Anda di halaman 1dari 123

PEMBAHASAN

ETIK STATISTIK

Optimaprep
• Office Address:
Batch II UKDI 2014
• Jakarta :
• JlPadang no 5, Manggarai, Setiabudi,
Jakarta Selatan
• (Belakang Pasar Raya Manggarai)
• Phone Numbers:
• 021 8317064
• Pin BB 2A8E2925
• WA 081380385694
• Medan : dr. Widya, dr. Alvin, dr. Yolina
• JlSetiabudi no 65G, Medan dr. Cahyo, dr. Ayu, dr. Gregorius
• Phone numbers : 061 82292290
• pin BB : 24BF7CD2
• www.optimaprep.com
1. Data penelitian
Jenis Data Keterangan

Kualitatif data yang berbentuk kata-kata, bukan


dalam bentuk angka. Data kualitatif
diperoleh melalui berbagai macam teknik
pengumpulan data misalnya wawancara,
analisis dokumen, diskusi terfokus, atau
observasi yang telah dituangkan dalam
catatan lapangan (transkrip)
Kuantitatif Data kuantitatif adalah data yang
berbentuk angka atau bilangan. Sesuai
dengan bentuknya, data kuantitatif dapat
diolah atau dianalisis menggunakan teknik
perhitungan matematika atau statistika
Data penelitian
Skala nominal adalah skala yang hanya digunakan untuk memberikan kategori saja
Contoh: Wanita 1, Laki-laki 2

Skala ordinal adalah skala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk menyatakan peringkat
antar tingkatan, akan tetapi jarak atau interval antar tingkatan belum jelas.
Contoh:
Berilah peringkat supermarket berdasarkan kualitas pelayanannya !
Sri Ratu……………………… 1
Moro ………………………… 3
Matahari ………………….. 5
Rita I ………………………. 2
Rita II ……………………… 4
Super Ekonomi …………. 6
IKK dan Forensik
Skala Interval adalah skala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk menyatakan peringkat
antar tingkatan, dan jarak atau interval antar tingkatan sudah jelas, namun belum memiliki
nilai 0 (nol) yang mutlak.
Contoh:
1. Skala Pada Termometer
2. Skala Pada Jam

Skala Rasio adalah skala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk menyatakan peringkat
antar tingkatan, dan jarak atau interval antar tingkatan sudah jelas, dan memiliki nilai 0 (nol)
yang mutlak .
Contoh:
1. Berat Badan
2. Pendapatan
3. Hasil Penjualan
IKK dan Forensik
Ringkasan Tentang Skala
Skala Tipe Pengukuran

Kategori Peringkat Jarak Perbandingan

Nominal Ya Tidak Tidak Tidak

Ordinal Ya Ya Tidak Tidak

Interval Ya Ya Ya Tidak

Rasio Ya Ya Ya Ya

METODE PENELITIAN, Dr. Bagus Nurcahyo, SE., MM.


Studi Observasional

Fletcher RH, Fletcher SW, Wagner EH. Clinical epidemiology—the essentials. 3rd ed. Baltimore: Williams & Wilkins, 1996
Cross Sectional
• Studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi, distribusi
maupun hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian)
dengan cara mengamati status paparan, penyakit atau
karakteristik terkait kesehatan lainnya
• Status paparan dan penyakit diukur pada saat yang sama.
• Data yang dihasilkan adalah data prevalensi, maka disebut juga
survei prevalensi.
• Studi potong lintang pada dasarnya adalah survei

Budiarto, Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC


3. Studi Observasional

Fletcher RH, Fletcher SW, Wagner EH. Clinical epidemiology—the essentials. 3rd ed. Baltimore: Williams & Wilkins, 1996
Case control
• Case Control
• Menganalisa faktor risiko dengan
menentukan dua kelompok yang
memiliki perbedaan outcome
(penyakit), kemudian dihubungkan
dengan causal attribute- nya
• Keuntungan : Membutuhkan sumber
daya, dana yang lebih sedikit, serta
waktu yang lebih singkat. Good for
rare cases, long latent period, ethical
related cases
• Useful when epidemiologists
investigate an outbreak of a disease
• Hasil Odds ratio
• Kelemahan : provide less evidence for
causal inference
4. Studi Observasional

Fletcher RH, Fletcher SW, Wagner EH. Clinical epidemiology—the essentials. 3rd ed. Baltimore: Williams & Wilkins, 1996
• Cohort
• Analisa faktor risiko, dengan mengikuti kelompok yang
tidak/belum menderita penyakit dengan faktor risiko dan tidak
dengan faktor risiko.
• Hasilnya : incidence rate & relative risks
• Keuntungan : Dapat menentukan faktor risiko terjadinya
penyakit karena bersifat longitudinal observation
• Kelemahan : Mahal, memakan waktu yang lama, drop-out rasio
yang tinggi
Cohort vs
Case Control
Summary of Strengths and Limitations of
Prospective Cohort and Case-Control Studies

Prospective Cohort Case-Control

Strengths: Strengths:
 Opportunity to measure risk factors  Useful for rare disease
before disease occurs  Relatively inexpensive
 Can study multiple disease outcomes  Relatively quick results
 Can yield incidence rates as well as
relative risk estimates Limitations:
 Possible bias in measuring risk factors
after disease has occurred
Limitations:  Possible bias in selecting control
 Useful for common disease group
 Relatively inexpensive  Identified cases may not represent

 Relatively quick results


exposure of all cases
15
Comparing Odds Ratios and Relative
Risks
Outcome

Exposure Cases Controls

Exposed 70 300 370

Not Exposed 30 700 730

100 1000 1100

OR = AD/BC = 5.44 RR= A/(A+B)


C/(C+D)
= 4.41 16
Stating your results

• OR = 5.44
Those with the disease are 5.44 times as likely to
have had the exposure compared to those without
the disease

• RR = 4.41
Those with the exposure are 4.41 times as likely to
develop the disease compared to those without the
exposure

17
5. Desain Studi
Desain Keterangan
Deskriptif mendeskripsikan distribusi penyakit pada populasi, berdasarkan
karakteristik dasar individu, seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan,
kelas sosial, status perkawinan, tempat tinggal dan sebagainya,
serta waktu
Analitik menguji hipotesis dan menaksir (mengestimasi) besarnya hubungan/
pengaruh paparan terhadap penyakit
Studi peneliti tidak sengaja memberikan intervensi, melainkan hanya
observasional mengamati (mengukur), mencatat, mengklasifikasi, menghitung, dan
menganalisis (membandingkan) perubahan pada variabel-variabel
pada kondisi yang alami
Studi peneliti meneliti efek intervensi dengan cara memberikan berbagai
eksperimental level intervensi kepada subjek penelitian dan membandingkan efek
dari berbagai level intervensi itu
6. Case Control
Comparing Odds Ratios and Relative
Risks Outcome

