Anda di halaman 1dari 89

BAB IV

ANALISA PERENCANAAN

4.1 Kelayakan ( Kapasitas)


Tujuan Analisa Kelayakan:

Dari perencanaan kawasan wisata pantai Teluk Gurita di


Kabupaten Belu harus dilakukan analisa dan hal ini bertujuan agar
dapat membangun potensi pariwisata yang ada di Kabupaten Belu
terkhususnya pada kawasan wisata pantai Teluk Gurita yang
dalam perjalanannya telah ditetapkan sebagai salah satu wisata
unggulan namun pemanfaatannya belum optimal karena tidak
adanya suatu pengembangan yang baik. Ini bertujuan untuk
menentukan kelayakan yakni dengan menggunakan analisa
SWOT (Strength, Weakness, Opportunities dan Threats) dengan
penjabaran sebagai berikut:
 (SWOT)
Telaah terhadap kelayakan dari kawasan wisata pantai Teluk
Gurita, dilihat dari lokasi perencanaan, aktivitas pada kawasan
serta sarana prasarana penunjang yang direncanakan pada
kawasan ini. Dalam proses penganalisaannya digunakan suatu
metode yaitu metode analisa SWOT analisa ini yang dilihat adalah
hal-hal yang berpotensi menjadi peluang, kekuatan dimana pada
maupun kelemahan dalam mewujudkan kawasan wisata pantai
Teluk Gurita tak lupa juga mempertimbangkan tantangan atau
hambatan yang ada nantinya dari pertimbangan-pertimbangan
terhadap aspek dimaksud akan diambil sebuah kesimpulan tentang
layak atau tidaknya perencanaan suatu proyek pada lokasi yang
ditentukan.

Tabel 4. 1 Analisa SWOT


INTERNAL Strenghs (Kekuatan) Weakness (Kelemahan)
 Semakin meningkatnya  Dukungan infrastruktur dan
wisatawan mencapai fasilitas pendukung pada daya
angka yang tinggi pada tarik wisata sangat minim
tahun kunjungan libur mengakibatkan menurunnya
dan akhir pekan, dan kunjungan wisatawan dikawasan
libur Tahunan. wisata pantai Teluk Gurita baik
Topografi yang datar wisatawan mancanegara maupun
dan sedikit landai domestik. Pembebasan tanah
merupakan kondisi untuk kawasan wisata belum
EKSTERNAL alamiah sangat dilakukan secara optimal
potensial bagi sehingga masih ditemukan
pengembangan fisik lahan potensial pariwisata milik
baik fasilitas masyarakat yang berpotensi
penunjang wisata menimbulkan disharmoni.
Kedudukan lokasinya  Sudah ada kawasan pantai yang
yang relatif dekat bagus namun tidak ada fasilitas
dengan kawasan penunjang yang menangani
wisata Patung Bunda wisata pantai ini.
Maria sebagai
destinasi favorit
abupaten Belu yang
sudah mendunia dan
menjadi daya tarik
wisatawan domestik
maupun
mancanegara.
Dengan kedudukan
atau posisi inilah
memberikan peluang
ekonomis yang luas
bagi kawasan wisata
pantai Teluk Gurita
berperan sebagai
kawasan penyanggah
yang pada gilirannya
berguna bagi
percepatan
pertumbuhan
kawasan
pengembangan Belu.

Opportunities (Peluang) Strategi (SO) Strategi (WO)


 Jumlah Tempat Wisata  Memanfaatkan kekayaan  Dengan potensi yang dimiliki, kedua
yang perlu alam laut pada kawasan belah pihak memiliki kesadaran untuk
dikembangkan untuk pantai serta kekayaan harus mempertahankan nilai-nilai
menarik wisatawan wisata rohani Patung yang ada pada daerah tersebut.
 Lokasi yang relatif Bunda Maria yang juga  Pemerintah dan masyarakat setempat
dekat dengan kawasan terletak dekat dengan menjalin kerja sama agar dapat saling
wisata patung Bunda kawasan pantai tersebut mendukung untuk menjaga kampung
Maria sebagai sebagai cara untuk tetap adat tersebut. Selain itu, dari kerja
destinasi favorit menjaga kelestariannya, sama tersebut dapat mendatangkan
kabupaten Belu yang yaitu dengan mewujudkan keuntungan baik bagi pemerintah
sudah mendunia dan penataan dan pengelolaan maupun masyarakat setempat.
menjadi daya tarik pariwisata (dalam hal ini
wisatawan domestik wisata pantai) pada daerah
maupun mancanegara. ini, dimana hal tersebut
Dengan kedudukan sangat sesuai dengan
atau posisi inilah pembagian perwilayahan
memberikan peluang di Kabupaten Belu .
ekonomis yang luas
bagi kawasan wisata
pantai Teluk Gurita
berperan sebagai
kawasan penyanggah
yang pada gilirannya
berguna bagi
percepatan
pertumbuhan kawasan.
 Secara keseluruhan
kedudukan kabupaten
Belu sebagai
kabupaten Perbatasan
menjadikan kawasan-
kawasan ini dianggap
perlu dijaga dan
karena itu mendapat
perhatian khusus. Ini
merupakan peluang
strategis untuk
mendapatkan dana
bagi pengembangan
kawasan-kawasan
wisata ini di masa
depan.

Threats (Ancaman) Strategi (ST) Strategi (WT)


 Kurangnya minat  Melakukan penataan  Memberikan penjelasan dan
wisatawan karena pada kawasan pantai alasan yang kuat sehingga
fasilitas yang ada menjadi kawasan masyarakat setempat tetap
terbatas, dalam artian wisata yang bersemangat untuk aktif dalam
selain kebutuhan menyediakan menata kawasan wisata pantai
akan fasilitas dalam berbagai hal yang dimiliki menjadi suatu
konteks pemenuhan menarik tentang kawasan wisata Bahari yang
fungsi fasilitas, daerah tersebut dan juga memberi keuntungan dan
namun juga aspek sebagai hal baru manfaat yang besar bagi
daya tarik tersendiri yang dapat mereka sendiri.
dari pada fasilitas dipelajari secara
yang ada tidak langsung.
mampu
memaksimalkan
potensi obyek wisata
pantai di Teluk
Gurita karena belum
ada suatu
menajeman khusus
yang mengatur
tentang bagaimana
alur aktifitas
berwisata di kawasan
pantai Teluk Gurita.
- Adanya standar
kelengkapan dan
ruang untuk
perencanaan terebut.

Sumber : Hasil olahan penulis, 2021

Kesimpulan dari Analisa SWOT yakni mampu merencanakan


atau menghadirkan sebuah perencanaan yang mampu
menjawab akan kebutuhan Strenght, Weakness, Opportunities
dan Threats serta memiliki strategi kuat untuk menjawab
kebutuhan SWOT tersebut.

4.2 Proyeksi ( Bunga Berganda )

Analisa Pengunjung
Untuk mengetahui jumlah pengunjung yang berkunjung ke wisata
pantai Teluk Gurita dan sekaligus menjadi acuan dasar untuk
menganalisa tapak dan bangunan, maka perlu dilakukan analisa.
Analisa tersebut dapat dilakukan sebagai berikut :
Tabel 4. 2 Rekapitulasi kunjungan wisatawan Domestik &
Mancanegara ke Kab. Belu, Jumlah kunjungan wisatawan di Kab.
Belu ( 2015 - 2018)

TAHUN WISDOM WISMAN JUMLAH


KUNJUNGAN

2015 4096 1938 6034


2016 4982 1612 6594
2017 6961 2723 9684
2018 5063 2250 7313
2019 12.899 3332 16.231

Sumber : Dinas Pariwisata Kab. Belu 2021

Untuk menghitung rata-rata kunjungan wisatawan lima tahun terakhir yaitu :

= Jumlah kunjungan wisatawan

Jumah tahun kunjungan

= 46.126

= 9.225 orang

Dari hasil hitungan rata – rata kunjungan wisatawan ke Kabupaten Belu


dalam 5 tahun terakhir sebanyak 9.225 orang. Untuk menghitung jumlah
kunjungan wisatawan ke pantai Teluk Gurita, maka saya mengambil 15%
hasil hitungan yaitu : 15% x 9.225 orang = 1383 orang. Jadi kunjungan
wisatawan ke pantai Teluk Gurita dalam 5 tahun terakhir sebanyak 1383
orang.

a. Perhitungan prosentase pertumbuhan wisatawan pertahun


Besar prosentase wisatawan pertahun dalam dua (2) tahun terakhir dan
prosentase rata-rata dalam tahun tersebut yaitu :

Tabel 4. 3 Perhitungan Proyeksi Wisatawan Lima (5) Tahun


Terakhir

Jlh wisatawan thn sesudahnya – jlh. wisatawan thn sebelumnya x 100


Jlh. wisatawan tahun sebelumnya

A. 2016 – 2015 X 100 B. 2017– 2016 X 100


2015 2016
= 9684 – 6034 X 100 = 7313 – 9684 X 100
6034 9684
= 96.83% = 73,12%
C. 2018 – 2017 X 100 D. 2019 – 2018 X 100
2017
2018
= 6594 – 7313 X 100 = 16.231 – 6594 X 100
7313 6594
= 65,93 % = 16, 230%
Sumber : Hasil Perhitungan Penulis 2021

 Tingkat Hunian Kamar


Dari perhitungan jumlah kunjungan wisatawan maka dapat disediakan
sarana akomodasi berupa cottage, dan penyediaan jumlah cottage dengan
didasarkan pada standar pendekatan :

 Tingkat hunian kamar rata – rata 40% (R)


 Lama menginap 3 hari (N)
 Quest room ratio 1,4 (r)

Dengan asumsi ;

 40 % menginap
 60 % sekedar berwisata

Dapat dicari dengan tingkat hunian kamar dengan rumus :

N 100 1
X X
365 R r

Keterangan :

N = Guest Night ( lama menginap x jumlah wisatawan )

= 3 x 9225 = 27.675

R= Tingkat hunian kamar 40%

r = Guest/ room ratio (1,4)

27.675 100 1
X X =75,8 ×25 ×0,71=13 , 45=14 kamar
365 4,0 1,4

4.3 Analisa aktivitas

4.3.1 Analisis Aktivitas Pengguna Bangunan


Analisis kegiatan atau aktivitas pengguna bangunan adalah mengamati dan
menganaliasa segala hal yang berkaitan dengan pelaku kegiatan pariwisata,
khususnya wisata Pantai Teluk Gurita atambua, sehingga dapat
dikelompokan jenis kegiatan yang direncanakan.

 Pemakai Bangunan:
a. Pengelola
- Melakukan pekerjaan administrasi antara pimpinan, staff dan karyawan.
- Memberikan informasi, promosi wisata dan informasi lainnya terkait
kunjungan wisatawan baik wisatawan mancanegara, maupun regional.
- Mengawasi seluruh area kawasan wisata.
- Melakukan pembersihan dan perawatan maupun pemeliharaan terhadap
kawasan wisata pantai dan bangunan.
- Mengawasi jalanya kegiatan lain seperti kegiatan pada area pantai,
swimming, dan mengatur jalannya kunjungan wisatawan pada wisata
pantai.
- Melakukan promosi kepada wisatawan mengenai wisata Pantai Teluk
Gurita .
- Istirahat, makan / minum, Sanitasi dan kegiatan lainnya.
b. Pengunjung / Wisatawan

Pengunjung merupakan suatu organisasi (rombongan) atau


perorangan yang melakukan kegiatan pada obyek/kawasan wisata yang
bertujuan untuk berwisata. Pengunjung melakukan wisata antara lain :

 Wisata aktif, yaitu bertindak dan beraktivitas dengan melibatkan diri


sendiri, seperti jalan-jalan menikmati panorama alam kawasan dan
pantai, mandi / berenang, melakukan foto, berolahraga, dan
sebagainya.
 Wisata pasif, bertindak dan beraktivitas dengan memperhatikan
obyek/sasaran wisata, seperti duduk-duduk di gazebo, melihat-lihat
keindahan pantai. Menikmati hidangan restaurant, dan sebagainya.
 Wisatawan umum, melakukan aktivitas dalam kawasan wisata saeperti
jalan-jalan, mandi/ berenang, menikmati indahnya pantai, bersantai
pada area wisata pantai, foto, dan kegiatan wisata lainnya.

c. Pedagang

Pedagang merupakan salah satu usaha untuk meningkatan


pemberdayaan Sumber Daya Manusia bagi masyarakat setempat dan
untuk meningkatkan pendapatan bagi masyarakat dengan adanya obyek
wisata tersebut. Kegiatan ini dilakukan suatu kelompok kecil atau
perseorangan yang menawarkan kebutuhan barang dan jasa kepada para
wisatawan yang berkunjung ke kawasan wisata Pantai Teluk Gurita .
Dalam hal ini mereka menawarkan beraneka ragam barang berupa makan,
minum, cinderamata, dan sebagainya.

