Anda di halaman 1dari 82

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR PENYAKIT STEMI (ST ELEVASI MIOKARD


INFARK)

oleh
Annisa Kusuma Wardhani
NIM 172310101035

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
1
LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR PENYAKIT STEMI (ST ELEVASI MIOKARD


INFARK)

Disusun guna melengkapi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal dengan


Dosen Pembimbing Ns. Jon Hafan S, M.Kep., Sp.Kep.MB

oleh
Annisa Kusuma Wardhani
NIM 172310101035

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
i
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal dengan Judul

“KONSEP DASAR PENYAKIT STEMI (ST ELEVASI MIOKARD


INFARK)”

yang disusun oleh :

Kelompok : 9

Kelas/Angkatan : A-2017

Telah disetujui untuk diseminarkan dan dikumpulkan pada :

Hari/Tanggal :

Makalah ini dikerjakan dan disusun dengan pemikiran sendiri, bukan hasil
jiplakan atau reproduksi ulang makalah yang telah ada.

Penulis

Annisa Kusuma Wardhani


NIM 172310101035

Mengetahui

Penanggung jawab mata kuliah DosenPembimbing

Ns. Jon Hafan S, M.Kep., Sp.Kep.MB Ns. Jon Hafan S, M.Kep.,


Sp.Kep.MB
NIP. 198401022015041002 NIP: 198805102015041002
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal
dengan judul “Konsep Dasar Penyakit St Elevasi Miokard Infark (STEMI)”.
Laporan Pendahuluan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Keperawatan Medikal pada Fakultas Keperawatan Universitas Jember.

Dalam penyusunan laporan pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan


berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas ini diantarnya:

1 Ns. Jon Hafan S, M.Kep., Sp.Kep.MBselaku penanggung jawab dan dosen


pembimbing mata kuliah Keperawatan Medikal
2 Ucapan terimakasih penulis kepada teman-teman yang telah mendukung,

Penulis juga menerima kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak,
khususnya bagi penulis dan pembacanya

Jember, 15 September 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................. i

Halaman Pengesahan ....................................................................................... ii

Kata Pengantar ................................................................................................ iii

Daftar Isi .......................................................................................................... iv

BAB 1. KONSEP PENYAKIT ..................................................................... 1

1.1 Tinjauan Pustaka ............................................................................. 1


1.1.1 Definisi ................................................................................... 1
1.1.2 Anatomi Fisiologi ................................................................... 3
1.1.3 Epidemiologi ......................................................................... 6
1.1.4 Etiologi .................................................................................. 7
1.1.5 Patofisiologi ........................................................................... 8
1.1.6 Manifestasi Klinik ................................................................. 10
1.1.7 Pemeriksaan Penunjang ......................................................... 10
1.1.8 Penatalaksanaan Medis ........................................................... 12
1.1.9 Pathway .................................................................................. 17

BAB 2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN ......................... 18

2.1 Assessment / Pengkajian ....................................................... 18


2.2 Diagnosa Keperawatan .......................................................... 28
2.3 Intervensi Keperawatan ......................................................... 29

BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN .......................................................... 44

BAB 4. PENUTUP.......................................................................................... 75

4.1 Kesimpulan ............................................................................. 75


4.2 Saran ....................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 76

iv
BAB I

KONSEP PENYAKIT

1.1 Tinjauan Pustaka


1.1.1 Definisi

Gambar 1.1.1.1. Acute Coronary Syndrome (ACS)


Acute Coronary Syndrome (ACS) merupakan sindroma klinis
akibat adanya penyumbatan pembuluh darah koroner, baik bersifat
intermitten maupun menetap akibat rupturnya plak atherosklerosis.
Sehingga terjadi kondisi iskemia miokardium dan penurunan aliran
darah koroner secara tiba-tiba. ACS memiliki 3 bentuk tergantung
oklusinya yaitu angina pektoris tak stabil (Unstable Angina
Pectoris/UAP), infark miokard dengan ST Elevasi (ST Elevation
Myocard Infarct/STEMI), dan infark miokard tanpa ST Elevasi (Non
ST Elevation Myocard Infarct/NSTEMI) (Andrayani, 2016).

Gambar 1.1.1.2 Perluasan kematian otot jantung

1
ST Elevasi Miokardial Infark (STEMI) merupakan suatu kondisi
yang mengakibatkan kematian sel miosit jantung karena iskhemia
yang berkepanjangan akibat oklusi koroner akut. STEMI merupakan
jenis terberat dari kelompok ACS atau CAD dimana terjadi oklusi total
pada arteri koroner yang menyebabkan iskemia dan perluasan daerah
infark. Infark miokard akut dengan elevasi ST (STEMI) terjadi jika
aliran darah koroner menurun secara mendadak akibat oklusi trombus
pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya.
STEMI ditandai dengan adanya nyeri dada saat istirahat, nyeri
menetap, durasi lebih dari 30 menit dan tidak hilang, peningkatan
enzim jantung. Pada hasil EKG terdapat peningkatan ST elevasi yang
menunjukkan elevasi segmen ST 1 mV pada 2 sadapan yang
berdekatan pada lead ekstremitas dan atau elevasi segmen ST 2 mV
pada minimal 2 sadapan yang berdekatan pada lead prekordial
(Darliana, 2010)

Gambar 1.1.1.3 Perubahan rekam jantung (EKG) pada serangan


jantung STEMI

2
1.1.2 Anatomi Fisiologi

Gambar 1.1.2.1 Jantung


Jantung adalah sebuah organ internal yang memiliki ukuran
sebesar genggaman tangan, dengan berat kurang lebih 250 – 300
gram. Tersusun dari jaringan otot jantung yang bersifat involunteer
(tak sadar). Jantung bertugas untuk memompa darah ke seluruh tubuh
sebanyak 2000 kali darah/hari dengan melakukan mekanisme gerakan
denyutan sebanyak 100.000 kai per hari. Letak jantung berada di
dalam rongga dada dengan letak di tengah condong ke kiri, berbatas
kanan dan kiri dengan paru-paru, berbatas bawah dengan otot
diafragma. Jantung memiliki selaput pembungkus yang disebut
pericardium berfungsi melindungi jantung dari gesekan dengan organ
lainnya (Kuntoadi, 2019).
Selaput pembungkus jantung pericardium tersusun atas dua lapis,
yaitu lamina parietalis merupakan lapisan pericardium bagian luar
yang melekat pada tulang rusuk, rongga dada, dan organ paru paru,
dan lapisan viseralis merupakan lapisan yang melekat pada jantung.
Jantung juga memliki dinding jantung yang tebagi menjadi tiga yaitu,
1. Lapisan epikardium (visceral pericardium) adalah lapisan
terluar jantung tersusun atas jaringan ikat dan lemak berfungsi
untuk pelindung tambahan jantung dibawah lapisan pericardium

3
2. Lapisan miokardium (visceral myocardium) adalah lapisan
dinding jantung kedua dibawah epikardium. Terdiri dari
jaringan otot berfungsi sebagai terjadinya gerak jantung
berdenyut memompa darah ke seleuruh tubuh
3. Lapisan endokardium (visceral endocardium) adalah lapisan
dinding jantung paling dalam yan bertemu dengan ruang
jantung dan terdiri dai epitel skuamosa.

Gambar 1.1.2.2 lapisan jantung

Jantung manusia memeliki 4 ruang berongga yaitu,


a. Serambi Jantung/Atrium Jantung/Atrium
Berdasarkan letaknya atrium tebagi menjadi dua yaitu, atrium
kanan dan atrium kiri. Atrium berfungsi menampung darah
yang masuk ke jantung melalui pembuluh darah vena
pulmonalis untuk atrium kiri serta pembuluh darah vena cava
untuk atrium kanan (Kuntoadi, 2019).
b. Biliki jantung/Ventrikel jantung/Ventricle
Berdasarkan letaknya terbagi menjadi dua, yaitu ventrikel
kanan dan ventrikel kiri. Ventrikel jantung berfungsi
menampung darah yang berasal dari ruang atrium dan

4
kemudian memompa darah dari atrium dan memompa darah
keluar melalui pembuluh darah aorta untuk ventrikel kiri dan
pembuluh darah arteri pulmonalis untuk ventrikel kanan
(Kuntoadi, 2019).
Katup jantung berfungsi sebagai pintu pembatas antara ruang
ruang jantung dalam membuka dan menutup. Katup jantung terdiri
dari 2 jenis, yaitu :
a. Katup Atrioventrikularis ( Katup A.V)
Katup antrioventrikularis adalah katup jantung yang berada
di runag atrium dan ventrikel. Berfungsi dalam mencegah
aliran balik darah dari ventrikel kembali atrium. Yang
biasanya disebut degan fase Sistole. Katup ini tebagi atas :
- Katup bikuspidalis/ bicuspid valve
Katup yang memiliki 2 daun katup yang membatasi atrium
kiri dengan ruang ventrikel kiri.
- Katup trikuspidalis/Tricuspid Valve
Katup jantung yang memilik 3 yang membatasi dengan
ruang ventrikel kiri (Kuntoadi, 2019).
b. Katup Semilunaris
Katup semilunaris adalah katup jantung yang berbentuk
seperti bulan sabit. Berfungsi dalam mencegah aliran balik
darah yang sudah keluar dari jantung kembali ke ruang
ventrikel selama fase diastole. Katup ini terletak antara ruang
ventrikel dengan pembuluh darah di luar jantung.
- Katup Aorta /Aortic Valve
Katup jantung yang membatasi antara ruang ventrikel kiri
dengan pembuluh aorta dalam mencegah aliran balik
darah dari aorta kembalike ventrikel kiri
- Katup Pulmonalis/Pulmonary Valve
Katup jantung yang membatasi antara ruang ventrikel
kanan dengan pembuluh arteri pulmoalis dalam

5
mencegah aliran balik darah dari arteri pulmonalis
kembali ke ventrikel kanan (Kuntoadi, 2019).
Sistem sirkulasi pada peredaran darah manusia bertugas
mengalirkan darah bersih ke seluruh tubuh serta kea rah paru
paru, kemudian mengalirkan darah kotor kembali ke jantung dan
mengarahkannya ke paru paru, sistem sirkulasi jantung terdiri atas
dua rute, yaitu :
a. Siskulasi Sitemik atau sirkulasi besar
Jantung antrium kiri menuju ke jantung ventrikel kiri
kemudian menuju ke aorta dari aorta ke seluruh tubuh
melewati vena cava superior/inferior lalu menuju ke
jantung
b. Sirkulasi pulmonal/ sirkulasi kecil
Jantung antrium kanan menuju ke jantung ventrikel
kanan kemudian menuju ke arteri pulmonalis ke paru-
paru melewati vena pulmonalis lalu menuju ke jantung
1.1.3 Epidemiologi
Menurut WHO tahun 2013 menunjukkan bahwa sebanyak
17.3 miliar orang di dunia meninggal karena penyakit kardiovaskuler
dan diperkirakan akan mencapai 23.3 miliar penderita yang
meninggal pada tahun 2020. Data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah tahun 2006 menunjukkan kasus penyakit jantung koroner
sebesar 26,38 per 1000 penduduk. Kasus IMA jumlahnya meningkat
hingga 3 kali lipat lebih. Tahun 2013, ± 478.000 pasien di Indonesia
didiagnosa Penyakit Jantung Koroner (PJK). Sedangkan prevalensi
STEMI meningkat dari 25% ke 40% dari presentasi semua kejadian
Infark Miokard (Depkes, 2013).
Kasus Sindroma Koroner Akut (SKA) pada RSUD dr.
Dradjat Prawiranegara, Serang pada tahun 2014 adalah sebanyak 151
kasus SKA yang dapat dianalisis. Dari 151 kasus SKA, terdapat 95

