10e00028 PDF
10e00028 PDF
TESIS
Oleh
LELA ERWANY
077009013/LNG
K O L A
E
H
S
PA
A
N
C
A S A R JA
S
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
PERILAKU MANUSIA DAN PROSES MENTAL
DALAM NOVEL LAILA MAJNUN
TESIS
Oleh
LELA ERWANY
077009013/LNG
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Judul Tesis : PERILAKU MANUSIA DAN PROSES MENTAL
DALAM NOVEL LAILA MAJNUN
Nama Mahasiswa : Lela Erwany
Nomor Induk : 077009013
Program Studi : Linguistik
Konsentrasi : Analisis Wacana Kesusastraan
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Prof. T. Silvana Sinar, M.A, Ph.D) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Telah diuji pada
Tanggal 10 September 2009
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
ABSTRAK
Novel sebagai bagian bentuk sastra merupakan jagad realita yang di dalamnya
terjadi peristiwa dan perilaku yang dialami dan dibuat manusia melalui tokoh-tokoh
ceritanya. Dalam novel Layla Majnun dapat dilihat kehadiran fenomena kejiwaan
yang dialami oleh tokoh utama cerita. Fenomena kejiwaan yang hadir di dalam novel
inilah yang dimunculkan kepermukaan dengan menggunakan teori psikologi sastra
dan Linguistik Fungsional Sistemik (LFS).
Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Pendekatan ini dipandang mampu mempertahankan keaslian teks
dengan menempatkan objek ke dalam bingkai psikologis dan proses mental.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa representasi perilaku manusia yang
dilihat melalui tokoh Majnun, Layla, dan Syed Omri mengalami frustrasi dan
penyesuaian diri. Majnun dan Layla frustrasi karena cinta mereka tidak dapat
terwujud di dunia, cinta mereka terhalang karena kesombongan orang tua Layla dan
adat yang mengikat. Sedangkan Syed Omri mengalami frustrasi karena gagal
membahagiakan Majnun. Untuk mengatasi rasa frustrasi, mereka mengadakan
penyesuaian diri atau mekanisme pertahanan.
Analisis proses mental pada novel Layla Majnun terdapat 359 klausa dengan
rincian: proses mental persepsi 144 klausa atau 40,11%, proses mental afeksi 137
klausa atau 38,16%, dan proses mental kognisi 78 klausa atau 21,73%. Hasil
persentase di atas menunjukkan bahwa novel Layla Majnun ini banyak menggunakan
klausa aktivitas indra mata dan telinga dan klausa aktivitas hati. Ini sesuai dengan
tema novel Layla Majnun yang bercerita tentang cinta. Perasaan cinta yang ada
di hati diawali oleh pandangan mata dan mendengar hal-hal yang baik dari orang
yang dicintai. Aktivitas otak digunakan untuk membayangkan dan mengenang sang
kekasih yang akhirnya akan menambah rasa cinta yang mendalam terhadap orang
yang dicintai.
Kata Kunci: Perilaku Manusia, Proses Mental, Frustrasi, dan Penyesuaian Diri.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
ABSTRACT
Novel as a form of literary work is like the world describing the events and
behavior created and experienced by human beings through the characters in it. In
the novel by Layla Majnun, the existence of psychological phenomena experienced by
the main character of the study can be seen. This psychological phenomena is then
highlighted through he theory of literary psychology and Systemic Functional
Linguistic Theory.
This study employs the qualitative method with phenomenological approach
because this method is regarded being able to maintain the originality of the text by
including the objects to the psychological framework and mental process.
The result of this study shows that the representation of human behavior seen
through he characters of Majnun, Layla, and Syed Omri who are frustrated, and self-
adjustment. Majnun and Layla are frustrated because they can not materialize their
love in this world because of the arrogancy of Layla’s parents and strictly binding
culture and tradition. Syed Omri becomes frustrated because he fails to make Majnun
happy. To overcome this frustration, Layla and Majnun do some self-adjusment or
mechanism of defence.
The result of mental process analysis done to the novel of Layla Majnun
reveals that there are 359 clauses related to mental process perception (40,11 %),
137 clauses related to mental process affection (38,16 %), and 78 clauses related to
mental process cognition (21,73 %). The percentage above shows that this novel of
Layla Majnun uses more clauses related to the activities of eyes, ears, and heart. This
matches the theme of the novel of Layla Majnun which tells about love. The feeling of
love grows in the heart is initiated through the sight and listening to the good things
said by the person who we love. Brain activity is used to imajine and remember the
one we love and eventually it will develop a deeper love for the one we love.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT,
karena atas rahmad dan hidayah-Nya, tesis ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari
bahwa dalam menempuh perkuliahan dan penyelesaian tesis ini banyak mendapat
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah selayaknyalah penulis
mengucapkan terima kasih dan menyampaikan penghargaan yang tinggi kepada
pihak-pihak berikut ini.
1. Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM & H., Sp.A(K) selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara, Medan.
2. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc. selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
USU beserta Staf Akademik dan Administrasinya, yang telah memberi peluang
dan kemudahan kepada penulis sejak perkuliahan hingga penyelesaian tesis ini.
3. Instansi yang telah memberikan bantuan beasiswa BPPs. Selama menempuh
perkuliahan, penulis mendapat bantuan beasiswa dari BPPs Universitas
Sumatera Utara. Berkat beasiswa tersebut, penulis dapat menyelesaikan masa
studi sesuai jangka waktu yang telah ditentukan.
4. Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D selaku Ketua Program Studi Magister
Linguistik, sekaligus sebagai Pembimbing Utama. Di tengah-tengah kesibukan
beliau, bersedia memberikan bimbingan dan saran yang sangat bermanfaat demi
kesempurnaan tesis ini. Dengan sikap keibuan dan pengayomannya beliau
memberikan arahan dan motivasi sehingga mendorong penulis menyelesaikan
tesis ini. Beliau juga adalah mantan Koordinator Kopertis Wilayah I yang telah
memberi izin tugas belajar kepada penulis. Untuk itu, jasa beliau tidak mungkin
penulis lupakan. Tidak lupa juga kepada Drs. Umar Mono, M.Hum selaku
Sekretaris Program Studi Linguistik yang telah memberikan kemudahan urusan
kepada penulis.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
5. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si selaku Komisi Pembimbing sekaligus
Pembimbing Akademik yang telah banyak meluangkan waktu dan kesabaran
kepada penulis. Beliau mengajarkan banyak hal yang berharga bagi penulis.
Dengan pengalaman dan pengetahuan beliau menambah wawasan keilmuan
penulis. Beliau juga sangat banyak memberikan bimbingan dan saran yang
bermanfaat untuk kebaikan tesis ini. Perhatian, motivasi, kesabaran, dan
ketelitian beliau dalam membimbing, memberikan semangat kepada penulis
untuk menyelesaikan tesis ini.
6. Prof. Syaifuddin, M.A., Ph.D selaku Penguji yang menjabat Dekan Fakultas
Sastra USU. Beliau sangat memotivasi penulis dari awal perkuliahan hingga
pembuatan tesis ini. Dukungan beliau terhadap tesis ini sangat besar dari
seminar hasil hingga ujian sidang tertutup.
7. Prof. Ahmad Samin Siregar, S.S selaku Penguji, sehingga tesis ini menjadi
sempurna karena ketelitian beliau.
8. Prof. Dr. Zainuddin, M.Pd selaku Koordinator Kopertis Wilayah I beserta Staf
Akademik dan Staf Administrasinya yang telah memberikan izin belajar dan
kemudahan urusan kepada penulis.
9. Tarmizi, S.H. M.Hum. selaku Rektor Universitas Amir Hamzah, rekan sejawat,
dan seluruh sivitas akademika, serta pihak Yayasan Universitas Tengku Amir
Hamzah yang telah memberikan kesempatan sekaligus dorongan dan motivasi
dalam menyelesaikan perkuliahan dan tesis ini.
10. Secara khusus, penulis sampaikan rasa terima kasih yang tiada terhingga kepada
Ayahanda H. Lobai (Alm), Ibunda Hj. Dewi, Ayahanda Abdul Tambunan
(Alm), dan Ibunda Soun Munthe, yang selalu memberikan spirit dan doa yang
tulus buat kelangsungan hidup dan studi penulis. Dari mereka penulis dapat
lebih mengerti akan makna kehidupan dan dapat melihat sisi kehidupan dalam
berbagai atmosfir baik konsep maupun kenyataan. Semoga Allah senantiasa
mencurahkan kasih dan rahmad-Nya kepada mereka.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
11. Kakanda OK Saidin, S.H. M.Hum yang selama ini berperan sebagai pengganti
ayah bagi penulis dan Kakanda OK Muchtar, Dahliah, Syahril (Alm), Nurhayati
dan Nuraini yang selalu mengayomi penulis. Juga kepada Bang Asli, Bang
Bonar, Kak Awan, Mara Muda, Spd., Siti, Bina, Briptu Ruslan, Sahrudin, S.T.,
M.T., dan Khairuddin, M.Si., serta pihak ipar yang tidak dapat disebutkan satu
persatu. Mereka semua adalah orang yang dengan tulus dan ikhlas telah
memberikan bantuan baik berupa materi maupun moral sehingga penulis
mengerti akan hidup dan kehidupan. Juga kepada semua ponakan yang telah
memberikan sumbangsih.
12. Lebih dari itu, penulis juga secara khusus berterima kasih kepada suami tercinta
Mara Laut Tambunan, S.H., Ananda terkasih Syafriani Tio Sari, Oesman Bahari
Abdullah Tambunan, Fadlan Syarifuddin Tambunan, Fatimah Raudatul
Fadhilah, Zainab Alia Aqila, dan Maryam Syarbanu Azzakia yang telah
memberikan motivasi yang besar dan kekuatan mental sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi ini. Bersama mereka penulis merasakan hidup ini lebih
berarti. Mereka tiada hentinya berdoa. Untuk merekalah penulis melanjutkan
studi dan kepada mereka pulalah tesis ini penulis persembahkan.
13. Junaidi, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Swasta Al-Hilal, rekan sejawat, dan
Pihak Yayasan Perguruan Al-Hilal yang telah memberi dorongan dan motivasi
untuk melanjutkan studi.
14. Teman-teman mahasiswa Program Studi Magister Linguistik, sekolah
Pascasarjana USU Angkatan 2007/2008. Khusus buat komunitas
Larukinagusroma yang terdiri dari personil Ruli, Kiki, Rina, Pak Gustaf, Kak
Rosita, dan Kak Ema yang telah banyak berpartisipasi dan ikut memberi warna
dalam kehidupan penulis.
15. Staf Administrasi Program Studi Linguistik, Sekolah Pascasarjana USU dan
semua pihak yang telah membantu dan berpartisipasi kepada penulis selama
perkuliahan dan penyelesaian tesis ini.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
KATA PENGANTAR
diri. Dia yang dalam kegelapan hatiku, menyinarkan cahaya yang tiada terlihat. Dia
yang menganugrahi manusia keteguhan hati untuk berdoa dan beribadah kepada-Nya.
Dia juga yang menganugrahi kepada diriku ilmu, kemudahan dan kemurahan,
SAW beserta keluarganya yang syafaatnya kelak sangat diharapkan. Kepada Imam
Tesis ini berjudul “Perilaku Manusia dan Proses Mental dalam novel Layla
Manun” yang merupakan serangkaian kajian tentang psikologi sastra dan kajian
bahasa. Tesis ini membicarakan perilaku manusia yang frustrasi dan penyesuaian diri
yang dalam hal ini diwakili oleh manusia yang ada di dalam novel Layla Majnun
yaitu: Majnun, Layla, dan Syed Omri. Di dalam tesis ini juga dibahas mengenai
Fungsional Sistemik (LFS). Tesis ini juga membicarakan kaitan antara proses mental
hambatan. Akan tetapi, berkat bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulisan tesis
ini dapat terselesaikan. Oleh sebab itu, sudah selayaknya penulis mengucapkan terima
kasih.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Tulisan ini diharapkan dapat memberi informasi yang berguna bagi pembaca,
khususnya tentang frustrasi tesis ini sudah penulis usahakan keilmiahannya, namun
penulis mengharapkan kritik dan saran demi untuk penyempurnaan lebih lanjut.
Lela Erwany
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
RIWAYAT HIDUP
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ………………………………………………………………… i
ABSTRACT ………………………………………………………………... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ……………………………………………... iii
KATA PENGANTAR …………………………………………………….. vi
RIWAYAT HIDUP ……………………………………………………….. viii
DAFTAR ISI …………………………………………………………….... ix
DAFTAR TABEL …………………………………………………………. xi
DAFTAR DIAGRAM ……………………………………………………... xii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xiii
DAFTAR ISTILAH....................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ……………………………………………... 1
1.2. Rumusan Masalah ………………………………………….. 13
1.3. Tujuan Penelitian …………………………………………… 13
1.3.1. Tujuan Umum ………………………………………. 13
1.3.2. Tujuan Khusus ……………………………………… 13
1.4. Manfaat Penelitian …………………………………………. 14
1.4.1. Manfaat Teoritis ……………………………………. 14
1.4.2. Manfaat Praktis…………………………………….... 14
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
3.5.3. Tahap Penyelesaian …………………………………. 45
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
DAFTAR TABEL
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
DAFTAR DIAGRAM
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
DAFTAR LAMPIRAN
1. Sinopsis........................................................................………….. 133
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
DAFTAR ISTILAH
Asy : Sup yang terbuat dari campuran tepung dan daging yang
dibuat pada hari ke-9 dan 10 Muharram dan diberikan
kepada peserta aza. Makanan ini adalah makanan khas
masyarakat Iran.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Fenomena : Hal-hal yang dapat disaksikan dengan pancaindra dan dapat
diterangkan serta dinilai secara ilmiah.
Macan Ali : Gelar yang diberikan kepada Imam Ali as karena kekuatan,
keberanian dan kesederhanaannya.
Mazhab Syafi’i : Mazhab Islam terbesar yang berpedoman kepada fikih Imam
Syafi’i.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Peningkatan Diri : Tumbuhnya kesadaran akan hasrat pemenuhan dalam usaha
mencapai tujuan dan cita-cita yang dikehendaki.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
BAB I
PENDAHULUAN
Pengaruh Iran yang dulu terkenal dengan nama Persia, terhadap Indonesia
Masyarakat Iran, setelah menerima agama Islam, banyak menemukan keahlian dalam
semua cabang ilmu keislaman, yang tidak satu pun dari bangsa lainnya yang sampai
Sejak berabad-abad lampau hingga kini, Iran memiliki peranan penting dalam
percaturan dunia internasional. Kawasan ini tidak hanya menjadi tempat kelahiran
bapak revolusi Islam, yaitu Imam Khomeni, tetapi sejak dahulu telah menjadi tanah
kelahiran filsuf dunia seperti Razi, Kharazmi, Khoja Nashiruddin Thusi, Firdausi,
Rumi, Hafiz, Athar, Sa’di, Umar Khayam, Nizhami, dan Sanai (Iqbal, 2006: vii).
prestisius. Salah satu tema sentral literatur sastra mereka adalah keadilan. Oleh karena
itu, wajar apabila banyak orang selalu jatuh hati kepada karya-karya sastra Iran. Sa’di
penyair besar Iran pernah mengatakan bahwa janganlah sekali-kali menyakiti semut
karena binatang itu memiliki nyawa sedangkan nyawa adalah sesuatu yang sangat
berharga. Bangsa Iran telah menyemarakkan dunia dengan karya-karya sastra tinggi
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
dalam bidang moral, ilmu-ilmu dunia dan akhirat, seni dan budaya, serta spiritualitas.
Sastra Persia sudah menjadi sastra dunia internasional (Iqbal, 2006: ix).
Hamzah Fanshuri adalah nama yang tidak bisa dilupakan dalam hal ini. Ia
adalah seorang sufi dan penyair Indonesia yang turut berjasa dalam menyebarluaskan
sangat menguasai bahasa Persia dan Arab. Dalam karya-karya prosanya, seperti Asrar
kata Persia. Demikian pula, dalam karya karya itu, seringkali dikutip dialog burung-
kerap mengenal ritual ‘Aza Muharam dengan memasak sajian khusus dan membagi-
bagikannya kepada masyarakat. Makanan ini mirip dengan makanan asy yang ada
di Iran. Di Jawa, makanan ini dikenal dengan nama “bubur suro” sedangkan di Aceh
dengan nama “kanji asyura”. Masyarakat Minang, memiliki tradisi sendiri untuk
menghormati Asyura (10 Muharram), yakni perayaan tabuik atau tabut. Tabut adalah
dari India, orang-orang Iran memiliki peranan yang penting dalam perkembangan
Islam di Indonesia dan negeri-negeri Timur Jauh lainnya. Ada dugaan bahwa
sebagain besar raja di Aceh bermazhab Syi’ah. Dimungkinkan pada masa awal
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
perkembangan Islam di sini, fikih Syi’ahlah yang berlaku. Namun, dengan
berkembangnya mazhab Syafi’i, mazhab Syi’ah mulai terkikis dan sekarang pengaruh
Sebagian besar karya sastra klasik Iran diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu.
Dalam kitab Sejarah Melayu dan buku-buku lainnya, ucapan dan perumpamaan raja-
raja Persia sering kali dikutip. Hal in juga membuktikan bahwa raja-raja Persia itu
sangat dikagumi masyarakat Melayu. Kosa kata seperti bandar dan nakhoda, sejak
Syah, dan Sultan. Gelar ini juga disandang oleh raja-raja di Malaysia dan Indonesia.
Misalnya saja, di Malaka Sultan Muzhafar Syah, Sultan Manshur Syah, dan
Pengaruh Iran juga terlihat pada singgasana para sultan di kesultanan Islam
Malaka. Masyarakat Malaka suka memakai topi yang bernama “dastar”, persis topi
yang sering digunakan masyarakat Iran di zaman dahulu. Gedung resmi kesultanan
Melayu disebut dengan “istana” yang diambil dari bahasa Persia dan stempel
sangat berpengaruh terhadap kesusastraan dunia Islam. Demikian pula adanya kisah-
kisah keberanian Imam Ali as dalam literatur Indonesia menunjukkan pengaruh kuat
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Kitab Sejarah Melayu mencatat bahwa pada tahun 1511 M, beredar sebuah hikayat
tentang Muhammad Hanafiah (Hikayat Muhammad Hanafiah), putra Imam Ali bin
Abi Thalib as, yang dibacakan di hadapan Kesultanan Islam Malaka, agar keberanian
mereka bertambah, sehingga para tentara Malaka itu terdorong untuk melawan tentara
Imam Ali as, yang bergelar Asadullah (Singa Allah), mereka memohon pertolongan
kepada Allah SWT. Pada sejumlah bendera milik beberapa kesultanan lokal
di Malaysia, gambar “Singa Ali” melambangkan kebesaran dan keberanian. Ini dapat
dilihat pada bendera milik Kesultanan Islam Kelantan, Malaysia. Dalam literatur
Melayu, Buraq disebut sebagai kuda Rasulullah SAW. Di samping itu, mereka juga
meyakininya sebagai kuda Imam Husain as. Hal ini karena Buraqlah yang membawa
ruh suci Imam Husain as ke sisi Allah SWT setelah syahid di padang Karbala (Iqbal,
2006: 126).
gambar “Macan Ali”. Pada pendapa istana ini, di pasang dua gambar “Macan Ali”,
untuk keselamatan Kesultanan itu dari segala musibah dan ekspansi para penjajah.
Kesultanan Islam Cirebon, atas perintah Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) dan
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
di bawah komando Fatahillah, membebaskan Sunda Kelapa pada 22 Juni 1527 M,
yang kemudian kota itu diberi nama Jayakarta (artinya kemenangan yang besar).
Mereka membawa bendera yang terdapat simbol “Kekuatan Allah SWT dan lima
orang dari Ahlul-Kisa”. Simbol ini berupa nama Allah SWT dan kekuatan-Nya
dengan simbol Bismillah, surah al-Ikhlas, dan surah al-Fath. Juga terdapat inisial dari
nama Muhammad SAW dan Fatimah as, simbol kekuatan dan keberanian Amirul
Mukminin Ali as dengar gambar seekor singa, pedang Imam Ali as yang terkenal
dengan julukan Zulfikar (pedang yang bermata dua), dan dua ekor singa lainnya
sebagai simbol Imam Hasan as dan Imam Husain as ( Iqbal, 2006: 126-127).
di bawah pengaruh tradisi Islam yang datang dari negeri Arab dan Iran, yang warna
tradisi Irannya tampak lebih kuat. Pengaruh Syi’ah juga terlihat pada ritual
pembacaan doa untuk menghindar dari musibah (tolak bala), yang disebut dengan
Sastra Islam ini bertugas untuk menyokong pendakwaan dalam agama Islam. Sastra
Islam yang pertama berkembang di alam Melayu adalah sastra kitab. Kemudian
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Di awal sudah dijelaskan bahwa agama Islam yang berkembang di alam
Melayu pada mulanya berasal dari ulama India dan Persia. Oleh karena itu, karya
sastra yang bercorak Islam banyak yang berasal dari Persia. Jika dalam puisi dikenal,
gazhal, nazam, bayt, qit’ah, dan lain-lain. Sedangkan dalam bentuk prosa dijumpai
dalam sastra berbingkai. Salah satu jenis sastra berbingkai adalah Hikayat Seribu Satu
Malam.
cerita itu terdapat cerita lain. Di dalam Hikayat Seribu Satu Malam terdapat kisah
utama tentang bagaimana Ratu Syahrazad menceritakan satu kisah setiap malam
selama seribu satu malam kepada Raja Syahriar, suaminya, untuk menunda hukuman
Cerita-cerita yang terdapat di dalam Hikayat Seribu Satu Malam yang sangat
popular dan diingat oleh masyarakat di seluruh dunia, termasuk di Melayu, adalah
Aladin, Ali Baba, Abu Nawas, Laila Majnun, dan lain-lain. Dalam kreativitas
penulisan cerita-cerita tersebut disajikan dalam berbagai bentuk, seperti cerita anak,
komik, dan humor. Akhirnya timbullah cerita dalam beberapa versi yang disesuaikan
dengan kultur budaya cerita itu tercipta. Cerita itupun sering didramakan dan
difilmkan. Dalam kesusastraan Melayu klasik, cerita Abu Nawas ini berubah versinya
Laila Majnun masuk ke alam Melayu melalui sastra berbingkai. Sikana (2007:
85), mengatakan:
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
“Salah satu genre sastra bawaan daripada Arab Parsi yang dikaitkan dengan
hikayat ialah sejenis penceritaan yang sambung bersambung dan berantai.
Genre ini terkenal dengan nama Hikayat Berbingkai, karena strukturnya
berbeza dari hikayat umum. Dapat juga dinyatakan ia bersifat sebagai cerita
dalam cerita yaitu ceritanya terjadi daripada satu cerita pokok dan
di dalamnya terdapat berbagai-bagai cerita yang lain, dikenali sebagai cerita
sisipan, cerita berakhir dengan kembali kepada cerita pokok.…cerita yang
sedia dikenal oleh masyarakat ialah Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Kalilah
dan Dimnah, dan Hikayat Seribu Satu Malam”.
Di Indonesia, Laila Majnun pernah ditulis oleh Hamka dan diterbitkan oleh
Balai Pustaka tahun 1932, tebalnya 74 halaman. Kemasyhuran kisah Laila Majnun ini
juga telah memberi inspirasi kepada sutradara kondang Indonesia, alm. Sjumandjaja,
untuk membuat cerita layar lebar. Tahun 1975, dibuatlah film dengan judul Laila
Majnun dengan bintang utama Rini S Bono sebagai Laila dan Ahmad Albar sebagai
Majnun. Film ini mengantongi penghargaan untuk kategori Aktor Pembantu bagi
Laila Majnun (selanjutnya disebut LM) adalah salah satu kisah yang populer
dalam dunia Islam. Selama lebih dari seribu tahun beragam versi dari kisah tragis ini
telah muncul dalam bentuk prosa, puisi, dan lagu dalam hampir semua bahasa
di negara-negara Islam Timur Dekat. Meski demikian, sajak epik Nizami-lah yang
Kaukasia, Shirvanshah, pada tahun 1188 Masehi. Dalam pengantar aslinya pada puisi
dan memberinya sebuah surat yang ditulis tangan oleh sang raja sendiri. Syirvanshah
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
memuji Nizami sebagai “penyair dengan keelokan kata-kata terhebat di dunia”, lalu
meminta Nizami untuk menulis sebuah epik romantis yang diambil dari cerita rakyat
Arab; kisah mengenai Majnun yang telah melegenda, sang penyair yang “gila cinta”,
dan Laila gadis padang pasir yang kecantikannya sangat terkenal (Nizami, 2008: 8).
posisi penting dalam deretan kisah cinta abadi mayarakat Arab. Kisah ini dituturkan
yang menjadi buah bibir para juru kisah di setiap penjuru negeri Arab, kisah Qays dan
Layla bukan sekedar cerita fiksi. Ia memiliki batas-batas faktual yang biasanya
mempermainkan imajinasi untuk kemudian diubah menjadi sekadar cerita atau mitos.
Banyak pengarang yang menyandarkan setiap kisah cinta pada kisah ini. Mereka lalu
untuk Layla.
