DISUSUN OLEH :
TIM
Alhamdulillah, Puji syukur tim penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas
terselesaikannya buku panduan pembelajaran praktik laborat Keperawatan khususnya mata
ajaran KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH IV. Buku pedoman praktik laborat
keperawatan ini merupakan salah satu metode pembelajaran praktik laborat keperawatan
medical dan bedah IV sebagai pendekatan dalam pencapaian kompetensi hardskill lulusan D-
3 keperawatan.
Buku panduan praktik klinik keperawatan medical bedah IV ini membahas konsep
prosedur atau tindakan keperawatan yang berhubungan dengan gangguan pada system
Muskuloskeletal, system Integumen dan system penginderaan antara lain tentang definisi,
tujuan, indikasi dan kontra indikasi, persiapan alat dan prosedur pelaksanaan dari kompetensi
hardskill Keperawatan medical dan bedah IV.
Kompetensi yang dicapai oleh mahasiswa tidak saja aspek hard skill, namun demikian
aspek soft skill sangat berperan menjadikan lulusan yang unggul. Studi di lapangan
menunjukkan aspek soft skill sangat menentukan keberhasilan mahasiswa dalam dunia nyata.
Kami berharap panduan praktik klinik keperawatan medical dan bedah IV ini dapat
dijadikan petunjuk dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Kami juga merasa masih
banyak kekurangan dalam pembuatan buku panduan ini, sehingga kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk peningkatan kualitas buku panduan ini sangat kami harapkan.
Semoga buku panduan ini dapat bermanfaat bagi proses pembelajaran laboratorium
mahasiswa Prodi D-3 Keperawatan.
PENDAHULUAN
B. Misi
1. Menyelenggarakan proses pendidikan dan pengajaran dengan memanfaatkan
pengembangan kemajuan IPTEKS
2. Menyelenggarakan penelitian dasar aplikatif dibidang keperawatan.
3. Menyelenggarakan pengabdian masyarakat berbasis kesehatan dengan menerapkan
nilai – nilai keislaman.
4. Mengembangkan jejaring dan kemitraan dengan institusi
pemerintah/swasta/lembaga swadaya masyarakat/profesi kesehatan dan perguruan
tinggi tingkat ASEAN.
D. Capaian Pembelajaran
1. Ketrampilan Umum
a. Pemeriksaan fisik muskeloskeletal
b. Pembidaian
f. Pemeriksaan fisik sistem imunitas dan pembacaan hasil laborat hitung jenis
leukosit
i. Pemeriksaan integument
j. Perawatan dekubitus
2. Ketrampilan khusus
a. Pemasangan dan pelepasan gips
b. Perawatan post ORIF dan OREF
c. Perawatan pasien dengan traksi
d. Melatih jalan dengan kruck, walker dan tripot
e. Irigasi mata
f. Tes pendengaran menggunakan garputala
g. Discharge planning pasien HIV AIDS
h. Perawatan post tonsilektomi
i. Irigasi telinga
j. Perawatan kulit sehat dengan bubuk beras dan aloevera
k. Tindakan insisi pada furunkel dan sellulitis
l. Penghitungan derajat dan prosentase luka bakar
F. Evaluasi
Praktek (100%)
a. Kompetensi : 60%
b. Observasi : 30%
c. Kehadiran : 10%
PETUNJUK PRAKTIKUM
1. Antalgic gait (anti = against, algic = pain) yaitu Nyeri waktu menapak
sehingga langkah memendek.
2. Tredelenburg gait (paralise and ischiadicus)
3. Stepage gait yaitu langkah langkah pendek
d. Peralatan
1. Sarung tangan/handscoen
2. Penggaris
3. Bullpen
4. Lembar dokumentasi
e. Prosedur Kerja
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
3. Memberikan posisi yang nyaman pada pasien
4. Minta klien untuk berdiri, amati struktur rangka dan perhatikan adanya kelainan
dan deformitas
5. Amati adanya kontraktur dengan meminta klien untuk menggerakkan persendian
ekstremitas
6. Minta klien merentangkan kedua lengan kedepan, amati adanya tremor, ukuran
otot (atropi, hipertrofi) serta ukur lingkar ekstremitas (perbedaan > 1cm di anggap
bermakna).
Palpasi otot untuk memeriksa apakah ada kelainan otot
1. Pengertian
b. Tujuan
1. Mengurangi/menghilangkan nyeri dengan cara mencegah pergerakkan fragmen
tulang,sendi yang dislokasi dan jaringan lunak yang rusak.
2. Mencegah kerusakan lebih lanjut jaringan lunak (otot,medula spinalis,syaraf
perifer,pembuluh darah) akibat pergerakan ujung fragmen tulang.
3. Mencegah laserasi kulit oleh ujung fragmen tulang ( fraktur tertutup jadi terbuka).
4. Mencegah gangguan aliran darah akibat penekanan ujung fragmen tulang pada
pembuluh darah.
5. Mengurangi/menghentikan perdarahan akibat kerusakan jaringan lunak.
6. Mencegah patah tertutup menjadi patah terbuka.
c. Prinsip-prinsip tindakan
1. Bersih
2. Bidai harus melebihi dua persendian yang patah
3. Bidai harus terbuat dari bahan yang kuat, kaku dan pipih.
4. Bidai dibungkus agar empuk.
5. Ikatan tidak boleh terlalu kencang karena merusak jaringan tubuh tapi jangan
kelonggaran.
d. Macam - Macam Pembidaian
1. Bidai Lunak
Misal selimut, bantal,pembalut, gendongan.
1. Pengertian
Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk menangani
kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot.
Traksi adalah pemasangan gaya tarikan ke bagian tubuh. Traksi digunakan untuk
meminimalkan spame otot, untuk mereduksi, mensjajarkan, dan mengimubilisasi fraktur;
untuk mengurangi deformitas, dan untuk menambah ruangan di antara kedua permukaan
patahan tulang. Traksi harus diberikan dengan arah dan besaran yang diinginkan untuk
mendapatkan efek terapeutik. Faktor-faktor yang mengganggu keefektifan tarikan traksi
harus dihilangkan.
Kadang, traksi harus dipasang dengan arah yang lebih dari satu untuk mendapatkan
garis tarikan yang diinginkan. Dengan cara ini, bagian garis tarikan yang
pertama berkontraksi terhadap garis tarikan lainnya. Garis-garis tarikan tersebut dikenal
sebagai vektor gaya. Resultanta gaya tarikan yang sebenarnya terletak di tempat di antar
kedua garis tarikan tersebut. Efek traksi yang dipasang harus dievaluasi dengan sinar-X,
dan mungkin diperlukan penyesuaian. Bila otot dan jaringan lunak sudah rileks, berat
yang digunakan harus diganti untuk memperoleh gaya tarikan yang diinginkan.
2. Jenis-jenis Traksi
1) Traksi kulit
1) Pengertian
Traksi kulit menggunakan plaster lebar yang direkatkan pada kulit dan diperkuat
dengan perban elastis. Berat maksimum yang dapat diberikan adalah 5 kg yang
merupakan batas toleransi kulit.
2) Jenis-jenis traksi kulit.
Beberapa jenis traksi kulit, yaitu :
Traksi ekstensi dari Buck adalah traksi kulit dimana plaster melekat secara
sederhana dengan memakai katrol.
Traksi dari Dunlop, dipergunakan pada fraktur suprakondiler humeri anak-
anak.
Traksi dari Gallow atau traksi dari Brayant, dipergunakan pada fraktur femur
anak-anak usia di bawah 2 tahun .
Traksi dari Hamilton Russel, digunakan pada anak-anak usia lebih dari 2
tahun.
32 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4
Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
3) Indikasi
Indikasi penggunaan traksi kulit adalah:
Traksi kulit merupakan terapi pilihan pada fraktur femur dan beberapa fraktur
suprakondiler humeri anak-anak.
Pada reduksi tertutup dimana manipulasi dan imobilisasi tidak dapat
dilakukan.
Merupakan pengobatan sementara pada fraktur sambil menunggu terapi definitif.
Fraktur-fraktur yang sangat bengkak dan tidak stabil misalnya fraktur
suprakondiler humeri pada anak-anak.
Untuktraksi pada spasme otot atau pada kontraktur sendi misalnya sendi lutut
dari panggul.
