Anda di halaman 1dari 35

TOURISM PLANNING FORUM: TOURISM DESIGN AND PROTOTYPE CONFERENCE

Bali, 8 November 2017

Perspektif Tata Ruang dalam


Pengembangan Kawasan Pariwisata
Agus Sutanto, S.T., M.Sc.
Direktur Penataan Kawasan
Ditjen Tata Ruang, Kemen. ATR/BPN
Daftar Isi
I. Pendahuluan
▪ Isu▪ Tata
Isu Ruang
Tata Ruang
dan Pertanahan
dan Pertanahan
di Kawasan
di Kawasan
Pariwisata
Pariwisata
▪ Arahan
▪ Arahan
Kebijakan
Kebijakan
Pembangunan
Pembangunan
Nasional
Nasional
dan Arahan
dan Arahan
Spasial
Spasial
Terkait
Terkait
Pengembangan
Pengembangan
Pariwisata
Pariwisata
▪ Hirarki
▪ Hirarki
dan Kedudukan
dan Kedudukan
Produk
Produk
Rencana
Rencana
Tata Ruang
Tata Ruang
dan Kepariwisataan
dan Kepariwisataan
▪ Sebaran
▪ Sebaran
Destinasi
Destinasi
Pariwisata
Pariwisata
Prioritas
Prioritas
▪ Urgensi
▪ Urgensi
Perencanaan
Perencanaan
Tata Ruang
Tata Ruang
di Sekitar
di Sekitar
Kawasan
Kawasan
Pariwisata
Pariwisata
II. Pendekatan Penataan dan Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Pariwisata
III. Best Practice: Penataan Kawasan Strategis Sekitar KEK Mandalika
IV. Fasilitasi Kajian Kesesuaian Lahan Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata
V. Kesimpulan
Kampung Laut Suku Bajo di Wakatobi
Oyi Kresnamurti

I Pendahuluan
Isu Tata Ruang dan G. Bromo, Jawa TImur Pantai Nunuhu, Morotai

Pertanahan di
Kawasan Pariwisata
➢ Daya tarik wisata, khususnya yang
berbasis alam, biasanya berada di
pesisir pantai, hutan dan pegunungan,
dimana lokasi-lokasi tersebut pada
umumnya berada di kawasan lindung
dan rentan terhadap ancaman bencana. Lokasi wisata pada umumnya berada di kawasan yang rentan terhadap ancaman bencana.
➢ Peruntukan ruang atau zonasi belum
sesuai untuk kegiatan pariwisata. Satuan
Kemampuan
➢ Status lahan berupa tanah adat Lahan (SKL)
dan/atau merupakan kawasan ketersediaan
kehutanan. air sangat
rendah-rendah
➢ Daya dukung dan daya tampung
lingkungan yang terbatas, seperti
kondisi fisik lahan, ketersediaan air dan
sumber energi.
➢ Minimnya aksesibilitas dan konektivitas Lokasi usulan pengembangan kawasan
dari dan menuju objek wisata. pariwisata masuk dalam peruntukan
ruang hutan lindung dan perkebunan.

A new age of planning must dawn, which arrests the over-development of
tourism and prevent the over-use of local resources for private gain and
focuses on community well-being, equitable uses of land and resources,
and full involvement of communities in planning.
Spatial planning as a pre-requisite to ecologically and socially-
sound sustainable tourism products.
Arahan Kebijakan Pembangunan Nasional
Perpres No. 2 Tahun 2015
tentang RPJMN 2015-2019
“Pastikan kemajuan di
lapangan pada 10
Butir 3 Kebijakan
Percepatan pengembangan pusat- Destinasi Wisata
“Membangun Indonesia dari pinggiran pusat pertumbuhan ekonomi
dengan memperkuat daerah-daerah dan
desa dalam kerangka negara kesatuan.”
wilayah dengan memaksimalkan Nasional!”
keuntungan aglomerasi, menggali – 1 dari 8 arahan Presiden
potensi dan keunggulan daerah Tahun 2016 adalah tahun percepatan.