6
kasus STEMI (63%), 29 kasus NSTEMI (19%), dan 27 kasus UAP
(18%).
Dari 95 kasus STEMI tersebut hanya 40 pasien yang datang
saat onset <12 jam (42%) dan hanya 20 pasien (50%) yang menjalani
fibrinolitik. Alasan tidak dilakukan fibrinolitik pada kelompok pasien
dengan onset <12 jam adalah karena terdapat kontraindikasi dan
karena pasien menolak tahun (72%), 83 pasien laki-laki (87%). Di
antara 95 pasien STEMI, 19 pasien meninggal (20%). Faktor risiko
pasien STEMI adalah hipertensi (46%), diabetes melitus (35%), dan
gagal ginjal kronis (9%). Gejala dan tanda klinis saat pasien datang
adalah tekanan darah sistolik rendah (6%), laju nadi cepat (11%), dan
aritmia (15%) (Gayatri dkk, 2016).
1.1.4 Etiologi

Stemi terjadi penurunan secara mendadak pada aliran darah


koroner akibat oklusi trombotik total dari arteri koronaria yang
sebelumnya menyempit oleh aterosklerosis yang mengalami ruptur,
ulserasi dan fisur pada arteri koroner menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokardium.
Pada kondisi awal akan terjadi ischemia miokardium, namun bila
tidak dilakukan tindakan reperfusi segera maka akan menimbulkan
nekrosis miokard yang bersifat irreversible. Faktor-faktornya berasal
dari kebisaan merokok, riwayat hipertensi, dan akumulasi lipid
(Sofyan, 2016).
1. Merokok
Merokok dapat memperparah dari penyakit koroner diantaranya
karbondioksida yang terdapat pada asap rokok akan lebih mudah
mengikat hemoglobin dari pada oksigen, sehingga oksigen yang
disuplai ke jantung menjadi berkurang. Merokok dapat
meningkatkan adhesi trombosit yang akan dapat mengakibatkan
kemungkinan peningkatan pembentukan thrombus.

7
2. Tekanan darah tinggi
Tekanan darah tinggi merupakan juga faktor risiko yang dapat
menyebabkan penyakit arteri koroner. Tekanan tinggi yang terus
menerus menyebabkan suplai kebutuhan oksigen jantung
meningkat.
3. Kolesterol darah tinggi
Lemak yang tidak larut dalam air terikat dengan lipoprotein yang
larut dengan air yang memungkinkannya dapat diangkut dalam
system peredaran darah. Peningkatan kolestreol low density
lipoprotein (LDL) dihubungkan dengan meningkatnya risiko
koronaria dan mempercepat proses arterosklerosis.
4. Obesitas
Obesitas meningkatkan risiko terkena penyakit jantung koroner
24,49 % penyakit jantung di Negara berkembang karena
peningkatan indeks masa tubuh (IMT) > 24-30km/m2.
5. Inaktifitas fisik
Kegiatan gerak dapat memperbaiki efisiensi jantung dengan
cara menurunkan kadar kecepatan jantung dan tekanan darah.
Dampak terhadap fisiologis dari kegiatan mampu menurunkan
kadar kepekatan rendah dari lipid protein, menurunkan kadar
glukosa darah dan memperbaiki cardiac output.
6. Stres psikologis
Stres merangsang sistem kardiovaskuler melepaskan
katekolamin yang meningkatkan kecepatan jantung dan
vasokontriksi.
1.1.5 Patofisiologi
Beberapa faktor risiko seperti obesitas, merokok, kolesterol
darah tinggi dan tekanan darah tinggi menyebabkan terbentuknya
bekuan darah / thrombus dalam pembuluh darah sedangkan tingginya
kadar kolesterol dalam darah akan menimbulkan plak pada lumen

8
pembuluh darah dan jika terus menerus akan terjadi penyampitan
pembuluh darah, maka terjadilah aterosklerosis
Proses aterosklerotik dimulai ketika adaya luka pada sel endotel
yang bersentuhan langsung dengan zat-zat dalam darah. Permukaan
sel endotel yang semula licin menjadi kasar, sehingga zat-zat didalam
darah menempel dan masuk kelapisan dinding arteri. Penumpukan
plaque yang semakin banyak akan membuat lapisan pelindung arteri
perlahan-lahan mulai menebal dan jumlah sel otot bertambah. Setelah
beberapa lama jaringan penghubung yang menutupi daerah tersebut
berubah menjadi jaringan sikatrik, yang mengurangi elastisitas arteri.
Semakin lama semakin banyak plaque yang terbentuk dan membuat
lumen arteri mengecil.
Proses awal terbentuknya aterosklerosis karena adanya proses
pembentukan plak. Plak terjadi karena adanya kolesterol serum
tinggi, hipertensi, infeksi virus dan kadar besi darah tinggi di tunika
intima arteri besar dan arteri sedang. Jika berlangsung terus menerus
selama hidup akan bermanifestasi sebagai ACS. ACS terjadi karena
ruptur plak aterosklerotik dan plak yang ruptur tersebut menyumbat
kurang dari 50% diameter lumen. Setelah terjadi ruptur plak atau
erosi endotel, matriks subendotel akan terpapar darah yang ada di
sirkulasi menyebabkan adhesi trombosit yang diikuti aktivasi dan
agregasi trombosit yang akan membentuk trombus. Trombus tersebut
akan menyumbat dan akan mengalami infark miokard. Maka
kontraksi miokard akan menurun dan terjadi gangguan gerakan
miokard yang akan mengubah hemodinamik. Selain itu, penurunan
fungsi ventrikel kiri yang mengurangi curah jantung (Wijaya, 2015)

9
1.1.6 Manifestasi Klinik

Gambar 1.1.6.1. Tanda dan gejala STEMI


Gambaran klinis STEMI umumnya berupa nyeri dada yang
khas, perubahan pada EKG dan peningkatan enzim jantung. Nyeri
dada khas ACS STEMI dicirikan sebagai nyeri dada di bagian
substernal, retrosternal dan prekordial. Karakteristik seperti ditekan,
diremas, dibakar, terasa penuh yang terjadi dalam beberapa menit.
Nyeri dapat menjalar ke dagu, leher, bahu, punggung, atau kedua
lengan. Nyeri disertai rasa mual, sempoyongan, berkeringat, berdebar,
dan sesak napas. Selain itu, hipotensi yang menunjukkan adanya
disfungsi ventrikular, hipertensi dan diaphoresis/ berkeringat yang
menunjukkan adanya respon katekolamin, edema dan peningkatan
tekanan vena jugular yang menunjukkan adanya gagal jantung.
(Sudoyo AW dkk, 2010).
1.1.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Pemeriksaan EKG 12 lead merupakan pemeriksaan pertama
dalam menentukan pasien ACS. Pasien dengan keluhan nyeri
dada khas harus sudah dilakukan pemeriksaan EKG maksimal 10
menit setelah kontak dengan petugas. Pada ACS STEMI
didapatkan gambaran hiperakut T, elevasi segmen ST yang diikuti

10
terbentuk gelombang Q patologis, kembalinya segmen ST pada
garis isoelektris dan gelombang T terbalik. Perubahan ditemui
minimal pada 2 lead yang berdekatan. Adanya RBBB/LBBB
onset baru merupakan tanda perubahan EKG pada infark
gelombang Q. Perekaman EKG harus diulang minimal 3 jam
selama 6-9 jam, dan 24 jam setelahnya, dan secara langsung
diperiksa EKG ketika pasien mengalami gejala nyeri dada
berulang/rekuren. Terkadang perlu juga dilakukan pemeriksaan
lead V7-V9 dan lead V3R dan V4R, bila didapatkan ST depresi di
V1-V2 dengan gelombang R prominen dan gejala infark inferior
(Wijaya, 2015).

Gambar 1.1.7.1 Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)

2. Pemeriksaan laboratorium
Untuk menegakkan adanya ACS, dapat melakukan
pemeriksaan troponin untuk membedakan antara infark dan
angina tidak stabil. Troponin lebih spesifik dan sensitif dibanding
enzim kardiak lain seperti creatinin kinase (CK) dan isoenzimnya
(CKMB). CK-MB dan Troponin T atau I meningkat 4-8 jam
setelah infark. Peningkatan bermakna minimal 1,5 kali dari batas
normal. Pemeriksaan harus dilakukan secara serial bila pada

11
pemeriksaan pertama normal tetapi diduga kuat mengalami
infark. Peningkatan Troponin mengindikasikan adanya infark
(Sudoyo dkk, 2010)
1. CKMB meningkat setelah 3 jam bila ada infark miokard dan
mencapai puncak dalam 10-24 jam dan kembali normal
dalam 2-4 hari. Operasi jantung, miokarditis, dan kardioversi
elektrik dapat meningkatkan CKMB.
2. cTn : ada dua jenis yaitu cTn T dan cTn I. Enzim ini
meningkat setelah 2 jam bila ada infark miokard dan
mencapai puncak dalam 10-24 jam dan cTn T masih dapat
dideteksi setelah 5-14 hari sedangkan cTn I setelah 5-10 hari.
3. Radiografi thoraks
Foto rontgen thoraks membantu dalam mendeteksi adanya
kardiomegali dan edema pulmonal, atau memberikan petunjuk
penyebab lain dari simptom yang ada seperti aneurisma thoraks
atau pneumonia (Wijaya, 2015)
4. Ekhokardiografi
Pemeriksaan ekhokardiografi dapat mengidentifikasi abnormalitas
pergerakan dinding miokard dan membantu dalam menegakkan
diagnosis. Ekhokardiografi membantu dalam menentukan luasnya
infark dan keseluruhan fungsi ventrikel kiri dan kanan, serta
membantu dalam mengidentifikasi komplikasi seperti regurgitasi
mitral akut, ruptur LV, dan efusi perikard (Wijaya, 2015).
1.1.8 Penatalaksanaan Medis
Menurut Wijaya (2015) memperbaiki prognosis dengan cara
mencegah infark miokard lebih lanjut dan kematian. Yang
dilakukan adalah mengurangi progresivitas plak, menstabilkan
plak dengan mengurangi inflamasi, memperbaiki fungsi endotel,
serta mencegah trombosis bila terjadi disfungsi endotel atau
pecahnya plak. Tujuan yang kedua adalah memperbaiki simptom
dan iskhemik.

12
Dalam 10 menit pertama sejak pasien datang ke instalasi
gawat darurat, harus sudah dilakukan penilaian meliputi
anamnesa riwayat nyeri, pemeriksaan fisik, EKG 12 lead dan
saturasi oksigen, pemeriksaan enzim jantung, elektrolit dan
bekuan darah serta menyiapkan intra vena line dengan D5%.
Penatalaksanaan awal ACS adalah dengan farmakologi,
dengan pemberian:
a. Agen anti iskemik (nitrat, calcium chanel blocker, beta
blocker).
b. Agen anti platelet (aspirin, P2Y12 reseptor inhibitor:
clopidogrel, prasugrel, dan ticagrelol, glikoprotein IIb/IIIa
reseptor antagonis: abciximab, tirofiban, dan eptifibatide).
c. Anti koagulan (Unfractionated Heparin/UFH, Low Molecular
Weight Heparins/(LMWH).
Kemudian dilanjutkan dengan revaskularisasi arteri koroner:
a. Ibrinolitik/trombolitik
b. Percutaneous coronary intervention (PCI)
c. Coronary artery bypass grafting (CABG)

Tatalaksana di ruang emergensi

Tatalaksana di IGD adalah mengurangi/menghilangkan nyeri


dada, mengidentifikasi cepat pasien yang merupakan kandidat
terapi reperfusi segera, triase pasien risiko rendah ke ruangan yang
tepat di rumah sakit dan menghindari pemulangan cepat pasien
dengan STEMI. Penatalaksaannya antara lain, yaitu :
1) Oksigen
Suplemen oksigen harus diberikan ada pasien dengan saturasi
oksigen <90%. Pada semua pasien STEMI tanpa komplikasi
dapat diberikan oksigen selama 6 jam pertama. Pemberian
oksigen dapat mengurangi ST elevasi karena akan mengurangi