Kepopuleran kisah Layla dan Majnun ini dirasakan juga di Indonesia. Dua
penerbit di Indonesia menerbitkan cerita tersebut, yaitu Ilman Books dan Navila pada
tahun 2002. Bahkan, buku terbitan Navila menjadi buku paling laris dengan mencetak
rekor memasuki cetakan ke-18 pada bulan Mei 2004. Sementara buku terbitan Ilman
Books telah memasuki periode cetakan ke-6 pada tahun 2004 (Purwantari, 2004).
Kisah Layla dan Majnun terus diterbitkan di Indonesia. Pada tahun 2002,
penerbit Oase menerbitkan Laila Majnun dan sampai Maret 2008 sudah memasuki
cetakan ke-10. Buku terbitannya terjual lebih dari 10.000 eksemplar dan mendapat
julukan National Best Seller. Begitu juga dengan percetakan Babul Hikmah yang
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
menerbitkan Laila Majnun tahun 2007 dan pada bulan Juli 2008 sudah memasuki
menolok terletak pada caranya yang bagus sekali dalam melukiskan area kejiwaan
“cinta yang tidak mengenal hukum”. Cahaya yang dibawa hati ketika sedang jatuh
cinta; gairah dari rasa kasih sayang; duka akibat perpisahan; kepedihan akibat
ditimbulkan oleh kehilangan. Bahasanya mungkin adalah bahasa Persia abad ke-12,
namun temanya adalah sesuatu yang menembus semua batasan ruang dan waktu.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
dengan menggunakan fakta imajinasi, sehingga tercipta mental imajinatif. Di dalam
karya sastra akan tercermin berbagai fakta imajinatif yang membutuhkan kecermatan
dalam penelitiannya.
Pendapat Atar Semi di atas, mengingatkan kepada kita bahwa karya sastra itu
tidak bisa terlepas dari pengarangnya. Dalam menciptakan karyanya pengarang
menuangkan idenya melalui fakta imajinasi dan merealisasikannya dalam bentuk
tulisan. Setelah karya sastra tercipta, maka dalam memahami karya tersebut pembaca
juga mengalami proses kejiwaan.
Untuk merekam gejala psikologi tersebut diperlukan seperangkat teori ilmu
dan lahir pula pemikiran yang serupa dari Alfred Adler yang mengemukakan teori
Psikologi Individual. Teori kepribadian lain yang dikenal dengan nama Social
Learning Theory hasil pengamatan dan studi dari seorang pakar yang bernama Albert
Bandura tidak ketinggalan pula seorang psikolog kondang dari Amerika, yaitu
Personalitiy. Kita mengenal pula tokoh besar lain dari negeri yang sama, yaitu
Sastra dan psikologi memiliki esensi penelitian yang sama yaitu manusia, baik
dari segi watak maupun perilaku. Wilayah penelitian keduanya sering terfokus pada
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
masalah manusia yang berbeda. Psikologi terfokus pada manusia dalam dunia nyata,
psikologi, begitu juga sebaliknya. Hal ini berarti bahwa teori penelitian psikologi
sastra jelas merupakan gabungan dari teori sastra dan teori psikologi. Hukum-hukum
Namun yang perlu dicermati oleh peneliti sastra adalah yang paling dominan harus
teori sastra agar penelitian tetap berada dalam koridor sastra. Psikologi hanya sebagai
alat bantu saja untuk mengungkapkan perilaku manusia dalam karya sastra.
Novel LM dipilih dalam penelitian ini karena sangat menarik untuk dikaji.
Selain karena novel ini termasuk novel terlaris nasional dan internasional,
kelebihannya juga terletak pada ceritanya yakni penderitaan batin yang dialami oleh
Majnun sebagai tokoh utama. Penderitaan batin tersebut menimbulkan perilaku yang
menyimpang dari manusia normal. Hal ini disebabkan karena frustrasi yang
berkepanjangan yang dialami oleh Majnun. Majnun sangat mencintai Layla. Cintanya
kepada Layla tidak bisa disamakan dengan cinta siapa pun di dunia ini. Ia rela hidup
menderita demi mempertahankan cinta tersebut. Begitu juga dengan Layla. Cinta
mereka tidak bertepuk sebelah tangan, namun karena kesombongan orang tua Layla,
membuat cinta mereka terhalang. Majnun tetap setia pada cintanya, begitu juga
Layla. Namun karena Layla perempuan, dia tidak bisa berbuat seperti Majnun dalam
melampiaskan rasa cintanya. Adat dalam masyarakat Arab melarang perempuan yang
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Layla lebih menderita dari Majnun. Akhirnya rasa cinta itu harus dibawa sampai
mati.
Penderitaan yang dialami oleh kedua tokoh utama ini akan sangat menarik
aktivitas individu, baik aktivitas secara motorik, kognitif, maupun secara emosional.
dikaitkan dengan kejadian yang dialami oleh Layla dan Majnun, maka novel LM ini
sangatlah tepat apabila dikaji melalui pendekatan psikologi sastra, tepatnya analisis
frustrasi.
Dalam penelitian ini penulis hanya membahas tentang perilaku Layla dan
Majnun, dan Syed Omi sebagai tokoh yang mengalami frustrasi dalam cerita LM.
Perilaku tersebut juga hanya dibatasi pada perilaku frustrasi dan penyesuaian diri
mereka.
Di samping itu, penelitian ini juga membahas tentang proses mental dalam
novel LM. Proses mental dapat memperlihatkan kepada pembaca tentang keadaan
jiwa orang yang sedang jatuh cinta dan perilaku orang yang cintanya terhalang yang
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
1.2. Rumusan Masalah
Adapun tujuan penelitian ini dapat dibagi menjadi dua tujuan yakin tujuan
utama melalui novel LM. Pengkajian salah satu aspek dari karya sastra (novel) belum
memadai untuk memahami novel tersebut. Oleh karena itu, pengkajian terhadap
novel LM dari perspektif kejiwaan akan menambah pemahaman yang lebih luas lagi
tentang novel tersebut. Pengkajian semacam ini dilakukan untuk lebih memperkokoh
kritik sastra dan menambah wawasan dalam kajian sastra itu sendiri.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
1.4. Manfaat Penelitian
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan model penelitian psikologi sastra terhadap
proses mental.
1. Hasil penelitian ini dapat memberi informasi kepada penikmat dan pembaca
2. Hasil penelitian ini dapat memberi informasi tentang penyakit jiwa yang
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
BAB II
yang berbentuk artikel. Melalui internet, penulis temukan lebih dari duapuluh kajian
yang membahas tentang kekuatan cinta Majnun. Melalui Pustaka Online Media
diibaratkan seperti cinta Majnun terhadap Allah. Dalam ech’s Blog (2004) dibahas
mengenai cinta Majnun terhadap Laila hampir sama kisahnya denga kehidupan yang
perbandingan naskah LM yang diterbitkan oleh Balai Pustaka, Ilman Books, dan
Navila.
penelitian ini. Margaretha Evi Yuliana (UNS, 2004) meneliti untuk skipsinya yang
Sebuah Pendekatan Psikologi Sastra”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
konflik yang dialami tokoh utama dalam novel ini memengaruhi sikap dan tingkah
masyarakat.
Penelitian lain dilakukan oleh Astin Nugraheni (UMS, 2006) dengan judul
skripsinya “Konflik Batin Tokoh Zaza dalam Novel Azelea Jingga Karya Naning
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Pranoto: Tinjauan Psikologi Sastra”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konflik
yang dialami tokoh utama harus dihadapkan pada dua pilihan yang berat antara
kesetian terhadap suami dan kenyataan pahit yang harus dihadapi karena suaminya
selingkuh.
21 Nopember 2008) dengan judul “Analisis Frustrasi Tokoh Utama Novel Nayla
Karya Djenar Maesa Ayu (Sebuah Kajian Psikologis)”. Kajian ini didasarkan pada
hasil kajian Siswantoro (2005: 62) dengan judul: A study on Frustrasion on Relfelcted
penyebab frustrasi Nayla, wujud frustasi Nayla, dan self adjasment (penyesuaian diri)
Nayla.
Dari kajian di atas, penulis mencoba melakukan hal yang sama tentang
perilaku Laila dan Majnun dalam LM. Penulis juga akan menganalisis sebab-sebab
sudah banyak dilakukan. Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh Rohani Ganie
(USU, 2008) dengan judul tesisnya “Analisis Genre Narasi Hikayat Perang Sabil:
Pendekatan Linguistik Sistemik”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa proses
yang mendominasi dalam hikayat itu adalah proses material. Hal ini disebabkan
banyaknya verba aksi dan tindakan yang digunakan dalam hikayat tersebut.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Penelitian lain dilakukan oleh Hesti Fibriasari (USU, 2008) dengan judul tesis
Femina dan Kartini”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada empat makna
eksperensial yang digunakan pada pengantar majalah tersebut, yaitu: proses material,
proses mental, proses relasional, dan proses verbal. Namun, kajian fungsi pengalaman
Dari uraian tentang hasil penelitian terdahulu, maka dapat dilihat bahwa
orisinilitas penelitian dengan judul “Perilaku Manusia dan Proses Mental dalam novel
2.2. Konsep
2.2.1. Perilaku
Karya sastra masih ada hubungannya dengan psikologi. Woodwortth dan Marquis
tersebut dalam pengertian yang luas, yaitu perilaku yang menampak (overt
behaviour) dan atau perilaku yang tidak menampak (inert behaviour), demikian pula
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
lingkungan’. Ini menunjukkan bahwa perilaku yang ada pada individu tidak timbul
dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh individu
demikian, sebagian terbesar dari perilaku individu itu sebagai respon terhadap
stimulus eksternal.
stimulus, akan sangat ditentukan oleh keadaan stimulusnya dan individu atau
stimulus, namun dalam diri individu ada kemampuan untuk menentukan perilaku
yang diambilnya. Ini berarti individu dalam keadaan aktif. Hubungan stimulus dan
respon tidak secara otomatis, tetapi individu mengambil peranan dalam menentukan
dan perilaku sebagai respon diformulasikan dengan formulasi: S-R-O. Ini berarti
dalam memberikan respon organisme itu ikut aktif ambil bagian. Formulasi tersebut
dapat disajikan dalam bentuk lain yaitu dengan formulasi: R = f(S,O), dengan
respons itu bergantung atau merupakan fungsi dari stimulus dan organisme yang
bersangkutan. Selanjutnya, apa yang ada dalam diri individu itu berperan
memberikan respons adalah apa yang telah dipelajari oleh organisme yang
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
disempurnakan atau diubah menjadi R = f(S,A), dengan catatan A = anteseden
2003: 16) memberikan formulasi mengenai perilaku itu dengan bentuk B = f(E,O),
bersangkutan.
Pada dasarnya formulasi yang dibuat oleh Lewin, tidak berbeda dengan
formulasi Woordworth dan Schlosberg, yaitu bahwa perilaku itu bergantung pada
hubungan antara E dan O tidak tampak dengan jelas, yaitu bagaimana bentuk
hubungannya.
interaksi antara stimulus dan organisme. Pengaruh perilaku belum nampak dalam
mengenai perilaku, dan sekaligus dapat memberikan informasi tentang peran perilaku
itu terhadap lingkungan dan terhadap individu atau organisme yang bersangkutan.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
B
E P
Perilaku, lingkungan, dan individu, itu sendiri saling berinteraksi satu dengan
yang lain. Ini berarti bahwa perilaku individu dapat mempengaruhi individu itu
sendiri. Di samping itu perilaku juga berpengaruh pada lingkungan, demikian pula,
lingkungan dan faktor dari diri individu itu sendiri. Melalui novel LM, penulis akan
melihat perilaku Majnun yang gila disebabkan oleh faktor lingkungan, yaitu orang tua
Laila yang menolak menyatukan mereka dalam ikatan perkawinan, dan faktor internal
yang datangnya dari diri Majnun sendiri yang tidak mau berhenti mencintai Laila.
fenomena yang dialami Majnun, muncul kekuatan mental dan pemahaman baru
tentang cara memaknai kehidupan. Perubahan sikap dan perilaku pun terjadi terhadap
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
diri Majnun karena terus dirundung berbagai konflik. Ia akhirnya menyendiri di hutan
sebagai reaksi menghindar dari situasi yang menyebabkan frustrasi. Jadi, novel LM
ini sangat menarik bila dikaji dengan pendekatan psikologis, khususnya dalam
2.2.1.1. Frustrasi
Katz B. dan Lehner G.F.J. (Sundari, 2005: 46) mengatakan bahwa frustasi
manusia banyak sekali jumlahnya. Wajarlah semua itu tidak dapat dipenuhi secara
bersama-sama, bahkan ada pula kebutuhan itu tidak dapat dipenuhi secara wajar.
Frustrasi bisa juga diartikan sebagai suatu proses di mana tingkah laku
terhalang. Oleh karena kebutuhan, manusia bertindak atau berbuat atau bertingkah
laku untuk mencapai tujuan yakni melayani kebutuhan yang sesuai dengan dorongan.
Frustrasi juga merupakan suatu keadaan perasaan disertai proses rintangan (Sundari,
2005: 46).
seseorang bertingkah laku atau berbuat dalam bentuk apa pun untuk mencapai tujuan
sering mendapat halangan atau kekecewaan. Maka dapat dikatakan bahwa dalam
sesuatu keadaan atau situasi membuat dua orang sama-sama frustrasi, sebenarnya
mereka mempunyai dasar pengalaman yang berbeda sehingga tingkah laku mereka
selanjutnya akan berbeda. Hal ini dapat dilihat dari novel LM dan novel Romeo dan
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Juliet. Tokoh utama dalam kedua novel tersebut sama-sama mengalami frustrasi
akibat cinta yang terlarang, namun mereka mengalami latar budaya yang berbeda,
sehingga tingkah laku mereka dalam menghadapi frustrasi itu juga berbeda.
Jarak dan dalamnya suatu keputusasaan, kemarahan ataupun kasih sayang kadang-
Menurut Sarwono (2000: 59), frustrasi adalah suatu keadaan dalam diri
individu yang disebabkan oleh tidak tercapainya kepuasan atau suatu tujuan akibat
adanya halangan atau rintangan dalam usaha mencapai kepuasan atau tujuan tersebut.
Takdir setiap diri manusia adalah bahwa dia harus menyesuaikan diri dengan
harapan orang lain. Sudah menjadi nasib manusia, bahwa dirinya harus selalu
menyesuaikan diri dengan keinginan orang lain. Penyesuaian diri itu dimulai sejak
Wujud penyesuaian diri itu adalah dengan cara ia menerima perlakuan anggota
Di sisi lain, manusia juga dilengkapi oleh usaha peningkatan diri, karena tidak
hanya cukup merasa puas dengan menerima sesuatu yang ada pada diri dalam kondisi
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
statis. Di dalam masyarakat modern seseorang harus berjuang untuk sukses. Oleh
karena itu, seseorang yang telah mampu menyesuaikan diri adalah orang yang tidak
hanya mampu memenuhi aturan standar kelompok masyarakat tertentu, tetapi juga
berupaya secara kompetitif dengan yang lain untuk sebuah tempat terhormat
penyesuaian diri dapat dilakukan dengan cara lain yakni reaksi diri (self defence)
enhancement).
sempurna direalisasikan dalam klausa yang terdiri atas tiga unsur, yaitu proses
kepada kegiatan atau aktivitas yang terjadi dalam klausa yang menurut tata bahasa
tradisional dan formal disebut kata kerja atau verba. Partisipan dibatasi sebagai orang
atau benda yang terlibat dalam proses tersebut. Sirkumstan adalah lingkungan tempat
proses yang melibatkan partisipan terjadi. Inti dari satu pengalaman adalah proses.
menunjukkan kegiatan atau aktivitas yang menyangkut indra, kognisi, emosi, dan
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
persepsi yang terjadi di dalam diri manusia, seperti melihat, mengetahui, menyenangi,
membenci, menyadari, mendengar, dan lainnya. Proses mental terjadi di dalam diri
2006: 31). Secara semantik, proses mental menyangkut pelaku manusia saja atau
maujud lain yang berperilaku manusia, seperti tingkah laku hewan dalam cerita fabel.
manusia atau mirip manusia yang terlibat dalam proses melihat, merasa, atau berfikir,
dan juga dapat melibatkan lebih dari satu partisipan. Dalam hal ini, proses mental
mempunyai dua partisipan, yang pertama manusia atau seperti manusia, yang
dinamakan sebagai “pengindra”. Partisipan kedua dapat berupa benda ataupun fakta
(1) persepsi, (2) afeksi, dan (3) kognisi (Sinar, 2008: 33). Proses mental persepsi
ditandai dengan aktivitas mata, seperti melihat, Proses mental afeksi ditandai dengan
aktivitas hati, seperti mencintai, sedangkan proses mental kognisi ditandai dengan
2.2.3. Novel
dan intelektual berorientasi ke Inggris dan Amerika. Inggris dan Amerika mengenal
istilah novel sebagai salah satu karya fiksi. Sebelum jaman kemerdekaan bangsa
Indonesia memakai istilah roman. Sedangkan dalam kesusastraan Melayu klasik lebih
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Istilah roman digunakan pada waktu itu karena sastrawan Indonesia pada
dengan sebutan roman. Istilah ini juga dipakai di Perancis dan Rusia, serta sebagian
Sumardjo dan Saini (1991: 29) menegaskan bahwa istilah novel sama dengan
istilah roman. Kata novel berasal dari Italia yang kemudian berkembang di Inggris
dan Amerika Serikat. Sedangkan istilah roman berasal dari genre romance dari abad
Berdasarkan asal usul istilah di atas memang ada sedikit perbedaan antara
roman dan novel yakni bahwa novel lebih pendek ceritanya dibandingkan dengan
roman. Novel mengungkapkan suatu konsentrasi kehidupan pada suatu saat dan
peristiwa dari masa kanak-kanak sampai dewasa dan meninggal dunia. Namun,
tidaklah perlu dibedakan antara novel dan roman. Saat sekarang ini, dalam pengertian
Sebuah karya sastra seperti novel tidak akan sama betul dan mungkin tidak
akan pernah sama dengan kehidupan. Jika sebuah novel sama dengan kehidupan
tanpa olahan pengarangnya mungkin karya tersebut tidak akan dibaca orang, karena
kering tanpa bumbu. Sama halnya dengan membaca buku ilmiah. Jadi, sebuah karya
sastra atau novel tidak boleh terlalu asing dengan kehidupan manusia. Novel harus
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
memuat tentang kehidupan manusia yang diolah dengan fakta imajinasi
pengarangnya.
di dalamnya terjadi peristiwa dan perilaku yang dialami dan diperbuat manusia
tertentu yang dialami oleh tokoh utama ketika merespon atau bereaksi terhadap diri
dan lingkungan. Fenomena yang hadir di dalam novel baru memiliki arti, kalau
pembaca mampu memberikan interpretasi dan ini berarti ia memiliki bekal teori
Dengan demikian, novel sebagai sebuah karya sastra dapat merekam gejala
kejiwaan yang terungkap lewat perilaku tokoh. Perilaku ini menjadi data atau fakta
empiris yang harus dimunculkan oleh peneliti atau pembaca. Peneliti harus memiliki
teori-teori psikologi yang memadai di dalam usaha memaknai perilaku tokoh. Tanpa
pengetahuan psikologi yang memadai, kegiatan analisis hanya akan berhenti sebatas
kerangka atau bingkai general semata, yakni analisis psikologi tanpa mampu
menjelaskan secara tajam gejala psikologi seperti apa yang diidap tokoh.
Orang dapat mengamati tingkah laku tokoh-tokoh dalam sebuah roman atau
tingkah laku tokoh-tokoh tersebut sesuai dengan apa yang diketahuinya tentang jiwa
manusia, maka dia telah berhasil menggunakan teori-teori psikologi modern untuk
menjelaskan dan menafsirkan karya sastra. Bila tokoh Hamlet menunjukkan tingkah
laku yang kemudian oleh Freud dinyatakan sebagai ciri-ciri jenis kepribadian tertentu
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
yang bertingkah laku tertentu di dalam lingkungan tertentu, tidaklah berarti bahwa
Shakespeare mempunyai pengamatan yang tajam dan mendalam tentang hakikat atau
Psikosastra atau psikologi sastra adalah kajian sastra yang dikaitkan dengan
berhubungan dengan dunia fiksi, drama, puisi, dan esai yang dapat diklasifikasikan ke
dalam seni. Sedangkan psikologi merujuk kepada studi ilmiah tentang ilmu jiwa yang
menekankan perhatian pada manusia, terutama pada perilaku manusia dan proses
mental (Siswantoro, 2005: 29). Hal ini dapat dipahami karena perilaku merupakan
fenomena yang dapat diamati dan tidak abstrak. Sedangkan jiwa merupakan sisi
dalam manusia yang tidak teramati tetapi bisa dicermati melalui pancaindra.
Meski berbeda, sastra dan psikologi, keduanya memiliki titik temu atau
kesamaan. Keduanya berangkat dari manusia dan kehidupan sebagai sumber kajian.
Dalam karya sastra dapat dilihat rekaman kejiwaan yang terungkap lewat perilaku
tokoh. Perilaku ini menjadi data atau fakta empiris yang harus dimunculkan oleh
pembaca atau peneliti sastra. Perilaku manusia sangat beragam, tetapi memiliki pola
atau keterulangan jika diamati secara cermat. Pola atau keterulangan inilah yang
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
tertentu. Misalnya perilaku yang berhubungan dengan fenomena frustrasi atau
seperti apa yang diucapkan dan diperbuat penanggung frustrasi. Ucapan dan
perbuatan tadi menjadi bahan observasi dan seterusnya diidentifikasi sebagai kategori
represi, agresi, proyeksi, atau kategori lain. Demikian pula perilaku seseorang yang
menanggung gejala jiwa tak normal dapat dipilah-pilah ke dalam kategori histeria,
Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sabagai aktivitas
kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karsa dalam berkarya.
Begitu pula pembaca, dalam menanggapi karya tak akan lepas dari kejiwaan masing-
masing. Pengarang akan menangkap gejala jiwa kemudian diolah ke dalam teks dan
pengarang, akan terproyeksi secara imajiner ke dalam teks sastra (Endraswara, 2003:
96).
Pada dasarnya, psikologi sastra akan ditopang oleh tiga pendekatan sekaligus,
yaitu:
1. Pendekatan tekstual, yang mengkaji aspek psikologi tokoh dalam karya sastra,
sebagai penikmat karya sastra yang terbentuk dari pengaruh karya yang
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
3. Pendekatan ekspresif, yang mengkaji aspek psikologis sang penulis ketika
melakukan proses kreatif yang terproyeksi lewat baik penulis sebagai pribadi
sastra adalah pendekatan yang menumpukan analisis pada aspek kejiwaan, yaitu
aspek kejiwaan tokoh yang terdapat dalam karya sastra, aspek kejiwaan pengarang,
Hal ini sejalan juga dengan pendapat Wellek dan Austin (1989: 90) ada tiga
cara yang dapat dilakukan untuk memahami hubungan antara psikologi dengan sastra,
kejiwaan pembaca.
dengan kajian sastra lainnya. kajian ini baru diminati banyak orang sekitar tahun
1980-an. Harus diakui, khususya di Indonesia, analisis psikologi sastra lebih lambat
dengan tradisi intelektual, teori-teori psikologi sangat terbatas, sehingga para sarjana
masalah pertama dan kedua, relevansi analisis psikologis pada gilirannya kurang
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
menarik minat, khususnya di kalangan mahasiswa, yang dapat dibuktikan dengan
sedikitnya skripsi dan karya tulis yang lain yang memanfaatkan pendekatan psikologi
terkandung dalam suatu karya. Meskipun demikian, bukan berarti bahwa analisis
terjadi dalam masyarakat, khususnya dalam kaitannya dengan psike (Ratna, 2004:
342-343).
adalah mini dunia. Oleh sebab itu, mempelajari manusia dalam sastra sama halnya
mengitari dunia. Wajah dunia baik mikrokosmos maupun makrokosmos, selalu ada
dalam sastra. Maka, para peneliti psikologis akan tertarik pada wajah dunia ini.
Wajah dunia ini memang bisa dilihat dengan berbagai kacamata keilmuan sastra,
namun secara psikologis dipandang lebih menukik pada esensi manusia itu sendiri
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Psikologi behaviouristik adalah psikologi yang menitikberatkan pandangan
pada perilaku manusia. Gagasan tokoh psikolog Skinner sampai saat ini masih
cemerlang. Gagasan dia berfokus pada kondisional manusia. Kejiwaan manusia amat
terbuka sehingga bisa terpengaruh yang lain. Itulah sebabnya tindakan (behaviour)
adalah hasil bentukan dari lingkungan tempat ia berada. Perilaku manusia disikapi
sebagai respon yang akan muncul jika ada stimulus tertentu yang berupa lingkungan.
stimulus tertentu akan memunculkan perilaku yang tertentu pula pada manusia.
Disadari atau tidak, dunia penelitian psikologi sastra awal adalah teori Freud.