Untuk traksi pada kelainan-kelainan tulang belakang seperti hernia nukleus
pulposus (HNP) atau spasme otot-otot tulang belakang.
4) Komplikasi :
Komplikasi yang dapat terjadi pada traksi kulit.
Penyakit trombo emboli.
Abersi, infeksi serta alergi pada kulit.
2) Traksi pada tulang
1) Pengertian
Traksi pada tulang biasanya menggunakan kawat Krischner ( K-wire) atau batang
dari Steinmann lokasi-lokasi tertentu,yaitu :
Proksimal tibia.
Kondilus femur.
Olekranon.
Kalkaneus (jarang dilakukan karena komplikasinya).
Traksi pada tengkorak.
Trokanter mayor.
Bagian distal metakarpal.
A. Pengertian
Visus adalah ketajaman penglihatan. Pemeriksaan visus merupakan pemeriksaan untuk
melihat ketajaman penglihatan.
B. Macam – macam kartu pemeriksaan Visus
Cara memeriksa visus ada beberapa tahap:
1. Menggunakan 'chart' => yaitu membaca 'chart' dari jarak yang ditentukan, biasanya 5
atau 6 meter. Digunakan jarak sepanjang itu karena pada jarak tersebut mata normal
akan relaksasi dan tidak berakomodasi.
Kartu yang digunakan ada beberapa macam :
1. Snellen chart = kartu bertuliskan beberapa huruf dengan ukuran yang berbeda =>
untuk pasien yang bisa membaca.
2. E chart = kartu yang bertuliskan huruf E semua, tapi arah kakinya berbeda-beda.
3. Cincin Landolt =Kartu dengan tulisan berbentuk huruf 'c', tapi dengan arah cincin
yang berbeda-beda.
Snelleen chart yang yang digunakan dalam ukuran kaki = normalnya 20/20. Misal, pasien
dapat membaca semua huruf pada baris ke 8. Berarti visusnya normal. Bila hanya
membaca huruf E, D, F, C pada baris ke 6 = visusnya 20/30 dengan false 2.
Artinya, orang normal dapat membaca pada jarak 30 kaki sedangkan pasien hanya dapat
membacanya pada jarak 20 kaki.
1) Bila pasien membaca huruf Z, P pada baris ke 6 => visusnya 20/40
2) Bila tidak dapat membaca huruf pada baris ke 6, cek baris ke 5 dengan ketentuan
seperti di atas.
3) Cara pemeriksaan berlaku untuk E chart dan cincin Landolt.
Bila tidak bisa membaca kartu, maka dilakukan penghitungan jari. Penghitungan jari di
mulai pada jarak tepat di depan Snellen Chart = 5 atau 6 m
1) Dapat menghitung jari pada jarak 6 m = visusnya 6/60
2) Bila tidak dapat menghitung jari pada jarak 6 m, mka maju 1 m dan lakukan
penghitungan jari. Bila pasien dapat membaca, visusnya 5/60.
3) Begitu seterusnya, bila tidak dapat menghitung jari 5 m, di majukan jadi 4 m, 3 m,
sampai 1 m di depan pasien.
Bila tidak bisa menghitung jari pada jarak tertentu, maka dilakukan pemeriksaan
penglihatan dengan lambaian tangan.
39 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4
Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
1) Lambaian tangan dilakukan tepat 1 m di depan pasien.
Dapat berupa lambaian ke kiri dan kanan, atau atas bawah. Bila pasien dapat
menyebutkan arah lambaian, berarti visusnya 1/300
2) Bila tidak bisa melihat lambaian tangan, maka dilakukan penyinaran, dapat
menggunakan 'pen light'. Bila dapat melihat sinar, berarti visusnya 1/~. Tentukan
arah proyeksi :
a. Bila pasien dapat menyebutkan dari mana arah sinar yang datang,berarti
visusnya 1/~ dengan proyeksi baik
Proyeksi sinar ini di cek dari 4 arah. Hal tersebut untuk mengetahui apakah
tangkapan retina masih bagus pada 4 sisinya, temporal, nasal, superior, dan
inferior.
b. Bila tak dapat menyebutkan dari mana arah sinar yang datang, berarti
visusnya 1/~ dengan proyeksi salah.
c. Bila tidak dapat melihat cahaya, maka dikatakan visusnya = 0
A. Definisi:
Pemeriksaan lapang pandang merupakan pemeriksaan pada keluasan pandang klien
terhadap aspek lateral, medial, superior, dan inferior penglihatan.
B. Alat:
Buku catatan
C. Prosedur:
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien
2. Anjurkan klien untuk berdiri, pemeriksa berdiri sekitar 2,5 meter didepan klien,
usahakan tinggi mata sejajar antara klien dan pemeriksa
3. Tutup mata yang tidak diperiksa
4. Anjurkan klien untuk melihat mata pemeriksa dengan menggunakan mata yang akan
diperiksa. Perawat juga mefokuskan pandanganpada klien
5. Tempatkan jari pemeriksa pada bagian depan tepat diantara klien dan perawa
6. Perlahan gerakan tangan kea rah lateral, kemudian ke tengah kembali, lalu gerakkan
kea rah medial, ke tengah kembali, kearah superior dan inferior
A. Definisi :
Ishihara merupakan tes yang digunakan untuk menguji adanya kelainan mengenali warna
(buta warna) pada klien. Tes ini digunakan untuk mengetahui cacat warna merah dan
hijau akibat kerusakan retina (sel bipolar-badan ganglion genikulatum lateral)
Ishihara berbentuk gambar-gambar pseudoisokromatik yang disusun titik dengan
kepadatan warna berbeda sehingga orang normal dapat mengenal gambar yang dibentuk
oleh titik-titik tersebut.
B. Alat :
Gambar ishihara
C. Persiapan klien :
Berikan penjelasan pada klien tentang prosedur pelaksanaan/ teknik pemeriksaan
D. Persiapkan lingkungan:
Atur pencahayaan (tidak menyilaukan mata klien)
Prosedur :
1. Klien diminta melihat kartu dan menentukan gambar yang dilihat, misalnya angka 25
2. Klien iminta menyebukan gambar tesebut dalam waktu 3-10 detik bila lebih terdapat
kelaian buta warna
1. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal
yang berbeda-beda: 400-600 μm untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan
dan kaki) dan 75-150 μm untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kaki,
memiliki rambut)
a) Stratum Korneum
Terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti dengan sitoplasma yang
dipenuhi keratin.
b) Stratum Lucidum
Terdiri atas lapisan tipis sel epidermis eosinofilik yang sangat gepeng, dan
sitoplasma terdri atas keratin padat. Antar sel terdapat desmosom.
c) Stratum Granulosum
Terdiri atas 3-5 lapis sel poligonal gepeng yang sitoplasmanya berisikan
granul keratohialin. Pada membran sel terdapat granula lamela yang
mengeluarkan materi perekat antar sel, yang bekerja sebagai penyaring
selektif terhadap masuknya materi asing, serta menyediakan efek
pelindung pada kulit.
42 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4
Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
d) Stratum Spinosum
Terdiri atas sel-sel kuboid. Sel-sel spinosum ini banyak terdapat di daerah
yang berpotensi mengalami gesekan seperti telapak kaki.
e) Stratum Basal/Germinativum
Merupakan lapisan paling bawah pada epidermis, terdiri atas selapis sel
kuboid. stratum ini bertanggung jawab dalam proses pembaharuan sel-sel
epidermis secara berkesinambungan.
2. Dermis
Dermis yaitu lapisan kulit di bawah epidermis, memiliki ketebalan yang
bervariasi bergantung pada daerah tubuh. Dermis terdiri atas dua lapisan
dengan batas yang tidak nyata, yaitu stratum papilare dan stratum reticular.
a) Stratum papilare
Merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri atas jaringan ikat
longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast, sel mast, makrofag, dan
leukosit yang keluar dari pembuluh (ekstravasasi).
b) Stratum retikulare
Yaitu yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun atas jaringan ikat
padat tak teratur (terutama kolagen tipe I).
3. Subkutis
Subkutis terdiri dari kumpulan-kumpulan sel-sel lemak dan diantara
gerombolan ini berjalan serabut-serabut jaringan ikat dermis. Lapisan lemak ini
disebut penikulus adiposus yang gunanya adalah sebagai shock breaker atau
pegas bila tekanan trauma mekanik yang menimpa pada kulit, isolator panas
atau untuk mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan untuk
kecantikan tubuh.