13
kerusakan dari miokard melalui mekanisme peningkatan suplai
oksigen. Pemberian oksigen melalui nasal kanul 2-4 lt/menit.
2) Nitrogliserin
Pemberian ISDN (isosorbid dinitrat) sublingual diberikan 5
mg dapat diberikan sampai 3 dosis dengan interval 5 menit.
Nitrat berfungsi sebagai venodilator, sehingga akan
menyebabkan “pooling darah” dan menurunkan venous
return/preload, sehingga kerja jantung akan berkurang. Selain
itu, dapat merelaksasikan otot polos pembuluh koroner
sehingga suplai oksigen pada jantung dapat ditingkatkan.
Pengggunaan harus dilakukan hati-hati pada pasien infark
ventrikel kanan dan infark inferior, selain itu tidak boleh
diberikan pada pasien dengan TD ≤ 90 mmHg atau 30 mmHg
lebih rendah dari pemeriksaan TD awal
3) Morfin
Apabila nyeri tidak berkurang dengan ISDN. Morfin dapat
diberikan dengan dosis 2-4 mg dan dapat diulang dengan
interval 5-15 menit sampai dosis total 20 mg. Pemberian dapat
diberikan secara intravena. Efek analgesik akan menurunkan
aktivasi sistem saraf pusat dalam melepaskan katekolamin
sehingga akan menurunkan konsumsi oksigen oleh miokard,
selain itu juga mempunyai efek venodilator yang akan
menurunkan preload ventrikel kiri, dan dapat menurunkan
tahanan vaskular sistemik yang akhirnya akan menurunkan
afterload
4) Aspirin
Merupakan tatalaksana dasar pada pasien yang dicurigai
STEMI dan efektif pada spektrum sindroma koroner akut.
Pemberian aspirin loading 160-325 mg dengan dosis
pemeliharaan 75-150 mg/hari. Tablet kunyah aspirin
mempunyai efek antiagregasi platelet yang irreversibel.

14
Aspirin bekerja dengan menghambat enzim cyclooksigenase
yang selanjutnya akan berefek pada penurunan kadar
thromboxan A2, yang merupakan aktivator platelet. Selain itu,
aspirin juga mempunyai efek penstabil plak.
(5). Tindakan reperfusi

Gambar 1.1.7.2 Terapi reperfusi

Pemilihan reperfusi dilihat dari onset serangan atau nyeri


dada ketika pasien datang ke ruang emergensi (rumah sakit).
Bila onset kurang dari 3 jam, maka tindakan yang dilakukan
adalah reperfusi dengan fibrinolitik, dengan waktu door to
needle maksimal 30 menit. Meskipun terdapat perbaikan, harus
tetap dilakukan PCI dalam 24 jam pertama. Bila onset kurang
dari 12 jam, maka segera dilakukan PCI primer, dengan waktu
door to balloon maksimal 90 menit. Bila onset lebih dari 12
jam maka dilakukan heparinisasi dengan tetap dilakukan PCI.

15
Pasien tetap diberikan antikoagulan dan antiplatelet sebelum
dan selama pasien akan dilakukan PCI. Namun PCL lebih
mahal dari sarana yang tersedia jadi hanya beberapa rumah
sakit saja yang memilikinya.

16
1.1.9. Pathway

Faktor Risiko : Merokok, hipertensi, kolesterol, Kurang terpapar


obesitas Informasi

Thrombus pada pembuluh darah


Defisien pengetahuan
Penyempitan pembuluh darah

NSTEMI Blok Sebagian STEMI


Aterosklerosis Blok total
I

EKG : ST
Ansietas Gelisah elevasi atau
Metabolisme depresi
Iskemia Miokard Anaerob

Produksi asam
Nyeri Akut Penurunan Ketidakseimbanga
Suplai O2 tidak laktat Berat badan n Nutrisi : Kurang
seimbang nafsu makan turun dari kebutuhan
Nyeri Dada Kesulitan tubuh
Asidosis
mempertahank
Meningkatnya an tetap tidur
kebutuhan O2 Stimulasi Kelemahan Intoleransi
Glikolisis Aktivitas
terhambat Nosiseptor
Gangguan Suplai O2 ke
takipnea Kerusakan sel Pola Tidur jaringan
Defisiensi ATP reversibel
17
Ketidakefektifan Kerusakan Penurunan Curah
Pompa jantung Volume sekuncup
Pola Nafas Systolic pumping Jantung
tidak terkoordinasi
action ventri
Kerusakan
Systolic pumping
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
Pengakajian
Identitas Klien
Nama : No. RM :
Umur : Pekerjaan :
Jenis Kelamin : Status Perkawinan :
Agama : Tanggal MRS : Jam :
Pendidikan : Tanggal Pengkajian : Jam :
Alamat : Sumber Informasi :

1. Diagnosa Medik
Diagnosa yang ditegakkan oleh dokter, pada pasien dengan CAD
STEMI diagnosa yang mungkin ialah nyeri dada sebelah kiri yang
berlangsung selama + 30 menit. Hasil EKG ditemukan adanya ST
elevasi > 2mm minimal di 2 sadapan prekordial yang berdampingan
atau > 1 mm pada 2 sadapan ekstremitas.
2. Keluhan Utama
Penyebab yang mendorong klien mencari pertolongan. Pada
umumnya klien dengan STEMI lebih cenderung mengeluhkan nyeri
dada sebelah kiri seperti di remas-remas dan sesak nafas
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Rincian penyakit mulai dari awal sampai saat pertama kali
berhubungan dengan petugas kesehatan. Waktu kejadian, cara
(proses), tempat, suasana, manifestasi masalah, perjalanan
penyakit/masalah (riwayat pengobatan, persepsi tentang penyebab &
penyakit). Semua urutan peristiwa dicatat dengan tepat. Pada klien
dengan keluhan nyeri disertakan penjabaran PQRST.
4. Riwayat Penyakit Terdahulu
a. Penyakit yang pernah dialami :

18
Riwayat penyakit yang pernah diderita: jenis, tindakan
pengobatan, pemberi perawatan, prognosis, hospitalisasi,
dan lain-lain. Pada umumnya pada klien dengan STEMI
memiliki riwayat penyakit pernafasan yaitu merasakan
sesak nafas.
b. Alergi (obat, makanan, plester, dll):
Semua jenis alergen beserta efek yang ditimbulkan.
c. Imunisasi:
Semua riwayat imunisasi, baik imunisasi dasar maupun
tambahan.
d. Kebiasaan/pola hidup/life style:
Kebiasan pasien setiap hari, misalkan merokok, olahraga,
makanan, aktivitas, dan lainnya.
e. Obat-obat yang digunakan:
Riwayat obat-obatan yang digunakan oleh pasien
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Status kesehatan keluarga, usia dan penyebab kematian keluarga,
orang tua, saudara kandung, pasangan, anak, kaji riwayat penyakit
keturunan. STEMI dapat berasal dari penyakit hipertensi. Dan
Hipertensi merupakan penyakit keturunan.
Genogram :
Minimal 3 generasi (pasien berada di generasi ketiga)

Keterangan :
: Laki-laki : Pasien
: Perempuan : Meninggal
: Menikah
// Cerai
: Anak Kandung
: Anak Kembar

19
Pengkajian 11 fungsi Gordon (DKKD,2018)
1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
Mendeskripsikan pola kesehatan dan kesejahteraan klien dan bagaimana
kesehatan dikelola. Termasuk persepsi individu tentang status kesehatan
dan relevansinya dengan kegiatan saat ini dan perencanaan masa depan.
Juga termasuk manajemen risiko kesehatan individu dan kesehatan
umum perawatan perilaku, seperti praktek-praktek keselamatan dan
kepatuhan terhadap promosi kegiatan kesehatan mental dan fisik, resep
medis atau perawat, dan tindak lanjut perawatan.

2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD) (saat sebelum sakit dan saat di rumah
sakit)
Antropometri
Sebelum MRS Saat di Rumah Sakit
BB = BB =
TB = TB =
BMI = BMI =

Biomedical sign :
Interpretasi :
Clinical Sign :
Interpretasi :
Diet Pattern (intake makanan dan cairan):
Sebelum MRS :
Ketika MRS :
Interpretasi
3. Pola eliminasi: (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)

Keterangan Sebelum MRS Setelah MRS


BAK
Frekuensi, jumlah, warna, bau,
karakter, berat jenis, alat bantu,
BAB
Frekuensi, jumlah, warna, bau,
karakter, alat bantu, kemandirian,
keluhan, gangguan BAB

20
4. Pola aktivitas & latihan (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
Kemampuan beraktivitas klien, pengkajian kemampuan ADL (Indeks
Katz, Barthel, atau yang lainnya), tipe aktivitas, kecukupan energi
untuk beraktivitas, termasuk aktivitas perawatan diri, olahraga.
Biasanya pada pasien STEMI akan mengalami keletihan sepanjang
hari, nyeri dada ketika beraktivitas
Aktivitas harian (Activity Daily Livings)
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan / minum
Toileting
Berpakaian
Mobilitas di tempat tidur
Berpindah
Ambulasi / ROM
Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu
petugas, 3: dibantu alat, 4: mandiri

Status Oksigenasi :
Masalah pernapasan seperti hipoksia, hipoksemia, hypercapnea,
batuk, termasuk dampak aktivitas terhadap pernapasan

Fungsi kardiovaskuler :
Masalah aktivitas dan dampaknya terhadap kesehatan jantung,
termasuk keluhan dada berdebar setelah beraktivias, perubahan
denyut jantung selama aktivitas, pucat selama aktivitas

Terapi oksigen :
Penggunaan oksigen tambahan untuk meningkatkan energi yang
dibutuhkan saat beraktivitas.

21
5. Pola tidur & istirahat (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)

Istirahat dan Tidur Sebelum sakit Saat di rumah sakit


Durasi
Gangguan tidur
Lain-lain
Fokus pada kebiasaan tidur, istirahat, relaksasi, gangguan tidur,
keletihan, dan respon terhadap gangguan tidur, lama tidur (siang dan
malam), termasuk penggunaan obat-obatan untuk memicu tidur. Pada
umumnya klien akan mengalami gangguan tidur karena kondisinya.

6. Pola kognitif & perceptual


Fungsi Kognitif dan Memori :
Kemampuan fungsional kognitif seperti bahasa, memori, penilaian, dan
pengambilan keputusan
Fungsi dan keadaan indera :
Kecukupan sensorik, seperti penglihatan, pendengaran, rasa, sentuhan,
dan bau, dan kompensasi atau prostesis yang saat ini digunakan.
Laporan persepsi rasa sakit dan bagaimana rasa sakit yang dikelola.
7. Pola persepsi diri
Sikap individu dalam memandang diri sendiri baik yang disadari
maupun tidak, mencakup persepsi masa lalu, sekarang, dan masa depan,
termasuk bagaimana gambaran dan perasaan tentang bentuk dan ukuran
tubuhnya.
Ideal Diri :
Persepsi individu tentang perilakunya yang sesuai standar pribadi
tentang cita-citanya.
Harga diri :
Penilaian individu terhadap hasil yang telah dicapainya melalui analisis
perilaku individu.
Peran Diri :
Pola perilaku yang dimiliki individu terhadap sikap nilai dan aspirasi
yang diharapkannya berdasarkan posisinya dalam bermasyarakat.

22
Identitas diri :
Kesadaran yang dimiliki individu akan dirinya sendiri yang bersumber
pada pengamatan dan penilaian selama tahap perkembangan yang
sudah dilalui sebagai kesimpulan semua aspek konsep diri yang utuh.

