Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Rendahnya pola makan sayur dan buah pada usia remaja merupakan
salah satu fenomena yang terjadi hampir di seluruh negara di dunia. Di Amerika
serikat misalnya, pada tahun 1994-1996, sekitar 95.0% remaja tidak
mengkonsumsi sayur dan buah sesuai dengan anjuran (Gleason P, Suitor C,
2001).
Data Riskesdas 2013 melaporkan bahwa perilaku konsumsi sayur dan
buah di Indonesia, khususnya remaja adalah 93.5% remaja umur >10 tahun
kurang mengonsumsi sayur dan buah. Secara nasional tidak terjadi perubahan
yang berarti antara data Riskesdas 2007 dan 2013, dimana pada Riskesdas
2007 proporsi penduduk yang kurang mengkonsumsi sayur dan buah adalah
93,6 %. Kondisi ini sejalan dengan temuan hasil Survei Konsumsi Makanan
Individu (SKMI) dalam Studi Diet Total (SDT) 2014 bahwa konsumsi penduduk
terhadap sayur dan olahannya serta buah dan olahannya masih rendah.
Sedangkan di Provinsi Sumatera Barat berdasarkan data Riskesda 2013
perilaku konsumsi sayur dan buah sangat mengkhawatirkan, dimana ditemukan
sebanyak 98% penduduk tidak mengkonsumsi sayur dan buah sesuai anjuran.
Secara nasional Provinsi Sumatera Barat berada pada urutan keempat daerah
dengan konsumsi sayur dan buah terendah di bawah Provinsi Kalimantan
Selatan, Riau dan Sulawesi Barat.
Konsumsi sayur dan buah merupakan bagian penting dari pola makan
yang sehat dan seimbang. Sayur dan buah kaya dengan antioksidan,
mengandung serat pangan, vitamin, air dan mineral yang penting untuk
menunjang kesehatan seperti membantu pembentukan energi, mempertahankan
fungsi organ-organ tubuh, menjaga kesehatan kulit, mata, tulang, gigi dan
jaringan tubuh lainnya. Manfaat konsumsi sayur dan buah secara umum adalah
untuk pemenuhan vitamin dan mineral, serta mengurangi percepatan
peningkatan berat badan. Konsumsi sayur dan buah menyebabkan durasi
makanan dalam system pencernaan menjadi lebih lama. Makanan lebih lama
dalam system pencernaan menyebabkan durasi waktu makan normal. Risiko
kelebihan asupan zat gizi makro diperkecil menyebabkan risiko kelebihan berat
badan menjadi rendah.
Konsumsi sayur dan buah yang belum memadai berpengaruh terhadap
suplai vitamin, mineral serta serat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Masih
tingginya masalah gizi di masyarakat diduga berkaitan dengan pola konsumsi

1
makanan di masyarakat yang belum sesuai dengan lifestyle dan gaya hidup
sehat pada berbagai kelompok umur, terutama pola makan dalam konteks gizi
seimbang. Saat ini Indonesia berada dalam transisi epidemiologi, di satu sisi
masih mengalami masalah kekurangan gizi, namun di sisi lain terjadi kegemukan
dan peningkatan prevalensi penyakit tidak menular terkait gizi seperti diabetes
mellitus, hypertensi, jantung koroner, stroke.
Pengaruh teman sebaya sangat kuat selama masa remaja, pendidikan
sebaya (peer education) merupakan salah satu metode yang cukup efektif untuk
merubah perilaku dan pemahaman seorang remaja, dalam pendidikan sebaya,
remaja yang memiliki pola makan sayur dan buah yang baik diminta
kesediaannya untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan kepada teman-
teman sebayanya menggunakan layanan media sosial dibawah pengawasan
supervisor, sehingga terjadi perpindahan pengetahuan, sikap dan tindakan
dengan baik dan efektif.
Dewasa ini, penetrasi gadget yang begitu deras telah melahirkan generasi
digital native dengan terjadinya perubahan paradigma dari era terdahulu, dimana
gadget dapat dijadikan jembatan untuk mengumpulkan informasi sebanyak-
banyaknya dan dari siapa saja karena gadget dapat mengakses jaringan
internet. Tahun 2014, Kementrian Komunikasi dan Informatika yang bekerja
sama dengan UNICEF (dalam Gatot Dewa Broto, 2014) mencatat bahwa
pengguna internet di Indonesia naik menjadi 82 juta pelanggan. Dari jumlah
keseluruhan pengguna internet di Indonesia, 30 juta penggunanya adalah anak-
anak dan remaja berusia 10-19 tahun. Salah satu layanan yang disediakan
internet adalah layanan komunikasi langsung (email, chat). Layanan internet ini
menjadi dasar munculnya berbagai situs jejaring sosial mulai dari Friendster
yang terkenal di era 2000an, lalu Facebook, Twitter, Instagram, WhatsApp, Line,
Blackberry Messenger dan media sosial lainnya. Media sosial tersebut banyak
digunakan oleh berbagai kalangan masyarakat terutama Facebook, BBM,
Instagram, dan Twitter serta WhatsApp. Jika siswa mampu menggunakan
layanan media sosial untuk hal-hal positif, maka hubungan antar teman sebaya
akan semakin erat. Sikap saling tolong menolong juga akan tercipta karena
siswa saling membantu jika ada teman yang kesusahan.

