Anda di halaman 1dari 18

Makalah Kimia Koordinasi

Senyawa Kompleks Gadolinium


dietilentriaminpentaasetat (GdDTPA)
di Bidang Kesehatan

Anis Wahyu Fadhilah

NIM.4311411023

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


SEMARANG
2013
ABSTRAK
Pengkhelatan gadolinium dengan beberapa macam ligan dapat dimanfaatkan dalam
bidang industri dan juga kesehatan. Pengkhelatan gadolinium dengan ligan asam
dietilentriaminpentaasetat (DTPA) menghasilkan senyawa yang berguna dalam
bidang kesehatan. Mereaksikan gadolinium dengan ligan DTPA dapat dilakukan melalui
metode refluks. Kemudian untuk proses kristalisasi ditambahkan etanol sampai tepat
jenuh. Senyawa yang terbentuk kemudian dikarakterisasi dengan spektrofotometer
ultraviolet, spektrofotometer inframerah dan Magnetic Susceptibility Balance (MSB). Hasil
analisis spektrofotometer ultraviolet menunjukkan bahwa ligan DTPA mempunyai serapan
maksimum pada panjang gelombang 205,2 nm sedangkan pada senyawa GdDTPA
mempunyai serapan maksimum pada panjang gelombang 214,7 nm. Kemudian dari hasil
perbandingan antara spektrum inframerah ligan DTPA dengan spektrum inframerah
senyawa kompleks GdDTPA terjadi perubahan gugus-gugus penting, yaitu pada senyawa
kompleks GdDTPA yang terbentuk, puncak gugus –OH karboksilat serta pita lebar pada
sidik jari hilang dan tergantikan dengan munculnya puncak yang tajam dari gugus –OH
dan pada daerah sidik jari muncul pita-pita tajam. Terjadinya perubahan gugus-
gugus penting ini dapat dijadikan petunjuk telah terjadi ikatan kovalen koordinasi
antara logam dengan ligan. Dari hasil perhitungan dengan MSB, diperoleh harga momen
magnet senyawa kompleks GdDTPA adalah 8,069 BM yang menunjukkan bahwa
senyawa yang terbentuk bersifat paramagnetik. Senyawa kompleks gadolinium-
dietilentriaminpentaasetato (GdDTPA) secara in vivo telah digunakan sebagai senyawa
pengontras MRI untuk diagnose berbagai penyakit. Senyawa kompleks GdDTPA memiliki
kestabilan termodinamika (log KML> 20) dan kestabilan kinetika yang cukup tinggi (log
Ksel > 7).
Kata Kunci : kompleks logam Gadolinium dengan dietilentriaminpentaasetat

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Unsur-unsur tanah jarang semakin luas pemanfaatannya, salah satu yang
cukup populer saat ini adalah penggunaan gadolinium sebagai senyawa
pengontras MRI yang dapat memperjelas visualisasi jaringan tubuh. Gadolinium (Gd)
digunakan sebagai senyawa pengontras karena memiliki sifat paramagnetik yang tinggi,
hal ini disebabkan oleh adanya 7 elektron tidak berpasangan dalam konfigurasi atomnya
(Volkov, 1997).
Senyawa kompleks gadolinium-dietilentriaminpentaasetato (GdDTPA) secara in
vivo telah digunakan dalam bidang kesehatan sebagai senyawa pengontras MRI untuk
diagnosa berbagai penyakit. Senyawa kompleks GdDTPA memiliki kestabilan
termodinamika (log KML > 20) dan kestabilan kinetika yang cukup tinggi (log
Ksel>7). Oleh karena itu senyawa kompleks GdDTPA dapat memenuhi persyaratan
keselamatan, sehingga FDA (Food And Drug Agency) merekomendasikan
penggunaannya untuk tujuan klinis rutin. Maka, pembagasan senyawa gadolinium
dietientriaminpentaasetat atau GdDTPA perlu dilakukan.

B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan artikel yang membahas tentang Senyawa kompleks
gadolinium-dietilentriaminpentaasetato (GdDTPA) dibidang kesehatan adalah untuk
membahas lebih rinci mengenai senyawa tersebut, agar dikemudian hari
penggunaannya dapat lebih maksimal di berbagai bidang.