4.3.2 Struktur Organisasi


Bagian Pengelolaan dan Pelayanan ini mengurusi pengelolaan kawasan wisata
Pantai Teluk Gurita Atambua baik dalam hal pengelolaan kegiatan wisata
maupun bangunan-bangunan yang terdapat dalam kawasan tersebut. Bagian ini
mempunyai struktur organisasi yang terdiri dari:

Ketua Pengelola

Sekretaris
Wakil Pengelola

Sub Bagian Umum Sub Bagian Keuangan Sub Bagian Program dan
Informasi

Bidang Pengembangan Bidang Pemasaran


Kapasitas
Bidang Pegembangan
Destinasi

Seksi SDM Seksi Promosi

Seksi ODTW

Seksi Kelembagaan Seksi Layanan Informasii


Pariwisata Kawasan wisata
Seksi Prasarana & sarana

Bagan 4.1. Bagan struktur organisasi pengelolah

Sumber : Olahan Penulis, 2021


- Front Office Cottage

Kepala Pengelola

Sub. Bagian Resepsionis Sub. Bagian Administrasi

& Kasir
Seksi Loundry Seksi Promosi

Staff Enginering Seksi Sarana Prasarana

Bagan 4.2. Bagan struktur organisasi front office cottage

Sumber : Olahan Penulis, 2021

4.3.3 Analisa Kegiatan Kelompok Pelaku Kawasan Wisata


1. Dasar pertimbangan :
a. Kelompok pelaku kegiatan dalam kawasan
b. Kelompok usia pelaku kegiatan
2. Kondisi
a. Kegiatan yang telah ada dan akan dikembangkan dalam kawasan yang
banyak dijumpai di kawasan pantai Teluk Gurita Atambua adalah
kegiatan rekreasi , makan minum, menikmati pemandangan dan kegiatan
aksidental.
b. Kegiatan dalam kawasan berupa kegiatan rekreasi, dan kegiatan makan-
minum dan kegiatan aksidental lainnya saat ini cenderung tidak teratur
dan tidak tertata dengan baik, seperti kegiatan parkir kendaraan, kegiatan
parkir perahu, kegiatan makan-minum serta kegiatan lainnya.
3. Analisis Pelaku Kegiatan
a. Kelompok pelaku kegiatan
Tabel 4.4 Kelompok Pelaku Kegiatan
Sumber : Olahan Penulis 2021

b. Kelompok usia pelaku kegiatan


Tabel 4. 5 Kelompok usia pelaku kegiatan

No. Kelompok Umur Karakteristik/Sifat

1. Anak-anak (5-12 Th) Sifat serba ingin tahu sangat menonjol, sehingga
dibutuhkan banyak informasi Menyukai hal-hal yang
bersifat permainan Informal Penuh gerak dalam ruang
skala kecil

2. Remaja (13-20 Th) Lingkup kegiatannya meluas, cenderung rasional Suka


bersaing Kegiatan yang dilakukan cenderung bersifat
bertualang, olahraga Menyukai & Menikmati hal-hal
yang bersifat romantis

3. Dewasa (22- 29 Th) Menyukai kegiatan yang lebih tenang sesuai dengan
pertambahan usia seperti rekreasi air, mengasuh anak,
istirahat sambil menikmati pemandangan, berteduh dll.

4. Orang Tua (30 - 42 Th Cenderung menyukai kegiatan yang tidak banyak


dst ) menggunakan tenaga

Sumber : Analisis Penulis, 2020.

4.3.4 Analisa Pendekatan kebutuhan ruang


Pendekatan kebutuhan ruang berdasarkan :

1. Kegiatan yang diwadahi

2. Pelaku kegiatan

3. Kebutuhan wadah

 Pengelolaan
Tabel 4.6 Kebutuhan ruang pegelola

Menangani masing-masing Area parkir Semi


bidang: publik
Lobby/r.duduk/r.tunggu
◦ datang
R. bag. Pengelolaan Semi
◦ duduk
publik
R. bag. Pelayanan umum
◦ Kepengelolaan
R. bag. Operasional
◦ Pelayanan umum
Private
pengelola
R. bag. Keuangan
◦ Operasional Private
Private
◦ Keuangan
R. bag. Wisata Private
◦ Wisata
R. maintenance & service
◦ Maintenance dan
Private
service
R. mekanikal & elektrikal Service
◦ Mekanikal elektrikal

◦ Melakukan
R. rapat/diskusi Service
kegiatan
penunjang : rapat
dan diskusi Semi
private

Sumber : Analisis Penulis, 2021.

 Maintenance dan service


Tabel 4. 7 Kebutuhan ruang ME dan SE

Perawatan dan perbaikan


building dan sarana
rekreasi:
R. peralatan

petugas ◦ Mengambil R. staff Service


& menyimpan alat
◦ Istirahat petugas Bengkel

◦ Kegiatan bengkel Loading area

◦ Masuk barang dan


alat

Sumber : Analisis Penulis, 2021.


 Mekanikal dan Elektrikal
Tabel 4. 8 Kebutuhan ruang mekanikal dan elektrikal

 Pengoperasian listrik R. operator listrik

 Pengoperasian
Mesin R. operator mesin
Petugas  Pengoperasian
pompa Service
R. operator pompa
 Pengoperasian
genset
R. genset
 Mengambil dan
menyimpan
peralatan

 Mengambil dan
menyimpan bahan Gudang
bakar.

R. bahan bakar

Sumber : Analisis Penulis, 2021.

4.3.5 Kebutuhan Ruang


Pengelompokan ruang digunakan untuk memudahkan dalam menelusuri
kebutuhan jenis ruang yang diperlukan. Pegelompokan kegiatan ini
didasarkan pada pelaku kegiatan yang akan ditampung didalamnya. Ruang-
ruang yang dibutuhkan dalam bangunan Pusat Wisata Pantai ini
dikelompokan menjadi beberapa kelompok ruang, yakni:
a. Pengelola
Tabel 4. 9 Kebutuhan ruang pengelola

Aktifitas Kebutuhan Ruang

Datang Parkir, main entrance

Mengisi absen Ruang informasi

Bekerja Ruang kerja

Istrahat Kantin

Buang air Toilet

Pulang Parkir, site entrance

Sumber : Analisis Penulis, 2021.


b. Pengunjung yang sekedar berwisata
Tabel 4. 10 pengunjung yang sekedar berwisata

Aktifitas Kebutuhan Ruang

Datang Parkir, main entrance

Lapor diri Pos jaga

Rekreasi Area surfing, area jet ski

Makan Resto, cafe shop, souvenir

Santai Pantai, taman, plaza, gazebo

Pulang Parkir, site entrance

Sumber : Analisis Penulis, 2021

c. Pengunjung yang menginap


Tabel 4. 11 pengunjung yang menginap

Aktifitas Kebutuhan Ruang

Datang Parkir, main entrance


Lapor diri Lobby

Menginap Unit hunian (cottage)

Rekreasi Area kegiatan air

Makan Restoran

Santai Gazebo, plaza, area outdoor

Pulang Lapor diri, parkir, site entrance

Sumber : Analisis Penulis, 2021

d. Aktifitas berhubungan dengan service


Tabel 4. 12 aktivitas berhubungan dengan service

Aktifitas Kebutuhan Ruang

Datang Parkir, main entrance

Lapor diri Lobby

Bekerja Ruang yang mau di service

Istrahat Kantin

Pulang Lapor diri, parkir, site entrance

Sumber : Analisis Penulis, 2021.

4.3.6 Kapasitas dan standar perabot

Dalam menganalisa kapasitas pada ruangan disetiap fasilitas –


fasilitas ini ditentukan berdasarkan luasan perabot, sirkulasi, dan
ruang gerak manusia yang diperhitungkan berdasarkan:

- Luasan gerak manusia (sumber: Ernest Neuvert,


Data Arsitek jilid 1, edisi 33,2002) ruang gerak
perorang yakni (1,2 x 1,2) m2
= 1,44 m2
- Standart perabot pada buku data arsitek (sumber:
Ernest Neuvert, Data Arsitek jilid 1, edisi
33,2002) dan juga ketentuan ruangan pada setiap
fasilitas (sumber: Ernest Neuvert, Data Arsitek
jilid 2, edisi 33,2002)
- Berdasarkan asumsi penulis
-
Tabel 4. 17 Kapasitas perabot

No Elemen Standart Luas


4.3.7 Ana
NAD Edisi 33
lisa
Jilid 2
Hal.12.13.14.15
Tahun 2002

1 Perabot
 Meja kerja 1,20 x 0,80m 0,96m2
 Kursi kerja
 Lemari arsip 0,50 x 0,45m 0,225m2
 Lemari Pajang
1,20 x 0,45m 0,54m2
 Rak buku
 Kursi tamu 1,20 x 0,50m 0,60m2
 Meja restoran ( 1 meja 4 kursi )
0,90 x 0,45m 0,405m2
 Meja restoran ( 1 meja 2 kursi )
 Meja rapat (untuk maks. 14 0,50 x 0,45m 0,225m2
org)
 Tempat tidur ganda 1,20 X 2,30 x 2,30m 5,29m2
2,00m 1,20 x 2,30m 2,76m2
 Tempat tidur tunggal
1,95x0,95 6,10 x 3,10m 18,91m2
1,20 X 2,00m 2,40m2
1,95 x 0,95m 1,85m2

2 Manusia 1,20x1,20m 1,44m2


Ruang gerak 1 orang

Besaran Ruang
 Ruang luar
 Entrance
Entrance dalam tapak harus menunjukan kejelasan dan kemudahan bagi
pengunjung agar mudah melihatnya. Jenis entrance tapak dapat dibuat
berdimensi sesuai dengan ukuran mobil dan manusia yang melewatinya.
- Entrance tapak berupa pintu gerbang berukuran dua mobil (
lebarnya) yaitu ( 2 mobil ) x 3m = 6m2.
Gambar 4.47 entrance Pintu gerbang
Sumber : Olahan Penulis, 2021

 Pedestrian
Penataan jalur pedestrian merupakan upaya awal yang harus dipenuhi
dalam memberdayakan jalur pedestrian secara lebih optimal. Dengan
adanya jalur pedestrian, maka akan turut mendukung pertimbangan orang
memilih untuk berjalan kaki. Hall tersebut juga turut menujang apresiasi
berjalan kaki untuk mengurangi ketergantungan pada kendaraan bermotor
dalam melakukan pergerakan, khususnya pada jarak yang sebenarnya dapat
ditempuh dengan berjalan kaki. Dengan demikian perwadahan jalur
pedestrian untuk wisatawan maupun masyarakat secara umum, dapat
digolongkan sebagai bentuk spesifik dari implementasii pengelolaan urban
tourism yang ramah lingkungan.
Pedestrian berupa jalan setapak atau sirkulasi dalam site dengan dimensi
lebar bisa dilalui oleh 3 orang dan bila berpapasan dengan orang berikutnya
yaitu :
- 0,80 m x 3 = 2,4 m.

Gambar 4.48 Pedestrian Pejalan kaki


Sumber : Olahan Penulis, 2021

 Plazza
Bentuk bangunan harus dapat menyatu dengan plaza dan juga keadaan
sekitarnya. Karena bangunan memiliki peran penting terhadap kawasan
Wisata pantai, maka bangunan harus dapat memberikan makna terhadap
para pelaku kegiatan.
Plaza sebagai ruang penerima yang terbuka (open space) dengan
memberikan kesan luas dan bebas, dapat difungsikan sebagai tempat duduk
atau bersantai menikmati alam sekitar dengan dimensi atau ukuran sesuai
jumlah orang duduk.

 Parkiran
Sistem pola parkiran kendaraan dibagi dalam beberapa kategori yakni:
Parkiran pengunjung dan parkiran pengelola.
 Parkiran pengunjung
- Standar luas parkir bus : 3m x 12 m = 36 m2
- Standar luas parkir mobil : 3m x 5m = 15m2
- Standar luas parkir motor : 1.20m x 2m = 2.4 m2
 Jumlah Parkiran
Data yang menjadi dasar dalam perhitungan jumlah parkiran pada
kawasan ini yaitu data kunjungan wisata di Kabupaten Belu dari tahun
2015 sampai 2019 ( Bps & Pariwisata Kab. Belu).

- Jumlah wisatawan yang berkunjung di Kabupaten Sumba Timur


pada Tahun 2015 – 2019 = 9.225 orang.
- Jumlah wisatawan untuk Kecamatan Kakuluk Mesak ditinjau dari
jumlah wisatawan pada beberapa destinasi wisata seperti pada
wisata kolam susuk, dermaga teluk gurita, patung Bunda Maria,
Gua Maria Ratu Dulilu, wisata hutan manggrove
= 9.225 x 5 = 46.125 orang.
- Berdasarkan asumsi di atas, maka jumlah wisatawan pada
destinasi wisata pada Kecamatan Kakuluk mesak per tahunnya
yaitu 46.125 orang.
- Jumlah wisatawan per hari = 46.125 / 365 = 126,3 = 127 orang.
- Asumsi kapasitas dan jenis kendaraan yang digunakan yaitu :
 Motor : 2 orang.
 Mobil : 6 orang.
- Asumsi jumlah kendaraan yang digunakan :
 Motor 50% = 50 / 100 x 127 orang = 63,5 = 64 buah
 Mobil 40% = 40 / 100 x 127orang = 50,8 = 51 buah
 Bus 10% = 10 / 100 x 127orang = 12,7 = 13 buah
 Parkiran penyandang disabilitas
 Mobil 40 % = 40/ 100 x 25 asumsi pengguna roda empat
= 10 buah
Sumber : Olahan Penulis, 2021

 Ruang dalam
 Kantor pengelola

Kantor pengelola merupakan tempat kegiatan pimpinan dan karyawan


yang mengelola tempat wisata berupa: kegiatan administrasi. Analisa
ruang pada kantor adalah sebagai berikut :

 Lobby
 Receptionis (NAD Edisisi 33 Jilid 2 Hal.13 Tahun 2002 )
Kapasitas 1 orang (1 x 1,44) = 1,44 m2
Kebutuhan perabot :
- 1 meja (0,80 x 1,20) = 0,96 m2
- 1 kursi (0,50 x 0,45) = 0,225 m2
- Sirkulasi 20% x 2,625 = 0,525 m2
- Total luas ruangan receptionis (2,625+0,525) = 3,15 m2
 Ruang tunggu (NAD Edisisi 33 Jilid 2 Hal.13 Tahun 2002 )
- Kapasitas 6 orang (6 x 1,44) = 8,64 m2
Kebutuhan perabot :
- 6 kursi (6 x 0,50 x 0,45 ) = 1,35 m2
- 2 meja tamu (2 x 0,60) = 0,54 m2
- Sirkulasi 20% x 10,53 = 21,06 m2
- Total luas ruang tunggu (10,53 + 21,06) = 22,113 m2
- Total luas lobby dan ruang tunggu (3,15 + 22,113) =
22,428 m2 = 22 m2
- Total luas lobby = 22 m2
 Ruang pimpinan + toilet (NAD Edisi 33 Jilid 2 Hal.15 Tahun 2002 )
Jumlah pemakai 1 orang + 2 orang tamu (3 x 1,44) = 4,32m2
Kebutuhan perabot :
- 1 meja kerja (1,20 x 0,80) = 0,46 m2
- 3 kursi kerja / tamu (3 x 0,50 x 0,45) = 0,675 m2
- 1 meja tamu (0,60 x 1,20) = 0,72 m2
- Sirkulasi 20% x 6,175 = 1,235 m2
- Total luas ruang pimpinan (6,175 + 1,235) = 7,41 m2
- Toilet (1,50 x 2,0) = 3m2
- Total luasan ruang pimpinan + toilet (7,41 + 3) = 10,41 =
10 m2
 Ruang Wakil Pengelola (NAD Edisisi 33 Jilid 2 Hal.13 Tahun 2002 )
Jumlah pemakai 1 orang + 2 orang tamu (3 x 1,44) = 4,32 m2
Kebutuhan perabot :
- 1 meja kerja (1,20 x 0,80) = 0,46 m2
- 3 kursi kerja / tamu (3 x 0,50 x 0,45) = 0,675 m2
- 1 meja tamu (0,60 x 1,20) = 0,72 m2
- Sirkulasi 20% x 6,175 = 1,235 m2
- Total luas ruang manager (6,175 + 1,235) = 7,41 = 7 m2

