Anda di halaman 1dari 10

DESAIN PENELITIAN Desain penelitian merupakan rancangan penelitian untuk menuntun peneliti untuk mamperoleh jawaban terhadap pertanyaan

penelitian. Cakupan penelitian meliputi hal yang dilakukan penelitian, identifikasi masalah, hipotesis, operasional hipotesis, pengumpulan data, analisis data. Desain penelitian adalah suatu wahana untuk mencapai tujuan penelitian yang berperan sebagai rambu-rambu yang akan menuntun peneliti dalam proses penelitan. Fungsi dari desain itu sendiri meliputi sarana peneliti untuk dapat penelitian dan alat peneliti untuk mengontrol variabel dalam penelitian.

Klasifikasi jenis penelitian

Klasifikasi yang sering dikemukaan adalah penilitian deskriptif dan penelitian analitik. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujan melakukan deskripsi mengenai fenomena yang ditemukan, baik yang merupakan factor risiko maupun efek atau hasil. Penelitian analitik pula berupa mencari hubungan antar-variable. Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap data yang telah dikumpul,oleh kerana itu pada penelitian analitik perlu dibuat hipotesis dan dalam hasil harus ada uji hipotesis(uji statistika).

Penelitian observasional 1. Laporan kasus dan seri kasus Banyak ahli tidak menganggap laporan kasus dan seri kasus sebagai suatu penelitian. Inti dari penelitian adalah perbandingan, sehingga dari laporan
11

kasus dan seri kasus kita tidak dapat menilai terdapatnya hubungan sebabakibat,karena dilakukan tanpa menggunakan control. Bila ditemukan hal baru dalam suatu laporan kasus, maka hal tersebut harus diperhatikan sungguhsungguh karena faktor peluang sangat besar. Tidak jarang suatu laporan kasus yang mengesankan terdapatnya efek terapi obat atau prosedur pengobatan, setelah diuji dengan penelitian eksperimental hasilnya negatif. 2. Penelitian cross-sectional Dalam penelitian cross-sectional peneliti melakukan observasi atau pengukuran variable pada satu saat tertentu. Jadi pada studi ini tidak dilakukan tindak lanjut terhadap pengukuran yang dikakukan. Desain ini merupakan desain yang sering digunakan baik dalam studi klinis maupun lapangan. Desain cross-sectional banyak digunakan pada penelitian deskriptif maupun analitik. Dalam studi analitik cross sectional mempelajari hubungan antara faktor resiko dengan penyakit (efek), pengukuran terhadap variabel bebas ( faktor resiko) dan variabel tergantung ( efek) hanya dilakukan dalam kurun waktu yang bersamaan. Rasio prevalens memberikan gambaran peran faktor resiko terhadap terjadinya efek atau penyakit. 3. Studi kasus-kontrol Pada studi kasus-kontrol observasi atau pengukuran variable bebas dan tergantung tidak dilakukan pada saat yang sama. Peneliti melakukan pengukuran variable tergantung yakni efek, sedangkan variable bebasnya dicari secara retrospektif. Karena itu, stadi kasus control disebut, studi longitudinal, artinya subject tidak hanya diobservasi pada satu saat tetapi diikuti selama periode yang ditentukan. 4. Studi kohort Pada penelitian kohort yang diidentifikasikan dulu adalah, kausa, ataupun factor resikonya. Kemudian subject diikuti secara prospektif selama periode tertentu untuk mencari terjadi atau tidaknya efek. Pada penelitian kohort murni yang diamati adalah subjek yang belum mengalami pajanan factor resiko serta belum mengalami efek. Sebagian subjek tersebut secara alamiah akan mengalami pajanan terhadap factor resiko tertentu(kelompok yang diteliti) sebagian lain tidak(kelompok control). Kedua kelompok tersebut kemudian diikuti selama periode tertentu, untuk kemudian ditentukan apakah telah terjadi efek atau penyakit yang diteliti. Selain studi kohort prospektif juga dikenal studi kohort retrospekstif, desain ini mengidentifikasi faktor resiko dan efek pada kohort yang terjadi di masa lalu. Analisis yang digunakan sama dengan studi kohort prospektif. Penelitian eksperimental Studi eksperimental dipergunakan untuk mencari hunungan sebab akibat. Studi ini menpunyai kapasitas asosiasi yang lebih tinggi sehingga simpulan yang diperoleh lebih definitid daripada yang diperoleh dari studi observasional. Namun studi eksperimental
12

umumnya mahal dan perlaksanaannya lebih rumit, sehingga penggunaannya lebih terbatas. Studi eksperimental dapat dilakukan pada :

Klinik : sering dilakukan dan di dominasi uji klinis untuk menilai efek terapeutik obat atau prosedur pengobatan. Lapangan : dalam bentuk intervensi komunitas Laboratorium : penelitian dengan hewan percobaan.