2. Fisiologi sistem integumen
Kulit merupakan organ yang paling luas permukaannya yang membungkus
seluruh bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan
kimia. Cahaya matahari mengandung sinar ultraviolet dan melindungi terhadap
mikroorganisme serta menjaga keseimbangan tubuh terhadap lingkungan. Kulit
merupakan indikator bagi seorang untuk memperoleh kesan umum dengan melihat
perubahan yang terjadi pada kulit. Misalnya menjadi pucat, kekuning-kuningan,
3. Pengertian Luka
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh
trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik
atau gigitan hewan[ R. Sjamsu Hidayat, 1997].
Menurut Koiner dan Taylan, luka adalah terganggunya (disruption) integritas
normal dari kulit dan jaringan di bawahnya yang terjadi secara tiba-tiba atau disengaja,
tertutup atau terbuka, bersih atau terkontaminasi, superficial atau dalam.
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit ( Taylor, 1997). Luka
adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh
lain(Kozier, 1995).
Luka kotor atau luka terinfeksi adalah luka dimana organisme yang menyebabkan
infeksi pascaoperatif terdapat dalam lapang operatif sebelum pembedahan. Hal ini
mencakup luka traumatik yang sudah lama dengan jaringan yang terkelupas tertahan dan
luka yang melibatkan infeksi klinis yang sudah ada atau visera yang mengalami
perforasi. Kemungkinan relatif infeksi luka adalah lebih dari 27 %. Potter and Perry.
(2005)
1) Perawatan Luka Bersih
Prosedur perawatan yang dilakukan pada luka bersih (tanpa ada pus dan necrose),
termasuk didalamnya mengganti balutan.
2) Perawatan Luka Kotor
Perawatan pada luka yang terjadi karena tekanan terus menerus pada bagian
tubuh tertentu sehingga sirkulasi darah ke daerah tersebut terganggu.
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
6. Penyembuhan Luka
Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan
dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda
asing dan perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan. Proses
penyembuhan terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan
dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi
8. Indikasi
a. Luka bersih tak terkontaminasi dan luka steril.
b. Balutan kotor dan basah akibat eksternal ada rembesan/ eksudat.
c. Ingin mengkaji keadaan luka.
d. Mempercepat debredemen jaringan nekrotik
9. Persiapan peralatan
a. Luka bersih
Alat steril
1) Pincet anatomi 1
2) Pinchet chirurgie 1
3) Gunting Luka (Lurus)
4) Kapas Lidi
5) Kasa Steril
6) Kasa Penekan (deppers)
7) Mangkok / kom Kecil
Alat tidak steril
1) Gunting pembalut
2) Plaster
3) Bengkok/ kantong plastik
4) Pembalut
5) Alkohol 70 %
6) Betadine 10 %
7) Bensin/ Aseton
8) Obat antiseptic/ desinfektan
9) NaCl 0,9 %
b. Luka kotor
Alat steril
1) Pincet anatomi 1
2) Pinchet chirurgie 2
10. Prosedur
a. Luka bersih
Prosedur perawatan:
1) Menyiapkan alat
2) Menyiapkan pasien
3) Perkenalkan diri
4) Jelaskan tujuan
5) Jelaskan prosedur perawatan pada pasien
6) Persetujuan pasien
7) Tekhnis pelaksanaan
Prosedur pelaksanaan:
1) Jelaskan prosedur perawatan pada pasien.
2) Tempatkan alat yang sesuai.
3) Cuci tangan.
4) Buka pembalut dan buang pada tempatnya.
b. Luka kotor
Prosedur perawatan
1) Menyiapkan alat
2) Menyiapkan pasien
3) Perkenalkan diri
4) Jelaskan tujuan
5) Jelaskan prosedur perawatan pada pasien
6) Persetujuan pasien
Tekhnis pelaksanaan
1) Jelaskan prosedur perawatan pada pasien.
2) Tempatkan alat yang sesuai.
3) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan (mengurangi transmisi pathogen
yang berasal dari darah). Sarung tangan digunakan saat memegang bahan
berair dari cairan tubuh.
4) Buka pembalut dan buang pada tempatnya serta kajilah luka becubitus
yang ada
5) Bersihkan bekas plester dengan bensin/aseton (bila tidak kontra indikasi),
arah dari dalam ke luar.
11. Evaluasi
1) Dimensi luka : size, depth, length, width
2) Photography
3) Wound assessment charts
4) Frekuensi pengkajian
5) Plan of care
12. Dokumentasi
1) Potential masalah
2) Komunikasi yang adekuat
3) Continuity of care
4) Mengkaji perkembangan terapi atau masalah lain yang timbul
5) Harus bersifat faktual, tidak subjektif
6) Wound assessment charts
3. Indikasi
Untuk luka atau insisi pembedahan yang mempunyai drainase minimal dan tidak ada
jaringan yang hilang
4. Persiapan alat
1) Satu alat steril sesuai kebutuhan
2) Plester
3) Kasa steril dalam tempatnya, perban bila perlu
4) Sarung tangan bersih
5) Sarung tangan steril
6) Larutan normal saline steril (NaCl 0,9 %)
7) Kantong sampah infeksius\
8) Perlak dan alasnya
9) Tempat penyimpanan barang steril, seperti bengkok (Piala ginjal) dan mangkuk
steril (Kopyes) diatas troli
5. Prosedur
1) Cek instruksi dokter dan rencana perawatan
2) Siapkan alat-alat, termasuk peralatan steril di meja/troli
3) Identifikasi pasien, jelaskan tujuan dan prosedur
4) Berikan privasi
5) Tinggikan tempat tidur dan turunkan penghalang tempat tidur untuk bekerja di
samping pasien
6) Tempatkan kantong untuk meletakkan balutan yang kotor di dekat pasien
7) Cuci tangan
8) Bentangkan perlak di bawah daerah yang akan diganti balutan
Sembuh
dengan
baik;Seng
atan
Merah matahari
Superfisial
Epidermis tanpa Kering Nyeri 5-10 hari yang
(derajat I) lepuh berulang
meningkat
kan risiko
kanker
kulit di
kemudian
Agak Merah
Infeksi
superfisial, Meluas ke dengan
lokal/selul
mengenai lapisan lepuh yang kurang
Sangat itis tapi
sebagian dermis jelas. Lembab dari 2–3
nyeri biasanya
lapisan (papiler) Pucat minggu
tanpa
kulit superfisial dengan
parut
(derajat II) tekanan.
Parut,
Cukup Kuning
kerut
dalam, Meluas ke atau putih.
Tekana (mungkin
mengenai lapisan Lebih
Agak n dan 3– memerluk
sebagian dermis tidak
kering tidak 8 minggu an eksisi
lapisan (retikular) pucat.
nyaman dan
kulit dalam Mungkin
cangkok
(derajat II) melepuh
kulit)
Lama Parut,
Seluruh Meluas ke Kaku dan (berbula kerut,
lapisan seluruh putih/cokl Tidak n-bulan) amputasi
Kasar
kulit lapisan at Tidak nyeri dan tidak (eksisi dini
(Derajat III) dermis pucat sempurn dianjurkan
a )
Meluas ke Amputasi,
seluruh gangguan
lapisan fungsional
Hitam;
kulit, dan yang
hangus Tidak Perlu
Derajat IV ke dalam Kering signifikan
dengan nyeri eksisi
lapisan dan, dalam
eskar
lemak, beberapa
tulang di kematian.
Luas luka bakar dinyatakan sebagai presentase terhadap luas permukaan tubuh. Untuk
menghitung secara cepat dipakai Rule of Nine dari Wallace. Perhitungan cara ini hanya
dapat diterapkan pada orang dewasa, karena anak-anak mempunyai proporsi tubuh yang
berbeda. Untuk keperluan pencatatan medis, dapat digunakan kartu luka bakar dengan
cara Lund and Browder.