Meskipun tidak harus dinyatakan dia sebagai pencetus teori, namun perkembangan
tiga, yaitu id, ego, dan super ego. Isi id adalah dorongan-dorongan primitif yang
Freud adalah seorang ahli penyakit jiwa, karena itu pandangannya tentang
tingkah laku manusia condong pada masalah atau penyakit yang dihadapi individu.
dikuasai oleh nafsu atau libido. Id berisi insting-insting dasar alami yang dibawa oleh
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
tingkah laku yang dinampakkan untuk memenuhi dorongan id, dikontrol oleh super
ego (hati nurani). Super ego itu berisi norma-norma, etika yang diperoleh individu
Menurut Freud, perilaku individu merupakan dorongan dari energi psikis yang
disebut eros (nafsu untuk hidup dan mempertahankan kehidupan) yang bersumber
dari libido-seksual. Energi psikis lain adalah thanotos (nafsu untuk mati). Dorongan
pernyataan hasrat-hasrat yang sangat meluap akibat rintangan dari sekitarnya (Faisal
Selanjutnya, Freud (Faisal dan Andi, TT: 206) merumuskan perilaku sebagai
respon atau jawaban terhadap suatu stimuls atau rangsangan. Respon tersebut sifatnya
disebut fenomenologi. Fenomenologi adalah kajian yang teliti dan lengkap terhadap
fenomena, dan pada dasarnya merupakan temuan filosof Edmund Husserl. Fenomena
adalah semua muatan kesadaran, hal, kualitas, hubungan, kejadian, pikiran, citra,
itu bisa berbicara, sehingga mampu menampakkan diri dan menggambarkan gaya
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Kaum eksistensialis kadang juga dipenuhi dengan kematian. Saat menghadapi
kematianlah kehidupan ini baru bisa dipahami. Sepertinya, manusia adalah makhluk
yang sadar akan kematiannya sendiri. Menolak kematian berarti menolak kehidupan.
Sebagian besar manusia, menjalani hidup ini dengan melibatkan sebuah penolakan
atas kemanusiaan, dasein, dengan kecemasan, rasa bersalah, dan kematian. Jika orang
sudah tidak lagi hidup secara autentik berarti dia tidak lagi “menjadi” tetapi hanya
“mengada”. Karena itulah bila hidup adalah sebuah gerakan, maka hidup telah
Ada banyak cara untuk menjadi hidup ini tidak autentik. Ini bisa dilihat dari
putusan moral yang akan dibuat. Hidup secara autentik berarti sadar akan kebebasan
dan tugas dalam menciptakan diri sendiri, juga sadar akan adanya kecemasan, rasa
bersalah, dan kematian. Jadi dituntut untuk bisa menerima segalanya dalam sebuah
perilaku penegasan diri. Teori ini dipergunakan untuk memecahkan masalah pertama.
Teori LSF ini dikembangkan oleh ahli bahasa Prof. M.A.K. Halliday, guru
besar dari Universitas Sydney, Australia. Guru beliau langsung ketika belajar
di Universitas London adalah seorang ahli bahasa J.R. Firth. Teori yang dikemukakan
oleh Firth ini adalah kombinasi dari beberapa teori linguistik Saussure (Swiss),
Hjemslev (Copenhegen), Malinowski (Inggris) dan aliran Praha yang kemudian dapat
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
melahirkan suatu teori yang distingtif. Halliday melanjutkan teori Firth dan sedikit
dipengaruhi Boas, Hymes, dan Bloomfield dari Amerika (Sinar, 2008: 14).
Menurut teori LSF, bahasa adalah fenomena sosial, yaitu bahasa cenderung
merupakan sistem jaringan yang terdiri atas pilihan-pilihan arti. Beberapa pokok
pikiran penting teori LSF dibagi menjadi lima penegasan utama, yaitu (1) bahasa
adalah sistem, (2) bahasa adalah fungsional, (3) bahasa adalah membuat makna-
makna, (4) bahasa adalah sistem semiotik sosial, (5) penggunaan bahasa adalah
Dalam perspektif LSF, bahasa adalah sistem arti dan sistem lain (yakni sistem
bentuk dan ekspresi) untuk merealisasikan arti tersebut. Teori ini memiliki dua
konsep dasar yaitu (1) bahasa merupakan fenomena sosial yang terwujud sebagai
semiotik sosial, (2) bahasa merupakan teks yang konstrual (saling menentukan dan
bahasa terjadi dari dua unsur yaitu arti dan ekspresi. Namun, berbeda dengan
semiotik biasa, semiotik sosial bahasa memiliki unsur lain yaitu bentuk. Dengan
demikian bahasa dalam interaksi sosial terdiri atas tiga unsur yaitu: arti, bentuk, dan
ekspresi. Hubungan ketiganya dapat dikatakan sebagai arti (semantic atau discourse
oleh ekspresi (phonology graphology). Dengan kata lain, dalam pandangan LSF
bahasa terdiri dari tiga strata, yakni semantik, tata bahasa, dan fonologi (dalam bahasa
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
lisan) dan grafologi (dalam bahasa tulisan). Sifat hubungan arti dan bentuk adalah
alamiah (natural) dengan pengertian hubungan itu dapat dirujuk kepada konteks
Semiotik pemakaian bahasa terdiri atas dua jenis, yaitu semiotik denotatif dan
semiotik konotatif. Sistem semiotik denotatif memiliki arti dan ekspresi. Dalam
pemakaian bahasa semiotik denotatif terbentuk dalam hubungan antar strata (level)
aspek bahasa yang terdiri atas arti (semantics), tata bahasa (lexicogrammar) dan
Sistem semiotik konotatif hanya memiliki arti dan tidak memiliki bentuk.
dengan konteks sosial yang terdiri atas ideologi, konteks budaya (context of culture)
Ideologi
Budaya
Situasi
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Konsep kedua menetapkan bahwa LSF berfokus pada kajian teks atau wacana
dalam konteks sosial. Teks dibagi sebagai unit bahasa yang fungsional dalam konteks
sosial. Bahasa yang fungsional memberi arti kepada pemakai bahasa. Dengan
demikian, teks adalah unit arti atau unit semantik bukan unit tata bahasa
(grammatical unit), seperti kata, frase, klausa, paragraf, dan naskah. Sebagai unit arti
teks direalisasikan oleh berbagai unit tata bahasa (Saragih, 2006: 3-4).
oleh penutur bahasa. Metafungsi bahasa itu mencakup tiga fungsi bahasa dalam
pengalaman manusia (textual meaning). Ketiga fungsi bahasa itu dikemukakan oleh
Halliday (Sinar, 2008: 20). Dalam setiap interaksi antarpemakai bahasa, penutur
mengorganisasikan pengalaman.
direalisasikan ke dalam pengalaman linguistik yang terdiri atas tiga unsur, yaitu
pemakai bahasa karena hanya pengalaman linguistik ini yang dapat dipertukarkan
(Saragih, 2006: 7). Teori ini dipergunakan untuk menganalisis masalah kedua.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
BAB III
METODE PENELITIAN
sifat-sifat suatu hal (individu atau kelompok), fenomena, dan tidak terbatas pada
(lived world) seperti yang diserap secara indrawi. Untuk sampai pada tataran tersebut
harus ada keterlibatan antara subjek dengan objek, yaitu emphatic. Hal ini bisa terjadi
sebab tidak ada selubung antara subjek dan objek. Subjek yang berkesadaran
memainkan peran sentral di dalam menangkap objek selaku fenomena. Sedang objek
yang tampak kepada subjek adalah realita itu sendiri. Hubungan antara subjek dan
murni. Ini sejalan dengan aliran filsafat modern yang dibangun oleh Edmund Husserl
adalah kesadaran akan sesuatu. Ini berarti kesadaran tidak pasif, tidak sekadar sebagai
lembar kertas yang berisi registrasi atau daftar catatan objek-objek. Kesadaran
bersifat aktif yang di dalamnya terjadi proses berfikir. Jadi ketika berpikir, di dalam
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
kesadaran, pikiran sebetulnya tertuju pada objek tertentu. Oleh sebab itu, intensional
artinya dengan menyatakan “realitas menampakkan diri”. Dua ucapan ini seakan dua
sisi mata uang logam yang sama. Intensionalitas dan fenomena adalah korelatif
antara kesadaran yang intensional dan fenomena sebagai realita yang tampak
mempertegas pengertian tentang hubungan yang tidak terpisahkan antara subjek yang
berpikir dengan objek yang dimaksud atau dituju. Selain itu, korelasi berlaku bagi
kesadaran dan realita karya sastra seperti novel, puisi, atau drama. Menangkap realita
kepada fenomena itu sehingga akan tertengkap realita yang esensial yang tidak
di alam pikiran pembaca sebagai produk tindak membaca. Namun interpretasi tidak
mengejawantah secara mandiri, lepas dari faktor lain, katakanlah faktor gejala atau
fenomena yang muncul di alam kesadaran pembaca. Memang tidak dapat diingkari
bahwa tindak membaca begitu sentral di dalam kegiatan sastra yang merupakan
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Dalam metode fenomenologi, pembaca selaku subjek menjadi sentral sebab
penampakan realita atau fenomena yang pada ujungnya bermuara kepada pemberian
makna, interpretasi dan penilaian atas sebuah karya sastra merupakan hasil olah
tindak berfikir lewat proses membaca. Pembaca tidak hadir dengan kepala kosong
pada saat menggeluti teks. Alam kesadarannya diendapi dengan beragam teori yang
terkait dengan dunia sastra dan akan naik ke permukaan pada waktunya ketika terpicu
oleh rangsang di luar. Endapan teori di kesadaran ini dikenal dengan label
pengetahuan latar yang pada saat dibutuhkan memberi kontribusi di dalam pewarnaan
sebuah karya atau teks dengan membawa kemampuan akal untuk masuk ke dalamnya
kepada situasi ini, sebagai kesimpulannya, pembaca akan menerima teks sebagai
sebuah ciptaan tentang kebenaran mutlak dalam suatu kesadaran (Sikana, 2009: 345).
fenomena yang kehadirannya di dalam sebuah teks tidak sebatas oleh penampakan
fenomena yang muncul dari sekian ragam potensi fenomena dalam perspektif
Untuk sampai ke titik fenomena yang pasti dan tidak berubah dalam novel
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
selaku subjek adalah pelaku yang berkesadaran dan yang menentukan penampakan
fenomena pada teks yang menjadi objek pengamatan. Dalam novel LM, fokus utama
objek pengamatan untk bisa diperoleh pemahaman, pikiran, perasaan, ataupun motif
yang ada dalam novel LM. Pada tahap ini peneliti bersikap netral, peneliti
menundukkan diri di depan objek yang diamati sambil melakukan tindak berfikir
atas objek yang diamati di dalam upaya memperoleh kepastian fenomena. Hubungan
timbal balik antara subjek dan objek yang tidak terpisahkan itu dipertajam lagi
dengan tindak reduksi. Pada tahapan ini, tindak berpikir penaliti tidak lagi bergerak
leluasa di dalam ruang kesadaran, namun mulai tertuju kepada gejala fenomena
tertentu.
psikologis. Ini berarti fenomena lain yang tidak relevan dan inheren dipinggirkan
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
keluar dari bingkai sehingga menjauh dari kesadaran. Yang tinggal adalah fenomena
Ketiga, penangkapan realita psikologis pada tahap ini belum cukup, sebab
masih terlalu umum. Lewat proses konstitusi, yakni penampakan fenomena di dalam
kesadaran, terjadi proses koherensi, yakni titik temu antara pengetahuan latar yang
terendap di kesadaran dengan realita di dalam objek yang dicermati. Dengan kata
muncul di dalam teks dengan timbunan teori di alam kesadaran. Jadi, pada tahap ini,
peneliti telah mampu menangkap fenomena yang alamiah, objektif, dan tidak
membias.
Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data
Cetakan : Ketiga
Ukuran buku : 21 X 14 cm
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Warna Kulit : Merah Jambu
internet, dokumen, dan catatan lain. Juga dari diskusi-diskusi, seminar-seminar dan
jurnal ilmiah.
kajian pustaka. Teknik ini digunakan karena sumber data yang bersifat tertulis lebih
melakukan penyimakan secara cermat, terarah, dan teliti terhadap data dan
membuat tanda bagian-bagian yang diangkat menjadi data dan dianalisis lebih
lanjut.
pemahaman arti atau makna tentang perilaku dan proses mental terhadap novel LM
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
3.3. Keabsahan Data
1. Keabsahan data diperiksa dengan cara membaca dan menelaah semua sumber
memadai.
4. Keabsahan data diperiksa dengan cara mengecek kepada teman sejawat. Hal
permasalahan penelitian.
Analisis data dilakukan terus menerus dari awal hingga akhir penelitian
1. Dalam analisis data, peneliti bergantung pada data penelitian. Dalam hal ini
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
2. Analisis data tidak dikerjakan per sumber data, tetapi perbutir masalah yang
telah dirumuskan.
Dalam tahap ini ada empat kegiatan yang dikerjakan oleh peneliti, yaitu:
penelitian.
2. Pengajuan draf proposal kepada dosen pengasuh mata kuliah Kapita Selekta
proposal.
1. Mengumpulkan data dari berbagai sumber data. Kegiatan ini dikerjakan sesuai
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
2. Analisis data penelitian. Kegiatan ini dikerjakan sesuai dengan analisis data.
analisis data untuk memperoleh berbagai masukan. Masukan ini dipakai untuk
memperkaya dan memperlengkap data penelitian pada satu pihak dan pihak
1. Penulisan laporan penelitian secara utuh. Penulisan Bab I, II, dan III
dari pembimbing.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
BAB IV
Pengkajian tentang struktur novel dinamakan kajian struktural atau kajian formalistik
meliputi tema, alur atau plot, karakter atau perwatakan, bahasa, dan latar.
4.1.1. Tema
Tema adalah gagasan, ide atau pikiran yang mendasari suatu karya sastra.
Tema sebuah karya sastra bisa tentang kehidupan, alam sekitar, dan segala hal yang
terjadi dan dialami. Pengarang selalu peka pada perubahan yang berlaku di sekitarnya
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Berbicara tentang tema, jelas terlihat perbedaan antara tema tradisional
dengan tema karya sastra modern. Dalam cerita-cerita klasik, yaitu cerita-cerita
kesusahan orang ingat akan Tuhan, c. orang sabar pasti selamat, dan lain-lain. Para
tidak setuju dengan dasar-dasar tradisional itu, sebab sekarang dapat disaksikan
dengan kepala sendiri bahwa banyak sekali kejahatan yang mengalahkan kebaikan,
para koruptor kaya-raya dan serba mewah, sedangkan orang jujur terkapar dan
Jika dilihat, novel LM ini tergolong ke dalam cerita tradisional, oleh sebab itu,
temanya pun bersifat tradisional juga. Adapun yang menjadi tema dalm novel LM ini
adalah cinta yang terhalang atau kasih tak sampai. Berkaitan dengan tema ini, cinta
memang tak habis-habisnya untuk dibicarakan, mulai dari manusia diciptakan hingga
sampai detik ini. Lagi pula, cinta adalah tema karya sastra yang bersifat universal
4.1.2. Alur
S. Tasrif (Lubis, 1981: 17) menjelaskan alur dalam setiap cerita dapat dibagi
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
5. Denoument (pengarang memberikan pemecahan soal dari semua peristiwa).
1. Situation
Pada tahap ini pengarang mulai melukiskan keadaan keluarga Qays. Syed
Omri adalah ayah Qays yang sangat menantikan kelahiran Qays. Di usia senjanya
barulah dia mendapatkan Qays. Tentu saja kelahiran Qays banyak membawa
perubahan dalam hidupnya. Ia sangat gembira dan menjadi seorang yang lebih
dermawan. Pada bagian ini juga dikisahkan tentang pertemuan Qays dengan Layla
di sekolahnya, gadis yang membuatnya tergila-gila. Ini dapat dilihat pada petikan
novel berikut:
2. Generating circumtanses
bergerak. Ketika Qays dan Layla asyik memadu cinta, tanpa disadari, mereka telah
menjadi pembicaraan banyak orang. Akhirnya, kabar itu sampai kepada ayah Layla.
Mendengar anak gadisnya menjadi buah bibir orang banyak, akhirnya untuk
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Ayah Layla pindah ke lembah Nejd. Layla yang sudah jauh dari Qays merasa
tersiksa. Hasrat hatinya ingin bertemu dengan Qays. Rasa cintanya kepada Qays
semakin mendalam. Sejak perpisahan itu jiwa Qays juga terguncang. Dia merasa
bersalah karena dirinya Layla dipingit. Jiwanya sangat merindukan Layla, akhirnya ia
melihatnya ada yang sedih dan ada pula yang menganggapnya gila. Hal ini dapat
3. Ricing action
Ricing action adalah keadaan mulai memuncak. Qays semakin hari semakin
menderita. Ia tidak betah lagi tinggal di rumahnya. Setiap hari kerjanya mengembara
mencari Layla. Ayahnya sangat kasihan melihat penderitaan Majnun. Segala tabib
dan orang pandai di datangkan untuk mengobati Majnun. Namun, penyakit majnun
tidak sembuh juga. Penyakit karena cinta memang tidak ada obatnya kecuali mereka
dipertemukan.
Salah satu cara yang dipercaya Syed Omri untuk mengobati anaknya adalah
dengan berdoa di Ka’bah. Ia membawa Majnun ke Mekah dan mereka berdoa di sana.
Majnun bukannya berdoa ingin melupakan Layla, namun ia meminta agar cintanya
kepada Layla makin ditambahkan. Syed Omri tidak bisa berbuat apa-apa.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Syed Omri berusaha untuk meminangkan Layla untuk Majnun. Namun,
dengan kasar ditolak oleh ayah Layla. Ia tidak ingin menikahkan anaknya dengan
orang gila. Naufal juga berusaha untuk menyatukan Majnun dengan Layla. Untuk itu,
itu, namun ayah Layla tidak mau memberikan Layla untuk Majnun, si gila.
Menikahkan Layla dengan Majnun sama dengan menikah dengan kehinaan dan aib.
Mendengar pengakuan orang tua malang itu Naufal menjadi terharu. Ia tidak sanggup
4. Climax
semakin memuncak ketika ia mengetahui kabar pernikahan Layla dengan Ibnu Salam.
Dia menuduh Layla tidak setia. Padahal, walaupun Layla sudah menikah dengan Ibnu
Salam, namun ia tidak mau disentuh oleh Ibnu Salam. Dia mengatakan bahwa
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
pernikahan ini adalah keinginan ayahnya bukan keinginannya. Jadi, tubuh dan
cintanya hanya untuk Majnun seorang. Hal ini didukung oleh kutipan berikut:
5. Denoument
peristiwa. Pemecahan masalah ini berakhir dengan kematian, yaitu kematian Ibnu
Ibnu Salam yang membawa perubahan pada diri Layla. Sekarang Layla bebas
menentukan nasibnya. Dalam tradisi Arab, seorang janda yang ditinggal mati oleh
suaminya, mempunyai hak penuh untuk menentukan jalan hidupnya dan pilihan
Namun, Majnun tidak sanggup melihat pesona wajah Layla. Pesona yang
memabukkan itu membuat hati Majnun bergejolak dan ia lari ke dalam hutan dan
tidak pernah kembali lagi. Melihat kejadian itu, Layla menjadi terpukul. Ia merasa
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Kabar kematian Layla sampai ke telinga Majnun. Majnun berlari dan
bersimpuh di pusara Layla. Setiap hari ia menangis dan meratap di atas pusara itu.
Tidak ada lagi yang dapat dipertahankannya di dunia ini setelah kematian Layla.
meninggalkan dunia fana ini. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
4.1.3. Karakter
Karakter merupakan hal yang paling penting dalam karya sastra karena tanpa
karakter, ia bukan suatu rangkaian cerita tetapi termasuk ke dalam bentuk paparan.
Karakter juga ikut membedakan antara karya sastra yang berbentuk cerita dengan
puisi. Dengan adanya karakter para tokoh, cerita menjadi lebih hidup dan menarik.
Tokoh utama atau sentral dari sebuah cerita, biasanya ada yang disebut
dengan tokoh antagonis dan protagonis. Antagonis mewakili tokoh jahat, sedangkan
protagonis mewakili tokoh yang baik. Di dalam fungsinya sebagai sumber nilai,
cerita rakyat selalu memenangkan tokoh protagonis yang menjadi tokoh teladan.
Ada beberapa jalan yang dapat menuntun sampai kepada sebuah karakter,
yaitu:
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
1. Melalui yang diperbuatnya, tindakan-tindakannya terutama sekali bagaimana
dengan jelas pada sikapnya dalam situasi gawat, karena ia tidak bisa berpura-
dapat mengenali apakah ia orang tua, orang yang berpendidikan tinggi atau
rendah, suku, jenis kelamin, orang berbudi halus atau kasar, dan sebagainya.
lebar watak tokoh secara langsung (Sumardjo dan Saini, 1991: 65-66).
Dari uraian di atas kita dapat melihat watak atau karakter dari tokoh-tokoh
yang terdapat dalam novel LM. Banyak tokoh yang berperan dalam cerita ini, tetapi
penulis tidak menganalisis semua karakter tokoh. Dalam hal ini, penulis membatasi
hanya pada karakter tokoh utamanya yang paling banyak memegang peranannya
dalam cerita ini, yaitu Syed Omri, Qays atau Majnun, Layla, Ayah Layla, dan Ibnu
Salam.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
1. Syed Omri
Syed Omri adalah ayah Qays. Syed Omri adalah seorang lelaki tua yang
menjadi pemimpin kabilah bani Amir. Ia adalah seorang yang berwibawa. Namanya
sangat tersohor sampai ke negeri lain. Ia seorang yang hartawan dan dermawan. Ia
juga adalah seorang yang gagah berani. ia juga menjadi penegak keadilan bagi orang-
orang yang tertindas. Syed Omri adalah sahabat yang menyenangkan bagi kaum
saudagar, hartawan, dan pangeran. Ia juga pelindung dan tempat berkeluh kesah bagi
fakir miskin dan tempat berseminya harapan musafir kelana yang sesat arah dan
tujuan. Ini kelebihan yang dimilikinya sehingga ia menjadi tokoh protagonis yang
selalu diagung-agungkan orang. Ini dapat dilihat melalui penerangan langsung yang
Syed Omri juga adalah orang yang penuh dengan cinta kasih. Ia sangat
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
2. Qays atau Majnun
Sebelum menjadi gila, namanya adalah Qays. Qays adalah seorang pemuda
tampan dan cerdas, tubuhnya kuat dan suaranya merdu. Qays digambarkan sebagai
seorang pria yang sempurna. Banyak perempuan yang jatuh hati padanya. Namun,
Petikan di atas menunjukkan bahwa cintanya kepada Layla adalah cinta yang
suci. Ia menempatkan cinta untuk cinta bukan cinta untuk nafsu. Karena
jalan hidupnya berubah. Perilakunya berubah menjadi liar. Dia tidak lagi
menghiraukan dirinya, badannya menjadi kurus dan tak terurus, sehingga orang
menyebutnya majnun yang artinya gila. Ini dapat dilihat dari pembicaraan ayah Layla
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Penyebab kegilaan Majnun dapat kita lihat melalui pembicaraannya dengan
Naufal berikut:
“Wahai, waktu terus berlalu, sedang Layla masih jauh dari sisiku.
Kapan waktu akan berpihak pada kami, menyatukan dua hati yang telah lama
berpisah? Wahai Layla, orang tuamu menyalahkan diriku karena aku gila.
Tetapi tahukah mereka bahwa aku menjadi gila karena berpisah denganmu?”..
“Makhluk dunia telah merenggut sesuatu yang telah diberikan Surga
padaku. Saat aku jatuh sakit, mereka menjauhkan Layla dari sisiku. Saat aku
keinginan seperti burung tersiram air, mereka mencampakkanku seperti
melempar anjing. Tidak ada sorang pun yang bersedia menolongku. Aku
merangkak di padang pasir gersang hingga darah membasahi sekujur tubuh,
namun tidak ada yang peduli, bahkan mereka memanggilku orang gila. Aku
tidak peduli apapun anggapan orang, karena hanya satu tujuanku, yaitu
berjumpa dengan Layla”. (hlm. 90-91).
disebabkan perpisahannya dengan Layla. Tradisi menganggap aib, jika ada orang
yang membicarakan tentang anak gadisnya, sehingga Layla harus dipingit. Keluarga
Layla juga menolak pinangan Majnun. Walaupun gila, sebenarnya Majnun adalah
tokoh protagonis. Banyak orang yang menyukai syair-syair Majnun dan banyak orang
3. Layla
Layla adalah seorang gadis yang cantik lembut dan anggun. Rambutnya ikal
mayang, bibir berkilauan bak batu rubi, matanya hitam bercahaya. Ia adalah seorang
gadis yang sempurna dan diimpikan banyak pria. Ia juga seorang yang cerdas dan
pandai bersyair. Layla adalah kekasih Qays dan istri dari Ibnu Salam. Kesempurnaan
Layla membuat Qays menjadi tergila-gila. Ini dapat dilihat dari penggambaran fisik
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Di antara anak-anak dari berbagai kabilah, terlihat seorang gadis
cantik berusia belasan tahun. Waahnya anggun mempesona, lembut sikapnya
dan penampilannya amat bersahaja. Gadis itu bersinar cerah seperti mentari
pagi, tubuhnya laksana pohon cemara, dan bola matanya hitam laksana mata
rusa. Rambutnya hitam, tebal bergelombang.
Gadis yang menjadi buah bibir dan penghias mimpi pemuda itu
bernama Layla. Ya, bukankah Layla berarti malam, seperti warna rambutnya?
Bila seorang pemuda menatap parasnya, pasti jiwa si pemuda akan gelisah
dan wajah lembut itu akan tetap terkenang sampai ajal menjelang (hlm. 8).
Kesempurnaan diri Layla juga dapat kita lihat melalui pembicaraan Majnun
Layla mengusap mata orang buta, maka telapak tangannya yang lembut akan berubah
laksana mukjizat yang membuat si buta dapat melihat kembali. Orang yang melihat
wajahnya akan merasa tenang dan damai. Layla dapat menjadi penawar segala duka.