C. Manfaat
Memberikan informasi mengenai Senyawa kompleks gadolinium-
dietilentriaminpentaasetat (GdDTPA) dibidang kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Logam Gadolinium
Gadolinium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik unsur yang memiliki
lambang Gd dan nomor atom 64. Unsur logam radioaktif yang langka ini didapatkan dari
mineral gadolinit. Gadolinia, yang merupakan oksida dari gadolinium, telah dipisahkan
oleh Marignac pada tahun 1880 dan Lecoq de Boisbaudran, secara terpisah telah
memisahkannya dari mineral yttria, yang ditemukan oleh Mosander, pada tahun 1886.
Gadolinium (Gd) merupakan salah satu unsur paramagnetik sangat kuat yang
merupakan persyaratan penting untuk senyawa kontras dan mempunyai kemampuan

menyerap netron yang sangat tinggi (4,9 x 104 barns)


Sumber
Gadolinium ditemukan dalam beberapa mineral lainnya, termasuk monasit dan
bastnasit, keduanya merupakan sumber yang sangat komersial. Dengan perkembangan
metode pertukaran ion dan ekstraksi pelarut, ketersediaan dan harga gadolinium dan
unsur logam radioaktif yang jarang ditemukan menjadi terjangkau. Gadolinium dapat
dibuat dengan mereduksi garam anhidrat fluorida dengan logam kalsium.

Isotop
Gadolinium yang terdapat di alam adalah campuran dari tujuh isotop, tetapi ada 17
155
isotop gadolinium lainnya yang telah dikenali. Dua di antaranya, yakni Gd dan 157Gd,
memiliki karakteristik penangkapan yang sempurna, namun keduanya terdapat di alam
dalam konsentrasi yang rendah. Sebagai akibatnya, gadolium memiliki kecepatan terbakar
yang sangat tinggi dan terbatas dalam penggunaannnya sebagai bahan batangan
pengontrol nuklir.
Sifat-sifat
Sebagaimana unsur radioaktif lainnya, gadolinium memiliki warna putih keperakan,
berkilau seperti logam, dan mudah ditempa. Pada suhu kamar, gadolinium mengkristal
dalam bentuk heksagonal, atau bentuk alfa dengan kerangka tertutup. Selama
pemanasan hingga 1235 oC, gadolinium alfa berubah menjadi bentuk beta yang memiliki
struktur kubus berpusat badan.
Logam ini relatif stabil di udara kering, tapi mudah kusam di udara lembab dan
membentuk lapisan oksida yang menempel dengan lemah. Lapisan oksida ini mudah
mengelupas dan akhirnya membuka lapisan berikutnya yang terpapar terhadap oksidasi.
Logam ini bereaksi lambat dengan air dan mudah larut dalam asam encer. Gadolinium
memiliki daya tangkap neutron termal tertinggi dari semua unsur (49000 barn).

Kegunaan Logam Gadolinium


Batuan gadolinium yang berwarna merah delima digunakan dalam penerapan
gelombang mikro dan senyawa gadolinium digunakan sebagai senyawa fosfor pada
televisi berwarna. Logam ini memiliki sifat superkonduktif yang tidak lazim. Pada
konsentrasi serendah 1%, gadolinium bisa meningkatkan kemampuan alloy besi, khrom,
dan alloy yang terkait , juga memningkatkan ketahanan terhadap oksidasi. Gadolinium etil
sulfat memiliki sifat noise yang sangat rendah, sehingga bisa digunakan dalam
menambah kinerja amplifier, seperti maser(alat pengukur elektro magnet). Gadolinium
bersifat feromagnetis. Gadolinium memiliki pergerakan magnet yang sangat tinggi dan
unik, dan untuk suhu Curie (suhu di mana sifat feromagnetisme menghilang) hanyalah
pada suhu kamar, yang artinya gadolinium bisa digunakan sebagai komponen magnet
yang bisa mendeteksi panas dan dingin.

