Pada tahun 2028 menghasilkan perawat yang unggul dalam penerapan keterampilan keperawatan lansia berbasis IPTEK keperawatan.
PEDOMAN PRAKTIK
MK. Praktek Klinik Keperawatan Dasar
Tim Penyusun
1. Rita Ismail, SKp, MKM, MTD (HE).
2. Dra. Ns. Wartonah, SKep, MM.
3. Suratun, SKM, MKep.
4. Suliswati, SKp, MKes.
5. Ns. Omi Haryati, SKep., MKes.
6. Yuli Mulyanti, SKp, MKes.
7. Indriana Rachmawati, SKp., MSi., MTD (HE).
Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Jakarta III
2021
PKKD 2021
1
PEDOMAN PRAKTIK
MK. Praktek Klinik Keperawatan Dasar
Pas foto
4x 6
Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Jakarta III
2021
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pedoman praktik klinik MK. Praktek Klinik Keperawatan Dasar (PKKD) disusun
sebagai pedoman bagi mahasiswa dan pembimbing dalam menjalankan proses
pembelajaran praktik klinik. Pedoman ini digunakan sebaga buku panduan bagi
mahasiswa untuk mencapai kemampuan praktik klinik MK. PKKD secara
komprehensif.
Pedoman praktik klinik MK. PKKD juga merupakan buku kerja mahasiswa yang
memfasilitasi, memotivasi dan meningkatkan kreatifitas mahasiswa dalam mencapai
tujuan belajar. Adapun tujuan dari penggunaan pedoman ini adalah:
B. Manfaat
2. Mencatat hal-hal yang dipelajari oleh mahasiswa selama praktik klinik MK. PKKD
dan juga perasaan serta pendapat mahasiswa terhadap permasalahan yang
ditemui dalam melakukan perawatan pada pasien, sebagai rujukan saat
melakukan evaluasi.
3
Adanya pedoman praktik klinik MK. PKKD diharapkan dapat menfasilitasi
mahasiswa memahami antara teori yang mahasiswa dapatkan di kelas dan praktik
klinik MK. PKKD di lahan praktik. Mahasiswa juga dapat mengevaluasi diri sendiri
atas apa yang telah dikerjakan dan seberapa jauh kemajuan yang diperoleh
selama praktik dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Pada saat
yang sama evaluasi juga perlu dilakukan oleh para pembimbing/observer
sehingga keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan akan terus
meningkat dan kompetensi dalam memberikan asuhan keperawatan dapat
tercapai. Buku ini dilengkapi dengan target pencapaian keterampilan selama
periode praktik klinik MK. PKKD.
4
BAB II
CAPAIAN DAN BAHAN KAJIAN
5
b. Mampu memilih dan menggunakan peralatan dalam memberikan askep sesuai
dengan standar asuhan keperawatan.
c. Mampu melaksanakan prosedur tindakan keperawatan pada gangguan
kebutuhan oksigen: menghitung pernapasan, memposisikan pasien fowler dan
semifowler, mengumpulkan sputum untuk pemeriksaan, memberikan oksigen
nasal kanul, melatih napas dalam, dan melatih batuk efektif.
d. Mampu melaksanakan prosedur tindakan keperawatan pada gangguan
kebutuhan cairan: mengukur tekanan darah, menghitung nadi, pemeriksaan
Rumpelead, memberi minum per oral, mengumpulkan urine untuk pemeriksaan,
memasang kondom, menghitung keseimbangan cairan, merawat luka infus,
mengganti cairan infus, melepas infus, memonitor cairan infus, dan merawat
kateter urin.
e. Mampu melaksanakan prosedur tindakan keperawatan pada gangguan
kebutuhan nutrisi: mengukur berat badan, tinggi badan, lengkar lengan atas,
lingkar paha, menghitung indeks masa tubuh, dan memberi makan per oral.
f. Mampu melaksanakan prosedur tindakan keperawatan pada gangguan
kebutuhan kebutuhan eliminasi: membantu pasien eliminasi BAK/BAB di atas
tempat tidur dan memasang diaspers/popok.
g. Mampu melaksanakan prosedur tindakan keperawatan pada gangguan
kebutuhan aktivitas: menerima pasien baru, memindahkan pasien dari tempat
tidur ke kursi, memindahkan pasien dari tempat tidur ketempat tidur lain,
memposisikan pasien: posisi powler, semi fowler, litotomi, dorsal recumbent,
Sims(kanan/kiri) tredelenberg, supine, pronasi, melatih berjalan, memandikan
pasien diatas tempat tidur, merawat gigi dan mulut: menyikat gigi, merawat
mulut dan gigi pada pasien yang tidak sadar, mengganti pakaian pasien diatas
tempat tidur, mencuci rambut, dan menyisir rambut.
h. Mampu melaksanakan prosedur tindakan keperawatan pada gangguan
kebutuhan keseimbangan suhu tubuh: mengukur suhu tubuh: oral, aksilla dan
rektal, memberikan kompres hangat, dan memberikan kompres dingin.
i. Mampu melaksanakan prosedur tindakan keperawatan pada gangguan
kebutuhan aman nyaman: manajemen stres (relaksasi, relaksasi otot progresif,
napas dalam, guide imagery, latihan fisik), membersihkan lingkungan pasien:
menyiapkan tempat tidur terbuka dan tertutup dengan pasien diatasnya,
backrub, mencuci tangan aseptik dan antiseptic, dan menggunakan alat
pelindung diri: barak scort, sarung tangan, penutup kepala.
j. Mampu melaksanakan prosedur tindakan keperawatan pada prosedur
perawatan pada tindakan kolaboratif: memberikan obat oral, memberikan obat
6
parentral (intrakutan, subkutan, intramuskuler, intravena), memberikan obat
topikal (oles, tetes), memberikan obat perektal/supositoria.
k. Mampu melakukan penyimpanan dan pemeliharaan alat: membersihkan dan
menyimpan alat dan prinsif aseptik dan antiseptik pada penggunaan alat
kesehatan.
4. Keterampilan umum:
a. Mampu mengumpulkan data, menyusun, mendokumentasikan dan menyajikan
informasi asuhan keperawatan.
b. Memilih dan menggunakan peralatan dalam memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan standar asuhan keperawatan.
c. Mengumpulkan data, menganalisa dan merumuskan masalah, merencanakan,
menyusun rencana keperawatan dan mendokumentasikan serta menyajikan
informasi asuhan keperawatan.
d. Melakukan komunikasi terapeutik dengan klien dan memberikan informasi yang
akurat kepada klien dan/atau keluarga/pendamping/penasehat tentang rencana
tindakan keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya.
C. Bahan Kajian
Bahan kajian pada mata kuliah MK. PPKD adalah:
1. Konsep Keperawatan dalam memenuhi kebutuhan dasar pasien yang terganggu
yaitu oksigen, cairan, nutrisi, eliminasi, aktivitas, suhu, dan aman nyaman di
rumah sakit.
2. Konsep dasar pemberian obat oral, topikal, parentral dan supositoria sesuai
standar pemberian obat dan kewenangan yang didelegasikan
3. Konsep pemilihan, penggunaan dan menyimpan serta memelihara peralatan
dalam memberikan suhan keperawatan.
7
BAB III
METODE PEMBELAJARAN
A. Strategi Pembelajaran
Pengalaman belajar praktik klinik dilakukan dengan metode student centered
learning (SCL), dengan bentuk bimbingan oleh clinical supervision (dosen). Waktu
pelaksanaan pembelajaran praktik klinik adalah 3 SKS= 3 x 170 menit x 16 minggu =
136 jam/15 hari= 9 jam/hari. Praktik klinik dilaksanakan dari hari Senin sampai
dengan Jumat selama 3 minggu dari pukul 08.00 sampai dengan 17.00 WIB. Selama
pandemi Covid-19 strategi praktik klinik dilakukan secara daring dan luring di
laboratorium keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III. Praktik klinik secara
daring menggunakan metode berbagai media elektronik (laptop/computer/gadget)
dan berbagai aplikasi antara lain zoom, google meet, WA, email, dan Clouds. Praktik
klinik secara daring dilakukan hari Senin, Selasa, dan Jumat. Praktik klinik secara
luring melakukan pada hari Rabu dan Kamis di laboratorium kampus pendampingan
dosen pembimbing. Peserta didik dibagi menjadi 7 kelompok dan tiap kelompok
terdiri dari 5-6 mahasiswa. Setiap kelompok mendapat bimbingan dari seorang
dosen pembimbing. Setiap di minggu kedua hari Selasa praktik klinik, mahasiswa
akan mengikuti kuliah pakar dari praktisi klinik, Ns. Wahyuni Dwi Rahayu, SKep,
MKeP, dari RS. Esnawan selama 2 jam dari jam 13.00 – 15.00 WIB secara daring.
Dosen tamu akan menjelaskan prosedur yang sering dilakukan di ruangan, kondisi
ruangan serta memutarkan video mengenai ruangan di RS, alat-alat di RS, ruang
persiapan prosedur keperawatan.
1. Pre conference: yaitu pertemuan mahasiswa dan dosen di pagi hari baik secara
daring atau luring mengenai gangguan kebutuhan dasar yang dipilih setiap
mahasiswa. Setiap minggu mahasiswa harus membuat satu laporan pendahuluan
berisi kasus yang akan dihadapi. Satu hari sebelum praktik klinik, mahasiswa
wajib menghubungi pembimbing klinik untuk mendapatkan kasus sebagai dasar
pembuatan laporan pendahuluan.
2. Mahasiswa berdiskusi secara daring atau luring dengan dosen pembimbing untuk
persiapan praktek klinik:
a. Mahasiswa melaksanakan praktik klinik.
b. Pembimbing mementukan pengambilan kasus dan bimbingan.
c. Pembimbing memfasilitasi saat mahasiswa praktik klinik.
d. Pembimbing mengobservasi saat mahasiswa praktik klinik.
8
e. Berdiskusi saat bed side teaching saat praktik luring di kampus.
f. Berdiskusi tentang asuhan keperawatan yang dibuat oleh mahasiswa
g. Pembimbing memberikan reward saat mahasiswa mampu melaksanakan
praktik klinik dengan baik.
6. Bed side teaching: yaitu bimbingan prosedur yang dilakukan oleh dosen
pembimbing dalam bentuk demonstrasi secara luring di laboratorium
keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III.
7. Kuliah pakar dari praktisi klinik di setiap minggu kedua hari Selasa praktik klinik
secara daring yang menjelaskan prosedur yang sering dilakukan di RS serta
pemutaran video dan foto-foto mengenai ruang rawat, alat-alat dan persiapan
prosedur keperawatan serta tahap penerimaan pasien di RS.
9. Post conference: yaitu refleksi diri terhadap kegiatan yang telah dilakukan dan
persiapan untuk keesokan hari baik secara daring atau luring.
Pada mata kuliah ini penugasan oleh dosen diberikan kepada mahasiswa jika
dianggap dengan penugasan tersebut mahasiswa dapat menambah
kompetensinya.
B. Penilaian (Evaluasi)
a. Mahasiswa mengikuti pembelajaran klinik minimal 80% dari jadwal praktek klinik
9
e. Fokus penilaian sesuai capaian pembelajaran dan format penilaian yang
digunakan.
2. Tahapan
1. Persiapan
2. Penilaian
Penilaian dilakukan sesuai dengan capaian pembelajaran. Menggunakan format
penilaian yang sudah diketahui oleh mahasiswa dan dosen.
3. Pengolahan data
Pengolahan hasil menggunakan pembobotan yang telah dibuat.
3. Teknik/metode dan instrument
Penilaian menggunakan format penilaian untuk ujian praktek, sikap/perilaku, dan
lembar evaluasi asuhan keperawatan.
4. Bobot
No Aspek Komponen Kriteria/
yang dinilai yang dinilai Bobot Indikator Penilaian
1. Kognitif (30%) Laporan pendahuluan 10% Mahasiswa mampu menyusun satu
setiap pekan/minggu. laporan pendahuluan setiap minggu.
Laporan asuhan 20% Mahasiswa mampu memberikan
keperawatan klien asuhan keperawatan kepada
individu dan menyusun laporan
kelolaan/minggu asuhan keperawatan setiap minggu.
2. Psikomotor Ujian praktik 40% Mahasiswa mampu melakukan
(40%) prosedur asuhan keperawatan
sesuai gangguan kebutuhan dan
menyusun laporan asuhan
keperawatan.