Sihir dari segala sihir tidak akan mampu menyentuhnya, dan mantra-mantra tidak
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
4. Ayah Layla
Watak yang bertentangan dengan tokoh utama dalam cerita ini menjadi tokoh
antagonis adalah ayah Layla. Wataknya yang keras pada pendiriannya ditambah lagi
dengan rasa sakit hati akibat nama anaknya yang selalu disebut oleh orang gila,
membuat amarah tokoh ini memuncak dan dengan tegas menolak lamaran anaknya
yang diajukan oleh ayah Qays. Hal ini dapat dilihat dari penerangan langsung yang
5. Ibnu Salam
bangsawan. Wajahnya tampan, tubuhnya kekar, manis tutur katanya, baik, sopan,
ramah, tidak sombong, dan memiliki kemauan yang kuat. Ia juga adalah seorang yang
penyabar dan penuh kasih sayang. Ini dapat kita lihat melalui penggambaran fisik
tokoh berikut:
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
karena selalu saja ada orang yang bersedia menemani. Senyum yang selalu
tersungging di bibirnya, semakin menambah pesona pemuda bertubuh kekar
itu (hlm. 80).
4.1.4. Bahasa
Bahasa merupakan media atau alat yang digunakan dalam karya sastra. Tanpa
bahasa karya sastra tidak akan pernah terwujud. Semi (1988: 12) mengatakan bahwa,
“Bahasa yang dimaksud di sini adalah bunyi-bunyi bahasa yang sugestif yang dipakai
sebagai pola yang sistematis untuk mengkomunikasikan segala perasaan dan pikiran”.
Dasar penggunaan bahasa dalam sastra bukan sekedar paham, tetapi yang
lebih penting ialah penggunaan pilihan kata itu mengusik dan meninggalkan kesan
kepada sensitivitas pembaca. Nilai konotasi yang lebih luas dari pengertian denotasi
amat penting. Setiap kata yang dipilih boleh diasosiasikan kepada berbagai
terbatas, dari sepatah kata dapat menjangkau imajinasi pembaca dan meninggalkan
Pada dasarnya, keindahan novel LM tidak terlepas dari gaya bahasa yang
digunakan penyusunnya. Seorang pencinta yang demikian rumit, berliku, dan susah
sebagian besar didominasi oleh perasaan jiwa dan ungkapan syairnya yang membuat
pembaca terharu.
Gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini, benar-benar membuat pembaca
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Syed Omri, kecantikan Layla, ketampanan Majnun, keperkasaan Naufal, semua
menemukan pesan moral dalam novel ini. Novel ini juga menggunakan bahasa yang
bahasa perumpamaan, seperti pemakaian kata ibarat, umpama, laksana, dan seperti
yang dapat dilihat pada kutipan berikut, “…Gadis itu bersinar cerah seperti mentari
pagi, tubuhnya laksana pohon cemara, dan bola matanya hitam laksana mata rusa…
apalagi bila menatap pipinya nan seperti rembulan menyinari gurun Arab, tentu
jantung mereka akan berhanti berdetak. Laksana Zulaikha yang terpesona melihat
4.1.5. Latar
Latar bukan hanya menunjukkan tempat dan waktu tertentu, tetapi juga hal-
hal yang hakiki dari suatu wilayah, pemikiran rakyat, gaya hidup dan lain-lain.
Hudson (Sudjiman, 1992: 44) membedakan latar menjadi dua bagian yaitu latar sosial
dan latar fisik sebagai berikut, “Latar belakang sosial mencakup penggambaran
dan lain-lain yang melatari peristiwa. adapun yang dimaksud dengan latar fisik adalah
Kedua macam latar yang diuraikan oleh Hudson di atas, terdapat dalam novel
LM. Latar sosial keadaan masyarakatnya dalam novel LM tergambar dari kelompok
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
sosial masyarakat yang bersifat kesukuan yang dipimpin oleh seorang ketua kabilah.
Kelompok kabilah ini hidup berpindah-pindah dan mata pencaharian utama mereka
adalah berdagang. Dalam satu kabilah terdiri dari beberapa golongan, ada golongan
saudagar, bangsawan, dan rakyat jelata. Gambaran masyarakatnya dapat dilihat pada
kutipan berikut, “…Syed Omri menjadi kawan yang menyenangkan bagi kaum
saudagar, hartawan, dan pangeran, ia juga pelindung dan tempat berkeluh-kesah bagi
fakir-miskin, tempat berseminya harapan bagi musafir kelana yang sesat arah dan
Latar sosial mengenai adat dan kebiasaan, terdapat adat pemingitan dan adat
berkabung. Seorang anak perempuan yang sudah mengalami masa pubertas, maka ia
harus dipingit di dalam rumah. Tidak boleh keluar rumah dan bercengkrama dengan
pemuda kecuali ada muhrimnya yang ikut menemani. Anak gadis tersebut menjadi
hak mutlak orang tuanya. Artinya, dia akan menikah dengan orang yang menjadi
pilihan ayahnya. Anak perempuan tersebut tidak berhak menentukan pilihan dan
menolak keinginan ayahnya. Ia akan bebas dari masa pemingitan sampai orang
tuanya menikahkannya.
menjalani masa berkabung selama dua tahun. Dalam masa berkabung ini, seorang
janda yang ditinggal mati suaminya tidak boleh keluar rumah. Dia harus tetap
dengan meratap dan menangis. Sehabis masa berkabung, si janda tersebut bebas
menentukan nasibnya. Artinya, dia bebas menentukan calon suaminya yang baru,
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
tidak terikat kepada pilihan orang tuanya. Kedua adat ini dapat dilihat melalui tokoh
pusara, dan kereta yang ditarik oleh unta. Latar daerah meliputi, lembah Hijaz,
lembah Nejd, Mekkah, dan Madinah. Sedangkan latar fisik tentang alam meliputi,
lembah, taman bunga, air terjun, gunung, bukit, gua, gurun, dan hutan rimba.
merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang fundamental. Secara sederhana
cinta dapat diartikan sebagai rasa kasih sayang. Cinta juga dapat dikatakan sebagai
paduan rasa simpati antara dua makhluk. Rasa simpati ini tidak hanya berkembang
di antara pria dan wanita, akan tetapi bisa juga di antara pria dengan pria, atau wanita
dengan wanita. Contoh yang mudah dimengerti untuk hal ini dapat dilihat pada
hubungan cinta kasih antara seorang ayah dengan anak lelakinya dan seorang ibu
terlintas dalam pikiran orang bahwa cinta itu tidak penting. Semua orang haus akan
cinta. Banyak orang tidak henti-hentinya menonton film cinta, baik yang berakhir
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Cinta memang bersifat universal. Cinta bisa hadir di mana dan kapan saja,
berkaitan dengan apa dan siapa saja. Begitu banyak buku yang ditulis mengenai cinta.
Membaca kisah bertemakan cinta akan membuka diri dan pengalaman. Cinta nyaris
sama dengan kehidupan itu sendiri, karena ia mencakup hubungan manusia dengan
manusia, manusia dengan makhluk hidup lain, dan manusia dengan penciptanya.
Melihat novel LM sebagai kisah cinta antar dua manusia, dapat memberikan
kenikmatan dan pencerahan. Di dalamnya dapat dilihat perjuangan yang bukan saja
menembus batas harga diri, status sosial, tetapi juga pengorbanan harta dan nyawa.
Penderitaan yang ditimbulkan oleh cinta yang penuh halangan, bukan saja pencinta
dan orang yang dicinta tetapi juga orang lain yang ada di sekitar pencinta.
Dalam LM dapat dilihat bentuk cinta orang tua kepada anak. Ayah Majnun
yang sangat menyayangi anaknya dan ayah Layla yang mencintai anaknya pula.
cinta mereka, pilihan hidup mereka, secara keseluruhan menggambarkan berbagai sisi
Melalui novel LM ini juga dapat dilihat tentang tidak mampu dan sulitnya
mendefinisikan cinta karena cinta telah melampaui kata-kata. Logika tidak bisa
memahami cinta karena cinta berada di luar batas kata-kata. Cinta tidak bisa
dikatakan tetapi hanya bisa dirasakan dan dialami. Makanya, orang yang
menghandalkan rasio akan menganggap orang yang dimabuk cinta sebagai orang gila.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Majnun gila karena mencintai Layla dan Layla meninggal karena mencintai
Majnun. Ini pelajaran berharga. Banyak orang melihat masalah cinta ini sebagai
masalah dicintai bukan masalah mencintai, yaitu masalah kemampuan orang untuk
atau bagaimana supaya ia menarik orang lain. Dan untuk mengejar tujuan itu, orang
menempuh beberapa jalan. Yang laki-laki biasanya akan berusaha untuk menjadi
sukses, sedangkan yang wanita berusaha membuat dirinya lebih menarik, lebih
cantik, lebih merangsang, dan sebagainya. Namun, Majnun dan Layla tidak demikian.
Mereka menempatkan cinta untuk cinta, bukan cinta untuk nafsu. Pada dasarnya,
cinta itu suci dan harus dijaga kesuciannya. Inilah yang menjadi prinsip mereka.
tragis. Cinta sejati tidak bakal berakhir, sekalipun sang pencinta sudah mati,
sesungguhnya cinta sejati akan terus hidup abadi. Cinta sejati tidak mengharapkan
balasan cinta. Cinta sejati menyangkut masalah mencintai bukan dicintai. Atau
dengan kata lain, cinta sejati mencintai demi kekasihnya bukan demi dirinya. Apapun
kepedihan, sebab bagi seseorang yang benar-benar mencintai, kepedihan dan obatnya
sangat berbeda dengan pandangan Barat tentang makna “tragedi” dan “derita”.
Penderitaan para pencinta tidak dapat dikatakan sebagai “tragis” dan diinterpretasikan
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
menghancurkan belenggu sifat manusia dan membuat mereka bebas dari “diri” yang
terikat dengan dunia fana. Kematian adalah pintu gerbang menuju dunia sejati, ke
Rumah yang dihasrati jiwa pencari. Inilah yang diuangkapkan Nizami dalam LM
Layla menyatakan dengan jelas bahwa di dalam cinta, kedekatan yang terlalu
dekat sangatlah berbahaya bagi seorang pencinta. Majnun meniadakan nafsu dalam
dirinya; mengatasi rasa lapar, egoisme, dan kepemilikan. Ia menjadi “penguasa cinta”
dalam keagungan. Tidak setiap peristiwa jatuh cinta dapat mencapai keadaan yang
mulia ini. Cinta yang tiada abadi hanyalah permainan indra dan cepat musnah
bagaikan masa muda. Sedangkan cinta mereka adalah cinta abadi. Tidak terpenuhinya
Novel LM ini juga merupakan alegori perjalanan seorang sufi untuk sampai
kepada Tuhan membawa kita pada proses mencintai. Kecintaan telah membawa
Tuhan. Artinya, cinta Majnun terhadap Layla adalah metafora dari cinta Majnun
terhadap Tuhan. Kaum sufi menganggap bahwa Majnun dan Layla adalah kisah
sementara Layla adalah Tuhan yang kecintaannya tersembunyi (Nizami, 2008: 255).
Jadi, Novel LM bisa diibaratkan seperti cinta manusia kepada Tuhan. Jika
manusia diibaratkan seperti Majnun berarti manusia harus bermohon agar diizinkan
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
mencintai Allah. Manusia tidak berharap Allah akan membalas cintanya. Hati yang
satu-satunya milik manusia sudah dimiliki oleh Allah. Berarti apa yang menjadi
kemauan Allah adalah kemauan manusia. Manusia berbuat atas kehendak Allah.
Manusia tidak mempunyai keinginan karena sudah sampai pada tahap peniadaan diri,
Rahasia dan “tak tersentuh”) dan sosok Majnun merepresentasikan seorang pencinta.
Dalam ajaran agung para sufi, hubungan antara pencinta dan Kekasih, juga antara
4.3. Nizami Ganjavi sebagai Penyusun Layla Majnun dan Penulis Kisah-kisah
Cinta
Nizami Ganjavi adalah seorang sufi dan penyair epik Persia terkemuka
di abad pertengahan. Nizami berasal dari Ganje (Kota Ganje terletak tidak jauh dari
Kota Bakou di wilayah Azerbaijan dekat Rusia dan Iran Barat Laut), lahir pada tahun
1155 M, sementara ada yang mengatakan Nizami lahir pada tahun 1162 M. Ibu
Nizami berasal dari suku Kurdi, dan leluhur ayahnya berasal dari Irak. Karena itu,
tidaklah mengherankan jika latar belakang dan suasana lingkungan dalam dua
kisahnya yang terkenal Laila Majnun dan Khusrau dan Syirin, mengambil latar
belakang gurun sahara Arab, dan pegunungan Kurdi di Iran bagian barat. Nizami
wafat pada tahun 1222 M atau 1223 M, dan dimakamkan di Ganje, tempat
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Nizami dianggap sebagai penulis yang membawa gaya tutur realistis ala
percakapan sehari-hari ke dalam kisah epik di Persia. Sejak kecil ia diasuh oleh
pamannya karena ia yatim piatu. Sepanjang hidupnya ia menikah tiga kali. Istrinya
penguasa Iran. Afaq, istri yang paling dicintainya meninggal setelah Nizami
menyelesaikan roman Khusrau dan Syirin. Anehnya, dua istri Nizami berikutnya juga
memberikan banyak ilham bagi banyak seniman, baik pelukis, pemusik, maupun
novelis dalam menciptakan beragam karya seni yang menggambarkan kisah cinta tak
persatuan mistik dengan sang kekasih. Jejak-jejak Nizami sangat terasa dalam
Arab, Turki, Kurdi, Urdu, dan bangsa-bangsa lainnya, termasuk Indonesia. Bahkan
kisah Romeo dan Juliet yang ditulis William Shakespeare pun dipengaruhi oleh LM.
Matematika, hukum Islam, filsafat Yunani, dan kedokteran. Nizami mulai menempuh
jalan sufi di masa mudanya, tapi tidak banyak yang diketahui tentang pendidikannya
ini. Nizami sendiri mengisyaratkan bahwa ia telah mencapai tataran dan tingkat
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
oleh Khidhir sang pembimbing spriritual misterius dan bahwa ia dilindungi oleh
sembilan puluh sembilan Nama Terindah Allah (al-asma al-husna) (Bayat dan
yang sangat terkenal adalah Laila Majnun dan Khusrau dan Syirin. Ketika kisah-
kisah ini mulai tersebar luas, orang-orang pun mengetahui dan mengenal
pengarangnya. Dikatakan bahwa Nizami adalah syaikh sufi dan yang dimaksud
kekasih dalam berbagai kisahnya sesungguhnya adalah Allah melalui kisah-kisah ini,
bersatu dengan sang kekasih adalah suatu upaya yang menyebabkan lenyapnya
identitas terbatas sang pencinta dalam wujud tak terbatas Sang Kekasih. Jadi kekasih
yang sesungguhnya harus dicari adalah Allah, Zat Pencipta alam ini (Amin, 2008:
109-111).
Enam karya utama Nizami, termasuk LM, digubah dalam gaya puisi yang
kisah, tak urung karya-karya itu mengandung banyak pengajaran tersembunyi bagi
para penempuh jalan spiritual. Tingkatan pengajarannya berkisar dari pelajaran yang
diperuntukkan bagi orang-orang awam hingga yang dikhususkan bagi para pengenal
sebuah tarekat sufi. Karya Nizami terkenal karena gaya bahasanya yang halus dan
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
karya ini dalam bentuk sekitar dua ribu dua ratus enam puluh bait sajak dengan gaya
bahasa yang baru dan orisinal. Ia menulis kisah ini sewaktu berusia kira-kira tiga
puluh tahun.
Khusrau dan Syirin ditulisnya dalam enam ribu lima ratus bait sajak. Kisah ini
tidak kalah dramatisnya dengan LM yang menceritakan tentang putri Syirin yang
jatuh cinta kepada seorang raja Persia bernama Khusrau, tangan nasib memisahkan
mereka berdua sehingga sang raja pun belajar tentang makna hakiki cinta. Kepedihan
cinta yang gagal dan kematian orang-orang yang dimabuk cinta membuat kisah-kisah
Karya Nizami yang ketiga dan paling terkenal adalah LM yang berjumlah
enam ribu lima ratus bait sajak. LM sesungguhnya merupakan kisah cinta klasik yang
dikisahkan secara lisan di tanah Arab sejak Dinasti Umayyah berkuasa. Diyakini oleh
banyak orang, cerita ini didasarkan pada kisah nyata tentang seorang pemuda
Dari tradisi lisan, kisah tersebut kemudian masuk ke dalam khasana sastra
Persia, dan Nizami menuliskannya pada abad 12 dalam bahasa Persia. Versi Nizami
sangat terkenal, karena selain tetap mempertahankan suasana kehidupan suku Badui
Arab, tenda-tenda kabilah di gurun, pada saat yang sama Nizami juga memasukkan
semesta peradaban Persia ke dalam kisah tersebut. Kegersangan dan kekakuan kisah
lama diolah Nizami dengan deskripsi mengenai angkasa bertabur bintang dan
matahari yang bersinar, atau rahasia-rahasia terdalam dari ruh manusia, dalam sebuah
bahasa yang luar biasa kaya, penuh dengan citraan-citraan yang memesona. Nizami
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
membebaskan kisah tersebut dari batasan-batasan peristiwa aksidental dengan
diracik dengan permata, bunga-bunga, anggur dan bebuahan (Nizami, 2009: 11).
Zia Inayat Khan (Nizami, 2009: 5) mengatakan bahwa Layla dan Majnun
merupakan figur penting bagi para penyair sufi, sebagaimana Krishna bagi para
malam yang remang-remang. Dari awal hingga akhir, kisah ini merupakan ajaran
Tiga karya Nizami lainnya yang berbentuk matsnawi adalah Haft Paikar
Keberuntungan). Yang pertama terdiri atas tujuh fabel tentang kehidupan Bahram,
seorang raja Iran. Yang kedua dan ketiga menuturkan berbagai pertempuran dan
Selain enam karya di atas, Nizami juga menulis sebuah diwan, atau kumpulan
puisi (ghazal dan qasidah). Sebagian besar karya ini tampaknya hilang. Hal ini biasa
terjadi pada kebanyakan syekh sufi awal, yang tertinggal dari Nizami adalah ajaran-
ajarannya. Dengan sendirinya, hal ini mengingatkan sang penempuh jalan spiritual
akan ihwal kefanaan kehidupan dunia ini (Bayat dan Muhammad, 2007: 151-153).
cinta sejati. Sesungguhnya seorang sufi mempunyai banyak cara untuk mengingatkan
sufi semata-mata, akan tetapi, yang dilakukan Nizami dakam rangka berdakwa. Demi
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
untuk menjernihkan jiwa dan hati manusia, bisa dilakukan melalui karya simbolik.
Sebenarnya ini tidak lazim dilakukan oleh para sufi, namun Nizami sebagai penutur
kepada Tuhan, bisa dilakukan dengan banyak cara. Tujuan utamanya adalah satu,
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
BAB V
5.1. Frustrasi
diwujudkan atau direalisasikan. Halangan in bisa berasal dari keterbatasan fisik atau
psikis. Sebagai contoh, seorang anak lelaki yang ingin menjadi TNI tetapi
keinginannya terhalang karena terhambat oleh tinggi tubuhnya yang tidak memenuhi
syarat. Contoh lain, seseorang yang ingin masuk PNS, namun tidak terwujud karena
tidak lulus ujian. Jadi, hambatan tubuh atau pun jiwa bisa menjadi sumber frustrasi.
Seseorang yang mengalami frustrasi akan bereaksi secara tidak sadar untuk
mengurangi tekanan batin yang menimbulkan rasa sakit atau stres. Dengan bereaksi,
sebenarnya berusaha mempertahankan harga diri dari kenyataan yang dihadapi. Ruch
Lapis ego yang mengalami frustrasi merasa sakit atau pepat dan segera
melakukan reaksi pertahanan. Sebagaimana kita berusaha menghindari
pukulan fisik ke arah tubuh kita, demikian pula kita merespon secara defensif
terhadap kritik atau olok-olok yang ditujukan ke arah kita. Pada saat
seseorang menjalani hidup, ia membentuk dalam dirinya persiapan pertahanan
dari fisik secara ekstensif yang akan bereaksi secara defensif mekanistis
dalam upaya menyesuaikan ego yang didera frustrasi…Reaksi mekanistis
dapat dibagi menjadi tiga bentuk pokok perilaku dalam upaya penyesuaian
(1) reaksi agresif, (2) reaksi menghindar atau menarik diri, (3) reaksi
mengganti atau kompromistis.
Uraian di atas menegaskan bahwa lapis ego yang mengalami frustrasi akan
beraksi sebagai usaha pertahanan yang dapat dilakukan lewat tiga kategori bentuk
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
pokok perilaku, yaitu (1) reaksi agresif, (2) reaksi menghindar, dan (3) reaksi
kompromi. Melalui novel LM, penulis akan menganalisis ketiga perilaku ini terhadap
ketika usaha untuk mencapai tujuan telah buntu. Beoree (2008: 240) mengatakan,
“…selain frustrasi, hal-hal lain bisa menyebabkan agresi (petinju yang dibayar mahal
bisa menyebabkan agresi) dan frustrasi bisa menyebabkan hal-hal lain selain agresi
Dari kedua uraian di atas, dapat dilihat bahwa seseorang yang frustrasi bisa
maupun terhadap objek pengganti. Jika tindakan ini terjadi dalam waktu yang lama,
akan mendapat respon yang tidak baik, seperti hukuman masyarakat dan rasa bersalah
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Sejalan dengan pendapat di atas, perlakuan penyerangan tentara kabilah
diketegorikan dalam tindak agresif. Ini dapat dilihat pada kutipan novel berikut:
Dari kutipan novel di atas dapat dilihat bahwa tindakan agresif yang dilakukan
banyak yang menjadi korban. Namun, atas penyerangan yang dilakukan, akhirnya
Majnun menyesal. Sebenarnya Majnun tidak ingin ada tindak kekerasan. Dengan
berperang melawan ayah Layla berarti pintu untuk masuk ke rumah Layla sudah
terkunci dan kuncinya sudah dicampakkan. Jadi, penyerangan yang dilakukan oleh
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Agresi dibagi ke dalam (1) scapegoating, yaitu mencari kambing hitam,
(2) free-floating anger, yaitu marah tanpa pandang bulu, (3) suicide, yaitu
objek penyebab frustrasi karena ada rasa tidak berani untuk mengungkapkan rasa
marah secara langsung. Kelegahan akan diperoleh dengan menyerang orang lain yang
dianggap lemah. Free-floating anger adalah reaksi orang frustrasi kronis yang
kemarahan atau rasa permusuhan yang diungkapkan tidak pandang bulu meski
terhadap suasana yang netral. Suicide adalah reaksi orang yang frustrasi dengan cara
menyerang diri sendiri sebagai objek pengganti kemarahan atau usaha bunuh diri atau
Jika dilihat dalam novel LM, ketiga pembagian agresi di atas, dilakukan oleh
Majnun. Scapegoating atau mencari kambing hitam, dapat dilihat pada sikap Majnun
yang kurang baik terhadap ayahnya. Padahal ia tahu bahwa ayahnya sangat
umat Islam, semua doa yang diminta akan terkabul. Meminta doa di Ka’bah adalah
Ayahnya merasa bahwa ajalnya akan tiba. Dia ingin menyerahkan kekuasaannya
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
kepada Majnun. Ia ingin Majnun kembali menjadi manusia yang bermartabat.
Namun, Majnun dengan bahasa yang halus menolak semua itu seperti berikut:
“Bagiku dunia telah lenyap. Aku tidak melihat apapun selain Layla,
semua yang aku miliki telah hilang, kecuali kenanganku pada Layla. Ayah,
ibu, rumah, semua hilang dalam kesuraman yang tidak bisa ditembus oleh
cahaya. Aku menangis karena kasih sayangmu. Tapi apa gunanya air mata,
meskipun itu di atas batu nisan seorang ayah? Kesengsaraan tidak pernah
diketahui oleh orang yang sudah mati. Engkau mengatakan malam kematian
segara akan menjemputmu! Lalu apa aku harus menangis, meminta belas
kasihmu, agar engkau tetap hidup? Sedang aku akan mati dalam
kesengsaraan, dan tidak seorang pun yang akan menangisi kepergianku” (hlm.
122).
Dari nada bicaranya, Majnun terlihat putus asa. “Kesengsaraan tidak pernah
diketahui oleh orang yang sudah mati”, ini mengisyaratkan bahwa ia menganggap
dirinya sudah mati. Setidaknya ia sudah membunuh mati semua rasa keduniawian
yang ada dalam dirinya. Yang tinggal hanya kenikmatan menyebut nama Layla. Hal
ini membuat hati ayahnya remuk redam. Ayahnya menjadi kambing hitam dalam
perilaku Majnun karena ia tidak bisa melampiaskannya kepada ayah Layla yaitu
Free-floating anger atau marah tanpa pandang bulu dapat dilihat dari
kematian pasukan Naufal dan pasukan ayah Layla. Mereka sesungguhnya tidak
berkepanjangan membawa pelaku pada tindak gelap mata dan bisa membunuh
seseorang. Frustrasi yang kronis inilah yang membuat Majnun mau menerima
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Suicide atau menyalahkan diri (bunuh diri) ditandai dengan kematian Majnun.
terhadap dirinya sendiri. Dia merasa tidak ada gunanya lagi dia hidup di dunia karena
Layla yang merupakan belahan jiwanya sudah tiada lagi. Harapan dan gairah untuk
hidup sudah tidak ada lagi, hilang bersama wafatnya Layla. Tindakan bunuh diri yang
benturkan kepalanya, tidak makan, dan tidak minum, hingga tubuhnya menjadi
Dari hasil analisa dijumpai perilaku agresi Syed Omri yang meliputi
scapegoating atau mencari kambing hitam dan suicide atau menyalahkan diri atau
bunuh diri. Syed Omri merasa kecewa karena usahanya untuk melamar Layla ditolak
mentah-mentah oleh ayah Layla. Ayah Layla menganggap Majnun gila dan dia tidak
orang gila.