Butir 6 dan peningkatan efisiensi dalam


penyediaan infrastruktur.
“Meningkatkan produktivitas rakyat dan
daya saing di pasar internasional sehingga Sasaran
bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit
bersama bangsa Asia lainnya.” Berkembangnya potensi ekonomi
wilayah dengan mengembangkan
pusat-pusat pertumbuhan, baik
Butir 7 yang telah ada (KSN, KI, KEK, KSPN)
“Mewujudkan kemandirian ekonomi maupun yang baru, terutama di
dengan menggerakkan sektor-sektor wilayah koridor ekonomi
Kalimantan, Sulawesi, Nusa
strategis ekonomi domestik.”
Tenggara, Maluku dan Papua.
Arahan Spasial Terkait Pengembangan Pariwisata
PP 26/2008 jo PP 13/2017 tentangRencanaTata RuangWilayah Nasional
• Mengamanatkan ruang untuk kawasan pariwisata dalam bentuk Kawasan Andalan dan Kawasan Strategis Nasional.
• Kawasan Andalan adalah bagian dari kawasan budi daya ruang darat maupun ruang laut yang pengembangannya diarahkan untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi bagi kawasan tersebut dan kawasan di sekitarnya.
• Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap
kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan
dunia.

Penyusunan rencana pembangunan.

Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Rencana Perwujudan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan


Tata Ruang perkembangan antar wilayah serta keserasian antar sektor.

Kawasan Penataan ruang wilayah.


berfungsi sebagai
pedoman untuk:
Pengelolaan kawasan.

Perwujudan keterpaduan pembangunan dan pelestarian kawasan


serta menjamin terwujudnya tata ruang kawasan yang berkualitas.
Hirarki Peraturan
Perundangan dan Kedudukan
Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan
(RIPPARNAS) dalam
Perencanaan Tata Ruang

RTRWN RPJPN; RPJMN RIPPARNAS “Rencana induk


pembangunan
RTRWP RPJPD; RPJMD Rencana Induk kepariwisataan merupakan
Pembangunan bagian integral dari rencana
Kepariwisataan Provinsi tata ruang wilayah.”
RTRW Kab./Kota RPJPD; RPJMD Rencana Induk
Pembangunan
- ps 13 ayat 2 UU 10/2009
Kepariwisataan Kab.
Kota
Rencana Detail (Rinci Rencana Detail Kawasan
Tata Ruang) Strategis Pariwisata
Kab./Kota
Sebaran lokasi 10 Destinasi Pariwisata Prioritas
Perpres 49/2016 tentang
Badan Otorita Pengelola
Destinasi Pariwisata Kawasan Pariwisata Danau
Toba
Prioritas (DPP) adalah
Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional
(KSPN) yang perlu
dipercepat
pembangunannya.
Empat dari 10 DPP
Perpres 46/2017 tentang
tersebut merupakan Badan Otorita Pengelola
Kawasan Pariwisata
Kawasan Ekonomi Borobudur

Khusus (KEK) dengan


sektor unggulan • Khusus Borobudur dan Danau Toba, selain sebagai DPP, kedua kawasan tersebut sebelumnya telah
pariwisata. ditetapkan sebagai KSN dengan sudut kepentingan masing-masing yaitu sosial budaya dan lingkungan
hidup, serta telah ditetapkan rencana tata ruangnya melalui Perpres 58/2014 tentang RTR Kawasan
Borobudur dan Sekitarnya dan Perpres 81/2014 tentang RTR Kawasan Danau Toba dan Sekitarnya.
• Kawasan pariwisata merupakan kawasan dengan batas yang telah ditetapkan, serta diarahkan untuk
mencapai target kunjungan wisatawan, menambah devisa dan meningkatkan kontribusi terhadap PDB dan
kesempatan kerja melalui berbagai program pembangunan.
• Pembangunan kawasan pariwisata diharapkan selaras dengan kawasan sekitarnya untuk meningkatkan nilai
tambah dan menciptakan manfaat ekonomi yang lebih luas.
Urgensi Perencanaan Tata Ruang Diperlukan penataan kawasan yang
di Sekitar Kawasan Pariwisata terintegrasi antara kawasan
pariwisata dengan kawasan
sekitarnya, baik secara ruang
maupun ekonomi, dengan
memperhatikan aspek sosial
budaya, keterkaitan infrastruktur,
dan keberlanjutan lingkungan.