3. Target (20%) Target prosedur 20% Mahasiswa mampu melakukan
(Logbook) tindakan keperawatan sesuai
gangguan kebutuhan dan menyusun
laporan asuhan keperawatan
(Logbook)
4. Sikap Sikap 10% Mahasiswa menunjukkan sikap
(10%) jujur, menghargai, empati, dan
berpenampilan rapi.
10
DAFTAR KELOMPOK KELAS II A
PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DASAR TA. 2021/2022
25 OKTOBER – 12 NOVEMBER 2021
Fanny Suri Rinaldo Amalia Putri Silvi Damayanti Atikah Rahmah Nur Hanifah
Siti Nuraqilatus Syarifah
Farah Diba Putri Fudholi Anggi Sulistiawati Chintia Putri Afitasari
Aini
Grecela Septianita Anna Nuraini Surya Putri Mudma'inah Dewi Mayangsari
Intan Heni Susiyanto Fadila Ajeng Arianti Tiara meiliani Dita Nur Alika Anggraini
Asyifa Novita Ashary Ashilla shava Sufiani Tina Silviani Elza Fauziah
Marlina Siti Juwita
Annisa Bredarani Putri
Nenglisetiawati
Pembimbing: Pembimbing: Pembimbing: Pembimbing:
Dra. Ns. Wartonah, Suratun, SKM, MKep. Indriana Rachmawati, Suliswati, SKp, MKes.
SKep, MM. SKp., MSi., MTD (HE).
KELOMPOK 5 KELOMPOK 6 KELOMPOK 7
11
PRAKTIK KLINIK DI LABORATORIUM KEPERAWATAN
DAFTAR KELOMPOK KELAS II A
PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DASAR TA. 2021/2022
25 OKTOBER – 12 NOVEMBER 2021
12
DAFTAR KELOMPOK KELAS II B
PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DASAR TA. 2021/2022
4 – 22 OKTOBER 2021
Ira Oktaviani Syifa Fauziah Nanda Aisha Setyorini Anisa Rachma Nur Mi'raj
Kori Mardiana Nur Ambar Syifa Masjidah Niluh Ayu Puspa Ningsih Anisa Tri Wulaningsih
Marissa Fajarwati Syifa Salsalbila Nunung Anna Ma'rifatun Rodhiyah
Meliana Safitri Vina Alvianti Pepeh Lisnawati Ataya Shakinah
Mirda Rohmayanti Vyrra Cahya Utammy Robiyatul Aulia Ayu Nurul Hidayah
Nabila Sukma Anggraheni Yudha Cahya Pratama Santana Mayda Pramadina Desty Aulia Fitriani
Yulia Putri Setianingsih
Pembimbing: Pembimbing: Pembimbing: Pembimbing:
Dra. Ns. Wartonah, Suratun, SKM, MKep. Indriana Rachmawati, Suliswati, SKp, MKes.
SKep, MM. SKp., MSi., MTD (HE).
KELOMPOK 5 KELOMPOK 6 KELOMPOK 7
13
PRAKTIK KLINIK DI LABORATORIUM KEPERAWATAN
DAFTAR KELOMPOK KELAS II B
PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DASAR TA. 2021/2022
4 – 22 OKTOBER 2021
14
BAB IV
TATA TERTIB
A. Tata Tertib Praktik Klinik Jarak Jauh/Daring MK. PKKD
1. Hadir dan melaksanakan praktik klinik sesuai jadwal yang telah ditentukan. Bila
berhalangan hadir wajib mengirimkan surat dari orangtua. Bila sakit wajib
mengirimkan surat/bukti keterangan sakit dari pelayanan Kesehatan.
2. Berpakaian rapi dan memperhatikan kerapian ruangan pada saat praktik
berlangsung.
3. Mahasiswa laki-laki berambut pendek dan tertata rapi, kumis dan jenggot
tercukur rapi.
4. Mahasiswa tidak diperkenankan melakukan aktivitas lain pada saat mengikuti
perkuliahan tanpa seizin dosen.
5. Mengisi link bukti kehadiran pada format yang telah disiapkan setiap pertemuan
pembelajaran.
6. Mengaktifkan kamera pada video conference jika di perlukan.
Bagi mahasiswa yang melanggar tata tertib di atas tidak diperkenankan mengikuti
praktek klinik MK. PKKD.
15
BAB V
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
Mahasiswa membuat 3 laporan asuhan keperawatan selama praktik MK. PKKD. Setiap
minggu mahasiswa membuat satu (1) laporan asuhan keperawatan pasien dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan dasar manusia, yaitu oksigen, cairan, nutrisi,
eliminasi, aktivitas, suhu, dan aman nyaman di rumah sakit. Laporan asuhan
keperawatan dikumpulkan setiap minggu kepada pembimbing.
C. Logbook
Selama tiga (3) minggu mahasiswa mengisi daftar keterampilan yang dilakukan di log
book. Setiap minggu mahasiswa berdiskusi dengan pembimbing target keterampilan
yang telah dicapai, hasil dari tindakan, dan kendala yang ditemukan.
16
L
A
P
O
R
A
N
17
LAPORAN
PENDAHULUAN 1
18
Gangguan Kebutuhan Suhu
A. Konsep Dasar
a. Definisi
Termogulasi adalah suatu pengatur fisiologis tubuh manusia
mengenai keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas
sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara konstan. Suhu
tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh
proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar.
Suhu permukaan berfluktuasi bergantung pada aliran darah ke kulit
dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Karen fluktuasi
suhu permukaan ini, suhu yang dapat diterima berkisar dari 36,50C
sampai 37,50C.
Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus yang terletak diantara
dua hemisfer otak. Fungsi hipotalamus adalah seperti termostart.
Pada umumnya perjalanan sinyal suhu hampir selalu sejajar,
namun tidak persis sama seperti sinyal nyeri. Sewaktu memasuki
medulla spinalis, sinyal akan menjalar dalam traktus lissaueri
sebanyak beberapa segmen diatas atau dibawah dan selanjutnya
akan berakhir terutama pada lamina I, II, III radiks dorsalis sama
seperti untuk rasa nyeri. Sesudah ada percabangan satu atau lebih
neuron dalam medulla spinalis maka sinyal akan menjalarkan
keserabut termal asenden yang menyilang ke traktus sensorik
anterolateral sesi berlawanan dan akan berakhir diarea reticular
batang otak dan kompleks vetro basal thalamus.
Setelah dari thalamus sinyal dihantarkan ke hipotalamus.
Dihipotalamus mengandung dua pusat pengaturan suhu.
Hipotalamus bagian anterior berespon terhadap peningkatan suhu
dengan menyebabkan vasodilatasi dan karenanya panas menguap.
19
Sedangkan hipotalamus bagian posterior berespon terhadap
penurunan suhu dengan menyebabkan vasokontriksi dan
mengaktivasi pembentukkan panas lebih lanjut.
b. Fisiologi suhu
Suhu diatur oleh sistem syaraf dan sistem endokrin:
1) Sistem syaraf
- Pemanasan dan pendinginan kulit menstimulasi ujung
syaraf yang sensitif terhadap suhu dengan
menghasilkan respon yang tepat, menggigil untuk
kedinginan, berkeringat untuk kepanasan.
- Hipotalamus pada otak berespon terhadap suhu dari
darah yang mengalir melewati kapiler-kapilernya.
Hipotalamus mengandung 2 pusat pengaturan suhu.
Hipotalamus bagian anterior berespon terhadap
peningkatan suhu dengan menyebabkan vasokontriksi
dan karena nya panas menguap. Hipotalamus bagian
posterior berespon terhadap penurunan suhu dengan
menyebabkan vasokontriksi dan mengaktivasi
pembentukkan panas lebih lanjut. Melalui hubungan
dengan otak tersebut, hipotalamus menerima stimulus
dari talamus dan dapat melewati sistem syaraf otonom
memodifikasi aktivitas humoner, sekresi keringat
aktivitas kelenjar dan otot-otot.
2) Sistem endokrin
- Medula adrenal : dingin meningkatkan sekresi
adrenalin yang menstimulasi metabolisme dan
karenanya dapat meningkatkan pembentukkan panas.
20
- Kelenjar tyroid : dingin meningkatkan sekresi
tiroksin, dengan meningkatkan metabolisme dan
pembentukkan panas.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sistem suhu:
1) Usia
Seorang bayi baru lahir dapat kehilangan 30% panas tubuh
melalui kepala sehingga dia harus menggunakan tutup
kepala untuk mencegah kehilangan panas. Suhu BBL
berkisaran antara 35,50C sampai 37,50C. Regulasi tubuh baru
mencapai kestabilan saat pubertas. Suhu normal akan terus
menerus menurun saat seseorang semakin tua. Pada dewasa
tua memiliki kisaran suhu tubuh yang lebih kecil
dibandingkan dewasa muda.
2) Olahraga
Aktivitas otot membutuhkan lebih banyak darah serta
peningkatan pemecahan karbohidrat dan lemak. Berbagai
bentuk olahraga meningkatkan metabolisme dan dapat
meningkatkan produksi panas sehingga terjadi peningkatan
suhu tubuh. Olahraga berat yang lama seperti jalan jauh
dapat meningkatkan suhu tubuh.
3) Kadar hormon
Umumnya wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang
lebih besar. Hal ini dikarenakan adanya variasi hormonal
saat siklus menstruasi. Kadar progesteron naik dan turun
sesuai siklus menstruasi. Saat progesteron rendah suhu tubuh
dibawah suhu dasar. Suhu ini bertahan sampai terjadi
ovulasi. Saat ovulasi, kadar progesteron yang memasuki
sirkulasi akan meningkat dan menaikan suhu tubuh ke suhu
tubuh dasar atau suhu yang lebih tinggi.
21
4) Irama sircadian
Suhu tubuh yang normal berubah 0,5 sampai 1 0C selama
periode 24 jam. Suhu terendah berada diantara pukul 1
sampai 4 pagi. Pada siang hari suhu tubuh meningkat dan
mencapai maximum pada pukul 6 sore. Lalu menurun
kembali sampai pagi. Pola suhu ini tidak mengalami
perubahan pada individu yang bekerja dimalam hari dan
tidur disiang hari. Dibutuhkan 1 sampai 3 minggu untuk
terjadinya pembalikkan siklus. Secara umum, irama suhu
sircadian tidak berubah seiring usia.
5) Stres
Stres fisik maupun emosional meningkatkan suhu tubuh
melalui stimulasi hormonal dan syaraf. Perubahan fisiologis
ini meningkatkan metabolisme yang akan meningkatkan
produksi panas.
6) Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Tanpa mekanisme
kompensasi yang tepat, suhu tubuh manusia akan mengikuti
suhu lingkungan. Suhu lingkungan lebih berpengaruh
terhadap anak-anak dan dewasa tua karena mekanisme
regulasi suhu mereka yang kurang efisien.