(Y Bentor : 2006)

B. Pembentukan Senyawa kompleks dari Logam Gadolinium


dengan Ligan Asam dietilentriaminpentaasetat (DT PA)

Dalam penelitian oleh Irfan Maulana,dkk di Laboratorium Anorganik, Jurusan Kimia


FMIPA Universitas Padjadjaran, reaksi pembentukan kompleks dilakukan dengan cara
refluks. Tujuan refluks adalah agar reaksi berjalan dengan sempurna. Dalam penelitian

tersebut perbandingan mol reaksi antara ion logam Gd3+ dengan ligan DTPA adalah 1:2.
Karena pada reaksi pengompleksan suatu ion logam, konsentrasi ligan yang
ditambahkan harus lebih besar daripada konsentrasi logam, yang dimaksudkan supaya
ion logam yang tidak membentuk kompleks sesedikit mungkin Senyawa kompleks

GdDTPA hasil sintesis ini dapat larut dalam air dan memiliki tititk leleh 287oC.
1. Hasil Analisis Spektrofotometer Ultraviolet

Gambar 1. Spektrum ultraviolet ligan DTPA

Gambar 2. Spektrum ultraviolet senyawa GdDTPA

Dari Gambar 1. ditemukan adanya serapan maksimum pada panjang gelombang 205,2 nm.
Serapan pada panjang gelombang tersebut diduga berasal dari transisi elektron orbital 
* yang disebabkan oleh adanya ikatan rangkap pada C=O. Sedangkan transisi elektron
dari orbital n * tidak muncul. Hal ini diduga karena terjadinya overlap (transisi elektron
 * lebih dominan dari transisi elektron n *). Pada Gambar 2. ditemukan
adanya serapan maksimum pada panjang gelombang 214,7 nm. Pergeseran diduga berasal
dari adanya perpanjangan konjugasi atau delokalisasi elektron π pada struktur
senyawa yang terbentuk. (Irfan Maulana,dkk)
2. Hasil Analisis Spektrofotometer Inframerah

Gambar 3. Spektrum IR ligan DTPA

Gambar 4. Spektrum IR senyawa kompleks GdDTPA

Tabel 1. Hasil pengukuran spektrofotometer inframerah ligan DTPA


Bilangan
gelombang Bentuk Intensitas Dugaan
ligan DTPA puncak

(cm-1)
3400-2500 Lebar kuat regang -OH karboksilat
1600-1590 Tajam kuat regang anion karboksilat asimetri
1407 Tajam kuat regang anion karboksilat simetri
1330 Tajam sedang regang C-O
1261 Tajam rendah regang C-O
1090 Tajam rendah regang C-N
727,5 Lebar rendah lentur (-CH2-)n
640,3 Lebar sedang regang O-C=O karboksilat

Tabel 2. Hasil pengukuran spektrofotometer inframerah kompleks GdDTPA


Bilangan
gelombang Bentuk Intensitas Dugaan
kompleks puncak
GdDTPA

(cm-1)
3397 lebar kuat regang -OH
2915 tajam kuat regang CH alifatik
1594 tajam kuat regang anion karboksilat asimetri
1407 tajam sedang regang anion karboksilat simetri
1322 tajam rendah regang C-O
1091,6 tajam rendah regang C-N
998 lebar rendah lentur (-CH2-)n
925 lebar sedang lentur (-CH2-)n

3. Hasil Analisis MSB (Magnetic Susceptibility Balance)


Untuk mengetahui nilai momen magnetik dari senyawa GdDTPA,
dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat MSB.
Tabel 3. Hasil analisis Magnetic Susceptibility Balance (MSB)
Senyawa Mo/gram M/gram Ro R L/cm T/K
GdDTPA 0,8330 0,9744 -58 230 1,67 300
Berdasarkan data-data tersebut, dapat diketahui bahwa senyawa kompleks