Syed Omri sangat malu dan sakit hati mendengar kata-kata ayah Layla. Belum
pernah ada seorangpun yang berani menolak permintaannya dan sekarang ayah Layla
telah menghinanya. Syed Omri memikul beban yang sangat berat. Ia tidak mau marah
kepada ayah Layla karena ia seorang yang bermartabat. Lalu ia membujuk Majnun
penyerangan terhadap objek penyebab frustrasi. Syed Omri beranggapan bahwa tidak
ada gunanya membalas sakit hatinya pada ayah Layla. Ini hanya akan merendahkan
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
martabatnya sebagai seorang kepala kabilah yang disegani. Sebagai gantinya ia
menyerang Majnun (objek yang dianggap lemah) dengan cara membujuk. Bentuk
Perilaku Syed Omri yang menyalahkan diri sendiri dapat dilihat dari
tabib telah diundang dan memohon doa di Ka’bah juga sudah dilakukan tetapi tidak
berikut:
Hati Syed Omri semakin sedih, hidupnya terasa hampa, tiada lagi
harapan yang tersisa. Setelah ibadah haji selesai, ia segera pulang ke Hijaz.
Lelaki itu seperti kehilangan kekuatan untuk mendinginkan bara dalam
hatinya. Sirna sudah semua, tiada lagi pelipur lara di hati. Cahaya yang dia
banggakan telah berubah menjadi kegelapan, mimpi telah menjadi bayang-
bayang mengerikan (hlm. 47).
Perilaku agresi Layla juga berupa scapegoating dan suicide. Layla merasa
sangat kecewa karena ayahnya menikahkan ia dengan Ibnu Salam. Ia tidak berani dan
tidak berhak menolak keputusan ayahnya. Demi baktinya kepada orang tua, dia harus
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Ibnu Salam yang dianggapnya sebagai objek yang lemah. Bentuk kemarahan itu
Walaupun ia sudah menjadi istri Ibnu Salam, namun raga, hati dan cintanya hanya
Gadis itupun berjanji, hanya Majnun yang dapat memiliki hati dan
cintanya. Sekuat tenaga akan ia jaga tubuh dan hatinya. Ia tidak ingin dunia
menuduhnya sebagai pengkhianat. Tidak, ia tidak akan mengkhianati cinta,
tidak ingin mengabaikan pengorbanan Qays.
….
Saat Ibnu Salam menyusul ke tempat tidur, ia melihat Layla
menampakkan punggung, membelakangi dirinya. Ibnu Salam mencoba
menyapa istrinya dengan lembut, namun istrinya tidak menjawab, hanya isak
tangisnya yang terdengar (hlm. 109-110).
adalah penyebab penderitaan Majnun. Layla yang menyebabkan Majnun lebih suka
tinggal di gurun dan dia juga yang menjadi penyebab kegilaan Majnun terlihat dalam
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
5.1.2. Reaksi Menghindar
Reaksi lain selain tindak agresif adalah tindak menghindar dari situasi yang
menyebabkan frustrasi. Wujud menghindar bisa berupa tindakan fisik atau psikis.
perasaannya walaupun hanya sesaat. Perilaku yang tercermin dari proses menghindar
ini bisa berupa menutup diri dari keramaian, misalnya mengurung diri di rumah atau
Majnun tidak takut sama sekali baik gangguan dari udara, tanah, gua, maupun
lembah. Untuk menghibur hatinya yang gunda gulana, dia berteman dengan binatang
buas. Harimau, serigala dan singa berada di sekelilingnya. Heina dan anak rusa
terlihat akrab. Burung pipit dan elang berputar-putar di langit menaungi tempat
menganggap Majnun sebagai raja. Kemanapun Majnun pergi mereka setia menemani.
hanya dapat menghiburnya sesaat saja. Dia tidak dapat melupakan Layla karena
kekuatan cinta telah memperbudaknya. Hanya Layla yang dapat mengobati sakit
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Namun, perilaku Majnun yang menyendiri di hutan ini dapat membuatnya
lega. Setidaknya, dia tidak lagi berteman dengan manusia yang hanya bisa
menyakitinya saja. Ini dapat dilihat melalui percakapan Majnun dengan ibunya
berikut ini:
Ibunya sangat terkejut melihat keadaan diri Majnun yang kumal dan tidak terurus.
“Betapa daun hijau ini telah layu dan tubuhnya menjadi lemah, rona kemerahan telah
memudar dari pipi, serta matanya menjadi cekung” (hlm. 144). Ibunya sangat kasihan
melihatnya. Sambil menasehati Majnun, ia berurai air mata. Dialog di atas merupakan
Majnun untuk kembali tinggal di rumah. Namun, pikiran liar Majnun menuntun ia
berujar, “Janganlah ibu memintaku untuk tinggal di rumah, karena aku tidak
mendapat kedamaian di sini.” Ini berarti bahwa dengan mengasingkan diri di hutan
Ini bisa terjadi karena Majnun manusia. Manusia bersifat labil. Ketika ia mengetahui
Layla dipingit, maka ia pergi mengembara ke hutan. Ayahnya yang kasihan melihat
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
keadaan anaknya yang menderita berusaha mencari Majnun dan membawanya
kembali ke rumah. Ia mencari tabib yang bisa mengobati Majnun. Namun, tak
Musim haji telah tiba, Syed Omri teringat bahwa meminta doa di depan
Majnun ke hutan. Setelah bertemu maka mereka menunaikan ibadah haji. Sekembali
dari Mekah, Majnun ditahan oleh ayahnya beberapa saat di rumahnya. Majnun tidak
betah tinggal di rumahnya yang penuh dengan kemewahan dan iapun kembali lagi ke
hutan.
seperti manusia yang bermartabat. Tubuhnya mulai sehat kembali. Namun, ketika
Sampai akhirnya ia rindu kepada ibunya dan kembali ke rumah dan terjadilah seperti
dialog di atas.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Majnun tidak merasa tenteram tinggal di rumah. Akhirnya, ia kembali lagi ke
hutan. Setelah pertemuan itu, ibu Majnun menjadi menderita. Kata-kata Majnun telah
Sejak ibunya meninggal, Majnun tak pernah kembali lagi ke rumahnya. Ia terus
Dari deskripsi data di atas, dapat dilihat bahwa Majnun lebih banyak tinggal
di hutan daripada tinggal di rumahnya. Dia memang lebih memilih hidup terasing
dari keramaian. Memang keterasingan adalah bagian hidup manusia. Sebentar atau
lama, orang pernah mengalami hidup dalam keterasingan, disadari atau tidak. Sudah
tentu dengan kadar dan sebab yang berbeda satu sama lain. Keterasingan yang
dialami Majnun adalah atas kemauannya sendiri. Ini merupakan wujud dari
Tindak menghindar yang dilakukan oleh Syed Omri adalah dengan duduk
Ia tidak tega melihat penderitaan anaknya. Sebagai seorang ketua kabilah, Syed Omri
tanggung jawab yang besar terhadap kabilahnya, makanya dia tidak bisa bebas
dari keramaian ketika malam hari, disaat semua orang tertidur lelap. “…di kegelapan
malam yang sepi, ia duduk sendiri sambil mengeluh, “Mengapa puteraku pergi
meninggalkan rumah? Kemana pengembara yang tidak punya harapan itu berteduh?”
(hlm. 118).
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Untuk mengurangi rasa frustrasinya, Layla juga melakukan tindak
pasrah pada nasib yang menimpanya, yaitu nasib yang telah memisahkan dirinya
dengan Majnun. Ia menghindar dari keramaian yang dapat dilihat dari kutipan
berikut:
Ada kalanya frustrasi tidak dapat dikurangi hanya dengan perilaku agresif dan
menghindar saja. Ada cara lain yang dapat dilakukan, yaitu dengan tindak kompromi.
menyerah pada suasana yang tidak mengenakkan sebagai akibat frustrasi sehingga
tujuan yang diimpikan tetap bisa terlaksana. Ini berarti individu harus menurunkan
derajat ambisi dan hasrat atau menerima tujuan lain yang bisa mengganti tujuan
5.1.3.1. Sublimasi
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
melakukan keinginan tersebut membuat seseorang frustrasi. Dengan tidak tercapainya
kepuasan langsung tersebut, dicarilah sasaran lain untuk memperoleh kepuasan. Ini
berarti, memilih tujuan pengganti sebagai alternatif lain dalam upaya mengarahkan
energinya. Meskipun tujuan ini tidak pernah memberi kepuasan yang sama persis
seperti tujuan awal yang dikehendaki, namun tujuan tersebut mampu memberi saluran
untuk mencurahkan hasrat keinginan yang terhalang (Ruch dalam Siswantoro, 2005:
107-108).
tidak bisa terwujud karena sasaran yang hendak dicapai tidak terjangkau. Tindakan
tidak menyenangkan atau rasa bersalah. Di dalam suasana seperti ini, biasanya
seseorang bisa saja mengupayakan sarana lain untuk memperoleh kepuasan seperti
memilih sasaran alternatif lain. Sasaran alternatif ini dapat memberikan kepuasan dan
atau nafsu yang kurang sehat. Contohnya, seorang yang gagal dalam percintaan,
2005: 56-57).
Sejalan dengan kedua pendapat di atas, maka perilaku Majnun yang berbentuk
energi cintanya pada binatang tersebut. Setiap binatang yang terkena sasaran
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
pembunuhan oleh pemburu selalu dilindunginya. Ini dapat dilihat dari peristiwa
berikut:
Peristiwa ini terjadi sesaat setelah Naufal gagal menyerahkan Layla kepada
menjadi debu. Harapannya untuk bersatu dengan Layla sudah hancur. Ia memacu
Pada saat dan dalam keadaan jiwa seperti itulah Majnun bertemu dengan
seorang pemburu yang sedang berusaha menangkap seekor rusa. Majnun merasa
bahwa rusa itu tidak boleh disakiti, karena rusa itu sama dengan Layla. Bola matanya
yang besar, hitam dan bersinar, tubuhnya yang ramping, kepolosan, dan kelembutan
yang terpancar dari wajah rusa itu mengingatkan Majnun pada Layla. Majnun
bahagia ketika ia dapat menyelamatkan leher rusa itu dari pisau. Majnun mencintai
kebebasan rusa itu dengan mengatakan “keindahan adalah hidup dan kebebasan”.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Kata-kata ini diucapkan oleh Majnun karena sesungguhnya dirinya bebas, namun
Perilaku Syed Omri dalam bentuk sublimasi bisa dilihat dari peristiwa ia
membawa Majnun berdoa di Ka’bah dan bersedekah. Alternatif ini dipilih Syed Omri
untuk menyembuhkan anaknya karena ia percaya Mekkah adalah kota suci dan
Rasulullah selalu memanjatkan doa di sana. Syed Omri juga percaya akan keberkahan
air zam-zam yang dapat mengobati segala penyakit. Syed Omri juga percaya dengan
bersedekah dapat mengurangi beban penderitaan batinnya yang dapat dilihat dari
Kebetulan saat itu adalah bulan Dzulhijjah, bulan haji. Pada bulan haji,
di Mekkah berkumpul pedagang, kepala suku dan orang-orang bijaksana,
mereka berdoa dan memuji kepada Dzat Yang Maha Suci. Beribu-ribu orang
berkumpul di Ka’bah yang agung, memuji kebesaran Tuhan dan memohon
berkah.
Syed Omri menuruti nasehat mereka untuk menunaikan haji,
memohon rahmat, ampunan dan kebaikan Yang Maha Mendengar dan Maha
Menyembuhkan, agar putera kesayangannya memperoleh kesembuhan. Lelaki
itu segera menyiapkan unta-unta pilihan, di tiap leher unta diberi lonceng,
di punggungnya dilekati tas berisi dinar dan dirham (hlm. 43).
hatinya dan derita cintanya kepada orang yang tidak dikenalnya. Ini semua ia lakukan
dialaminya beban frustrasinya bisa berkurang. Ini dapat dilihat pada kutipan berikut.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
anda, bahkan mungkin cerita ini tidak enak untuk didengar? Kisah tentang
seorang yang bernasib malang, hidup dalam kebingungan antara cinta dan
takut” (hlm. 149).
kegelisahan karena Majnun sudah tidak percaya lagi padanya. Padahal, hanya Majnun
seorang yang ia cintai. Untuk Majnun, ia melakukan apa saja demi mempertahankan
cintanya, termasuk untuk tidak melayani suaminya. Ia tetap setia pada Majnun.
Namun, sekarang Majnun tidak mempercayainya lagi, karena ia sudah menikah. Hati
Layla sangat kacau, nyeri, dan pedih. Dalam kegalauan inilah ia pergi ke luar rumah
5.1.3.2. Proyeksi
merasa pikiran-pikiran dan perasaan yang diungkapkan ternyata tidak bisa diterima
oleh pihak lain, maka dia tidak hanya menekannya tetapi juga meyakinkan dirinya
secara tidak sadar bahwa orang lain juga memiliki perasaan atau pikiran yang sama
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
terhadap dirinya. Dengan reaksi proyeksi seperti ini, si individu dapat mengarahkan
perasaan agresifnya terhadap orang lain daripada terhadap dirinya. Jadi, kesalahan itu
ditimpakan kepada orang lain. Sebuah contoh refleksi proyeksi adalah seorang suami
yang tidak setia kepada istrinya, balik menuduh istrinya yang tidak setia.
ini merupakan kebalikan dari melawan diri sendiri. Mekanisme ini merupakan
kecenderungan untuk melihat hasrat atau keinginan yang tidak bisa diterima oleh
orang lain. Dengan kata lain, hasrat masih ada, akan tetapi tidak lagi menjadi hasrat
yang dimilikinya. Contoh, seorang wanita yang merasakan adanya dorongan seksual
yang rancu terhadap teman wanitanya. Bukannya mengaku perasaan ini sebagai
perasaan normal, malah dia ngotot memprotes kehadiran orang lesbian di dalam
itu adalah karena perilakunya sendiri. Dalam konteks ini, contoh konkritnya adalah
seorang siswa yang gagal dalam melaksanakan UN, menuduh gurunya yang tidak
pandai mengajar. Padahal sebenarnya, dia yang tidak mau belajar. Contoh lain adalah
seorang pemain bola kaki yang tidak dapat menciptakan gol, menuduh bola yang
Dari uraian di atas, peneliti mencari refleksi proyeksi pada tokoh Majnun.
Majnun yang frustrasi menyalahkan Naufal yang telah gagal mendapatkan Layla
untuknya. Padahal kegagalan itu adalah karena penyakit gila yang dialami Majnun.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Ayah Layla tidak mau menyerahkan Layla kepada Naufal walaupun ia sudah kalah
perang karena ia mengetahui bahwa Layla akan diserahkan Naufal kepada Majnun.
Sebenarnya sumber kegagalan itu adalah bahwa orang awam menganggap Majnun
telah gila dan gila adalah penyakit yang sangat memalukan. Tidak ada orang tua yang
rela anaknya dikawinkan dengan orang gila. Walaupun bersikeras dikatakan bahwa
Majnun tidak gila, dia hanya tergila-gila cinta Layla, namun masyarakat awam tidak
penyakitnya.
Setelah beberapa bulan bersama Naufal, Majnun telah sembuh dari gilanya.
tubuhnya kembali sehat dan wajahnya bercahaya. Sejak bersama Naufal, Majnun
merasakan harapannya kembali bersinar. Meski sudah kembali seperti Qays yang
dulu, namun orang tetap menganggapnya gila. Yang mereka tahu Majnun telah gila
dan orang gila tidak berhak mendapat kebahagiaan. Jadi, sumber kegagalan itu ada
“Tetapi ingat, aku tidak mau dikhianati. Aku tidak akan memberikan
anakku pada iblis, aku tidak akan menyerahkan anakku ke dalam pelukan
lelaki gila yang akan menodai kebanggaan dan kehormatan kabilahku. Aku
tidak mau menikahkan Layla pada kehinaan dan aib. Aku tidak akan
mengorbankan kemasyhuran kabilahku, tidak pula akan menodai nama baik
Layla…” (hlm. 99).
Kehormatan orang Arab adalah lebih baik diliputi nasib sengsara daripada
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
kebajikan Layla, kecantikannya menyatu dengan pesona yang menyenangkan. Lebih
baik ayah Layla menjadi Ruh yang bergentayangan daripada menanggung nama yang
dibenci semua orang. Dia tidak sanggup menikahkan putrinya dengan keburukan dan
menerima kutukan dari negerinya. Seekor anjing lebih baik dari manusia iblis, karena
gigitan anjing dapat disembuhkan, namun luka karena ulah manusia tidak ada
obatnya dan luka yang membusuk ini akan meninggalkan bekas selamanya.
untuknya, tetapi ia tidak tega mendengar kata-kata orang tua yang sudah kalah perang
itu. Ia tidak sanggup membunuh musuh yang sudah terluka dan tidak berdaya.
Bagaimana mungkin ia sanggup menyakiti lelaki tua yang sudah sekarat. Pantang
seharusnya ayah Layla menyerahkan Layla pada Naufal. Namun, karena kata-kata
ayah Layla sangat menyentuh hatinya, akhirnya Naufal tidak mengambil Layla. Dia
menemukan bentuk cinta lain dalam peperangan itu, yaitu cinta seorang ayah kepada
anaknya dan cinta seorang lelaki pada martabat kabilahnya. Makanya Naufal berujar,
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
5.1.3.3. Rasionalisasi
proses merekayasa alasan agar berkesan logis atas situasi tertentu yang jika dibiarkan
tanpa alasan mengakibatkan hilangnya kepercayaan masyarakat atau harga diri. Ruch
mewujudkan diri lewat beberapa manifestasi seperti, (1) tipe “anggur masam”,
(2) tipe “pencinta yang ditolak”, (3) tipe “jeruk manis”, dan (4) tipe “pelaku
penyelamatan harga diri dari rasa malu, rendah diri, dan lain-lain karena kegagalan.
perilaku tersebut tampak logis dan dibenarkan oleh diri sendiri dan orang lain. Dalam
konteks ini, kesalahan, penilaian yang kurang tepat akan sesuatu, serta kegagalan
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Peneliti menghubungkan konsep rasionalisasi dengan perilaku Majnun yang
Layla dalam cinta dan kasih sayang. Majnun lalu berkata, “cinta adalah rahmad dari
Surga, dan menjadi berkah bagi jiwa. Karena Langit yang menuntunku, maka cintaku
pada Layla tulus dan suci. Bagaimana mungkin aku akan melepaskan diri, sedang
perilakunya yang gila karena mencintai Layla berdasarkan motivasi yang mulia. Ia
mengatakan bahwa cinta adalah rahmad dari Surga dan Langit telah menuntunnya
“Langit” itu adalah Allah. jadi, Majnun mencintai Layla karena kehendak Allah,
makanya cintanya tulus dan suci. Berdasarkan motivasi yang mulia ini, maka
dilakukannya dalam mencintai Layla adalah takdir dari Allah. Majnun sudah
ditakdirkan untuk mencintai Layla. Majnun tidak mau merubah takdir yang telah
ditentukan untuknya. Dan mencintai Layla dianggapnya sebagai suatu yang mulia.
Bentuk rasionalisasi yang dilakukan oleh Layla juga adalah tipe atau kategori
“pelaku kejahatan”. Sebenarnya tidak wajar seorang wanita yang sudah bersuami
mencintai lelaki lain. Supaya orang menganggap hal ini wajar, maka Layla berdalih
dengan mengatakan bahwa cintanya kepada Majnun adalah cinta yang suci dan tidak
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
terbatas. Bumi tidak akan mampu menampung cinta mereka dan hanya surga yang
mampu menyatukan cinta mereka. Ini dapat dilihat dari petikan novel berikut:
Tetapi entah mengapa, cinta Layla pada pemuda itu tidak pernah sirna.
Ia tidak peduli pada keadaan Qays. Ia berharap kelak pemuda itu dapat
menyuntingnya. Perasaan Layla dihinggapi semangat menyala-nyala. Ya,
suatu saat cinta mereka akan bersatu. Sejemput perasaan aneh menyelinap
dalam hati Layla. “Cinta kami demikian suci dan tak terbatas. Bumi tak akan
mampu menjadi altar untuk mewadahi cinta kami. Hanya surga, ya hanya
surga yang mampu mempersatukan cinta kami,” kata hati Layla (hlm. 170).
Sedangkan bentuk rasionalisasi yang dilakukan oleh Syed Omri adalah tipe
“anggur asam”. Ia mengatakan kepada Majnun bahwa Layla tidak sebanding dengan
Majnun dalam hal nasab, kehormatan, dan kekayaan. Peristiwa ini bermula, ketika
Syed Omri gagal meminang Layla. Syed Omri adalah seorang kabilah yang sangat
dihormati oleh bangsa Arab. Ia merasa kehormatannya tercemar karena ayah Layla
dari marga rendah telah menolak permintaannya. Padahal belum pernah ada orang
yang menolak permintaannya. Maka untuk menjaga harga diri dan martabatnya
di depan kabilah dan anaknya, Syed Omri berkata demikian. Hal ini dapat dilihat
“…Gadis yang engkau cintai itu tidaklah sepadan dengan kita dalam hal
nasab, kehormatan, dan kekayaan. Cobalah engkau tengok gadis-gadis di kabilah kita,
mereka masih muda, menarik dan menyenangkan hati. Engkau adalah seorang
pangeran dari keturunan terhormat, pesona wajahmu akan menarik hati gadis-gadis
cantik di kabilah ini, bahkan akan membuat cemburu para bidadari surga. Jadi,
mengapa engkau mencari gadis bermartabat rendah dan tidak sepadan kedudukan?...”
(hlm. 35).
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
5.2. Penyesuaian Diri
atau harapan masyarakat yang saling berlawanan ditambah dengan tekanan untuk
meningkatkan kualitas diri membuat proses penyesuaian diri menjadi sulit. Seseorang
sudah berusaha menyesuaikan diri dengan baik, namun masyarakat tidak dapat
diri harus sesuai dengan perilaku seperti tuntutan masyarakat. Sebaiknya, agar
penyesuaian diri ini berjalan lancar, masyarakat harus memberi kesempatan kepada
peningkatan diri yang merupakan upaya untuk meningkatkan diri. Proses peningkatan
diri terjadi sesuai dengan hakikat manusia yang selalu berhasrat atau memiliki
dorongan untuk terus berkembang dan tidak statis bergerak di tempat yang sama.
Tumbuh dan berkembang merupakan properti diri yang berdimensi psikis dan sosial.
Fenomena ini ditandai dengan adanya rasa tidak puas ketika individu menghadapi
kegagalan meraih tujuan yang bisa menaikkan diri. Dengan dorongan semacam ini,
individu sebenarnya berkeinginan untuk menjadi lebih baik dari apa yang sekarang
terkena api, maka tangan tersebut akan segera ditarik secara refleks. Jika mengalami
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
dengan segera harus mencari jalan agar keseimbangan itu tetap terjadi (Sundari,
2005: 54).
berusaha sekuat mungkin menjaga kestabilan hubungannya dengan realitas, id, dan,
superego. Namun, ketika kecemasan menguasai, ego harus bisa mempertahankan diri.
Secara tidak sadar, ego akan bertahan dengan cara memblokir seluruh dorongan atau
tekanan, yang berasal dari individu itu sendiri maupun kelompok. Bonner
dengan cara lain, yakni reaksi diri (self defence) yang dikelompokkan ke dalam empat
yang berkaitan dengan perilaku Majnun dalam hal penyesuaian diri, yaitu regresi,
5.2.1. Regresi
sebelumnya, yaitu perilaku yang dirasakan nyaman dan aman. Hal ini sangat umum
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
terjadi pada anak-anak yang ingin mendapatkan perhatian lebih, ketika ibunya
melahirkan lagi atau karena orang tuanya bercerai. Pada orang dewasa regresi dapat
Jadi, regresi adalah kembali ke masa di mana seseorang merasa aman. Ketika
kanakan atau primitif. Seorang anak akan mengisap jempol, ketika ingin dibawa ke
dokter. Contoh lain, seorang yang baru saja memasuki masa pensiun akan duduk
Perilaku Majnun yang gila adalah bentuk regresi yang paling aman. Dengan
kegilaannya dia dapat melampiaskan semua derita cinta yang dialaminya. Dengan
bertingkah aneh sebenarnya ia ingin mendapat perhatian lebih dari masyarakat ketika
“Tidak ada bedanya antara orang gila dengan orang yang sedang jatuh cinta”,
ungkapan ini sangat tepat untuk Majnun. Ketika menghadapi kesulitan (dalam hal ini
ketika harus berpisah dengan Layla), Majnun menjadi gelisah dan tidak sanggup
tak tentu arah dan menerobos semak belukar. Ini adalah perilaku primitif yang
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Melantunkan syair-syair yang berisikan tentang kedukaan hati juga
merupakan jenis penyesuaian diri atau pertahanan diri yang sangat baik. Dengan
ini. Ia juga melantunkan syair untuk menenangkan jiwa kekasihnya. Ia tidak peduli
syair itu didengar atau tidak oleh Layla. Melalui syair, Majnun mengabarkan kepada
rembulan dan bintang bagaimana cinta telah membelenggunya dan kerinduan telah
memadamkan harapan dan mimpinya. Perilaku ini menunjukkan sikap yang kekanak-
dunia tentang cintanya kepada Layla. Berarti Layla akan menjadi pembicaraan
banyak orang. Padahal, dalam tradisi Arab, keluarga akan menjadi tercemar jika anak
gadisnya menjadi pembicaraan orang lain. Apalagi nama Layla disandingkan dengan
orang gila. Ini dianggap aib. Harga diri mereka bisa ternoda. Sebagai orang Arab,
Majnun menyadari hal tersebut, namun ia tidak peduli. Inilah yang disebut sebagai
Perilaku Majnun yang lain yang berbentuk regresi juga dapat dilihat ketika ia
yang kembali ke masa silam, yaitu ketika ia kecil. Majnun tidak bereaksi ketika ia
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
diperlakukan ibunya seperti bayi, dicium dari ujung rambut sampai ujung kaki dan
Bentuk regresi yang dilakukan Syed Omri dan Layla adalah dengan menangis
dan meratap. Syed Omri meratapi nasib Majnun yang malang, seperti Yakub
nasibnya yang harus menikah dengan Ibnu Salam dan terpisah dari Majnun.