Pengembangan kawasan pariwisata diharapkan dapat


berperan sebagai prime mover kawasan di sekitarnya, Perlu segera disusun rencana rinci
sekaligus berperan untuk mempercepat tata ruang di sekitar kawasan
pembangunan perekonomian daerah. pariwisata dengan menciptakan
sinergi untuk investasi yang dapat
mendukung fungsi kawasan
pariwisata, diantaranya melalui:
✓ Pembagian peran (role sharing),
Pengembangan kawasan pariwisata terutama terkait segmen pasar
akan berimplikasi terhadap dinamika (komplementer);
pembangunan di kawasan ✓ Menunjang business process
sekitarnya, seperti peningkatan kawasan melalui penyediaan
kegiatan ekonomi, perubahan guna rantai pasok industri, seperti
lahan, kebutuhan SDM/tenaga logistik, kebutuhan perumahan,
kerja, maupun kebutuhan dukungan jasa-jasa, dan kegiatan
sarana dan prasarana pendukung. penunjang wisata lainnya
(suplementer).
Danau Toba, Sumatera Utara
Suwandi Chandra

II Pendekatan Penataan dan Peningkatan Kualitas Tata Ruang


Kawasan Pariwisata
Kedudukan produk rencana dalam sistem perencanaan tata ruang
Wacana Penyusunan Rencana
Rinci Tata Ruang Kawasan:
Apakah dalam bentuk RTR
Kawasan Strategis Kabupaten
(KSK) atau Rencana Deatail Tata
Ruang (RDTR) Kab./Kota?

RTR KSK Permen ATR/BPN


• Penataan kawasan dibagi atas 37/2016
kawasan inti (1:10.000-1:5000) Tentang PEDOMAN
dan penyangga (1:25.000)  PENYUSUNAN RENCANA
TATA RUANG KAWASAN
multi skala;
STRATEGIS PROVINSI DAN
• Kawasan inti dapat berupa RENCANA TATA RUANG
enclave yang diatur secara KAWASAN STRATEGIS
khusus. KABUPATEN

RDTR Kab./Kota Permen PU


• Penataan kawasan dibagi ke 20/2011
dalam zona kegiatan dengan Tentang PEDOMAN
skala minimal 1:5000  satu PENYUSUNAN RENCANA
DETAIL TATA RUANG
skala;
DAN PERATURAN ZONASI
• Kawasan inti diperlakukan
KABUPATEN/KOTA
sebagai pusat kegiatan kawasan.

Sebagai dasar pengendalian pemanfaatan ruang


1. KAWASAN INTI 1
memuat antara lain fungsi-fungsi utama
yang dapat mendorong investasi sesuai
dengan daya dukung dan daya tampung
lingkungan.
2. KAWASAN INTI 2
merupakan kawasan yang mendesak untuk
diatur dan dikendalikan, serta disusun
rencana detail tata ruangnya.
Kaw. Pariwisata, KEK, KI, dsb Kriteria:
▪ memiliki akses ke jalan utama;
▪ memiliki guna lahan terbangun yang
tinggi;
▪ memiliki perubahan/alih fungsi lahan
yang tinggi; dan
▪ dekat/berbatasan langsung dengan
atraksi utama.
Mengakomodasi kegiatan yang bersifat
komplementer dan suplementer terhadap
kegiatan inti 1.
Skala Pengaturan/Peta 1:5000
3. KAWASAN PENYANGGA:
merupakan kawasan yang memberikan
pengaruh secara spasial terhadap
pengembangan kawasan inti 1.
Kriteria:
▪ dukungan infrastruktur wilayah
(bandara, jalan nasional, terminal,
sumber air baku, TPA, energi, dll)
Konsep Penataan Kawasan Strategis ▪ keberlanjutan sistem alam (konservasi);
Permen ATR/BPN No. 37 Th. 2016 tentang ▪ menunjang business process kawasan
melalui penyediaan rantai pasok, seperti
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis logistik, obyek wisata, jasa-jasa, dll.
Skala Pengaturan/Peta 1:25.000
Tahapan Peningkatan Kualitas Tata Ruang