8. Pola seksualitas & reproduksi


Pola seksualitas
Kepuasan atau ketidakpuasan dengan aspek seksualitas yang dimiliki.
Kepuasan yang dirasakan individu atau laporan gangguan dalam
seksualitasnya, termasuk aktivitas seksual (aktif, pasif, dan digital).
Fungsi reproduksi
Pola reproduksi, tahap reproduksi wanita (premenopause atau
pascamenopause) dan setiap masalah yang dirasakan. Termasuk fungsi
fertilisasi pada pasien.
9. Pola peran & hubungan
Menjelaskan peran pasien dalam keluarga dan hubungannya dengan
orang lain, siapa pengambil keputusan dalam keluarga, apakah keluarga
berperan dalam tanggung jawab terhadap pasien, apakah anggota
keluarga kooperatif dengan pasien. Kepuasan atau ketidakpuasan dalam
menjalankan perannya, pekerjaan, serta hubungan sosial.
10. Pola manajemen koping-stres
Menjelaskan pola koping umum dan efektivitas pola dalam hal toleransi
stres. Termasuk cadangan individu atau kapasitas untuk menolak
tantangan untuk integritas diri, cara penanganan stres, keluarga atau
sistem pendukung lainnya, dan kemampuan yang dirasakan untuk
mengelola situasi penuh tekanan. Bagaimana mekanisme koping yang
dimiliki pasien ketika mengalami stress

11. Sistem nilai & keyakinan


Data mengenai pola nilai-kepercayaan menjelaskan pola nilai, tujuan,
atau keyakinan (termasuk spiritual) yang memandu pilihan atau
keputusan. Apa yang dianggapi penting dalam hidup, kualitas hidup, dan

23
setiap konflik yang dirasakan dalam nilai-nilai, keyakinan, atau harapan
yang terkait dengan kesehatan. Termasuk kebiasaan dan praktik
keagamaan atau ibadah pasien

Pemeriksaan fisik head to toe


Keadaan umum: (DKKD, 2018)
Penampilan atau kondisi pasien secara umum akibat penyakit atau
keadaan yang dialami pasien. Umumnya klien akan tampak lemas, lesu
dan juga pucat sebab mual ataupun muntah, juga tampak cemas karena
khawatir dengan kondisinya (Faridah, 2017)

Tanda vital:
-Tekanan Darah : mm/Hg
-Nadi : X/mnt
-RR : X/mnt
-Suhu : C
Normalnya klien akan mengalami menurunan ataupun peningkatan pada
tanda- tanda vitalnya.

1. Kepala
Rambut kepala: kuantitas, penyebaran, tekstur, warna; Kulit kepala:
lesi, ketombe, kutu, benjolan; Tengkorak: ukuran, kontur, lekukan bila
ada trauma; Wajah: keadaan kulit wajah, kesimetrisan, lesi, ekspresi,
rambut pada wajah. Apabila klien tanpa ada komplikasi yang lain maka
kepala akan normal, kecuali pada wajah, wajah akan tampak pucat,
lemas serta terlihat meringis menahan nyeri. (Azmi, 2016).
2. Mata
Pemeriksaan bola mata, kelopak mata, konjungtiva sclera umumnya
anaemis, lebar dan kesimetrisan refleks pupil terhadap cahaya,
ketajaman penglihatan, gangguan penglihatan, alat bantu penglihatan,
adanya nyeri tekan atau benjolan, lapang pandang (Azmi, 2016).
3. Telinga

24
Mulai daun telinga ke telinga bagian dalam hingga fungsi pendengaran,
bentuk daun telinga, lesi, serumen, nyeri tekan pada tragus, telinga
tengah apakah ada cairan, serumen, benjolan atau tanda peradangan,
keadaan membrane timpani seperti warna, bentuk dan keutuhannya,
fungsi pendengaran dengan tes bisik atau menggunakan garpu tala
(rinne, weber, swabach).
4. Hidung
Bentuk hidung, kesimetrisan, septum nasi, serumen/sekret, benjolan,
tanda radang, kelenturan, nyeri, palpasi pada 4 sinus (frontalis,
etmoidalis, spenoidalis, maksilaris), potensi hidung (kelancaran
hembusan napas disetiap lubang hidung), termasuk fungsi pengidu
5. Mulut
Mukosa bibir pada umumnya akan kering dan pucat, warna bibir
(cyanosis/tidak), massa/benjolan, bentuk bibir, bau mulut dan
kebersihan, lesi mukosa (stomatitis), kebersihan gigi, gusi, karies, gigi
berlubang, gigi palsu, kesimetrisan lidah, kebersihan lidah, lesi,
kesimetrisan uvula, pembesaran dan tanda peradangan pada tonsil.
6. Leher
Bentuk dan kesimetrisan, adanya benjolan (konsistensi, bentuk, ukuran),
letak trakea, kesimetrisan, tekanan vena jugularis, bising arteri karotis
7. Dada
Jantung
Inspeksi : penampakan ictus cordis
Palpasi : perabaan pada ictus cordis
Perkusi : penentuan letak dan batas jantung
Auskultasi : bunyi jantung, irama jantung dan bising jantung
Paru-paru
Inspeksi : Bentuk dada, kesimetrisan dada, gerakan dada/napas,
pelebaran vena dada, penggunaan otot bantu pernapasan
Palpasi : nyeri tekan, benjolan, gerakan dinding thoraks, ekspansi
paru, fokal fremitus

25
Perkusi : menentukan batas paru dan kelainan pada paru/thoraks,
normalnya sonor
Auskultasi : suara pernapasan, suara tambahan pernapasan

8. Payudara dan ketiak


Bentuk, kesimetrisan, ukuran, ketegangan, benjolan, peradangan, lesi,
keadaan puting susu, sekresi puting susu, peradangan atau lesi ketiak,
pemeriksaan kelenjar limfe.
9. Abdomen
Inspeksi : Keadaan kulit, permukaan kulit, bentuk perut, gerakan
dinding perut, keadaan umbilicus
Auskultasi : bising dan peristaltic usus, bunyi gerakan cairan, bising
pembuluh darah. Pada umumnya akan mengalami kenaikan suara bising
usus (Azmi, 2016).
Perkusi : tanda pembesaran organ, adanya udara dan cairan bebas,
penentuan batas dan tanda pembesaran hepar.
Palpasi : ketegangan otot, nyeri tekan abdomen terasa tergantung
dengan perlukaan pada lambung, massa, keadaan hepar, lien, ginjal,
pemeriksaan ascites, ketok ginjal.
10. Genetalia dan Anus
Genetalia laki-laki :
penyebaran dan pertumbuhan rambut pubis, inspeksi bentuk,
ukuran, kelainan pada penis, kebersihan, keadaan uretra, skrotum,
nyeri tekan, elastisitas, dan palpasi skrotum, hernia.
Genetalia perempuan :
Penyebaran dan pertumbuhan rambut pubis, inspeksi lesi dan benjolan,
labia mayora, labia minora, klitoris, vagina, uretra, serumen, kebersihan,
kelainan pada vulva/vagina.
Anus :
lesi, benjolan, pelebaran vena, kebersihan, colok dubur.
11. Ekstremitas

26
Ektremitas atas dan bawah
Bentuk, ukuran, kesimetrisan otot, atripi, kontraktur, tremor, tonus,
spasme otot, kekuatan otot, kelainan pada ekstremitas, deformitas,
massa, peradangan, fraktur, peradangan sendi, mobilitas atau rentang
gerak sendi.

12. Kulit dan kuku


Kulit
Warna kulit, tektur kulit, elastisitas/turgor, akral, kebersihan,
kelembaban, tekstur, kelainan kulit, seperti lesi, derajat edema, nyeri
tekan, termasuk inspeksi distribusi pertumbuhan rambut.
Kuku

Warna kuku, bentuk, elastisitas, lesi, tanda radang, kebersihan,


panjang/pendeknya, CRT

13. Keadaan local


Pengkajian terfokus pada kondisi local, misalnya deskripsi rinci luka,
sistem persyarafan/neurologis

Pemeriksaan Penunjang & Laboratorium


Nilai normal Hasil (Tanggal/Jam)
No Jenis pemeriksaan
Nilai Satuan

Semua hasil pemeriksaan


laboratorium pasien

Pemeriksaan Radiologi
Hasil/kesimpulan pemeriksaan radiologi: rontgen X-ray, Endoscopy dan
lainnya.

Pemeriksaan Penunjang
Lainnya Hasil/kesimpulan

27
pemeriksaan EKG, dll.
Pemeriksaan labroratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya akan
membantu dalam penegakkan diagnosa utamanya untuk menentukan apa
penyebab pasti klien mengalami hematomesis melena. Apakah karena ulkus
atau karena varises, atau bahkan karena sirosis hepatis (Sudoyo, 2009)

1.1 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis atas respon pasien,
keluarga, atau komunitas terhadap kesehatan dan proses kehidupan
aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan merupakan dasar atas
pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang mana
perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat. Berikut adalah
diagnosa keperawatan klien STEMI menurut NANDA (2018)
a. Ketidakefktifan Pola Nafas b.d Hiperventilasi
b. Penurunan Curah Jantung b.d perubahan volume sekuncup
c. Nyeri Akut b.d iskemia jaringan sekunder terhadap oklusi arteri
koroner
d. Gangguan Pola Tidur b.d nyeri dada
e. Ketidakseimbangan Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d
Asupan diet kurang
f. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen miokard dengan kebutuhan
g. Defisien Pengetahuan b.d kurang terpapar Informasi
h. Ansietas b.d Hospitalisasi

28
1.2 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan (perencanaan) merupakan kegiatan keperawatan yang mencakup peletakan pusat tujuan pada pasien,
menetapkan hasil yang akan dicapai, dan memilih intervensi agar tujuan tercapai. Pada tahap intervensi adalah pemberian
kesempatan pada perawat, pasien dan keluarga atau orang terdekat pasien untuk merumuskan suatu rencana tindakan
keperawatan agar masalah yang dialami pasien dapat teratasi. Intervensi adalah peruntuk tertulis yang memberikan gambaran
tepat tentang rencana keperawatan yang akan dilakukan terhadap pasien berdasarkan diagnosa keperawatan, sesuai kebutuhaan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
Intervensi Rasional
No Keperawatan Hasil
Domain 4. NOC NIC 1. untuk mengetahui reaksi klien ketika
1.
Aktivitas/Istirahat Tujuan: 3210-Manajemen Asma mengalami asma
Kelas 4. Respon Setelah dilakukan 1. Monitor reaksi asma 2. menentukan pemahaman klien dan
kardiovaskular/pul tindakan keperawatan 2. tentukan pemahaman keluarga tentang penyakitnya dan
monal selama 1 x 24 jam klien/keluarga mengenai penyakit dan manajemen pengobatan yang dilakukan
(00032) diharapkan pola nafas manajemen instruksikan pada klien/ 3. untuk mengurangi rasa sesak dan
Ketidakefktifan Pola menjadi efektif keluaraga mengenai pengobatan anti frekuensi nafas menjadi normal
Nafas b.d dengan inflamasi dan bronkodilator dan 4. untuk meningkatkan pola nafas yang
Hiperventilasi Kriteria Hasil: penggunaannya yang tepat. maksimal dan mendapatkan oksigen yang

29
0415- Status 3. ajarkan teknik yang tepat untuk maksimal
Pernafasan menggunakan pengobatan dan alat 5. untuk mengevaluasi perkembangan dari
1. Frekuensi nafas (misalnya, inhaler, nebulizer, peak tindakan yang dilakukan
dipertahankan pada 2 flow meter)
(cukup berat) 4. ajarkan teknik bernafas/ relaksasi
ditingkatkan ke 4 5. auskultasi suara paru setelah
(ringan) dilakukan penanganan unrtuk
2. irama nafas mgetahui hasilnya.
dipertahankan pada 2
(cukup berat)
ditingkatkan ke 4
(ringan)
3. kedalaman inspirasi
dipertahankan pada 2
(cukup berat)
ditingkatkan ke 4
(ringan)