5.2.2. Berkhayal
gejala normal pada masa kanak-kanak dan memainkan peran penting yang tercermin
pada perilaku anak dengan memainkan peran orang lain. Hal ini sejalan dengan
Pada orang dewasa, fantasi dimanfaatkan secara tidak sadar untuk mengatasi
tekanan jiwa, selain itu juga dalam upaya penyesuaian diri. Fantasi tidak harus
dihindari dalam usaha mengatasi tekanan jiwa, meskipun secara nyata tidak
memberikan hasil yang konkret. Fantasi tidak lebih sekedar usaha melepaskan diri
dari realita untuk mengurangi kepepatan atau tekanan jiwa. Dengan tindak fantasi
individu sebenarnya melakukan perlindungan terhadap dirinya dari citra diri yang
telah jatuh sehingga dalam hal ini fantasi merupakan sarana mempertahankan citra itu
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Berkhayal dikenal juga dengan istilah melamun. Melamun merupakan bentuk
penyesuaian diri yang paling mudah dan dapat dilakukan di mana saja, serta tidak
merugikan orang lain. Tetapi jiwa melamun ini dilakukan secara berlebihan dapat
Dalam rangka membuat hidup terasa lebih dapat dinikmati, seseorang akan
seseorang dalam berkarir. Impian dan cita-cita yang tinggi akan membuat seseorang
bekerja keras. Agar impian itu dapat tercapai, realisasi antara khayalan dan kenyataan
harus diperhitungkan.
dan kasih sayang ibunya. Majnun juga berkhayal bahwa di akhirat kelak ia dan Layla
akan bersatu dalam ikatan cinta yang abadi, di mana tradisi tidak akan dapat
memisahkan mereka. Biasanya setelah berkhayal, sikap Majnun menjadi lunak dan
dia terlepas dari beban derita yang menimpanya walaupun hanya sesaat.
Di saat hatinya remuk redam akibat berpisah dengan Layla, Majnun hanya
bisa berkhayal. “…Hanya bebatuan lembah yang dapat memahami kesedihan Qays.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Karena bukit dan lembah yang setia mendengarkan lolongan Qays memanggil Layla.
Di sana dia dapat dengan leluasa membayangkan wajah Layla yang cantik dengan
galau, air matanya bercucuran. Ini memang bisa terjadi, karena berkhayal tidak dapat
menyelesaikan masalah. Solusi yang dapat ditawarkan oleh khayalan hanya bersifat
sementara. Jika mengenang Layla hanya menambah luka hatinya, maka ia akan
menghibur dirinya dengan kembali berkhayal bahwa dia cinta mereka akan
dipersatukan suatu hari nanti. Harapan ini membuat Majnun mampu untuk bertahan
Hati Majnun menjadi lunak dan lembut tatkala ia teringat pada ibunya. Ia
terkenang akan kelembutan dan kasih sayang ibunya. Ibunya yang sudah tua telah
perkampungan bani Amir untuk menemui ibunya. Ini dapat dilihat pada kutipan
berikut:
dahulu bersama Qays. Qays, anak yang sangat diharapkan kelahirannya yang dapat
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
meneruskan kepemimpinan kabilahnya. Ia berharap Qays akan mendoakannya kelak
dalam khayalan saja. “…Ia sudah tidak tahan, terbaring lemah di atas tempat tidur,
mengurai masa lalu yang tak ramah, terkenang putera pelita hatinya yang kini asing
Tindak fantasi yang dilakukan Layla dalam upaya penyesuaian diri adalah
5.2.3. Pengalihan
diri yang umum terjadi yang muncul akibat dari frustrasi. Seseorang tidak dapat
ini dibentuk dan kemudian diarahkan pada objek lain. Objek tersebut bisa binatang,
manusia, tumbuhan, ataupun benda mati, yang sama sekali tidak ada hubungannya
ditujukan kepada objek sasaran yang lain. Pengalihan sasaran kemarahan ini dapat
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
meringankan derita batin yang ditanggung seseorang, walaupun sifatnya hanya
sementara.
Dalam novel LM ini, pengalihan sasaran kemarahan dapat kita lihat pada
bukit ia berteriak sekuat tenaga, seolah ingin melepaskan semua beban yang
62).
Majnun marah kepada ayahnya yang ingin mencarikan wanita lain sebagai pengganti
Layla. Dia tidak tega memarahi ayahnya. Walau bagaimanapun juga Majnun tetap
Layla, dia tidak bisa. Apalagi ingin menggantikan kedudukan Layla di hatinya
dengan wanita lain. Layla tidak tergantikan oleh siapapun dan cintanya tidak bisa
membuat Majnun tak betah tinggal di rumahnya. Lalu ia kembali pergi mengembara,
sampai akhirnya ia ke atas sebuah bukit. Di atas bukit itulah ditumpahkannya semua
tenaga, Majnun menjadi lega dan hatinya terlepas dari beban yang menghimpit.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Pengalihan sasaran kemarahan yang dilakukan oleh Layla adalah dengan
bukan keinginannya. Jadi, jangan berharap bahwa Layla akan melayani Ibnu Salam
penyesuaian diri pada saat seseorang mengalami frustrasi, kegagalan, dan bentuk
Sebagai contoh, seorang gadis yang gagal menarik hati laki-laki, boleh jadi akan
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Kompensasi selalu mengandung unsur rasa ketidakmampuan diri atau rasa
kelemahan, keterbatasan, dan kekalahan dengan jalan menarik perhatian pada sisi
rasa rendah diri dan kegagalan yang dihadapi. Sementara itu, nilai kompensasi tidak
dapat diukur dari perilaku pengganti tetapi kompensasi dapat membantu individu
maka wajarlah harga diri ini harus dipertahankan. Kompensasi dapat membantu
cara berprestasi di bidang lain, kompensasi sebenarnya membangun rasa percaya diri
kepedihan. Dalam hal cinta Majnun adalah raja. Cinta yang ada di hatinya adalah
pelipur lara saat kesedihan datang. Cintanya tidak akan berubah atau berpaling, walau
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
tubuhnya binasa, namun cinta telah mengirimkan cahaya. Dengan cahaya itu Majnun
hidup dan tidak menjadi gila. Cintanya murni, jauh dari dorongan nafsu syahwati.
Dan cinta seperti itu adalah ilham dari surga. Inilah bentuk kompensasi yang
Cara lain yang dilakukan Majnun untuk mempertahankan cintanya pada Layla
adalah dengan berdoa di depan Ka’bah. Ia meminta kepada Allah agar hatinya jangan
berpaling dari Layla. Dia justru mendoakan untuk kesehatan Layla, bukan berdoa
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Dari kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Syed Omri menutup kelemahannya
sombong. Dia adalah tempat para musafir dan fakir miskin menggantungkan harapan.
Majnun, bukan untuk Ibnu Salam. Kematian Ibnu Salam adalah gerbang menuju
kebebasannya. Dalam tradisi Arab, seorang wanita yang ditinggal mati oleh suaminya
bebas menentukan pilihan, tidak terikat oleh keinginan orang tua. Kini, Layla bebas
menentukan arah yang dikehendakinya. Namun, menurut tradisi Arab, dia harus
dipingit selama dua tahun dan selama itu pula pekerjaannya hanya meratap dan
menangis.
Selama dua tahun inilah Layla menangis dan meratap. Matanya sembab
karena air mata menetes, rambut terurai tak terurus, tetapi bukan buat seseorang yang
sudah berkalang tanah, melainkan untuk Majnun yang dicintainya. Inilah mekanisme
pertahanan diri yang sangat sempurna yang dilakukan oleh Layla. Dia bisa bebas
menangis dan meratap untuk Majnun, tanpa diketahui oleh orang lain. Hal ini dapat
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
bergetar, tetapi bukan buat seseorang yang sudah berkalang tanah. Hanya
untuk Majnun, segala titik air mata tertumpah (hlm. 164).
Diri manusia tidak hanya berkehendak agar tetap selamat dalam proses
penyesuaian diri, namun juga berkehendak untuk berkembang. Akibat dari tekanan
sosial dan nilai kultural, terjadi proses identifikasi diri, dan itu ikut menentukan
tujuan dan cita-cita yang ingin dicapainya. Peningkatan diri ditandai oleh hasrat
dalam usaha mencapai tujuan atau cita-cita tidak lepas dari interaksi individu dengan
individu lain di dalam interaksi sosial. Masyarakat menilai individu, dan individu
sendiri menilai diri dan juga membuat perbandingan dengan individu lain dan terlibat
Kegagalan dan keberhasilan adalah fenomena alamiah yang ada pada setiap
individu. Hal ini membuat individu menata kembali yang berjalan terus-menerus atas
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
diri sesuai dengan tingkat sukses atau keberhasilan yang hendak ia capai. Di sini
tidak ingin terpuruk menghadapi kegagalan, hambatan, pengalaman lain yang tidak
Usaha peningkatan diri Majnun dapat dilihat pada usahanya untuk merubah
sikap dan perilakunya setelah bertemu dengan Naufal. Ia merubah pikiran liarnya dan
ia bertingkah laku layaknya orang normal. Dari hari ke hari Majnun menunjukkan
Peningkatan diri Syed Omri dapat dilihat dari usahanya untuk mencari
seperti kembali muda. Ia bertekad untuk mencari dan menemukan Majnun yang dapat
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
itu tidak pudar. Beristirahat di dalam gua membuat hatinya gelisah, dia tidak
bisa merasa tenang sebelum menemukan Majnun (hlm. 119).
Sedangkan peningkatan diri Layla dapat dilihat dari usahanya yang telah
melewati masa berkabung akibat kematian suaminya. Dua tahun bukanlah waktu
yang sedikit bagi orang yang sedang memendam cinta. Waktu terasa sangat lambat
berjalan dan Layla hampir putus asa menanti waktu pembebasan. Masa penantian itu
sangatlah menyiksa. Layla harus memakai kerudung hitam perkabungan, tidak boleh
menyempurnakan harapan, hari pertemuan untuk sepasang kekasih. Hal ini dapat
Akhirnya pagi menjelang, sang raja hari muncul dengan cahaya yang cerah,
dan malam-malam Layla telah berlalu. Keceriaan menghiasi wajahnya yang bersinar
seperti cahaya pagi. Dia bergerak dengan langkah selembut bidadari, dengan raut
wajah bersinar bak rembulan. Dan sekarang, apa yang menjadi tujuan utamanya?
Apakah tubuhnya akan memperlihatkan getaran yang ada di dalam hati, mengabarkan
cinta yang telah tersembunyi begitu lama? (hlm. 165).
Secara keseluruhan representasi perilaku manusia, dalam hal ini diwakili oleh
Majnun, Syed Omri dan Layla dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Tabel 1. Refresentasi Perilaku Manusia dalam Novel LM
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
BAB VI
unit tata bahasa yang tertinggi dan dibangun atas unit-unit yang lebih kecil
di bawahnya yaitu grup atau frasa, sedangkan grup atau frasa dibangun atas unit kata
yang terdiri atas morfem. Sedangkan kalimat bukan unit tata bahasa, tetapi
merupakan unit bahasa tulisan yang diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
Klausa sebagai unit tata bahasa tertinggi mempunyai tiga komponen yaitu
adalah kegiatan yang terjadi dalam klausa atau menurut tata bahasa tradisional
disebut kata kerja atau verba. Partisipan adalah orang atau benda yang terlibat dalam
melibatkan partisipan.
Proses dalam klausa dapat dirinci menjadi enam jenis yaitu proses material,
mental, relasional, verbal, tingkah laku, dan wujud. Proses material adalah aktivitas
atau kegiatan yang menyangkut fisik dan dapat dilihat oleh indra. Proses mental
adalah kegiatan yang menyangkut indra, kognisi, emosi, dan persepsi yang terjadi
menghubungkan satu entitas dengan entitas lain. Proses verbal adalah aktivitas yang
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
menyangkut pembawa informasi. Proses tingkah laku adalah aktivitas atau kegiatan
fisiologis yang menyatakan tingkah laku fisik manusia. Sedangkan proses wujud
adalah menunjukkan keberadaan satu entitas. Pada kesempatan ini peneliti hanya
Proses mental mempunyai dua partisipan, yang pertama manusia atau seperti
manusia yang sadar yang mempunyai indra melihat, merasa, dan memikir. Partisipan-
Partisipan kedua dapat berupa benda ataupun fakta adalah partisipan yang diindera
yang mengambil peran proses mental. Fungsi atribut dan penyandang mengambil
peran proses mental. Dalam bahasa Indonesia merasa senang dan gelisah bukanlah
proses mental, melainkan menjadi proses relasional. Perhatikan contoh berikut ini:
[1]
[2]
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
[3]
Klausa [2] dan [3] artinya dalam bahasa Indonesia adalah ‘lelaki itu merasa
senang’. Jadi, kedua kalimat itu sama, makanya proses relasional atributif ada yang
Analisis proses mental terbagi atas tiga komponen, yaitu analisis mental
persepsi, mental kognisi, dan mental afeksi. Berikut ini adalah analisis ketiga
memperhatikan, dan menyaksikan. Dari 359 klausa proses mental yang terjaring
dalam novel LM, setelah dianalisis terdapat 144 klausa proses mental persepsi yang
dapat dilihat pada Tabel 3. Analisis proses mental persepsi dapat dilihat pada contoh
[4]
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
[5]
[6]
[7]
[8]
Pada novel LM ditemukan, ada dua partisipan yang terdapat dalam proses
mental, yang pertama manusia dan bukan manusia, yaitu: bukit dan lembah yang
mempunyai indra mendengar. Ini bisa terjadi karena novel LM ini termasuk ke dalam
novel sastra Melayu klasik. Jadi, untuk membuat cerita lebih menarik dan kesan yang
melukiskan benda mati dan hewan yang berperilaku seperti manusia. Partisipan yang
pertama ini dinamakan “pengindra”. Partisipan kedua berupa benda yang ataupun
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
fakta adalah partisipan yang mengindra dinamakan “fenomena”. Fenomena dalam
tabel di atas berupa benda dan fakta dan aksi atau tindakan.
di atas, direalisasikan oleh klausa partikel yang dan bahwa. Fenomena yang berupa
sabar, terpikat, menganggap, dan terkejut. Dari 359 klausa proses mental, terjaring
137 klausa proses mental afeksi. 8 klausa diantaranya, fenomena berfungsi sebagai
subjek, sedangkan sisanya pengindra berfungsi sebagai subjek. Hasil analisis proses
mental afeksi dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5. Analisis proses mental persepsi
[9]
[10]
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
[11]
[12]
[13]
merasa, dan memikir, dapat terjadi secara timbal balik. Proses mental ini
direpresentasikan mempunyai ciri dua arah. Dalam klausa sejenis ini kedua elemen
yaitu pengindra dan fenomena dapat menjadi subjek klausa tanpa menukar bentuk
klausa”.
merupakan proses dua hala. Yang dimaksud dengan dua hala adalah klausa dengan
dua partisipan. Selanjutnya, letak atau posisi kedua partisipan dapat dipertukarkan
dan proses mental dalam klausa itu diganti atau disubsitusi dengan yang sejenis.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa proses mental dapat
terjadi dapat terjadi secara timbal balik. Kedua elemen, yaitu pengindra dan fenomena
dapat menjadi subjek klausa dengan mengganti proses mental yang sejenis tanpa
mengubah arti dan status kalimat aktif. Dalam klausa proses mental [14] dan [15]
kedua partisipan dalam masing-masing klausa dapat bertukar posisi dengan arti
kalimat yang sama. Begitu juga dengan klausa [16] dan [17]. Analisa ini dapat dilihat
[14]
[15]
[16]
[17]
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
6.2. Mental Kognisi
Analisis pada proses mental kognisi ditandai dengan aktivitas otak, seperti:
mengetahui, teringat, terkenang, dan mengenang. Dari 359 klausa proses mental, dari
diantaranya merupakan fenomena yang berfungsi sebagai subjek. Analisis data proses
mental kognisi dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7. Analisis proses mental kognisi
[18]
[19]
[20]
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
[21]
[22]
Sama halnya dengan proses mental afeksi, proses mental kognisi juga dapat
terjadi secara timbal balik. Kalusa [23] dan [24] masing-masing bisa bertukar posisi
dengan arti yang bersamaan, begitu juga dengan klausa [25] dan [26]. Ini dapat dilihat
[23]
[24]
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
[25]
mati
[26]
3. Kognisi 78 21,73%
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa klausa proses mental persepsi
menempati urutan pertama dengan persentase 40,11%. Klausa proses mental afeksi
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
kognisi menempati urutan ketiga dengan persentase 21,73%. Ini menunjukkan bahwa
aktivitas indra mata dan telinga lebih banyak digunakan dalam novel tersebut.
Aktivitas hati hanya terpaut tujuh klausa dari aktivitas indra mata dan telinga.
Sedangkan aktivitas otak sangat sedikit dipergunakan dalam novel LM, jika
percintaan banyak bercerita tentang perasaan. Jatuh cinta bisa disebabkan oleh
pandangan pertama. Dari pandangan pertama ini, rasa cinta turun ke hati. dalam
yang menyangkut tentang indra mata dan hati. Biasanya orang yang sedang jatuh
yang indah tentang cinta tersebut, sehingga membawa si pencinta ke dalam khayalan
tentang cinta itu sendiri sudah melampaui dari logika. Inilah sebabnya di dalam novel
LM lebih banyak digunakan klausa proses mental persepsi dan afeksi dibandingkan
Kata kerja yang digunakan dalam klausa proses mental persepsi pada novel
LM antara lain melihat, menatap, memandang, dan mendengar. Dari aktivitas indra
mata dan telinga ini, berpengaruh terhadap jiwa atau psikis seseorang. Seseorang
yang mental atau jiwanya sehat, tidak akan terpengaruh oleh perasaan. Tetapi jika
seseorang yang keadaan jiwanya terganggu, orang tersebut tidak bisa lagi berpikir
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Abdul Aziz al-Quussy (Hammad, 2008: 5) mengatakan, “kesehatan mental
ialah terealisasinya keserasian yang sempurna antara seluruh macam fungsi jiwa,
pada seseorang, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya”.
yang mentalnya sehat, di dalam dirinya tidak ada konflik atau pertentangan batin.
Fungsi-fungsi jiwa seperti pikiran, sikap, pandangan, dan keyakinan hidup harus bisa
membantu dan bekerja sama, sehingga bisa menjauhkan orang tersebut dari perasaan
ragu, bimbang, kegelisahan, dan konflik. Jadi, keserasian yang sempurna antara
seluruh macam fungsi jiwa adalah tidak adanya dalam diri seseorang konflik batin,
seperti keberadaannya di antara dua sikap yang bertentangan. Ragu dan bimbang
antara mempertahankan harga diri dan menghilangkan rasa laparnya dengan jalan
mencuri.
Syarat utama bagi kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari konflik batin
dan mampu mengatasi konflik tersebut ketika terjadi dalam dirinya. Tetapi jika
seseorang tidak mampu mengatasi konflik tersebut, maka hal ini akan menyebabkan
jiwanya terganggu.
Sama halnya dengan Syed Omri, Majnun, dan Layla dalam novel LM. Ketiga
tokoh cerita ini tidak dapat mengatasi konflik yang terjadi dalam diri mereka,
sehingga kesehatan mental atau jiwa mereka terganggu. Gangguan jiwa yang mereka
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
alami adalah frustrasi. Majnun mengalami frustrasi yang sangat akut sehingga ia
menjadi gila.
Pada Tabel 3 (no. 20 dan 21), ditemukan bahwa Syed Omri mengalami
frustrasi karena ia melihat keadaan Majnun yang menderita dengan tubuh yang
tinggal tulang dan kumal. Dia tidak tahan mendengar ratapan dan rintihan Majnun
yang sangat memilukan (no. 33 dan 34). Padahal pada Tabel 4 (no. 7), Syed Omri
berharap putranya kelak dapat dibanggakan. Jadi, harapan Syed Omri tidak sesuai
Frustrasi Majnun dapat dilihat dari Tabel 3 (no. 6 dan 7). Ia menatap wajah
Layla dan melihat keindahan yang menakjubkan. Dari Tabel 4 (no. 10), Qays telah
benar-benar jatuh hati pada Layla. Namun, karena ayah Layla tidak merestui
hubungan mereka membuat Majnun menjadi frustrasi. Ayah Layla menikahkan Layla
dengan Ibnu Salam. Majnun mendengar kabar pernikahan Layla dengan Ibnu Salam
(Tabel 3, no. 76). Untuk penyesuaian diri, Majnun banyak membayangkan wajah
Frustrasi Layla dapat dilihat melalui Tabel 3 (no. 8). Layla melihat pesona
yang memabukkan pada diri Qays, sehingga Layla tidak dapat melupakan Qays.
Pikirannya selalu tertuju pada Qays. Ia tidak ingin mengabaikan pengorbanan Qays
(Tabel 4, no. 80). Namun, karena Layla perempuan, dia tidak bisa berbuat banyak
untuk mewujudkan cintanya pada Majnun. Dia harus tunduk pada adat yang
mengikat. Jiwa Layla selalu mengenang Qays (Tabel 6, no. 13), merupakan bentuk
penyesuaian diri Layla yang diwujudkan dengan berkhayal. Melalui khayalan, Layla
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
dapat membayangkan wajah Majnun dengan leluasa. Khayalan ini akan mengurangi
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
BAB VII
7.1. Simpulan
Setelah membaca dan menganalisis secara seksama novel LM, maka dibuat
1. Representasi perilaku manusia yang dilihat melalui tokoh Majnun, Layla, dan
Syed Omri yang mengalami frustrasi. Majnun dan Layla frustrasi karena cinta
kesombongan orang tua Layla dan adat yang mengikat. Sedangkan Syed Omri
Orang yang frustrasi biasanya melakukan reaksi agresif yang terdiri dari
pandang bulu), dan suicide (menyalahkan diri atau bunuh diri). Reaksi lain
adalah menghindar dan kompromi yang terdiri atas sublimasi, proyeksi, dan
Sedangkan Syed Omri dan Layla tidak melakukan reaksi agresif free-floating
anger dan reaksi proyeksi atau menimpakan kesalahan pada orang lain. Ini
bisa terjadi karena Layla dan Syed Omri tidak dapat mengekspresikan
dia tidak mungkin melakukan perbuatan marah tanpa pandang bulu dan
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
menimpakan kesalahan pada orang lain. Sedangkan Syed Omri adalah
seorang pimpinan kabilah yang sangat dihormati dan berwibawa. Jadi, untuk
menjaga wibawanya dia tidak mungkin melakukan marah tanpa pandang bulu
dan proyeksi atau menimpakan kesalahan pada orang lain. Sementara itu,
Majnun adalah lelaki, dan dia tidak peduli dengan keadaan dirinya dan
Untuk mengatasi rasa frustrasi itu, mereka mengadakan penyesuaian diri atau
dan peningkatan diri. Majnun dan Layla melakukan semua reaksi tersebut,
sedangkan Syed Omri tidak melakukan pengalihan. Syed Omri tidak mau
marah kepada siapa pun karena ia seorang pemimpin yang arif dan bijaksana.
Di usia senjanya, dia tidak mau ada orang yang sakit hati kepadanya.
2. Analisis proses mental pada novel LM terdapat 359 klausa, di mana proses
persentase 40,11%. Urutan kedua adalah proses mental afeksi sebanyak 137
menggunakan klausa aktivitas yang menggunakan indra mata dan telinga dan
juga klausa aktivitas hati. Ini sesuai dengan tema novel LM yang berceritakan
tentang cinta. Perasaan cinta yang ada di hati, diawali dari pandangan mata
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
dan mendengar tentang hal-hal yang baik dari orang yang dicintai. Aktivitas
akhirnya akan menambah rasa cinta yang mendalam terhadap orang yang
dicintai.
Banyak halangan dan rintangan yang harus dihadapi. Begitu juga halnya
dengan cinta Majnun dan Layla. Cinta mereka tidak bisa bersatu di dunia.