• Penataan • Keberlanjutan
Kawasan penataan
Tahap Kajian tata
ruang dan
Tahap • Penyusunan Tahap kawasan
I kewilayahan II Masterplan
dan III • Kelembagaan
dan tata
Pentahapan kelola

Tahap awal dimulai dengan Tahap kedua penataan kawasan Tahap ketiga adalah keberlanjutan
identifikasi wilayah secara makro dilakukan dengan pemilihan penataan kawasan (ekonomi-
dan mezzo serta review tata lokasi, program prioritas, sosial budaya-lingkungan) dan
ruang. penyusunan masterplan dan penataan kelembagaan tata kelola
tahapan pembangunan. kawasan.
Pelibatan ekonomi lokal ▪ Pelibatan ekonomi lokal ▪ Kebijakan tata ruang
Rencana pembiayaan ▪ Rencana pembiayaan Tinjauan ▪ Sistem perkotaan dan perdesaan
Keterlibatan masyarakat ▪ Keterlibatan masyarakat ▪ Keterkaitan antar wilayah
Pelestarian sosial dan budaya ▪
Aspek
Pelestarian sosial dan budaya
Kewilayahan
Daya dukung dan daya tampung ▪ Keberlanjutan
Daya dukung dan daya tamping dan Tata
lingkungan lingkungan Ruang
Kebencanaan ▪ Kebencanaan
3 1

Organisasi dan tata kelola ▪ Organisasi dan tata kelola 4 2 ▪ Penetapan tema kawasan
Peraturan/panduan ▪ Peraturan/panduan Penyusunan ▪ Perencanaan dan penataan kawasan
▪ Kelembagaan ▪
Program dan rencana aksi Program dan rencana aksi Rencana Kebijakan penatagunaan tanah
Dokumen kesepakatan multipihak ▪ dan Tata
Dokumen kesepakatan multipihak ▪ Smart code
Induk
Kelola
Kawasan

Building blocks penataan kawasan


Holistik-Integratif-Tematik
PENDEKATAN penataan kawasan strategis
MULTI FACET
- Multi Level/Skala
- Multi Aspek
- Multi Aktor
Festival Bau Nyale di Pantai Seger, Kuta Lombok
The Langkah Travel

III Best Practice: Penataan Kawasan Strategis Sekitar KEK Mandalika


Perkembangan pembangunan pada Perbukitan di
Urgensi Perencanaan Tata Ruang di Sekitar Kawasan Pariwisata, Bagian Utara KEK Mandalika yang dikhawatirkan
KEK Mandalika di Kab. Lombok Tengah, NTB mengganggu fungsi konservasi kawasan.

Pertumbuhan permukiman dan tingginya minat/izin


investasi di kawasan sekitar KEK Mandalika.

Potensi pengembangan kawasan


pariwisata yang bila tidak
dikendalikan dapat menjadi KEK Mandalika
kompetitor KEK Mandalika.
Pengendalian banjir
kawasan hilir.

Dukungan logistik (Minapolitan Awang,


Minapolitan Grupuk, Pelabuhan Perikanan
Nusantara (PPN) Awang.

Alih fungsi lahan dan penambangan emas ilegal di


Bukit Prabu yang dikhawatirkan mengganggu
fungsi konservasi kawasan.
Kebijakan pembangunan dan tata ruang
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBIJAKAN TATA RUANG

 Perpres No. 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 telah  Perpres No. 56 Tahun 2014 Tentang RTR Kepulauan Nusa
mengarahkan KEK Mandalika sebagai pusat kegiatan MICE bertaraf Tenggara: pengembangan Kepulauan Nusa Tenggara sebagai pusat
internasional, yang didukung oleh industri kreatif penunjang pertumbuhan ekonomi berbasis pariwisata.
kawasan, serta aksesibilitas dan konektivitas kawasan.  Perda No. 3 Tahun 2010 tentang RTRW Provinsi Nusa Tenggara
 Pada tahun 2016, Mandalika ditetapkan sebagai salah satu dari 10 Barat, telah menetapkan Kawasan Kute dan Sekitarnya sebagai
destinasi pariwisata prioritas nasional, dengan visi sebagai World's Kawasan Strategis Provinsi dari sudut kepentingan pertumbuhan
Best Halal Tourism and Cruise Destination. ekonomi.