GdDTPA memiliki kerentanan massa 0,98267 x 10-6cgs, kerentanan molar 541,058 x

10-6cgs, kerentanan terkoreksi 27096,748 x 10-6cgs dan memiliki momen magnet


sebesar 8,069 BM. Maka berdasarkan hasil analisis MSB tersebut, dapat disimpulkan
bahwa senyawa kompleks GdDTPA merupakan senyawa yang bersifat
paramagnetik. (Irfan Maulana,dkk)
Hasil analisis spektrofotometer ultraviolet menunjukkan bahwa ligan DTPA
mempunyai serapan maksimum pada panjang gelombang 205,2 nm sedangkan pada
senyawa GdDTPA mempunyai serapan maksimum pada panjang gelombang 214,7
nm. Dari hasil perbandingan antara spektrum inframerah ligan DTPA dengan
spektrum inframerah senyawa kompleks GdDTPA terjadi perubahan gugus-gugus
penting, yaitu pada senyawa kompleks GdDTPA yang terbentuk, puncak gugus –OH
karboksilat serta pita lebar pada sidik jari hilang dan tergantikan dengan munculnya
puncak yang tajam dari gugus –OH dan pada daerah sidik jari muncul pita-pita tajam.
Terjadinya perubahan gugus-gugus penting ini dapat dijadikan petunjuk telah terjadi
ikatan kovalen koordinasi antara logam dengan ligan.
Dari hasil perhitungan MSB, diperoleh harga momen magnet senyawa
kompleks GdDTPA adalah 8,069 BM yang menunjukkan bahwa senyawa yang
terbentuk bersifat paramagnetik. (Irfan Maulana,dkk)

Logam : gadolinium

Ligan :
dietilentriaminpentaasetat

Gambar 5. 3d conformer Gadolinium dietilentriaminpentaasetat


C. Manfaat Senyawa kompleks dari Logam Gadolinium dengan
Ligan Asam dietilentriaminpentaasetat (DT PA)
Senyawa kompleks gadolinium yang umum digunakan sebagai
senyawa kontras adalah Gd-DTPA. Gd-DTPA telah di approved oleh FDA USA
pada tahun 1988 dengan nama dagang “Magnevist” dan secara luas telah
digunakan di berbagai negara di dunia. Hal ini dikarenakan selain senyawa
kompleks tersebut memiliki kestabilan kompleks yang tinggi, aman, juga
memberikan beberapa efek samping yang ringan seperti sakit kepala, mual
seperti terbakar pada tempat penyuntikan dan efek yang jarang sekali terjadi
adalah reaksi alergi. Hasil pengujian menunjukkan pula bahwa Gd- DTPA
dilaporkan beberapa kali lebih aman bila dibandingkan dengan senyawa
kontras golongan iodium yang digunakan dalam CT scans.
Dalam penelitian oleh Gunawan A.H, Mutalib A., Aguswarini S., dan Lubis
H. Pusat Radioisotop dan Radiofarmasi-BATAN, Indonesia dilakukan simulasi
senyawa kontras Gd-DTPA dengan menggunakan radionuklida Gd sebagai Gd-
DTPA. Preparasi kompleks Gd-DTPA dilakukan dengan merefluk campuran GdCl3
dengan DTPA (diethylenetriaminepentacetic acid) selama 1 jam. Kemurnian
radiokimia dilakukan dengan menggunakan kertas Whatman I sebagai fasa diam
dan larutan salin sebagai fasa gerak. Untuk melihat perilaku kompleks Gd-DTPA
dalam tubuh hewan percobaan dilakukan uji biodistribusi terhadap hewan
mencit dan clearance kompleks dari tubuh dilakukan menggunakan hewan
tikus putih dengan melihat ekskresi sediaan tersebut melalui urin dan feces.

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah senyawa


Diethylenetriaminepentaacetic acid (DTPA) yang disiapkan dari hasil sintesis
yang dilakukan di P2RR BATAN. Larutan gadolinium radioaktif sebagai
153GdCl disiapkan dengan mengirradiasi 100 mg serbuk logam gadolinium
3
oksida (Gd2 O3) (Stream), hasil irradiasi kemudian dilarutkan dalam 10 ml HCl
1N. Bahan kimia lainnya seperti HCl, NaOH, aseton semuanya buatan Merck.
Larutan salin, air suling dan gas nitrogen masing-masing diperoleh dari IPHA

dan IGI. Senyawa bertanda 153Gd-DTPA disiapkan dengan

mensuspensikan 7,8 mg DTPA dalam 180 µL larutan 153GdCl3 , kemudian


suspensi direfluks selama 1 jam dan akan diperoleh larutan jernih 153 Gd-
DTPA. Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit dan tikus putih.
Single channel analyzer (Bioscan) digunakan sebagai pencacah radioaktivitas
pada penentuan kemurnian radiokimia. Kertas Whatman–1 untuk kromatografi,
Dose calibrator (Victoreen) digunakan sebagai pencacah larutan bulk.
Peralatan lain yang digunakan adalah beaker glass, syringe , vial dan metabolic
cage . (Gunawan A.H. : 2006)