Exposure Cases Controls

Exposed 70 300 370

Not Exposed 30 700 730

100 1000 1100

OR = AD/BC = 5.44 RR= A/(A+B)


C/(C+D)
= 4.41 19
DIARE Ya Tidak TOTAL
MAKAN ES
Ya 22 78 100

Tidak 10 80 90

TOTAL 32 158 3160

OR = AD/BC = (22x80)/(10x78)
7. Research Design
Cohort study

Relative risks ( RR) = a/(a + b) : c / (c + d)


KANKER PARU Ya Tidak TOTAL
MEROKOK
Ya 20 30 50

Tidak 5 45 50

TOTAL 25 75 100

Relative risks ( RR) = a/(a + b) : c / (c + d)


= (20/50) : 5/50
= 20/5
=4
8. Diagnostic Test
Condition
(by gold standard)
Present Absent Total
Positive True positive False positive a + b
(a) (b)
Test Negative False True c+d
negative (c) negative (d)
d
Total a+c b+d a+b+
c+d
Sensitivity
• Proportion of people with the present absent
disease who have a positive test
Positive a b a+b
• A sensitive test will rarely miss
disease in those who have it
negative c d c+d
• Sn = a / (a +c)
a+c b+d a+b+c+d

Specificity Positive predictive value


• proportion of patients without • Probability of disease in a patient with a
the disease with a negative test positive (abnormal) test  That a
• A specific test will rarely identify positive test is a true positive
disease in someone who does not • Highly specific diagnostic tests have high
have it PPV
• Sp = d / b+d • Ppv = a / a + b
Negative predictive value
• Probability that a patient with a negative
test (normal) does not have disease
• NPV = d / c +d
• More sensitive tests have higher NPV
Penelitian Diagnostik

• Sensitivitas: bila subyek benar-benar sakit, berapa


besar kemungkinan hasil uji diagnostik akan postif
atau abnormal
• Spesifitas: bila subyek tidak sakit, berapa besar
kemungkinan hasil uji diagnostik akan negatif
• Nilai prediksi positif: probabilitas seseorang
menderita penyakit jika hasil uji diagnostiknya positif
• Nilai prediksi negatif: probabilitas seseorang tidak
menderita penyakit jika hasil uji diagnostiknya
negatif

Sukardi. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta : Bumi aksara.
Penyakit Ca Servix Penyakit Ca Servix
Total
(+) (-)
Hasil Skrinning (+) 95 (a) 15 (b) 110
Hasil Skrinning (-) 5 (c) 85 (d) 90
Total 100 100 200

NPV = d / c +d
= 85/90
9. Variabel
• Suatu karakteristik yang membedakan antara satu individu dengan
individu lain
• Lawan kata “constant”, sesuatu yang tetap sama dan tidak berubah
• Variabel bebas (Independent Variable)
• Variabel perlakuan oleh peneliti
• The “cause”.
• Juga disebut “factors”
• Variabel terikat (Dependent Variable)
• Variabel yang di ukur, dihitung, dan dicatat. Tergantung pada variabel
independen.
• The “effect”, outcome.
• Variabel Kategorik vs Numerik
• Kategorik : Memiliki kategori variabel. Nominal (kategori
sederajat, cth laki-laki-perempuan)/Ordinal (kategori
bertingkat, cth baik-sedang-buruk)
• Numerik : Dalam angka numerik, rasio (memiliki nilai nol
alami, cth tinggi badan)/interval (tidak memiliki nilai nol
alami, cth suhu)
• Hipotesis Komparatif vs Korelatif
• Komparatif : perbedaan/hubungan (cth. Apakah
terdapat/hubungan antara kadar gula darah dengan jenis
pengobatam?)
• Korelasi : Cth. Berapa besar korelasi antara kadar
trigliserida dan kadar gula darah?
• Skala Pengukuran
• Komparatif : Dianggap skala kategorikal bila kedua
variabel kategorik. Skala numerik jika salah satu variabel
numerik
• Korelatif : Dianggap skala kategorikal bila salah satu
variabel kategorik. Skala numerik jika kedua variabel
numerik
• Berpasangan vs Tidak Berpasangan
• Berpasangan : Dua atau lebih kelompok data berasal dari
subyek yang sama atau yang berbeda tapi telah dilakukan
matching
• Tidak berpasangan : Data berasal dari kelompok subyek
yang berbeda, tanpa matching
Variable Methode
Independent Dependent
Nominal Nominal Chi-square; Fischer
Nominal (dichotom) Numeric T-test (independent,
paired)
Nominal (> 2 score) Numeric Anova
Numeric Numeric Regression –
correlation

Variable Methode
Independent Dependent
Nominal (dichotom) Numeric T-test (independent,
PERSALINAN BERAT BADAN LAHIR paired)
(YA/TIDAK) ANAK
10. Uji Hipotesis Bivariat
• Apakah terdapat korelasi antara peningkatan IMT denan penurunan
nilai kapasitas paru?
• Variabel yang dihubungkan: IMT (numerik) dengan nilai kapasitas paru
(kategorik)
• Jenis hipotesis: korelatif
• Skala variabel: numerik
Uji Hipotesis Bivariat
Korelatif, numerik
11. Uji bivariat
Type of data and appropriate hypothesis test
(Univariate analysis)

Variable Methode
Independent Dependent
Nominal Nominal Chi-square (analitik);
Fischer (deskriftif)
Nominal (dichotom) Numeric T-test (independent,
paired)
Nominal (> 2 score) Numeric Anova
Numeric Numeric Regression –
correlation
12. Uji Parametrik vs Non-parametrik
• Syarat uji parametrik : Skala numerik, sebaran data normal,
untuk >2 kelompok data tidak berpasangan kesamaan
varians merupakan syarat mutlak (Uji varians, p>0.05)
UJI Keterangan

Chi-square Uji statistik terhadap hipotesis. Distribusi data harus normal dan
jumlah sampel besar untuk mendekati yang diinginkan. Uji tidak
dapat digunakan ketika “expected value” kurang dari 10

Fisher Test kemaknaan statistik yang digunakan pada analisis tabel


kontingensi. Digunakan ketika ukuran sampel kecil. Uji ini dapat
digunakan pada semua ukuran sampel