7) Perbahan suhu
Perubahan suhu tubuh diluar kisaran normal akan
mempengaruhi titik penganturan hipotalamus. Perubahan ini
berhubungan dengan produksi panas berlebihan, kehilangan
panas berlebihan, produksi panas minimal, kehilangan panas
minimal. Sifat perubahan akan mempengaruhi jenis masalah
klinis yang akan dialami.
d. Gejala dan tanda mayor minor
22
1) Hipertermia
a) Gejala dan tanda mayor
Suhu tubuh diatas nilai normal
b) Gejala dan tanda minor
Kulit merah
Kejang
Takikardi
Takipnea
Kulit terasa hangat
2) Hipotermia
a) Gejala dan tanda mayor
Kulit teraba dingin
Menggigil
Suhu tubuh dibawah nilai normal
b) Gejala dan tanda minor
Akrosianosis
Bradikardi
Dasar kuku sianotik
Hipoglikemia
Hipoksia
Pengisian kapiler >3 detik
Konsumsi oksigen meningkat
Ventilasi menurun
Piloereksi
Takikardi
Vasokonstriksi perifer
Kutis memorata (pada neonatus)
23
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi (D.0130) (SDKI Hal. 284)
2. Hipotermia (D.0131) (SDKI Hal. 286)
3. Risiko Hipotermia (D.0140) (SDKI Hal. 302)
4. Risiko Hipotermia Porloperatif (D.0141) (SDKI Hal. 303)
5. Risiko Termoregulasi Tidak Efekti (D.0148) (SDKI Hal. 316)
6. Termoregulasi Tidak Efektif (D.0149) (SDKI Hal. 317)
No. LANGKAH-LANGKAH
A. Persiapan Alat
1. Persiapan:
a. 1 buah baki
b. 1 buah termos berisi es yang sudah dipecah-pecah
c. 1 buah pengalas
d. 1 buah kirbat es
e. 1 buah baskom berisi air
2. Kerjakan pengisian kirbat es diruang persiapan:
a. Ambil kirbat es,buka tutupnya
b. Ambil potongan es, bila ujung es terlihat tajam, masukkan
es kedalam baskom berisi air, kikis ujung tajamnya
c. Masukkan potongan es kedalam kirbat es sebanyak ¾
bagian
d. Letakkan kirbat es secara merata dengan tutup menghadap
keatas sambil mengeluarkan sisa udara yang ada didalam
kirbat es
e. Tutup kirbat es dengan tepat
f. Cek apakah kirbat es tidak bocor
g. Letakkan kirbat es dalam baki
h. Letakkan pengalas dalam baki
B. Fase Orientasi
24
1. Jelaskan tujuan tindakan pemberian kompres dengan kirbat es
pada pasien
2. Pengkajian:
a. Kaji tanda-tanda vital
b. Kondisi pasien terkait nyeri
3. Perencanaan:
a. Review order pada catatan pasien apakah ada komplikasi
terkait pemberian kompres dengan pasien dan bagaimana
mengatasinya
b. Mempertahankan tanda-tanda vital dalam keadaan stabil
C. Fase Kerja (Implementasi)
1. Bawa baki berisi kirbat es dan pengalas kedekat pasien
2. Perawat mencuci tangan
3. Lakukan salam terapeutik dan jelaskan tujuan pemberian
kirbat es
4. Letakkan pengalas pada tempat yang akan diberi kirbat es
(kepala hingga bahu)
5. Letakkan kirbat es pada dahi atau pada daerah leher selama
15 menit
6. Lakukan evaluasi setelah pemberian tindakan
7. Bila dirasakan kirbat es masih diperlukan, maka tindakan
dapat dilanjutkan
Bila tindakan tidak dilanjutkan, maka perawat membereskan
semua alat yang dipergunakan
8. Cuci tangan
D. Fase (Evaluasi)
1. Lakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan
termasuk respon pasien
2. Perawat mencuci tangan
E. Pemampilan selama tindakan prosedur
1. Ketenangan selama melakukan tindakan
2. Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan
3. Ketelitian selama tindakan
25
2. Pemberian kompres dengan washlap
No. LANGKAH-LANGKAH
A. Persiapan Alat
1. Persiapan:
a. 1 buah baki
b. 5 buah washlap
c. 1 baskom berisi air hangat
d. 1 handuk
e. 1 buah pengalas
B. Fase Orientasi
1. Menjelaskan tujuan tindakan pemberian kompres pada pasien
2. Pengkajian:
a. Kaji tanda-tanda vital
b. Kondisi pasien terkait demam
3. Perencanaan:
a. Review order pada catatan pasien apakah ada komplikasi
terkait demam pasien dan bagaimana mengatasinya
b. Mempertahankan tanda-tanda vital dalam keadaan stabil
C. Fase Kerja (Implementasi)
1. Perawat mencuci tangan
2. Lakukan salam terapeutik dan jelaskan tujuan pemberian
kompres dengan menggunakan washlap
3. Lakukan kompres selama 15 menit
4. Longgarkan pakaian pasien
5. Rendam washlap dalam air hangat, keringkan dengan cara
memeras, kemudian letakkan washlap pada dahi, lipatan
ketiak kiri dan kanan serta lipatan paha kiri dan kanan
6. Lakukan evaluasi setelah pemberian tindakan
7. Bila dirasakan kompres masih diperlukan, maka tindakan
dapat dilanjutkan
Bila tindakan tidak dilanjutkan, maka keringkan bagian tubuh
yang dikompres dengan menggunakan handuk
8. Bereskan peralatan kompres
26
9. Bila tempat tidur basah karena pemberian kompres, lakukan
penggantian seprei
D. Fase Evaluasi
1. Lakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan
termasuk respon pasien
2. Dokumentasikan respon secara objektif maupun subjektif
dengan perawat ruangan
E. Pemampilan selama tindakan prosedur
1. Ketenangan selama melakukan tindakan
2. Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan
3. Ketelitian selama tindakan
4. Mekanisme tubuh yang baik saat bekerja
27
Asuhan
Keperawatan I
28
Visi:
Pada tahun 2028 menghasilkan perawat yang unggul dalam penerapan keterampilan keperawatan
lansia berbasis IPTEK keperawatan.
I. PENGKAJIAN
A. DATA DASAR
1. IDENTITAS KLIEN/KELUARGA
c. Keluarga :
2. RIWAYAT KESEHATAN/KEPERAWATAN
29
Pasien mengeluh badan meriang, panas dingin, sesak napas, batuk dan pilek sudah
seminggu.
a. Pola Nutrisi
(Uraikan kualitas dan kuantitas makanan dan minuman yang dikonsumsi )
1). Di Rumah:
Istri pasien mengatakan bahwa Tn. L biasa makan 3 kali sehari dengan nasi dan lauk pauk
2). Di RS:
Pasien menghabiskan ½ porsi makan. Pasien mau banyak minum jika dirayu
b. Pola Tidur
(Uraikan kualitas dan kuantitas pola tidur)
1). Di Rumah:
Istri pasien mengatakan Tn. L tidur 4-5 jam sehari
2). Di RS :
Pasien sulit tidur karena efek hospitalisasi, pasien tidur kadang pasien bangun mendadak
30
c. Pola Eliminasi
(Uraikan frekuensi, jumlah, karakteristik dan masalah-masalah yang terjadi terkait dengan
eliminasi)
1). BAK
a). Di Rumah:
pasien mengatakan tidak ada masalah BAK
b). Di RS:
pasien BAK 4-6 kali sehari
2). BAB
a). Di Rumah:
pasien mengatakan tidak ada masalah BAB
b). Di RS:
pasien BAB 1 kali sehari setiap pagi dengan konsisten lembek dan warna kuning
e. Aktifitas sehari-hari
(Uraikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan sehari-hari )
Pasien mengatakan kegiatan sehari hari sebelum bekerja pasien melakukan jalan santai
disekitar rumah
a. Psikologis
1). Pola Interaksi
(Uraikan pola interaksi dengan keluarga, dan orang lain/ masyarakat)
Saat dirawat di RS: pasien mengungkapkan keluhannya pada keluarga dan tim kesehatan
31
Sebelum dirawat: istri pasien mengatakan bila pasien mengeluh sakit keluarga membantu
pasien
Saat dirawat di RS: pasien selama sakit selalu dibantu keluarga dan semua kebutuhan
pasien dipenuhi oleh keluarga
Sebelum dirawat: pasien sebelum sakit bekerja sebagai supir dan jika mengeluh sakit akan
mengatakan kepada keluarga
Saat dirawat di RS: pasien selama sakit dibantu dan dirawat olleh tim kesehatan
b. Sosial
c. Spiritual:
(Uraikan nilai-nilai yang dianut klien dan keluarga terkait dengan kesehatan)
Pasien beragama muslim selalu sembayang bersama-sama keluarga
5. PEMERIKSAAN FISIK
b. Pengukuran fisiologis
32
No. Pengukuran Hasil Nilai Rujukan
c. Keadaan umum
1). Kesadaran : compos mentis
2). Status Gizi : normal
d. Kepala :
- Inspeksi: bulat dan simetris, beruban
- Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi dan benjolan
e. Mata :
- Inspeksi: pupil normal, refleks terhadap cahaya, akomodasi baik, penglihatan baik, tidak
ada lesi
- Palpasi: tidak ada nyeri tekan
f. Hidung :
- Inspeksi: bentuk simetris, adanya sekret karena pilek, warnanya
memerah, tidak ada lesi
- Palpasi: tidak ada nyeri tekan
g. Mulut dan gigi :
- Inspeksi: bibir pucat, gigi sedikit terlihat kotor, lidah kotor tidak ada
lesi
- Palpasi: tidak ada nyeri tekan dan peradangan
h. Telinga :
- Inspeksi: tampak bersih dan tidak terlihat sekret, pendengaran baik,
dan tidak ada lesi
- Palpasi: tidak ada nyeri tekan
i. Dada :
- Inspeksi: dada tampak simetris
- Palpasi: adanya nyeri tekan
- Auskultasi: tidak adanya bunyi
j. Abdomen :
- Inspeksi: bentuk normal dan simetris
- Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran ginjal dan hepar
- Auskultasi: bising arteri normal
k. Pernafasan :
33
Sesak dengan frekuensi 24x/menit
l. Sirkulasi :
normal
m. Kulit :
- Inspeksi: warna kulit pucat dengan temperatur 38,80C
n. Esktremitas :
- Atas: terpasang infus
- Bawah tidak ada keluhan
o. Genetalia :
Normal
p. Anus :
Normal
q. Refleks :
Baik
6. TES DIAGNOSTIK
a. Laboratorium
7. PENATALAKSANAAN/PROGRAM MEDIS
Pemasangan oksigen kanul
Terapi obat:
1. azytromycin 500 gram (1x1 perhari)
2. favipiravir 600 gram (1x1 perhari)
3. paracetamol 500 gram (3x1 perhari)
4. vitamin C, D, E (1x1 perhari)
8. RESUME
Uraikan secara singkat dan jelas gambaran kondisi klien dan keluarga dari mulai sakit hingga saat
ini:
Resume pengkajian
Tn. L berusia 53 tahun, pekerjaan sebagai supir status perkawinan tinggal dibekasi, pasien datang
ke rumah sakit dengan keluhan badan meriang, panas dingin, sudah minum panadol tetapi masih
34
belum turun panasnya. Pasien batuk dan pilek sudah 1 minggu selama dirumah, pasien mengeluh
sesak napas. Setelah dikaji didapatkan hasil pemeriksaan TTV S: 38,8 0C N: 90x/menit TD: 130/90
mmHg RR: 24x/menit. Bibir terlihat kering dan pucat, tubuh pasien terlihat lemah. Pemeriksaan
fisik kesadaran compos mentis, kepala bulat dan simetris, beruban, mata pupil normal, refleks
terhadap cahaya, akomodasi baik, penglihatan baik, tidak ada lesi , hidung bentuk simetris, adanya
sekret karena pilek, warnanya memerah Didapatkan hasil pemeriksaan laboratorium dengan
hemoglobin 10 mg/dl, lekosit 14.000 mm3, hematokrit 42% dan hasil PCR test positif. Dengan
penatalaksaan pemasangan oksigen kanul dan terapi obat azytromycin 500 gram (1x1 perhari),
favipiravir 600 gram (1x1 perhari), paracetamol 500 gram (3x1 perhari), vitamin C, D, E (1x1
perhari)
B. DATA FOKUS
1. DATA SUBJEKTIF
- Pasien mengeluh badan meriang, panas dingin
- Pasien mengatakan sudah minum obat panadol tetapi masih belum
turun panasnya
- Pasien mengatakan batuk dan pilek sudah 1 minggu selama dirumah
- Pasien mengeluh sesak napas
2. DATA OBJEKTIF
- Pasien terlihat gelisah
- Pasien terlihat lemah, pucat dan bibir kering
- Hasil TTV:
S: 38,80C
N: 90x/menit
TD: 130/90 mmHg
RR: 24x/menit
- Hasil pemeriksaan laboratorium
hemoglobin 10 mg/dl
lekosit 14.000 mm3
hematokrit 42%
- Hasil PCR test positif
- Pemasangan oksigen kanul
- Terapi obat
azytromycin 500 gram (1x1 perhari)
favipiravir 600 gram (1x1 perhari)
35
paracetamol 500 gram (3x1 perhari)
vitamin C, D, E (1x1 perhari)
C. ANALISA DATA
DS:
- Pasien mengeluh badan meriang, panas Hipertermia b.d Proses Penyakit (D.0130 SDKI
dingin Hal. 248)
- Pasien mengatakan sudah minum obat
panadol tetapi masih belum turun panasnya
DO: pola nafas
- Pasien tampak gelisah
- Hasil TTV:
S: 38,80C
N: 90x/menit
TD: 130/90 mmHg
RR: 24x/menit
- Hasil pemeriksaan laboratorium
hemoglobin 10 mg/dl
lekosit 14.000 mm3
hematokrit 42%
36
D. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pepeh
Lisnawati
2. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d Sekresi yang 4 Oktober 2021
tertahan d.d sekresi berlebih, frekuensi napas 24x/menit,
dan gelisah (D.0001 SDKI Hal. 18)
Pepeh
Lisnawati
37
E. RENCANA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan tindakan Observasi: 1. Memonitor pola napas
efektif b.d Sekresi yang keperawatan 2x24 jam pernapasan Tujuan: mengetahui frekuensi, kedalaman,
1. Monitor pola napas
tertahan d.d sekresi berlebih, pasien membaik dengan kriteria dan irama pernapasan
2. Monitor bunyi napas
frekuensi napas 24x/menit, dan hasil: 2. Memonitor bunyi napas
3. Monitor sputum
gelisah (D.0001 SDKI Hal. 18) 1. Pasien tidak mengeluh Tujuan: mengetahui adanya bunyi
Terapeutik:
sesak napas abnormal
2. Pasien mampu melakukan 1. Posisikan pasien semi flower 3. Memposisikan pasien semi flower
batuk yang efektif 2. Bersihkan sekret pada mulut, hidung, Tujuan: meningkatkan ekspansi paru,
3. Frekuensi pernapasan dan trakea ventilasi maksimal membuka area
pasien dalam nilai normal 3. Lakukan tindakan oksigenasi atelektasis dan peningkatan gerakan sekret
16-20x/menit 4. Berikan pasien air hangat agar mudah dikeluarkan
(SLKI: L.01001) Hal. 18 Edukasi: 4. Melakukan tindakan oksigenasi
1. Mengajarkan pasien untuk batuk efektif Tujuan: untuk memenuhi kadar oksigen
Bersihan Jalan Napas
Kolaborasi: didalam tubuh tercukupi sehingga fungsi
organ berjalan lancar
1. Berkolaborasi dengan dokter pemberian
5. Membersihkan sekret pada mulut, hidung,
obat:
dan trakea
1
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan Rasional
Kriteria Hasil (SMART)
2
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan Rasional
Kriteria Hasil (SMART)
3
F. TINDAKAN KEPERAWATAN
1
4/10/21 07.30 Dx. 2 1. Memonitor suhu tubuh RS:
pasien 1. Pasien mengatakan
2. Memberikan obat tubuhnya menggigil dan
paracetamol 500 gram 3x1 terasa panas
RO: Pepeh
1. Suhu tubuh pasien 37,90 C Lisnawati
4/10/21 21.00 Dx.2 1. Memonitor suhu tubuh RS: - Tim dinas sore
pasien RO:
2. Memberikan obat 1. Suhu tubu pasien 37,00 C
paracetamol 500 gram 3x1
2
5/10/21 10.00 Dx.1 efektif 1. Pasien mengatakan sudah
2. Memberikan pasien air tidak sesak
hangat RO:
1. Pasien tidak mengeluh
sesak napas Pepeh
2. Pasien dapat melakukan Lisnawati
batuk efektif
3. Pasien terlihat tenang
O:
- Pasien tidak mengeluh sesak napas Pepeh
- Pasien dapat melakukan batuk efektif Lisnawati
- Pasien terlihat tenang
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
3
- pasien mengatakan sudah tidak meriang
O:
- pasien tidak gelisah
- hasil TTV: Pepeh
S: 36,80 C Lisnawati
N: 87x/menit
TD: 120/80 mmHg
RR: 18x/menit
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
4
LEMBAR EVALUASI
ASUHAN KEPERAWATAN DASAR
SEMESTER III PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
5
NO INDIKATOR KRITERIA PENCAPAIAN SKALA PENILAIAN
keperawatan dengan benar
Sub total
5. Melakukan 1. Menulis seluruh data dengan benar.
pendokument 2. Menulis diagnosa keperawatan
a-sian asuhan dengan benar
keperawatan 3. Mendokumentasikan rencana perawatan
4. Mendokumentasikan respon Pasien
5. Mendokumentasikan hasil evaluasi
6. Menandatangani dokumen
Sub Total
SKOR Jumlah Sub total : 5
Pembimbing
6
LAPORAN
PENDAHULUAN 2
7
Gangguan Kebutuhan Cairan
A. Konsep Dasar
1. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
a. Distribusi cairan tubuh Cairan tubuh di distribusi dalam dua
kompartemen, yaitu:
1) Cairan ekstra sel (CES)
- Cairan interstitial (CI): cairan diantara sel, sekitar 15%
berat tubuh.
- Cairan intra vaskular (CIV): terdiri dari plasma (cairan
limfe) dan darah, menyusun 5% berat tubuh.
2) Cairan intra sel (CIS): cairan dalam membran sel,
membentuk 40% berat tubuh.
b. Komposisi cairan tubuh
1) Elektrolit: senyawa yang jika larut dalam air akan pecah
menjadi ion dan mampu membawa muatan listrik.
- Kation : elektrolit yang mempunyai muatan positif
- Anion: elektrolit yang mempunyai muatan negative
Elektrolit penting untuk fungsi neuromuskular dan
keseimbangan asam basa. Elektrolit diukur dalam mEq/L.
2) Mineral: senyawa jaringan dan cairan tubuh, berfungsi
dalam:
- Mempertahankan proses fisiologis
- Sebagai katalis dalam respons saraf, kontraksi otot, dan
metabolisme zat gizi
- Mengatur keseimbangan elektrolit dan produksi hormon,
menguatkan struktur tulang.
3) Sel: unit fungsional dasar dari jaringan tubuh, contohnya
eritrosit dan leukosit
8
c. Pergerakan cairan tubuh
1) Difusi Yaitu proses dimana partikel berpindah dari daerah
berkonsentrasi tinggi ke daerah berkonsentrasi rendah,
sehingga distribusi partikel dalam cairan merata atau
melewati membran sel yang permeabel. Contoh: gerakan
oksigen dari alveoli paru ke darah kapiler pulmoner.
2) Osmosis Yaitu perpindahan pelarut melalui membran
semipermeabel dari larutan dengan zat pelarut (solut)
konsentrasi rendah ke larutan dengan solut konsentrasi
tinggi. Kecepatan osmosis bergantung pada konsentrasi
solut, suhu larutan, muatan listrik solut, dan perbedaan
antara tekanan osmosis yang dikeluarkan larutan. Tekanan
osmotik merupakan tekanan dengan kekuatan untuk menarik
air dan tekanan ini bergantung pada jumlah molekul di
dalam larutan. Tekanan osmotik dipengaruhi oleh protein,
khususnya albumin yang menghasilkan osmotik koloid atau
tekanan onkotik. Konsentrasi larutan (osmolalitas) diukur
dalam osmol yang mencerminkan jumlah substansi dalam
larutan yang berbentuk molekul, ion, atau keduanya. Larutan
yang osmolalitasnya sama dengan plasma darah disebut
isotonik, akan mencegah perpindahan cairan dan elektrolit
dari kompartemen intrasel. Hipotonik adalah larutan yang
memiliki konsentrasi solut lebih rendah dari plasma, akan
membuat air berpindah ke dalam sel. Hipertonik adalah
larutan yang memiliki konsentrasi solut lebih tinggi dari
plasma, akan membuat air keluar dari sel.
3) Filtrasi Yaitu proses gerakan air dan zat terlarut dari area
dengan tekanan hidrostatik tinggi ke area dengan tekanan
hidrostatik rendah. Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang
9
dibuat oleh berat cairan. Filtrasi penting dalam mengatur
cairan keluar dari arteri ujung kapiler.
4) Transpor aktif Transpor aktif memerlukan aktivitas
metabolik dan pengeluaran energi untuk menggerakkan
berbagai materi guna menembus membran sel dari daerah
konsentrasi rendah atau sama ke daerah konsentrasi sama
atau lebih besar. Contoh: pompa natrium kalium, natrium
dipompa keluar dari sel dan kalium dipompa masuk ke
dalam sel.
d. Pengaturan cairan tubuh
1) Asupan cairan Asupan cairan diatur melalui mekanisme rasa
haus, yang berpusat di hipotalamus. Air dapat diperoleh dari
asupan makanan (buah, sayuran, dan daging, serta oksidasi
bahan makanan selama proses pencernaan). Sekitar 220 ml
air diproduksi setiap hari selama metabolisme karbohidrat,
protein, dan lemak berlangsung.
2) Haluaran cairan Cairan terutama dikeluarkan melalui ginjal
dan saluran gastrointestinal. Pada orang dewasa, ginjal setiap
menit menerima sekitar 125 ml plasma untuk disaring dan
memproduksi urine. Jumlah urine yang diproduksi ginjal
dipengaruhi oleh hormon antideuretik (ADH) dan
aldosteron. Kehilangan air melalui kulit diatur oleh saraf
simpatis, yang mengaktifkan kelenjar keringat.
Tabel 2.1 Rata-rata haluaran cairan setiap hari pada orang
dewasa dengan berat badan 70 kg.
10
(insensible water loss/IWL) jam)
Kasat mata: keringat (sensible 1000 ml/24 jam
water loss/SWL)
Paru-paru (pernapasan) 400 ml/24 jam
Saluran pencernaan (feses) 100 ml/24 jam
Jumlah 2880-3600 ml/24 jam
11
oleh ginjal, dengan pertukaran ion kalium dengan ion
natrium di tubulus ginjal. Kalsium banyak terdapat di dalam
tubuh. Nilai kalsium serum 4-5 mEq/L. Kalsium diatur
melalui kerja kelenjar paratiroid dan tiroid. Magnesium
merupakan kation terpenting kedua di dalam cairan intrasel.
Nilai magnesium serum 1,5-2,5 mEq/L. Magnesium
terutama diekskresi melalui mekanisme ginjal.
2) Anion Anion utama adalah klorida (Clon bikarbonat
(HCOlam cairan intrasel. Nilai magnesium serum 1,5-2,5
mEq/L. Magnesium terutama diekskresi melalui mekanisme
ginjal. al.iran, elektrolit, dan asam basa. Klorida ditemukan
di dalam cairan ekstrasel dan intrasel. Nilai klorida serum
100- 106 mEq/L. Klorida diatur melalui ginjal. Bikarbonat
adalah bufer dasar kimia yang utama di dalam tubuh,
ditemukan dalam cairan ekstrasel dan intrasel. Nilai
bikarbonat arteri mEq/L, dan bikarbonat vena 24-30 mEq/L,
bikarbonat diatur oleh ginjal Fosfat merupakan anion bufer
dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Nilai fosfat serum 2,5-
4,5 mg/100 ml. Konsentrasi fosfat serum diatur oleh ginjal,
hormon paratiroid, dan vitamin D teraktivasi
2. Keseimbangan Asam Basa
Keseimbangan asam basa tercapai jika kecepatan tubuh
memproduksi asam/basa sama dengan kecepatan tubuh
mengekskresikan asam/basa tersebut. Keseimbangan ini menghasilkan
stabilnya konsentrasi hidrogen di dalam cairan tubuh, yang dinyatakan
sebagai nilai pH. pH merupakan skala untuk mengukur keasaman atau
alkali (basa) suatu cairan. Nilai pH arteri normal 7,35-7,45. Nilai pH 7
berarti netral, pH < 7 berarti asam dan pH > 7 berarti basa.
12
a. Pengaturan kimiawi Ekskresi hidrogen dikendalikan oleh
ginjal. Protein (albumin, fibrinogen, dan protrombin) dan gama
globulin dapat melepaskan atau berikatan dengan hidrogen
untuk memperbaiki asidosis atau alkalosis.
b. Pengaturan biologis Hidrogen memiliki muatan positif dan
harus ditukar dengan ion lain yang bermuatan positif, sering
kali ion yang digunakan adalah kalium. Karbondioksida
berdifusi ke dalam eritrosit dan membentuk asam karbonat,
asam karbonat membelah menjadi hidrogen dan bikarbonat,
hidrogen terikat pada hemoglobin.
c. Pengaturan fisiologis
1) Paru-paru Apabila konsentrasi hidrogen berubah, paru-
paru bereaksi untuk memperbaiki ketidakseimbangan
dengan mengubah frekuensi dan kedalaman pernapasan
2) Ginjal Ginjal mengabsorbsi bikarbonat jika terjadi
kelebihan asam dan mengekskresikannya jika terjadi
kekurangan asam. Ginjal menggunakan fosfat untuk
membawa hidrogen dengan mengekskresikan asam fosfat
dan membentuk asam basa. Ginjal mengubah amonia
(NH3) menjadi ammonium (NH4+) dengan mengikatnya
pada hidrogen.
3. Gangguan Keseimbangan Cairan, Elektrolit, dan Asam Basa
a. Ketidakseimbangan cairan
1) Ketidakseimbangan isotonic
- Kekurangan volume cairan Kekurangan cairan, tetapi
kadar elektrolit serum tidak berubah, terjadi melalui
gastrointestinal (muntah, diare), perdarahan, pemberian
obat diuretik, banyak keringat, demam, dan penurunan
asupan per oral.