Sebanyak 0,1 mL sediaan 153Gd-DTPA dengan aktivitas 100 µCi


disuntikkan melalui vena ekor mencit setelah berat masing-masing mencit
ditimbang. Mencit kemudian dibedah setelah selang waktu tertentu dan
diambil organ-organ otot, tulang, darah, ginjal, limpa, jantung, paru, usus
halus, lambung, kandung kemih dan hati. Setiap organ dicacah dengan alat
pencacah sinar gamma dan dihitung persentase cacahan pada tiap gram organ
atau tiap organ. (Gunawan A.H. : 2006)

Penentuan lifofilisitas kompleks 153Gd- DTPA didasarkan atas


pengukuran koefisien distribusi senyawa kompleks di fasa air dan fasa n-
oktanol. Radioaktifitas yang terdapat pada tiap fase dicacah dengan alat
pencacah sinar gamma (Gammatec II) dan lifofilisitasnya dihitung
sebagai perbandingan cacahan dalam fase oktanol terhadap cacahan dalam
fasa air.
Besarnya perubahan aktivitas kompleks dalam urin per satuan waktu
merupakan laju renal clearance. Penentuan uji pencucian dari ginjal

radiofarmaka 153RGd-DTPA dilakukan dengan menyuntikkan 0,2 mL dengan


aktivitas sekitar 200 µCi sediaan kepada tikus, kemudian tikus tersebut
dimasukkan ke dalam metabolic cage. Setelah selang waktu tertentu, urin
ditampung dengan tabung reaksi yang sudah ditimbang dan aktivitas setiap
tabung reaksi dicacah, kemudian dihitung persentase aktivitasnya dengan alat
pencacah gamma (Gammatec II). Persentase aktivitas yang dikeluarkan melalui
urin setelah selang waktu tertentu dihitung dibandingkan dengan standar
yang telah diketahui cacahannya.
Besarnya perubahan aktivitas kompleks dalam urin per satuan waktu
merupakan laju renal clearance. Penentuan uji pencucian dari ginjal radiofarmaka
153 Gd-DTPA dilakukan dengan menyuntikkan 0,2 mL dengan aktivitas 200 µCi

sediaan kepada tikus, kemudian tikus tersebut dimasukkan kedalam metabolic


cage. Setelah selang waktu tertentu, feces ditampung dengan tabung reaksi
yang sudah ditimbang dan aktivitas setiap tabung dicacah, kemudian dihitung
persentase aktivitasnya dibandingkan dengan standar yang telah diketahui
cacahannya. (Ristaniah S:2009)
Pemakaian senyawa Gd-DTPA sebagai kontras dalam teknik MRI sangat
umum digunakan, karena senyawa ini terkenal aman dan menghasilkan efek
samping yang minimal dibanding dengan senyawa kontras lain. Gadolinium dalam
sistem berkala termasuk dalam golongan unsur tanah jarang dengan nomor
atom 64, mempunyai 30 isotop tetapi hanya 7 yang stabil ditemukan di alam
dan unsur ini mempunyai 2 elektron pada kulit terluarnya.

Tabel 4. Uji biodistribusi 153Gd dan kompleks 153 Gd-DTPA pada mencit 1 , 2
dan 48 jam setelah penyuntikan.
% aktivitas
Nama
1 jam p.I 2 jam p.I 48 jam p.I
Organ
Gd-153 Gd-DTPA Gd-153 Gd-DTPA Gd-153 Gd-DTPA

Darah 8.19 0.11 4.36 0.01 0.01 0.00


Ginjal 3.04 0.74 1.35 0.78 0.36 0.13
Usus 0.31 0.05 0.24 0.05 0.19 0.01
Lambung 1.03 0.07 0.24 0.10 0.09 0.08
Hati 19.9 0.07 10.8 0.08 2.78 0.02
Jantung 2.55 0.05 1.14 0.02 0.12 0.01
Paru 22.1 0.09 8.26 0.04 0.80 0.01
Limpa 25.8 0.06 22.5 0.02 0.67 0.03
Tulang 1.41 0.07 1.62 0.04 0.07 0.03
Otot 0.27 0.04 0.35 0.09 0.07 0.02