Kolmogorov-Smirnov Uji normalitas yang membandingkan distribusi data (yang akan diuji)
dengan distribusi normal baku. Bila nilai p>=0,05 dikatakan terdapat
perbedaan signifikan
reflection-on-presentation-2-sampling.html

13-16. Pengambilan Sample


reflection-on-presentation-2-sampling.html
reflection-on-presentation-2-sampling.html
Cara pengambilan sampel

Sukardi. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta : Bumi aksara.
17. Bias dalam Penelitian
• Surveillance bias
• More likely in case control studies where cases are ascertained through
medical clinics, hospitals. If clinical visits are associated with the exposure,
sub-clinical cases are more likely to be detected among those with the
exposure than those without the exposure
• Example:
• Case Control Study of Oral Contraceptive Use and Diabetes–OC users more likely to have
medical visits, resulting in higher probability of subclinical disease being detected. Any
association with OC use and diabetes would be an overestimate of risk because subclinical
diabetics with no OC use would have a lower probability of being selected
Bias dalam Penelitian
• Recall bias
• Bias ini terutama terjadi pada kasus kontrol
• Contoh kasus recall bias: pada studi yang mencari hubungan antara asfiksia
dengan gangguan belajar, ibu yang anaknya mengalami gangguan belajar akan
berusaha dengan keras mengingat apakah anaknya dulu pernah mengalami
asfiksia. Sebaliknya, ibu yang anaknya tidak mengalami gangguan belajar,
tidak atau kurang berupaya mengingat kembali apakah anaknya mengalami
asfiksia atau tidak.
Bias dalam Penelitian
• Procedural Bias
• Bias ini terjadi apabila pengukuran, prosedur, pengobatan, dan lain-lain pada
kelompok-kelompok yang dibandingkan tidak sama
• Contoh kasus: pasien yang diberi obat tertentu lebih banyak diperhatikan,
lebih sering ditimbang, lebih sering diukur tekanan darahnya.
Bias dalam Penelitian
• Detection bias
• Bias ini terjadi karena adanya perubahan kemampuan alat ukur dalam
mendeteksi penyakit.
• Kesintasan pasien tertentu sering dilaporkan menjadi semakin lama; sebagian
mungkin disebabkan oleh deteksi yang lebih dini sehingga masa pengamatan
menjadi lebih panjang.
Bias dalam Penelitian
• Compliance bias
• Bias ini terjadi karena ketaatan mengikuti prosedur yang berbeda antara satu
kelompok dengan kelompok lainnya .
• Contoh kasus: regimen untuk kelompok studi (obat baru) hanya diberikan
satu kali sehari; sedangkan regimen standar (kontrol), obat harus diminum
tiga kali sehari. Maka pasien kelompok kontrol cenderung kurang taat
dibandingkan dengan kelompok studi.
18. Experimental Study
• Design elements in experimental study
• Samples are representative
• Randomization or matching are used to produce equivalent groups
• Variables to measure are clearly defined
• A wide range of variables is measured
• The same variables are measured in several different ways
(triangulation)to see if they support the same finding
• Measures and instruments are validated
• Measurement is checked for tester or observer reliability
• Both pre-tests and post-tests data collection are given
• The experiment is replicated with similar samples and with different
samples
• These elements make the data from experiments more valid (accurate),
and therefore more believable and useable
Type of Experimental Study
based on design element
• Pre-experimental designs
Have either no comparison groups or comparison groups whose equivalence is
indeterminate
• One-shot Case Study: no pre-test and no comparison group
• One Group Pre-test Post-test: One group is exposed to the presence of X or a
change in X and is measured before and after this has occurred
• Static-group Comparison. One group is exposed to X and is compared with
another group which is not exposed to X. No pre-test.
• True Experimental Designs
Provide formal means (pre-tests and/or comparison groups created by random
allocation) for handling many of the extraneous variables that weaken internal and
external validity
• Quasi-experimental Designs
Lack control over exposure to X; i.e., when to expose, to whom, and ability to
randomize group assignment
pidemiolog.wordpress.com/2008/11/05/pengertian-epidemiologi/

19. Epidemiologi
• Bahasa Yunani  3 kata dasar
• EPI yang berarti PADA atau TENTANG
• DEMOS yang berati PENDUDUK
• LOGOS yang berarti ILMU PENGETAHUAN
• EPIDEMILOGI adalah ILMU YANG MEMPELAJARI TENTANG
PENDUDUK
• Epidemiology is the study of disease occurance in human
populations. ( Gary D. Friedman ( 1974 ))
• Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari timbulnya,
distribusi, dan jenis penyakit pada manusia menurut waktu dan
tempat.(W.H. Frost)
pidemiolog.wordpress.com/2008/11/05/pengertian-epidemiologi/

PENGERTIAN EPIDEMIOLOGI DITINJAU DARI


BERBAGAI ASPEK
Aspek Akademik
• Analisa data kesehatan, sosial-ekonomi, dan trend yang terjadi
• mengindentifikasi dan menginterpretasi perubahan-perubahan
kesehatan yang terjadi atau akan terjadi pada masyarakat umum
atau kelompok penduduk tertentu.
Aspek Klinik
• mendeteksi secara dini perubahan insidensi atau prevalensi
• penemuan klinis atau laboratorium pada awal timbulnya penyakit
baru dan awal terjadinya epidemi
Aspek praktis
• upaya pencegahan penyebaran penyakit yang menimpa individu,
kelompok penduduk atau masyarakat umum.
Aspek Administrasi
• mengetahui keadaan masyarakat di suatu wilayah atau negara agar
dapat memberikan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien
sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Tujuan Epidemiologi:
• menggambarkan penyakit secara komprehensif &
dinamis, tidak hanya mencakup wabah tetapi juga
antara periode terjadinya wabah secara sporadis dan
endemis

Epidemiologi didefinisikan :
• Beberapa penyakit atau cedera
• Menggambarkan perbedaan penyakit dalam berbagai
keadaan
• Mulai dari daerah yang kecil sampai daerah yang luas
• Mencakup periode waktu jam, hari, minggu, bulan
dan tahun

KONSEP EPIDEMIOLOGI, Suyatno, Ir. MKes


Pengertian Pokok yang dipelajari Epidemiologi:
• Frekuensi masalah Kesehatanbanyaknya masalah
kesehatan( kesakitan, kecelakaan dll) pada
sekelompok manusia
• Penyebaran masalah kesehatan.pengelompokkan
masalah kesehatn menurut keadaan tertentu,
• Person(manusia) ; Place(tempat) dan Time(waktu).
• Faktor-Faktor Yang mempengaruhi
• Faktor penyebab suatu maslah kesehatan, baik yang
menerangkan frekuensi, penyebarannya maupun penyebab
timbulnya masalah kesehatan