Inilah yang menyebabkan mereka frustrasi. Keadaan jiwa atau psikis orang
yang sedang frustrasi memang terganggu. Keinginan dan harapan tidak sesuai
dengan kenyataan yang dihadapi. Orang yang frustrasi lebih banyak berbuat
menurut kata hatinya daripada pikiran. Persentase di atas juga menyiratkan hal
yang sama. Dari 359 klausa proses mental yang terjaring, 137 klausa adalah
didasarkan pada perasaan (hati) dua kali lebih banyak dibandingkan dengan
tindakan yang didasarkan atas pikiran (otak). Jadi, melalui novel LM, untuk
melihat keadaan jiwa atau psikis seseorang dapat juga dianalisis melalui
7.2. Saran
yang berbeda, baik teori maupun metode. Hal ni akan menunjukkan bahwa sebuah
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
karya sastra itu sangat kompleks, sehingga tidak tertutup kemungkinan penafsiran
karya sastra tidak akan pernah terlepas dari unsur psikologi pengarangnya maupun
unsut psikologi pembacanya. Dari kajian psikologi sastra ini, akan menambah
sepintas, peneliti menanyakan kepada khalayak bahwa tidak tahu tentang cerita LM
yang sebenarnya. Mereka hanya tahu bahwa Majnun itu gila, selanjutnya mereka
tidak tahu apa-apa. Padahal, novel LM ini sangat sarat dengan pesan moral, yaitu
cinta sejati tidak memerlukan penyatuan fisik karena cinta sejati melebihi ikatan
karena itu, penuhilah hidupmu dengan cinta sejati (cinta kepada Tuhan). Cinta yang
dimurnikan dengan penderitaan duniawi, sebab kelak akan mendapat berkah cahaya
abadi.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir. 2008. Kisah Sejuta Hikmah Kaum Sufi. Jakarta: Amzah.
Arifin, Syamsul. 1992. Metode Penulisan Karya Ilmiah. Medan: Kelompok Studi
Hukum dan Masyarakat FH USU.
Baker, Rachel. 2007. Sigmund Freud: di Seberang Masa Lalu. Penerjemah Jimmi
Firdaus. Jakarta: Sketsa.
Bayat, Mojdeh dan Muhammad Ali Jamniah. 2007. Layla & Majnun, Cerita-cerita
Menakjubkan dari Negeri Sufi. Penerjemah M.S. Nasrullah. Jakarta: Lentera.
Berry, Ruth. 2008. Seri Siapa Dia? Freud. Alih Bahasa Frans Koa. Jakarta:
Erlangga.
Dar al-Kutub al-Ilmiah. 2003. Laila Majnun. Penerjemah Ida Santana. Bandung:
Pustaka Hidaya.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Faisal, Sanafiah dan Andi Mappiare. TT. Dimensi-dimensi Psikologi. Surabaya:
Usaha Nasional.
Hammad, Azzam El. 2008. Kesehatan Mental Orang Dewasa. Jakarta: Restu Agung.
Nizami. 2008. Laila Majnun. Penerjemah Dede Aditya Kaswar. Jakarta: Oase Mata
Air Makna.
Nizami. 2009. Layla Majnun, Pengantin Abadi dari Surga. Penerjemah Ali Noer
Zaman. Jakarta: Kayla Pustaka.
Purwantari. 2004. “Legenda Cinta Laila Majnun” dalam harian Kompas tanggal 23
Oktober 2004, Jakarta.
Ratna, Nyoman Khuta. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Roekhan. 1990. “Penelitian Tekstual dalam Psikologi Sastra; Persoalan Teori dan
Terapan” dalam Sekitar Masalah Sastra, Aminuddin (Ed.). Malang: YA3.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Saragih, Amrin. 2006. Bahasa dalam Konteks Sosial. Medan: Program Pascasarjana
Unimed.
Sikana, Mana. 2007. Teras Sastera Melayu Tradisional. Singapore: Pustaka Karya.
Sinar, Tengku Silvana. 2008. Teori dan Analisis Wacana, Pendekatan Sistemik-
Fungsional. Medan: Pustaka Bangsa Press.
Sukapiring, Peraturen. 1989. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Medan: USU Press.
Sumarjo, Jakob dan Saini K.M. 1991. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Sundari, Siti. 2005. Kesehatan Mental dalam Kehidupan. Jakarta: Reneka Cipta.
Teeuw, A. 2003. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.
Tim Redaksi Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan. Penerjemah Melani
Budianta. Jakarta: Gramedia.
Yuwono, Untung. 2007. Gerbang Sastra Indonesia Klasik. Jakarta: Wedatama Widya
Sastra.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Lampiran 1:
Sinopsis
Kabilah bani Amir hidup di lembah Hijaz, Arabia yang terletak di antara
Mekah dan Madinah. Pemimpin kabilah itu bernama Syed Omri yang sudah tua dan
sangat termasyhur. Tidak ada seorang pun yang dapat menandingi kejayaannya. Harta
dermawan. Segala karunia Allah yang pernah diberikan pada makhluk hidup, dimiliki
Namun, semua kejayaan dan amal baiknya tidak mampu mengusir rasa gunda-
gulana yang bersemayam di hatinya. Ia tidak merasa bahagia karena dia tidak
dan menggelapkan hari-harinya. Namun, Syed Omri terus berdoa kepada Allah siang
Syed Omri tak jemu untuk berikhtiar, segala cara ia lakukan. Nasehat dan
petunjuk orang pandai ia jalani, doa dan nazar ia panjatkan. Ia berdoa dan bermunajat
Karena keseriusan dan ketulusan Syed Omri dalam memuja dan berdoa,
akhirnya ia dikaruniai Allah seorang anak lelaki yang tampan dan rupawan. Aqiqah,
sebagai ungkapan rasa syukur dilakukan setelah si bayi berumur tujuh hari. Bayi itu
diberi nama Qays. Kelahiran Qays membuat semangat hidup Syed Omri kembali
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Bayi laki-laki itu bagai anggur menghangatkan bibir yang gemetar karena
kehausan, dan memadamkan kesedihan yang bergejolak di hati. Bayi yang
didamba siang malam itu telah menghadirkan senyum kebahagiaan,
menanggalkan kerudung kesengsaraan dan kesedihan yang selalu
membayang, menjadi cahaya kehidupan serta pelipur lara di usia tua. Bayi itu
benar-benar membawa berkah bagi orang tuanya, karena sekarang kehidupan
Syed Omri dipenuhi oleh kesenangan dan kebahagiaan, namanya semakin
harum di mata bani Amir. Kekuasaannya semakin bersinar, bagai kekuasaan
Jamshid (hlm. 5).
Qays tumbuh menjadi seorang anak yang ceria dan periang. Tubuhnya kuat,
wajahnya tampan, dan suaranya merdu bagai buluh perindu. Syed Omri ingin
anaknya cerdas dan pandai, oleh karena itu ia memberikan pendidikan yang terbaik
untuk Qays. Ia menitipkan Qays kepada seorang guru yang bijaksana dan penyabar
di daerah Badui. Di sekolah itu, Qays termasuk anak yang cerdas dan tekun.
Di antara anak-anak yang bersekolah itu, terlihat seorang gadis cantik yang
adalah Layla, berasal dari bani Qhatibiah. Semua lelaki yang memandangnya pasti
terpikat oleh pesona dan kecantikan gadis yang sedang tumbuh mekar itu. Layla
seorang gadis yang cerdas dan memiliki kemampuan yang mengagumkan dalam
merangkai madah.
Pertama kali Qays melihat Layla, jiwanya langsung bergetar. Ini dapat kita
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
jiwa membuatnya kehilangan akal sehat, hingga lupa belajar dan lupa makan.
Setiap detik, tiada yang melintas diangannya, kecuali mata indah Layla. Tiada
suara yang lebih merdu daripada suara Layla (hlm. 9).
Qays tidaklah bertepuk sebelah tangan. Layla juga tertarik padanya. Baginya
Qays seperti gelas minuman, semakin dipandang semakin haus. Sama seperti Qays,
kekaguman Layla pada pemuda itu hanya mampu diungkapkan melalui syair. Dari
waktu ke waktu cinta tumbuh subur dan berbunga di dalam taman hati Qays dan
Layla. Keduanya tidak menyadari jika kisah asmara mereka mulai menjadi bahan
gunjingan. Ada yang ikut merasa bahagia dan ada yang merasa cemas kalau
hubungan cinta Qays dan Layla di ketahui oleh keluarga gadis itu. Karena dalam
tradisi Arab, keluarga akan menjadi tercemar jika anak gadisnya menjadi bahan
Akhirnya, kisah cinta mereka terdengar juga oleh ayah Layla. Kabar ini bagai
arang hitam yang membuat bani Qhatibiah tersinggung, harga diri mereka ternoda.
Hanya ada satu cara untuk menghilangkan malu, yaitu mengurung Layla di dalam
rumah, tidak boleh pergi ke sekolah atau pun berjumpa dengan kawan-kawannya.
Setelah Layla dipingit, muncul penyesalan dalam hati Qays karena tidak
mampuh menyimpan rapat rahasia mereka. Begitu juga Layla, di rumah pikirannya
berpisah, mereka menangisi nasib yang menimpa dan menyesakkan dada. Qays
laksana bunga kembang tak jadi. Jiwanya menjerit dan terguncang. Akal sehatnya
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Qays menjadi gelisah, tak sekejap pun ia sanggup memejamkan mata. Jika
hari sudah malam, Qays pergi meninggalkan rumah dan berjalan tak tentu arah
menerobos semak belukar menuju padang belantara. Dia berkelana mencari pengobat
hati, sembari bibirnya melantunkan syair. Ketika pagi menjelang, Qays berlari
menuju padang sahara, tanpa beralas kaki, ia mengabarkan pada angin dan pasir
Semakin hari jiwa Qays semakin menderita. Dia terus menyebut nama Layla
yang telah memenjarakan hatinya. Ulah Qays ini, dianggap telah mencemarkan nama
Layla dan keluarganya. Hati orang tua Layla hancur karena anak gadis yang menjadi
permata seluruh kabilah, disebut-sebut oleh orang gila dan menjadi tertawaan
dipermalukan.
Layla yang sudah jauh dari Qays semakin tersiksa. Layla selalu mengenang
Qays. Hasrat hatinya ingin bertemu dengan Qays. Rasa cinta di hati gadis itu semakin
mendalam. Meskipun mereka berdua berjauhan, getar perasaan Layla terhubung juga
pada Qays. Jika Layla semakin menderita, maka Qays lebih sengsara. Qays semakin
pasir yang gersang atau hutan belantara yang berbahaya. Dia tidak lagi merawat
Bila kerinduannya pada Layla tidak tertahankan, maka dadanya menjadi sesak
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
“Layla! Layla!” suara itu terus bergema, diucapkan berulang kali bagai
mantra-mantra. Air mata kesedihan dan keputusasaan mengalir deras di
pipinya yang pucat, laksana tetesan embun jatuh ke bumi. Qays telah
kehilangan semangat dan putus asa. Akal sehatnya sudah hilang, sirna pula
kesadaran dirinya. Jika sudah demikian syair-syair yang indah keluar dari
bibirnya yang kering (hlm. 21).
menjadi pengemis asalkan dapat mendekati rumah Layla. Ketika bertemu, Layla
ingin menjerit karena terkejut dan bahagia, namun gejolak itu ditahannya karena takut
ketahuan ayahnya. Ia sangat kasihan melihat Qays yang telah menelantarkan diri.
Sejak pertemuan itu, bayangan Layla tidak pernah lepas dari ingatannya. Ia
menggubah sejumlah syair buat Layla. Melalui syair itu bayangan Layla hadir, seolah
sedang berhadapan dan tanpa sadar Qays sering berbicara seorang diri. Qays tidak
nama Qays, mereka hanya mengenal lelaki itu bernama Majnun, si gila.
meminangkan Layla untuknya. Namun, karena kekerasan hati ayah Layla, ia tidak
mau menikahkan anaknya dengan Qays yang sudah dianggapnya gila dan telah
“Memang secara lahir anak tuan gagah dan tampan bagai rembulan,
namun penyakit yang ia derita tidak mungkin dapat disembunyikan….wahai
tuan, kami memahami bahwa kegilaan bukanlah dosa ataupun kejahatan,
namun siapakah orang mau berkumpul bersama orang gila? Orang tua
manakah yang merelakan anak gadisnya bersanding dengan pemuda gila?
Sungguh menyerah pada musuh yang bengis lebih baik bagi kami daripada
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
bergabung dengan orang gila. Demi Allah saya tidak menginginkan orang-
orang Arab berbicara, saya mengawinkan putriku dengan pemuda gila. Tuan
pasti tahu bagaimana tajam dan berbisanya lidah orang Arab itu”.
Mendengar kata-kata ayah Layla, Syed Omri merasa ditampar dan
dilempar kotoran ke wajahnya. Ia menjadi malu dan sakit hati (hlm. 34-35).
sekabilahnya dan menasehati agar melupakan Layla. Namun, semua itu semakin
menambah cinta Majnun kepada Layla. Cinta Layla tidak dapat digantikan oleh siapa
pun.
Majnun merasa rumah itu sekarang bukan lagi tempat tinggalnya, orang-orang
yang mengelilinginya bukanlah saudaranya lagi. Ia tidak betah tinggal di rumah itu.
Majnun pergi ke padang belantara, tempat hidup segala binatang liar dan berbisa.
Di sana ia menangis dan menumpahkan segala deritanya yang terbakar api cinta
Layla. Mulutnya tak henti menyebut nama sang kekasih, seperti mantra yang dapat
Tubuh dan wajah Majnun yang dulu bak bulan purnama, kini terbalut debu.
Semakin lama tubuhnya semakin kurus bagai ranting pohon. Binatang-binatang liar,
bahkan semut pun enggan mendekat. Mungkin binatang itu melihat cahaya cinta dari
pemuda untuk mencari Majnun dan membawanya pulang. Siang malam mereka
mencari hingga menemukan sosok tubuh yang kurus kering, dan wajah pucat
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
tergeletak di tanah. Hampir saja mereka tak lagi mengenali bahwa lelaki itu adalah
mengundang para tabib dengan berbagai cara dan bentuk pengobatan. Ia juga
bersedekah kepada fakir miskin. Namun, semua usahanya sia-sia. Usaha yang
terakhir yang dilakukan oleh Syed Omri adalah berdoa di Ka’bah. Syed Omri segera
menunaikan ibadah haji dan berdoa kepada Allah untuk kesembuhan anaknya.
Kemudian Syed Omri menyuruh Qays berdoa kepada Allah agar dia terlepas dari
Namun, Qays berdoa kepada Allah agar Layla dianugrahi untuknya dan dia
berdoa agar hatinya jangan berpaling dari Layla. Ini dapat kita lihat pada kutipan
berikut:
Demi mendengar doa Majnun, putuslah harapan ayahnya. Tidak ada lagi
sedih, hidupnya terasa hampa, tiada lagi harapan yang tersisa. Cahaya yang
Setelah pulang menunaikan haji, Majnun tidak betah lagi tinggal di rumahnya
yang mewah. Hidupnya tidak tenang jika tidak berjumpa dengan Layla. Bagi Majnun
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
tidak ada suatu kebahagiaan, selain dapat berjumpa dengan Laila. Namun, untuk
berjumpa dengan Layla tidaklah mudah. Gadis itu semakin dijauhkan dari
kemungkinan bertemu dengannya. Keadaan itu membuat jiwa pecinta yang mabuk
Majnun hidup sendiri di gurun sahara, berkawan dengan binatang buas dan
selalu menyebut nama Layla. Tubuh Majnun semakin hari semakin lemah. Salah satu
yang membuatnya bersemangat hanyalah jika ada orang yang membawa kabar
tentang Layla.
Naufal, salah seorang bangsawan Arab dan kepala kabilah Arab sangat
mengatakan bahwa ia tidak akan menyerahkan anaknya kepada orang gila. Dia tidak
mau menikahkan dengan kehinaan dan aib. Mendengar pengakuan orang tua malang
itu Naufal menjadi terharu. Ia tidak sanggup membunuh musuh yang tidak berdaya.
Naufal melihat cinta dalam bentuk lain yaitu cinta seorang ayah kepada anaknya.
masuk ke dalam hutan berteman dengan binatang-binatang buas. Lebih baik berteman
dengan binatang yang tidak pernah menyakitinya daripada berteman dengan manusia
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
dianggap sebagai penyebab peperangan. Layla semakin terkucil dan putus asa.
Ayah Layla tidak ingin membiarkan keluarganya selalu dihina dan Layla
diterpa kesedihan tiada henti. Dia dikawinkan ayahnya dengan Ibnu Salam. Layla
tidak bisa menolak perkawinan itu. Namun, dalam hatinya ia berjanji hanya Majnun
yang dapat memiliki hati dan cintanya. Ini dapat kita lihat pada kutipan berikut,
tertiup angin. Majnun menjadi semakin liar. Majnun terus berteriak memanggil Layla,
Syed Omri larut dalam duka sejak anaknya pergi. Setiap hari ia meratapi nasib
Majnun yang malang. Ia merasa ajalnya sudah dekat dan ingin melihat Majnun untuk
yang terakhir kali. Akhirnya, ia mendengar kabar dari seorang pengelana tentang
terjal dan berbahaya. Setelah memberi restu dan berkah di kepala putranya, sambil
merintih Syed Omri meninggalkan gua seram itu. Tidak berapa lama setelah
pertemuan itu, Majnun pun mendapat kabar bahwa ayahnya sudah meninggal.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Mendengar kabar itu, Majnun berteriak sembari memukuli wajah dan mencabuti
rambutnya.
Majnun mendengar kabar dari Ishaq, seorang pengelana tua yang merasa
simpati terhadap kisah cinta Layla dan Majnun. Lelaki itu mengatakan bahwa Layla
tetap akan mencintai Majnun, walaupun ia telah menikah. Layla tidak akan
mengkhianati cinta kasih Majnun. Ia tetap menjaga tubuh dan hatinya. Hati dan
cintanya hanya untuk Majnun. Mendengar hal itu Majnun menjadi bersemangat
kembali.
Setelah membaca surat Majnun, Layla diliputi kegelisahan. Lalu dia pergi
kepada Majnun. Demi melihat anting-anting itu, yakinlah Majnun bahwa Layla ingin
bertemu dengan dirinya. Pada waktu yang telah ditentukan maka Majnun pun bisa
ia tidak percaya bahwa ia bertemu dengan Layla. Majnun segera mengungkapkan isi
hatinya dengan bersyair. Ini dapat kita lihat pada kutipan berikut:
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Setelah pertemuan itu, Layla semakin menanggung kesengsaraan. Ia melewati
hari-harinya dengan air mata penderitaan karena rindu. Sebenarnya Ibnu Salam,
suami Layla juga menderita. Lelaki yang baik hati itu pun telah salah memetik bunga.
Ibnu Salam bangga bisa menyunting Layla, tetapi pernikahannya adalah jalan menuju
kematian. Hatinya sakit sejak malam pertama. Tetapi Layla tidak bisa disalahkan,
adat memaksa perempuan menikah dengan lelaki yang tidak dicintai. Karena adat
Peristiwa demi peristiwa menelan ketegaran Ibnu Salam, akhirnya lelaki itu
jatuh dalam kehampaan cinta. Bagaimana tidak orang yang paling ia sayangi selalu
menyebut nama lelaki lain. Harga dirinya merasa terhina, karena istrinya selalu
menjauh dan mengharapkan lelaki lain. Harapannya telah hilang dan akhirnya ia
Setelah kematian Ibnu Salam, Layla menjadi lebih tersiksa. Ia harus memakai
kerudung hitam perkabungan, tidak boleh keluar rumah dan bertemu siapa pun. Layla
pembantu yang ia percaya dan setia. Layla menyuruh Zayd membawa Majnun
padanya.
Pada waktu yang telah ditentukan, kedua insan itu dapat bertemu kembali.
Keduanya diam membisu. Hati mereka dipenuhi keinginan untuk berbagi rasa, namun
lidah mereka terasa keluh. Lalu Layla mengeluarkan syair-syairnya dan Majnun pun
meneteskan air mata seraya bersyair pula. Majnun menatap wajah Layla. Getaran
hatinya menyiratkan aliran cinta yang demikian deras. Tetapi tiba-tiba hati Majnun
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
bergejolak. Pikiran Qays jadi kalut karena melihat pesona yang memabukkan kini
berdiri di hadapannya. Namun, tiba-tiba ia lari seperti binatang buas. Pandangan yang
Majnun suci dan murni. Namun, cinta yang berlebihan membuatnya menjadi gila.
Setelah pertemuan itu, Layla seperti terkena badai musim gugur. Setelah
melihat keadaan jiwa Qays, Layla tidak tahu lagi cara menghiburnya. Tidak tahu apa
yang harus dilakukan untuk mengobati luka rindunya. Harapan dan impian Layla
pudar. Kedukaan dan ketakutan menguasai hatinya. Layla merasa cahaya hatinya
mulai surut. Tubuhnya yang kurus sudah tidak mampu menopang kesedihan yang
demikian berat. Layla lalu memanggil ibunya dan berwasiat. Sepeninggalannya nanti
jika Majnun menangis di pusaranya, janganlah dihina, tetapi hiburlah hatinya, karena
dunia fana ini. Zayd segera pergi menemui Majnun dan menyampaikan kabar duka
itu. Mendengar kabar dari Zayd, Majnun tersungkur ke tanah dan kesadarannya
hilang. Majnun berlari menuju pusara Layla. Dia mendekatkan dadanya pada pusara
Binatang buas yang setia mengawal Majnun, hanya diam mematung. Setiap hari
Akhirnya Majnun meninggal dunia di atas pusara Layla. Ini dapat dilihat pada
kutipan berikut:
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Semakin lama suara Majnun semakin lemah. Sayap-sayap kematian
telah mengajaknya terbang menemui Layla sang kekasih di alam keabadian.
Gerbang kematian telah terbuka, dan mengajaknya pergi meninggalkan dunia
fana. Kematian yang menjemput tidak meninggalkan bekas penderitaan.
Wajah Majnun seperti terlihat sedang tertidur. Kepalanya tergeletak di atas
batu nisan, sedang tubuhnya seperti memeluk tanah pekuburan yang
menyimpan jasad kekasihnya (hlm. 178).