 R. Bidang Pengembangan Kapasitas (NAD Edisisi 33 Jilid 2 Hal.13


Tahun 2002 )
Jumlah pemakai 1 orang + 3 orang staf ( 4 x 1,44) = 5,76 m2
Kebutuhan perabot :
- 4 meja kerja (4 x 0,80 x 1,20) = 3,84 m2
- 4 kursi kerja (4 x 0,50 x 0,45) = 0,9 m2
- 1 lemari arsip (0,90 x 0,45) = 0,405 m2
- Sirkulasi 20% x 10,905 = 2,290 m2
- Total luas ruang kabag promosi + staf (10,905+ 2,290) =
13,195 = 13 m2
 R. Seksi Promosi dan Informasi (NAD Edisisi 33 Jilid 2 Hal.13 Tahun
2002 )

Jumlah pemakai 1 orang + 2 orang staf (3 x 1,44) = 4,32 m2

Kebutuhan perabot :

- 3 meja kerja (3 x 0,80 x 1,20) = 2,88 m2


- 3 kursi kerja (3 x 0,50 x 0,45) = 0,675 m2
- 1 lemari (0,90 x 0,45) = 0,405 m2
- Sirkulasi 20% x 8,28 = 1,656 m2
- Total luas ruang keamanan + staf (8,28 + 1,656) = 9,936 =
10 m2
 R. Seksi SDM (NAD Edisisi 33 Jilid 2 Hal.13 Tahun 2002 )
Jumlah pemakai 1 orang kabag + 3 orang staf (4 x 1,44) = 5,76 m2
Kebutuhan perabot :
- 4 meja kerja (4 x 0,80 x 1,20) = 3,84 m2
- 4 kursi kerja (4 x 0,50 x 0,45) = 0,9 m2
- 1 lemari arsip (0,90 x 0,45) = 0,405 m2
- 1 lemari rak buku (0,60 x 0,45) = 0,27 m2
- Sirkulasi 20% x 11,175 = 2,235 m2
- Total luas ruang kabag operasional + staf (11,175 + 2,235)
= 13,41 = 13 m2
-
 R. Seksi Prasarana & Sarana (NAD Edisisi 33 Jilid 2 Hal.13 Tahun
2002 )
Jumlah pemakai 1 orang kabag + 3 orang staf ( 4 x 1,44) = 5,76 m2
Kebutuhan perabot :
- 4 meja kerja (4 x 0,80 x 1,20) = 3,84 m2
- 4 kursi kerja (4 x 0,50 x 0,45) = 0,9 m2
- 1 lemari arsip (0,90 x 0,45) = 0,405 m2
- 1 lemari rak buku (0,60 x 0,45) = 0,27 m2
- Sirkulasi 20% x 11,175 = 2,235 m2
- Total luas ruang administrasi + staf (11,175 + 2,235) =
13,41= 13 m2

 R. Administrasi (NAD Edisisi 33 Jilid 2 Hal.13 Tahun 2002 )


Jumlah pemakai 1 orang kabag + 3 orang staf ( 4 x 1,44) = 5,76 m2
Kebutuhan perabot :
- 4 meja kerja (4 x 0,80 x 1,20) = 3,84 m2
- 4 kursi kerja (4 x 0,50 x 0,45) = 0,9 m2
- 1 lemari arsip (0,90 x 0,45) = 0,405 m2
- 1 lemari rak buku (0,60 x 0,45) = 0,27 m2
- Sirkulasi 20% x 11,175 = 2,235 m2
- Total luas ruang penataan dan perawatan + staf (11,175 +
2,235) = 13,41 = 13 m2
 Ruang rapat (Kebutuhan Perabot dan standar dalam NAD Edisi 33
Jilid 2 Hal.14 Tahun 2002 )

Direncanakan untuk 21 orang ketua, wakil, semua Kabid dengan masing-


masing staf maka kebutuhan luasan ruang 21 orang x 1,44 m2 = 30,24m2
.= 30 m 2

- total luas ruang rapat = 30 m2


 Pantry ( NAD Edisi 33 Jilid 2 Hal.70 Tahun 2002 )

Kebutuhan perabot 1 rak penyimpanan (0.30 x 1.20) 0.36m2 1 bak


cuci (0.47 x 1) = 0.47 m2

- 1 lemari penyimpanan (0.50 x 1.50) = 0,75 m2


- Standar ruang gerak/ orang = 1.44 m2
- Sirkulasi 20% x 2,66 m2 = 0,532 m2
- Total luas Ruang pantry ( 2,66 m2 + 0,532 m2 ) = 3,192
m2 = 3 m2
- Total luas pantry = 3 m2

 Toilet (Standar Perabot : NAD Edisisi 33 Jilid 3 Hal.12 )


Jumlah pemakai 1 orang
Asumsi kebutuhan prabot :
1 buah bak
1 buah kloset duduk
1 buah westafel
Kebutuhan luas lantai ruangan :
- 1 buah bak : (1,2 x 0,8) = 0,96 m²
- 1 buah kloset : (0,4 x 0,6) = 0,24 m²
- 1 buah westafel : (0,4 x 0,4) = 0,16 m²
- Total luasan lantai prabot untuk toilet = 1,36 m²
- Sirkulasi 20% x 1,36 m² = 0,272 m²
- Kebutuhan ruang gerak untuk 1 orang = 1,44 m²
- Luas ruangan = Total luasan prabot + Total luasan ruang
gerak + sirkulasi
- Jadi Luas keseluruhan toilet = 1,36 m² + 1,44 m² + 0,272
m² = 3,132 m² = 3,5 m²
- Total luas toilet Pria = 3,5 m²
- Total luas toilet wanita = 3,5 m²
- Catatan : Karena pengguna terdiri dari pria dan wanita
maka toilet terdiri dari 2 unit dengan luasan yang sama
- Jadi, Total luas keseluruhan untuk kantor pengelola (22 +
10 + 7 + 13 + 10 + 13 + 13 + 13 + 30 + 9 + 7 = 147 m2
 Cottage
Penginapan berupa cottage disiapkan dengan 2 tipe yaitu tipe standar
dengan satu kamar tidur dan tipe lux .
 Tipe standar (NAD Edisi 33 Jilid 1 Hal.7 Tahun 1996 )
Jumlah pemakai maks 2 orang (2 x 1,44) =2,88m2
Kebutuhan perabot :
- 1 tempat tidur ganda (1 x 1,20 x 2,00) = 2,4 m2
- 1 tempat lampu (0,50 x 0,70) = 0,35 m2
- 1 lemari pakaian (0,60 x 1,20) = 0,72 m2
- 2 kursi duduk (2 x 0,50 x 0,45)= 0,45 m2
- Sirkulasi 20% x 6,8 = 1,36 m2
- Total luas kamar tidur = 8,16 m2
 Toilet (Standar Perabot : NAD Edisisi 33 Jilid 3 Hal.12 )
- Kebutuhan perabot 1 bad tube = (0.50 x 2 x 1.70) = 0.85
m2
- 1 Wastafel = (0.40 x 0.50) = 0.2 m2
- 1 kloset duduk = (0.70 x 0.80) = 0.58 m2
- Standar ruang gerak orang = 1.44 m2
- Sirkulasi = 20 % x 3.07 m2 = 0.614 m2
- Total luas toilet = 0.85 m2 + 0.2 m2 + 0.58 m2 + 1.44 +
0.614 m2 = 3,684 m2 = 3,7 m2
- Total luas toilet = 3,7 m2
 Pantry ( NAD Edisi 33 Jilid 2 Hal.70 Tahun 2002 )
- Kebutuhan perabot 1 rak penyimpanan (0.30 x 1.20) =
0.36m2 1 bak cuci (0.47 x 1) = 0.47 m2
- 1 lemari penyimpanan (0.50 x 1.50) = 0,75 m2
- Standar ruang gerak/ orang = 1.44 m2
- Sirkulasi 20% x 2,66 m2 = 0,532 m2
- Total luas Ruang pantry ( 2,66 m2 + 0,532 m2 ) = 3,192
m2 = 3 m2
- Total luas pantry = 3 m2
 Ruang Tamu (NAD Edisi 33 Jilid 1 Hal.7 Tahun 1996 )
Jumlah pemakai maksimal 2 orang (2 x 1,44) = 2,88 m2
Kebutuhan Perabot :
- 2 kursi duduk (2x0,50x0,45)=0,45 m2
- 1 meja tamu (1,60 x 1,20) = 0,72 m2
- Sirkulasi 20% x 4,05 = 0,81 m2
- Total luas R.Duduk (4,05 + 0,81 ) = 4,86 m2
- Total luas ruang tamu = 5 m2
- Teras = 6 m2
- Total luas tipe standar (8,16 + 3,7 + 3 + 5 + 6 ) = 25,86 =
26 m2
 Tipe lux
 Ruang Tamu (NAD Edisi 33 Jilid 1 Hal.7 Tahun 1996 )
Jumlah pemakai maksimal 4 orang (4 x 1,44) = 5,76 m2
Kebutuhan Perabot :
- 4 kursi duduk (4x0,50x0,45)=0.9 m2
- 1 meja tamu (1,60 x 1,20) = 0,72 m2
- Sirkulasi 20% x 7,38 =1,476 m2
- Total luas R.Duduk (7,38+1,476) = 8.856 m2
- Total ruang tamu = 9 m2
 Pantry ( NAD Edisi 33 Jilid 2 Hal.70 Tahun 2002 )
Kebutuhan perabot 1 rak penyimpanan (0.30 x 1.20) = 0.36m2 1
bak cuci (0.47 x 1) = 0.47 m2

- 1 lemari penyimpanan (0.50 x 1.50) = 0,75 m2


- Standar ruang gerak/ orang = 1.44 m2
- Sirkulasi 20% x 2,66 m2 = 0,532 m2
- Total luas Ruang pantry ( 2,66 m2 + 0,532 m2 ) = 3,192
m2 = 3 m2
- Total luas pantry = 3 m2
 Kamar Tidur I (NAD Edisi 33 Jilid 1 Hal.7 Tahun 1996 )
Jumlah pemakai maks 2 orang (2x 1,44)=2.88 m2
Kebutuhan prabot:
- 1 tempat tidur ganda (1,80x2,00)=3.60 m2
- 2 tempat lampu (2x0,50x0,70)=0.7 m2
- 1 meja TV (0.80x1,20)=0,96 m2
- 1 lemari pakian (0,60x1,20)=0,72 m2
- Sirkulasi 20%x 8,86 =1,772 m2
- Total luas Kamar Tidur 1 (8,86+1,772) = 10,632 m2
- Total luas kamar tidur 1 = 10,7 m2
 Toilet (Standar Perabot : NAD Edisisi 33 Jilid 3 Hal.12 )
Kebutuhan perabot 1 bad tube = (0.50 x 2 x 1.70) = 0.85 m2
- 1 Wastafel = (0.40 x 0.50) = 0.2 m2
- 1 kloset duduk = (0.70 x 0.80) = 0.58 m2
- Standar ruang gerak orang = 1.44 m2
- Sirkulasi = 20 % x 3.07 m2 = 0.614 m2
- Total luas toilet = 0.85 m2 + 0.2 m2 + 0.58 m2 + 1.44 +
0.614 m2 = 3,684 m2 = 3,7 m2
- Total luas toilet = 3,7 m2
- Teras = 6 m2
- Total luas tipe lux (9+ 3 + 10,7 + 10,7 + 3,7 + 6 ) = 25,86 =
43,1 m2
 Front Office Cottage
Pehitungan ruang untuk Front office cottage & resort yaitu sebagai berikut :
 Ruang Kepala (NAD Edisi 33 Jilid 2 Hal.15 Tahun 2002)
- Asumsi jumlah pemakai 2 orang x 1,44 = 2,88m²
- Asumsi prabot meja kerja 1 buah 1,2 x 0,6 = 0,72 m²
- Kursi 2 buah x 0,4 x 0,4 = 0,32m²
- Lemari 1 buah 2 x 0,6 = 1,2 m²
- Km/wc = 3 m²
- Luas total = 8,12 m²
- Asumsi sirkulasi manusia dan prabot 20% dari luas ruangan
:
- 20% x 8,12= 1,624 m²
- Total luasan ruang pimpinan front office cottage adalah =
8,12 + 1,624 = 9,744 m² = 10 m²
 Ruang Karyawan (NAD Edisi 33 Jilid 2 Hal.13 Tahun 2002)
- Asumsi jumlah pemakai 5 orang x 1,44 = 7,2 m²
- Asumsi prabot meja kerja 3 x 0,9 = 2,7 m²
- Kursi 5 buah x 0,4 x 0,4 = 0,8 m²
- Lemari 1 buah 2 x 0,6 = 1,2 m²
- Luas total = 11,9 m²
- Asumsi sirkulasi manusia dan prabot 20% dari luas ruangan
:
- 20% x 11,9 = 2,38 m²
- Total luasan ruang karyawan adalah = 11,9 + 2,38 = m² =
14,28 = 4 m²
 Pantry ( NAD Edisi 33 Jilid 2 Hal.70 Tahun 2002 )
- Asumsi jumlah pemakai 2 orang x 1,44 = 2,88 m²
- Jumlah prabot meja kayu 1 buah 1,2 x 0,6 = 0,72 m²
- Luas total = 3,6 m²
- Asumsi sirkulasi manusia dan prabot 20% dari luas ruangan
:
- 20% x 3,6 = 0,72 m²
- Total luasan pantry adalah = 3,6 + 0,72 = 4,32 m² = 4,5 m²
 Lobby - Receptionis
1 orang x 1,44 = 1,44 m²
- Pengunjung 4 orang x 1,44 = 5,76 m²
- Jumlah prabot meja kayu 1 buah 1 x 0,6 = 0,6 m²
- Kursi empuk panjang 1,2 x 0,5 = 0,6 m²
- Luas total = 8,4 m²
- Asumsi sirkulasi manusia dan prabot 20% dari luas ruangan
:
- 20% x 8,4 = 1,68 m²
- Total luasan lobby adalah = 8,4 + 1,68 = 10,08 m² = 10 m²