KONSEP EPIDEMIOLOGI, Suyatno, Ir. MKes


20. Penelitian Epidemiologis
• Tujuan dan Ruang Lingkup
• Deskripsi penyakit agent, host, lingkungan
• Mekanisme penyakit
• Faktor‐faktor determinan suatu penyakit
• Mencari data diagnostik yang spesifik
• Mencari cara pencegahan, pengendalian, & pemberantasan penyakit
• Mengikuti berbagai faktor sbg agent potensial, identifikasi efek potensial
agent
• Memperoleh data frekuensi dan distribusi penyakit atau fenomena lain yang
berkaitan dengan kesehatan masyarakat

http://hmtl.itb.ac.id/wordpress/wp-content/uploads/2011/03/epid6-penelitian1.pdf
21. Cara Mengungkapkan Wabah
• dideteksi dari analisis data surveilans rutin
• adanya laporan petugas, pamong ataupun warga yang cukup perduli
Langkah-Langkah
Investigasi Wabah
1. Persiapan Investigasi di Lapangan
2. Memastikan adanya Wabah
3. Memastikan diagnosis
4. a. Membuat definisi kasus
b. Menemukan dan menghitung Kasus
5. Epidemiologi deskriptif (waktu, tempat, orang)
6. Membuat hipotesis
7. Menilai hipotesis (penelitian kohort dan penelitian kasus-kontrol)
8. Memperbaiki hipotesis dan mengadakan penelitian tambahan
9. Melaksanakan pengendalian dan pencegahan
10. Menyampaikan hasil penyelidikan
22. Infant Mortality Rate
• Neonatal Mortality
• Refers to a death of a live-born baby within the first 28
days of life

Neonatal Mortality Rate = number of deaths <28 days of age during time period X 1,000
• Infant Mortality Rate (IMR)
number of live births during time period
• The number of deaths of babies under one year of age per
1,000 live births

Infant Mortality Rate (IMR) = __number of infant deaths(<1year) during time period__ X 1,000
number of live births during time period

= 55/250 x 1000
23. Indikator Program Gizi Puskesmas
• Cakupan penimbangan balita (SKDN)
• Indicator partisipasi masyarakat (D/S)
• Hasil Program (N/S)
• Liputan Program (K/S)
• Hasil Penimbangan (N/D)
• Cakupan vitamin A dan Yodium untuk bayi, balita dan ibu nifas
• Tablet tambah darah (fe) ibu hamil
• Status gizi balitapelayanan thdp gizi buruk dan pemberian MP-ASI
• Keluarga sadar gizi
• Kecamatan bebas rawan gizi
Indikator Jumlah
Jumlah seluruh balita 6742
Balita yang ditimbang 5621
Balita yang naik berat badannya 5600
Balita yang memiliki KMS 6427

D / S = Balita yang ditimbang/jumlah seluruh balita


= 5621/6742 x 100%
= 83.37%

Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal (Spm) Penyelenggaraan Perbaikan Gizi Masyarakat. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia , Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat , Direktorat Gizi Masyarakat . Jakarta . 2004
24. Observasional Studies

Fletcher RH, Fletcher SW, Wagner EH. Clinical epidemiology—the essentials. 3rd ed. Baltimore: Williams & Wilkins, 1996
Case control
Rumus Odd Ratio
Kasus PPOK Kontrol
PPOK
Merokok 90 180
Tidak 30 300
Merokok
Total 120 480

Odd Ratio = ad/bc = (90x300)/(30x180) = 5


25. Teknik pengumpulan data
Teknik Keterangan
Wawancara proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi dengan cara
tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek penelitian

Teknik Keterangan
Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data
partisipasi penelitian melalui pengamatan dan penginderaan di mana peneliti terlibat
dalam keseharian informan
observasi yaitu peneliti melakukan penelitian dengan cara tidak melibatkan dirinya dalam
nonpartisipan interaksi dengan objek penelitian. Sehingga, peneliti tidak memposisikan
dirinya sebagai anggota kelompok yang diteliti
Observasi tidak ialah pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman observasi,
terstruktur sehingga peneliti mengembangkan pengamatannya berdasarkan
perkembangan yang terjadi di lapangan
Observasi ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim peneliti terhadap
kelompok sebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian

Teknik Keterangan
Focus Group yaitu upaya menemukan makna sebuah isu oleh sekelompok orang yang
Discussion dianggap mewakili sejumlah publik yang berbeda lewat diskusi untuk
menghindari diri pemaknaan yang salah oleh seorang peneliti
Hariwijaya, M, Metodologi dan teknik penulisan skripsi, tesis, dan disertasi, elMatera Publishing, Yogyakarta, 2007
26. Desain Studi Penelitian

DESAIN STUDI

Prof. dr. Bhisma Murti, MPH, MSc, PhD

Institute of Health Economic and Policy Studies


(IHEPS),

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat,


Insidensi

Budiarto, Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC


Prevalensi

Budiarto, Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC


DESAIN STUDI

Prof. dr. Bhisma Murti, MPH, MSc, PhD


Institute of Health Economic and Policy
Studies (IHEPS),
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas
Maret
27. Cross Sectional
• Studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi, distribusi
maupun hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian)
dengan cara mengamati status paparan, penyakit atau
karakteristik terkait kesehatan lainnya
• Status paparan dan penyakit diukur pada saat yang sama.
• Data yang dihasilkan adalah data prevalensi, maka disebut juga
survei prevalensi.
• Studi potong lintang pada dasarnya adalah survei

Budiarto, Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC


28. Jenis Data Berdasarkan
Sifatnya
Jenis Data Keterangan
Kualitatif data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka. Data
kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data
misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau
observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip)

Teknik Keterangan
Kuantitatif Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan.
Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis
menggunakan teknik perhitungan matematika atau statistika
Nominal data yang diperoleh melalui pengelompokkan obyek berdasarkan kategori
tertentu. Contoh: laki-laki dan perempuan
Ordinal data yang berasal dari suatu objek atau kategori yang telah disusun secara
berjenjang menurut besarnya. Contoh: miskin, menengah, kaya
Numerik Terdapat informasi peringkat yang lengkap dan dapat di ukur.
Interval = tidak memiliki nilai 0 mutlak  suhu
Rasio = memiliki nilai 0 mutlak  kadar obat

Sastroasmoro S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Sagung Seto. Jakarta: 2002.