1. Perhitungan luas luka bakar berdasarkan “Rule of Nine” oleh Polaski dan Tennison
dari Wallace :
- Merah
- Kering
II Sebagian Sakit Hiperalgesi 7 – 14 hari Normal, pucat,
dermis, merah/kun atau normal berbintik
Dangkal folikel, ing, basah,
rambut dan bula
kelenjar
keringat utuh
II Hanya Sakit Hipoalgesi 14 – 31 Pucat,
kelenjar merah/kun hari depigmen-tasi,
Dalam keringat yang ing, basah, rata,
utuh bula mengkilat,
rambut (-),
cicatrix,
hipertropi
III Dermis Tidak Analgesi 21 hari Cicatrix,
seluruhnya sakit, persekun- hipertropi
putih, dam
coklat,
hitam,
kering
Karena luka bakar sangat bervariasi baik mengenai luas permukan tubuh maupun
dalamnya jaringan yang terbakar, maka perlu ditetapkan keadaan-keadaan yang
memerlukan perawatan dan pengobatan di Rumah Sakit. Dalam hal ini dapat dipakai
patokan sebagai berikut:
I II III
Derajat
a. Pengertian
Luka bakar adalah sejenis cedera pada daging atau kulit yang disebabkan oleh
panas, listrik, zat kimia, gesekan, atau radias. Periksa cidera yang terjadi di seluruh
tubuh secara sistematis untuk menentukan adanya cedera inhalasi, luas dan derajat
luka bakar. Dengan demikian jumlah dan jenis cairan yang diperlukan untuk resusitasi
dapat ditentukan. Terapi cairan diindikasikan pada luka bakar derajat II atau III
dengan luas > 25%, atau bila pasien tidak dapat minum. Terapi cairan dihentikan
bila masukan oral dapat menggantikan parenteral.
b. Tujuan
Untuk mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat yang dapat dipantau
dari tekanan darah, nadi, pengeluaran urin, keseimbangan asam – basa, derajat
kesadaran, serta hidrasi penderita.
c. Penggantian cairan:
Kombinasi kategori cairan yang digunakan:
1) Cairan koloid; Whoole blood, plasma serta plasma ekspander.
2) Kristaloid/elektrolit: larutan natrium klorida fisiologis atau lart. RL.
d. Pedoman dan rumus untuk penggantian cairan pada pasien luka bakar
1) Rumus Konsensus
Lart RL ( lart saline seimbang lainnya)= 2-4 ml x kg BB x % luas luka bakar.
Separuh diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam
berikutnya.
2) Rumus Evans.
a. Koloid: 1 ml x kg BB x % luas luka bakar.
b. Elektrolit (salin): 1 ml x kg BB x % luas luka bakar.
c. Glukosa (5% dalam air): 2000 ml untuk kehilangan insensibel.
Hari 1 : Separuh diberikan dalam 8 jam pertama, separuh sisanya dalam 16
jam berikutnya.
C. Etiologi
1. Panas (misal api, air panas, uap panas)
2. Radiasi
3. Listrik
4. Kimia
5. Laser
D. Klasifikasi Luka Bakar berdasarkan penyebabnya
1. Suhu
Disebabkan kontak kulit dengan zat yang panas baik panas kering maupun panas basah.
Zat panas dapat berapa gas, cairan atau zat padat. Berataya luka bakar tergantung dari
intensitas dan lamanya kontak.
a. Gas
Paparan gas panas dapat mengakibatkan luka bakar pad permukaan kulit dan
permukaan yang kontak selama pernafasan,(mulut, hidung, kerongkongan, jalan
nafas dan paru-para). Gas panas ini biasanya dari udara atmosfer menjadi panas
selama terjadinya kebakaran/ledakan. Udara dalam ruang tertutup menahan panas
lebih lama daripada ruangan terbuka.
Jika cairan panas kontak langusng dengan kulit sehingga luka bakar serius.
2. Bahan Kimia
Terjadi ketika bahan kimia khusus (baik dalam bentuk gas, cair, padat) secara langsung
kontak dengan kulit dan permukaan epitel. Meskipun beberapa reaksi kimia
memproduksi dan membuang panas, produk panas dari bahan kimia dapat
menyebabkan luka bakarnya biasanya asam kuat, seperti hidroklor, asam chro,is, asam
sulfur, atau basa kuat seperti sodium hidroksida.Selain kimia yang kuat hampir semua
3. Listrik
Bisa dengan dua cara :
a. alternating current dapat menyebkan luka bakar yang lebih hebat dari direct current
b. direct current luka bakar yang hebat dihubungkan dengan voltase yang tinggi(77.000
volupada kecelakan,meskipun 155 volt yang terjadi dirumah juga menvebabkan
kerusakan yang consideraple).
4. Radiasi
Terjadi karena klien terpapar zat radio aktif yang dengan dosis tinggi Kebanyakan
paparan radiasi yang menunjukan luka pada jaringan berhubungan dengan tindakan
radiasi terapeutik,tapi biasanya bersifat minos atau jarang menyebabkan kerusakan
kulit. Kerusakan disebabkan terutama padatingkat sel,partikel dalam, inti sel ter ionisasi
dan mengganggu fungsi yang pokok/kritis,yang menunjukan kematian sel dan
menandakakan kegagalan organ.
tipe radiasi
jarak dan sumber
lamanya paparan
dosis yang diserap
kedalaman penetrasi dalam tubuh
Berbagai organ mempunyai perbedaan resistensi terhadap radiasi yang merusak sel
biasanya organ atau jaringan yang mempunyai indeks mitosis dan reproduksi lebih
cepat,lebih susceptible terhadap kerusakkan akibat radiasi, misalnya seperti
tulang,kulit, membran mukosa. folikel rambut ,lapisan saluran gastro intestinal,lapisan
saluran paru-paru,dan daerah germinal testes.
1. Infeksi
Merupakan masalah utama. Bila infeksi berat maka dapat mengalami sepsis.Berikan
antibiotika berspektrum luas, bila perlu dalam bentuk kombinasi.Kortikosteroid jangan
diberikan karena bersifat imuno supresif kecuali pada keadaan tertentu misalnya edema
laring berat
4. Konvulsio
Meliputi bangkiyan “kejang” akibat ketidak seimbangan elektrolit, hipoksemia infeksi,
pemberian obat-obat. Dilatasi lambung yang dirawat dengan dekompresi tabung
nasogatrok dan tekanan darah tinggi yang terjadi pada kira-kira 30% pada anak-anak
dan mungkin membutuhkan perawatan dengan vasodilator.
5. Timbulnya kontraktur
6. Gangguan kosmetis
G. PERMASALAHAN PASCA LUKA BAKAR
1. Infeksi dan sepsis
2. Oliguria dan anuria
3. Oedem paru
4. ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome )
5. Anemia
6. Kontraktur
7. Kematian
G. Peralatan Perawatan Luka Bakar
1. Bak instrument yang berisi
2. Pinset anatomis
3. Pinset chirurgis
4. Gunting debridemand
5. Kassa steril
6. Kom: 3 buah
7. Spuit 5 cc atau 10 cc
8. Sarung tangan
75 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4
Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
9. Gunting plester
10. Plester atau perekat
11. Desinfektant
12. NaCl 0,9%
13. Bengkok 2 buah, 1 buah berisi larutan desinfektant
14. Verband
15. Obat luka sesuai kebutuhan
H. Prosedur Pelaksanaan
1) Menjaga privacy
2) Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat terlihat jelas
3) Membuka peralatan
4) Memakai sarung tangan
5) Membuka balutan dengan hati-hati, bila sulit basahi dengan NaCl 0,9%
6) Membersihkan luka dengan menggunakan NaCl 0,9%
7) Melakukan debridemand bila terdapat jaringan nekrotik. (Bila ada bula jangan
dipecah, tapi dihisap dengan spuit steril setelah hari ke-3)
8) Membersihkan luka dengan NaCl 0,9%
9) Mengeringkan luka dengan mengguanakan kassa steril
10) Memberikan obat topical sesuai order pada luka
11) Menutup luka dengan kassa steril, kemudian dipasang verband dan diplester
12) Memasang verband dan plester
1. PERAWATAN MATA
A. DEFINISI
Mata merupakan indra penglihatan yang sangat dibutuhkan untuk melakukanaktivitas.
Oleh sebab itu, individu harus membersihkan matanya supaya aktivitastidak menjadi
terganggu. Kebersihan mata adalah suatu keadaan atau upaya dimana mata bebas dari
kotoran, misalnya kotoran debu, asap, dan lain-lain. Kebersihan mata merupakan
salah satu komponen dari kebersihan diri (personal hygiene). Jadi,seseorang harus
membersihkan matanya agar bisa memenuhi kebersihan diri dantidak mengalami
gangguan penglihatan.