Tingkatan Penelitian eksperimental a. Uji klinis i. laboratorium (hewan percobaan) ii. lapangan : komunitas iii. klinis untuk terapi obat b. Intervensi i. pendidikan ii. perilaku iii. kesehatan masyarakat

Tingkatan gradasi : pre experimental,quasi experimental,true experimental

STUDI CROSS-SECTIONAL Studi cross-sectional merujuk pada penelitian yang tidak mempunyai dimensi waktu, pengukuran pelbagai variabel dilakukan satu kali. Langkah-langkah yang terpenting dalam rancangan studi cross-sectional adalah: 1. Merumuskan pertanyaan dan hipotesis yang sesuai 2. Mengidentifikasi variabel bebas dan tergantung 3. Menetapkan subyek penelitian 4. Melaksanakan pengukuran 5. Melakukan analisis data Estimasi relatif dari studi ini dinyatakan dengan rasio prevalens (RP): RP= a/(a+b) : c/(ctd) a/(a+b): prevalens subyek yang mempunyai faktor risiko yang mengalami efek c/(c+d): prevalens subyek tanpa faktor resiko yang mengalami efek.
13

Interpretasi hasil:
1. Prevalens=1variabel yang diduga sebagai faktor resiko tidak ada pengaruhnya dalam

terjadinya efek, atau dengan kata lain netral.


2. Prevalens>1 dan rentang interval kepercayaan mencangkup angka 1 variabel tersebut

merupakan faktor resiko untuk untuk timbulnya penyakit.


3. Prevalens<1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencangkup angka 1faktor yang

diteliti merupakan faktor protektif, bukan faktor resiko.


4. Nilai interval kepercayaan rasio prevalens mencangkup angka 1 populasi yang

diwakili oleh sampel tersebut masih mungkin nilai rasio prevalensnya=1. Keuntungan studi cross-sectional adalah relatif murah, mudah dan hasilnya cepat diperoleh. Keterbatasannya adalah karena tidak adanya dimensi waktu, dari desainnya tidak dapat ditentukan mana penyebab dan mana akibat.

STUDI KASUS-KONTROL Penelitian dimulai dengan identifikasi pasien dengan efek atau penyakit tertentu (disebut kasus) dan kelompok tanpa efek (kontrol). Kemudian secara retrospektif ditelusur faktor resiko yang dapat menerangkan mengapa kasus terkena efek sedangkan kontrol tidak. Langkah-langkah pada studi kasus-kontrol adalah: 1. Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis yang sesuai 2. Mendiskripsikan variabel penelitian: faktor resiko, efek
14

3. Menentukan populasi terjangkau dan sampel (kasus, kontrol) dan cara untuk pemilihan subyek penelitian 4. Melakukan pengukuran variabel efek dan faktor resiko 5. Menganalisis data Kasus-kontrol tanpa matching: Faktor resiko + Faktor resiko Jumlah Kasus A C a+c Kontrol B D b+d Jumlah a+b c+d a+b+c+d

a: kasus yang mengalami pajanan b: kontrol yang mengalami pajanan c: kasus yang tidak mengalami pajanan d: konrol yang tidak mengalami pajanan Resiko relatifratio odds (RO)= {a/(a+b):b(a+b)/{c(c+d);d(c+d)} = a/b:c/d = ad/bc

Kasus-kontrol dengan matcing: Kontrol Resiko + Resiko + a Resiko c a: kasus dan kontrol mengalami pajanan Kasus b: kasus mengalami pajanan, kontrol tidak c: kasus tidak mengalami pajanan, kontrol mengalami d: kasus dan kontrol tidak mengalami pajanan Studi kasus-kontrol dapat merupakan satu-satunya desain untuk menentukan etiologi pada kasus-kasus yang jarang dtemukan. Kekurangan terpenting pada studi kasus-kontrol adalah terdapatnya recall bias. Resiko b d

STUDI KOHORT Studi kohort merupakan jenis penelitian epidemiologis noneksperimental yang sering digunakan untuk mempelajari hubungan antara faktor resiko dengan efek atau penyakit. Studi kohort merupakan penelitian observasional analitik yang biasanya digunakan untuk menentukan pengaruh pajanan terhadap kejadian efek atau penyakit.
15

Jenis-jenis studi kohort: 1. Studi kohort prospektif dengan kelompok pembanding internal 2. Studi kohort prospektif dengan kelompok pembanding eksternal (studi kohort ganda) 3. Studi kohort retrospektif 4. Case-cohort study 5. Nasted case-control study

Studi kohort: Efek Faktor resiko Ya Ya Tidak a c Tidak b d b+d Jumlah a+b c+d a+b+c+d

Jumlah a+c

a. Subyek dengan faktor resiko yang mengalami efek b. Subyek dengan faktor resiko yang tidak mengalami efek c. Subyek tanpa faktor resiko yang mengalami efek
16

d. Subyek tanpa faktor resiko yang tidak mengalami efek Resiko relatif(RR) dihitung dengan formula RR= a/(a+b) : c/(c+d) Nilai RR harus disertai dengan interval kepercayaan (IK). RR=1 atau RR dengan IK yang mencakup angka 1 menujukkan bahawa pajanan bukan merupakan faktor resiko, nilai IK>1 menujukkan bahwa pajanan benar merupakan faktor resiko dan nilai IK<1 menujukkan bahwa pajanan merupakan faktor protektif. Langkah-langkah pada studi kohort: 1. Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis 2. Menetapkan kohort 3. Memilih kelompok kontrol 4. Menentukan variabel penelitian 5. Mengamati terjadinya efek 6. Menganalisis hasil