29. Desain Studi
Desain Keterangan
Deskriptif mendeskripsikan distribusi penyakit pada populasi, berdasarkan
karakteristik dasar individu, seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan,
kelas sosial, status perkawinan, tempat tinggal dan sebagainya,
serta waktu
Analitik menguji hipotesis dan menaksir (mengestimasi) besarnya hubungan/
pengaruh paparan terhadap penyakit
Studi peneliti tidak sengaja memberikan intervensi, melainkan hanya
observasional mengamati (mengukur), mencatat, mengklasifikasi, menghitung, dan
menganalisis (membandingkan) perubahan pada variabel-variabel
pada kondisi yang alami
Studi peneliti meneliti efek intervensi dengan cara memberikan berbagai
eksperimental level intervensi kepada subjek penelitian dan membandingkan efek
dari berbagai level intervensi itu
30. Uji Klinis pre-eksperimental
• Pada soal memenuhi desain uji klinis pre-eksperimental yang dikenal
sebagai the one group pretest-posttest design/before and after
• Sekelompok subyek dilakukan pemeriksaan terhadap penyakit
(malaria) kemudian diberi intervensi (obat kombinasi malaria baru);
kemudian dilakukan kembali pemeriksaan terhadap penyakit
(malaria) setelah periode tertentu setelah intervensi (obat baru)
31. Level of Prevention
• Primary level of prevention
– Health promotion
– Specific protection
• Secondary level of prevention
– Early case detection and prompt treatment
• Tertiary level of prevention
― Disability limitation
― Rehabilitation
PRIMARY SECONDARY TERTIARY
Level of Prevention
Health promotion Specific protection
• Pendidikan kesehatan • Imunisasi
• Makanan& gizi yg baik • Hygine personal yg baik
• Perkembangan kesehatan pribadi • Sanitasi lingkungan
total • Pengurangan Bahaya Pekerjaan
• Perumahan yg memadai • Asupan gizi yg adekuat & benar
• Kondisi kerja yg baik • Menghindari karsinogen
• Gaya hidup sehat • Menghindari Alergen
• Persiapan Fisiologis
• Skrining Kesehatan
Level of Prevention
Early diagnosis and prompt treatment
• Early diagnosis skrining
– Rempellede, darah rutin untuk pasien curiga DHF
– Skring HIV untuk kelompok berisiko (PSK, homoseksual)
• Terapi Adequat
– Antibiotik
– Antifungal
Level of Prevention
Disability limitation Rehabilitation
• Menghambat proses penyakit • Fasilitas kes masy & medis untuk
• Pencegahan komplikasi terapi dan Retraining
• Mengurangi Periode Ketidak • Pendidikan & Reduksi Untuk
mampuan pemulihan fungsi yg umum
• Kembali pada pekerjaan atau
posisi kehidupan secepat
mungkin
• Terapi Fisik
• Terapi Pekerjaan
32. Teknik pengumpulan data
Teknik Keterangan
Wawancara proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi dengan cara
tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek penelitian

Teknik Keterangan
Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data
partisipasi penelitian melalui pengamatan dan penginderaan di mana peneliti terlibat
dalam keseharian informan
observasi yaitu peneliti melakukan penelitian dengan cara tidak melibatkan dirinya dalam
nonpartisipan interaksi dengan objek penelitian. Sehingga, peneliti tidak memposisikan
dirinya sebagai anggota kelompok yang diteliti
Observasi tidak ialah pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman observasi,
terstruktur sehingga peneliti mengembangkan pengamatannya berdasarkan
perkembangan yang terjadi di lapangan
Observasi ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim peneliti terhadap
kelompok sebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian

Teknik Keterangan
Focus Group yaitu upaya menemukan makna sebuah isu oleh sekelompok orang yang
Discussion dianggap mewakili sejumlah publik yang berbeda lewat diskusi untuk
menghindari diri pemaknaan yang salah oleh seorang peneliti
Hariwijaya, M, Metodologi dan teknik penulisan skripsi, tesis, dan disertasi, elMatera Publishing, Yogyakarta, 2007
33. Jenjang Rujukan Pasien
34. Case Fatality Rate (CFR)
• Rumus CFR:
jumlah kematian karena penyakit X x 100%
Jmlh seluruh penderita penyakit X
Case Fatality Rate (CFR)
Dusun Jmlh Nama Yang sakit Yang Yang
penduduk Desa Dirawat Meninggal
Desa 1 100 Mata air 25 - -
Desa 2 150 Mata hati 38 5 1
Desa 3 100 Mata kaki 12 - -
Desa 4 50 Mata Sapi 10 6 2

• CFR desa 1 = (0/25) x 100% = 0%


• CFR desa 2 = (1/38) x 100% = 2.6%
• CFR desa 3 = (0/12) x 100% = 0%
• CFR desa 4 = (2/10) x 100% = 20%
35. Ukuran dalam Epidemiologi
Insidens Rate (IR)
• Insidens : jumlah kasus baru yang timbul pada suatu periode waktu dalam
populasi tertentu gambaran tentang frekuensi penderita baru suatu
penyakit yang ditemukan pada suatu waktu tertentu di suatu kelompok
masyarakat
• Contoh : Pada suatu daerah dengan jumlah penduduk tgl 1 Juli 2005
sebanyak 100.000 orang semua rentan terhadap penyakit diare ditemukan
laporan penderita baru sebagai berikut bulan januari 50 orang, Maret
100o rang, Juni 150 orang, September 10 orang dan Desember 90 orang

• IR = ( 50+ 100+150+10 +90) /100.000 X 100 % = 0,4 %


Ukuran dalam Epidemiologi
Attack rate (AR)
• Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan
pada suatu saat dibandingkan dengan jumlah penduduk
yang mungkin terkena penyakit tersebut pada saat yang
sama dalam % atau permil.

• Contoh: Dari 500 orang murid yang tercatat pada SD X


ternyata 100 orang tiba-tiba menderita muntaber setelah
makan nasi bungkus di kantin sekolah

• AR = 100 / 500 X 100% = 20 %


• AR hanya dignkan pada kelompok masyarakat terbatas dan
periode terbatas,misalnya KLB.
Ukuran dalam Epidemiologi
Prevalens rate
• Gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang
ditemukan pada jangka waktu tertentu disekelompok masyarakat
tertentu.

