh membawa kotoran dan sel kulit mati dari tubuh.
 Bilas tubuh dengan air hangat.

Catatan:

Agar kulit menjadi dingin, perawatan bisa dilanjutkan dengan melumurkan


yoghurt plain (tanpa rasa) pada bagian tubuh yang diinginkan selama 15 menit.
Bilas hingga bersih.

2. Beras untuk Pelembut Kulit Tangan


Bahan-bahan:
1/2 cup beras merah
( 1 cup setara dengan 150 gram)
1 cup air hangat
1/2 cup daging buah labu segar
1/2 sendok makan santan
( 1 sdm setara dengan 15 mL)

Cara penggunaan:

 Letakkan beras merah ke dalam mangkuk. Tambahkan air hangat, aduk


hingga semua butir beras terbasahi. Biarkan selama satu jam, lalu saring
menggunakan kain penyaring.

115 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
 Tuang air hasil penyaringan beras merah tadi ke dalam blender. Tambahkan
daging buah labu segar dan santan. Nyalakan blender dengan kecepatan
sedang selama sekitar 30 detik.
 Oleskan campuran bahan ke seluruh bagian punggung dan telapak tangan,
lalu tutupi dengan sarung tangan karet atau plastic wrap. Biarkan selama 15
menit.
 Buka sarung tangan dan bersihkan tangan menggunakan air hangat.

Catatan:
Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, gunakan ramuan setiap hari.
Sisa ramuan bisa disimpan selama 4 hari dalam wadah tertutup. Letakkan di
dalam freezer. Keluarkan dan tunggu hingga adonan mencapai suhu ruangan
sebelum digunakan.

3. Beras untuk Masker Antikerut

Bahan-bahan:

 2 sendok makan tepung gandum


 100 mL air suling segar
 2 sendok makan tepung beras
 1 sendok teh sari cuka apel

Cara penggunaan:

 Masukkan tepung gandum ke dalam mangkuk, tambahkan air, aduk hingga


tercampur rata. Didihkan, kemudian biarkan hingga dingin.
 Setelah dingin, tambahkan tepung beras dan cuka apel. Aduk hingga
berbentuk pasta. Ramuan siap digunakan sebagai masker di wajah.
 Bersihkan wajah, lalu gunakan tutup kepala.
 Oleskan ramuan pada wajah secara merata, kecuali area mata, mulut, dan
hidung.
 Berikan pijatan ringan sambil digosok-gosok perlahan.
 Bilas dengan air dingin sampai sisa-sisa masker bersih.
 Keringkan wajah dengan menggunakan handuk.
116 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4
Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
4. Beras untuk Bedak Dingin
Bedak dingin dari bahan beras ini berkhasiat untuk menghaluskan kulit dan
mencegah jerawat.
Bahan-bahan:

 1/4 liter tepung beras


 1 ons tepung pati bengkuang
 1/4 ons kayu manis
 1/4 ons kayu mesoyi
 1 sendok teh klabet
 1/4 ons kencur
 2 buah pinang

Cara penggunaan:

 Ambil tepung beras, tambahkan tepung pati bengkuang, aduk hingga


bercampur merata. Sisihkan.
 Kayu manis, kayu mesoyi, dan klabet disangrai hingga berwarna kuning
hitam.
 Kencur diiris tipis-tipis, cuci, lalu jemur hingga kering.
 Pinang dikupas, pecahkan, lalu ambil dagingnya, jemur hingga kering.
 Semua bahan-bahan tadi dicampur, lalu tumbuk atau giling hingga menjadi
tepung.
 Tambahkan campuran ramuan tersebut dengan campuran tepung beras dan
pati bengkuang. Aduk hingga bercampur sempurna. Campuran ramuan siap
digunakan.
 Ambil sebanyak 1 sendok teh, lalu usapkan secara merata pada wajah.
 Untuk hasil maksimal, lakukan perawatan dengan ramuan bedak dingin
secara teratur.

117 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
B. EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe Vera)

1. Pengertian
Lidah Buaya (Aloe vera; Latin: Aloe barbadensis Milleer) adalah
sejenis tumbuhan yang sudah dikenal sejak ribuan tahun silam dan digunakan
sebagai penyubur rambut, penyembuh luka, dan untuk perawatan kulit.
Tumbuhan ini dapat ditemukan dengan mudah di kawasan kering di Afrika.
Eksudat merupakan getah yang keluar dari daun ketika dilakukan pemotongan.
Eksudat berbentuk cair, warna kuning dengan rasa pahit. Pada bagian ini
terkandung sejumlah zat yaitu 8- dihidroxianthraquinone (Aloe Emoedin) dan
glikosida (Aloins).

2. Manfaat
- Melembabkan kulit yang bermanfaat untuk meremajakan kulit,
menghidrasi kulit, dan membuat kulit terlihat segar sepanjang waktu
- Gel aloe vera memiliki sifat anti mikroba, sehingga ideal untuk mengobati
jerawat.
- Mengandung banyak zat antioksidan alami
- Mempertahankan kekencangan kulit, dn membuat menjadi krim anti –
aging yang baik
- Mengurangi rasa sakit dan peradangan, baik secara internal maupun
eksternal. Juga digunakan untuk mengobati luka kulit akibat terbakar sinar
matahari, gigitan serangga, eksim dan luka biasa.