KSP Kawasan
Kute dan Sekitarnya

 Perpres No. 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek


Strategis Nasional: Pembangunan KEK Mandalika.
Kebijakan pembangunan dan tata ruang-lanjutan

 Perda Kabupaten Lombok Tengah No.7 Tahun 2011


tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Lombok Tengah:
o Penetapan Kecamatan Pujut sebagai kawasan
peruntukan pariwisata bahari (teks), namun dalam
peta pola ruang masih berupa kawasan perkebunan
 perlu revisi RTRW Kab. Lombok Tengah.
o Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) dari
kepentingan pertumbuhan ekonomi: (i) Kawasan
Pariwisata Kuta dsk; (ii) Kawasan Minapolitan
Gerupuk; (iii) Kawasan Minapolitan Awang; (iv)
Kawasan Sade dsk; dan (v) Kawasan Selong Belanak
dsk.
 RTR Kawasan Strategis saat ini sedang disusun untuk
menjadi acuan pembangunan di Kawasan Sekitar KEK
Mandalika.
Delineasi kawasan:
Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Sekitar KEK Mandalika

Batas delineasi kawasan dapat berupa:


1. batas administrasi;
2. batas bentang alam (sungai, danau dsb); dan/atau
3. batas buatan (jalan dsb).
Skala peta ditentukan dengan mempertimbangkan:
1. kebutuhan informasi yang diperlukan dalam proses;
2. perencanaan tata ruang;
3. luas wilayah perencanaan tata ruang; dan
4. nilai strategis kawasan.

Penentuan batas kawasan inti yang diatur detail (skala 1:5000)


menggunakan batas fungsional sedangkan kawasan penyangga
menggunakan batas administrasi (desa).
Kawasan Kawasan Inti 2;
Kawasan Inti
Penyangga; 3.762,82 ha
1 (KEK);
23.339,11 ha
1.035,67 ha
Konektivitas

Regional Linkage Mataram

Lember-Bali Pelabuhan
38 mil 4-6 Jam 03 Lember
KEK Mandalika merupakan salah satu
destinasi wisata berdaya saing internasional,
yang menjadi bagian dalam strategi GREAT BALI:
Keterpaduan pengembangan destinasi Bali, 04
Lombok-NTB, dan Flores-NTT.

02
Bandara Internasional Lombok
01

Mandalika
Aksesibilitas
01
Lember-Mandalika
52 km 1-1,5 jam
02
BIL-Mandalika
21 km 0,5-1 jam
1 03
BIL-Mataram
30 km 0,5-1 jam
04 Jalan Strategis Nasional;
Mataram-Lember Rencana Pembangunan Bypass
20 km 0,5-1 jam Bandara-KEK Mandalika
Konsep rencana pengembangan kawasan sekitar KEK Mandalika
2
Daya dukung dan daya tampung lingkungan

3
➢ Identifikasi isu strategis;
➢ Pengumpulan data informasi;
➢ Penyepakatan delineasi;
➢ Pembentukan Tim Pokja; 4
➢ Konsultasi publik:
✓ Perumusan konsep RTR
✓ Perumusan konsep pengendalian dan
peraturan zonasi.

Participatory Mapping

liputan6.com

© Sekdenas, 2017
Keterangan:

3 1

4 2

Blok peruntukan kawasan


wisata umumnya dibagi menjadi
zona perhotelan, komersial,
hiburan, amenitas, infrastruktur
kawasan (energi, water treatment
plant, tempat pembuangan
sementara), ruang terbuka hijau
dan non-hijau.
Jalur mitigasi dan tempat
evakuasi sementara untuk
mengantisipasi ancaman bencana
alam.
Peraturan zonasi yang berisi Peta Rencana Zonasi Kawasan Sekitar KEK Mandalika
ketentuan pengendalian kawasan
dan aktivitas (KLB, KDB, ITBX).
Contoh Pengembangan Wilayah Perencanaan:
Bagian Wilayah Perencanaan “Wisata Bahari Grupuk (Grupuk Marine Tourism)”
Peraturan zonasi untuk kawasan pariwisata disusun
dengan memperhatikan:
1. pemanfaatan untuk wisata alam tanpa mengubah
bentang alam;
2. pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat
sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan;
3. perlindungan terhadap situs peninggalan
kebudayaan masa lampau;
4. pembatasan pendirian bangunan hanya untuk
menunjang kegiatan pariwisata; dan
5. ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain
yang dimaksud pada angka 4.