• Ada dua Prevalen:


Period Prevalence
• Contoh : Pada suatu daerah penduduk pada 1 juli 2005 100.000
orang, dilaporkan keadaan penyakit A sbb: Januari 50 kasus lama dan
100 kasus baru, Maret 75 kasus lama dan 75 kasus baru, Juli 25 kasus
lama dan 75 kasus baru; September 50 kasus lama dan 50 kasus baru,
dan Desember 200 kasus lama dan 200 kasus baru.
• Period Prevalens rate :
(50+100)+(75+75)+(25+75)+(50+50)+(200+200) /100.000 X 100 % =
0,9 %
Ukuran dalam Epidemiologi
Point Prevalence Rate
• Jumlah penderita lama dan baru pada
satu saat, dibagi dengan jumlah
penduduk saat itu dalam persen atau
permil.
• Contoh: Satu sekolah dengan murid 100
orang, kemarin 5 orang menderita
penyakit campak, dan hari ini 5 orang
lainnya menderita penyakit campak
• Point Prevalence rate = 10/100 x 1000
‰= 100 ‰
36. Sasaran Penyuluhan
• Sasaran primer: individu atau kelompok yang akan memperoleh
manfaat paling besar dari hasil perubahan perilaku
• Sasaran sekunder: individu atau kelompok individu yang berpengaruh
dan disegani oleh sasaran primer
• Sasaran tersier: para pengambil keputusan, penyandang dana, dan
pihak lainnya yang berpengaruh
• Pada soal:
• Sasaran primer: ibu hamil dan ibu yang menyusui
• Sasaran sekunder: kader
• Sasaran tersier: lurah atau ketua RW
37. Rasio Prevalens (RP)
Efek
Ya Tidak Jumlah
Faktor Ya a b a+b
Risiko Tidak c d c+d
a+c b+d a+b+c+d

RP:
a/(a+b) : c/(c+d)
Rasio Prevalens (RP)
Difteri
Ya Tidak Jumlah
Ya 15 35 50
Imunisasi
Tidak 20 30 50
35 65 100

RP:
15/(15+35) = 0.75
20/(20+30)
38. Regulasi Perijinan Obat Baru
Perijinan obat baru harus melewati uji praklinis (hewan coba) dan uji kinis
sebagai berikut :
1. Fase I. Uji fase I dilakukan terhadap probandus sehat, kecuali untuk
sitotoksik. Uji ini bertujuan untuk menentukan metabolisme obat,
mencari rentang dosis aman, mengidentifikasi reaksi toksik.
2. Fase II. Uji fase II dilakukan terhadap sejumlah kecil pasien. Uji ini
bertujuan untuk mendapatkan lebih banyak informasi farmakokinetika,
efek samping relatif, informasi efikasi obat, penentuan dosis harian dan
regimen.
3. Fase III. Uji fase III dilakukan terhadap sejumlah besar pasien, 500-3000.
Uji ini bertujuan untuk evaluasi efikasi dan toksisitas obat, umumnya
desain penelitian yang digunakan adalah randomized clinical trial.
Pedoman dasar uji klinis
39. Patient’s Response to Bad News

Response Definition
Denial Refusal to accept external reality because it is too threatening
Repression Process of attempting to repel desires towards pleasurable instincts
Altruism Constructive service to others that brings pleasure and personal
satisfaction
Thought The conscious process of pushing thoughts into the preconscious
supression
Humour Overt expression of ideas and feelings
40. KLB
41. Health Promotion Strategy

Program Perilaku hidup Bersih dan Sehat (PHBS) telah diluncurkan sejak tahun 1996
oleh Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, yang sekarang bernama Pusat
Promosi Kesehatan.
Strategi Definisi
Advokasi Pendekatan kepada pembuat keputusan di berbagai sektor dan
berbagai tingkat sehingga mereka mau pendukung program
kesehatan yang kita rancang.
Kemitraan Merangkul tokoh masyarakat agar mau menjembatani rencana
pembuat program dengan masyarakat
Pemberdayaan Mewujudkan kemampuan masyarakat untuk menjaga dan
masyarakat memelihara kesehatannya sendiri
42.
Ada 2 faktor penyebab dari gizi buruk adalah sebagai berikut :
1. Penyebab Langsung.
Kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi,
menderita penyakit infeksi, cacat bawaan dan menderita penyakit
kanker.
2. Penyebab tidak langsung,
a.ketersediaan Pangan rumah tangga, perilaku, pelayanan kesehatan.
b. kemiskinan, pendidikan rendah, ketersediaan pangan dan
kesempatan kerja.
(Dinkes SU, 2006).
43. Pembagian wewenang &
tanggungjawab
• Interval referral
• pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penderita
sepenuhnya kepada dokter konsultan untuk jangka waktu
tertentu
• dokter tsb tidak ikut menangani
• Collateral referral
• menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan
penderita hanya untuk satu masalah kedokteran khusus
saja
• Cross referral
• menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan
penderita sepenuhnya
• Split referral
• menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan
penderita sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan
• dokter pemberi rujukan tidak ikut campur
44. Otonomi
• otonomi kehendak = otonomi moral yakni : kebebasan bertindak,
memutuskan (memilih) dan menentukan diri sendiri sesuai dengan
kesadaran terbaik bagi dirinya yang ditentukan sendiri tanpa
hambatan, paksaan atau campur-tangan pihak luar

Agus Purwadianto. Kaidah dasar moral dan teori etika dalam membingkai tanggung jawab profesi kedokteran
45. Visum et Repertum
Pasal 133 KUHAP menyebutkan:
• (1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban
baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan
ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
• (2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan
luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat

Yang berwenang meminta keterangan ahli adalah penyidik dan penyidik


pembantu sebagaimana bunyi pasal 7(1) butir h dan pasal 11 KUHAP.
Penyidik yang dimaksud di sini adalah penyidik sesuai dengan pasal 6(1) butir a,
yaitu penyidik yang pejabat Polisi Negara RI
46. Rekam Medis
• Dalam Pasal 47 ayat (1) UU Praktek Kedokteran bahwa dokumen rekam medis milik dokter,
doktek gigi, atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis milik pasien.

• Dalam Pasal 48 UU Praktek Kedokteran.


• Ayat (1) setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktek kedokteran wajib menyimpan rahasia
kedokteran;
• Ayat (2) rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien, memenuhi permintaan
aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan
ketentuan perundang – undangan.