118 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
Kandungan Nutrisi Lidah Buaya

Komponen Jumlah
Kadar air 95 %
Karbohidrat (g) 0.30
Kalori (kal) 1.73-2.30
Lemak (g) 0.05-0.09
Protein (g) 0.01-0.06
Vitamin A ( IU) 2.00-4.60
Vitamin C (mg) 0.50-4.20
Thiamin (mg) 0.003-0.004
Riboflavin (mg) 0.001-0.002
Niasin (mg) 0.038-0.040
Kalsium (mg) 9.920-19.920
Zat Besi (mg) 0.060-0.320
(Sumber: Morsi 1991)
3. Pembuatan ekstrak lidah buaya
a. Pilih daun lidah buaya yang baik dengan hati – hati, bagian tengah daun
adalah mengandung sebagian besar gel
b. Potong daun dari pangkal tanaman
c. Sekarang, berdirikan daun dengan tegak selama 15 menit, agar getah
mengalir keluar dengan baik. Getah lidah buaya adalah cairan berwarna
kuning yang akan keluar saat anda memotong daunnya. Biarkan cairan
getah ini mengalir keluar semuanya.
d. Lalu cuci daun untuk menghilangkan sisa cairan getah yang masih ada
pada daun
e. Taruh daun secara mendatar pada talenan, potong kedua sisi daun yang
ada durinya. Setelah selesai, anda harus mengelupas lapisan daun luar
yang berwarna hijau, semetra potongan gel aloe vera yang transparan
dengan bentuk kubus
f. Atau bisa juga membelah daun menjadi dua bagian memanjang dari atas
bawah dan mengerok gel transparan dengan sendok.

4. Macam- macam pembuatan ekstrak lidah buaya


a. Paket Masker lidah buaya untuk kulit cerah :
Bahan :
Lidah buaya, Kunyit, Madu, Susu, air mawar.
Metode :
1) Buat bentuk pasta dengan sejumput kunyit , 1 sendok teh madu , 1
sendok teh susu dan beberapa tetes air mawar.
2) Tambahkan gel lidah buaya kedalam pasta, dan campurkan dengan
baik. Jika Anda telah memotong gel lidah buaya menjadi bentuk
dadu, Anda perlu mengaduknya hingga lembut.
3) Campur seluruh campuran supaya membentuk pasta.

119 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
4) Oleskan pasta secara merata pada wajah serta leher selama sekitar 20
menit .
5) Kemudian cuci wajah dengan air hangat atau dingin, setelah itu keringkan
dengan handuk bersih untuk mendapatkan kulit yang cerah bersinar.

b. Paket Masker lidah buaya untuk menghilangkan Tan :


Tan adalah masalah umum wajah bagi yang tinggal daerah tropik, dan
juga sangat sulit untuk diatasi. Cobalah paket masker wajah anti tan
sederhana ini untuk menghilangkan tan secara efektif .
Bahan :
Lidah buaya, jus Lemon.
Metode :
1) Oleskan pasta gel lidah buaya dan jus lemon pada area. Biarkan
selama 10 menit sebelum mencucinya.
2) Atau, Anda juga bisa membuat campuran yang sama, dan
mengoleskannya pada area kulit wajah yang terkena.

c. Paket Masker Aloe Vera untuk mengobati tanda Pigmentasi pada


wajah:
Bahan :
Lidah buaya , air bunga mawar .
Metode :
1) Bintik-bintik penuaan, bekas jerawat, tanda pigmentasi, luka bakar
atau bekas luka dapat diobati dengan menggunakan gel lidah buaya .
2) Hanya dengan cara membuat pasta dari ekstrak lidah buaya dan air
mawar, kemudian meratakannya pada wajah selama 20 menit .
Setelah itu bilas dengan menggunakan air dingin.
3) Paket ini juga bermanfaat untuk membersihkan pori-pori wajah. Pasta
gel lidah buaya harus dipijat-pijatkan kewajah selama 2-3 menit ke
wajah, kemudian dibilas untuk membersihkan pori-pori wajah.
d. Paket detox Aloe Vera :
Bahan :
Lidah buaya, buah mangga, jus Lemon.
Metode :
1) Haluskan ekstrak gel lidah buaya bersama dengan buah mangga yang
dipotong potong.
2) Tambahkan air jeruk nipis untuk membuat pasta, dkemudian
mengoleskannya pada wajah hingga merata selama 20 menit sebelum
Anda membilasnya dengan air dingin.
3) Paket ini akan mendetoksifikasi kulit Anda, sehingga menjadi bersih
dan segar.