13
- Kelebihan volume cairan Kelebihan cairan tanpa disertai
perubahan elektrolit serum, terjadi pada gagal jantung
kongestif, gagal ginjal, dan sirosis.
- Sindrome ruang ketiga Sindrome terjadi ketika cairan
ekstrasel berpindah ke dalam suatu ruangan tubuh
sehingga cairan tersebut terperangkap di dalamnya.
Obstruksi usus, luka bakar dapat menyebabkan
perpindahan cairan sebanyak 5-10 liter, keluar dari ruang
ekstrasel.
2) Ketidakseimbangan osmolar
- Hiperosmolar (dehidrasi) Kehilangan cairan tanpa disertai
kehilangan elektrolit yang proporsional, terutama
natrium. Misalnya, asupan oral tidak cukup, lansia
(penurunan cairan intrasel, penurunan respons terhadap
rasa haus, peningkatan proporsi lemak tubuh), penurunan
sekresi ADH (diabetes insipidus), deuresis osmotik,
pemberian formula/larutan hipertonik, yang
meningkatkan jumlah solut dan konsentrasi darah.
- Hipoosmolar (kelebihan cairan) Kelebihan cairan terjadi
ketika asupan cairan berlebihan, sekresi ADH berlebihan,
sehingga terjadi pengenceran cairan ekstrasel disertai
osmosis cairan ke sel dan menyebabkan edema.
b. Ketidakseimbangan elektrolit
1) Ketidakseimbangan natrium Hiponatremia adalah
konsentrasi natrium dalam darah lebih rendah, terjadi saat
kehilangan natrium atau kelebihan air. Hiponatremia
menyebabkan kolaps pembuluh darah dan syok.
Hipernatremia adalah konsentrasi natrium dalam darah lebih
14
tinggi, dapat disebabkan oleh kehilangan air yang ekstrim
atau kelebihan natrium.
2) Ketidakseimbangan kalium Hipokalemia adalah kalium yang
bersikulasi tidak adekuat, dapat disebabkan oleh penggunaan
diuretik. Hipokalemia dapat menyebabkan aritmia jantung.
Hiperkalemia adalah jumlah kalium dalam darah lebih besar,
disebabkan oleh gagal ginjal.
3) Ketidakseimbangan kalsium Hipokalsemia mencerminkan
penurunan kadar kalsium serum. Hiperkalsemia adalah
peningkatan konsentrasi kalsium serum.
4) Ketidakseimbangan magnesium Hipomagnesemia terjadi
ketika kadar konsentrasi serum turun sampai di bawah 1,5
mEq/L, menyebabkan peningkatan iritabilitas
neuromuskular. Hipermagnesemia terjadi ketika konsentrasi
magnesium serum meningkat sampai di atas 2,5 mEq/L,
menyebabkan penurunan eksitabilitas sel-sel otot.
5) Ketidakseimbangan klrorida Hipokloremia terjadi jika kadar
klorida serum turun sampai di bawah 100 mEq/L,
disebabkan oleh muntah atau drainage nasogastrik/fistula,
diuretik. Hiperkloremia terjadi jika kadar serum meningkat
sampai di atas 106 mEq/L.
c. Ketidakseimbangan asam basa
1) Asidosis respiratorik Asidosis respiratorik ditandai dengan
peningkatan konsentrasi karbon dioksida (PaCO2),
kelebihan asam karbonat, dan peningkatan hidrogen
(penurunan pH). Hal ini disebabkan oleh hipoventilasi akibat
gagal napas atau overdosis obat, sehingga cairan
serebrospinalis dan sel otak menjadi asam, menyebabkan
perubahan neurologis.
15
2) Alkalosis respiratorik Alkalosis respiratorik ditandai dengan
penurunan PaCO2 dan penurunan konsentrasi hidrogen
(peningkatan pH). Hal ini disebabkan oleh penghembusan
karbon dioksida berlebihan pada waktu mengeluarkan napas
atau oleh hiperventilasi, akibat ansietas atau asma.
3) Asidosis metabolik Asidosis metabolik diakibatkan oleh
peningkatan konsentrasi hidrogen dalam cairan ekstrasel,
disebabkan oleh peningkatan kadar hidrogen atau penurunan
kadar bikarbonat.
4) Alkalosis metabolik Alkalosis metabolik ditandai dengan
kehilangan asam dari tubuh atau meningkatnya kadar
bikarbonat, disebabkan oleh muntah, gangguan asam
lambung, menelan natrium bikarbonat
4. Faktor yang Memengaruhi Keseimbangan Cairan, Elektrolit, dan
Asam Basa
a. Usia
1) Bayi
Proporsi air dalam tubuh bayi lebih besar daripada proporsi
air dalam tubuh anak usia sekolah, remaja, atau dewasa.
Namun, bayi memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami
kekurangan cairan atau hiperosmolar karena per kilogram
berat tubuhnya akan kehilangan air yang lebih besar secara
proporsional.
2) Anak-anak
Respons anak terhadap penyakit adalah demam yang dapat
meningkatkan kecepatan kehilangan air.
3) Remaja
16
Perubahan keseimbangan cairan remaja perempuan lebih
besar karena adanya perubahan hormonal yang berhubungan
dengan siklus menstruasi.
4) Lansia
Risiko lansia untuk mengalami ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit mungkin berhubungan dengan penurunan
fungsi ginjal dan ketidakmampuan untuk mengkonsentrasi
urine. Selain itu jumlah total air tubuh menurun seiring
dengan peningkatan usia, penggunaan diuretik atau laksatif.
b. Ukuran Tubuh
Lemak tidak mengandung air, karena itu orang gemuk memiliki
proporsi air tubuh lebih sedikit. Wanita memiliki lebih banyak
cadangan lemak di dalam payudara dan paha, sehingga jumlah
total air tubuh wanita lebih kecil.
c. Temperatur Lingkungan
Lingkungan yang panas menyebabkan berkeringat, akibatnya
tubuh kehilangan cairan, sehingga kehilangan natrium dan
klorida.
d. Gaya Hidup
1) Diit Diit cairan, garam, kalium, kalsium, magnesium,
karbohidrat, lemak, dan protein, membantu tubuh
mempertahankan status cairan, elektrolit, dan asam basa.
Intake nutrisi tidak adekuat menyebabkan serum albumin
menurun sehingga cairan interstitiil tidak ke pembuluh
darah, yang disebut udem.
2) Stres Stres meningkatkan kadar aldosteron dan
glukokortikoid, sehingga menyebabkan retensi natrium dan
garam. Selain itu, peningkatan sekresi ADH akan
17
menurunkan haluaran urine, sehingga meningkatkan volume
cairan.
3) Olah raga Olah raga menyebabkan peningkatan kehilangan
air melalui keringat, dan mekanisme rasa haus membantu
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan
meningkatkan asupan cairan.
18
B. Diagnosa Keperawatan
1. Diare (D.0020) (SDKI Hal. 58)
2. Difungsi Mobilitas Gastrointestinal (D.0021) (SDKI Hal. 60)
3. Hipervolemia (D.0022) (SDKI Hal. 62)
4. Hipovolemia (D.0023) (SDKI Hal 64)
5. Kesiapan Peningkatan Keseimbangan Cairan (D.0025) (SDKI Hal. 68)
6. Risiko Disfungsi Mobilitas Gastrointestinal (D.0033) (SDKI Hal. 83)
7. Risiko Hipovolemia (D.0034) (SDKI Hal. 85)
8. Risiko Ketidakseimbangan Cairan (D.0036) (SDKI Hal. 87)
9. Risiko Ketidakseimbangan Eletrolit (D.0037) (SDKI Hal.88)
10.Risiko Syok (D.0039) (SDKI Hal. 92)
19
C. Prosedur yang akan dilakukan untuk kebutuhan dasar yang terganggu (alat
dan cara).
1. Monitoring infus intravena
No. LANGKAH-LANGKAH
A. Persiapan Alat
1. Catatan pemberian infus
2. Pengatur waktu
B. Fase Orientasi
1. Menjelaskan tujuan tindakan:
a. Mempertahankan kepatenan aliran cairan
b. Mencegah komplikasi yang berhubungan dengan terapi IV
2. Pengkajian:
a. Review catatan pasien terkait pemberian infus
Catat adanya komplikasi dan bagaimana cara mengatasinya
b. Cek order pemberian IV: tipe cairan yang diberikan
c. Periksa rata-rata aliran dan jadwal pemberian infus
C. Fase Kerja (Implementasi)
1. Sebelum melakukan prosedur, perkenalkan diri dan verifikasi identitas
pasien. Jelaskan pada pasien apa yang akan dilakukan, tujuan dan
bagaimana pasien dapat berpartisipasi (kooperatif)
2. Cuci tangan dan lakukan tindakan untuk mencegah terjadinya infeksi
3. Posisikan pasien secara tepat
a. Bantu pasien pada posisi yang nyaman, baik duduk atau berbaring
b. Jaga privasi pasien
4. Perhatikan cairan infus yang akan diberikan
a. Lihat label infus apakah sesuai dengan order (termasuk jika ada obat
yang akan ditambahkan pada infus). Jika cairan infus tidak sesuai
dengan order, perlambat aliran sampai minimum untuk
mempertahankan kepatenan dari kateter/set infus.
b. Ganti cairan sesuai order, gunakan set yang baru jika diperlukan
c. Catat dan laporkan semua kejadian
5. Observasi aliran infus setiap jam
a. Bandingkan dengan rata-rata aliran reguler, sesuai dengan jadwal
20
pemberian infus
b. Observasi posisi cairan infus. Jika kurang dari 1m dari lokal
penusukan IV, tinggikan letak cairan
c. Jika terlalu banyak cairan yang habis sebelum waktunya, periksa
kembali catatan
d. Jika diperlukan, perlambat aliran infus dari yang seharusnya sampai
dengan waktu yang sesuai
e. Monitor tanda kelebihan cairan
6. Inspeksi kepatenan set infus dan kateter IV
a. Observasi tabung kecil pada set infus, jika kurang dari setengah
isilah kembali dengan jumlah yang sesuai
b. Inspeksi set infus dari kerusakan
c. Observasi posisi set infus
d. Periksa posisi kateter infus:
1) Aspirasi kateter dari aliran darah balik. Lakukan perlahan-lahan
2) Rendahkan posisi kontainer cairan infus lebih rendah dari lokasi
penusukan untuk mengobservasi aliran darah dari vena
3) Jika ada kebocoran, cari sumbernya. Jika bocor pada sambungan
kateter, kuatkan kembali sambungan
7. Inspeksi lokasi penusukan dari infiltrasi cairan
a. Jika terjadi infiltrasi, stop infus dan ganti kateter. Pasang kembali
kateter dilokasi yang lain
b. Jika infiltrasi menyebabkan cedera jaringan atau nekrosis disekitar
lokasi penusukan, biasanya disebabkan karena obat-obatan
(vesicant) maka disebut ekstravasasi
c. Pada kejadian ekstravasasi:
1) Hentikan aliran infus segera
2) Aspirasi cairan
3) Lepaskan kateter infus. Gunakan kassa kering untuk
mengontrol pendarahan
8. Inspeksi lokasi penusukan kateter dari flebitis (inflamasi pada vena)
a. Inspeksi dan palpasi lokasi penusukan setiap 8 jam. Flebitis dapat
terjadi karena cedera pada vena, misal karena trauma mekanik atau
iritasi kimia. Cedera kimiawi pada vena dapat terjadi karena
pemberian elektrolit melalui IV (khususnya kalium dan
magnesium). Tanda-tanda klinis: kemerahan, hangat dan bengkak
pada lokasi penusukan
b. Bila terjadi flebitis, lepaskan segera infus dan berikan kompres
hangat atau dingin ditempat penusukan vena. Jangan memasang
infus atau menusuk lagi veba yang cedera
9. Inspeksi lokasi penusukan IV dari pendarahan
21
a. Pendarahan disekitar jaringan dapat terjadi ketika kateter berpindah
atau lepas dari vena
b. Observasi lokasi venapuncture terutama pada pasien yang risiko
pendarahan, misalnya pasien yang mendapatkan antikoagulan
10. Ajarkan pasien bagaimana cara mempertahankan infus secara
keseluruhan, misalnya:
a. Informasikan beberapa keterbatasan dalam bergerak dan berpindah
b. Jelaskan penggunaan alarm jika terjadi sesuatu
c. Instruksikan untuk memanggil perawat jika:
1) Tetesan infus tiba-tiba berubah atau berhenti
2) Botol infus sudah kosong
3) Ada darah pada selang IV
4) Ada rasa tidak nyaman dan bengkak dilokasi IV
d. Informasikan bahwa perawat akan segera memeriksa lokasi
penusukan
11. Dokumentasikan informasi yang relevan
a. Catat pada status pemasangan IV pada pasien beserta respon pasien
b. Dokumentasikan intake cairan IV setiap 8 jam, mencakup waktu
(tanggal dan jam), jumlah dan jenis cairan yang masuk, nomor
cairan yang masuk, tetesan infus dan respon pasien secara umum.