• Permenkes Rekam Medis Pasal 11 ayat (2) yang menyatakan “pimpinan sarana pelayanan
kesehatan dapat menjelaskan” isi rekam medis secara tertulis atau langsung kepada pemohon
tanpa izin pasien berdasarkan peraturan perundang-undangan
• Penyidik dapat meminta kopi rekam medis pada sarana pelayanan kesehatan yang
menyimpannya, untuk melengkapi alat bukti yang diperlukan dalam perkara hukum (pidana).
47-53 Beneficence
(Tindakan berbuat baik)
General beneficence
• melindungi & mempertahankan hak yang lain
• mencegah terjadi kerugian pada yang lain,
• menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain,

Specific beneficence
• menolong orang cacat,
• menyelamatkan orang dari bahaya.
• Mengutamakan kepentingan pasien
• Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh menguntungkan dokter/rumah sakit/pihak lain
• Maksimalisasi akibat baik (termasuk jumlahnya > akibat-buruk)
• Menjamin nilai pokok : “apa saja yang ada, pantas (elok) kita bersikap baik terhadapnya” (apalagi ada yg
hidup)

Agus Purwadianto. Kaidah dasar moral dan teori etika dalam membingkai tanggung jawab profesi kedokteran
Beneficence
• Prinsip tindakan
• Berbuat baik kepada siapapun – termasuk yang tidak kita kenal
• pengorbanan diri demi melindungi, menyelamatkan pasien
• “janji”atau wajib menyejahterakan pasien dan membuat diri terpercaya.

• Contoh tindakan
• Dokter berlaku profesional, bersikap jujur dan luhur pribadi (integrity);
menghormati pasien, peduli pada kesejahteraan pasien, kasih sayang,
dedikatif mempertahankan kompetensi pengetahuan dan ketrampilan
teknisnya
• Misal memilihkan keputusan terbaik pada pasien yang tidak otonom ( kurang
mampu memutuskan bagi dirinya), seperti anak, gangguan jiwa, gawat)

Agus Purwadianto. Kaidah dasar moral dan teori etika dalam membingkai tanggung jawab profesi kedokteran
Non maleficence
(Tidak merugikan)
Sisi komplementer beneficence dari sudut pandang pasien,seperti :
• Tidak boleh berbuat jahat (evil) atau membuat derita (harm) pasien
• Minimalisasi akibat buruk

Kewajiban dokter untuk menganut ini berdasarkan hal-hal :


• Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko hilangnya sesuatu yang
penting
• Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut
• Tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
• Manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya mengalami risiko minimal).
• Norma tunggal, isinya larangan

Agus Purwadianto. Kaidah dasar moral dan teori etika dalam membingkai tanggung jawab profesi kedokteran
Non maleficence
Contoh tindakan
• Tidak melakukan malpraktek etik baik sengaja ataupun tidak, seperti
dokter tak mempertahakan kemampuan ekspertisnya atau
menganggap pasien sebagai komoditi.
• Tindakan nomaleficence antara lain menghentikan pengobatan yang
sia-sia, atau pengobatan luar biasa; yakni pengobatan yang tak biasa
diperoleh atau digunakan tanpa pengeluaran amat banyak, nyeri
berlebihan, atau ketidaknyamanan lainnya.
• Juga membiarkan mati (letting die), bunuh diri dibantu dokter,
euthanasia, sengaja malpraktek etis
Agus Purwadianto. Kaidah dasar moral dan teori etika dalam membingkai tanggung jawab profesi kedokteran
Justice (Keadilan)
Treat similar cases in a similar way = justice withinmorality Memberi perlakuan sama untuk setiap
orang (keadilan sebagai fairness) yakni :
• Memberi sumbangan relatif sama terhadap kebahagiaan diukur dari kebutuhan mereka
• Menuntut pengorbanan relatif sama, diukur dengan kemampuan mereka (kesamaan beban
sesuai dengan kemampuan pasien).

Jenis keadilan :
• Komparatif (perbandingan antar kebutuhan penerima)
• Distributif (membagi sumber) : sesuai keselarasan sifat dan tingkat perbedaan jasmani-rohani;
secara material kepada
• Setiap orang andil yang sama
• Setiap orang sesuai dengan kebutuhannya
• Setiap orang sesuai upayanya
• Setiap orang sesuai kontribusinya
• Setiap orang sesuai jasanya

Agus Purwadianto. Kaidah dasar moral dan teori etika dalam membingkai tanggung jawab profesi kedokteran
Justice
• Sosial : kebajikan melaksanakan dan memberikan kemakmuran dan
kesejahteraan bersama
• Utilitarian : memaksimalkan kemanfaatan publik dengan strategi menekankan efisiensi social
dan memaksimalkan nikmat/keuntungan bagi pasien.
• Libertarian : menekankan hak kemerdekaan social –ekonomi (mementingkan prosedur adil >
hasil substantif/materiil).
• Komunitarian : mementingkan tradisi komunitas tertentu
• Egalitarian : kesamaan akses terhadap nikmat dalam hidup yang dianggap bernilai oleh setiap
individu rasional (sering menerapkan criteria material kebutuhandan kesamaan).

• Hukum (umum) :
• Tukar menukar : kebajikan memberikan / mengembalikan hak-hak kepada yang berhak.
• pembagian sesuai dengan hukum (pengaturan untuk kedamaian hidup bersama) mencapai
kesejahteraan umum

Agus Purwadianto. Kaidah dasar moral dan teori etika dalam membingkai tanggung jawab profesi kedokteran
Otonomi
• Pandangan Kant :
otonomi kehendak = otonomi moral yakni : kebebasan bertindak,
memutuskan (memilih) dan menentukan diri sendiri sesuai dengan
kesadaran terbaik bagi dirinya yang ditentukan sendiri tanpa hambatan,
paksaan atau campur-tangan pihak luar (heteronomi), suatu motivasi dari
dalam berdasar prinsip rasional atau self-legislation dari manusia

• Tell the truth


hormatilah hak privasi liyan, lindungi informasi konfidensial, mintalah
consent untuk intervensi diri pasien; bila ditanya, bantulah membuat
keputusan penting

Agus Purwadianto. Kaidah dasar moral dan teori etika dalam membingkai tanggung jawab profesi kedokteran
Beneficence - Autonomy
General beneficence
• melindungi & mempertahankan hak yang lain
• mencegah terjadi kerugian pada yang lain,
• menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain

Autonomy
hormatilah hak privasi liyan, lindungi informasi
konfidensial, mintalah consent untuk intervensi diri
pasien; bila ditanya, bantulah membuat keputusan
Penting

• Jadi berbuat baik tapi tetap menghormati keputusan pasien

Agus Purwadianto. Kaidah dasar moral dan teori etika dalam membingkai tanggung jawab profesi kedokteran
kaidah dasar moral

Principle Definition

Beneficence A practitioner should act in the best interest of the patient.