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Lampiran 2:
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
18. [Dan] ia melihat tiada lagi yang dapat 36/13
diharapkan
19. [Sedang] engkau tidak melihat harapan untuk bersanding 39/8
dengannya
20. Hati mereka melihat putra kesayangannya 42/13
[hancur binasa]
21. [Siapakah] orang melihat anaknya menderita? 43/6
tua yang tega
22. Ia [tidak akan melihat anaknya terancam bahaya 43/7
diam dengan
tenang]
23. Mereka melihat menara yang berkilap 44/11
24. Engkau akan melihat seorang hamba bertaubat 45/19
25. Hati Syed Omri mendengar doa Majnun 46/3
[seperti disayat
duri]
26. Ia menatap wajah ayahnya 47/2
27. Binatang-binatang melihat kehadiran Majnun 49/22
buas yang berada
di dalam gua
mengaum
28. [Mungkin] tuan sudah mendengar tabiat seorang pemuda 51/10
yang tinggal di lembah
Wadiyain
29. [Dari kejauhan] mendengar suara binatang buas 52/19
mereka
30. Binatang-binatang demi melihat pancaran cahaya cinta di 53/2
buas [menjadi wajah Majnun
jinak]
31. Aku dapat memandang jernih matamu 54/24
32. (Aku) memandang ikal rambutmu 54/25
33. Syed Omri [tidak mendengar ratapan Majnun 56/5
kuasa]
34. [Betapa sedih] aku mendengar rintihanmu 56/7
35. [Kelak] engkau akan melihat beda antara cinta dan 58/31
nafsu
36. Sang ayah [hanya melihat tubuh putranya yang 61/8
bisa bersedih] kumal
37. Mereka mendengar teriakan Majnun 62/8
38. [Dan ternyata] tidak melihat ruh atau makhluk langit 62/12
mereka
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
39. Majnun melihat sesuatu yang mengusik 62/24
hatinya
40. Ia melihat seorang lelaki 62/25
41. Layla [berjalan- melihat sekeliling 65/24
jalan di taman]
42. Jiwanya yang bisa mendengar suara majnun 66/25
mengembara
43. Layla mendengar suara yang begitu lembut 66/27
44. Layla mendengar anak muda dan orang tua 67/5
melantunkan syair
45. Ishaq melihat sebuah pemandangan 67/31
yang ganjil
46. Ishaq memandangi Layla 68/11
47. [Dan] aku melihat sepertinya engkau sedang 68/15
diliputi kesedihan
48. Ia perhatikan Ishaq dengan teliti 68/27
49. [Sesaat] Layla melihat bunga lili dan mawar 76/5
yang sedang mekar
50. Ibnu Salam melihat di dalam taman 81/1
51. Ibnu Salam melihat mata layla yang indah 81/2
terkesima]
52. [Bila] musuh mendengar namanya 85/8
53. Pemburu itu melihat seekor rusa 85/22
54. Ia melihat sosok manusia 85/29
55. Telinganya mendengar Lagu-lagu sedih 85/30
56. Dia melihat tubuh lelaki itu tinggal 86/2
tulang-belulang dibalut
kulit
57. Ia belum pernah keganjilan 86/14
melihat
58. Naufal [gembira] melihat perubahan pada diri 87/12
majnun
59. Naufal memperhatikan Semua tingkah laku 88/5
majnun
60. Naufal [senang] melihat perubahan yang terjadi 88/8
pada diri tamunya
61. Ia [juga senang] mendengar syair-syair cinta majnun 88/9
62. Orang tua Layla mampu melihat Mutiara yang kemilau 89/7
63. Majnun melihat cahaya terang-benderang 89/22
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
64. [Bila Allah melihat Nya (dia) walau sekejap 91/4
menakdirkan]
engkau
65. [Janganlah] tuan memandang kekuatan kami 96/17
[rendah]
66. Majnun yang sejak [hanya] melihat pertempuran itu dari 98/7
kemarin [saja] tenda
67. Majnun melihat korban berjatuhan 98/17
[menangis]
68. Engkau melihat Bahwa kekuatan kami 98/28
telah kalah
69. Engkau [akan] melihat kesungguhan dan 99/19
kebenaran ucapanku
70. Ia [tidak tega] mendengar kata-kata orang tua yang 100/11
sudah kalah itu
71. [Saat] Majnun mendengar keputusan naufal 100/28
72. Majnun menyaksikan seekor rusa terjerat dalam 102/8
perangkap
73. Majnun melihat rusa yang telah dia 103/24
bebaskan
74. Majnun menatap kepergiannya 103/26
75. Layla [menjadi mendengar Cerita ayahandanya 106/8
sedih]
76. Gadis itu [berusaha] nasehat ayahnya 106/16
mendengarkan
77. Ia melihat layla menampakkan 110/8
punggung
78. Majnun mendengar kabar pernikahan Layla 112/1
dengan ibnu salam
79. Aku melihat Daun tumbuh dan 115/17
berkembang
80. Tiada orang yang mendengar ratapanku 115/22
sudi
81. Sang pengelana mendengar Kata-kata Majnun 116/14
[menjadi terkejut]
82. Ia [merasa melihat kesedihan Majnun 116/15
kasihan]
83. Syed Omri melihat sosok puteranya dalam 120/2
keadaan menyedihkan
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
84. [Siapakah] orang melihat puteranya dalam keadaan 120/4
tua yang tega kurus hanya tinggal
tulang terbalut kulit
85. Ia melihat seekor ular membelit 120/11
leher Qays
86. Syed Omri mengamati Majnun yang seperti 120/15
tidak sadarkan diri
87. Ia [bisa] melihat [dengan sosok yang berdiri di 120/28
jelas] hadapannya
88. Ia [bisa] menatap dan ayahnya 120/29
mengenali
89. Majnun menatap ayahnya 122/15
90. Aku tidak melihat apapun selain Layla 122/21
91. Syed Omri dengan menatap puteranya 122/32
kedukaan yang
tidak bisa
diungkapkan
92. Ia melihat wajah Majnun 123/1
93. Majnun melihat seekor burung merpati 127/7
94. Aku melihat Mu tak berubah 127/22
95. [Kemudian] melihat seekor anak rusa yang 128/9
Majnun bergerak gesit
96. Aku melihat ia 129/26
97. Ia melihat sang pegawai yang tidak 101/29
bersalah itu terikat kuat
98. Si penunggang melihat Majnun dikelilingi oleh 131/10
kuda binatang buas
99. Majnun menatap wajah lelaki itu 132/1
100. Aku melihat Rusa yang malu-malu 132/7
dan singa buas
bersamamu dalam
suasana damai
101. Gadis itu melihat ku 132/28
102. Aku melihat Dia menangis 134/22
103. Aku melihat jemarinya yang halus 136/1
104. Mereka [tidak melihat Bahwa yang berada di 139/9
akan mampu lagi] sampingnya adalah sosok
manusia
105. [Sudah lama] ia mendengar kisah Majnun 139/20
106. Majnun menatap Salim dengan raut muka 140/16
tidak senang
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
107. Punggawa menatap dengan pandangan 141/21
kerajaan itu penghina
108. Sang ibu memperhatikan keadaan putra 144/25
kesayangannya
109. Aku menatap tidurmu 145/13
110. [Sudikah] tuan mendengar kisah yang tidak 149/10
memiliki hubungan
apapun dengan anda?
111. [Apakah] engkau pernah mendengar kisah seorang pemuda 149/15
yang tampan dan
berakhlak mulia?
112. [Biarkan] mata ini memandang wajahnya lagi! 150/13
113. Pertapa itu melihat seorang lelaki dikelilingi 150/27
oleh binatang buas
114. [Kini] ia [benar- melihat sinar matanya 152/13
benar akan
bertemu]
115. (ia) melihat Bibirnya yang bagai batu 152/14
rubi
116. [Dari kejauhan] melihat rumah kekasihnya 152/16
Majnun
117. Layla melihat Sang pertapa meyelinap 153/5
ke dalam taman
118. Orang-orang melihat ku berada di samping 153/22
qays
119. Lelaki tua itu melihat pemandangan yang 153/28
mengharukan
120. Matanya melihat Layla sedang berdiri 154/2
mematung
121. Engkau dengan memandang Penuh cinta padaku 155/17
mata hitam yang
indah
122. Aku melihat anggur cinta di sana 155/19
123. Aku melihat betapa bahagia kita 155/20
berdua
124. [Dari kejauhan] melihat Seorang lelaki berwajah 158/7
Majnun tampan dan gagah
125. Ia perhatikan lelaki itu 158/8
126. Aku telah mendengar kisahmu 158/15
127. [Mengapa] engkau memandang [hina] kemegahan dan semua 158/24
kemewahan yang kau
miliki
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
128. Pemuda itu mendengar dan ketulusan jiwa majnun 161/11
[tinggal beberapa melihat
hari lamanya]
129. Layla menatap ke arah rembulan 164/1
130. Mata mereka menatap satu sama lain dalam 166/16
kebisuan
131. Layla memandang wajah Majnun yang 168/4
suram
132. [Dan] Majnun menatap wajah Layla 168/6
[pun]
133. Dia memandang berkeliling selama 168/17
beberapa waktu
134. [Sejenak menatap Layla dengan senyum 168/18
kemudian] (dia) yang mengerihkan
135. Langit telah berkenan doaku untuk 171/22
mendengar mengembalikan aku ke
alam keabadian
136. [Dan saat] engkau melihat dia mendekat tandu 172/9
jenasahku
137. Ibu yang berduka menatap puterinya tanpa suara 172/24
itu
138. Ia melihat air mata kesedihan yang 174/2
menetes
139. Aku [tidak bisa melihat wajah bidadari 175/9
lagi]
140. [Dimana lagi pandang bibir yang seperti 175/22
dapat] ku permata rubi
141. Majnun menatap orang yang mendekatinya 177/3
142. Zayd melihat dunia lain, dunia yang 179/27
penuh pesona dan
kebahagiaan
143. Zayd melihat malaikat muncul dari 179/28
cahaya lingkaran
kemewahan
144. Dia melihat kubah hijau dengan buah 179/31
emas dan kumpulan
bunga
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Tabel 4. Analisis Proses Mental Afeksi, Pengindra sebagai Subjek
No Pengindra Proses : Mental, Fenomena Hlm./
Afeksi Baris
1. Aku [tetap penuh] harap pada-Mu 3/4
2. Aku [tetap] mengharap kemurahan-Mu 3/31
3. Syed Omri tak [jua] jemu untuk berikhtiar 4/1
4. Syed Omri [seolah] tidak ingin sekejap pun melewatkan 6/7
kebahagiaan bersama
putera kesayangannya
5. Lelaki tua itu kini tak lagi tertarik melakukan perjalanan jauh 6/13
6. Ia tidak tertarik melakukan perniagaan 6/15
7. Syed Omri Berharap kelak puteranya dapat 7/6
dibanggakan
8. Syed Omri Ingin Qays menjadi pemuda 7/14
yang cerdas dan pandai
9. Semua lelaki [pasti] terpikat oleh pesona dan kecantikan 8/31
yang gadis
memandang
10. Qays [benar-benar telah] pada Layla 9/23
jatuh hati
11. Layla [mawar [sudah] tertarik pada qays sejak pertama 10/26
jelita di taman kali berjumpa
nirwana itu]
12. Mereka tidak ingin orang lain mengetahui 11/7
hubungan itu
13. Jiwa mereka tidak ingin berpisah 11/18
14. (Mereka) merasakan kehangatan cinta 11/19
15. Mereka [hanya] merasakan manisnya cinta dengan 11/29
melukiskan ghazal pada
mata masing-masing
16. Mereka menyangka tidak ada mata yang 13/13
melihat dan menaruh
curiga
17. Pikirannya [selalu] Qays 14/21
membayangkan
18. Aku mencintai Layla 15/5
19. Ia [juga] merindukan ku 15/11
20. Ia berharap ada orang yang dapat 18/13
membantu
21. Dia ingin mengadukan nasibnya 20/26
22. Kerabatnya menganggap cinta qays 20/27
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
23. [Lebih banyak] menganggap Qays telah hilang ingatan 21/1
(orang) yang
24. Ia ingin menjerit 27/3
25. Aku [hanya] menginginkan kebaikanmu 27/14
26. Ia takut kehadirannya akan 29/4
mencelakakan gadis itu
27. Majnun [tetap saja] menderita dalam cinta 29/25
28. Hati putera kita [telah] terpikat Oleh ratu dari para gadis 30/17
arab
29. Kami berhasrat meminang belahan hati 32/18
tuan
30. Kami yakin tuan adalah orang yang arif 33/5
lagi bijak
31. [Demi Allah] tidak menginginkan Orang-orang Arab 33/29
saya berbicara
32. Engkau [telah] dilenakan dengan cinta buta 35/12
33. Ia [menjadi] sesak nafas 36/16
34. [Sedang] aku [akan tetap] mencintai nya 38/19
35. [Mengapa] mencintai gadis 38/7
engkau
36. Aku [akan tetap] mencintai Layla 38/13
37. Lelaki itu [begitu] mencemaskan nasib puteranya 41/7
38. Mereka yakin lelaki itu adalah Majnun 42/1
39. Ia ingin mencelakakan dirinya 42/17
40. Aku mencintai Layla 45/3
41. Aku menyayangi dan tidak selain dia 45/4
bisa berpaling [dari]
42. Ia merasa sia-sia 46/4
43. Ia [masih] ingin berbuat yang terbaik 46/6
44. Harga diri tersinggung demi mengetahui gadis 50/21
mereka bunga keluarga dan
penghias semesta disebut-
sebut oleh orang gila
45. Majnun ingin berteriak memanggil layla 53/25
46. Engkau tak hendak melihat diriku yang 54/15
terlunta-lunta
47. Aku mencintai Layla 55/12
48. Ia berharap bebannya akan menjadi 60/29
ringan
49. Syed Omri ingin membahagiakan puteranya 61/9
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
50. Ia ingin Suasana di rumah selalu 61/10
riang gembira
51. Ia tidak betah dan memilih menjauhkan 61/31
diri dari keramaian dunia
52. Ia [berteriak [seolah] ingin melepaskan semua beban 62/5
sekuat tenaga] yang menghimpit
53. Ia tidak ingin rahasianya terkuak 66/9
54. Ia tidak ragu bahwa lelaki itu dapat 68/28
dipercaya
55. Sang bukit tidak ingin melihat gadis itu 70/9
dihinggapi kelelehan
56. [Barulah] Ishaq yakin penderitaan yang menimpa 72/14
gadis itu
57. Aku ingin Berada di sampingmu 76/20
58. Mereka mengira Gadis itu sedang mengigau 78/3
59. Mereka tidak ingin permata yang mahal 82/28
harganya itu lepas dari
genggaman
60. Mereka maklum Dengan penundaan itu 83/20
61. [Mungkin] kecewa pada seseorang 86/28
engkau
62. Naufal [berusaha ingin membantu majnun keluar 87/26
sekuat tenaga dari penderitaan yang
dan sepenuh menghisap masa mudanya
hati]
63. Aku tidak menghendaki perpisahan yang 92/21
meremukkan hati dan
jantung
64. Aku [sudah] tidak sabar menunggu janjimu 93/4
65. Aku mengasihi nya sejak matahari terbit di 93/12
timur hingga rembulan
menyisakan semburat
merah kala fajar
66. Aku merindukan nya sejak matahari terbit di 93/12
timur hingga rembulan
menyisakan semburat
merah kala fajar
67. Lelaki itu [sudah] berniat Untuk mewujudkan 95/10
keinginan Majnun
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
68. Kami [datang ingin merangkai benang-benang 95/23
dengan niat asmara yang telah
tulus] mengikat puteri tuan
dengan sahabat kami
69. Engkau tidak menginginkan puteriku 99/16
70. Aku tidak mau dikhianati 99/22
71. Aku tidak mau menikahkan layla pada 99/25
kehinaan dan aib
72. Aku tidak sanggup menikahkan puteriku 100/3
dengan keburukan dan
menerima kutukan dari
negeriku
73. [Bagaimana sanggup membunuh musuh yang 100/12
mungkin] ia sudah terluka dan tak
berdaya?
74. [Bagaimana sanggup Menyakiti lelaki tua yang 100/13
mungkin] ia sudah sekarat?
75. Ia tidak ingin kabilahnya menanggung 106/14
malu
76. Ayah Layla tidak ingin membiarkan keluarganya 107/28
selalu dihina
77. Ia berharap kali ini keinginannya untuk 108/9
mempersunting layla tidak
menemui ganjalan
78. Dadanya bergejolak Oleh beban berat 109/11
79. Ia tidak ingin Dunia menuduhnya 109/22
sebagai penghianat
80. Ia tidak ingin Mengabaikan pengorbanan 109/23
Qays
81. Aku tidak ingin melakukan perbuatan yang 110/22
aku benci
82. Aku tidak ingin menjadi seorang 110/23
penghianat
83. Aku tidak ingin menghianati cintaku 110/25
84. (Aku) tidak ingin mengotori jiwaku 110/26
85. Jiwa yang penuh tidak [akan pernah] oleh kemewahan dunia 110/31
cinta terlena
86. Mereka [hanya] menginginkan Orang yang dapat 114/22
memenuhi segala hasratnya
87. Ia ingin bertahan hidup hanya demi 116/30
engkau
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
88. Aku bingung memikirkan janji yang tak 117/19
engkau tepati
89. Ia bertekad Untuk mencari dan 119/2
menemukan puteranya
90. Majnun tidak [sedikit pun] terganggu 120/13
merasa
91. Majnun menatap lelaki itu 120/19
92. Aku ingin Engkau tidak lagi pergi 121/5
mengembara
93. Engkau [akan] aman tinggal di rumah 121/6
94. Perasaannya mengembara mengenang rumah 122/7
95. [Selama ini] ia [telah] mengabaikan orang tua karena hatinya 122/8
telah tercuri oleh seorang
gadis
96. Majnun menyesal telah berbuat zalim pada 122/9
orang-orang yang tulus
mengasihinya
97. Syed Omri tidak [akan] kesedihan lagi 123/18
merasakan
98. [Benarkah] mencintai ku setulus jiwa 127/24
engkau
99. Dulu aku [masih] menaruh Dapat memilikimu 127/29
harapan
100. Ia ingin melihat sendirian keanehan 129/28
itu
101. Mereka menganggap mu sebagai raja 132/8
102. Aku [amat] menginginkan kerelaannya 133/4
103. Aku mengasihi nya 133/5
104. Aku mencintai nya 133/5
105. Aku terlena dengan cintanya 133/12
106. Aku [akan tetap] bibirmu 138/16
merindukan
107. Dia ingin dapat berjumpa langsung 139/23
dengan majnun
108. Ia bertekad Untuk bertemu majnun 139/24
109. [Mengapa] tak hendak menyantap hidangan ini? 140/18
engkau
110. Engkau terpesona Oleh kemilau dunia 141/25
111. Salim mengerti apa yang sedang 144/4
berkecamuk didalam dada
pencinta itu
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
112. Ia berharap dapat mendengar suara 151/3
merdumu untuk mengobati
kesedihannya
113. Layla [sangat] ngin melihatmu tersenyum 151/8
114. [Apakah] engkau tidak ingin Keluar dari belenggu 151/8
kesedihan yang telah
memenjarakan hidupmu?
115. Ia berharap dapat berjumpa dengan 152/1
Layla
116. Ia ingin menjadi burung yang dapat 152/18
terbang
117. Aku [telah] dimabukkan Oleh rasa cinta 154/12
118. [Padahal] ia [masih] berharap dapat mendengar lebih 156/8
banyak lagi bait-bait syair
yang dapat menyenangkan
hati
119. Banyak orang ingin mencari gua tempat 157/9
persembunyian majnun
120. Ia [sangat] ingin Bertemu dengan majnun 158/1
121. Aku tidak mengharapkan yang lain 159/1
122. Ibnu Salam bangga bisa menyunting Layla 163/4
123. Ia berharap pertemuannya dengan qays 170/2
dapat mengobati
kesedihannya
124. Ia berharap kelak pemuda itu dapat 170/15
menyuntingnya
125. Ia [sangat] sepeniggalannya dendam 170/32
mendambakan dan amarah bani qhatibiah
tidak sampai
mencelakankan Qays
126. Layla [masih] ingin melindungi kekasihnya 171/6
yang gila dan liar
127. Majnun terkejut [alang- melihat bujang layla datang 174/1
kepalang] mengenakan pakaian
berkabung
128. [Dan] aku berharap Engkau dapat segera 175/32
melepaskan belenggu di
kakiku
129. Ia ingin tetap di sana selamanya 176/12
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Tabel 5. Analisis Proses Mental Afeksi, Fenomena sebagai Subjek
No Fenomena Proses: Mental, Pengindra Hlm./
Afeksi Baris
1. (Bibir Layla) membahagiakan hati yang memandang 22/20
2. Kata-kata istrinya melegakan hati dan pikiran Syed Omri 30/27
itu menentramkan
3. Mata air yang [selalu] menyejukkan hati (orang) yang 32/9
jernih dan bersih kehausan
4. Kata-kata Syed menyinggung harga dirinya 33/9
Omri
5. Pesona wajahmu [akan] menarik hati gadis-gadis cantik 35/19
6. Kata-kata meresap [dalam hati] Majnun 122/6
ayahandanya itu
7. Salim masih menyenangkan hati Majnun 140/14
berupaya
8. Kali ini kenangan meresahkan hatinya 143/14
akan sang ibu
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Tabel 6. Analisis Proses Mental Kognisi, Pengindra sebagai Subjek
No Pengindra Proses : Mental, Fenomena Hlm./
Kognisi Baris
1. Manusia tidak pernah tahu rahasia di balik semua itu 4/13
2. Manusia tidak pernah sadar akan bahaya yang 5/19
tersembunyi
3. Manusia tidak pernah tahu Bahwa petaka yang 5/20
mengintai
4. Mereka tidak tahu bahwa asmara tersimpan 11/4
di dalam hati
5. Saat orang lain berpikir agar menjadi orang hebat 11/24
6. Dua kekasih itu [hanya] berpikir tentang cinta 11/25
7. Kedua insan itu [hanya] diri sendiri 13/8
memikirkan
8. Tidak seorang pun menyadari Ketetapan cinta yang akan 13/11
terjadi
9. Keduanya tidak menyadari jika kisah asmara mereka 13/12
10. Qays menyadari bahwa Layla dipingit 14/19
11. Ia tidak lagi dirinya sendiri 18/7
mengenali
12. Orang-orang [di tidak akan suratan takdir yang sedang 19/28
daerah itu] mengetahui berlaku
13. Jiwa Layla [selalu] mengenang Qays 20/7
14. Hanya bebatuan memahami kesediahan hatinya 21/6
lembah yang bisa
15. Ia [dapat dengan membayangkan wajah Layla yang cantik 21/9
leluasa]
16. [Apakah] ia [masih] diriku? 21/23
memikirkan
17. [Lama-kelamaan] lupa Akan nama Qays 29/19
mereka
18. Mereka [hanya] mengenal lelaki itu sebagai Majnun 29/19
19. Lelaki itu berpikir Biasanya ibu lebih peka 30/4
20. Lelaki itu berpikir mana mungkin kumbang 31/4
tak tertarik pada putik
21. Kami memahami bahwa kegilaan bukanlah 33/25
dosa ataupun kejahatan
22. Mereka tidak [akan dapat] hati yang sedang merana 40/13
memahami
23. Aku teringat akan dikau Layla 44/29
24. Dia yang terus mengingat cintaku 45/11
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
25. Mereka tidak pernah tahu keadaan yang 52/32
sesungguhnya
26. Aku tahu engkau terpenjara dalam 54/13
lingkungan keluarga yang
mengasihimu
27. Ku ingatkan dirimu 58/27
28. Engkau berpikir seekor semut yang kurus 60/16
bisa mengenyangkanmu
29. Ia berpikir suasana seperti ini dapat 61/11
menghibur majnun
30. Syed Omri tidak sadar Bahwa tak ada guna 61/18
membebaskan hati yang
telah terpenjara oleh cinta
31. Layla lupa akan kepedihan yang 76/5
mempermainkan jiwanya
32. Mereka berpikir keras agar penolakan itu tidak 82/28
sampai menyinggung
perasaan
33. [Niscaya] engkau [akan] mengingat nya (dia) sepanjang 91/5
hayatmu
34. Aku tahu engkau menderita 92/25
35. [Tidakkah] engkau tahu bahwa masa mudaku telah 93/5
aku korbankan demi
kekasihku Layla
36. Kedua pasukan itu belum sadar [juga] tidak tergerak sedikit pun 97/18
hati mereka untuk
menghentikan
pertumpahan darah
37. [Apakah] engkau tidak mengetahui makna kehormatan dalam 99/28
hati orang arab?
38. Seluruh wilayah mengetahui kebajikan layla 99/32
Arab
39. Seluruh bangsa akan mengingat keburukanku 101/7
Arab
40. Majnun mengenang layla dari dalam gua yang 104/2
kotor di lembah wadiyain
41. Layla teringat Nasib kekasihnya 109/16
42. Ia [berusaha] apa yang sedang 111/4
memahami berkecamuk dalam hati
Layla
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
43. Dia sudah tidak mu 114/13
memikirkan
44. Mereka berpikir Dengan kkayaan yang 114/20
melimpah maka segala aib
akan mudah dienyahkan
45. [Coba] engkau renungkan saat kita bergembira, dia 114/24
bersedih
46. Ia [tidak bisa lagi] membayangkan masa depan cinta kasih 115/9
mereka
47. Ia masih meyakini cinta akan menyucikan 115/10
perbuatan yang salah
48. Dia [masih terus] mengingat mu mengucapkan janji 116/24
setia
49. Ia [terus berduka] mengenang dirimu 116/26
50. Aku [hanya] berpikir untuk menyerahkan 117/18
kehidupanku padamu
51. Yakub memikirkan Yusuf 118/3
52. Ia [sudah] tidak orang tua yang berjalan 120/19
mengenali tertatih-tatih
53. Majnun tak tahu kabar keadaan sang ayah 124/4
54. Ia terkenang akan perhatian tulus sang 125/3
ayah yang murah hati
55. [Janganlah] engkau lupa keadaan kalbuku 127/30
56. Ia berpikir bagaimana 129/1
mempertahankan
hidupnya
57. Ia harus tahu bahwa kehidupan gadis 136/26
arab milikmu tetap suci
58. Aku selalu teringat semua syairmu 137/10
59. Aku mengetahui engkau selalu menjaga 138/20
cawan cinta kita
60. [Seketika] ia [dapat] mengenali bahwa lelaki kotor dan 140/2
seperti mayat hidup itu
adalah majnun
61. Mereka mengetahui apa yang sebanarnya 141/6
diinginkan oleh orang
yang mengasingkan diri
itu
62. [Padahal] engkau belum mengetahui kenikmatan yang 141/26
sesungguhnya
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
63. Engkau tidak [akan] nikmatnya makanan 141/27
mengetahui sebelum engkau
menyantapnya
64. Jiwa Majnun yang teringat akan rumah yang telah ia 143/6
diliputi kegelapan tinggalkan
65. Ia ingat ibunya yang sudah tua dan 143/10
merana
66. Majnun terkenang kelembutan dan kasih 143/11
saying tulus yang
diberikan sang ibu
67. Lelaki itu berpikir mungkin dengan bertemu 144/9
sang ibu jiwa majnun
dapat terobati
68. Majnun menyimak [dengan kata-kata pemuda itu 158/21
sungguh-sungguh]
69. Aku tahu engkau sedang bersedih 160/16
karena jauh dari
kekasihmu
70. Sang pemuda menyadari kesalahannya 161/10
71. Seorang pencinta [masih] orang yang dicintai 171/4
memikirkan
72. Wanita itu [pasti] mampu Duka derita jiwanya 171/14
memahami
73. Mereka mengenang cinta suci sang gadis pada 173/21
kekasihnya yang gila
74. Aku [akan tetap] pesona yang telah engkau 175/28
mengingat berikan
75. Binatang-binatang [baru] menyadari bahwa kematian telah 179/7
itu menjemput tuan mereka
setelah sekian lama
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Tabel 7. Analisis Proses Mental Kognisi, Fenomena sebagai Subjek
No Fenomena Proses: Mental Pengindra Hlm./
Kognisi Baris
1. Semua keindahan itu mengingatkan ku [pada Layla] 63/12
2. Kata-kata syed Omri menyadarkan Majnun [dari mimpi] 120/26
yang diucapkan
dengan nada getir
seorang ayah yang
sudah memendam
rindu sekian lama itu
3. Kesengsaraan tidak pernah oleh orang yang 122/26
diketahui sudah mati
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009