WP E

Wisata Bahari Grupuk


(Grupuk Marine Tourism)
Kondisi Kawasan Grupuk

Keramba jaring apung, didukung dengan dermaga


nelayan, dan pengembangan Balai Perikanan KKP.
Konsep Rencana Zonasi
Pengembangan Sub BWP E:
“Wisata Bahari Grupuk (Grupuk Marine Tourism)”

Keterangan:

Peta kondisi eksisting Peta rencana zonasi


Analogi: Hotel Heritance Kandalama, Srilanka
Green building dengan menjaga bentang pandang
Mt. Bromo Sunrise Eruption
Ronald Nelson

IV Fasilitasi Kajian Kesesuaian Lahan Badan Otorita


Pengelola Kawasan Pariwisata
Kajian Kesesuaian Lahan Badan Otorita Pariwisata (BOP)
pada Destinasi Pariwisata Prioritas
1. Aksesibilitas dan konektivitas;
2. Kondisi fisik kawasan;
Kesesuaian 3. Kebencanaan; dan
lahan 4. Bentang pandang

Kesesuaian Dalam rangka pengembangan Kawasan BOP, terutama terkait


peruntukan
Rekomendasi rencana pengembangan kawasan yang pengelolaannya bersifat
ruang dan
kawasan
KRITERIA ATR/BPN otoritatif, salah satu kriteria penetapan lokasi kawasan adalah
hutan DELINEASI mendapatkan rekomendasi dari Kementerian Agraria dan Tata
KAWASAN Ruang/Badan Pertanahan Nasional.

Keluaran
Status • Pertimbangan teknis terhadap RPerpres tentang BOP berupa analisis
tanah kesesuaian lahan dan analisis pertanahan dengan tetap
clean and mempertimbangkan upaya konservasi kawasan dan potensi kawasan
clear yang ada.
• Peta lampiran Kawasan BOP (kawasan koordinatif dan otoritatif) sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari RPerpres tentang BOP tersebut.
Prospek
pengembangan Lokasi
• BOP Borobudur (Prov. Jawa Tengah)
• BOP Labuan Bajo (Prov. Nusa Tenggara Timur)
• BOP Wakatobi (Prov. Sulawesi Tenggara)
• BOP Bromo-Tengger-Semeru (Prov. Jawa Timur)
Contoh Peta Lampiran Rperpres BOP Bromo-Tengger-Semeru
Kesimpulan
1. Dalam rangka mendorong peran sektor pariwisata dalam pembangunan ekonomi dan meningkatkan daya saing kawasan, Pemerintah
telah menetapkan kawasan pariwisata sebagai prioritas nasional;

2. Kementerian ATR/BPN mendukung pengembangan kawasan pariwisata melalui:


a. Mendorong penetapan kawasan peruntukan atau zona pariwisata di dalam rencana tata ruang;
b. Penataan kawasan di sekitar kawasan pariwisata untuk mengamankan kepentingan nasional di kawasan pariwisata; dan
c. Fasilitasi kajian kesesuaian lahan badan otorita pengelola kawasan pariwisata.

3. Pengembangan kawasan pariwisata harus memperhatikan ketentuan pemanfaatan dan peraturan zonasi, serta pengendalian
pemanfaatan ruang.

4. Pengembangan kawasan pariwisata akan berimplikasi terhadap dinamika pembangunan di kawasan sekitarnya sehingga perlu segera
disusun rencana rinci tata ruang di sekitar kawasan pariwisata agar pembangunan antar kawasan dapat saling bersinergi; serta
5. Penataan kawasan, khususnya kawasan pariwisata, dilakukan dengan holistik, integratif dan tematik dengan mempertimbangkan
tinjauan kewilayahan dan tata ruang; penyusunan rencana induk kawasan; aspek keberlanjutan; serta kelembagaan dan tata kelola,
tidak hanya di dalam kawasan pengembangan tetapi juga di kawasan sekitarnya.
terima kasih

Anda mungkin juga menyukai