30
Domain 4. NOC NIC
2. 1. mendapatkan posisi yang tepat dalam
Aktivitas/Istirahat Tujuan: 3140-Manajemen jalan nafas
memaksimalkan ventilasi
Kelas 4. Respon Setelah dilakukan 1. Posisikan pasien untuk
kardiovaskular/pul tindakan keperawatan memaksimalkan ventilasi 2. mendengar suara nafas sehingga dapat
monal selama 1 x 24 jam 2. Aukultasi suara nafas, catat area mengethui area mana yang terjadi
(00029) diharapkan curah yang ventilasinya menurun atau penurunan
Penurunan Curah jantung adekuat tidak ada dan adanya suara
Jantung b.d dengan tambahan 3. Agar sesak pasien menurun

perubahan volume Kriteria Hasil: 3. Posisikan untuk meringankan


4. menjaga jalan nafas pasien tetap stabil
sekuncup 0401-Status sirkulasi sesak nafas
1. Tekanan Nadi 3320-Terapi oksigem 5. Membantu pasien dalam memproleh
dipertahankan pada 2 1. Pertahankan kepatenan jalan nafas oksigen
(cukup besar) 2. Berikan oksigen tambahan seperti
6. Menilai tekanan, ojmetri dan ABGs
ditingkatkan ke 4 yang diperintahkan
pasien selama diberikan oksigen tambahan
(ringan) 3. Monitor efektifitas terapi oksigen(
0400-keefektifan misalnya tekanan, oksimetri,
pompa jantung ABGs) dengan tepat

31
1. Keseimbangan
intake dan output
dalam 24 jam
dipertahankan
pada skala 2
(cukup besar)
ditingkatkan ke 4
(ringan)

Domain 12. NOC NIC 1. untuk mengetahui dosis dan frekuensi


3.
Kenyamanan. Kelas Tujuan: Pemberian analgesik (2219) obat yang akan diresepkan
1. Kenyamanan fisik Setelah dilakukan a. Cek perintah pengobatan meliputi 2. menentukan obat yang akan diberikan
(00132) tindakan keperawatan obat dosis, dan frekuensi obat sesuai nyeri yang dirasakan
Nyeri akut b.d agen selama 2 x 24 jam analgesik yang diresapkan 3. melihat bagaimana kefektifan obat
cidera fisik nyeri akan berkurang b. Tentukan pilihan obat analgesik setelah pemberian dan meninali tanda atau
kriteria hasil : berdasarkan tipe dan keparahan nyeri gejalan yang akan timbul
Tingkat nyeri (2102) c. Evaluasi keefektifan analgesik 4. teknik non farmakologi diberikan agar

32
a. Nyeri yang dengan pasien lebih merasa nyaman
dilaporkan interval yang teratur pada setiap dan 5. agar pasien merasakan kenyamanan
ditingkatkan dari setelah pemberian khususnya setelah selama proses manejeen nyeri
cukup berat (skala pemberian pertama kali, juga 6. membantu pasien untuk mencapai
2) ke ringan (skala observasi waktu istirahatnya dalam membantu
4) adanya tanda dan gejala efek samping dalam penurunan nyeri
b. Panjangnya Manajemen nyeri (1400) 7. agar kelurga juga mampu memantau
episode nyeri a. Ajarkan penggunaaan teknik non dan membantu pasien dalam manajemen
ditingkatkan dari farmakologi nyeri.
cukup berat (skala b. Kendalikan faktor lingkungan yang
2) ke ringan (skala dapat
4) mempengaruhi respon pasien
Nyeri: efek yang terhadap
menganggu (2101) ketidaknyamanan
a. Ketidaknyamanan c. Dukung istirahat/ tidur yang
ditingkatkan dari adekuat untuk
cukup berat (skala membantu penurunan nyeri

33
2) ke ringan (skala d. Libatkan keluarga dalam modalitas
4) penurunan nyeri jika memungkinkan
b. Gangguan dalam
rutinitas
ditingkatkan dari
cukup berat (skala
2) ke ringan
(skala 4)

Domain 4 NOC NIC


4. 1. Untuk membuat klien merasa aman dan
Aktivatsa/Istirahat Tujuan : Manajemen Lingkungan (6480)
nyaman dengan lingkungan sekitarnya
Kelas 1 Gangguan Setelah dilakukan 1. Ciptakan lingkungan yang aman
2. Agar klien lebih memaksimalkan
Pola Tidur (00198) asuhan keperawatan bagi pasien
tidurnya
Gangguan Pola Tidur selama 1 X 24 jam 2. Sediakan tempat tidur dan
3. Membuat klien merasa tenang dan
b.d nyeri dada diharapkan pola tidur lingkungan yang bersih dan nyaman
larut dalam tidurnya
normal. 3. berikan musik pilihan
4. Membantu klien mendapatkan posisi
Kriteria hasil : Pengaturan Posisi (0840)
yang ketika ingin tidur

34
1.Pola tidur 4. Dorong pasien untuk terlibat dalam 5. Untuk mengerangi rasa sesak klien
dipertahankan pada perubahan posisi sehingga lebih nyaman dan tenang
skala 2 (banyak 5. posisikan pasien untuk mengurangi ketika tidur.
terganggu) dyspnea (misalnya, posisi semi
ditingkatkan ke skala 4 fowler)
(tidak terganggu).
2. Tidur yang terputus
dipertahankan pada
skala 2 (cukup berat)
ditingkatkan ke skala 4
(ringan).
Domain 2. Nutrisi NOC NIC
5. 1. Menentukan kebutuhan dan status
Kelas 1. Makan Tujuan: 1100-Manajemen nutrisi
nutrisi klien
(00002) Setelah dilakukan 1. Kaji status nutrisi klien
2. Untuk mengetahui faktor yang
Ketidakseimbangan tindakan keperawatan 2. Identifikasi faktor-faktor yang
menjadi penyebab kurang nutrisi pada
Nutrisi: kurang dari selama 3 x 24 jam mempengaruhi status nutrisi klien
klien dan merencanakan pemenuhan
kebutuhan tubuh b.d diharapkan nutrisi 3. Tentukan jumlah kalori dan jenis
nutrisi

35
Asupan diet kurang klien dapat terpenuhi nutrisi yang dibutuhkan klien 3. Untuk panduan menjalankan program
dengan untuk memenuhi kebutuhan gizi diet yang sehat
Kriteria Hasil: 4. Instruksikan klien mengenai 4. Agar Klien dapat melaksanakan diet
1004-Status nutrisi kebutuhan nutrisi (membahas yang sehat.
1. Asupan makanan pedoman diet dan piramida 5. Agar klien merasa nyaman saat
dipertahankan makanan) makan
pada skala 2 5. Ciptakan lingkungan yang optimal 6. Mengetahui intake dan output asupan
(banyak pada saat mengkonsumsi makanan nutrisi klien
menyimpang dari 6. Monitor kalori dan asupan
rentang normal) makanan klien
ditingkatkan ke
skala 4 (sedikit
menyimpang dari
rentang normal)
2. Asupan cairan
dipertahankan
pada skala 2

36
(banyak
menyimpang dari
rentang normal)
ditingkatkan ke
skala 4 (sedikit
menyimpang dari
rentang normal)
1621-Perilaku patuh :
diet yang sehat
1.Memilih makanan
sesuai dengan
panduan nutrisi yang
direkomendasikan
dipertahankan pada
1 (tidak pernah
melakukan)
ditingkatkan ke 4

37
(sering dilakukan)
2. Menyeimbangkan
intake cairan dan
kehilangan cairan
dipertahankan pada
2 (jarang dilakukan)
ditingkatkan ke 4
(sering dilakukan)
Domain 4. NOC NIC 1. Untuk mengetahui Intake nutrisi yang
6.
Aktivitas/Istirahat Tujuan: 0180-Manajemen Energi adekuat yang dapat menjadi sumber
Kelas 4. Respon Setelah dilakukan 1. Monitor intake nutrisi untuk energi klien
kardiovaskular/pul tindakan keperawatan sumber energi yang adekuat 2. Asupan nutrisi terpenuhi, dan sesuai
monal selama 2 x 24 jam 2. Konsultasikan dengan ahli gizi dengan diet sehat yang diprogramkan
(00092) diharapkan intoleransi mengenai cara meningkatkan 3. Agar respon oksigen klien tetap
Intoleransi aktifitas aktivitas dapat energi dari makanan terpantau saat aktivitas
b.d dikurangi dengan 3. Monitor sistem kardiorespiratori 4. Energi yang akan dikeluarkan sesuai
ketidakseimbangan Kriteria Hasil klien saat aktivitas dengan kemampuan klien

38
antara suplai dan 0001-Daya tahan 4. Bantu klien dalam aktivitas 5. Mencegah terjadinya kelelahan pada
kebutuhan oksigen 1.Melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan klien
rutin dipertahankan energi klien 6. Stamina tetap terjaga dan klien bugar
pada 2 (banyak 5. Ajarkan klien mengenai teknik
terganggu) pengelolaan waktu untuk
ditingkatkan ke 4 mencegah kelelahan
(sedikit terganggu) 6. Tingkatkan waktu istirahat klien
2. Oksigen darah
ketika beraktivitas
dipertahankan pada
2 (banyak
terganggu)
ditingkatkan ke 4
(sedikit terganggu)
Domain 5. NOC 1. Identifikasi factor internal dan 1. Untuk mengetahui factor internal dan
7.
Persepsi/Kognisi Tujuan: eksternal yang dapat eksternal pada lingkungan sekitar
Kelas 4. Kognisi Setelah dilakukan meningkatkan atau mengurangi, sehingga dalam berperilaku kesehatan

39
(00126) tindakan keperawatan motivasi untuk berperilaku sehat mengenai personal hygien
Defisiensi selama 3 x 24 jam 2. Tentukan pengetahuan kesehatan 2. Untuk menentukan pengetahuan
Pengetahuan b.d diharapkan klien dan gaya hidup perilaku saat ini kesehatan dan gaya hidup yang akan
kurang terpapar mengetahui informasi pada individu, keluarga atau diberikan
Informasi kesehatan kelompok sasaran 3. Untuk meningkatakan nilai kesehatan
Kriteria Hasil 3. Aplikasikan strategi untuk dan kepercayaan klien
1830 – Pengetahuan : meningkatkan harga diri klien 4. Agar individu, keluarga, dan
Manajemen Penyakit yang menjadi sasaran. kelompok dapat saling menerapkan
jantung 4. Libatkan individu, keluarga, dan gaya hidup sehat dan memodifikasi
1. Tanda dan gejala kelompok dalam perencanaan dan perilaku kesehatan..
awal penyakit rencana implementasi gaya hidup
dipertahankan pada atau modifikasi perilaku
skala 2 kesehatan.
(pengetahuan
terbatas)
ditingkatkan pada
skala 4

40
(pengetahuan
banyak)
2. Manfaat
manajemen
penyakit
dipertahankan pada
skala 2
(pengetahuan
terbatas)
ditingkatkan pada
skala 4
(pengetahuan
banyak)
Domain 9. NOC NIC 5. Agar klien merasa lebih tenang jika
8.
Koping/Toleransi Tujuan: 5820-Pengurangan kecemasan ada perawat di sampingnya
Stres Setelah dilakukan 1. Berada di sisi klien untuk 6. Agar klien mengetahui terkait
Kelas 2. Respon tindakan keperawatan meningkatkan rasa aman dan penyakit yang diderita dengan jelas

41
Koping selama 3 x 24 jam mengurangi ketakutan 7. Agar klien merasa nyaman
(00146) diharapkan ansietas 2. Berikan informasi yang actual
Ansietas b.d pada klien dapat terkait diagnosa, perawatan dan
Hospitalisasi berkurang dengan prognosis
Kriteria Hasil 3. Dorong keluarga untuk
1211-Tingkat mendampingi klien dengan cara
kecemasan yang tepat
3. Distress
dipertahankan pada
skala 2 (cukup
berat) ditingkatkan
pada skala 4
(ringan)
4. Rasa takut yang
disampaikan secara
lisan dipertahankan
pada skala 2 (cukup