B. Tujuan
1. Agar mata bisa tetap sehat sehingga terhindar dari penyakit.
2. Untuk membersihkan kotoran mata sehingga mata tampak lebih bersih.
C. Persiapan Pasien
Posisikan pasien senyaman mungkin, idealnya posisi telentang.
D. Persiapan Alat
1. Kassa lidi steril
2. Sodium klorida steril 0,9 % untuk dialirkan atau air steril
3. Air hangat
4. Termometer mandi
5. Wadah untuk alat kotor (bengkok)
E. Prosedur
1. Jelaskan langkah-langkah prosedur pada klien
2. Letakkan wadah air atau saline di tempat yang berisi air hangat dan memiliki
temperatur tidak lebih dari 37oC (gunakan termometer mandi)
3. Berikan posisi yang nyaman pada klien, idealnya posisi telentang.
4. Posisikan klien dengan cahaya yang cukup.
5. Cuci tangan.
78 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4
Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
6. Buka kassa lidi steril tanpa menyentuh area steril.
7. Tuangkan normal saline ke dalam cucing yang berisi kasa lidi steril.
8. Memakai hand scone steril (sarung tangan steril)
9. Selalu membersihkan area dari terbersih sampai terkotor untuk mencegah
perpindahan infeksi/kotoran.
10. Minta klien untuk melihat ke atas dan gunakan kassa lidi basah (tidak
terlalubasah), secara perlahan bersihkan area kelopak bawah dari sudut nasal ke
luar.
11. Buang swab yang telah dipakai.
12. Ulangi prosedur sampai semua debris atau kotoran terangkat.
13. Keringkan kelopak mata bawah dengan kasa lidi yang agak basah yang baru.
14. Minta klien untuk melihat ke bawah dan bersihkan kelopak mata atas dari sudut
sampai ke luar.
15. Ulangi prosedur sampai semua debris atau kotoran terangkat.
16. Keringkan kelopak mata atas dengan kasa lidi yang agak basah yang baru.
17. Posisikan kembali klien sesuai dengan kenyamanan klien.
18. Lepaskan semua peralatan.
19. Cuci tangan
F. Rasional
1. Meningkatkan pengetahuan klien sehingga klien kooperatif dalam tindakan
keperawatan.
2. Respon tubuh pasien akan kaget ketika terkena cairan dingin, sehingga cairan
yang akan di masukkan mata harus dalam keadaan hangat.
3. Agar pasien merasa nyaman ketika prosedur dilaksanakan.
4. Dengan penerangan yang cukup akan membantu prosedur pembersihan mata.
5. Meminimalisir terjadinya infeksi pada mata melalui tangan.
6. Mencegah pemindahan mikroorganisme dari tangan ke area steril pada kasa lidi.
7. Mencegah tercecernya cairan normal saline.
8. Agar mata tidak terkontaminasi mikroorganisme di tangan.
9. Untuk mencegah perpindahan infeksi/kotoran.
10. Untuk membersihkan daerah bawah mata, agar kasa lidi tidak terkena kornea
mata.
11. Membuang alat-alat yang sudah tidak terpakai.
3. Kebersihan Hidung.
A. Pengertian
Mencuci atau membersihkan rongga hidung dengan cara mengeluarkan kotoran atau
benda asing dari hidung agar hidung tetap bersih dan terbebas dari infeksi.
B. Tujuan
1) Tujuan Membersihkan hidung dari kotoran sehingga pernafasan lancar.
A. Tujuan
Kornea
1. Berdiri disisi klien, lalu dengan cahaya tidak langsung, inspeksi kejernihan dan
tekstur kornea
2. Lakukan uji sensitivitas kornea dengan menyebtuhkan gulungan kapas steril
untuk melihat reaksi berkedip.
Medan Penglihatan
1. Pemeriksa berdiri didepan klien kira-kira 60 cm
2. Tutup mata klien yang tidak diperiksa
3. Instruksikan klien untuk melihat lurus kedepan dan memfokuskan pada 1 titik
pandang.
4. Gerakan jari pemeriksa pada jarak yang sebanding dengan panjang lengan di
luar lapang penglihatan
5. Minta klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia melihat jari pemeriksa.
6. Perlahan tarik jari pemeriksa mendekat. Jaga jari agar selalu tetap ditengah
antara pemeriksa dan klien.
7. Kaji mata sebelahnya.
Pemeriksaan
Ketajaman Penglihatan
Pengkajian Tahap 1
1. Pastikan cahaya ruangan cukup terang
2. Minta kien untuk membaca surat kabatr/majalah (apabila klien berkaca mata
anjurkan untuk memakainya)
3. Perhatikan jarak naskah yang dipegang klien dengan matanya.
4. Apabila klien mengalami kesulitan membaca lanjutkan pemeriksaan
87 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4
Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
Pengkajian Tahap 2
Penglihatan warna
Dengan menggunakan buku ishihara, lakukan tes buta warna dengan cara
meminta penderita membaca dan menyebutkan angka yang tampak pada setiap
halaman buku. Hasil bacaan penderita dikonfirmasikan dengan jawaban yang
tersedia untuk menentukan diagnosis.
2. Palpasi
1. Anjurkan klien untuk memjamkan mata
2. Palpasi kedua mata dengan jari telunjuk diatas kelopak mata sisi kiri dan sisi
kanan
3. Dengan menekan-nekan bola mata, periksa nilai konsistensianya dan adanya
nyeri tekan
I. Pengertian
Irigasi mata ialah suatu cara untuk membersihkan dan atau mengeluarkan benda
asing dari dalam mata.dapat juga diartikan tindakan membersihkan mata / bola
mata dengan air mengalir.
II. Tujuan
Untuk membersihkan dan atau mengeluarkan benda asing dari dalam mata.
III. Indikasi
1. Cedera kimiawi pada mata
2. Benda asing dalam mata
3. Inflamasi mata
IV. Kontraindikasi
Luka karena tusukan / perforasi mata
V. Kemungkinan Komplikasi
1. Kemungkinan terjadi cedera perforasi pada mata bila irigasi dilakukan dengan
tidak hati-hati dan lembut.
2. Kontaminasi silang pada mata yang sehat bila terdapat infeksi.
3. Abrasi kornea atau konjungtiva
VI. Peralatan
1. Handschoen bersih
2. Anestesi topikal (bila perlu)
3. Cairan irigasi steril ( biasanya normal saline) dengan kanula
4. Plester katun
5. Retraktor desmares (bila ada)
6. Kasa secukupnya
7. Bengkok
8. Handuk atau laken untuk menutupi pakaian pasien
VII. Langkah-langkah
1. Siapkan peralatan
2. Identifikasi pasien
3. Jelaskan prosedur tindakan pada pasien
4. Pakai sarung tangan
5. Tutupi pasien dengan handuk atau laken
6. Miringkan pasien ke arah lateral mata yang akan di irigasi, pasang bengkok.
IX. Dokumentasi
1. Tangggal dan waktu prosedur
2. Jenis dan jumlah cairan yg diberikan
3. Toleransi pasien terhadap prosedur
4. Karakter cairan yang keluar, catat setiap benda asing yang keluar
5. Kondisi mata setelah prosedur, seperti kemerahan, bengkak, dan reaksi pupil
6. Instruksi-instruksi yang diberikan kepada pasien dan/atau keluarga
A. Tujuan
Untuk mengetahui keadaan pendengaran
B. Persiapan Alat
Garputala
C. Prosedur Kerja :
a. garputala dibunyikan dan diletakkan tegak lurus dengan os mastoid pasien, jika
hampir tidak terdengar pindahkan garputala di depan meatus acusticus eksternus
(MAE) pasien.
b. jika masih terdengar dikatakan rinne positif : dapat normal atau tuli perepsi neural
c. jika tidak terdengar dikatan rinne negatif : tuli konduksi
1. Pengertian
Irigasi dari canalis auditorius eksterna umumnya dilakukan dengan tujuan untuk
membersihkan, walaupun pemberian cairan hangat dan antiseptik kadang-kadang
dilakukan. Irigasi biasanya dilakukan di RS. Menggunakan peralatan steril sehingga
mikroorganisme tidak akan masuk ke dalam telinga.