 Loundry
- Asumsi jumlah pemakai 2 orang x 1,44 = 2,88 m²
- Pengunjung 2 orang x 1,44 = 2,88 m²
- Jumlah prabot mesin cuci 4 buah 0,6 x 0,8 = 1,92 m²
- 1 buah meja kasir 1 x 0,6 = 0,6 m²
- 1 buah meja strika 1,2 x 0,6 = 0,72 m²
- Luas total = 9 m²
- Asumsi sirkulasi manusia dan prabot 20% dari luas ruangan
:
- 20% x 9 = 1,8 m²
- Total luasan ruang loundry adalah = 9 + 1,8 = 10,8 m² = 10

 Toilet (Standar Perabot : NAD Edisisi 33 Jilid 3 Hal.12 )
Jumlah pemakai 1 orang
Asumsi kebutuhan prabot :
- 1 buah bak
- 1 buah kloset duduk
- 1 buah westafel
- Kebutuhan luas lantai ruangan :
- 1 buah bak : (1,2 x 0,8) = 0,96 m²
- 1 buah kloset : (0,4 x 0,6) = 0,24 m²
- 1 buah westafel : (0,4 x 0,4) = 0,16 m²
- Total luasan lantai prabot untuk toilet = 1,36 m²
- Sirkulasi 20% x 1,36 m² = 0,272 m²
- Kebutuhan ruang gerak untuk 1 orang = 1,44 m²
- Luas ruangan = Total luasan prabot + Total luasan ruang
gerak + sirkulasi
- Total luas ruangan = 1,36 m² + 1,44 m² + 0,272 m² = 3,072
m² = 3 m²
- Catatan : Karena pengguna terdiri dari pria dan wanita
maka toilet terdiri dari 2 unit dengan luasan yang sama.
- Total luas keseluruhan front office cottage = (10 + 4 + 10 +
4,5 + 9 + 10 + 10 + 3 + 3) = 63,5 m²
 Gazebo (Standar Perabot : NAD Edisisi 33 Jilid 3 Hal.12)
- Standar 1,2 m2 / org
- Kapasitas 4 orang, 4,8 m2,
- LuasanSirkulasi 10% = 0,48 = 5,28m2

 Pos jaga & Loket karcis (NAD Edisi 33 Jilid 2 Hal.13 Tahun 2002)

Merupakan tempat jaga keamanan kawasan pantai serta pembayaran karcis masuk
ke dalam area Kawasan Wisata Pantai Teluk Gurita dengan luasannya sebagai
berikut :

 Ruang jaga
Kapasitas 2 orang (2 x 1,44) =2,88 m2
Kebutuhan perabot :
- 1 meja (0,80 x 1.20) = 0,96 m2
- 2 kursi (2 x 0,50 x 0,45) = 0,425 m2
- Sirkulasi 20% x 2,625 = 0,525 m2
- Total luas ruang jaga 2,625 + 0,525 = 3,15 m2
 Ruang istrahat
Kapasitas 2 orang (1 x 1,44) = 2,88 m2
Kebutuhan perabot :
- 2 buah tempat tidur (1,95 x 0,95) = 1,85 m2
- Sirkulasi 20% x 3,29 = 0,658 m2
- Total luas ruang istrahat 3,29 + 0,658 = 3,948m2
- Km/wc (1,50 x 2,00) = 3,00 m2
 Loket Karcis
Asumsi pemakai 2 orang 2 x 1,5 = 3 m2
- Asumsi perabot 1 buah meja dan 1 buah kursi 1 x 1,20 +
0,50= 1,7 m2
- 1 buah lemari 1 x 0,6= 0,6 m2

Total luas keseluruhan (3,15+3,948+3,00 + 5 m2 ) = 10,098 m2 = 15 m2

 Restoran
Restoran adalah tempat untuk menikmati makanan atau hidangan sehingga
ruangannya memberikan kesan nyaman, aman dan memiliki potensi yang bagus.
Di asumsikan 40% dari pengunjung menggunakan fasilitas ini 40% x 200 = 80
orang / hari dengan luasan ruang sebagai berikut :
 Ruang saji makan (Standar perabot: NAD Edisi 33 Jilid 2 Hal.119
Tahun 2002)
Kebutuhan perabot :
- 10 set meja restoran (1 meja 4 kursi) 10 x 5,29 m2 = 52,9 m2
- 10 set meja restoran ( 1 meja 2 kursi) 10 x 2,75 m 2= 27,5
m2
- Sirkulasi 20% x 80,4 = 16,8 m2
- Total luas ruang saji makan (80,4 + 16,8 = 96,48 m2
 Dapur (Standar ruang dapur: NAD Edisi 33 Jilid 2 Hal.123 Tahun
2002)
Jumlah pemakai 6 orang (6 x 1,44) = 8,64 m2
Kebutuhan perabot :
- 2 buah meja racik 2 x (1 x 1,20) = 2,4 m2
- Meja tempat peralatan masak (0,80 x 4)= 3,2 m2
- Sirkulasi 20% x 14,24 = 2,84 m2
- Total luas dapur (14,24 + 2,84) = 17,08 m2
 Gudang (Standar perabot: NAD Edisi 33 Jilid 2 Hal.37 Tahun 2002)
- Gudang basah (3,00 x 3,00) = 9 m2
- Gudang kering (3,00 x 3,00) = 9 m2
 Ruang pantry (Standar perabot: NAD Edisi 33 Jilid 2 Hal.37 Tahun
2002)
- (3,00 x 3,00) (Neufert,2000)
 Ruang pendingin (Standar perabot: NAD Edisi 33 Jilid 2 Hal.37
Tahun 2002)
- (2,00 x 2,00) (Neufert,2000) = 4 m2
 Toilet (Standar perabot: NAD Edisi 33 Jilid 2 Hal.37 Tahun 2002)
- Pria
- Disediakan 2 buah (2 x 1,50 x 1,50)= 4,5 m2
- Wanita
- Disediakan 2 buah (2 x 1,50 x 1,50 ) = 4,5 m2
- Sirkulasi 20% x 4,5 = 0,9 m2
- Total luas toilet keseluruhan (4,5 + 0,9) = 5,4 m2
 Kasir (Standar perabot: NAD Edisi 33 Jilid 2 Hal.37 Tahun 2002)
Jumlah pemakai 1 orang (1 x 1,44) = 1,44 m2
Kebutuhan perabot :
- 1 meja kasir (0,80 x 1,20) = 0,96 m2
- Sirkulasi 20% x 2,4 = 0,48 m2
- Total luas kasir keseluruhan (2,4 + 0,48) = 2,88 m2
- Total luas keseluruhan bangunan restoran adalah : (96,48 +
17,08 + 9 + 9 + 9 + 4 + 5,4 + 2,88)= 154,28 = 155 m2
 Pujasera (Standar perabot: NAD Edisi 33 Jilid 2 Hal.37 Tahun 2002)
Pujasera merupakan tempat pusat perbelanjaan serba ada yang disediakan untuk
menjual kebutuhan pengunjung dengan luasannya sebagai berikut :
- Asumsi kebutuhan perabot :
- 1 meja (0,6 x 1,5 ) = 0,9 m2
- 1 kursi (0,6 x 2 ) = 1,2 m2
- 1 meja kasir (0,6 x 1 ) = 0,6 m2
- Luas ruang gerak (20 orang x 1,5) = 30 m2
- Total luas ruangan keseluruhan (2,7 + 30) = 32,7 m2

 Ruang alat Snorkling


Kegiatan olahraga pantai dan air populer di seluruh dunia bahkan di indonesia.
Berbeda dengan kegiatan diving, snorkeling dilakukan di laut dangkal. Kebutuhan
ruang :
- 2 ruang ganti= 9 m2
- 2 ruang bilas = 9 m2
- 2 km/wc= 3 m2
- Ruang alat dan peraga = 20 m2
- Ruang karcis sewa perahu = 9 m2
- Ruang karyawan = 9 m2
Total luas ruang alat snorkling dan sewa perahu (9 + 9 + 3 + 20 + 9) = 50 m2

 Pusat Souvenir (Standar perabot: NAD Edisi 33 Jilid 3 Hal.12 )


Kebutuhan ruang : 1,2 m2/ org kapasitas 4 orang
- Asumsi kebutuhan perabot :
- 1 meja (0,6 x 1,5 ) = 0,9 m2
- 1 kursi (0,6 x 2 ) = 1,2 m2
- 1 meja kasir (0,6 x 1 ) = 0,6 m2
- Luas ruang gerak (20 orang x 1,5) = 30 m2
- Total luas ruangan keseluruhan (2,7 + 30) = 32,7 m2
- Ruang karyawan = 9 m2
- 2 km/wc= 3 m2

4.3.8 Analisa Penentuan dan Pemilihan Lokasi

Analisa Alternatif Letak Lokasi Perencanaan dan Penentuan Lokasi Perencanaan

- Tujuan Analisa :
Yakni untuk mendapatkan beberapa alternatif lokasi yang
digunakan serta menentukan hasil lokasi perencanaan Kawasan
wisata Pantai Teluk Gurita yang direncanakan.
- Kriteria Penentuan Lokasi :
Beberapa kriteria yang menjadi tolak ukur dalam menentukan
lokasi perencanaan ini yakni dengan memperhatikan :
- Luasan lahan
- Tapak
- Pencapaian / Akses
- Kebisingan
- Persediaan jaringan utiltas pada tapak dan
- Fasilitas pendukung di sekitar tapak

Lokasi
Perencanaan

Gambar 4.1 foto udara lokasi


Sumber : Olahan Penulis 2021
4.4 Analisa Tapak
4.4.1 Topografi

Keadaan topografi pada lokasi perencanaan relatif datar, berada pada


ketinggian 0-3 meter di atas permukaan laut, dengan tingkatan kemiringan
tanah sedikit landai. Untuk itu perlu penataan lebih lanjut agar dapat
mendukung pembangunan diatasnya. Keadaan tanah di lokasi ini adalah
tanah karang dan keras. Tanah karang struktur yang lebih keras daripada
lapisan tanah atas karna lapisan tengah lebih terang dari lapisan atas ,
Terdapat aliran air yang berada dilapisan tengah kurang subur tetapi masih
mengandung humus yang berasal dari lapisan tanah atas.

Tabel 4 .13 Kriteria pemilihan Lokasi Tapak :

Kriteria Alternatif 1

Luas lahan 16.390 m²

Point 3

Pencapaian ke lokasi Lokasi mudah dicapai karna dapat langsung di


akses dari jalan utama yakni jalan Tlk. Gurita serta
dapat di lalui oleh kendaraan umum dan juga
kendaraan pribadi.

Point 3

Fasilitas Pendukung 3
Sekitar Lokasi

Point 3

RTRW Kab.Belu Sesuai

Point 3

Jaringan Utilitas Lokasi Air bersih, Drainase, Listrik,Tempat sampah,


Jaringan Komunikasi.

Point 3

Ketenangan Sekitar Pada lokasi perencanaan, tingkat kebisingan


Lokasi sedang karena di lalui oleh kendaraan umum dan
juga kendaraan pribadi.

Point 1

Jumlah penilaian 19
Sumber : Olahan Penulis, 2021

Gambar 4.2 Kondisi Kontur alami


Sumber : Olahan Penulis 2021
Untuk itu dipakai beberapa ailternatif sebagai berikut :
 Alternatif 1
Kontur dibiarkan alami dengan penataan pada bagian-
bagian tertentu.

Keuntungan :
- Tapak terkesan nampak lebih alami.
- Tidak membutuhkan biaya perawatan.
- Tidak membutuhkan tenaga ekstra dalam pengawasan.
- Mudah dalam menguasai
Kerugian :
- Membutuhkan perhatian / pengontrolan khusus.
- Penempatan bangunan harus lebih memperhatikan
banyak faktor.
Gambar 4.3 Kondisi Tapak Alami
Sumber : Dokumentasi 14 agustus 2020

Kesimpulan : Berdasarkan uraian analisa lokasi terpilih Alternatif 1


yang menjadi lokasi Perencanaan Kawasan Pantai Teluk Gurita .

2. Analisa Penzoningan

 Penzoningan
Perlu dilakukan penzoningan pada lokasi perencanaan kawasan wisata
pantai Teluk Gurita untuk menghasilkan suatu alur pergerakan aktivitas
yang baik dan jelas. Pada pengelompokannya zona kawasan wisata pantai
Teluk Gurita meliputi empat aspek zona yang diperuntukan bagi kegiatan
wisata, yaitu zona publik, zona semi privat , zona privat dan servis.

Zona-zona ini dibagi dengan mengacuh pada aktivitas yang akan dilakukan
pada areanya.
1. Zona public
Zona ini merupakan area berlangsungnya kegiatan atau
aktivitas yang bersifat umum juga aktivitas pokok pada sebuah
kawasan wisata area yang dimaksud separti jalur pedestrian,
fasilitas penunjang.

Gambar 4.5 Zona Publik


Sumber : Olahan penulis 2021

2. Zona semi privat dan servis


Terdiri dari area untuk kegiatan umum juga namun memiliki
suatu ketentuan tersendiri dalam hal ini ketentuan ini sifatnya
adalah wajib untuk dilakukan, contoh dari gambaran tentang
area umum berketentuan khusus .

Gambar 4.6 Zona Semi Privat & Servis


Sumber : Olahan penulis 2021

3. Zona privat
Merupakan kawasan yang didalamnya memerlukan suatu
syarat privasi yang tinggi misalnya seperti kamar tidur untuk
pengunjung yang menginap dan sebagainya.