120 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
e. Paket masker lidah buaya untuk kulit berminyak dan mudah
berJerawat :
Bahan :
Daun lidah buaya, madu.
Metode :
1) Rebus daun lidah buaya kedalam air, kemudian giling untuk
membentuknya menjadi pasta.
2) Tambahkan madu pada pasta, dan meratakannya pada wajah selama
20 menit, kemudian bilas dengan air dingin.
3) Ikuti cara ini setiap minggu untuk mengobati kulit berminyak,
mudah berjerawat untuk mendapatkan kulit cerah.
f. Paket Aloe Vera Masker untuk kulit sensitif :
Bahan :
Lidah buaya, jus mentimun, Yogurt, minyak mawar.
Metode :
1) Buatlah pasta halus dari gel lidah buaya, jus mentimun dan yoghurt.
Tambahkan beberapa tetes mawar atau minyak esensial lainnya.
2) Terapkan pada kulit, dan biarkan selama 15 menit sebelum
membilasnya dengan air dingin.
3) Paket ranuan ini akan menyingkirkan minyakdan kotoran dpada
kulit, dan akan memberikan rasa bersih dan segar.
g. Paket masker lidah buaya untuk Kulit Kering :
Bahan :
Lidah buaya, Keju, Kurma, Mentimun, jus Lemon.
Metode :
1) Blender dua sendok keju cottage dan gel Aloe Vera, ambahkan
beberapa kurma tanpa biji, irisan mentimun dan sedikit jus lemon.
2) Anda dapat membuat pasta ini dalam jumlah banyak, dan
menyimpannya didalam kulkas untuk penggunaan dalam waktu yang
lama juga .
3) Oleskan pasta pada wajah dan leher dan biarkan selama 30 menit.
Kemudian Bilas dengan air dingin yang diikuti dengan air suam-suam
kuku, dan terakhir lagi dengan air dingin lagi.
h. Paket scrub Aloe Vera untuk sel kulit Mati :
Bahan :
Lidah buaya, Ketimun, Oatmeal.
Metode :
1) Blender ketimun yang diiris dadu dan gel lidah buaya untuk
membentuk pasta. Tambahkan oatmeal ke dalam campuran, ini dan
campur dengan baik .
2) Meratakan pasta lembut ini pada wajah, dan pijat ddengan gerakan
melingkar.
3) Biarkan selama 10 menit atau lebih sebelum Anda membilasnya .

121 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
i. Paket Masker Aloe Vera untuk kulit kering dan tua :
bahan :
Lidah buaya, Almond.
Metode :
1) Tambahkan bubuk almond kedalam gel lidah buaya, dan campurkan
dengan baik untuk membentuk pasta.
2) Oleskan pada wajah dan leher, kemudian biarkan selama 15 menit
sebelum Anda mencucinya.
j. Paket masker Aloe Vera untuk kombinasi kulit kering:
Bahan :
Lidah buaya, minyak zaitun, mentega Shea.
Metode :
1) Campurkan gel lidah buaya, minyak zaitun dan shea butter untuk
membentuk pasta, dan kemudian oleskan pada wajah dan leher Anda.
2) Biarkan selama 15 menit, lalu bilas dengan air dingin. Ini akan
membantu menjaga kelembaban kulit, sehingga tetap terlihat bersih
dan segar.

122 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
1. Format penilaian soft skill

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


MUHAMMADIYAH KUDUS
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
Jl. Ganesha I Purwosari Kudus
Telp/Fax (0291) 437218

FORMAT PENILAIAN SOFT SKILL


Nama Mahasiswa : …...........................................................................................
NIM : …...........................................................................................
Skala Penilaian :
Sangat Kurang Cukup Baik Sangat Baik
Kurang
1 2 3 4 5 6

Penilai Rata rata


No Aspek Penilaian 1 2 3 4 5 Jumla (Jumlah/
h 5)

1 Tepat waktu setiap pembelajaran

2 Kesopanan

3 Kerjasama

4 Bertanggung Jawab

5 Kedisiplinan

6 Ketelitian

7 Kejujuran

8 Kemampuan Berfikir kritis

9 Menghargai perbedaan pendapat

10 Keaktifan

TOTAL

Nilai : Nilai Total / 6

123 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
2. Format penilaian project

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


MUHAMMADIYAH KUDUS
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
Jl. Ganesha I Purwosari Kudus
Telp/Fax (0291) 437218

FORMAT PENILAIAN PROJECT


(PROSEDURE / HARD SKILL)
Nama Mahasiswa : …...........................................................................................
NIM : …...........................................................................................
Prosedure : …...........................................................................................

Skala Penilaian :
Sangat Kurang Cukup Baik Sangat
Kurang Baik

1 2 3 4 5 6

Nilai
No Aspek Penilaian Bobot Angka Nilai Akhir
(B) (A) (B x A)

1 Project di susun sesuai tugas 20

2 Persiapan alat sesuai dengan prosedur 20

3 Pelaksanaan project sistematis 20

4 Prinsip steril/bersih/aman 20

5 Tepat waktu pengumpulan tugas 10

6 Penggunaan alat Bantu ( AVA) 10

TOTAL

Nilai : Nilai Total / 6

Penilai:....................................................(........................................................)

124 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4


Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus

Anda mungkin juga menyukai