Anda di halaman 1dari 9

Visi

Pada tahun 2028 menghasilkan perawat yang unggul dalam penerapan


Keterampilan keperawatan lansia berbasis IPTEK Keperawatan

PEMECAHAN MASALAH
TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

Disusun Oleh:
Kelompok 4/ 2 Reguler B
1. Ira Oktaviani (P3.73.20.1.20.063).
2. Kori Mardiana Nur Ambar (P3.73.20.1.20.064).
3. Marissa Fajarwati (P3.73.20.1.20.065).
4. Meliana Safitri (P3.73.20.1.20.066).
5. Mirda Rohmayanti (P3.73.20.1.20.067).
6. Nabila Sukma Anggraheni (P3.73.20.1.20.068).
7. Nanda Aisha Setyorini (P3.73.20.1.20.069).
8. Niluh Ayu Puspa Ningsih (P3.73.20.1.20.070).
9. Nunung (P3.73.20.1.20.071).
10. Pepeh Lisnawati (P3.73.20.1.20.072).

Dosen pengampu:
Dr. Prayetni, S.Kp., M.Kes.
A. Pengertian
1. Menurut Saad dan Ghani tahun 2008, Pemecahan masalah adalah suatu proses
terencana yang perlu dilaksanakan agar memperoleh penyelesaian tertentu dari
sebuah masalah yang mungkin tidak didapat dengan segera.
2. Menurut Polya tahun 1973, Pemecahan masalah adalah usaha mencari jalan keluar
dari suatu kesulitan.
3. Menurut Goldstein dan Levin, Pemecahan masalah adalah proses kognitif tingkat
tinggi yang memerlukan modulasi dan kontrol lebih dari keterampilan rutin atau
dasar.
Jadi pemecahan masalah adalah proses untuk menyelesaikan masalah atau mencari jalan
keluar dari suatu masalah.

B. Metoda Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah
Perencanaan kemungkinan
Memahami masalah yang lalu
Menduga masalah yang akan
datang

Pengambilan Keputusan
Mengenalkan Perubahan

Lampau Kini Akan datang


C. Langkah – Langkah Pemecahan Masalah
Masalah

Pengumpulan Data

Analisa Data

Memilih alternatif

Implementasi

Evaluasi

1. Mendefinisikan Masalah
Masalah yang sebenarnya dihadapi sering terselubung dan tidak terlihat jelas. Oleh
karena itu diperlukan keahlian, pendidikan dan pengalaman untuk membuat diagnosa yang
tepat.
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data atau informasi dikerjakan secara berkesinambungan melalui proses
yang sistematis, sehingga upaya untuk mengantisipasi keadaan/masalah yang mungkin
timbul akan lebih mudah dilaksanakan seperti ;
a. Apakah masalah yang dihadapi diketahui dengan jelas?
b. Apakah keadaan yang dihadapi merupakan masalah sebenarnya?
c. Apakah sistem pelaporan di dalam organisasi sudah memungkinkan untuk prediksi
secara tepat?
3. Analisa Fakta dan Data
Fakta-fakta dan data yang telah terkumpul dengan baik diolah secara sistematis yang
akhirnya akan digunakan sebagai bahan untuk pengambilan keputusan. Analisa fakta dan
data perlu dihubungkan dengan serangkaian pertanyaan sebagai berikut :
a. Situasi yang bagaimanakah yang menimbulkan masalah?
b. Apa latar belakang dari masalah?
c. Apa pengaruh dan hubungan antara masalah yang dihadapi dengan tujuan, rencana
dan kebijakan organisasi?
d. Apa konsekuensi atas keputusan yang diambil?
e. Apakah pemecahan masalah sesuai dengan kapasitas organisasi?
f. Apakah waktu pengambilan tepat?
g. Siapa yang akan ditugaskan mengambil tindakan?
4. Penentuan Alternatif
Baik buruknya sesuatu keputusan yang diambil sangat tergantung atas kemampuan
menganalisa kekuatan dan kelemahan alternatif-alternatif yang dihadapi. Dalam usaha
menganalisa alternatif yang ada seseorang perlu memperhitungkan :
a. Siapa yang terlibat/dipengaruhi setiap alternatif ?
b. Tindakan apa yang diperlukan ?
c. Reaksi apa yang mungkin timbul ?
d. Dimana sumber reaksi tersebut ?
e. Interaksi apa yang diperlukan ?
5. Evaluasi
Setelah dilakukan implementasi maka diadakan penilaian atau evaluasi. Pelaksanaan
penilaian dapat diserahkan kepada pihak ketiga yang tidak terlibat langsung dalam proses
pengambilan keputusan untuk memperoleh tingkat obyektivitas setinggi mungkin. Untuk
proses evaluasi perlu diperhatikan mengenai tempat dan siapa yang bertanggung jawab serta
kapan hal tersebut dilaksanakan,

Proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan diatas adalah salah satu penyelesaian
yang dinamis. Penyebab umum gagalnya penyelesaian masalah adalah kurang tepat
mengidentifikasi masalah. Oleh karena itu identifikasi masalah adalah langkah yang paling
penting. Kualitas hasil tergantung pada keakuratan dalam mengidentifikasi masalah. Identifikasi
masalah dipengaruhi oleh informasi yang tersedia, nilai, sikap dan pengalaman pembuat
keputusan serta waktu penyelesaian masalah. Terutama waktu yang cukup untuk mengumpulkan
dan mengorganisir data.
Menurut Vestal tahun 1994 menjabarkan langkah-langkah menyelesaikan suatu konflik
meliputi:

1. Pengkajian

a. Analisis situasi

Identifikasi jenis konflik untuk menentukan waktu yang diperlukan dan memvalidasi
semua perkiraan melalui pengkajian lebih mendalam. Kemudian siapa yang terlibat dan
peran masing-masing. Tentukan jika situasinya dapat diubah.

b. Analisis dan mematikan isu yang berkembang

Tentukan masalah utama yang memerlukan suatu penyelesaian yang dimulai dari
masalah tersebut. Hindari penyelesaian semua masalah dalam satu waktu.

c. Menyusun tujuan

Jelaskan tujuan spesifik yang akan dicapai

2. Identifikasi

a. Mengelola perasaan

b. Hindari respons emosional: marah, sebab setiap orang mempunyai respons yang
berbeda terhadap kata-kata, ekspresi, dan tindakan.

3. Intervensi

a. Masuk pada konflik yang diyakini dapat diselesaikan dengan baik. Selanjutnya
identifikasi hasil yang positif yang akan terjadi.

b. Menyeleksi metode dalam menyelesaikan konflik. Penyelesaian konflik


memerlukan strategi yang berbeda-beda. Seleksi metode yang paling sesuai untuk
menyelesaikan konflik yang terjadi.
D. Kunci Langkah dalam Manajemen Konflik

1. Set the tone: kendalikan diri dan jangan ada ancaman.

2. Get the feeling: beri kesempatan untuk mengekspresikan perasaan.

3. Get the fact: mendengarkan dan mengamati dengan saksama.

4. Ask for help: beri kesempatan karyawan untuk mencari solusi yang terbaik dan gali
konsekuensi dari keputusan yang akan dibuat.

5. Get a commitment: komitmen dan pengorbanan.

6. Follow up: tindak lanjuti secara konsisten.

E. Strategi Penyelesaian Konflik


Nursalam tahun 2014 mengatakan strategi penyelesaian konflik dapat dibedakan menjadi
enam macam, yaitu:
1. Kompromi atau negosiasi
Suatu strategi penyelesaian konflik di mana semua yang terlibat saling menyadari dan
sepakat pada keinginan bersama. Penyelesaian strategi ini sering diartikan sebagai lose-
lose situation dimana kedua pihak yang terlibat saling menyerah dan menyepakati hal
yang telah dibuat. Di dalam manajemen keperawatan, strategi ini sering digunakan oleh
middle dan top manajer keperawatan.
2. Kompetisi
Strategi ini dapat diartikan sebagai win-lose situation. Penyelesaian ini menekankan
hanya ada satu orang atau kelompok yang menang tanpa mempertimbangkan yang kalah.
Akibat negatif dari strategi ini adalah kemarahan, putus asa, dan keinginan untuk
perbaikan di masa mendatang.
3. Akomodasi.
Istilah lain yang sering digunakan adalah cooperative situation. Konflik ini
berlawanan dengan kompetisi. Pada strategi ini, seseorang berusaha mengakomodasi
permasalahan, dan memberi kesempatan pada orang lain untuk menang. Pada strategi ini,
masalah utama yang terjadi sebenarnya tidak terselesaikan. Strategi ini biasanya
digunakan dalam politik untuk merebut kekuasaan dengan berbagai konsekuensinya.