Gambar 4.7 Zona Privat


Sumber : Olahan penulis 2021
Alternatif I

1. Zona public berada pada Pinggir -kawasan dan diapit oleh


zona semi public,privat dan service,zona public dapat dilihat
pada gambar.

Keuntungan :
- Lebih mudah menjangkau semua kegiatan dalam tapak
- Lebih terpusat
- Tidak mengganggu aktifitas zona

Kerugian :
- Area aktifitas terbatas atau tidak menyeluruh

PUBLIK

Gambar 4. 8 Alternatif 1 Penzoningan

Sumber : Olahan Penulis, 2021

Alternatif 2

2. Zona privat berada dekat dengan zona semi public dan


service dapat dilihat pada gambar.
Keuntungan :
- Lebih mudah menjangkau semua kegiatan dalam tapak
- Kegiatan rekreasi lebih maksimal
Kerugian :
- Mengganggu aktifitas zona yang lain
Gambar 4. 9 Alternatif 2 Penzoningan
Sumber : Olahan Penulis, 2021
Kesimpulan : Berdasarkan uraian analisa maka yang terpilih
Alternatif 1 dipilih untuk penzoningan.

3. Analisa Pencapaian/ Aksesebilitas

1. Pencapaian menuju lokasi


Adapun pencapaian untuk sampai pada lokasi ini antara lain :
- Mudah dicapai menggunakan semua jenis kendaraan baik
itu roda 2 maupun roda 4 dan lain sebagainya
- Jarak yang tidak lumayan jauh dari pusat kota Atambua
yang di akses dngan kendaran ± 30 menit
2. Pencapaian dalam kawasan
Untuk mengakses pencapaian kedalam tapak dapat menggunakan 2
(dua) alternatif pencapaian yaitu :
 Alternatif 1
Pencapaian langsung yaitu pencapaian yang mengarah
langsung pada satu titik orientasi melalui jalan yang satu
dengan sumbu pusat orientasi tapak.

Keuntungan :
- Dapat dicapai dalam waktu yang relatif singkat.
- Komponen-komponen yang direncanakan dalam tapak
langsung dinikmati oleh pengunjung misalnya tata tapak,
plaza, dan lain-lain.
Kerugian :
- Perencanannya harus dibuat secara matang agar tercipta
urut-urutan pengalaman visual yang baik hingga titik
klimaks.

Gambar 4. 10 Alternatif 1 Pencapaian Langsung

Sumber : Olahan Penulis, 2021


 Alternatif 2
Pencapaian tersamar yaitu Pencapaian yang diubah
arahnya satu atau beberapa kali untuk menghambat
atau memperpanjang urutan agar apa yang ada didalam
tapak dapat terlihat lebih jelas. Pada gambar alternative
ke 2 pencapaian di buat dari Jalan selowai ke Teluk
gurita
Keuntungan :
- Pengunjung langsung dapat menikmati komponen
penunjang misalnya tata tapak, plaza, dan lain-lain.

Kerugian :
- Kurang efisien untuk menikmati obyek-obyek karena jarak
yang relatif jauh.

Gambar 4. 11 Alternatif 2 Pencapaian Tersamar


Sumber : Olahan Penulis, 2021
Kesimpulan : Berdasarkan uraian analisa maka yang terpilih
Alternatif 1 Pencapaian.

3. Analisa Pola Tata Massa

Pola merupakan suatu yang mengungkapkan skema organisasi struktural


mendasar yang mencangkup suatu perletakan masa, baik itu bangunan maupun
lingkungan, yang menciptaan suatu hubungan keseimbnagan dan keselarasan.

 Alternatif 1
Pola terpusat yakni penataan pola tata massa fasilitas
penunjang terpusat pada satu titik di zona public.
Keuntungan :
- Lebih mudah menjangkau semua kegiatan dalam
tapak

Kerugian :
- Area aktifitas terbatas atau tidak menyeluruh

Gambar 4. 12 Gambar Pola Pusat

Sumber : Olahan Penulis, 2021

 Alternatif 2
Pola linear yakni penataan pola tata massa fasilitas
penunjang mengikuti keadaan tapak.
Keuntungan :
- Kegiatan dalam tapak lebih maksimal
- Lebih mudah dalam penataan tata masa
bangunan

Kerugian :
- Butuh tenaga ekstra dalam pengontrolan
Pada penataan pola tata masa terdapat dua alternatif
pola penataan masa yaitu pola terpusat dan linear
namun mengingat bentuk tapak yang memanjang
maka yang lebih cocok adalah pola linear demi
pemanfaatan ruang terbuka yang efektif.

Gambar 4. 13 Gambar Pola Linear

Sumber : Olahan Penulis, 2021


Kesimpulan : Berdasarkan uraian analisa maka yang terpilih
Altrenatif 1 Pola tata massa.

4. Pola Sirkulasi dan Parkir


 Pola sirkulasi
Pola sirkulasi dalam tapak harus memperhatikan antara
sirkulasi kendaraan roda empat, roda dua untuk
pengunjung dengan roda empat, roda dua untuk pengelola
serta pejalan kaki agar tidak terjadi crossing. Pola sirkulasi
yang direncanakan pada perencanaan kawasan wisata
pantai Teluk Gurita antara lain :

- Konsep pembentukan sirkulasi dimaksudkan untuk


menciptakan kelancaran dan ketertiban lalu lintas keluar
masuk site.
- Pengelompokan parkir dibedakan menurut pelaku dan jenis
kendaraannya, yaitu parkir pengelola, parkir pengunjung,
parkir motor, parkir mobil.
- Sirkulasi pejalan kaki dan kendaraan dipisahkan dengan
mempertimbangkan kenyamanan dan keselamatan pejalan
kaki dan kemudahan kendaraan.
Alternatif 1 : Pola Parkir Pusat
Keuntungan :
- Sirkulasinya mudah dan jelas.
- Mudah dalam pengaturan.
- Area yang direncanakan untuk kegiatan wisata lebih banyak
- Pembagian zona menjadi jelas

Kekurangan :
- Sirkulasi ke zona-zona menjadi lebih panjang.
- Sirkulasi kendaraan menjadi lebih rumit, kemungkinan adanya
crossing.

Gambar 4. 14 Parkir terpusat

Sumber : Olahan Penulis, 2021

Alternatif 2 : Pola Parkir Menyebar


Keuntungan :
 Pencapaian ke setiap zona menjadi lebih merata.
 Perkir kendaraan menjadi lebih mudah.
 Mudah dalam pengaturan.
 Pembagian zona jadi lebih jelas.

Kekurangan :
 Sirkulasi kurang jelas.
Gambar 4. 15 Parkir menyebar

Sumber : Olahan Penulis, 2021


Kesimpulan :
Berdasarkan uraian analisa maka yang terpilih alternatif 2 dalam pola
parkir.

 Bentuk Parkir
Alternatif 1 : Pola parkir sudut ( 600 ) kendaraan roda 2, 4, 6
dan Penyandang disibilitas

Keuntungan :
- Keluar masuk kendaraan lebih mudah dan tidak terganggu.

Kerugian :
- Luasan parkir lebih luas.
Gambar 4. 16 Gambar Pola Parkiran 60° & penyandang disibilitas

Sumber : Olahan Penulis, 2021

Alternatif 2 : Pola parkir tegak lurus (900) kendaraan roda


4 dan Penyandang disibilitas

Keuntungan :
- Lebih menghemat luasan parkir.

Kerugian :
- Keluar masuk kendaraan terganggu.

Gambar 4.17 Parkiran roda 4 (900) & peyandang disabilitas

Sumber : Olahan Penulis 2021

Kesimpulan : Berdasarkan uraian analisa maka yang terpilih Bentuk


parker 60 & 90º, dengan parkiran khusus bagi penyandang disabilitas.

5. Analisa Sirkulasi Tapak


 Sirkulasi Manusia
Sirkulasi yang diperuntukan mewadahi aktifitas manusia
dalam tapak. Hal - hal yang perlu diperhatikan adalah
tersedianya pendestrian dan mempunyai pengarah yang jelas
bagi pengguna.
- Penggunaan pedestrian seperti pada gambar dapat diatur dan
nyaman bagi penguna jalan kaki
- Sirkulasi yang teratur dikarenakan pembatas atau petunjuk
yang jelas bagi peyebrang jalan.
Alternatif 1 :

Jelas ada Petunjuk dan


zero croos bagi
peyebrang jalan .

Gambar 4.19 Sirkulasi bagi manusia


Sumber : Olahan Penulis, 2021

Alternatif 2 :

- Pedestrian yang seperti pada gambar membutuhkan luas lahan


yang cukup namun sangat nyaman bagi pengguna baik orang
normal maupun penyandang disabilitas.
- Pedestrian ini harus dilengkapi dengan penanda dan pembatas
untuk kenyaman penyandang disabilitas.

Gambar 4.20 Sirkulasi orang normal dan penyandang disabilitas


Sumber : Olahan Penulis, 2021
Kesimpulan : Berdasarkan uraian analisa maka yang terpilih Alternatif 2
Sirkulasi Manusia.
 Sirkulasi Kendaraan

Dalam merencanakan sirkulasi kendaraan, perlu di perhatikan pola


sirkulasinya agar tidak terjadinya crossing. Beberapa alternatif
berikut dapat dipertimbangkan untuk pemilihan pola sirkulasi
pada kendaraan.

Gambar 4.21 Sirkulasi kendaraan


Sumber : Olahan Penulis, 2021

Tabel 4 .15 Pola Sirkulasi Kendaraan

Alternatif Keuntungan Kerugian


Pola
Sirkulasi
1. Pola  Jalan yang lurus dapat  Jalur sirkulasi yang
Linear menjadi unsur pembentuk panjang dan lurus
sederet ruang-runag akan menimbulkan
 Jalan dapat berbentuk kebosanan
lengkung atau berbelok
arah, memotong jalan
lain, atau berbentuk
putaran.
2.Pola  Memberi kebebasan  Orientasi ke segala
Radial kepada pengunjung untuk arah dan bila tidak di
menelusuri semua tata dengan baik akan
kawasan mengakibatkan
kebingungan
Sumber : Olahan Penulis, 2021
Kesimpulan : Berdasarkan uraian analisa maka yang terpilih
Alternatif 1 Pola Linear.

6. Ruang terbuka
Di dalam penataan tapak, elemen landscap merupakan unsur yang penting
yang membutuhkan perencanaan dan penataan yang baik. Elemen
landsecap antara lain :

Lampu taman
Jenis lampu taman yang digunakan adalah jenis lampu
taman hemat energi.

Alternatif 1

Keuntungan :
- Instalasinya mudah untuk dilakukan, hanya perlu
menempatkan lampu di suatu tempat yang tidak tertutup dan
tidak dibayangi benda lain.
- tidak perlu untuk menghubungkan kabel atau kawat dalam
lampu surya tersebut.
- Banyak jenis lampu surya yang tersedia.
Kerugian :
- Lampu surya adalah lampu portabel yang bekerja
menggunakan lampu LED, lampu LED tidak menyala seterang
lampu konvensional
- Perlu membeli lebih banyak lampu surya untuk penerangan
luar ruangan yang memadai.

Gambar 4.22 Lampu taman surya


Sumber : Google diakses pada tanggal 25 Maret 2021

Alternatif 2

Keuntungan :
- Tahan Lama dapat bertahan  30 ribu hingga 50 ribu jam.

- Bebas Sinar UV ,Lampu LED tidak mengandung sinar


ultraviolet, saat digunakan lampu tidak akan panas.

Gambar 4.23 Lampu taman led


Sumber: Google diakses pada tanggal 25 Maret 2021

Kerugian :

- Harganya yang masih tergolong mahal.

- Selain itu, suhu lingkungan sekitar juga bisa


mempengaruhi umur dari lampu LED ini.

- Dari segi intensitas cahayanya yang tergolong kecil.


Kesimpulan : Berdasarkan uraian analisa maka yang terpilih
Alternatif 1 & 2 pada penggunaan Lampu Taman .

Sculpture
 Merupakan elemen pendukung yang berfungsi
sebagai titik utama dalam site. Biasanya sculpture
berupa patung, dan sebagainya yang diletakan
ditengah plaza, atau pada depan bangunan sebagai
vocal point sehingga dapat menarik perhatian
pengunjung pada tapak. Plaza Berfungsi sebagai
tempat berinteraksi sosial antara pengunjung atau
pengelola. Bentuk plaza pada umumnya berbentuk
bulat yang bertujuan untuk memperoleh kesan yang
stabil ke segala arah, dan mampu menjadi titik
simpul/temu dari segala arah.

Alternatif 1 : Menggunakan patung Gurita


Gambar 4.24 Patung Gurita
Sumber : Google diakses pada tanggal 25 Maret 2021

Alternatif 2 : Air Mancur

Gambar 4.25 Air Mancur


Sumber : Google diakses pada tanggal 25 Maret 2021

Kesimpulan : Berdasarkan uraian analisa maka yang terpilih


Alternatif 1 & 2 Pada Bentuk Sculpture

 Pagar
Fungsi pagar adalah sebagai pembatas tapak antara
lingkungan didalam tapak dengan lingkungan
diluarnya dan sekaligus menambah keindahan.

Alternatif 1 : Menggunakan Pagar Besi

Gambar 4.28 Pagar Besi


Sumber : Olahan Penulis 2021
Alternatif 2 : Menggunakan Pagar tembok

Gambar 4.29 Pagar Tembok


Sumber : Olahan Penulis 2021
Kesimpulan : Berdasarkan uraian analisa maka yang terpilih
Alternatif 2 Pada penggunaan Pagar Kawasan.

7. Finishing Permukaan
Untuk mengatasi keadaan penutup tanah pada Tapak Perencanaan,
beberapa alternatif sebagai berikut :
Alternatif 1 Batu Alam
Keuntungan :
- Cukup baik saat peresapan air
- Menyerap panas
- Mudah dalam pengerjaan
Kerugian :
Membutuhkan biaya yang banyak

Gambar 4.31 Batu alam


Sumber : Olahan Penulis 2021
Alternatif 2 Paving blok
Keuntungan :
- Baik dalam menyerap air
- Dapat menyerap panas
- Mudah dalam pengerjaan
Kerugian:
- Biaya yang relative Mahal .