Jumlah cairan yang masuk biasanya dicatat diakhir pergantian dinas
D. Fase Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan (menanyakan kondisi pasien).
Pertimbangkan urin output disesuaikan dengan intake, tugor jaringan,
TTV dan bunyi paru
2. Merapikan alat
3. Mendokumentasikan hasil
4. Berpamitan
E. Penampilan Selama Tindakan
1. Ketenangan selama melakukan tindakan
2. Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan
3. Ketelitian selama tindakan
22
No. LANGKAH-LANGKAH
A. Persiapan Alat
1. Cairan steril
2. Set infus
3. Persiapan obat
a. Baca label pada botol infus yang baru
b. Perhatikan prinsip benar: benar cairan, benar pasien, benar dosis
(jumlah kontainer yang diperlukan atau volume total yang
dipesankan)
B. Fase Orientasi
1. Menjelaskan tujuan tindakan
a. Mempertahankan aliran sesuai dengan cairan yang dikehendaki
b. Mempertahankan kesterilan dari sistem serta menurunkan insiden
flebitis dan infeksi
c. Mempertahankan kepatenan selang IV
2. Pengkajian
a. Lihat adanya infiltrasi cairan, kebocoran, pendarahan atau flebitis
pada lokasi penusukan IV
b. Observasi adanya alergi terhadap plester dan iodine
c. Rata-rata tetesan infus
d. Kondisi balutan infus mencakup integritas. Kelembaban dan
kebutuhan untuk diganti
3. Perencanaan
Review order pada catatan pasien terkait pergantian infus
C. Fase Kerja (Implementasi)
1. Sebelum melakukan prosedur, perkenalkan diri dan verifikasi identitas
pasien sesuai protokol. Jelaskan pada pasien apa yang akan dilakukan
dan bagaimana pasien berpartisipasi
2. Cuci tangan, gunakan sarung tangan dan lakukan tindakan untuk
mencegah terjadinya infeksi
3. Siapkan set perlengkapan IV dengan kontainer dan label yang baru
4. Kaji lokasi penusukan IV:
a. Kaji lokasi Penusukan IV dari adanya infiltrasi atau inflamasi
b. Lepaskan abocath bila ada indikasi
5. Disconnect selang IV dan abocath:
23
a. Gunakan sarung tangan bersih
b. Tempatkan kapas alkohol steril dibawah lokasi sambungan abocath
dengan selang IV
c. Klem selang IV dengan tangan non dominan
d. Segera hubungkan dengan selang IV yang baru
e. Pindahkan set IV yang sudah dilepaskan
6. Hubungkan set IV yang baru dengan abocath:
a. Sambungkan kateter dengan set IV yang baru
b. Buka klem dan alirkan cairan
7. Fiksasi set IV dengan plester yang kuat
8. Atur tetesan infus sesuai dengan order
9. Rapihkan alat
10. Lepaskan sarung tangan
11. Cuci tangan
D. Fase Terminasi (Evaluasi)
1. Lakukan evaluasi tindakan (menanyakan kondisi pasien). Evaluasi juga
mencakup kondisi tempat penusukan, kepatenan sistem, keakuratan
aliran
2. Dokumentasikan informasi yang relevan. Catat bila ada perubahan
pada kontainer cairan dan selang IV, juga catat intake cairan
3. Berpamitan
E. Penampilan Selama Tindakan
1. Ketenangan selama melakukan tindakan
2, Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan
3. Ketelitian selama tindakan
No. LANGKAH-LANGKAH
A. Persiapan Alat
1. Sarung tangan bersih
2. Pengalas
24
3. Set steril kecil dan plester
B. Fase Orientasi
1. Menjelaskan tujuan tindakan
Melepaskan infus IV bila terapi sudah selesai atau lokasi penusukan IV
perlu diganti
2. Pengkajian
a. Lihat lokasi venapuncture
b. Adakah perdarahan dari lokasi penusukan
c. Jumlah cairan yang masuk
d. Kondisi kateter IV
3. Perencanaan
Review order pada catatan pasien apakah ada komplikasi dan
bagaimana mengatasinya
C. Fase Kerja (Implementasi)
1. Sebelum melakukan prosedur, perkenalkan diri dan verifikasi identitas
pasien sesuai protokol.
Jelaskan pada pasien apa yang akan dilakukan dan bagaimana pasien
berpartisipasi.
Jelaskan alasan mengapa infus akan dilepas dan prosedur yang
dilakukan akan menimbulkan rasa tidak nyaman pada saat melepas
plester
2. Cuci tangan, gunakan sarung tangan dan lakukan tindakan untuk
mencegah terjadinya infeksi
3. Bantu pasien pada posisi nyaman, bisa duduk atau berbaring
terlentang. Buka hanya pada bagian infus terpasang dan jaga privacy
pasien. Tempatkan pengalas dibawah lokasi penusukan kateter
4. Siapkan peralatan:
a. Klem tube infus untuk mencegah cairan mengalir keluar dari jarum
sehingga membasahi pasien dan tempat tidur
b. Gunakan sarung tangan bersih
c. Lepaskan dressing, stabilkan infus dan plester di lokasi penusukan
kateter sambil melepaskan plester pelan-pelan. Melepaskan plester
sesuai dengan arah pertumbukan rambut
d. Kaji area disekitar vena yang ditusuk
5. Melepaskan kateter dari vena:
a. Lepaskan kateter dengan menarik kateter disepanjang vena. Saat
melepaskan kateter jangan sambil menekan vena karena bisa
25
menyebabkan cedera pada vena
b. Segera beri tekanan pada lokasi penusukan vena dengan
menggunakan kassa atau kapas steril selama 2-3 menit. Tekanan
dapat menghentikan pendarahan
c. Angkat lengan pasien lebih tinggi dari posisi jantung bila
perdarahan terjadi
d. Informasikan pada pasien agar segera melaporkan pada perawat jika
terjadi perdarahan atau hal lain yang tidak normal diarea bekas
penusukan
6. Periksa kateter yang baru dilepas dari pasien
a. Periksa keutuhan dari kateter
b. Laporkan bila kondisi kateter rusak
7. Tutup lokasi venapuncture
a. Gunakan dressing yang baru pada lokasi bekas tusukan dan plester
yang kuat
b. Pindahkan perlengkapan yang selesai dipakai
c. Lepaskan sarung tangan
d. Cuci tangan
8. Baca cairan yang masuk dari kontainer infus
9. Masukan sampah bekas infus ke tempat pembuangan dengan label
hitam
10. Rapihkan alat
11. Lepaskan sarung tangan
12. Cuci tangan
D. Fase Terminasi (Evaluasi)
1. Lakukan evaluasi tindakan (menanyakan kodisi pasien). Laporkan bila
ada kondisi yang kurang nyaman pada pasien
2. Dokumentasikan infomasi yang relevan
Catat jumlah cairan infus pada catatan intake output mencakup nomor
kontainer, tipe cairan yang digunakan, waktu melepas infus dan respon
pasien
3. Berpamitan
E. Penampilan Selama Tindakan
1. Ketenangan selama melakukan tindakan
2, Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan
26
3. Ketelitian selama tindakan
27
Asuhan
Keperawatan 2
28
Visi:
Pada tahun 2028 menghasilkan perawat yang unggul dalam penerapan keterampilan keperawatan
lansia berbasis IPTEK keperawatan.
J. PENGKAJIAN
C. DATA DASAR
1. IDENTITAS KLIEN/KELUARGA
c. Keluarga :
29
2. RIWAYAT KESEHATAN/KEPERAWATAN
30
3. RIWAYAT KEBUTUHAN SEHARI-HARI
a. Pola Nutrisi
(Uraikan kualitas dan kuantitas makanan dan minuman yang dikonsumsi )
1). Di Rumah:
Pasien mengatakan tidak memiliki nafsu makan, mulut terasa pahit saat makan
2). Di RS:
Pasien menghabiskan 1 porsi makan dengan perlahan dan disuapi oleh keluarga
b. Pola Tidur
(Uraikan kualitas dan kuantitas pola tidur)
1). Di Rumah:
Pasien mengatakan tidur 4-5 jam sehari
2). Di RS :
Pasien mengatakan tidur 7-78 jam sehari
c. Pola Eliminasi
(Uraikan frekuensi, jumlah, karakteristik dan masalah-masalah yang terjadi terkait dengan
eliminasi)
1). BAK
a). Di Rumah:
pasien mengatakan BAK 3x sehari sebanyak 300cc
b). Di RS:
pasien mengatakan BAK 4-5x sehari sebanyak 700cc
2). BAB
a). Di Rumah:
pasien mengatakan setiap pagi BAB 1x sehari
b). Di RS:
pasien mengatakan 1x dalam dua hari pada pagi hari
31
d. Pola Kebersihan Diri
(Uraikan frekuensi, alat mandi yang digunakan, kemandirian dalam melakukan kebersihan tubuh
dan masalah-masalah yang terjadi terkait pola kebersihan diri)
1). Di Rumah:
Pasien mengatakan mandi 2 kali sehari pagi dan sore, mencuci rambut 2 kali seminggu,
menggosaok gigi 2 kali sehari, potong kuku 2 kali seminggu, biasanya dilakukan sendiri
2). Di RS :
Pasien dilap oleh perawat setiap 2 kali sehari, semua aktivitas dibantu oleh perawat
e. Aktifitas sehari-hari
(Uraikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan sehari-hari )
Pasien mengatakan kegiatan sehari hari pasien melakukan jalan santai disekitar rumah
d.Psikologis
1). Pola Interaksi
(Uraikan pola interaksi dengan keluarga, dan orang lain/ masyarakat)
Saat dirawat di RS: pasien mengungkapkan keluhannya pada keluarga dan tim kesehatan
Sebelum dirawat: suami pasien mengatakan bila pasien mengeluh sakit keluarga membantu
pasien
Saat dirawat di RS: pasien selama sakit selalu dibantu keluarga dan semua kebutuhan
pasien dipenuhi oleh keluarga
Sebelum dirawat: pasien sebelum sakit bekerja sebagai supir dan jika mengeluh sakit akan
mengatakan kepada keluarga
32
Saat dirawat di RS: pasien selama sakit dibantu dan dirawat olleh tim kesehatan
e. Sosial
Pasien mengatakan selama pensiun pasien menghabiskan waktu bersama keluarga dirumah
Pasien tinggal didaerah perkotaan yang cukup padat dengan paparan polusi
f. Spiritual
(Uraikan nilai-nilai yang dianut klien dan keluarga terkait dengan kesehatan)
Pasien beragama muslim selalu sembayang bersama-sama keluarga
5. PEMERIKSAAN FISIK
b. Pengukuran fisiologis
c. Keadaan umum
1). Kesadaran : compos mentis
2). Status Gizi : normal
d. Kepala : bentuk bulat, posisi simetris, kulit kepala bersih, tidak ada benjolan
33
e. Rambut : hitam dan bersih
f. Mata : mata simetris, tidak pakai alat bantu kacamata, konjungtiva tidak anemis
h. Mulut : bibir kering, lidah berwarna putih tebal, mulut terasa pahit saat makan
i. Telinga : bentuk normal, posisi simetris kanan dan kiri, fungsi pendengaran baik
j. Dada : bentuk simetris, tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan pada dada pasien
k. Abdomen : bentuk abdomen simetris, tidak ada pembesaran abdomen, tidak ada nyeri tekan
m. Sirkulasi : normal
o. Ekstremitas : bentuk ekstremitas simetris, tidak dijumpai edema, tangan kiri pasien terpasang
infus RL 8 jam/kolf
p. Genetalia : normal
q. Anus : normal
r. Refleks : normal
6. TES DIAGNOSTIK
a. Laboratorium
34
Kalium 7 mmol/L 3,5-5,0 mmol/L
Klorida 115 mmol/L 96-106 mmol/L
Hemoglobin 11 g%/dl >12,0 g%/dl
Leukosit 13.000/mm3 5.000-10.000/mm3
Erythrocyt 4 juta/mm3 4,0-5,0 juta/mm3
7. PENATALAKSANAAN/PROGRAM MEDIS
Pasien terpasang infus RL 8 jam/kolf
Terapi obat antibiotik IV 3 x sehari
8. RESUME
Uraikan secara singkat dan jelas gambaran kondisi klien dan keluarga dari mulai sakit hingga saat
ini:
Resume pengkajian
Ny. C umur 55 tahun pendidikan SMA pekerjaan ibu rumah tangga, status perkawinan sudah
menikah dan memiliki 2 anak. Pasien mengeluh badan meriang sejak 5 hari yang lalu. Badan terasa
panas pada sore dan malam hari. Pasien tidak napsu makan, mual dan muntah, mulut terasa pahit.