42
berat) ditingkatkan
pada skala 4
(ringan)

43
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

I. Identitas Klien

Nama : Tn. S No. RM : 008005

Umur : 63 tahun Pekerjaan : Wiraswasta

Jenis : Laki-laki Status : Kawin


Kelamin Perkawinan

Agama : Islam Tanggal MRS : 4 Oktober 2019

Pendidikan : SD Tanggal : 4 Oktober 2019


Pengkajian

Alamat : Gresik Sumber : Klien, keluarga,


Informasi rekam medik

II. Riwayat Kesehatan

1. Diagnosa Medik :
CAD STEMI anteroseptal Killip II
2. Keluhan Utama :
Klien mengeluh nyeri dada sebelah kiri.
3. Riwayat penyakit sekarang:
Klien datang dengan nyeri dada sebelah kiri yang tidak menjalar ke
kedua lengan ataupun pundak sejak 1 bulan yang lalu.nyeri yang
dirasakan seperti ditekan, diremas dan dibakar. Klien tampak
meringis. Selain itu pasien mengeluh sesak napas yang berlangsung
sepanjang hari, dan sering terbangun malam hari. Pasien mengatakan

44
saat tidur lebih suka menggunakan bantal yang tinggi karena terasa
lebih nyaman. Beberapa minggu ini pasien mengatakan dirinya
menjadi cepat capek, terutama saat naik tangga dan berjalan jauh.
4. Riwayat kesehatan terdahulu:
a. Penyakit yang pernah dialami:
Klien mengalami sesak sudah lama, kurang sebih selama 1 tahun
terakhir. Sebelumnya pasien pernah dirawat dirumah sakit
karena sesak napas dan batuk-batuk kurang lebih 3 tahun lalu.
b. Alergi (obat, makanan, plester, dll):
Pasien memiliki alergi obat antibiotik amoxcicilin dan antalgin
c. Imunisasi:
Keluarga klien mengatakan tidak tahu tentang imunisasi apa saja
yang pernah diberikan pada klien
d. Kebiasaan/pola hidup/life style:
Pasien tergolong perokok berat, pasien memilki riwayat merokok
sejak tahun 1962 hingga sekarang, setiap harinya pasien dapat
menghabiskan 3 bungkus rokok.
e. Obat-obat yang digunakan
Keluarga mengatakan bahwa klien pernah mengkonsumsi obat
yang dibeli dari warung apabila klien merasa sesak napas.
5. Riwayat penyakit keluarga:
Riwayat asma, hipertensi, dan diabetes melitus disangkal pasien.
Pasien juga menyangkal dikeluarganya memiliki penyakit seperti
pasien, hipertensi dan diabetes melitus.

45
Genogram:

III. Pengkajian Keperawatan

1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan


Klien mengatakan bahwa dirinya merokok hingga saat ini bahkan
menghabiskan rokok sebanyak 3 bungkus setiap hari. Keluarga
klien sering mengingatkan untuk berhenti merokok namun klien
tetap saja merokok hingga saat ini
Interpretasi : klien belum mampu merubah perilaku merokok
2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD) (saat sebelum sakit dan saat di
rumah sakit)
Antropometri :
Sebelum MRS Saat di Rumah Sakit
BB = 62 kg BB = 61 cm
TB = 167 cm TB = 167 cm
BMI = 22, 2 BMI = 21, 8 (Normal)
(Normal)
BBI = 60, 3 kg

Biomedical sign :
Hb 14,9 gr/dL

46
Interpretasi : Hb normal pada pria antara 14 - 18 gr/dL, sehingga Hb
klien dikatakan normal.
Clinical Sign :
- Sianosis pada bibir
Interpretasi : klien terlihat lemas dan tidak bertenaga
Diet Pattern (intake makanan dan cairan):
Sebelum MRS : Klien mengatakan makan 3x sehari dengan lauk dan
sayur. Dan minum kurang lebih 8 gelas dalam sehari
Saat MRS : Klien mengatakan nafsu makan sedikit
menurun karena makanan di RS tidak enak, klien hanya mau makan
makanan di luar RS hanya minum 8 gelas sehari
Interpretasi: Klien tidak mengalami ketidakseimbangan nutrisi
karena Hb klien normal yaitu 14,9 gr/dLdan berat badannya
termasuk normal dan nafsu makannya masih bagus karena klien mau
makan meskipun tidak menyukai makanan di rumah sakit.
3. Pola eliminasi: (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
Pola eliminasi BAK
BAK Sebelum sakit Saat di rumah sakit
Frekuensi 3 x/ hari 3 x/hari
Jumlah - -
Warna Kekuningan Kekuningan
Bau Khas urine Khas urine
Karakter - -
Berat Jenis - -
Alat bantu Tanpa alat bantu Tidak terpasang
kateter
Kemandirian Mandiri Mandiri
(mandiri/dibantu)
Volume ± 200 – 300 ml 200 – 300
Interpretasi : Pola eliminasi BAK klien normal

47
Pola eliminasi BAB
BAB Sebelum sakit Saat di rumah sakit
Frekuensi 1x/hari 1x/hari
Jumlah - -
Warna
Kuning tua Kuning tua

Bau Bau khas feses Bau khas feses


Karakter Feses lembek Feses
Lembek
Alat bantu - -
Kemandirian Mandiri Mandiri
(mandiri/dibantu)
Interpretasi : Pola eliminasi BAB klien normal
4. Pola aktivitas & latihan
Sebelum MRS klien jarang berolahraga dan saat naik tangga serta
berjalan jauh merasakan cepat capek. Sehingga klien memilih
melakukan aktivitas yang ringan karena merasa nyeri dan cepat lelah
ketika banyak bergerak.
Saat MRS klien dibatasi melakukan aktivitasnya dengan melakukan
rehabilitasi jantung setiap hari, miring kanan miring kiri, duduk dan
berjalan dengan jarak yang dekat.
c.1. Aktivitas harian (Activity Daily Living)

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan / minum √

Toileting √

Berpakaian √

Mobilitas di tempat tidur √

48
Berpindah √

Ambulasi / ROM √

Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu


petugas, 3: dibantu alat, 4: mandiri
Interpretasi : Klien masih mampu melakukan aktivitas dan
perawatan diri meskipun mengalami mudah lelah dan nyeri ketika
melakukan aktivitas berat dan klien lebih sering bedrest.
Status Oksigenasi : klien mengalami sesak nafas
Fungsi kardiovaskuler : klien mengalami takikardi
Terapi oksigen : klien mendapatkan terapi Oksigen (O2) 2 - 4
L/menit
Interpretasi : klien belum mampu bernafas dengan normal
karena sesak

5. Pola tidur & istirahat


Istirahat dan Sebelum sakit Saat di rumah sakit
Tidur
Durasi 5 jam 5 - 6 jam
Gangguan tidur Sering terbangun Msih merasa
karena nyeri dada dan nyeri pada bagian
sesak nafas dada

Lain-lain Pasien mengatakan saat -


tidur lebih suka
menggunakan bantal yang
tinggi karena terasa lebih
nyaman

Interpretasi : Durasi tidur klien masih mengalami gangguan


karena klien masih merasakan nyeri pada dada.

49
6. Pola kognitif & perceptual
Fungsi Kognitif dan Memori :
Kognitif dan memori pasien normal. Pasien mampu mengingat
dengan jelas mengenai runtutan peristiwa mulai pasien merasakan
nyeri pertama kali hingga asalan pasien datang kerumah sakit. Klien
mampu mengingat nama perawat
Fungsi dan keadaan indera :

Fungsi dan keadaan indera normal. Pasien mampu melihat, meraba,


mendengar, mencium dengan normal.

7. Pola persepsi diri


Gambaran diri :

Klien merasa dirinya yang sekarang merupakan anugerah dari Allah


SWT sehingga apapun yang terjadi pada dirinya sekarang harus
diterima dan disyukuri

Identitas diri :

Klien tidak memiliki gangguan identitas diri, klien masih mmiliki


orientasi yang baik terhadap dirinya sendiri. Klien menerima
keadaan dirinya sekarang yang sedang sakit dan sedang menjalani
pengobatan.

Harga diri :
Klien mengatakan tidak merasa minder walaupun sakit, klien dan
keluarga percaya bahwa akan segera diberikan kesembuhan.
Ideal Diri :
Ideal diri klien tidak terganggu dan memiliki keyakinan untuk sehat
kembali
Peran Diri :
Klien merupakan kepala rumah tangga dengan satu istri dan dua
anak, beliau masih bekerja sebagai wiraswasta
8. Pola seksualitas & reproduksi
50
- Keluarga klien mengatakan memiliki 1 istri dan 2 orang anak
yang masih hidup dan 1 orang anak yang telah meninggal dunia
- Keluarga klien mengatakan bahwa klien sangat menyayangi istri
dan kedua anaknya, oleh karena itu keluarga ingin cepat sembuh
dan bersama kembali dengan keluarganya di rumah
9. Pola peran & hubungan
- Keluarga klien mengatakan bahwa hubungan antara klien dengan
anggota keluarga yang lain baik, sehingga keluarga klien ingin
klien segera pulang agar dapat berjumpa lagi dengan anggota
keluarga dan anak dan cucunya
- Klien mengatakan menjadi ayah untuk anak-anaknya dan suami
yang baik bagi istrinya.
- Terlihat bahwa keluarga selalu menemani klien saat di Rumah
Sakit
10. Pola manajemen koping-stress
- keluarga klien mengatakan bahwa klien dan keluarga
menganggap sakit itu sebagai jalan yang harus di lewati dan
dijalani sehingga bagaimanapun keadannya harus ditrima dan
disyukuri
11. System nilai & keyakinan
- Keluarga klien mengatakan bahwa klien dan keluarga
menganggap sakit itu sebagai jalan yang harus di lewati dan
dijalani sehingga bagaimanapun keadannya harus ditrima dan
disyukuri.
- Keluarga klien mengatakan saat sebelum sakit klien melakukan
sholat 5 waktu dengan baik, saat ini hanya mampu terbaring di
tempat tidur

51
IV. Pengkajian fisik head to toe

1. Keadaan umum :

GCS= E4-V5-M6

2. Tanda vital :
- Tekanan Darah : 120/90 mmHg
- Nadi : 132 x/mn
- RR : 24 x/mnt
- Suhu : 37 C.
- Skala nyeri : skala nyeri 7 dengan karakteristik seperti ditekan,
diremas dan dibakar

Pengkajian Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)

- Kepala

Inspeksi : kepala simetris, tidak terdapat jejas rambut berwarna


hitam, sudah terdapat uban, distribusi rambut masih
normal

Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan pada kepala dan tidak ada
benjolan maupun cekungan saat dilakukan palpasi

- Mata
Inspeksi : kedua mata simteris, distribusi bulu mata merata,
sclera tidak ikterik, pupil bulat isokor, reflek cahaya
normal.
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan pada bagian bola mata
- Telinga
Inspeksi : bentuk telinga simetris antara kiri dan kanan, tidak
terdapat lesi, tidak terdapat cairan pada telinga fungi
pendengaran normal
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan dan massa
- Hidung
52
Inspeksi : hidung simetris, tidak ada luka atau lesi, tidak ada
adanya kemerahan dan cairan yang keluar dari hidung

Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan pada hidung bagian luar


atau benjolan, dan tidak ada pergeseran tulang
kartilago, devkliensi septum nasi. Tidak ada nyeri
tekan pada sinus paranasalis.