Gambar 4.30 Paving blok


Sumber : Olahan Penulis 2021
Alternatif 3 Rumput
Keuntungan :
- Sangat baik dalam menyerap air
- Menyerap panas
- Menjadikan tapak tampak hijau
Kerugian
- Membutuhkan perawatan yang rutin

Gambar 4.30 Rumput


Sumber : Olahan Penulis 2021
Kesimpulan : Berdasarkan uraian analisa maka yang terpilih
Alternatif 1,2,3 Pada penggunaan Penutup Tanah.

8. Analisa Tata Hijau


Pada lokasi perencanaan terdapat banyak jenis vegetasi. Oleh karena itu,
perlu dihadirkan Vegetasi tambahan pada lokasi perencanaan yang
disesuaikan kondisi alam dan yang dapat di tempatkan pada tapak site
kawasan.
Tanaman harus dapat membawah atau menarik setiap mata yang
berinteraksi dengannya, oleh sebab itu kehadiran tanaman mempunyai
keunggulan sbb :
1. Dapat merefleksi dan menyejukan pandangan mata setiap orang yang
berinterakasi atau melihatnya, sehingga menjadi salah satu elemen
pendorong view
2. Mampu membawah kenyamanan tersendiri dari penataan ruang hijau
kawasan
3. Merupakan elemen penting dalam bangunan yang mana berfungsi
sebagai peneduh, pengarah, filter udara, penetralisir suhu dan
kebisingan serta sebagai unsur estetika (penghias).
 Jenis tanaman Penghias Bougenville, pohon palem botol Fungsi dari
tanaman jenis ini yaitu :
- Sebagai tanaman penghias.
- Sebagai penyerap udara kotor.
- Menambah nilai estetika.

Gambar 4.30 Bougenville, Pohon Palem


botol
Sumber : Olahan Penulis 2021

 Jenis vegetasi peneduh, seperti : pohon angsana, pohon manga,


pohon beringin. Fungsi dari pohon peneduh yaitu :
- Sebagai pengarah angina.
- Mendinginkan dan melembabkan udara.
- Mengurangi kebisingan.
- Tempat untuk menyimpan air.
Gambar 4.30 Pohon angsana,
Mangga,Beringin
Sumber : Olahan Penulis 2021

 Jenis peneduh pengarah, seperti : pohon palem, kelapa hias.


Fungsi dari jenis ini antar lain :
- Sebagai pengarah jalan dalam tapak.
- Dapat mengurangi kebisingan pada tapak.
- Adanya orientasi yang jelas pada tapak. Akses menuju suatu
tempat dalam tapak menjadi jelas dan terarah.

Gambar 4.30 Pohon palem, Kelapa hias.


Sumber : Olahan Penulis 2021

Alternatif 1: Membiarkan jenis vegetasi yang ada pada eksisting.


Keuntungan :
- Biaya yang dikeluarkan menjadi lebih sedikit untuk vegetasi.
- Kesan alaminya dapat dipertahankan.

Kerugian :
- Penataan vegetasi tidak rapi.
- Perletakan dan fungsi vegetasi tidak semua sesuai.
Gambar 4.30 Perletakan Sesuai eksting
tapak
Sumber : Olahan Penulis 2021

Alternatif 2: menata ulang vegetasi sesuai dengan fungsinya.

Kelebihan :
- Vegetasi yang ada menjadi lebih tertata dan terlihat rapi.
- Memperindah tapak.
- Vegetasi yang ada dapat berfungsi dengan baik dan jelas.

Kerugian :
- Membutuhkan biaya lebih dalam penataan ulang vegetasinya.

Gambar 4.30 Perletakan Sesuai


fungsinya
Sumber : Olahan Penulis 2021.

Kesimpulan : Berdasarkan beberapa pertimbangan terhadap


kelebihan dan kekurangan pada dua alternatif di atas, maka
alternatif yang terpilih adalah alternatif 2.
9. Analisa Utilitas Tapak
 Air Bersih
Dalam lokasi perencanaan kawasan berasal dari PAM Kota Atambua
akan dimanfaatkan untuk kebutuhan yang menunjang segala aktifitas
pada Kawasan Wisata Pantai yang di rencanakan. Beberapa
alternative yang akan di pertimbangkan untuk di pakai pada lokasi
perencanaan :

Alternatif 1: distribusi langsung


Keuntungan :
- Air bisa langsung digunakan.
- Tidak repot karena distribusi air langsung dari pipa PDAM.

Kekurangan :
- Pemborosan pipa, karena disalurkan langsung ke masing-masing
kebutuhan.
- Pembagian air menjadi tidak merata.

Gambar 4.34 Skema distribusi langsung


Sumber : Olahan Penulis, 2021

Alternatif 2: distribusi tidak langsung


Keuntungan:
- Penggunaan air lebih teratur dan terbagi secara merata.
- Penataan pipa menjadi lebih rapih.

Kekurangan :
- Sedikit repot karena jika air habis harus dihidupkan dari bak
penampungan.
- Proses distribusi menjadi lebih panjang.

Gambar 4.35 Skema distribusi tidak langsung


Sumber : Olahan Penulis, 2021
Kesimpulan: Berdasarkan pertimbangan kelebihan dan kekurangan
pada kedua alternatif di atas, maka yang terpilih adalah alternatif 2.

 Air Kotor
Alternatif 1:
Keuntungan:
- Pembagian pipa saluran air kotor rapih dan teratur.
- Limbahnya tidak tersebar ke sembarang tempat.
- Tidak menimbulkan bau tidak sedap.

Kekurangan :
- Tidak adanya saluran untuk limbah dari dapur.

Gambar 4.36 Skema saluran air kotor


Sumber : Olahan Penulis, 2021

Alternatif 2:
Keuntungan :
- Pembagian pipa saluran air kotor rapih dan teratur.
- Limbahnya tidak tersebar ke sembarang tempat.
- Tidak menimbulkan bau tidak sedap.

Kekurangan :
- Tidak adanya saluran untuk limbah dari dapur.
Gambar 4.37 Skema saluran air kotor
Sumber : Olahan Penulis, 2021

Kesimpulan:
Berdasarkan pertimbangan kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada
kedua alternatif di atas, maka yang terpilih adalah kombinasi antara
alternatif 1 dan 2.
 Sampah
Alternatif 1: pembuangan akhir ke TPU
Kelebihan :
- Pembuangan sampah terarah.
- Tempat pembuangan sementara tidak kotor terlalu lama.
- Tidak menimbulkan bau.

Kekuranagn :
- Sampah tertumpuk di tempat pembuangan umum.
- Letak tempat pembuangan umum jauh.
- Petugas kebersihan bekerja lebih banyak.

Gambar 4.38 Pembuangan ke TPU


Sumber : Olahan Penulis, 2021

Alternatif 2: pembuangan akhir dibakar


Keuntungan :
- Pembuangan sampah terarah.
- Sampahnya tidak tertumpuk, karena langsung dibakar.
- Tidak menimbulkan bau yang tidak sedap.

Kekurangan :
- Dapat menimbulkan ketidaknyamanan di sekitar kawasan yang
diakibatkan oleh kabut asap.
Gambar 4.39 Pembuangan dibakar
Sumber : Olahan Penulis, 2021

Kesimpulan:
Berdasarkan pertimbangan kelebihan dan kekurangan yang ada pada
kedua alternatif, maka yang terpilih adalah alternatif 2.
 Drainase
Terkait dengan pembuangan atau pengaliran air sisa aktivitas atau
hujan pada bangunan dan tapak, dapat dilakukan dengan beberapa
alternative drainase yakni :
 Alternative 1
Keuntungan
- Drainase saluran terbuka adalah sistem saluran yang
permukaan airnya terpengaruh dengan udara luar
(atmosfir). Drainase saluran terbuka biasanya
mempunyai luasan yang cukup dan digunakan untuk
mengalirkan air hujan atau air limbah
- Peruntukan bagi limbah yang tidak membahayakan
kesehatan lingkungan dan tidak mengganggu
keindahan.

Gambar 4.40 Drainase terbuka


Sumber : Google diakses pada tanggal 04 maret 2021
 Alternative 2
Keuntungan
- Genangan air limbah tidak menggangngu pandangan
Jaringan air kotor yang diproduksi pada kawasan
antara lain, air kotor dari air buangan kloset, air
buangan mandi/cuci, air hujan pengolahan
pembuangannya dapat dilihat pada skema berikut :
Gambar 4.41 Drainase tertutup
Sumber : Google diakses pada tanggal 04 maret 2021
 Skema pembuangan air kloset

Gambar 4.42 Skema Pembuangan


Sumber : Google diakses pada tanggal 04 maret 2021

 Listrik (Pencahayaan)
Pada lokasi perencanaan, jaringan listrik telah tersedia. Pemanfaatan
jaringan listrik untuk kawasan dapat di pakai atlernatif berikut :
Alternatif 1 :
Menggunakan jaringan Listrik yang telah tersedia

Keuntungan:
- Tidak ada beban bulanan.
- Privasinya terjamin.
- Sistem digital.
- Lebih hemat.
- Aman dari kebakaran.

Kekurangan :
- Listrik bisa padam kapan saja, jika kehabisan pulsa.
- Pelayanan dari PLN agak lama jika terjadi masalah,
apalagi letak kampung yang jauh dari kota.
Gambar 4.43Jaringan listrik pada lokasi
Sumber : Olahan Penulis, 2021

Alternatif 2 :
Menggunakan panel surya untuk sumber listrik dalam penerangan tapak
pada Kawasan wisata . Sehingga jaringan listrik yang telah ada dapat di
manfaatkan khusus untuk Bangunan pada Kawasan.

Keuntungan :
- Menggunakan matahari sebagai sumber energi.
- Biaya pemeliharaannya relatif rendah.

Kekurangan :
- Biaya penjualan masih relatif mahal.
- Membuat tampilan bangunan kurang menarik.

Gambar 4.44 Panel surya pada Lampu taman dan Pada Bangunan
Sumber : Google diakses 11 april 2021

Kesimpulan : Maka yang dipilih kedua altenatif Gardu Pltu &


Panel Surya

 Air Hujan
Pada lokasi perencanaan adanya saluran drainase untuk
pembuangan /pengaliran air hujan sehingga tidak menimbulkan
genangan air pada lokasi. Namun tetap di buat drainase pad sekitar
dalam kawasan Oleh karena itu perlu untuk merencanakan saluran
drainase pada kawasan.
Beberapa alternatif berikut dapat di pertimbangkan untuk
merencanakan drainase pada dalam kawasan yaitu :
Alternatif I : Merencanakan Drainase
Air hujan yang turun dialirkan dengan pipa ke selokan yang
mengelilingi bangunan dan di teruskan ke roil desa. Alternatif ini
sangat efektif jika bangunan berada pada kemiringan tanah yang
tinggi.

Gambar 4.45 Skema drainase pada bangunan


Sumber : Olahan Penulis, 2021
Alternatif 2 : Merencanakan Sumur Peresapan
Air hujan yang jatuh, di alirkan ke sumur resepan, dan di alirkan ke
riol desa . Air yang ada pada sumur resapan dapat diolah untuk
kebutuhan lain seperti menyiram tanaman

Gambar 4.46 Skema Sumur resapan pada bangunan


Sumber : Olahan Penulis, 2021
Kesimpulan : Berdasarkan uraian di atas, dengan mempertimbangkan
keadaan kontur tanah yang relatif datar, serta untuk memanfaatkan air
hujan dengan baik, alternatif 2 akan di rencanakan pada site.

10. Analisa Bentuk dan Tampilan


 Bentuk Bangunan
Bentuk bangunan pada perencanaan kawasan wisata pantai akan
diambil salah satu bentuk dasar dari 3 bentuk dasar bangunan yakni
segitiga, persegi, dan lingkaran. Tiga bentuk dasar bangunan
tersebut memiliki sifat atau karakter bentuk tersendiri.

Dengan memperhatikan prinsip Transformasi Arsitektur yaitu :


mewadahi aktifitas penghuninya dengan memperhatikan poin-poin
berikut sebagai dasar pertimbangan pada desain :

- Menyenangkan secara fisik bias timbul dengan adanya


pengolahan-pengolahan pada bentuk atau ruangan yang
ada disekitar kita
- Bentuk yang dapat menghasilkan efisien ruang

11. Alternatif Penggunaan bentuk Geometri:

Kesimpulannya berdasarkan beberapa analisa bentuk dasar


diatas serta pertimbangan yang dibuat terhadap penentuan
bentuk dasar bangunan yang direncanakan pada tapak/lokasi
perencanaan yakni dengan mengkombinasikan ketiga bentuk
dasar tersebut untuk menghasilkan suatu bentuk baru yang
terlihat seperti dibawah ini.

 Bentuk Persegi Panjang


Sifat : stabil, stasis, formal
Kesan : mengarah pada kesan formal dsn monoton.
Penggunaan bentuk diatas sangat baik untuk jenis bangunan
formal karena bentuk ini efisien dan fungsional serta memiliki
fleksibilitas yang tinggi dan baik dalam penyesuaian dengan
lingkungan.

 Bentuk Segitiga

Sifat : aktif, enerjik dan tajam


Kesan : mengarah pada suatu bentuk yang tajam.
Penggunaan bentuk yang seperti ini harus dikomposisikan
dengan bentuk dasar yang lain sehingga dapat menghasilkan
bentuk yang lebih baik.

 Bentuk Lingkaran
Sifat : labil, bulat dan tuntas.
Kesan : memberi kesan dinamik dan bergerak. Penggunaan
bentuk ini lebih leluasa.
Untuk mendapatkan sebuah bentuk yang dapat
mengekspresikan bentuk obyek perencanaan yang sesuai
dengan karakter yang diinginkan maka perlu adanya upaya
pengelolahan bentuk masa bangunan.