B. PERUMUSAN MASALAH
Apakah peer education (pendidikan teman sebaya) melalui pemenfaatan
layanan media sosial dapat meningkatkan konsumsi sayur dan buah pada
remaja di SMA Negeri 3 Padang ?

2
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh peer education (pendidikan teman sebaya)
menggunakan media sosial terhadap peningkatan konsumsi sayur dan
buah pada remaja di SMA Negeri 3 Padang
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui deskripsi konsumasi sayur dan buah pada remaja SMA sebelum
dan sesudah dilakukan peer education
b. Diketahui deskripsi karakteristik sampel remaja SMA
c. Diketahui deskripsi pola makan sayur buah pada remaja SMA
d. Diketahui perbedaan konsumsi sayur dan buah sebelum dan sesudah
dilaksanakan peer education
D. Manfaat Penelitian
1. Hasil riset dapat dijadikan model bagi sekolah dalam meningkatkan minat
remaja dalam mengkonsumsi sayur dan buah, sehingga dengan
pengaruh peer group, remaja di sekolah paham akan pentingnya
konsumsi sayur dan buah untuk mereka terapkan dalam lingkungan
keluarga dan masyarakat.
2. Hasil riset dapat menjadi acuan bagi peneliti lainnya dalam
mengembangkan program gerakan masyarakat hidup sehat terutama
dalam menggalakkan konsumsi sayur dan buah.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Buah dan Sayur

1. Pengertian Buah dan Sayur


Buah dan sayur merupakan kelompok bahan makanan dari bahan nabati
(tumbuh-tumbuhan). Buah adalah bagian dari tanaman yang 11 strukturnya
mengelilingi biji dimana struktur tersebut berasal dari indung telur atau sebagai
fundamen (bagian) dari bunga itu sendiri. Sedangkan sayur adalah bahan
makanan yang berasal dari tumbuhan. Bagian tumbuhan yang dapat dibuat
sayur antara lain daun (sebagian besar sayur adalah daun), batang (wortel
adalah umbi batang), bunga (jantung pisang), buah muda (labu), sehingga dapat
dikatakan bahwa semua bagian tumbuhan dapat dijadikan bahan makanan
sayur
Sebagai Negara tropis, Indonesia sangat kaya akan buah dan sayur. Oleh
karena itu, patut disayangkan jika konsumsi buah dan sayur masyarakat masih
relatif rendah dibandingkan Negara lain yang bukan penghasil buah dan sayur
(Astawan,2008).
2. Penggolongan Buah dan Sayur
a. Penggolongan Buah
Menurut Astawan (2008), berdasarkan ketersediaan di pasar, buah-buahan
dapat dibedakan menjadi:
a. Buah bersifat musiman seperti durian, mangga, rambutan dan lain-
lain.
b. Buah tidak musiman seperti pisang, nanas, alpukat, papaya,
semangka danlain-lain.
Sedangkan berdasarkan prioritas pengembangan, Astawan (2008) membagi
buah-buahan menjadi:
1) Buah prioritas nasional yang meliputi jeruk, mangga, rambutan,
durian dan pisang.
2) Buah prioritas daerah yang meliputi manggis, duku, leci, lengkeng,
salak dan markisa.
a. Penggolongan Sayur
Menurut Astawan (2008), berdasarkan bagian tanaman yang dapat dimakan,
sayuran dibedakan menjadi:
1) Sayuran daun seperti kangkung, sawi, katuk dan bayam.
2) Sayuran bunga seperti brokoli dan kembang kol.
3) Sayuran buah seperti terong, cabe, ketimun dan tomat.