Normal saline pada suhu tubuh (37,00C atau 98,6 F) seringkali digunakan untuk
mengiritasi telinga. Perawat menggunakan termometer untuk menjamin bahwa telinga
jika membran tympani tidak rusak, dimana teknik steril digunakan. Posisi kanalis
auditorius eksterna bervariasi sesuai umur. Pada anak dui bawah 3 tahun, mengarah ke
atas, pada dewasa, canalis auditorius eksterna berbentuk 5 sekitar 2,5 cm (1 in)
panjangnya. Irigasi telinga adalah suatu usaha untuk memasukkan cairan dalam telinga.
2. Tujuan
Untuk membersihkan atau mengeluarkan benda asing dari dalam telinga.
3. Indikasi
1) Inflamasi konjungtive
2) Mempersiapkan pasien untuk pembedahan mata
3) Untuk mengangkat sekresi inflamasi.
4) Untuk mengeluarkan cairan, serumen, bahan-bahan asing dari kanal audiotory eksternal
5) Untuk mengirigasi kanal audiotory eksternal dengan lartutan antiseptic.
6) Untuk menghangatkan atau mendinginkan kanal audiotory eksterna.
4. Kontraindikasi
1) Gangguan pada membran tympani.
2) Perforasi membran timpani atau resiko tidak utuh (injurie sekunder, pembedahan,
miringitomi).
3) Terjadi komplikasi sebelum irigasi.
4) Temperatur yg ekstrim panas dapat menyebabkan pusing, mual dan muntah.
5) Bila ada benda penghisap air dalam telinga, seperti bahan sayuran (kacang), jangan
diirigasi karena bahan-bahan tersebut mengambang dan sulit dikeluarkan.
5. Komplikasi
1) Ruptur (pecah) pada membran tympani.
Setelah posisi pasien, daun telinga dari telinga yang terkena dampak harus diadakan
kembali, dan sampai (belakang dan ke bawah untuk bayi). Ujung jarum suntik atau kateter
irigasi harus ditempatkan di pintu masuk ke telinga Jaringan telinga tidak boleh disentuh.
Saluran telinga tidak boleh tersumbat, atau solusi tidak akan dapat berlari kembali keluar
dari telinga Dengan lembut mengarahkan aliran larutan irigasi terhadap aspek atas dari
saluran telinga eksternal, perawat harus jarum suntik atau menjalankan dalam cairan IV
pada tingkat lambat, stabil, yang memungkinkan cairan untuk melarikan diri keluar dari
saluran telinga dan ke baskom. Jika menggunakan alat PIK gigi, pengaturan terendah
harus digunakan.. Mengerahkan terlalu banyak tekanan dapat memaksa benda asing atau
oklusi lilin lebih ke dalam liang telinga. Cairan kembali kemudian harus diperiksa sebelum
jarum suntik diisi ulang-atau setelah 100cc cairan untuk dewasa, dan 30cc cairan bagi
seorang anak. Perawat harus menyelidiki apakah objek lilin atau asing telah mengguyur
dari telinga. Bila oklusi telah dihapus, 500cc cairan irigasi harus digunakan untuk-dewasa
100cc untuk anak, atau seperti yang diperintahkan oleh dokter. Prosedur ini harus terputus
jika pasien mengeluh sakit atau pusing.
7. Persiapan Alat
1) Bengkok
2) Kom kecil
3) Kapas
4) Kassa
Tindak Lanjut:
1. Kaji keberhasilan irigasi telinga.
2. Kaji rasa nyaman pasien.
3. Bersihkan peralatan.
Dokumentasi:
1. Tanggal dan waktu prosedur.
2. Tipe dan jumlah cairan.
96 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4
Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
3. Toleransi pasien terhadap prosedur.
4. Karakter cairan yang keluar.
5. Intruksi-intruksi yang diperlukan oleh pasien atau keluarga.
a. Pengertian
Penilaian fungsi imun dimulai dari hasil anamnesis riwayat kesehatan pasien dan
pemeriksaan fisik. Riwayat kesehatan pasien harus mengandung informasi yang rinci
mengenai faktor – faktor dimasa lalu serta sekarang. Faktor – faktor dan kejadian
yang dapat mengetahui fungsi sistem imun diantaranya adalah:
1. Infeksi,
2. Kelainan alergi,
3. Kelainan autoimun,
4. Penyakit neoplasma,
d. Pemeriksaan laboratorium
Uji lekosit dan limfosit
- Hitung jenis dan hitung sel darah putih
- Biopsi sumsum tulang
Pemeriksaan imunitas humoral
- Total globulin dan immunoglobulin
Uji imunitas seluler
- Hitung total limfosit
99 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4
Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
Uji fungsi sel fagosit
- Nitroblue tetrazolium reductase assay
Uji hipersensitifitas
- Stratch test, Pacth test, Tes intra dermal, Radio allergosorbent test (RAST)
Uji antigen antibody spesifik
- Radioimmunoassay, Imunofluoresensi, aglutinasi, test fiksasi komplemen.
Uji infeksi HIV
ELISA (Enzyme linked immunoabsorbent assay)
sample yg positif dpt dikonfirmasi dgn Western blot
Hitung sel CD 4 dan CD 8
Test antigent P24
Reaksi rantai polymerase (PCR: Polymerase chain reaction)
e. Pengkajian fisik
1. Rambut
2. Pasien palpasi nodus limfatikus
3. Pemeriksaan kulit,
4. Membrane mukosa
5. Sistem respiratorius,
6. Gastrointestinal,
7. Urogenital,
8. Kardiovaskuler
9. Neurosensorik.
10. Sendi (adanya nyeri, bengkak, batas kisaran gerak)
A. Pengertian
Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari satu
orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah berhubungan dengan kondisi
medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar disebabkan trauma, operasi, syok dan
tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah merah.
C. Tujuan
a. Memelihara dan mempertahankan kesehatan donor.
b. Memelihara keadaan biologis darah atau komponen – komponennya agar tetap
bermanfaat.
c. Memelihara dan mempertahankan volume darah yang normal pada peredaran darah
(stabilitas peredaran darah).
d. Mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah.
e. Meningkatkan oksigenasi jaringan.
f. Memperbaiki fungsi Hemostatis.
g. Tindakan terapi kasus tertentu.
D. Manfaat
a. Dapat mengetahui golongan darah
b. Dapat menambah cairan darah yang hilang di dalam tubuh
c. Dapat menyelamatkan jiwa pasien
E. Indikasi
a. Pasien dengan kehilangan darah dalam jumlah besar (operasi besar, perdarahan
postpartum, kecelakaan, luka bakar hebat, penyakit kekurangan kadar Hb atau penyakit
kelainan darah).
b. Pasien dengan syok hemoragi.
c. Pasien sepsis yang tidak berespon dengan antibiotik (khususnya untuk pasien dengan
kultur darah positif, demam persisten /38,3° C dan granulositopenia)
d. Pasien dengan penekanan system imun (imunokompromise).
e. Pasien dengan defisiensi faktor koagulasi yang tidak bisa ditentukan
F. Kontraindikasi
a. Hb dan jumlah eritrosit dan leukosit pasien yang tidak normal.
b. Pasien yang bertekanan darah rendah.
c. Transfusi darah dengan golongan darah yang berbeda.
d. Transfusi darah dengan darah yang mengandung penyakit, seperti HIV/AIDS, Hepatitis
B.