Gambar 4.49 Bentuk Bentuk dasar


Sumber : Olahan penulis 2021

12. Analisa bangunan berkaitan dengan Tema

 Tujuan analisa Data Terkait ( Bentuk Transformasi )

a. Eksplorasi bentuk dan rupa

Sebelum melakukan eksplorasi bentuk dan rupa pada rumah adat belu ,
perlu dikaji kembali aspek internal maupun eksternal yang
mempengaruhi proses transformasinya, antara lain : karakteristik rumah
Belu Matabesi, karakteristik arsitektur Nusantara, karakteristik iklim di
Belu Matabesi, karakteristik bangunan tropis dan karakteristik
Cottage,kantor pengelola,pos jaga,resto,dan fasilitas lainnya serta
bentuk yang mungkin muncul dari masing-masing aspek tersebut.
Alternatif pemilihan bentuk denah dan tampilan pada desain Penataan
Kawasan Wisata Pantai Teluk Gurita yaitu gabungan dari semua
bentuk, kemudian diolah sesuai bentuk yang di inginkan dan sesuai
dengan pendekatan Transformasi arsitektur.
b. Analisa Tampilan Bangunan :
Untuk menghasilkan tampilan pada bentuk bangunan
Kawasan Pantai Teluk Gurita yang sudah direncanakan
dengan menerapkan Pendekatan yang ditentukan
serta mampu menjawab kriteria -kriteria yang diharapkan.
 Kriteria Analisa:

Pada perencanaan dan perancangan Kawasan Wisata


Pantai Teluk Gurita ini pada tampilan bangunannya
dilakukan analisa dengan tetap berpedoman pada tema
pendekatan yang diambil yakni ‘‘Transformasi
Arsitektur” sebagai tolak ukur dalam mendesain dan
merancang tampilan bangunan ini. Dari bentuk dasar
yang dihasilkan akan diolah menjadi suatu bentuk
bangunan dengan menampilkan tampilan dengan
beberapa ketentuan seperti :

- Tampilan bangunan harus tanggap terhadap


prinsip pendekatan yang dipakai dalam hal ini
yakni pendekatan transformasi arsitektur.
- Menghadirkan identitas,ciri khas atau image
daerah dari suatu pariwisata yang ada di Kab.
Belu yang ditampilkan pada bangunan secara
visual.
Pada Analisa tampilan perencanaan Bangunan nantinya
berdasarkan pendekatan dari perencanaan tersebut yakni
transformasi arsitektur disini menerapkan Teori
transformasi dengan sifat Gramatika Hiasan
(ornamental) yakni dilakukan dengan teknik
menggeser,memutar, mencerminkan, melipat dan lainnya.
Berdasarkan ketentuan yang dibuat pada fasad atau
tampilan bangunan yang direncanakan harus memiliki
tekstur serta memiliki makna simbolik yang menunjukan
ciri bahwa fungsi dari bangunan yang direncanakan
adalah bangunan Kawasan dari Pantai Teluk Gurita
tersebut.

1. Analisa Kantor Pengelola


 Alternatif 1 :

- Bentuk masa bangunan Kantor Pengelola


Dengan Metode Substraktif yakni mengurangi
dan menambah Volume Pada Bentuk
- Bentuk Pada atap menggunakan transformasi
Rumah adat Matabesi
Gambar 4.50 Bentuk Masa dan Atap Bangunan teknik substraktif
Sumber : Olahan Penulis, 2021

 Alternatif 2 :
- Melakukan transformasi denah dengan bentuk bulat
kerucut, Memiliki fungsi sebagai tempat tinggal dan juga
untuk melaksanakan ritual adat. Denah pada rumah adat
Sumba Timur yang berbentuk kotak diterapkan pada
denah bangunan yang direncanakan. Namun, fungsi ruang
dari rumah adat disesuaikan dengan fungsi bangunan
kantor pengelola.
- Menggunakan teknik matra
Denah Kantor
Denah Uma Teknik Matra
Pengelola
Meo Meo

Gambar 4.51 Transformasi denah rumah adat


Sumber : Olahan Penulis, 2021

Kesimpulan : alternative 1 dan 2 dipilih


 Analisa Restaurant

 Alternatif 1 :

- Menghadirkan identitas,ciri khas atau image


daerah dari Kab. Belu sendiri yang ditampilkan
pada bangunan secara visual.
- Menggunakan Fasad Transformasi dilakukan pada bentuk
denah dengan menggunakan teknik applique, yaitu salah
satu aksesoris yang terdapat pada Ikat pinggang pria Belu,
Hiasan Kepala wanita Belu diterapkan pada Bentuk denah
sebagai secondary skin.

Gambar 4.52 Transformasi Pakaian adat ke Bangunan


Sumber : Olahan Penulis, 2021

 Alternatif 2 :
- Dengan teknik eliminasi, bagian menara atap
dipertahankan dan bagian bawahnya dihilangkan,
sehingga menghasilkan bentuk yang lebih kecil namun
tetap bisa memperlihatkan langgam Belu.

Gambar 4.53 Transformasi bentuk atap


Sumber : Olahan Penulis, 2021
Kesimpulan :

 Analisa Cottage

 Alternatif 1 :
- Transformasi Dimensional: Merubah satu atau lebih
dimensinya namun masih mempertahankan identitasnya
sebagai satu bentuk dasar tertentu.
Pada denah cottage transformasi dimensional ditunjukkan
dengan mempertahankan bentuk dasar Trapesium dan
segitiga .
Gambar 4.54 Transformasi Bentuk massa bangunan Teknik Dimensional
Sumber : Olahan Penulis, 2021

 Alternatif 2 :

- Atap pada cottage menngunakan bentuk hiasan kepala


wanita belu ( So’e ren ), dengan menggunakan teknik
eliminasi.

Gambar 4.55 Transformasi bentuk atap


Sumber : Olahan Penulis, 2021

Kesimpulan : Yang dipilih Alternatif 2

 Analisa Pujasera

 Alternatif 1 :
- Bentuk denah diterapkan dari bentuk Kotak sirih pinang
dengan mengalami perubahan bentuk (diperkecil) dengan
teknik eksagerasi. Kemudian melakukan pengulangan
(repetisi) sehingga menghasilkan bentuk kembar.

Transformasi bentuk denah dari kotak


Bentuk kotak sirih sirih
pinang
Gambar 4.56 Transformasi Bentuk dari kotak sirih pinang
Sumber : Olahan Penulis, 2021

 Alternatif 2 :
- Transformasi Dimensional: Merubah satu atau lebih
dimensinya namun masih mempertahankan identitasnya
sebagai satu bentuk dasar tertentu. Pada atap pujasera
menggunakan transformasi dimensional ditunjukkan
dengan mempertahankan bentuk dasar atap bulat kerucut
pada rumah adat / perahu terbalik dengan merubah atap
mengikuti bentuk denah bulat sehingga kelihatan menarik.

Gambar 4.57 Penggunaan atap


Sumber : Olahan Penulis, 2021
Kesimpulan : menggunakan kedua alternative yang dipilih

 Analisa Ruang sewa alat Snorking

 Alternatif 1 :

- Kemudian dengan teknik repetisi, pengulangan bentuk


persegi panjang dengan proporsi yang lebih kecil
diterapkan pada bagian depan dan belakang bangunan.
Gambar 4.60 Transformasi Bentuk massa bangunan teknik repitisi
Sumber : Olahan Penulis, 2021

 Alternatif 2 :
- Transformasi dilakukan pada dinding dengan
menggunakan teknik applique, yaitu salah satu motif yang
terdapat pada kain tenun diterapkan pada dinding sebagai
secondary skin, serta penerapan tiang pada bangunan
sesuai dengan tiang-tiang yang terdapat pada rumah adat.

Gambar 4.61 Hiasan pada pakaian adat digunakan untuk tempelan ornamen pada
bangunan
Sumber : Olahan Penulis, 2021
Kesimpulan :

 Analisa Pos Jaga & Loket Karcis

 Alternatif 1 :
- Bentuk dasar masa bangunan diambil dari bentuk rumah
adat Belu, dengan mengalami sedikit proses tranformasi,
yaitu diperkecil menggunakan teknik eksagerasi.
Gambar 4.62 Transformasi Bentuk massa bangunan dari
rumah adat
Sumber : Olahan Penulis, 2021
 Alternatif 2 :
- Transformasi Aditif (penambahan) Penambahan bentuk
dasar masa tertentu dengan bentukan lain, sejenis maupun
yang berlainan. Bisa juga menjadi kombinasi bentukan
tertentu. Pada bentuk ini, transformasi diperlihatkan
dengan tonjolan pada bangunan yang juga difungsikan
sebagai ruangan.

Gambar 4.63 Transformasi Bentuk massa bangunan teknik aditif


Sumber : Olahan Penulis, 2021
Kesimpulan : alternative 1 yang dipilih

 Penggunaan Fasad Bangunan dipertimbangan dengan beberapa prinsip-


prinsip Arsitektur transformasi yakni :
- Memberikan kenyaman fisik
- Simbol-simbol yang menggambarkan rupa bangunan
- Memenuhi nilai estetika dengan mempertimbangkan unsur-
unsur Arsitektur
Berdasarkan beberapa prinsip diatas pemilihan fasad bangunan
memiliki tekstur yang halus dengan menggunakan simbol yang
menunjukan bahwa fungsi bangunan
Alternatif 1 :

Gambar 4.65 Fasad pada bangunan


Sumber : Google diakses pada tanggal 04 Maret 2021

Gambar 4.66 penggunaan Fasad dari transformasi motif kain adat pada bangunan
Sumber : Google diakses pada tanggal 04 Maret 2021

13. Struktur & Konstruksi


Struktur dan konstruksi merupakan bagian yang penting dalam
suatu bangunan, karena itu berpengaruh pada kekuatan dan ketahanan
bangunan untuk dapat berdiri dengan kokoh. Oleh karena itu, sudah
ada juga bangunan-bangunan yang banyak menggunakan bahan-
bahan pabrikasi, mulai dari pondasi sampai pada atapnya. Struktur
pada massa banguna pada kawasan ini direncanakan terdiri atas tiga
bagian, yaitu struktur bawah, struktur tengah dan struktur atas.
 Struktur Bawah
Struktur bagian bawah merupakan struktur yang paling dasar pada
suatu bangunan, yaitu pondasi.
Alternatif 1: Pondasi Umpak
Pondasi umpak merupakan pondasi yang paling sederhana
untuk sebuah bangunan, dimana pondasi ini sangat cocok
bagi bangunan kayu. Biasanya pondasi umpak terbuat dari
bahan alami (kayu), tetapi dengan adanya kemajuan
teknologi, maka pondasi umpak pun dapat dibuat dengan
bahan pabrikasi (beton).

Keuntungan :
- Sederhana.
- Sangat cocok untuk menumpu tiang-tiang kayu.
- Mudah untuk dibongkar pasang (untuk bahan kayu).
- Mampu menahan beban yang cukup berat (untuk bahan
beton).
Kekurangan :
- Jika berbahan kayu, maka kurang kuat untuk memikul
beban yang cukup berat.

Pondasi umpak
beton terletak di
bagian bawah setiap
tiang penyangga
pada bangunan.

Gambar 4.67 Pondasi Umpak


Sumber : Google 2021 diakses pada tanggal 04 Maret 2021

Alternatif 2 : Pondasi Menerus


Pondasi menerus adalah pondasi yang terbuat dari batu
kali/batu gunung yang merupakan bagian dari struktur
kontruksi bangunan yang berfungsi sebagai penahan beban
bangunan yang disalurkan dari struktur atas seperti dinding,
atap dan jenis struktur lainnya ke bawah. Pondasi menerus
biasa digunakan untuk bangunan satu lantai.
Keuntungan :
- Resiko kebocoran lebih kecil.
- Menguatkan dan mempertahankan masa bangunan.
- Kebutuhan anggaran biaya pembuatan yang lebih rendah.
- Waktu pengerjaan relatif cepat.
- Mempunyai konstruksi lebih sederhana.
- Menahan goncangan lebih baik.
- Bisa disesuaikan dengan lebar yang dinginkan.

Kekurangan :
- Menimbulkan retakan.
- Kurang bisa saling mencengkram.
- Tidak cocok untuk mendukung bangunan bertingkat.

Gambar 4.68 Pondasi Menerus


Sumber : Google 2021 diakses pada tanggal 04 Maret 2021
Kesimpulan : Berdasarkan keuntungan dan kekurangan kedua
alternative maka hasilnya di kombinasikan antar alternative 1
dan 2
 Struktur Tengah
Struktur tengah pada suatu bangunan adalah dinding dan
kolomnya (tiang), sehingga perlu untuk diperhatikan dan
disesuaikan dengan lingkungan sekitar.
Alternatif 1 : menggunakan tembok batu batako
Keuntungan :
- Pembuatannya relatif mudah dan ukurannya sama.
- Batako yang berlubang berfungsi sebagai isolasi udara.
- Pemasangannya terlihat lebih rapi.
- Lebih mudah dipotong.
- Kedap air sehingga kecil kemungkinan terjadi rembesan.
- Bebannya lebih ringan.
Kekurangan :
- Kekuatannya lebih rendah dibanding bata merah.
- Mudah retak atau pecah.
Gambar 4.69 Batu batako
Sumber : Google 2021 diakses pada tanggal 04 Maret 2021
Alternatif 2 : Menggunakan papan dan kayu
Keuntungan :
- Mudah dalam pengerjaannya.
- Kualitas kayu bisa dilihat secara visual.
- Lebih tahan terhadap tekanan dan lenturan.
- Memiliki berat jenis yang cukup ringan.
- Bisa diolah juga menjadi produk lain.
- Memiliki tekstur yang baik dan indah.
Kekurangan :
- Tidak tahan api.
- Bersifat higroskopis dan sensitif terhadap kelembaban.
- Mudah disreang serangga pemakan kayu.

Papan kayu yang di


gunakan pada
dinding

Gambar 4.70 Dinding papan kayu


Sumber : Google 2021 diakses pada tanggal 04 Maret 2021
Kesimpulan : Berdasarkan keuntungan dan kekurangan kedua
alternative maka hasilnya di kombinasikan antar alternative 1
dan 2
 Struktur Atas
Struktur atas suatu bangunan berfungsi melindungi gedung
dan penghuni gedung. Struktur atas terdiri atas beberapa
komponen, salah satunya ialah atap. Atap sendiri terbagi atas dua,
yaitu rangka atap dan penutup atap.
Alternatif 1 : rangka atap dari baja ringan
Kelebihan :
- Berbobot ringan.
- Tidak mudah terbakar.
- Tidak memiliki nilai muai dan susut.
- Tahan terhadap rayap, karat, perubahan cuaca dan
kelembaban.
- Pemasangannya mudah dan cepat.
- Pemakaiannya aman karena sudah memenuhi standar.
Kekurangan :
- Tidak sefleksibel kayu.
- Membutuhkan ahli untuk pemasangan.
- Apabila salah hitung, akan berpengaruh pada struktur yang
lain.