Sudah berobat ke puskesmas namun tidak ada perubahan. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan
kesadaran compos mentis. Hasil pemeriksaan fisik TD: 110/60 mmHg, N: 84 x/menit, S: 38,5 0 C,
RR: 24 x/menit. Konjungtiva tidak anemis, bibir kering, lidah berwarna putih tebal, tidak nafsu
makan dan mulut terasa pahit saat makan, tugor kulit tidak elastis. Pasien minum 1,5 liter/hari,
BAK 3x/hari setiap BAK sebanyak 100 CC. Didapatkan hasil laboratorium natrium: 150 mmol/L,
kalium: 7 mmol/L, klorida: 115 mmol/L, hemaglobin: 11 g%/dl, leukosit: 13.000 mm3, eritrosit 4
juta/mm3. Pasien terpasang infus RL 8 jam/kolf dan mendapatkan terapi antibiotik IV 3xsehari.
D. DATA FOKUS
1. DATA SUBJEKTIF
- Pasien mengeluh badan meriang sejak 5 hari yang lalu
- Pasien mengatakan badan terasa panas pada sore dan malam hari
- Pasien mengeluh tidak napsu makan, mual, dan muntah
- Pasien mengeluh mulut terasa pahit saat makan
- Pasien mengatakan sudah berobat ke puskesmas namun tidak ada perubahan
- Pasien mengatakan BAK 3x/hari setiap BAK sebanyak 100cc
2. DATA OBJEKTIF
- Pasien tampak lemas
- Konjungtiva tidak anemis
- Bibir pasien kering
- Lidah pasien berwarna putih tebal
35
- Tugor kulit pasien tidak elastis
- Hasil TTV:
TD: 110/60 mmHg
N: 84 x/menit
S: 38,50 C
RR: 24 x/menit
- Hasil Laboratorium:
Natrium: 150 mmol/L
Kalium: 7 mmol/L
Klorida: 115 mmol/L
Hemaglobin: 11 g%/dl
Leukosit: 13.000 mm3
Eritrosit 4 juta/mm3
- Pasien terpasang infus RL 8 jam/kolf
- Pasien mendapatkan terapi antibiotik IV 3xsehari
36
C. ANALISA DATA
DO:
- Pasien tampak lemas
- Lidah pasien berwarna putih tebal
37
Data Fokus Masalah
(Data Subjektif dan Data Objektif)
DO:
- Bibir pasien terlihat kering pola nafas
- Tugor kulit pasien tidak elastis
- Hasil Laboratorium:
Natrium: 150 mmol/L
Kalium: 7 mmol/L
Klorida: 115 mmol/L
- Pasien terpasang infus RL 8 jam/kolf
- Pasien mendapatkan terapi antibiotik IV
3xsehari
38
D. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pepeh
Lisnawati
Pepeh
Lisnawati
Pepeh
Lisnawati
39
E. RENCANA KEPERAWATAN
1
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan Rasional
Kriteria Hasil (SMART)
2. Risiko Defisit Nutrisi d.d Setelah dilakukan tindakan Observasi: 1. Mengidentifikasi makanan yang disukai
ketidakmampuan mencerna keperawatan 2x24 jam nafsu 1. identifikasi makanan yang disukai pasien
makanan (SDKI. D.0032. Hal. makan membaik dengan kriteria 2. monitor asupan makanan Tujuan: untuk meningkatkan nafsu makan
81) hasil: Terapeutik: 2. Lakukan oral hygiene sebelum makan
1. Nafsu makan pasien 1. lakukan oral hygiene sebelum makan Tujuan: personal hygiene meningkatkan
membaik 2. sajikan makanan secara menarik dan nafsu makan
2. Pasien tidak mengeluh suhu yang sesuai 3. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
mual dan muntah 3. berikan makanan tinggi kalori dan protein
3. Pasien tidak mengeluh tinggi protein Tujuan: memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
mulut terasa pahit saat Edukasi: 4. Menyajikan makanan secara menarik dan
makan 1. anjurkan posisi duduk suhu yang sesuai
(SLKI: L.03024) Hal. 68 Kolaborasi: Tujuan: meningkatkan nafsu makan pasien
Nafsu Makan 1. kolaborasi dengan dokter untuk 5. Anjurkan posisi duduk
pemberian obat antiemetik Tujuan: membantu saraf vagus berfungsi
(SIKI: I.03119) Hal. 200 lebih baik
Manajemen Nutrisi 6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
obat antiemetik
Tujuan: membantu mengatasi gejala
muntah dan mual
1. Monitor kadar elektrolit
3. Risiko Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Observasi: Tujuan: elektrolit sebagai indikator keadaan
2
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan Rasional
Kriteria Hasil (SMART)
Elektrolit d.d keperawatan 2x24 jam kadar 1. monitor kadar elektrolit serum status cairan dalam tubuh
ketidakseimbangan cairan serum elektrolit dalam batas 2. monitor mual dan muntah 2. Monitor mual dan muntah
(SDKI. D.0037. Hal. 88) normal dengan kriteria hasil: 3. monitor kehilangan cairan Tujuan: mual dan muntah merupakan
1. Frekuensi BAK pasien 4-8 Terapeutik: keadaan yang dapat menyebabkan
x/hari sebanyak 400-2000 1. dokumentasi hasil pemantauan urine gangguan keseimbangan elektrolit
cc Edukasi: 3. Dokumentasi hasil pemantauan urine
2. Nilai serum natrium 1. jelaskan tujuan dan prosedur Tujuan: sebagai alat komunikasi antar
menurun pemantauan tenaga kesehatan
3. Nilai serum kalium 2. informasikan hasil pemantauan 4. Menjelaskan tujuan dan prosedur
menurun (SIKI: I. 03122) Hal. 240 pemantauan
4. Nilai serum klorida Pemantauan Elektrolit Tujuan: pasien dan keluarga mengetahui
menurun dan mengerti tujuan dan prosedur
(SLKI: L.03021) Hal. 42 pemantauan yang dilakukan
Keseimbangan Elektrolit 5. Menginformasikan hasil pemantauan
Tujuan: pasien dan keluarga mengetahui
perkembangan keadaan pasien
3
F. TINDAKAN KEPERAWATAN
1
RR: 20 x/menit
2
porsi makan dengan
disuapin oleh keluarga
- Pasien terlihat nafsu
makan pada makanan
yang berkuah Pepeh
Lisnawati
12/10/21 07.00 Dx. 3 1. memberikan terapi RS:
antibiotik IV 3xsehari (07.00, - Pasien mengatakan pagi
14.00, 21.00) ini sudah BAK sebanyak
2. memonitor kehilangan cairan ½ gelas kecil
3. mendokumentasi hasil RO:
pemantauan urine - Pasien pagi hari BAK Pepeh
sebanyak 200cc Lisnawati
- Urine pasien berwarna
kuning pekat
3
14.00, 21.00) sore sudah 2x BAK
9. memonitor kehilangan cairan sebanyak ½ gelas kecil
10. mendokumentasi hasil RO:
pemantauan urine - Pasien BAK pada hari ini
sebanyak 4x sebanyak
700cc
- Urine pasien berwarna
kuning
4
2. memonitor kehilangan cairan sebanyak ½ gelas kecil
3. mendokumentasi hasil RO:
pemantauan urine - Pasien pagi ini BAK
sebanyak 200cc
- Urine pasien berwarna Pepeh
kuning jernih Lisnawati
5
- Pasien mengatakan mulut sudah tidak pahit
- Pasien mengatakan telah menghabiskan 1 porsi
makan
O:
- Nafsu makan pasien membaik Pepeh
- Pasien telah menghabiskan 1 porsi makan Lisnawati
- Pasien terlihat perlahan dalam menghabiskan
makanan dan disuapi keluarga
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
6
LEMBAR EVALUASI
ASUHAN KEPERAWATAN DASAR
SEMESTER III PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
7
NO INDIKATOR KRITERIA PENCAPAIAN SKALA PENILAIAN
6. Mendokumentasikan evaluasi
keperawatan dengan benar
Sub total
5. Melakukan 7. Menulis seluruh data dengan benar.
pendokument 8. Menulis diagnosa keperawatan
a-sian asuhan dengan benar
keperawatan 9. Mendokumentasikan rencana perawatan
10. Mendokumentasikan respon Pasien
11. Mendokumentasikan hasil evaluasi
12. Menandatangani dokumen
Sub Total
SKOR Jumlah Sub total : 5
Pembimbing
8
9
LAPORAN
PENDAHULUAN 3
Nama:
Kelas:
Tanggal:
10
Kebutuhan ………………
D. Konsep Dasar
11
12
E. Diagnosa Keperawatan
13
F. Prosedur yang akan dilakukan untuk kebutuhan dasar yang terganggu
(alat dan cara).
14
15
Asuhan
Keperawatan 3
16
Visi:
Pada tahun 2028 menghasilkan perawat yang unggul dalam penerapan keterampilan keperawatan
lansia berbasis IPTEK keperawatan.
Nama Mahasiswa :
Tanggal Pengkajian :
Ruang Rawat :
Diagnosa Medis :
K. PENGKAJIAN
E. DATA DASAR
1. IDENTITAS KLIEN/KELUARGA
b. Inisial Suami/Istri :
1).Usia :
2).Agama :
3).Pekerjaan :
4).Pendidikan :
c. Keluarga :
17
2. RIWAYAT KESEHATAN/KEPERAWATAN
18
3. RIWAYAT KEBUTUHAN SEHARI-HARI
a. Pola Nutrisi
(Uraikan kualitas dan kuantitas makanan dan minuman yang dikonsumsi )
1). Di Rumah:
2). Di RS:
b. Pola Tidur
(Uraikan kualitas dan kuantitas pola tidur)
1). Di Rumah:
2). Di RS :
c. Pola Eliminasi
(Uraikan frekuensi, jumlah, karakteristik dan masalah-masalah yang terjadi terkait dengan
eliminasi)
1). BAK
a). Di Rumah:
b). Di RS:
2). BAB
a). Di Rumah:
b). Di RS:
1). Di Rumah:
2). Di RS :
19
e. Aktifitas sehari-hari
(Uraikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan sehari-hari )
g.Psikologis
1). Pola Interaksi
(Uraikan pola interaksi dengan keluarga, dan orang lain/ masyarakat)
Sebelum dirawat:
Sebelum dirawat:
Sebelum dirawat:
h. Sosial
20
2). Pola Rekreasi/Kegiatan:
(Uraikan frekuensi, jenis kegiatan klien)
i. Spiritual:
(Uraikan nilai-nilai yang dianut klien dan keluarga terkait dengan kesehatan)
5. PEMERIKSAAN FISIK
t. Pengukuran fisiologis
u. Keadaan umum
1). Kesadaran :
2). Status Gizi :
v. Kepala :
w. Rambut :
x. Mata :
y. Hidung :
21
z. Gigi :
aa. Telinga :
bb. Dada :
cc. Abdomen :
dd. Pernafasan :
ee. Sirkulasi :
ff. Kulit :
gg. Esktremitas :
hh. Genetalia :
ii. Anus :
jj. Refleks :
6. TES DIAGNOSTIK
b. Laboratorium
22
c. Pemeriksaan Diagnostik Lainnya
7. PENATALAKSANAAN/PROGRAM MEDIS
8. RESUME
Uraikan secara singkat dan jelas gambaran kondisi klien dan keluarga dari mulai sakit hingga saat
ini:
Resume pengkajian
23
F. DATA FOKUS
1. DATA SUBJEKTIF
2. DATA OBJEKTIF
24
C. ANALISA DATA
DS:
- Klien mengatakan dahaknya susah Bersihan jalan nafas tidak efektif
-
-
- keluar
- Klien mengatakan sesak saat bernafas
DO:P: 28 x/mnt
- Bunyi nafas: ronkhi
-
-
- Gangguan pola nafas
-
-
- Klien menggunakan otot bantu nafas
yaitu cuping
DS:
- Klien mengatakan dahaknya susah
keluar
-
-
-
-
-
-
-
- Klien mengatakan sesak saat bernafas
DO:P: 28 x/mnt
- Bunyi nafas: ronkhi
- Klien menggunakan otot bantu nafas
yaitu cuping
25
Data Fokus Masalah
(Data Subjektif dan Data Objektif)
26
D. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
27
E. RENCANA KEPERAWATAN
1.