4
4) Sayuran biji muda seperti asparagus dan rebung.
5) Sayuran akar seperti wortel dan lobak.
6) Sayuran umbi keperti kentang dan bawang.
3. Kandungan Gizi dan Manfaat Buah dan Sayur
Buah dan sayur merupakan sumber serat, vitamin A, vitamin C, vitamin B
khususnya asam folat, berbagai mineral seperti magnesium, kalium, kalsium dan
Fe, namun tidak mengandung lemak maupun kolesterol. Setiap buah dan sayur
mempunyai kandungan vitamin dan mineral yang berbeda. Misalnya belimbing,
durian, jambu, jeruk, mangga, melon, papaya, rambutan, sawo dan sirsak
merupakan contoh buah yang mengandung vitamin C relatif tinggi dibandingkan
buah lainnya. Sedangkan jambu biji, merah garut, mangga matang, pisang raja
dan nangka merupakan sumber provitamin A yang sangat tinggi (Astawan,
2008). Menurut Sekarindah (2008), kandungan vitamin dan mineral pada buah
dan sayur memang berbeda-beda, tidak saja diantara berbagai spesies dan
varietas, namun juga di dalam varietas sendiri yang tumbuh pada kondisi
lingkungan yang berbeda, iklim, macam tanah dan pupuk, semuanya
berpengaruh terhadap kandungan vitamin dan mineral dalam produk buah dan
sayur yang dihasilkan.
Menurut Khomsan, dkk (2008), buah dan sayur mempunyai banyak manfaat
bagi kesehatan. Ada dua alasan utama yang membuat konsumsi buah dan sayur
penting untuk kesehatan, yaitu:
a. Buah dan sayur sangat kaya akan kandungan vitamin, mineral dan zat
gizi lainnya yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Tanpa mengonsumsi
buah dan sayur, maka kebutuhan gizi seperti vitamin C, vitamin A,
potassium dan folat kurang terpenuhi. Oleh karena itu, buah dan sayur
merupakan sumber makanan yang baik dan menyehatkan.
b. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi tinggi
buah dan sayur dapat menurunkan insiden terkena penyakit kronis.
Salah satu studi epidemiologi yang mengkaji secara umum terhadap perilaku
sekelompok masyarakat menunjukkan bahwa masyarakat Cina, Jepang dan
Korea lebih sedikit terkena kanker dan penyakit jantung koroner dibandingkan
masyarakat Eropa dan Amerika. Hal ini disebabkan karena masyarakat Korea,
Jepang dan Cina dikenal sangat suka mengonsumsi sayuran dan buah-buahan,
lebih banyak dari Negara Eropa dan Amerika. Buah-buahan dan sayuran segar
juga mengandung enzim aktif yang dapat mempercepat reaksi-reaksi kimia di
dalam tubuh. Komponen gizi dan komponen aktif non-nutrisi yang terkandung
dalam buah dan sayur berguna sebagai antioksidan untuk menetralkan radikal
bebas, anti kanker dan menetralkan kolesterol jahat. Selain itu, dalam sayuran

5
dan buah terdapat dua jenis serat yang bermanfaat bagi kesehatan pencernaan
dan mikroflora usus, yaitu serat larut air dan tidak larut air. Serat larut air dapat
memperbaiki performa mikroflora usus sehingga jumlah bakteri baik dapat
tumbuh dengan sempurna. Sedangkan, serat tidak larut air akan menghambat
pertumbuhan bakteri jahat sebagai pencetus berbagai macam penyakit
(Khomsan, dkk, 2008).
4. Dampak Kurang Konsumsi Buah dan Sayur
Beberapa dampak apabila seseorang kurang konsumsi buah dan sayur menurut
Ruwaidah (2007), antara lain:
a. Meningkatkan Kolesterol Darah
Jika tubuh kurang konsumsi buah dan sayur yang kaya akan serat, maka
dapat mengakibatkan tubuh kelebihan kolesterol darah, karena kandungan
serat dalam buah dan sayur mampu menjerat lemak dalam usus, sehingga
mencegah penyerapan lemak oleh tubuh. Dengan demikian, serat membantu
mengurangi kadar kolesterol dalam darah. Serat tidak larut (lignin) dan serat
larut (pectin, β-glucans) mempunyai efek mengikat zat-zat organik seperti
asam empedu dan kolesterol sehingga menurunkan jumlah asam lemak di
dalam saluran pencernaan. Pengikatan empedu oleh serat juga
menyebabkan asam empedu keluar dari siklus enterohepatic, karena asam
empedu yang disekresi ke usus tidak dapat diabsorpsi, tetapi terbuang ke
dalam feses. Penurunan jumlah asam empedu menyebabkan hepar harus
menggunakan kolesterol sebagai bahan untuk membentuk asam empedu.
Hal inilah yang menyebabkan serat dapat menurunkan kadar kolesterol
(Nainggolan dan Adimunca, 2005). Jika konsumsi serat kurang, maka proses
tersebut tidak terjadi dan akan menyebabkan kolesterol darah meningkat.
b. Gangguan Penglihatan/Mata
Gangguan pada mata dapat diakibatkan karena tubuh kekurangan gizi yang
berupa betakaroten. Gangguan mata dapat diatasi dengan banyak
mengonsumsi wortel, selada air, dan buah-buahan lainnya (Ruwaidah, 2007).
Kandungan vitamin A dalam buah dan sayur penting untuk pertumbuhan,
penglihatan dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit dan
infeksi. Vitamin A berfungsi dalam penglihatan normal pada cahaya remang.
Kecepatan mata beradapatasi setelah terkena cahaya terang berhubungan
langsung dengan vitamin A yang tersedia di dalam darah untuk membentuk
rodopsin yang membantu proses melihat (Ruwaidah, 2007).
c. Menurunkan Kekebalan Tubuh
Buah dan sayur sangat kaya dengan kandungan vitamin C yang merupakan
antioksidan kuat dan pengikat radikal bebas. Vitamin C juga meningkatkan