Gambar 4.71 Kuda kuda baja ringan


Sumber : Google 2021 diakses pada tanggal 04 Maret 2021

Alternatif 2 : Rangka atap dari kayu


Keuntungan :
- Bersifat elastis.
- Berbobot ringan.
- Kuat terhadap gaya tarik.
- Harganya murah.
- Tidak butuh tenaga ahli dalam pemasangannya.
Kekurangan :
- Mudah berubah bentuknya.
- Mudah terbakar.
- Mudah terserang hama.
Gambar 4.72 Kuda kuda kayu
Sumber : Google 2021 diakses pada tanggal 04 Maret 2021
Kesimpulan : Berdasarkan keuntungan dan kekurangan kedua
alternative maka hasilnya di kombinasikan antar alternative 1
dan 2.

14. Material & Bahan


 Bahan dan Material Pada Lantai
Alternatif 1 keramik :
Keuntungan :
- Harga ekonomis
- Mudah didapat
- Banyak pilihan
Kekurangan :
- Mudah Pecah

Gambar 4.72 Keramik


Sumber : Google 2021 diakses pada tanggal 04 Maret 2021

Alternatif 2 Papan kayu :


Keuntungan :
- Mudah dalam pengerjaan
- Bahan mudah diperoleh
- Mudah dikombinasikan
- Memberikan nuansa alami
Kekurangan :
- Mudah terbakar
- Harga yang relative mahal

Gambar 4.72 papan kayu


Sumber : Google 2021 diakses pada tanggal 04 Maret 2021

Kesimpulan : Berdasarkan keuntungan dan kekurangan kedua


alternative maka hasilnya di kombinasikan antar alternative 1
dan 2

 Bahan dan Material Dinding

Alternatif 1 batu bata :


Keuntungan :
- Tahan panas
- Kuat
- Harga ekonomis
Kekurangan :
- Boros bahan baku semen
- Pemasangan lama

Gambar 4.72 Batu bata


Sumber : Google 2021 diakses pada tanggal 04 Maret 2021
Alternatif 2 Batako :
Keuntungan :
- Harga ekonomis
- Bahan mudah diperoleh
- Ringan
Kekurangan :
- Kurang kuat
- Mudah rusak

Gambar 4.72 Batako


Sumber : Google 2021 diakses pada tanggal 04 Maret 2021

Kesimpulan : Berdasarkan keuntungan dan kekurangan


alternative 1 yang dipilih

 Bahan dan Material Pelapis Dinding


Alternatif 1 cat :
Keuntungan :
- Harga ekonomis
- Banyak varian
Kekurangan :
- Cepat kotor
- Tidak tahan cuaca

Gambar 4.72 Penggunaan Cat dinding


Sumber : Google 2021 diakses pada tanggal 04 Maret 2021

Alternatif 2 Softboard :
Keuntungan :
- Harga ekonomis
- Pemasangan cepat
Kekurangan :
- Perawan sulit
- Tidak tahan cuaca

Gambar 4.72 Penggunaan Softboard


Sumber : Google 2021 diakses pada tanggal 04 Maret 2021

Kesimpulan : Berdasarkan keuntungan dan kekurangan


alternative 1 yang dipilih

 Bahan dan Material Plafond

Alternatif 1 Triplex :
Keuntungan :
- Harga ekonomis
- Pemasangan cepat & mudah didapat
Kekurangan :
- Tidak tahan cuaca & kurang menarik

Gambar 4.72 Penggunaan Tripleks


Sumber : Google 2021 diakses pada tanggal 04 Maret 2021

Alternatif 2 Gypsum :
Keuntungan :
- Kedap suara
- Lebih hemat bahan & elegant
Kekurangan :
- Harga mahal & Pemasangan mahal

Gambar 4.72 Penggunaan Gypsum


Sumber : Google 2021 diakses pada tanggal 04 Maret 2021

Kesimpulan : Berdasarkan keuntungan dan kekurangan


alternative 2 yang dipilih

 Bahan dan Material penutup atap


Alternatif 1 Genteng Keramik :
Keuntungan :
- Harga ekonomis & anti rayap
- Harga relative murah
Kekurangan :
- Pemasangan lebih lama karena bahan dicetak satu persatu

Gambar 4.72 Penggunaan Genteng keramik


Sumber : Google 2021 diakses pada tanggal 04 Maret 2021

Alternatif 2 Genteng metal :


Keuntungan :
- Pemasangan sangat praktis, anti peach,anti bocor, karat dan
tahan api
Kekurangan :
- Memiliki daya serap terhadap matahari yang tinggii
sehingga ruangan cepat panas
Gambar 4.72 Penggunaan Genteng Metal
Sumber : Google 2021 diakses pada tanggal 04 Maret 2021

Kesimpulan : Berdasarkan keuntungan dan kekurangan


alternative 1 yang dipilih .

15. Analisa Utilitas Bangunan

1. Listrik
Sumber listrik yang digunakan pada perencanaan ini yaitu Perusahaan
Listrik Negara (PLN). Berdasarkan sistem penyalurannya, terbagi atas
dua, yaitu saluran udara (overhead lines) dan saluran kabel tanah
(underground cable).

Alternatif 1 : Saluran udara (overhead lines)

Keuntungan :
- Lebih murah
- Mudah dalam perawatan
- Mudah untuk mengetahui letak gangguan sehingga mudah
diperbaiki
Kekurangan :
- Mudah tersambar petir
- Mudah mengalami gangguan hubung singkat

Gambar 4.73 sistem saluran udara


Sumber : Olahan Penulis,2021
Alternatif 2 : saluran kabel tanah (underground cable)
Keuntungan :
- Lebih estetis karena sambungan kabel tidak terlihat
- Karena terletak dalam tanah sehingga tidak mudah mengalami
gangguan oleh cuaca dan iklim
Kekurangan :
- Lebih mahal
- Sulit menentukan titik gangguan karena berada dalam tanah
Gambar 4.74 sistem saluran tanah
Sumber : Olahan Penulis,2021
Kesimpulan : Berdasarkan pertimbangan yang terpilih adalah alternatif
2.

2. Sistem Air Bersih


Air bersih yang bersumber dari PDAM dan Sumur bor yang akan
direncanakan, dimanfaatkan dengan baik dan efisien untuk
memenuhi kebutuhan air bersih pada perencanaan kawasan Wisata
Pantai Teluk Gurita Kab. Belu. Beberapa alternatif yang dapat di
gunakan untuk mendistribusikan air bersih dengan baik :
- Alternatif I :

Sumber air bersih berasal dari jaringan air PDAM dengan sumber
cadangan dari sumur artesis. Air dari jaringan PDAM dialirkan
ke ground water tank yang diletakkan di bawah muka air tanah,
kemudian dipompakan ke roof tank yang letaknya lebih tinggi,
terdapat dua jenis roof tank yang pertama untuk penggunaan sehari-
hari, yang kedua untuk pencegahan kebakaran. Dengan
mengandalkan gaya gravitasi, air dari roof tank kemudian
didistribusikan ke tiap titik pengambilan air seperti keran wastafel,
keran bak air mandi, sprinkler dan hidrant dengan sistem shaft.
Meskipun dengan pemakaian roof tank membutuhkan ruang
tersendiri serta beban struktur yang lebih namun dibandingkan
dengan menggunakan pompa yang langsung dialirkan ke titik-titik
pendistribusian air akan lebih efektif karena rusunawa yang
memiliki banyak ruang akan mebutuhkan tenaga atau daya dari
pompa dalam jumlah besar
Bagan 4.2 Pendistribusian air bersih

Sumber : Olahan Penulis, 2021

- Alternatif 2 : Sistem Up Feed


Pada sistem up feed, distribusi air bersih tidak menggunakan
reservoir bawah seperti pada down feed dengan asumsi sumber air
bersih berasal dari PDAM dan sumur. Perbedaanya pada sistem ini
air bersih dari sumber air langsung menuju ke reservoir atas. Dari
reservoir atas didistribusikan ke dalam bangunan memakai pompa
booster untuk menyamakan tekanan airnya. Volume reservoir atas
menjadi lebih besar karena merupakan wadah satu-satunya untuk
menyimpan cadangan air bersih.

Bagan 4.3 Pendistribusian air bersih

Sumber : Google diakses pada tanggal 11 juli 2020


Kesimpulan : Dari uraian diatas, sistem yang baik dan efisien yaitu
Alternatif 1.

3. Sistem Air Kotor

Alternatif I : Instalasi Air Kotor

 Jaringan air kotor dalam bangunan terbagi menjadi tiga


kelompok, yaitu : Limbah cair, berupa air kotor yang berasal
dari floor drain kamar mandi, wastafel, dll.

 Limbah padat, yang berasal dari kloset kamar mandi,


 Air hujan.
- Pada penanganan limbah cair, air kotor yang berasal
dari floor darain kamar mandi, wastafel, tempat cuci
piring dsb pada tiap lantai disalurkan ke bawah
melalui pipa menuju ke lantai dasar, lalu disalurkan
menuju bak kontrol. Kemudian air dialirkan menuju
sumur resapan sebelum dibuang ke saluran kota.
- Pada penanganan limbah padat, kotoran yang berasal
dari kloset tiap lantai disalurkan melalui pipa limbah
padat secara vertikal menuju ke lantai dasar yang
kemudian langsung disalurkan ke dalam septic tank.
Pipa limbah padat yang melintang secara horizontal
harus memiliki kemiringan minimal 5% tiap 1 meter
untuk meminimalkan resiko tersumbat. Karena hal
ini, penempatan septic tank juga perlu diperhatikan,
apabila jaraknya semakin jauh dari letak kloset lantai
dasar, maka penempatan septic tank akan
membutuhkan kedalaman yang semakin besar. Pada
septic tank, limbah kemudian ditampung dan
diendapkan, lalu air yang tersisa dialirkan ke sumur
resapan. Untuk penempatan septic tank beserta
resapannya, sebaiknya diletakkan berjauhan dengan
sumur artesis maupun gorund water tank, minimal
berjarak 15 meter. Hal ini dilakukan agar jaringan air
bersih tidak tercemar limbah dari septic tank.
- Untuk penanganan air hujan, digunakan talang yang
disesuaikan dengan bentuk atap, yang kemudian
dialirkan secara vertikal melalui pipa menuju ke bak
kontrol yang sama dengan yang digunakan pada
penanganan limbah cair di lantai dasar.

Bagan 4.4 Pendistribusian air kotor

Sumber : Olahan Penulis, 2021

Alternatif 2 : Klasifikasi berdasarkan cara pengaliran :

- Sistem gravitasi, Air buangan mengalir dari tempat


yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah secara
gravitasi ke saluran umum yang letaknya lebih
rendah
- Sistem bertekanan. Sistem yang menggunakan alat
(pompa) karena saluran umum letaknya lebih tinggi
dari letak alat plambing, sehingga air buangan di
kumpulkan terlebih dahulu dalam suatu bak
penampungan, kemudian di pompakan keluar ke roil
umum.  Sistem ini mahal, tetapi biasa di gunakan
pada bangunan yang mempunyai alat-alat plambing
di basement pada bangunan tinggi/bertingkat banyak.
Gambar 4.75 Utilitas air kotor
Sumber : Google Diakses pada tanggal 04 Maret 2021

4. Sistem Pencegah Kebakaran


Sistem proteksi kebakaran yang dilakukan pada bangunan terdiri
dari sistem otomatis dan sistem manual yang dapat di rencanakan
sebagai berikut :

Alternatif I : Sistem Otomatis

Beberapa jenis sistem proteksi kebakaran otomatis, yakni :


- Fire Alarm
Alat ini biasanya diletakan di luar ruangan atau disepanjang
rute ke jalan keluar. Berfungsi untuk memperingatkan bahaya
kebakaran pada tahap awal. Alarm dihubungkan dengan sensor
kebakaran, yaitu smoke detector dan thermal control.

Gambar 4.76 Fire Alarm


Sumber : Google diakses pada tanggal 04 Maret 2021

Alternatif 2 : Sistem Manual


- Hydrant Halaman
Merupakan jaringan air bertekanan tinggi.
- Fire Extinguisher
Merupakan tabung karbondioksida portable untuk
memadamkan api secara manual oleh manusia.

Gambar 4.77 Jenis pemadam manual


Sumber : Google diakses pada tanggal 04 Maret 2021
Kesimpulan : Berdasarkan uraian diatas, system pencegah
kebakaran pada perencanaan adalah system otomatis.
17 . Analisa Penerapan Temah Pada Desain
 Alternatif 1
Penerapan tema Transformasi Arsitektur pada desain tapak yaitu kondisi
awal tapak sebelum didesain tetap dibiarkan alami dan ditata sesuai tapak
awal. Pada desain site Resort Laut memakai bentuk Gurita filosofi dari
nama pantai Teluk Gurita . Selain kondisi tapak yang tetap dibiarkan alami
juga ditata dan ditambahkan dengan pohon peneduh, pohon pengarah,
rumput, dan lain- lain. Penggunaan material dan bahan alami seperti
bambu, kayu, alang- alang, agar tidak merusak lingkungan namun tetap
alami dan menyatu dengan alam sekitar tapak.

Gurita hewan yang pemberani, tumbuh


tanpa bergantung pada siapapun,Ketika
kita memasuki suasana baru, entah itu
Gambar 4.78 Site kantor baru atau kota yang baru, kita
Sumber : Olahan Penulis 2021
sama seperti gurita ini. Tak mengerti
apa-apa, tak mengenal siapapun, tapi
itu bukan alasan untuk tidak maju.Kita
harus berani terbuka, melihat setiap
peluang dan mengkonversikannya
menjadi penghasilan bagi kita.

 Alternatif 2

Anda mungkin juga menyukai