1
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan Rasional
Kriteria Hasil (SMART)
2.
2
F. TINDAKAN KEPERAWATAN
23/8/19 RS:
-
-
RS:
-
24/8/19 1 -
RO:
-
-
RO: P:
RS:
RO:
G. CATATAN PERKEMBANGAN (EVALUASI)
Nama Inisial Pasien :
Usia :
Ruang Rawat :
Diagnosa Medis :
O:
-
-
-
A:
P:
-
-
-
Contoh:
S:- Pasien mengatakan …..
- Pasien mengatakan …..
O: - P: 40/mnt
- Pasien menggunakan otot bantu pernafasan (bahu
terangkat saat menarik nafas)
- Pasien terpasang o2 3 lt/mnt
A: Masalah belum teratasi
P: - intervensi dilanjut:
- Pertahankan terapi o2 3lt/mnt
- Kaji pola nafas
- Berikan posisi semifowler
O: -
A:
P: -
1
LEMBAR EVALUASI
ASUHAN KEPERAWATAN DASAR
SEMESTER III PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa :
Tempat dan Tanggal :
Identitas Pasien :
Diagnosa Medis :
Kompetensi : Melaksanakan asuhan keperawatan
2
NO INDIKATOR KRITERIA PENCAPAIAN SKALA PENILAIAN
9. Mendokumentasikan evaluasi
keperawatan dengan benar
Sub total
5. Melakukan 13. Menulis seluruh data dengan benar.
pendokument 14. Menulis diagnosa keperawatan
a-sian asuhan dengan benar
keperawatan 15. Mendokumentasikan rencana
perawatan
16. Mendokumentasikan respon Pasien
17. Mendokumentasikan hasil evaluasi
18. Menandatangani dokumen
Sub Total
SKOR Jumlah Sub total : 5
Pembimbing
(.....................................)
No Kegiatan Nilai
80- 68- 56- 41-
100 79 67 55
1 Persiapan alat
2 Fase orientasi
3 Fase kerja
4 Fase terminasi
5 Dokumentasi
3
Total Nilai
Bekasi, …………………………….
Penilai,
( ….……………………………… )
Catatan Penilai
………………………………………………………………………………................................
………………………………………………………………………………................................
………………………………………………………………………………................................
………………………………………………………………………………................................
Bobot penilaian praktik merupakan penilaian pada ranah Psikomotor (Hard Skill). Dibawah
ini merupakan rubrik atau panduan dalam penilaian praktik/Psikomotor dengan
menggunakan Scale Linked, sebagai berikut:
Score Deskripsi
Nilai
Mengerjakan semua indicator yang dinilai dan mengerjakan tugas dengan baik,
informasi yang diberikan tepat/akurat dengan pemahaman yang utuh, diuraikan dan
80-
100 dijawab dengan baik dan urut, singkat, langsung ke masalah yang diminta. Dalam
diskusi mampu mengemukakan pendapat secara spontan tanpa diminta, pikiran jelas
dan realistis, argumentasi tepat, kalimat yang dikemukakan tidak bertele-tele dan
tuntas, penguasaan materi tentang tindakan keperawatan yang dilakukan sangat
menguasai.
Mengerjakan semua indicator yang dinilai dan mengerjakan tugas dengan baik,
informasi yang diberikan kurang tepat/akurat dengan pemahaman kurang utuh,
68-79
diuraikan dan dijawab tidak dengan baik dan urut, tidak langsung ke masalah yang
4
diminta. Dalam diskusi kurang mampu mengemukakan pendapat secara spontan,
pikiran kurang jelas, argumentasi kurang tepat, kalimat yang dikemukakan bertele-tele
dan kurang tuntas, penguasaan materi tentang tindakan keperawatan yang dilakukan
kurang menguasai.
56-67 Mengerjakan tugas kurang baik, informasi yang diberikan kurang dan kadang tidak
tepat/akurat dengan pemahaman kurang utuh, diuraikan dan dijawab kurang baik
(Kurang urut), kurang langsung ke masalah yang diminta. Dalam diskusi kurang
mampu mengemukakan pendapat secara spontan, pikiran kurang jelas, argumentasi
kurang tepat, kalimat yang dikemukakan bertele-tele dan kurang tuntas, penguasaan
materi tentang tindakan keperawatan yang dilakukan kurang menguasai.
41-55 Mengerjakan tugas kurang baik, informasi yang diberikan kurang dan kadang tidak
tepat/akurat dengan pemahaman tidak utuh, diuraikan dan dijawab kurang baik
(Kurang urut), kurang langsung ke masalah yang diminta. Tidak siap melakukan
diskusi, penguasaan materi tentang tindakan keperawatan yang dilakukan tidak
dikuasai.
5
RUBRIK PENILAIAN PROSEDUR/TINDAKAN
KEPERAWATAN
(SESUAI FASE TINDAKAN)
6
EVALUASI SIKAP/PERILAKU DALAM PRAKTIK KLINIK MK. PKKD
Nama Mahasiswa : ..........................................................
Tingkat : ..........................................................
Tempat : ..........................................................
Jakarta, …………………………….
Penilai,
( ….……………………………… )
Catatan Penilai
………………………………………………………………………………................................
………………………………………………………………………………................................
………………………………………………………………………………................................
………………………………………………………………………………................................
7
8
Visi:
Pada tahun 2028 menghasilkan perawata yang unggul dalam penerapan keterampilan keperawatan
lansia berbasis IPTEK keperawatan.
Lampiran 3
LOG BOOK
1
DAFTAR TARGET KETERAMPILAN
PRAKTIK KLINIK MK. PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DASAR
Nama :
Kelas :
NIM :
b. Memposisikan pasien 3
fowler dan semifowler
c. Mengumpulkan sputum 3
untuk pemeriksaan
2
NO KETERAMPILAN TAR TGL/ JAM/ TGL/ JAM/ TGL/ JAM/ KOMENTAR
GET FOTO/HASIL FOTO/HASIL FOTO/HASIL PEMBIMBING
d. Memberikan oksigen 3
nasal kanul
2. Gangguan kebutuhan cairan
a. Mengukur tekanan darah 3
b. Menghitung nadi 3
c. Memberi minum per oral. 3
d. Mengumpulkan urine 3
untuk pemeriksaan.
e. Menghitung 3
keseimbangan cairan.
f. Merawat luka infus 3
g. Mengganti cairan infus. 3
h. Melepas infus 3
i. Memonitor cairan infus 3
j. Merawat kateter urin. 3
3 Gangguan kebutuhan
nutrisi:
a. Mengukur berat badan, 3
tinggi badan, lengkar
lengan atas, lingkar
paha.
b. Menghitung indeks masa 3
tubuh.
c. Memberi makan per oral. 3
3
NO KETERAMPILAN TAR TGL/ JAM/ TGL/ JAM/ TGL/ JAM/ KOMENTAR
GET FOTO/HASIL FOTO/HASIL FOTO/HASIL PEMBIMBING
4. Gangguan kebutuhan
eliminasi:
a. Membantu pasien 3
eliminasi BAK/BAB di
atas tempat tidur.
b. Memasang diapers/ 3
popok.
5. Gangguankebutuhan
aktivitas:
a. Menerima pasien baru. 3
b. Memindahkan pasien 3
dari tempat tidur ke
kursi.
c. Memindahkan pasien 3
dari tempat tidur
ketempat tidur lain.
d. Memposisikan pasien: 3
posisi fowler, semi
fowler, litotomi, dorsal
recumbent,
SIM(kanan/kiri)
tredelenberg, supine,
pronasi.
e. Melatih berjalan. 3
f. Memandikan pasien di 3
atas tempat tidur.
g. Merawat gigi dan mulut: 3
menyikat gigi, merawat
mulut dan gigi pada
pasien yang tidak sadar.
4
NO KETERAMPILAN TAR TGL/ JAM/ TGL/ JAM/ TGL/ JAM/ KOMENTAR
GET FOTO/HASIL FOTO/HASIL FOTO/HASIL PEMBIMBING
h. Mengganti pakaian 3
pasien diatas tempat
tidur.
i. Mencuci rambut. 3
j. Menyisir rambut. 3
6. Gangguan keseimbangan 3
suhu tubuh:
a. Mengukur suhu tubuh: 3
oral, aksilla dan rektal.
b. Memberikan kompres 3
hangat.
c. Memberikan kompres 3
dingin.
7. Gangguan rasa aman
nyaman.
a. Manajemen stres 3
(relaksasi, relaksasi otot
progresif, napas dalam,
guide imagery, latihan
fisik.
b. Membersihkan 3
lingkungan pasien:
menyiapkan tempat tidur
terbuka dan tertutup
dengan pasien diatasnya.
c. Backrub 3
d. Mencuci tangan aseptik 3
dan antiseptic.
e. Menggunakan alat 3
pelindung diri: barak
5
NO KETERAMPILAN TAR TGL/ JAM/ TGL/ JAM/ TGL/ JAM/ KOMENTAR
GET FOTO/HASIL FOTO/HASIL FOTO/HASIL PEMBIMBING
scort, sarung tangan,
penutup kepala, dll.
8. Prosedur perawatan pada
tindakan kolaboratif:
a. Memberikan obat oral. 3
b. Memberikan obat 3
parentral (intrakutan,
subkutan, intramuskuler,
intravena).
6
NO KETERAMPILAN TAR TGL/ JAM/ TGL/ JAM/ TGL/ JAM/ KOMENTAR
GET FOTO/HASIL FOTO/HASIL FOTO/HASIL PEMBIMBING
antiseptik pada
penggunaan alat
kesehatan.
----------------------------------- -------------------------------
NIP. NIM.
7
UJIAN PRAKTIK KLINIK MK. PKKD
TINGKAT II DIII KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
TA. 2021/2022
No Kasus Penguji
1 Menghitung pernapasan, memposisikan pasien Ns. Omi Haryati,
fowler dan semifowler, memberikan oksigen nasal SKep.,
kanul, melatih napas dalam, dan melatih batuk
efektif.
Manajemen stres (relaksasi, relaksasi otot progresif,
napas dalam, guide imagery, latihan fisik).
2 Memberi makan per oral (NGT). Suratun, SKM, MKep
Menghitung keseimbangan cairan, merawat luka infus, Suliswati, SKp, MKes.
mengganti cairan infus, melepas infus, dan memonitor
cairan infus.
3 Mengukur tekanan darah, menghitung nadi, Yuli Mulyanti, SKp,
pemeriksaan Rumpelead. MKes.
Mengukur suhu tubuh: aksilla.
Mencuci tangan aseptik dan antiseptic, dan
menggunakan alat pelindung diri: barak scort,
sarung tangan, penutup kepala.
Melakukan penyimpanan dan pemeliharaan alat:
membersihkan dan menyimpan alat dan prinsif
aseptik dan antiseptik pada penggunaan alat
kesehatan.
4 Mengumpulkan urine untuk pemeriksaan, Rita Ismail, SKp,
memasang kondom dan merawat kateter urin. MKM, MTD (HE).
Membantu pasien eliminasi bak/bab di atas tempat
tidur dan memasang diaspers/popok.
5 Memandikan pasien di atas tempat tidur, Indriana Rachmawati,
Menyiapkan tempat tidur terbuka dan tertutup SKp., MSi., MTD
dengan pasien diatasnya, backrub. (HE).
6 Memberikan obat oral, memberikan obat parentral Dra. Ns. Wartonah,
(intrakutan, subkutan, intramuskuler, intravena), SKep, MM.
memberikan obat topikal (oles, tetes), memberikan
obat perektal/supositoria.
8
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa :
Tanggal Pengkajian :
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS KLIEN/KELUARGA
DS:
- Klien mengatakan dahaknya susah Bersihan jalan nafas tidak efektif
-
-
- keluar
-
-
- Klien mengatakan sesak saat
bernafas
DO:P: 28 x/mnt
- Bunyi nafas: ronkhi Gangguan pola nafas
-
-
-
-
-
- Klien menggunakan otot bantu nafas
yaitu
9
No. Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanda
Ditemukan Tangan Nama
Jelas
1.
V. TINDAKAN KEPERAWATAN
10
Tgl Pukul No. Catatan Keperawatan Respon/Hasil Tanda
Diagnosa Tangan
Nama
Jelas
19 1
O:
A:
P:
O: -
A:
11