6
kerja sistem imunitas sehingga mampu mencegah berbagai penyakit infeksi
bahkan dapat menghancurkan sel kanker (Silalahi, 2006). Jika tubuh
kekurangan asupan buah dan sayur, maka imunitas/kekebalan tubuh akan
menurun.
d. Meningkatkan Risiko Kegemukan
Kurang konsumsi buah dan sayur dapat meningkatkan risiko kegemukan dan
diabetes pada seseorang (WHO, 2003). Buah berperan sebagai sumber
vitamin dan mineral yang penting dalam proses pertumbuhan. Buah juga bisa
menjadi 17 alternatif cemilan (snack) yang sehat dibandingkan dengan
makanan jajanan lainnya, karena gula yang terdapat dalam buah tidak
membuat seseorang menjadi gemuk namun dapat memberikan energi yang
cukup (Khomsan, dkk, 2009). Sayuran juga merupakan sumber vitamin dan
mineral yang sangat bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan
individu. Seseorang yang mengonsumsi cukup sayuran dengan jenis yang
bervariasi akan mendapatkan kecukupan sebagian besar mkineral mikro dan
serat yang dapat mencegah terjadinya kegemukan. Selain itu, sayuran juga
berperan dalam upaya pencegahan penyakit degeneratif seperti PJK
(Penyakit Jantung Koroner), kanker, diabetes dan obesitas (Khomsan, dkk,
2009).
e. Meningkatkan Risiko Kanker Kolon
Diet tinggi lemak dan rendah serat (buah dan sayur) dapat meningkatkan
risiko kanker kolon. Penelitian epidemiologis menunjukkan perbedaan insiden
kanker kolorektal di Negara maju seperti Amerika, Eropa dan di Negara
berkembang seperti Asia dan Afrika. Hal itu dikarenakan perbedaan jenis
makanan di Negara maju dan Negara berkembang tersebut, dimana
masyarakat di Negara maju lebih banyak mengonsumsi lemak dari pada di
Negara berkembang (Puspitasari, 2006). Serat dapat menekan risiko kanker
karena serat makanan diketahui memperlambat penyerapan dan pencernaan
karbohidrat, juga membatasi insulin yang dilepas ke pembuluh darah. Terlalu
banyak insulin (hormon pengatur kadar gula darah) akan menghasilkan
protein dalam darah yang menambah risiko munculnya kanker, yang disebut
insulin growth faktor (IGF). Serat dapat melekat pada partikel penyebab
kanker lalu membawanya keluar dari dalam tubuh (Puspitasari, 2006).
f. Meningkatkan Risiko Sembelit (Konstipasi)
Konsumsi serat makanan dari buah dan sayur, khususnya serat tak larut (tak
dapat dicerna dan tak larut air) menghasilkan tinja yang lunak. Sehingga
diperlukan kontraksi otot minimal untuk mengeluarkan feses dengan lancar.
Sehingga mengurangi konstipasi (sulit buang air besar). Diet tinggi serat juga

7
dimaksudkan untuk merangsang gerakan peristaltik usus agar defekasi
(pembuangan tinja) dapat berjalan normal. Kekurangan serat akan
menyebabkan tinja mengeras sehingga memerlukan kontraksi otot yang
besar untuk mengeluarkannya atau perlu mengejan lebih kuat. Hal inilah
yang sering menyebabkan konstipasi. Oleh karena itu, diperlukan konsumsi
serat yang cukup khususnya yang berasal dari buah dan sayur (Puspitasari,
2006).
5. Kecukupan Konsumsi Buah dan Sayur yang Dianjurkan
Menurut Pedoman Gizi Seimbang (2014), bagi anak balita dan anak usia
sekolah dianjurkan untuk mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan
sebanyak 300-400 gram yang terdiri dari 250 gram sayur (setara dengan 2,5
porsi atau 2,5 gelas sayur setelah dimasak dan ditiriskan) dan 150 gram
buah (setara dengan 3 buah pisang ambon ukuran sedang atau 1,5 potong
pepaya ukuran sedang atau 3 buah jeruk ukuran sedang). Sedangkan
organisasi pangan dan pertanian dunia Food and Agriculture Organization
(FAO), merekomendasikan warga dunia untuk makan sayur dan buah secara
teratur sebanyak 75 kg/kapita/tahun, begitupun dengan WHO
merekomendasikan agar konsumsi sayur dan buah sebanyak 400 gram
setiap hari.
6. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Buah dan Sayur
Menurut Lastariwati dan Ratnaningsih (2006) dalam Dilapanga (2008),
menyatakan bahwa konsumsi makanan dan minuman dipengaruhi oleh 2
faktor utama yaitu :
a. Faktor intrinsik yang terdiri dari: umur dan jenis kelamin.
b. Faktor ekstrinsik yang terdiri dari: tingkat ekonomi, pekerjaan, pendidikan,
pengalaman, iklan, lingkungan sosial dan kebudayaan.
Perilaku konsumsi dan pemilihan makanan pada seseorang sangat kompleks
dan dipengaruhi oleh berbagai interaksi faktor. Beberapa faktor diatas
merupakan faktor yang diduga berhubungan dengan perilaku konsumsi buah
dan sayur di Indonesia. Penjelasan dari masing-masing variabel tersebut,
yaitu:
a. Umur
Berdasarkan penelitian NHANES dari tahun 2001-2006 dalam Bahria (2009)
ditemukan bahwa umur tidak berhubungan secara signifikan dengan perilaku
konsumsi buah dan sayur. Dalam penelitian ini diketahui bahwa antara orang
Amerika yang berumur ≥40 tahun hanya 42% yang memenuhi rekomendasi
minimum mengonsumsi 5 porsi buah dan sayur per hari, sedangkan