UJI KLINIS Uji klinis(clinical trials) merupakan penelitian eksperimental terencana yang dilakukan pada manusia. Desain eksperimental yang paling sering digunakan: 1. Desain pararel: merupakan suatu perbandingan antar-kelompok (group comparison), dapat bersifat perbandingan kelompok independent ataupun kelompok pasangan serasi (matched pairs), ada dua teknik: a. Desain pararel tanpa matching (kelompok independent) b. Desain pararel dengan matching 2. Desain menyilang(cross-over design) Langkah-langkah dalam uji klinis: 1. Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis 2. Menentukan desain uji klinis yang sesuai 3. Menetapkan peserta penelitian 4. Mengukur variabel data dasar 5. Melakukan randomisasi 6. Melaksanakan perlakuan

17

7. Mengukur variabel efek 8. Menganalisis data Uji klinis dapat berupa uji klinis pregmatik(untuk menilai efektivitas obat) atau uji klinis explanatory(efficacy obat secara farmakologis). Pada uji klinis pragmatik setiap subyek yang telah di randomisasi harus di ikutsertakan dalam analisis kelompok semula. Pada uji klinis explanatory analisis hanya dilakukan pada subyek yang menyelesaikan penelitian (on treatment analysisis).

VARIABEL DAN HUBUNGAN ANTAR-VARIABEL Variabel bebas (independen, prediktor, resiko, kausa) adalah variabel yang apabila ia berubah akan mengakibatkan perubahan pada variabel lain; variabel yang berubah akibat perubahan variabel bebas disebut variabel tergantung ( dependend, efek, outcome,event). Variabel perancu adalah variabel adalah variabel yang berhubungan dengan variabel bebas dan variabel tergantung tapi bukan merupakan variabel antara. VARIABEL BEBAS VARIABEL TERGANTUNG

VARIABEL PERANCU

Cara mengontrol perancu: 1. Mengidentifikasi variabel perancu 2. Menyingkirkan perancu 2.1 Menyingkirkan perancu dalam desain a. Restriksi b. Matching c. Randomisasi 2.2 Menyingkirkan faktor perancu dalam analisis a. Stratifikasi b. Analisis multivariat Regresi multipel Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 ... +bixi Regresi logistik

18

Ln[p/1-p]=a+b1x1+b2x2+b3x3... +bixi Atau P= 1 1+e (a+b1x1+b2x2+b3x3...+bixi) P adalah peluang terjadinya efek x1 sampai xi adalah variabel prediktor dan perancu b1 sampai bi adalah koefisien regresi a adalah konstanta Analisis hubungan antara variabel terdapat beberapa kemungkinan yang harus dipikirkan: 1. Hubungan tersebut adalah semata-mata akibat fator peluang atau chance akibat pemilihan subyek penelitian ataupun akibat pengukuran (variabilitas subyek, pemeriksa atau pemeriksaan) 2. Hubungan tersebut disebabkan oleh bias, banyak jenis bias yang diketahui yang dikelompokkan dalam bias inklusi, bias pengukuran, dan bias perancu. 3. Hubungan sebab-akibat

PEMILIHAN UJI HIPOTESIS Uji hipotesis merupakan prosedur statistika untuk menunjukkan kesahihan suatu hipotesis. Hipotesis nol yaitu hipotesis bahwa tidak ada perbedaan atau tidak ada hubungan antar-variabel. Menolak hipotesis nol sehingga dapat membuat suatu kesimpulan ada atau hubungan di antara dua atau lebih kelompok, pada akhirnya akan didapat nilai p. Nilai P
1. Tentukan hipotesis 0 H0 : obat standar=obat x 2. Tentukan hipotesis alternatif H0 : obat standar obat x 3. Tentukan uji hipotesis yang akan digunakan. Jika datanya nominal digunakan x2

4. Hitung nilai expected, yaitu berapa besar masing-masing sel (sel a,b,c,d) bila obat standar dan obat x sama baiknya, dengan kata lain hipotesis 0 benar.
5. Nilai expected dapat dihitung dengan rumus:

(nilai total kolom x total baris yang sesuai) / nilai total Contoh: perbandingan pengobatan meningitis dengan obat standar dan obat x Sembuh Obat standar 60 (a) Meninggal 40 (b) Jumlah 100

19

Obat x Jumlah P=0,035

75 (c) 135

25 (d) 65

100 200

Uji hipotesis harus dipandang sebagai sarana untuk membantu interpretasi nilai hasil penelitian. Nilai p menunjukkan besarnya peluang untuk mendapatkan hasil bila hipotesis nol benar. Nilai p yang kecil yang menunjukkan kemaknaan statistika, harus dibedakan dengan kemaknaan klinis. Artinya hasil penelitian dapat secara statistika bermakna namun secara klinis tidak penting, dan sebaliknya. Uji hipotesis bergantung pada desain penelitian dan jenis data yang diperoleh pada sampel.

20

Anda mungkin juga menyukai