- Mulut
Inspeksi : Mukosa mulut pucat dan sianosis pada bibir. bibir
simetris, dan tidak ada luka,
Palpasi : pada lidah dan dasar mulut tidak terdapat nodul
atau benjolan
- Leher
Inspeksi : leher klien terlihat simetris, tidak terdapat jejas
atau perlukaan, warna kulit dileher sama dengan
warna kulit sekitarnya
Palpasi : tidak terdapat benjolan atau pembesaran kelenjar
tiroid, tidak adanya nyeri tekan
- Toraks dan Paru-paru
Inspeksi : tampak retraksi intercostal, pelebaran sela iga, dan
penggunaan otot bantu pernapasan
Perkusi : dada kanan dan kiri sonor
Palapasi : tidak ada massa atau tumor
Auskultasi : vesikuler pada paru-paru dengan bunyi tambahan
ronkhi pada seluruh lapang paru
- Jantung
Inspeksi : tidak ada pembesaran jantung, ictus cordis
terdapat pada ICS V
Auskultsi : terdengar murmur

53
Perkusi : batas kanan jantung 2 cm disebelah lateral sternum
pada ICS IV Dekstra, batas kiri jantung 4 cm
disebelah laternal sternum pada ICS V Sinistra
Palpasi : Tidak teraba massa dan ictus cordis teraba
- Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris kanan kiri, terdapat luka bekas
jahitan operasi di inguinal kanan, tidak terdapat
penonjolan di bagian perut, umbilicus letak
simetris, perut cembung
Auskultsi : Terdengar bising usus 5x per menit
Perkusi : Bunyi sedikit timpani di setiap lapang perut,
kecuali perut bagian hepar bunyi pekak
Palpasi : Tidak teraba massa, perut terasa keras
- Genetalia dan Anus
a. Genetalia :

Inspeksi : penyebaran dan pertumbuhan rambut pubis


merata, tidak adanya lesi atau kemerahan pada
daerah genitalia.

Palpasi : tidak adanya nyeri tekan dan tidak adanya


benjolan/ massa pada daerah genitalia

b. Anus, prostat dan rectum :


Inspeksi : Tidak adanya kemerahan atapun lesi pada daerah
anus maupun prostat

Palpasi : tidak ada nyeri tekan


- Ekstremitas
a. Ekstremitas Atas :

54
Inspeksi : akral hangat kering dan merah, tidak ada edema,
tidak ada jejas, tidak ada clubbing finger, tidak ada
icterus pada telapak tangan.

Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan dan benjolan

b. Ekstremitas Bawah

Inspeksi : akral hangat kering dan merah, tidak ada edema,


tidak ada jejas, tidak ada clubbing finger, tidak ada
icterus pada telapak tangan dan terpasang infuse.

Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan dan benjolan

- Kulit dan kuku


a. Kulit
Inspeksi : Kulit pasien terlihat kering dan pucat, tidak
terdapat lesi.

Palpasi : kelembapan kulit menurun dan turgor kulit


menurun

b. Kuku

Inspeksi : kuku kaki dan tangan berwarna sedikit pucat

Palpasi : CRT 5 detik atau >2 detik

V. Terapi (jenis terapi, dosis, rute, indikasi, KI, implikasi keperawatan)

1.T erapi Oksigen (O2) 2-4 L/menit

2. Infus Ringer Laktat(RL) 20 tetes per menit

3. Ceftriaxon 2x1 1 gram Intravena (IV)

4. Ranitidin 2x1 ampul (IV)

5. Vitamin B19 3x1 Per oral (PO)

6. Obat Batuk Hitam 3x1C (PO)

7. Ketorolac 3x30 (IV),


55
8. Aspilet 1x80 mg (PO)

9. Isosorbid Dinitrat (ISDN) 3x5 mg

10. Clopidogrel 1x1.

VI. Pemeriksaan Penunjang & Laboratorium

No Jenis pemeriksaan Nilai normal (rujukan) Hasil

nilai Satuan

1. Trigliserida >150 mg/dl 210

2. LDL <100 mg/dl 175

3 HDL <100 mg/dl. 60

4. Trombosit 150-450 /L 359

Pemeriksaan foto rontgen thorax :

Adanya Bronkopneumonia dan emfisematous paru

Pemeriksaan EKG :

Adanya elevasi ST terdapat pada sadapan prekordial V1 V2 V3 dan V4 ≥ 2


mm yang berdampingan. Dan pada sadapan ektremitas AVF dan AVL
elevasi ST > 1mm

56
VI. ANALISA DATA

Paraf
Hari/Tanggal Data Etiologi Masalah dan
No
Nama
Jumat, 04 Aterosklerosis Nyeri Kronis 
1. Ds :
Oktober Ns.
- Klien mengeluh
2019 Metabolisme Annisa
nyeri dada
anaerob
sebelah kiri dan
sesak napas
Produksi asam
berlangsung
laktat meningkat
sepanjang hari.
- Klien merasakan
Defisiensi ATP
nyeri yang
meningkat
seperti ditekan,
diremas dan
Stimulasi
dibakar..
Nosiseptor

DO
Nyeri dada
- Klien nampak
meringis Nyeri Kronis
menahan sakit
- Skala nyeri klien
7

5.
Jumat, 04
Ds :
Merokok Defisien

Oktober Pengetahuan
- Klien Ns.
2019 Sesak nafas dan
mengatakan Annisa
batuk-batuk
dirinya merokok
hingga saat ini
Kurang terpapar
bahkan
informasi
57
menghabiskan
rokok sebanyak Defisien
3 bungkus setiap Pengetahuan
hari.
- Keluarga klien
sering
mengingatkan
untuk berhenti
merokok namun
klien tetap saja
merokok hingga
saat ini

DO

- klien mengalami
sesak nafas dan
batuk-batuk

3.
Jumat, 04 DS Nyeri dada Gangguan Pola

Oktober - Klien Tidur
Ns.
2019 mengatakan Sering terbangun
Annisa
sering terbangun pada malam hari
pada malam hari
- Klien mengeluh Kesulitan
nyeri pada mempertahankan
daerah dada tetap tidur
- Pasien
mengatakan saat Gangguan Pola
tidur lebih suka Tidur
menggunakan
bantal yang
tinggi karena
58
terasa lebih
nyaman.
DO
-
Jumat, 04 Penurunan Curah 
2. DS Nyeri pada daerah
Oktober dada Jantung Ns.
2019 - Klien Annisa

mengatakan Sesak nafas

sesak nafas dan


Pompa jantung
nyeri pada
tidak terkoordinasi
daerah dada
- Klien mengeluh Perubahan pada
cepat lelah saat hasil EKG
naik tangga dan
berjalan jauh. adanya suara
DO murmur
- Sianosis pada bibir
- Adanya suara Penurunan Curah
murmur Jantung

Jumat, 04 Pompa jantung 


4. DS tidak terkoordinasi Intoleransi
Oktober Ns.
- Pasien mengatakan Aktivitas
2019 Annisa
dirinya cepat Penurunan Curah
capek, saat naik Jantung

tangga dan
berjalan jauh. Suplai O2 ke
jaringan
- klien jarang
berolahraga
Cepat lelah
DO

59
Intoleransi
- klien membatasi Aktivitas
melakukan
rehabilitasi
jantung setiap
hari (miring
kanan miring
kiri, duduk dan
berjalan dengan
jarak yang
dekat).
- Semua aktivitas
klien di bantu
petugas

VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Nyeri Kronis b.d Agens pencedera d.d ekspresi wajah nyeri, skala
nyeri 7
b. Penurunan Curah Jantung b.d ketidakadekuatan jantung d.d
perubahan pada hasil EKG, adanya suara murmur, dan bibir
sianosis
c. Gangguan Pola Tidur b.d nyeri dada d.d sering terbangun pada
malam hari
d. Intoleransi Aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen d.d keletihan
e. Defisien Pengetahuan b.d Kurang informasi d.d kebiasaan
merokok

60
VIII. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa
No Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
keperawatan
1. Nyeri kronis b.d NOC NIC
1.Mengetahui lokasi, karakteristik,
Agens pencedera
Tujuan: 1400-Manajemen Nyeri durasi,frekuensi, kualitas, intensitas, dan
d.d ekspresi wajah
beratnya nyeri
nyeri, skala nyeri 7 Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri
keperawatan selama 1 x 24 komprehensif 2.Mengetahui tingkat nyeri melalui
jam diharapkan nyeri klien 2. Observasi petunjuk non-verbal ekspresi klien
dapat diminimalisir dengan mengenai ketidaknyamanan
3. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen 3. Agar klien mengerti cara mengurangi
Kriteria Hasil: nyeri
nyeri
2102-Tingkat nyeri 4. Dorong klien untuk memonitor nyeri
4.Memandirikan klien untuk mengatasi
dan cara menangani nyeri dengan tepat
1. Nyeri yang nyerinya
5. Pilih dan implementasikan tindakan
dilaporkan
yang beragam (farmakologi, non- 5.Untuk meminimalkan tingkat nyeri
dipertahankan pada
farmakologi, interpersonal) untuk

61
skala 2 (cukup memfasilitasi penurunan nyeri sesuai dengan intervensi yang tepat
berat) ditingkatkan kebutuhan
6. Untuk mengetahui apakah intervensi
ke 4 (ringan) 6. Evaluasi Keefektifan tindakan
dilakukan sudah tepat atau belum
pengontrolan nyeri yang dilakukan
3016-kepuasan klien :
7. Pantau TTV klien 7. Cek kondisi umum klien
manajemen nyeri

1. Nyeri terkontrol
dipertahankan pada
skala 2 (agak puas)
ditingkatkan ke 4
(sangat puas)
2. Tingkat nyeri
dipantau secara
reguler
dipertahankan pada
skala 2 (agak puas)
ditingkatkan ke 4

62
(sangat puas)
2. Penurunan Curah NOC NIC
Jantung b.d
Tujuan: 4040 – Perawatan Jantung
ketidakadekuatan 1. Agar klien tidak mengalami serangan
jantung d.d Setelah dilakukan tindakan 1. Pastikan tingkat aktivitas pasien yang jantung tiba tiba sehingga perlu
perubahan pada keperawatan selama 1 x 24 tidak membahayakan curah jantung melihat aktivitas klien.
hasil EKG, adanya jam diharapkan curah atau memprovokasi serangan jantung. 2. Untuk mengetahui intensitas, lokasi,
suara murmur, dan jantung adekuat dengan 2. Evaluasi episode nyeri dada (intensitas, durasi dan faktor yang memicu serta
bibir sianosis lokasi, durasi dan faktor yang memicu meringankan nyeri dada
Kriteria Hasil:
serta meringankan nyeri dada 3. Memberikan teknik non-farmakologi
0414 Status Jantung Paru 3. Lakukan terapi relaksasi, sebagaimana sehingga klien dapat melakukannya
mestinya secara mandiri
1. Tingkat pernafasan
4. Monitor sesak nafas klien 4. Mengetahui perrkembangan atau
dipertahankan pada
skala 2 (cukup besar) kemajuan mengenai sesak klien.

ditingkatkan ke 4
(ringan)

63
2. Retraksi dada
dipertahankan pada
skala 2 (cukup besar)
ditingkatkan ke 4
(ringan)

0415 Status Pernafasan

1. Suara auskultasi nafas


pada skala 2 (cukup
besar) ditingkatkan ke 4
(ringan)

2. Frekuensi pernafasan
dipertahankan pada
skala 2 (cukup besar)
ditingkatkan ke 4
(ringan)

64
3. Gangguan Pola NOC NIC
1. Untuk membuat klien merasa aman
Tidur b.d nyeri
Tujuan : Manajemen Lingkungan (6480) dan nyaman dengan lingkungan
dada d.d sering
sekitarnya
terbangun pada Setelah dilakukan asuhan 1. Ciptakan lingkungan yang aman bagi
2. Agar klien lebih memaksimalkan
malam hari keperawatan selama 2 X 24 pasien
tidurnya
jam diharapkan pola tidur
2. Sediakan tempat tidur dan lingkungan 3. Membuat klien merasa tenang dan
normal.
yang bersih dan nyaman larut dalam tidurnya
Kriteria hasil : 4. Membantu klien mendapatkan posisi
3. berikan musik pilihan
yang ketika ingin tidur
1. Pola tidur dipertahankan
Pengaturan Posisi (0840) 5. Untuk mengerangi rasa sesak klien
pada skala 2 (banyak
sehingga lebih nyaman dan tenang
terganggu) ditingkatkan ke 4. Dorong pasien untuk terlibat dalam
ketika tidur.
skala 4 (tidak terganggu). perubahan posisi

2. Tidur yang terputus 5. posisikan pasien untuk mengurangi


dipertahankan pada skala 2 dyspnea (misalnya, posisi semi fowler)
(cukup berat) ditingkatkan
ke skala 4 (ringan).