8
penduduk umur < 40 tahun sebesar 45% yang berperilaku cukup konsumsi
buah dan sayur.
b. Jenis Kelamin
Menurut Depkes (2008), jenis kelamin adalah perbedaan seks yang didapat
sejak lahir yang dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin
menentukan besar kecilnya kebutuhan gizi bagi seseorang karena
pertumbuhan dan perkembangan individu sangat berbeda antara laki-laki dan
perempuan. Dalam keluarga biasanya anak laki-laki mendapat prioritas yang
lebih tinggi dalam distribusi makanan dari pada anak perempuan.
c. Tingkat Ekonomi Keluarga
Mayoritas masyarakat yang konsumsi makannya kurang optimal tertutama
yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi rendah. Karena keluarga
dengan pendapatan terbatas, besar kemungkinan kurang dapat memenuhi
kebutuhan makanannya sejumlah yang diperlukan tubuh. Setidaknya
keanekaragaman bahan makanan kurang terjamin, karena dengan uang
terbatas itu tidak akan banyak pilihan (Suhardjo, 2006). Dalam penelitian
Zenk (2005) ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
tingkat ekonomi dan perilaku konsumsi individu, yaitu seseorang yang
memiliki pendapatan dan status ekonomi tinggi cenderung akan
mengkonsumsi buah dan sayur lebih banyak. Pada penelitian Mac Farlane
(2007) ditemukan bahwa masyarakat yang status ekonominya tinggi selalu
tersedia sayuran saat makan malam dan buah di rumah. Kemudian dalam
penelitian Utsman (2009), berdasarkan uji statistik ditemukan bahwa tingkat
ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku konsumsi. Hal ini
menunjukkan orang yang memiliki daya beli yang baik maka bisa memenuhi
kebutuhannya terhadap bahan makanan.
d. Pekerjaan Orangtua
Menurut Depkes (2008), pekerjaan adalah jenis kegiatan yang menggunakan
waktu terbanyak atau yang memberikan penghasilan terbesar. Sedangkan
menurut Arikunto (2002) dalam Bahria (2009), pekerjaan adalah aktivitas
yang dilakukan seseorang setiap hari dalam kehidupan untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Pekerjaan berhubungan langsung dengan tingkat
pendapatan. Selain itu, pekerjaan juga dapat berpengaruh terhadap besar-
kecilnya perhatian seseorang terhadap makanan yang akan dikonsumsinya.
Jika seseorang terlalu sibuk bekerja, seringkali ia lalai dalam memenuhi
kebutuhan gizinya dan lebih memilih mengonsumsi makanan cepat saji.
Dalam penelitian Wulansari (2009), ditemukan bahwa pekerjaan tidak
berhubungan secara signifikan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur

9
individu. Hal ini berarti konsumsi buah dan sayur tidak terlalu dipengaruhi
oleh status pekerjaan, dan diduga terdapat factor lain yang berhubungan
dengan perilaku konsumsi buah dan sayur.
e. Pendidikan Orangtua
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap kualitas bahan makanan
yang dikonsumsi. semakin tinggi tingkat pendidikan, maka akan semakin
positif sikap seseorang terhadap gizi makanan sehingga semakin baik pula
konsumsi bahan makanan sayur dan buah dalam keluarga (Zulaeha, 2006).
Dalam penelitian Zenk (2005) dan Roos (2001) ditemukan bahwa pendidikan
berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur,
yaitu seseorang yang memiliki pendidikan lebih tinggi cenderung akan
mengonsumsi buah dan sayur lebih banyak.
f. Pengalaman Individu
Dalam perjalanan hidup manusia, terjadi berbagai macam pengalaman, salah
satunya adalah pengalaman dalam mengonsumsi makanan. Seseorang tentu
memiliki penilaian tersendiri terhadap jenis makanan tertentu, ada yang suka
dan tidak suka/pantang mengonsumsi makanan tertentu dengan alasan yang
bermacam-macam, seperti seseorang tidak mau mengonsumsi makanan
tertentu karena berdasarkan pengalaman pribadi bahwa makanan tersebut
menimbulkan alergi atau memiliki rasa yang kerang enak dan lain-lain
(Suhardjo, 2006).
g. Iklan/Media Massa
Menurut Fisher dan Diane (2003) dalam Bahria (2009), media bisa
berpengaruh positif maupun negatif dalam mempromosikan berbagai macam
informasi. Perkembangan teknologi dan media massa juga mempunyai peran
dalam mempromosikan pemilihan makanan. Media massa sebagai salah
satu sarana komunikasi berpengaruh besar membentuk opini dan
kepercayaan seseorang. Dalam penyampaian informasi, media massa
membawa pesan dan sugesti yang mengarahkan opini seseorang. (Suhardjo,
2006), dalam penelitian Srimaryani (2010), ditemukan bahwa iklan/media
massa tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku konsumsi
individu.
h. Sosial-Ekonomi-Politik
Sistem sosial-ekonomi-politik dalam suatu Negara merupakan salah satu
penyebab yang mendasar yang mempengaruhi perilaku konsumsi di
masyarakat. Negara dengan sistem sosial, ekonomi dan politik yang baik,
maka jumlah ketersediaan pangan akan tercukupi, namun jika Negara
tersebut memiliki masalah dalam sistem sosial, ekonomi dan politik, maka

10
ketersediaan pangan bagi masyarakat akan mengalami gangguan bahkan
kekurangan pangan yang dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan
(Suhardjo, 2006). Sedangkan menurut teori Lawrence Green (1980) dalam
Notoatmodjo (2010), Green mencoba menganalisis perilaku manusia
berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi
oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar
perilaku (non behavior causes). Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh
:
a. Faktor predisposisi (predisposing factors), faktor mempermudah atau
mempredesposisi terjadi perilaku meliputi pendidikan anak,
pengetahuan gizi anak
b. Faktor pemungkin (enabling factor), faktor-faktor pemungkin atau
memfasilitasi perilaku yang mencakup ketersediaan buah dan sayur
c. Faktor penguat (reinforcement factor), faktor-faktor penguat yang
mendorong terjadinya perilaku meliputi pekerjaan orangtua,
pengetahuan orangtua, pendapatan perkapita, jumlah anggota
keluarga, pengaruh teman sebaya.

B. Peer Education

1. Pengertian
Peer Education atau pendidikan sebaya, merupakan sistem penyampaian
edukasi melalui pendidikan teman sebaya. Sedangkan peer educator (PE) atau
pendidik sebaya adalah seseorang yang mewakili sekolah atau kelompoknya
yang mempunyai komitmen dan telah mendapat pelatihan untuk memberikan
informasi tentang suatu topik kepada teman sebaya atau Kelompok Dampingan
(KD) secara kontiniu dan bersifat sukarela untuk menanamkan pendidikan
secara tepat. Pendidik sebaya atau peer educator adalah suatu prinsip yang
bekerja menurut dasar dari remaja, untuk remaja, dan oleh remaja. Umumnya
akan lebih terbuka dan bebas berbicara mengenai permasalahannya dengan
teman-teman yang seusia. Metode ini secara sederhana menggunakan teman
sebaya/seusia sebagai konselor/pendidik untuk membantu teman lainnya agar
dapat mengambil keputusan sendiri atas permasalahan yang dihadapinya.
2. Tujuan Peer Education
Peer education dikembangkan dengan tujuan :
a. Mempermudah penyampaian informasi,
b. Mempermudah penjangkauan dengan Kelompok Dampingan (KD),

11
c. Mempersiapkan Kelompok Dampingan (KD) untuk mandiri sebagai
penerus program secara mandiri,
d. PE dari kelompok sendiri lebih dipercaya oleh kelompok tersebut,
e. Mempercepat penyampaian informasi karena mempunyai kesamaan
bahasa,
f. Mempercepat sosialisasi dan penerimaan program,
g. Mempunyai waktu lebih banyak/fleksibilitas waktu dalam mendampingi
Kelompok Dampingan (KD),
h. PE dapat menjadi panutan awal ke arah perubahan perilaku,
i. PE dapat menjaga media KIE yang di pasang,
j. Menjadi perpanjangan tangan, mata dan telinga Petugas Outreach.
Peer education memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan
metode pendidikian lainnya, antara lain :
1. Akses untuk masuk lebih mudah,
2. Memperluas jangkauan intervensi,
3. Berasal dari kelompok sesama sehingga ikatan psikologisnya lebih besar,
4. Jangkauan penyebaran informasi lebih cepat dan luas,
5. Memberi pengalaman positif bagi KD, misal rasa percaya diri,
6. Membantu PO di lapangan,
7. Kemampuan melihat permasalahan lebih dalam
8. Ide mengembangkan program outreach lebih baik.
Seorang peer educator dalam menjalankan tugasnya memiliki tanggung jawab
agar proses kegiatan berjalan baik dan output kegiatan yang diinginkan dapat
dicapai, tanggung jawab peer educator meliputi :
1. Membuat laporan PE setiap kali melaksanakan tugas ke-PE-an,
2. Melakukan outreach dan monitoring,
3. Mengikuti kegiatan peningkatan kemampuan SDM,
4. Mengikuti kegiatan-kegiatan di kantor Lembaga,
5. Sebagai pelaksana kegiatan kelompok
Keberhasilan PE dapat dilihat dari uotput yang dihasilkan setelah berjalannya
peer education selama jangka waktu yang ditetapkan, indikatornya adalah :
1. Informasi cepat sampai,
2. Relatif mudah untuk menjangkau KD dalam penyampaian informasi,
3. Memberi masukan-masukan untuk program,
4. PE mampu melaksanakan perannya secara mandiri,
5. Pengetahuan dan sikap KD meningkat.