4. Smoothing
Teknik ini merupakan penyelesaian konflik dengan cara mengurangi komponen
emosional dalam konflik. Individu yang terlibat dalam konflik berupaya mencapai
kebersamaan daripada perbedaan dengan penuh kesadaran dan introspeksi diri. Strategi
ini bisa diterapkan pada konflik yang ringan, tetapi tidak dapat dipergunakan pada
konflik yang besar, misalnya persaingan pelayanan/hasil produksi.
5. Menghindar
Semua yang terlibat dalam konflik, pada strategi ini menyadari tentang masalah yang
dihadapi, tetapi memilih untuk menghindar atau tidak menyelesaikan masalah. Strategi
ini biasanya dipilih bila ketidaksepakatan membahayakan kedua pihak, biaya
penyelesaian lebih besar daripada menghindar, atau perlu orang ketiga dalam
menyelesaikannya, atau jika masalah dapat terselesaikan dengan sendirinya.
6. Kolaborasi
Strategi ini merupakan strategi win-win solution. Dalam kolaborasi, kedua pihak yang
terlibat menentukan tujuan bersama dan bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan. Oleh
karena keduanya yakin akan tercapainya suatu tujuan yang telah ditetapkan. Strategi
kolaborasi tidak akan bisa berjalan bila kompetisi insentif sebagai bagian dari situasi
tersebut, kelompok yang terlibat tidak mempunyai kemampuan dalam menyelesaikan
masalah, dan tidak adanya kepercayaan dari kedua kelompok/seseorang (Bowditch dan
Buono, 1994).
F. Contoh Kasus
Sebagai seorang kepala ruang rawat inap bedah Anda mengadakan rapat rutin dengan
seluruh perawat. Dalam rapat anda mengagendakan kinerja perawat yang tidak baik. Hal ini
dipicu oleh adanya sikap Kepala ruangan yang otoriter menurut sebagian perawat, dan
perawat yang malas dalam bekerja.
G. Penyelesaian Masalah
kepala ruangan memiliki gaya kepemimpinan otoriter yang berarti kepemimpinan yang
berorientasi pada tugas/pekerjaan menggunakan kekuasaan posisi dan kekuatan dalam
memimpin. Seharusnya kepala ruangan tersebut memiliki gaya kepemimpinan suportif
(menurut Robert House) karena gaya kepemimpinan ini seorang pemimpin berusaha
mendekatkan diri kepada bawahan dan bersikap ramah kepada bawahan.
Dampak positif dari gaya kepemimpinan suportif yaitu perawat-perawat lain akan
mencontoh kepala ruangan dan akan berusaha untuk mencapai tujuan dengan seoptimal
mungkin. Jadi, dengan kepala ruangan tidak lagi bersikap otoriter maka perawat lainnya akan
semaksimal mungkin bekerjanya.
DAFTAR PUSTAKA
 
Bowditch, J.L., dan A.F. Buono. 1994. A Primer on Organizing Behavior. New York: Wiley.
Erwin, K. 1992. Managing Conflict: Nurse Manager. Journal NC. 23 (3: 67).
Littlefield, V.M. 1995. Conflict Resolution: Critical to Productive School of Nursing. Journal of
Professional Nursing. 11 (1: 7–15).
Marriner, A.T. 1995.  Nursing  Management and Leadership ( 5th ed), Mosby  St Louis, 
            Baltimore.
Marquis, B.L., dan C.J. Huston. 1998. Management Decision Making 124 Case Studies. Edisi 3.
New York: Lippincott-Raven.
Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional.
Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional.
Jakarta: Salemba Medika.
Siswanto, H.B. 2005. Pengantar Manajemen. Jakarta : Bumi Aksara.
Swansburg, A.C. 1996.  Management and Leadership for Nurse Managers.  Jones and Bartlett
Publishers International, London  England.
Vestal, K.W. 1994. Nursing Management: Control and Issues. Edisi 2. Philadelphia: J.B.
Lippincott.
Yanyan Bahtiar dan S. Suarli. 2002. Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan Praktis.
Jakarta :Erlangga

Anda mungkin juga menyukai