(Salus aegroti suprema lex.)

Non-Maleficence "first, do no harm" (primum non nocere).

Justice Concerns the distribution of scarce health resources, and


the decision of who gets what treatment (fairness and
equality).

Autonomy The patient has the right to refuse or choose their


treatment (Voluntas aegroti suprema lex)
54. Rahasia pasien
Pasal 12 Kode Etik Kedokteran Indonesia
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang
diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga
setelah pasien itu meninggal dunia

Undang-undang Praktik Kedokteran


No. 29 Tahun 2004
55. Hak pasien
Undang-undang Praktik Kedokteran
No. 29 Tahun 2004

Penjelasan Pasal 45 ayat 1 tentang Persetujuan Tindakan


56. breaking the bad news
• Salah satu kewajiban dokter adalah memberikan penjelasan
mengenai penyakit pada pasien atau wali pasien
• Dalam keadaan duka, dokter harus melakukan “breaking the bad
news” kepada keluarga pasien
• Hal diatas dilakukan dokter dengan penuh empati sehingga keluarga
pasien dapat menerima berita duka dengan lapang dada
57. Komunikasi Efektif
• Empati
• Mendengar aktif:
1. Refleksi isi
2. Refleksi perasaan
3. Merangkum

Informed Consent
 Diwakili bila:
 Usia <18 tahun
 Keterbelakangan mental
 Tanpa persetujuan pasien, rekam medik dapat diberikan ke:
58.
Pasal 3 Kode Etik Penjelasan
Kedokteran
Indonesia • Perbuatan berikut dipandang bertentangan
dengan etik:
“Dalam melakukan • Membuat ikatan atau menerima imbalan
pekerjaan dari perusahaan farmasi/obat, perusahaan
kedokterannya, alat kesehatan/kedokteran atau badan lain
seorang dokter
tidak boleh yang dapat mempengaruhi pekerjaan
dipengaruhi oleh dokter
sesuatu yang • Melibatkan diri secara langsung atau tidak
mengakibatkan langsung untuk mempromosikan obat,
hilangnya alat, atau bahan lain guna kepentingan dan
kebebasan dan keuntungan pribadi dokter
kemandirian
profesi”

Sumpah Dokter
59. Hak pasien
Undang-undang Praktik Kedokteran
No. 29 Tahun 2004
60. Hak pasien
• Relationship building seeks to ensure the patient's willingness to
provide diagnostic and other important information, to relieve the
patient's physical and psychosocial distress, to ensure the patient's
willingness to accept the treatment plan or a process of negotiation,
and to ensure both the patient's and clinician's satisfaction with work
well-done
61. Hak pasien
Kode Etik Kedokteran Indonesia
62. Komunikasi efektif

Undang-
undang
Praktik
Kedokteran
No. 29
Tahun 2004
• Dokter yang baik berusaha memahami kondisi pasien sehingga pasien
merasa nyaman saat berkonsultasi dan dapat mengungkapkan segala
keluhan yang sedang dialaminya, baik secara medis maupun
psikososial
63.
64.
Undang-undang Praktik Kedokteran
No. 29 Tahun 2004
Kode Etik Kedokteran Indonesia

• Pasien dengan penyakit yang sukar


disembuhkan, diberi cuti lebih dahulu
Dilema, antara sampai sembuh
menjaga rahasia • Bila ternyata tidak dapat sembuh dan
pasien dengan bahaya bagi yang lain, sebelum
membuka rahasia, dokter
memikirkan memberikan penjelasan tentang
keselamatan penyakitnya dan akibatnya bagi orang
masyarakat? lain
• Bila rahasia jabatan terpaksa harus
diungkapkan, dokter memberikan
surat rahasia kepada atasan,
kemudian atasan tsb meminta
pertimbangan kepada Majelis Penguji
Kesehatan (MPK)
• Diagnosis penyakit tidak perlu
diberitahukan kepada atasan
karyawan tsb
65. Beneficence - Autonomy
General beneficence
• melindungi & mempertahankan hak yang lain
• mencegah terjadi kerugian pada yang lain,
• menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain

Autonomy
hormatilah hak privasi liyan, lindungi informasi
konfidensial, mintalah consent untuk intervensi diri
pasien; bila ditanya, bantulah membuat keputusan
Penting

• Jadi berbuat baik tapi tetap menghormati keputusan pasien

Agus Purwadianto. Kaidah dasar moral dan teori etika dalam membingkai tanggung jawab profesi kedokteran
66. Beneficence vs Otonomy
General beneficence
• melindungi & mempertahankan hak yang lain
• mencegah terjadi kerugian pada yang lain,
• menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain

Autonomy
hormatilah hak privasi liyan, lindungi informasi
konfidensial, mintalah consent untuk intervensi diri
pasien; bila ditanya, bantulah membuat keputusan
Penting

• Jadi berbuat baik tapi tetap menghormati keputusan pasien


67. Konseling
• Sebagai dokter kita harus melihat pasien secara holistik, selain
penyakit yang dideritanya, seorang dokter juga harus melihat manusia
sebagai makhluk bio-social sehingga diperlukan komunikasi yang baik;
termasuk salah satunya konseling individu.
68. CENTRAL VALUES
• Pendekatan Holistik
• Mempertimbangkan segala aspek yg ada pada pasien, keluarga dan
komunitasnya, bukan hanya fokus pada penyakit yg diderita saja
• Memperhatikan aspek bio-psiko-sosial
• Personal care
The patient may consult his family doctor not only when he is unwell
but may seek his councel as a friend and mentor

Prinsip dasar pelayanan kedokteran keluarga


CENTRAL VALUES
Continuing care
• Terutama untuk kasus-kasus kronik yg perlu monitoring rutin dan
pelayanan komplikasi yg mungkin muncul

• Hipertensi, DM, Hiperlipidemia, dll

• Penting adanya good medical record keeping, komunikasi dan diskusi


mengenai rencana penanganan masalah

• Kadang perlu konsep pengelolaan pelayanan secara tim dengan DK


sebagai koordinator
CENTRAL VALUES
Comprehensive care
Ada 3 pengertian:
1. Pelayanan mencakup semua usia
2. Pelayanan melingkupi promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan paliatif
3. Pelayanan meliputi bio-psiko-sosial

Anda mungkin juga menyukai