G. Efek Tranfusi
a. Alergi
b. Anafilaksis
c. Sepsis
d. Urtikaria
e. Kelebihan sirkulasi
f. Hemolitik
g. Demam Non-Hemolitik
h. Hiperkalemia
i. Hipokalemia
j. Hipotermia
H. Persiapan Peralatan
a. Set pemberian darah
b. Kateter besar (18G atau 19G)
c. Cairan IV salin normal (Nacl 0.9%)
d. Set infuse darah dengan filter
e. Produk darah yang tepat
f. Sarung tangan sekali pakai
g. Kapas alcohol
h. Plester
i. Manset tekanan darah
j. Stetoskop
k. Thermometer
I. Prosedur Kerja
a. Jelaskan prosedur kepada klien.kaji pernah tidaknyaklien menerima transfusi
sebelumnya dan catat reaksi yang timbul
b. Minta klien untuk melaporkan adanya menggigil,sakit kepala,gatal-gatal atau ruam
dengan segera
c. Pastikan bahwa klien telah menandatangani surat persetujuan
d. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
e. Pasang selang IV dengan menggunakan kateter berukuran besar
f. Gunakan selang infuse yang memiliki filter didalam selang
g. Gantungkan botol larutan salin normal 0.9% untuk diberikan setelah pemberian infuse
darah selesai
h. Ikuti protokol lembaga dalam mendapatkan produk darah dari bank darah
i. Identifikasi produk darah dank lien dengan benar
j. Ukur tanda fital dasar klien
k. Berikan dahulu larutan salin normal
l. Mulai berikan transfuse secara perlahan diawali dengan pengisian filter didalam selang
m. Atur kecepatan sampai 2ml/menit untuk 15 menit pertama dan tetaplah bersama klien.
n. Monitor tanda vital setiap 5 menit selama 15 menit pertama transfuse,selanjutnya ukur
setiap jam dengan kebijakan lembaga.
o. Pertahankan kecepatan infuse yang di programkan dengan menggunakan pompa infuse.
p. Lepas dan buang sarung tangan dan cuci tangan.
q. Observasi timbulnya reaksi yang merugikan secara berkelanjutan, catat pemberian
darah atau produk darah.
r. Setelah pemberian infuse selesai, kembalikan kantung darah serta selang ke bank darah.
J. Evaluasi
a. Observasi reaksi : kedinginan, kemerahan, gatal, dispnoe, kram dan bengkak.
b. Observasi klien dan kaji hasil laboratorium untuk dapat mencatat hasil pemberian
komponen darah.
c. Monitor tempat pemasangan infus dan kaji keadaan fisiologis setiap pengukuran tanda
vital.
K. Dokumentasi
Gout adalah peradangan akibat adanya endapan kristal asam urat pada sendi dan jari.
Penyakit gout memang dapat diobati dengan terapi, tetapi sama saja Anda akan disuguhi
105 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4
Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
dengan obat asam urat tradisional. Maka dari itu, disini akan saya coba jelaskan pada Anda
bagaimana cara membuat obat asam urat tradisional tersebut, alasannya yang utama adalah
untuk menghemat biaya.
Jahe dipekirakan berasal dari asia pasifik yang penyebarannya mulai dari India hingga
wilayah cina. Dari India, jahe mulai dijadikan sebagai bahan rempah untuk
diperjualbelikan yang jangkauan pemasarannya hingga wilayh asia tenggara, jepang,
tiongkok, hingga wilayah timur tengah.
Jahe masuk kedalam suku temu-temuan (Zingiberancae), nama imiah jahe berasal dari
bahasa yunani zingiberi yang diberikan oleh seorang bernama William Roxburgh.
Tanaman ini masih masih satu famili dengan temu-temuan lainnya semisal temu hitam
(curcuma aeruginosa), kencur (Kaempferia galanga), temu lawak (Cucuma
xanthorrizha), lengkuas (Languas galangal), dan sebagainya.
Klasifikasi Ilmiah
106 Buku Panduan Praktik Klinik KMB 4
Prodi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
Divisi : Spermatophyta.
Sub-divisi : Angiospermae.
Kelas : Monocotyledoneae.
Ordo : Zingiberales.
Famili : Zingiberaceae.
Genus : Zingiber.
Species : Zingiber officinale
Nama Daerah :
beeuing (Gayo), jahe (Sunda), bahing (Batak Karo), halia (Aceh), jahi (Lampung),
sipodeh Minangkabau), jhai (Madura), lain jae (Jawa dan Bali), melito (Gorontalo), dsb
Tanaman yang bisa bertahan hidup di daerah tropis dan dikenal memiliki rasa pedas dan
hangat pada rimpangnya ini, memiliki beberapa ciri umum yang mudah dikenali, yaitu :
Tanaman sejenis herba, tumbuh tegak dengan ketinggian pohon antara 30-60 cm.
Batang pohon semu, beralur dan memiliki warna hijau.
Daun tunggal dan berwarna hijau tua, tangkai daun berbulu halus, helai daun
berbentuk lanset, bagian tepi rata dan bagian ujung runcing serta pangkal daun
tumpul. Panjang daun antara 20-40 cm dan lebar antara 2-4 cm.
Bunga berupa malai tumbuh dari dalam tanah berbentuk tongkat atau bundar telur,
panjang malai berkisar antara3,5-5 cm dengan lebar 1,5-1,75 cm. Gagang bunga
hampir tidak berbulu dengan panjang sekitar 25 cm, sisik pada bunga berjumlah 5-7
buah, berbentuk lanset. Letaknya berdekatan, panjang sisik 3-5 cm. mahkota bunga
berbentuk tabung 2 – 2,5 cm dengan helai agak sempit, memiliki bentuk tajam, warna
kuning kehijauan, panjang sekitar 1,5 – 2,5 mm dengan lebar 3 – 3,5 mm, bibir
berwarna ungu, gelap, berbintik-bintik berwarna putih kekuningan, panjang 12 – 15
mm ; kepala sari berwarna ungu, dengan panjang 9 mm, tangkai putik berjumlah 2.
Buah berbentuk bulat hingga bulat panjang, berwarna coklat sedang biji berbentuk
bulat dengan warna hitam.
Akar berbentuk serabut dengan warna putih kotor. Rimpang tebal dan agak melebar,
tumbuh bercabang-cabang. Warna rimpang kuning pucat. Bagian dalam berserat agak
Pemanfaatan jahe oleh manusia yaitu pada bagian rimpangnya. Rimpang jahe
mengandung minyak asitri dimana didalamnya terkandung beberapa senyawa seperti
Zingeron, seskuiterpen, oleoresin, zingiberen, limonen, kamfena, sineol, zingiberal,
sitral, felandren, dan borneol. Selain itu, terdapat juga damar, pati, vitamin A, B, C,
senyawa flavonoid dan polifenol, serta asam organik seperti asam malat dan asam
oksalat.
Dibawah ini adalah tabel yang menunjukkan komposisi unsur-unsur didalam 100 g jahe :
Kandungan Jumlah
Protein 8.6%
Karbohidrat 66.5%
Lemak 6.4%
Serat 5.9%
Abu 5.7%
Kalsium 0.1%
Fosfor 0.15%
Sodium 0.3%
Potasium 1.4%
Vitamin B1 0.05 mg
Vitamin B2 0.13 mg
Vitamin C 12 mg
Niasin 1.9%
Pengobatan:
5 butir kapulaga
5 butir cengkeh
15 gram jahe merah
1 jari kayu manis
5 gram biji pala
10 butir lada
200 gram ubi jalar merah
1000cc air bersih.
Langkah pengobatan:
Setelah semua bahan tersedia, selanjutnya anda rebus semua bahan diatas dalam 1000cc
air hingga air yang tersisa 500cc. kedmuain anda saring air rebusan ramuan berikut dan
minum airnya. Sementara ubi jalarnya dapat makan seperti biasa.
Buatlah ramuan untuk menyembuhkan asam urat diatas, kemudian konsumsi secara rutin
hingga penyakit asam urat anda berkurang dan benar-benar sembuh. Selain itu anda juga
harus menghindari penyebab penyakit asam urat, seperti yang telah saya jelaskan dalam
artikel sebelumnya
Laos/lengkuas dengan bahasa latin (Alpinia galanga, Linn) merupakan jenis tumbuhan
umbi-umbian yang bisa hidup di daerah dataran tinggi dan dataran rendah. Batangnya
terdiri dari susunan pelepah daun. Daunnya bulat panjang dimana daun bagian bawah
terdiri dari pelepah-pelepah saja sedang bagian atas lengkap dengan helaian daun.
Bunganya muncul pada ujung tumbuhan. Lengkuas atau laos ada yang berimpang putih,
ada pula yang berimpang merah. Yang merah ukurannya lebih besar dan khasiatnya untuk
obat lebih banyak. Tanaman ini memiliki batang semu seperti jahe, tapi tingginya bisa
sampai 2 m. Daunnya pun lebih lebar. Lengkuas yang subur panjang daunnya bisa
setengah meter dan lebarnya 15 cm
Lengkuas termasuk tumbuhan tegak yang tinggi batangnya mencapai 2-2,5 meter.