Gadolinium merupakan unsur paramagnetik yang memiliki 7 elektron


yang tidak berpasangan di kulit f sehingga dapat digunakan sebagai senyawa
kontras yang baik dan disamping itu mempunyai kemampuan mengabsorpsi

neutron paling tinggi (4.9 x 104 barns). Radioisotop Gd merupakan unsur yang
toksis, sehingga dalam penelitian ini selain melihat karakteristik kompleks
153Gd-DTPA terutama mengenai ekskresinya dari tubuh hewan percobaan, juga

dilakukan perbandingan dengan melihat karakteristik radionuklida 153Gd

dalam tubuh hewan percobaan.


Dalam penentuan kemurnian radiokimia dengan menggunakan fasa diam
kertas Whatman I dan fasa gerak larutan salin, diperoleh bahwa radionuklida
153 Gd akan naik sampai ujung kertas sedangkan kompleks 153 Gd-DTPA

tetap tinggal pada titik penotolan. Kemurnian radiokimia dari pengukuran ini

masing-masing diperoleh > 97 % baik untuk radionuklida 153 Gd maupun

kompleks 153 Gd-DTPA. 153 Gd dan


Pengujian lipofilisitas radionuklida

komplekss 153Gd-DTPA dil;akukan dengan menentukan koefisien distribusi


sediaan dalam oktanol/air, sehingga diperoleh koefisien distribusi atau log
Po/w masing-masing –1.1135 dan –1,1245. Rendahnya lipofilisitas

radionuklida 153 Gd dan kompleks 153 Gd-DTPA menunjukkan bahwa senyawa


sulit larut dalam lemak atau pelarut non polar, tetapi mudah sekali larut
dalam air (hidrofil), karena itu clearance-nya cenderung ke sistem renal.

Pengujian biodistribusi radionuklida 153 Gd dan kompleks 153 Gd-DTPA


dilakukan menggunakan hewan mencit putih dengan berat 25-35 g. Organ
dan jaringan yang diambil adalah darah, ginjal, paru, limpa , usus, lambung,

hati, tulang, jantung dan otot. Hasil pengujian biodistribusi radionuklida 153Gd

dan kompleks 153Gd-DTPA ditunjukkan pada Tabel 1 dan Gambar 1-2.

Radionuklida 153 Gd dalam hewan mencit terakumulasi pada organ- organ


jantung, hati, paru dan limpa. Bila dilihat dari tempat terjadinya penimbunan

radioaktivitas tersebut , menunjukkan adanya bentuk partikel dari 153Gd


meskipun sediaan yang disuntikkan berbentuk larutan jernih yang
terlebih dahulu telah disaring dengan penyaring 0,22 µm. Dari hasil percobaan
secara in vitro dengan melihat perubahan pH larutan GdCl3 , pada
pH diatas 5 akan terjadi endapan putih yang akan larut kembali bila pH
diturunkan < 5. Dari hasil percobaan tersebut setelah penyuntikan (pH 4),
dalam darah pH larutan akan naik karena pengaruh pH tubuh (~7.4) dan
dengan naiknya pH larutan kemungkinan terbentuknya endapan besar sekali,
sehingga akan terjadi penimbunan pada organ-organ hati, jantung, paru dan
limpa.

Pada kompleks 153 Gd-DTPA 1 jam setelah penyuntikan,


akumulasi kompleks masih agak tinggi pada darah dan ginjal, menunjukkan
sediaan tersebut sebagian masih terdapat dalam darah dan sebagian lagi

sudah mengalami ekskresi lewat ginjal. Konsentrasi 153 Gd-DTPA pada 2 dan
48 jam setelah penyuntikan dalam organ lain termasuk darah sudah sangat
kecil sekali (<0,1%) , konsentrasi yang terlihat agak tinggi pada ginjal

menunjukkan bahwa masih terjadi ekskresi dari kompleks 153Gd-DTPA. Pada 48


jam setelah penyuntikan dari data eksresi lewat ginjal masih sekitar 1% yang
dikeluarkan lewat urin dan 0.2% lewat feces.

Jalur ekskresi kompleks 153Gd-DTPA diamati dalam hewan tikus putih


menggunakan alat metabolic cage. Hasil laju ekskresi dalam urin dan feces bisa
dilihat pada Gambar 3.