12
Kegiatan peer education perlu dievalusi untuk melihat keberhasilan serta
permasalahan-permasalahan yang terjadi selama berlangsungnya mpeer
education. Evaluasi dapat dilakukan melalui :
1. Terbentuknya kelompok diskusi baru,
2. Meningkatnya frekuensi pertemuan KD,
3. FGD (fokus group discusion) pada KD yang sudah didampinggi oleh PE
(pengetahuan, sikap dan keterampilan),
4. Pertemuan rutin bagi PE untuk melihat masalah-masalah PE dalam rutinitas,
5. Kegiatan yang dilakukan PE,
6. Pengetahuan KD yang didampingi oleh PE,
7. Dilihat keaktifan PE dalam kegiatan di organisasi yang inovatif dan produktif.

13
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian pre eksperimen dengan rancangan one group
pretest-postest design. Dengan rancangan ini dapat diperoleh informasi
perbedaan perilaku konsumsi sayur dan buah sebelum dan sesudah dilakukan
kegiatan peer education.
O1 x 02
Pretest Treatment Posttest
B. Waktu dan Tempat
Penelitian akan dilakukan pada bulan September-Oktober 2018 bertempat di
SMA Negeri 3 Padang. Pemilihan SMA Negeri 3 Padang didasarkan kepada
pertimbangan bahwa sekolah tersebut adalah salah satu sekolah favorit di Kota
Padang, sehingga diasumsikan bahwa siswa yang belajar di sekolah tersebut
memiliki input yang cukup baik dalam menyerap informasi yang disampaikan
dalam kelompok sebaya (peer group).
C. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah siswa SMA Negeri 3 Padang kelas 1 dan kelas 2.
Sampel yang diambil adalah remaja putri yang tergabung dalam suatu kelompok
teman sebaya (peer group) yang ditentukan secara purposive. Pemilihan remaja
putri didasarkan kepada pertimbangan bahwa peer group pada remaja putri
memiliki kedekatan secara emosional dan jarak tempat tinggal yang relatif saling
berdekatan atau mudah berkomunikasi secara langsung diluar sekolah.
Langkah-langkah penetapan sampel adalah :
1. Mengidentifikasi peer group yang ada pada kelas 1 dan kelas 2, dengan
bantuan pengurus OSIS
2. Menentukan 6 orang sebagai pimpinan peer group yang akan bertugas
sebagai pendidik temah sebaya (peer educator) berdasarkan masukan dari
pengurus OSIS. Kriteria pendidik sebaya yaitu (a) Sehat jasmani dan rohani
berdasarkan rekomendasi dari wali kelas (b) bersedia sebagai pendidik
sebaya selama penelitian dengan menandatangani kesediaan sebagai
pendidik sebaya (c) berdomisili di kota atau tempat yang berdekatan dengan
sekolah tempat penelitian atau mudah melakukan kontak dengan peneliti. (d)
memiliki telepon seluler berpaket dan dalam kondisi baik. (e) tidak pernah
terlibat perkelahian antar siswa selama menjadi siswa di sekolah tempat
penelitian.

14
3. Memilih anggota sebanyak 5 orang untuk masing-masing peer group yang
ditetapkan secara acak sederhana. Jadi jumlah sampel yang dibutuhkan
dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 orang.
Kriteria sampel sebagai anggota peer group adalah :
4. Sehat jasmani dan rohani
5. Bersedia dijadikan sebagai sampel dengan mengisi informed consent
6. Siswa kelas 1 dan kelas 2
7. Memiliki telepon seluler berpaket internet dalam kondisi baik
8. Berdomisili di Kota Padang