Lengkuas dapat hidup di daerah dataran rendah sampai dataran tinggi, lebih kurang 1200
meter diatas permukaan laut.
Lengkuas yang biasanya digunakan untuk pengobatan adalah jenis lengkuas merah
(Alpinia purpurata K Schum). Dalam farmakologi China dan pengobatan tradisional
lainnya disebutkan, lengkuas merah memiliki sifat antijamur dan antikembung. Efek
farmakologi ini umumnya diperoleh dari rimpang yang mengandung basonin, eugenol,
galangan dan galangol.
Bahan: 2 rimpang lengkuas sebesar ibu jari dan 1 butir telur ayam kampung,
Cara membuat: lengkuas diparut dan diperas untuk diambil airnya, telur ayam kampung
mentah dipecah untuk diambil kuningnya, kemudian kedua bahan tersebut dioplos sampai
merata.
Cara menggunakan: diminum 1 kali sehari.
Cara2:
Bahan: 3 rimpang lengkuas sebesar ibu jari, 0,5 sendok teh bubuk merica, 1 potong gula
merah, dan 2 gelas air santan kelapa
Cara membuat: semua bahan tersebut direbus bersama-sama hingga airnya tinggal 1 gelas.
Cara menggunakan: diminum sedikit demi sedikit selama 1 minggu.
Cara 3:
1. PENGERTIAN
Pengolahan beras untuk kecantikan bisa dilakukan dalam dua jenis, yaitu dalam
bentuk tepung (lulur), dan fermentasi, yang kemudian dibalurkan ke seluruh tubuh
Lulur beras / Bubuk beras yang dipercaya turun-temurun sebagai rahasia
kecantikan para putri keraton, ternyata memiliki struktur yang sama seperti
ceramide, yaitu suatu molekul lipid yang bertanggung jawab dalam
menyempurnakan proses regenerasi sel-sel kulit.
2. MANFAAT BUBUK BERAS
a. Kandungan selenium dalam beras merah merupakan elemen kelumit (trace
element) yang merupakan bagian esensial dari enzim glutation peroksidase.
Enzim ini berperan sebagai katalisator. Kandungan selenium ini dipercaya bisa
mencegah terjadinya proses penuaan dini.
b. Memutihkan kulit karena ada kandungan vitamin E yang berperan sebagai
antioksidan, yang melawan gangguan dari luar, serta meregenerasi sel kulit
sehingga kulit tampak lebih muda terutama pada beras jepang
c. Mencerahkan kulit karena pada beras mengandung vitamin C
d. Kandungan squalane oil yang berfungsi untuk mencerahkan dan menghaluskan
kulit
Berikut ini adalah beberapa langkah pembuatan lulur/ bubuk dari beras:
1. Sediakan sejumlah beras yang akan Anda gunakan untuk membuat lulur.
Jumlah ini tergantung seberapa banyak lulur yang hendak Anda buat.
2. Kemudian cuci beras tersebut dan rendam di dalam air selama beberapa
menit sampai beras menyerap cukup air.
3. Langkah selanjutnya adalah menghaluskan beras yang telah disaring dari air
rendaman tadi dengan menumbuknya perlahan.
4. Setelah beras dirasa cukup halus (tidak ada beras yang masih utuh),
campurkan air mawar ke dalam larutan beras tadi.
5. Setelah tercampur merata, bentuk adonan beras dan air mawar tersebut ke
dalam bentuk bulatan kecil.
6. Jemur bulatan-bulatan tersebut di bawah terik matahari sampai kering betul.
Selain membuat kulit lebih bersih, lulur berbahan beras juga membantu
pengelupasan sel kulit mati serta menggantinya dengan lapisan kulit baru yang
lebih muda dan sehat.
Bahan-bahan:
2 sendok makan tepung beras (atau beras yang sudah ditumbuk halus)
3 ruas kunyit seukuran ibu jari
Cara penggunaan:
Campur dan haluskan semua bahan tadi. Jika adonan terlalu pekat,
tambahkan sedikit air hangat hingga adonan menyerupai pasta. Ramuan siap
digunakan.
Bersihkan badan terlebih dahulu (mandi), lalu oleskan minyak zaitun di
sekujur tubuh. Diamkan sejenak hingga meresap.
Lumurkan ramuan lulur ke sekujur tubuh. Biarkan hingga mengering, lalu
gosok perlahan dengan gerakan memutar.
Bubuk lulur akan luruh membawa kotoran dan sel kulit mati dari tubuh.
Bilas tubuh dengan air hangat.
Catatan:
Cara penggunaan:
Catatan:
Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, gunakan ramuan setiap hari.
Sisa ramuan bisa disimpan selama 4 hari dalam wadah tertutup. Letakkan di
dalam freezer. Keluarkan dan tunggu hingga adonan mencapai suhu ruangan
sebelum digunakan.
Bahan-bahan:
Cara penggunaan:
Cara penggunaan:
1. Pengertian
Lidah Buaya (Aloe vera; Latin: Aloe barbadensis Milleer) adalah
sejenis tumbuhan yang sudah dikenal sejak ribuan tahun silam dan digunakan
sebagai penyubur rambut, penyembuh luka, dan untuk perawatan kulit.
Tumbuhan ini dapat ditemukan dengan mudah di kawasan kering di Afrika.
Eksudat merupakan getah yang keluar dari daun ketika dilakukan pemotongan.
Eksudat berbentuk cair, warna kuning dengan rasa pahit. Pada bagian ini
terkandung sejumlah zat yaitu 8- dihidroxianthraquinone (Aloe Emoedin) dan
glikosida (Aloins).
2. Manfaat
- Melembabkan kulit yang bermanfaat untuk meremajakan kulit,
menghidrasi kulit, dan membuat kulit terlihat segar sepanjang waktu
- Gel aloe vera memiliki sifat anti mikroba, sehingga ideal untuk mengobati
jerawat.
- Mengandung banyak zat antioksidan alami
- Mempertahankan kekencangan kulit, dn membuat menjadi krim anti –
aging yang baik
- Mengurangi rasa sakit dan peradangan, baik secara internal maupun
eksternal. Juga digunakan untuk mengobati luka kulit akibat terbakar sinar
matahari, gigitan serangga, eksim dan luka biasa.
Komponen Jumlah
Kadar air 95 %
Karbohidrat (g) 0.30
Kalori (kal) 1.73-2.30
Lemak (g) 0.05-0.09
Protein (g) 0.01-0.06
Vitamin A ( IU) 2.00-4.60
Vitamin C (mg) 0.50-4.20
Thiamin (mg) 0.003-0.004
Riboflavin (mg) 0.001-0.002
Niasin (mg) 0.038-0.040
Kalsium (mg) 9.920-19.920
Zat Besi (mg) 0.060-0.320
(Sumber: Morsi 1991)
3. Pembuatan ekstrak lidah buaya
a. Pilih daun lidah buaya yang baik dengan hati – hati, bagian tengah daun
adalah mengandung sebagian besar gel
b. Potong daun dari pangkal tanaman
c. Sekarang, berdirikan daun dengan tegak selama 15 menit, agar getah
mengalir keluar dengan baik. Getah lidah buaya adalah cairan berwarna
kuning yang akan keluar saat anda memotong daunnya. Biarkan cairan
getah ini mengalir keluar semuanya.
d. Lalu cuci daun untuk menghilangkan sisa cairan getah yang masih ada
pada daun
e. Taruh daun secara mendatar pada talenan, potong kedua sisi daun yang
ada durinya. Setelah selesai, anda harus mengelupas lapisan daun luar
yang berwarna hijau, semetra potongan gel aloe vera yang transparan
dengan bentuk kubus
f. Atau bisa juga membelah daun menjadi dua bagian memanjang dari atas
bawah dan mengerok gel transparan dengan sendok.
2 Kesopanan
3 Kerjasama
4 Bertanggung Jawab
5 Kedisiplinan
6 Ketelitian
7 Kejujuran
10 Keaktifan
TOTAL
Skala Penilaian :
Sangat Kurang Cukup Baik Sangat
Kurang Baik
1 2 3 4 5 6
Nilai
No Aspek Penilaian Bobot Angka Nilai Akhir
(B) (A) (B x A)
4 Prinsip steril/bersih/aman 20
TOTAL
Penilai:....................................................(........................................................)