Anda di halaman 1dari 2

Program kelas industri merupakan program pengadaan kelas khusus dalam lingkungan sekolah.

Kelas ini
dikelola secara bersama antara sekolah dengan Industri. Dari model/sistem pengelolaan bersama
tersebut akan tercipta iklim belajar yang baru yang menjamin mutu pendidikan siswa. Program ini
disinyalir menjadi program yang paling optimal dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, karena
industri juga ikut dalam KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) di dalam kelas. Dari pernyataan di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa jika sekolah menginginkan adanya peningkatan pada mutu pendidikannya,
maka harus melakukan salah program kerjasama dengan industri melalui kelas industri. Namun, dewasa
ini tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh sekolah untuk membangun kerjasama dengan industri mulai
dari pra kerjasama sampai evaluasi kerjasama belum terpublish secara jelas dan otentik. Oleh karena itu,
penelitian ini dirancang untuk mengetahui (1) menjelaskan persiapan pelaksanaan membentuk kerja
sama kelas industri yang disepakati di SMK PGRI 3 Malang, (2) menjelaskan penyusunan dan model
kurikulum kelas industri yang digunakan di SMK PGRI 3 Malang, (3) menjelaskan persyaratan instruktur
atau guru yang ada di kelas industri SMK PGRI 3 Malang, (4) menjelaskan sistem pembelajaran yang
dilaksanakan pada kelas industri di SMK PGRI 3 Malang, dan (5) menjelaskan pelaksanaan uji kompetensi
pada kelas industri di SMK PGRI 3 Malang.

Penelitian ini dilaksanakan menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi kasus. Subjek
penelitian dipilih berdasarkan purposif sampling, yaitu (1) kepala bidang elektro, (2) kepala bidang
pemesinan, (3) kepala bidang otomotif, (4) guru kelas industri, dan (5) humas SMK PGRI 3 Malang.
Teknik pengambilan data menggunakan wawancara, dokumentasi dan observasi. Teknik analisis data
dalam penelitian ini menggunakan triangulasi (triangulation) dari segi sumber data dan metode
pengambilan data.

Hasil penelitian diketahui bahwa (1) langkah awal yang dilakukan SMK PGRI 3 Malang untuk membentuk
kerjasama kelas industri adalah dengan mengirim siswanya untuk prakerin di industri. Setelah prakerin
berjalan ± 3 tahun,maka langkah selanjutnya adalah melakukan perekrutan. Perekrutan oleh industri
membuahkan hal baik ketika kualitas lulusan SMK PGRI 3 Malang. Langkah selanjutnya adalah dengan
melakukan pendekatan dengan cara mengirim proposal kerjasama kelas industri, (2) model kurikulum
yang digunakan di kelas industri dan telah disepakati oleh industri maupun sekolah adalah model
kurikulum sinkronisasi atau yang umum disebut dengan kurikulum implementatif. Urutan pembentukan
kuriukulum ini yang pertama adalah dengan melakukan persiapan bersama antara industri dan sekolah
dibantu dengan pihak-pihak terkait untuk merumuskan kurikulum implementatif. Hal-hal yang dilakukan
dalam persiapan itu adalah mendiskusikan bersama pertimbangan-pertimbangan dari sekolah maupun
industri untuk pembentukan kurikulum implementatif, (3) instruktur atau guru yang ditekankan dapat
mengajar di kelas industri adalah guru yang sudah pernah mengikuti pelatihan di industri dan lulus
pelatihan tersebut. Urutan penyiapan guru kelas industri yang pertama dimulai dari seleksi untuk guru
yang dilakukan oleh sekolah. Seleksi dan pemilihan yang dilakukan sekolah mengacu pada penilaian
tahunan yang dilakukan sekolah. Setelah didapatkan guru-guru yang memiliki nilai terbaik, maka guru-
guru tersebut berhak diikutkan pelatihan di industri secara langsung, (4) kelas industri dan kelas reguler
memiliki perbedaan dalam muatan kurikulumnya. Hal itu juga menyebabkan sistem pembelajaran
antara kedua kelas memiliki perbedaan. Perbedaan sistem pembelajaran terletak di waktu dan model
pembelajarannya. Kelas industri memiliki waktu jam belajar yang lebih banyak dari kelas reguler. Model
pembelajaran di kelas industri dominan pelaksanaan praktik karena siswa dalam kelas industri juga
dituntut untuk mengusai kompetensi yang dibutuhkan industri terkait, dan (5) model pelaksanaan uji
kompetensi yang diterapkan di SMK PGRI 3 Malang sangat terencana dan terstruktur. Model
pelaksanaan uji kompetensi dimulai dengan pembentukan kepanitian yang mengurusi masalah nilai,
penguji, soal, dan sarpras. Kepanitiaan yang dibentuk juga melakukan koordinasi dengan industri untuk
melakukan persiapan terkait teknis pelaksanaan uji kompetensi. Di saat yang bersamaan, kepanitiaan ini
juga mengurusi administrasi siswa yang akan melakukan ujian kompetensi.

Saran yang diberikan oleh penulis yaitu (1) SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) yang belum
melaksanakan kebijakan link and match disarankan untuk segera melaksanakannya dengan melakukan
kerjasama dengan industri khususnya dalam kerjasama kelas industri. Hasil penelitian ini dapat dijadikan
acuan untuk membangun kerjasama kelas industri mulai dari awal, (2) industri-industri disarankan untuk
lebih kooperatif dengan membuka peluang yang lebih lebar untuk SMK yang akan memulai kerjasama
kelas industri. Karena industri juga memiliki kewajiban dalam membangun kualitas pendidikan
daerahnya. Hasil penelitian yang ini juga bisa dijadikan pertimbangan dalam melakukan kerjasama kelas
industri dengan SMK, (3) pemerintah disarankan untuk lebih giat lagi dalam melakukan sosialisasi pada
SMK untuk membentuk kerjasama dengan industri terutama kerjasama kelas industri. Hasil penelitian
ini dapat dijadikan bahan sosisalisasi yang diberikan ke SMK di Indonesia yang belum dan akan menjajaki
kerjasama dengan industri untuk membentuk kelas industri. Pemerintah juga disarankan lebih
kooperatif lagi dalam membantu SMK yang akan membentuk kerjasama dengan industri, kekooperatifan
Pemerintah dapat ditunjukkan dengan memberikan pelayanan yang baik dan dukungan yang maksimal
pada SMK yang akan menjajaki kerjasama dengan industri, (4) Universitas Negeri Malang juga
disarankan tetap istiqomah dalam melakukan penelitian-penelitian yang sejenis untuk menciptakan
iklim pembelajaran kelas yang terpadu dan terintegrasi. Universitas Negeri Malang juga disarankan
untuk tetap memonitor perkembangan pendidikan di Indonesia khusunya pendidikan di SMK, (5)
mahasiswa disarankan untuk lebih memperdalam pembahasan sub penelitian dalam penelitian ini untuk
dengan menjadikannya penelitian tunggal. Hal itu dimaksudkan untuk lebih mendapatkan informasi
yang lengkap dan konkrit terkait model pelaksanaan kerjasama sekolah dan industri khususnya dalam
kerjasama kelas industri.

Anda mungkin juga menyukai