D. Pelaksanaan penelitian
Penelitian akan dilakukan dua tahap yaitu tahap pelatihan tenaga peer educator
dan pelaksanaan intervensi penelitian. Pelatihan peer edukator dilakukan
selama 2 hari, dimana materi pelatihan disusun dalam bentuk modul sederhana
yang dijadikan pedoman bagi pendidik sebaya dalam melakukan tugasnya.
Pelatih adalah team peneliti dengan 4 materi pokok. Setiap materi
dipresentasekan selama 2 jam sehingga total waktu pelatihan 8 jam.
Pelaksanaan intervensi adalah aktifitas peer educator dengan teman sebaya
melalui media sosial instagram serta pertemuan peer educator dan teman
sebaya yang dilakukan sekali 2 minggu. Materi yang disampaikan pendidik
sebaya adalah empat materi pokok dan dua materi pilihan.Tempat pelaksanaan
adalah di luar sekolah agar tidak mengganggu kegiatan sekolah.
E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data primer terdiri dari (1) Data Identitas diri siswa ; nama, jenis kelamin, kelas,
usia (thn). (2) Data Antropometri terdiri atas berat badan (kg), tinggi badan (cm).
(3) Data pola makan sayur dan buah sebelum intervensi (4) Data pola makan
sayur dan buah setelah Intervensi.
Data dikumpulkan dua kali yaitu sebelum intervensi dan setelah intervensi.
Pengumpulan data di lakukan oleh 2 orang enumerator dari alumni Jurusan Gizi
Politeknik Kementerian Kesehatan Padang yang telah mendapatkan pelatihan
singkat oleh peneliti tentang teknik pengukuran antropometri, survei konsumsi
dan wawancara.
Identitas siswa, dikumpulkan dengan cara wawancara menggunakan daftar
pertanyaan. Pengukuran antropometri menggunakan microtoice ketelitian 0,1 cm
dan timbangan berat badan ketelitian 0,1 kg. Enumerator adalah ahli gizi madya.
Konsumsi sayur dan buah, dikumpulkan dengan metode food frequency
Quesioner (FFQ) khusus konsumsi sayur dan buah.

15
F. Pengolahan dan Analisis data
Data yang sudah terkumpul diolah secara manual dan komputerisasi.
Pengolahan data diawali dengan proses editing segera setelah dilakukan
pengumpulan data, lalu dilakukan proses pengkodean (coding) untuk
selanjutnya dientrikan ke dalam software yang sesuai. Tahap akhir pengolahan
data adalah pembersihan data (cleaning) dan pengklasifikasian data.
Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat.
1. Analisis Univariat
Data perilaku konsumsi sayur buah sebelum dan sesudah dilakukan intervensi
dianalisis secara deskriptif dengan menyajikan nilai statistik rata-rata.
2. Analisis Bivariat
Perubahan perilaku konsumsi sayur dan buah sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi dianalisis menggunakan uji statistik paired t test pada derajat
kemaknaan 5 %.
F. Pertimbangan Izin
Sebelum dilaksanakan riset, terlebih dahulu dilakukan pengurusan izin
melaksanakan riset yang diperoleh dari :
a. Badan Kesejahteraan, Pembanguan, dan Pengendalian Masyarakat
(Kesbang Linmas) di Kota Padang
b. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Padang
c. Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Padang
J. Pertimbangan Etik (Etical Clearence)
Pertimbangan etik (etical clearence) diperoleh dari komite etik penelitian klinis
yang berada di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang

16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHSAN

a. Hasil Penelitian

b. Pembahasan

DAFTAR PUSTAKA

Astawan, Made. 2008. Sehat dengan Sayuran: Panduan Lengkap Menjaga


Kesehatan dengan Sayuran. Jakarta: Dian Rakyat.

Astawan, Made dan Kasih, A.L. 2008. Khasiat Warna-Warni Makanan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama

Badan Pusat Statistik (BPS). 2005. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
tahun 2004. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Buijsse B, et al. 2009. Fruit and vegetable intakes and subsequent changes in
body weight in European populations: results from the project on Diet,
Obesity, and Genes (DiOGenes01-4). Departemen Kesehatan RI.
2008.

Dewi, Y. 2013. Studi Deskriptif: Persepsi dan Periaku Makan Buah dan Sayur
pada Anak Obesitas dan Orang Tua. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Universitas Surabaya, Volume 2 Nomor 1 Tahun 2013.

Gunarsa, Singgih D. 2008. Perkembangan Psikologi Anak dan Remaja. Jakarta :


Gunung Mulia. Harmanto.2006.Indonesia Hidup Sehat Aneka Terapi
untuk Mencegah dan Mengatasi Penyakit.Jakarta:Agromedia Pustaka.

Kementrian Kesehatan RI, 2014. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun
2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan
RI. Jakarta.

Kementrian Kesehatan RI, 2017. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun
2017. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan
RI. Jakarta.

Khomsan,A.2006.Solusi makanan Sehat.Jakarta:PT Raja Grafindo.


___________. 2008.

Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2006. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid
1. Jakarta: Dian Rakyat.

http://www.depkes.go.id/article/view/17012500002/tingkatkan-konsumsi-sayur-
dan-buah-nusantara-menuju-masyarakat-hidup-sehat-.html. Diakses 10 Maret
2018

17

Anda mungkin juga menyukai