Gambar 6. Biodistribusi radionuklida 153Gd dalam hewan mencit


pada 1, 2 dan 48 jam setelah penyuntikan
Gambar 7. Biodistribusi 153Gd-DTPA dalam hewan mencit pada 1,2 dan 48
jam setelah penyuntikan

Gambar 8. Laju ekskresi kompleks 153Gd-DTPA pada urin dan feces tikus
putih menggunakan alat metabolic cage.

Pada 2 jam setelah penyuntikan sekitar 62% kompleks sudah diekskresikan


lewat urin dan feces (urin =61,5% dan feces =0,5%). Ekskresi pada 48 jam setelah

penyuntikan menunjukkan bahwa sekitar 97,5% kompleks 153Gd-DTPA sudah


diekskresikan baik lewat ginjal/urin (76,5%) maupun lewat feces (21%) dan
dari data hasil biodistribusi (Tabel 1) menunjukkan bahwa sampai dengan 48
setelah penyuntikan akumulasi pada ginjal dan lambung masih lebih tinggi
dibanding organ lainnya; menunjukkan bahwa ekskresi pada kedua organ tersebut
masih berlangsung.

Hasil pengamatan biodistribusi maupun clearance dari kompleks 153 Gd-


DTPA menunjukkan bahwa ekskresi kompleks tersebut melalui ginjal dan feces,
penimbunan aktivitas pada organ lainnya sangat kecil dan ekskresi pada 54 jam
setelah penyuntikan tidak terlalu berbeda dengan ekskresi pada 48 jam setelah
penyuntikan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Simpulan
1. Hasil analisis spektrofotometer ultraviolet menunjukkan bahwa ligan DTPA
mempunyai serapan maksimum pada panjang gelombang 205,2 nm sedangkan
pada senyawa GdDTPA mempunyai serapan maksimum pada panjang gelombang
214,7 nm. Perbandingan antara spektrum inframerah ligan DTPA dengan spektrum
inframerah senyawa kompleks GdDTPA terjadi perubahan gugus-gugus penting,
yaitu pada senyawa kompleks GdDTPA yang terbentuk, puncak gugus –OH
karboksilat serta pita lebar pada sidik jari hilang dan tergantikan dengan
munculnya puncak yang tajam dari gugus –OH dan pada daerah sidik jari muncul
pita-pita tajam. Terjadinya perubahan gugus-gugus penting ini dapat dijadikan
petunjuk telah terjadi ikatan kovalen koordinasi antara logam dengan ligan.
2. Dari hasil perhitungan MSB, diperoleh harga momen magnet senyawa kompleks
GdDTPA adalah 8,069 BM yang menunjukkan bahwa senyawa yang
terbentuk bersifat paramagnetik.

3. Pengujian biodistribusi dan clearance sediaan 153 Gd-DTPA yang merupakan


simulasi clearance dari zat kontras Gd-DTPA untuk MRI.

B. Saran

Hendaknya pembaca dapat menambah referensi baru karena seiring dengan


perkembangan zaman penelitian ilmu pengetahuan akan semakin maju, maka
pembaharuan sumber sangatlah diperlukan. Diharapkan pengetahuan dan
pemanfaatan senyawa gadolinium-dietilentriaminpentaasetat (GdDTPA) semakin
meningkat
Daftar Pustaka
A.H, Gunawan ; Dkk.2006. Akumulasi dan Clearance contrast agents MRI Gd-DTPA yang
disimulasikan dengan 153Gd-DTPA dalam hewan mencit, jurnal kimia Indonesia
vol.1 (2), 2006, h 78-81 . PRR Batan Indonesia.

Bentor, Y. (2006), Gadolinium. http://www.chemicalelements.com/elements/gd. html.


(diakses pada tanggal 24 September 2013).

Maulana, irfan ; Dkk.-.Pembentukan Senyawa Kompleks Dari Logam Gadolinium dengan


Ligan Asam dietilentriaminpentaasetat (DTPA). Jurnal kimia Universitas padjadjaran
: Bandung

Soetikno, Ristaniah D. .2009. Imeging Molekuler Menggunakan MRI. Universitas


Padjadjaran : Bandung

Anda mungkin juga menyukai