65
4. Intoleransi NOC NIC
1. Untuk mengetahu aktivitas yang biasa
Aktifitas b.d
Tujuan: 4046-Perawatan Jantung : Rehabilitatif dilakukan
ketidakseimbangan
antara suplai dan Setelah dilakukan tindakan 1. monitor toleransi pasien terhadap 2. Dukungan orang tua sangat penting
kebutuhan oksigen keperawatan selama 2 x 24 aktivitas untuk membatu proses kesembuhan
d.d keletihan jam diharapkan intoleransi
2. berikan dukungan harapan yang realistis 3. Agar klien dan keluarga mengetahui
aktivitas dapat dikurangi
pada pasien dan keluarga faktor risiko jantung (diet, olahraga dan
dengan
3. Instruksikan pada klien dan keluarga lain
Kriteria Hasil
mengenai modifikasi faktor risiko jantung 4. agara klien merasa nyaman sehingga
0005-Toleransi terhadap (diet, olahraga dan lain) ketika di evaluasii atau wawancara dapat
aktivitas berjalan
1460 – Relaksasi otot progresif
1. kemudahan bernafas 4. Pilih lingkungan yang tenang dan aman
5. agar klien dapat melakukan latihan
ketika beraktivitas 5. Instruksikan pada klien untuk
relaksasi otot
dipertahankan pada skala 2 melakukan latihan relaksasi otot
(banyak terganggu)
ditingkatkan ke skala 4

66
(sedikit terganggu).

2. Toleransi dalam menaiki


tangga dipertahankan pada
skala 2 (banyak terganggu)
ditingkatkan ke skala 4
(sedikit terganggu).

5. Defisiensi NOC NIC 1. Untuk mengetahui factor internal dan


Pengetahuan b.d eksternal pada lingkungan sekitar
Tujuan: 5510-Pendidikan Kesehatan
kurang terpapar sehingga dalam berperilaku kesehatan
Informasi Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi factor internal dan mengenai personal hygien
keperawatan selama 3 x 24 eksternal yang dapat meningkatkan
2. Untuk menentukan pengetahuan
jam diharapkan klien atau mengurangi, motivasi untuk
kesehatan dan gaya hidup yang akan
mengetahui informasi berperilaku sehat
diberikan
kesehatan 2. Tentukan pengetahuan kesehatan dan
gaya hidup perilaku saat ini pada 3. Untuk meningkatakan nilai kesehatan
Kriteria Hasil
individu, keluarga atau kelompok dan kepercayaan klien

67
1830 – Pengetahuan : sasaran 4. Agar individu, keluarga, dan kelompok
Manajemen Penyakit 3. Aplikasikan strategi untuk dapat saling menerapkan Karen paling
jantung meningkatkan harga diri klien yang beberapa ada coletan.
menjadi sasaran.
1. Tanda dan gejala awal
4. Libatkan individu, keluarga, dan
penyakit dipertahankan
kelompok dalam perencanaan dan
pada skala 2 (pengetahuan
rencana implementasi gaya hiduo atau
terbatas) ditingkatkan pada
modifikasi perilaku kesehatan.
skala 4 (pengetahuan
banyak)

2. Manfaat manajemen
penyakit dipertahankan
pada skala 2 (pengetahuan
terbatas) ditingkatkan pada
skala 4 (pengetahuan
banyak)

2. peran keluarga dalam

68
rencana pengobatan
dipertahankan pada skala 2
(pengetahuan terbatas)
ditingkatkan pada skala 4
(pengetahuan banyak)

69
IX. CATATAN PERKEMBANGAN

No Hari/Tanggal Dx Implementasi keperawatan Paraf dan


Evaluasi Sumatif
/Jam Nama
1. Nyeri Kronis 1. Melakukan pengkajian nyeri S :
Jumat, 04
komprehensif -Klien menagatakn bahwa nyeri yang
Oktober
2. Mengobservasi petunjuk non-verbal dirasakan tidak sering
2019
mengenai ketidaknyamanan - Klien mengatakan skala nyeri 4
3. Mengajarkan prinsip-prinsip manajemen
nyeri O:
4. Mendorong klien untuk memonitor nyeri -Wajah klien mulai cerah tidak terlihat

dan cara menangani nyeri dengan tepat meringis
Ns.
5. Memilih dan implementasikan tindakan TD 130/80 mmHg
Annisa
yang beragam (farmakologi, non- RR 20 x/menit
farmakologi, interpersonal) untuk N= 60 x/menit
memfasilitasi penurunan nyeri sesuai S = 360C.
kebutuhan A : Masalah teratasi sebagian
6. Mengevaluasi Keefektifan tindakan

70
pengontrolan nyeri yang dilakukan P:
7. Memantau tanda tanda vital klien 1. Pantau TTV Klien
2. Pantau tingkat nyeri Klien
3. tetap mengajarkan teknik non farmakologi
teknik nafas dalam untuk mengurangi nyeri

2 Penurunan Curah 1. Memastikan tingkat aktivitas pasien yang


Jumat, 04
Jantung tidak membahayakan curah jantung atau S
Oktober
memprovokasi serangan jantung. - Klien mengatakan sesak nafas sedikit mulai
2019
2. Mengevaluasi episode nyeri dada berkurang
(intensitas, lokasi, durasi dan faktor yang O
memicu serta meringankan nyeri dada 
Nadi : 84 x/menit
3. Melakukan terapi relaksasi, sebagaimana A Ns.
mestinya Masalah teratasi sebagian Wardha
4. Memonitor sesak nafas klien P
- Lanjutkan terapi relaksasi dan memonitor
sesak nafas klien

71
3 Gangguan Pola 1. Menciptakan lingkungan yang aman bagi
Jumat, 04
Tidur pasien S
Oktober
-Klien mengatakan bahwa tidurnya lebih
2019 2. Menyediakan tempat tidur dan lingkungan
nyaman, sedikit masih merasakan nyeri
yang bersih dan nyaman
O
3. Memberikan musik pilihan - Durasi tidur klien kurang lebih 6 jam 
A
4. Mendorong pasien untuk terlibat dalam Ns.
Masalah teratasi sebagian
perubahan posisi Kusuma
P
5. Memposisikan pasien untuk mengurangi -Lanjutkan intervensi untuk meningkatkan
dyspnea (misalnya, posisi semi fowler) durasi tidur
-Pantau pola tidur dan catat kondisi klien

4. Intoleransi Aktifitas 1. Memonitor toleransi pasien terhadap S


Jumat, 04
aktivitas -Klien mengatakan bahwa dapat berjalan ke 
Oktober
beberapa ruangan tanpa bantuan tugas Ns. Anis
2019 2. Memberikan dukungan harapan yang
kesehatan

72
realistis pada pasien dan keluarga O
- Nadi : 84 x/menit
3. Menginstruksikan pada klien dan keluarga
A
mengenai modifikasi faktor risiko jantung
Masalah teratasi sebagian
(diet, olahraga dan lain)
P
4. Memilih lingkungan yang tenang dan aman -Lanjutkan intervensi melakukan latihan
relaksasi otot
5. Menginstruksikan pada klien untuk
melakukan latihan relaksasi otot

5 Defisien 1. Mengidentifikasi factor internal dan S


Jumat, 04
Pengetahuan eksternal yang dapat meningkatkan atau -Klien mengatakan bahwa penting menjaga
Oktober
mengurangi, motivasi untuk berperilaku kesehatan
2019
sehat O 
2. Menentukan pengetahuan kesehatan dan - Klien merokok satu batang per hari Ns. Anni
gaya hidup perilaku saat ini pada individu, A
keluarga atau kelompok sasaran Masalah teratasi sebagian
3. Mengaplikasikan strategi untuk P

73
meningkatkan harga diri klien yang -Lanjutkan intervensi
menjadi sasaran.
4. Melibatkan individu, keluarga, dan
kelompok dalam perencanaan dan rencana
implementasi gaya hiduo atau modifikasi
perilaku kesehatan.

74
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

ST Elevasi Miokardial Infark (STEMI) merupakan suatu kondisi yang


mengakibatkan kematian sel miosit jantung karena iskhemia yang
berkepanjangan akibat oklusi koroner akut. STEMI merupakan jenis terberat
dari kelompok ACS atau CAD dimana terjadi oklusi total pada arteri
koroner yang menyebabkan iskemia dan perluasan daerah infark. Infark
miokard akut dengan elevasi ST (STEMI) terjadi jika aliran darah koroner
menurun secara mendadak akibat oklusi trombus pada plak aterosklerotik
yang sudah ada sebelumnya. Gambaran klinis STEMI umumnya berupa
nyeri dada yang khas, perubahan pada EKG dan peningkatan enzim
jantung. Nyeri dada khas ACS STEMI dicirikan sebagai nyeri dada di
bagian substernal, retrosternal dan prekordial. Karakteristik seperti ditekan,
diremas, dibakar, terasa penuh yang terjadi dalam beberapa menit

Saran

a. Untuk penderita STEMI


Diharapkan penderita STEMI tetap mengontrol pola makannya dan
mengurangi aktivitas merokok dan lebih meningkatkan latihan fisik
seperti jalan pagi, bersebeda dan lainnya
b. Untuk keluarga
Diharapkan keluarga mampu mengawasi dan memperhatikan klien
STEMI, terutama kegitannya dan pola makannya. Dukungan dari
keluarga juga hal yang penting untuk klien.
c. Untuk tenaga kesehatan
Diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan yang baik, dan
memberikan asuhan keperawatan pada pasien STEMI.

75
DAFTAR PUSTAKA

Darliana, D. 2010. Manajemen Pasien St Elevasi Miokardial Infark


(STEMI). Idea Nursing Journal. 1 (1).

Andrayani, L.W. 2016. Exercise Pada Pasien Dengan St Elevasi Miokard


Infark (STEMI). Jurnal Kesehatan Prima. 10 (2) : 1672-1681.

Kuntoadi, G.B. 2019. Buku Ajar Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa


APIKES - Semester 1.

Muhammad, G.R dan P. Ardhianto. 2015. Profil Faktor Risiko


Atherosklerosis Pada Kejadian Infark Miokard Akut Dengan St-
Segment Elevasi Di Rsup Dr Kariadi Semarang. Vol 4 (4). 849-858.

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk. 2010.Buku Ajar Ilmu Penyakit


Dalam. Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing
Gayatri, N. I., S. Firmansyah., S. Hidayat & E. Rudiktyo. 2016. Prediktor
Mortalitas Dalam-Rumah-Sakit Pasien Infark Miokard ST Elevation
(STEMI) Akut di RSUD dr. Dradjat Prawiranegara Serang,
Indonesia. Vol 43 (3) : 171-174
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar.
Jakarta : Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan
Wijaya, A. I. 2015. Analisis Praktik Klinik Keperawatan Pada Klien Acut
Coronary Syndrome (Acs) Stemi Dengan Intervensi Inovasi Terapi
Musik Mozart Terhadap Intensitas Nyeri Dada Di Ruang Iccu Rsud
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Samarinda. Proram Studi
Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Samarinda.
Sobur, C. 2018. ACS STEMI: Dengan Kasus. https://caiherang.com/acs-
stemi-dengan-kasus/. [Diakses pada 6 Oktober 2019].
The Indonesian Society of Interventional Cardiology (ISIC). 2019.
Serangan Jantung Tipe STEMI (ST Elevation Myocardial

76
:Infraction) : Perhimpunan Intervensi Kardiologi Indonesia (PIKI).

77

Anda mungkin juga menyukai