Anda di halaman 1dari 6

KERANGKA ACUAN

PEMENTASAN DRAMA MUSIKAL PRABU LIEUR


BANDUNG, 23 - 25 APRIL 2015

LATAR BELAKANG

Kesenian pada dasarnya merupakan salah satu cara orang memasyarakat. Kesenian adalah ekspresi
seseorang untuk berhubungan dengan orang lain. Kita adalah generasi pewaris dari kesenian
tersebut yang walaupun warisan itu diturunkan tanpa surat wasiat, tetapi kita harus tetap menjaga,
memelihara, dan melestarikan kesenian tersebut. Dalam konteks pelestarian ini tidak hanya cukup
berbicara tetapi harus lebih pada proses berbuat, karena hanya dengan demikianlah kita dapat
melihat dan menjawab “apakah keseian tersebut masih hidup atau sudah mati? Masih disenangi
orang atau sudah ditinggalkan masyarakatnya?”

Dalam hal ini kesenian yang dimaksud adalah seni pertunjukan, khususnya seni teater (drama) di
kota Bandung, bukanlah sesuatu hal yang baru, bahkan menjadi barometer kedua setelah jakarta
dalam aktivitas dan kreatifitas seni pertunjukan. Secara makro, hal ini membuktikan bahwa
kehidupan seni pertunjukan merupakan proses terjadinya dialogis antara penonton, sponsorship,
donatur, pemerintah penyelenggara (penggiat seni) dan pelaku seni (seniman) itu sendiri.

Menyikapi situasi dan kondisi seni pertunjukan khususnya seni drama di kota Bandung, bukanlah
sesuatu hal yang harus ditakuti, tetapi harus disyukuri sebagai proses menyongsong terbinanya
iklim budaya menonton (masyarakat seni) dan budaya kepedulian serta kesadaran (donor) terhadap
seni pertunjukan. Bahkan boleh dikatakan seni pertunjukan di kota Bandung turut memberikan dan
menciptakan maraknya aktivitas apresiasi dan produksi, serta secara tidak langsung berdampak
pada persaingan mutu kreatifitas seni pertunjukan di tengah-tengah masyarakat pendukungnya.

Atas dasar pemikiran inilah, maka kami Yayasan sosial ART LABORATORY sebagai wujud nyata
dan peduli terhadap eksistensi dan kesinambungan seni pertunjukan (drama), sangat berantusias dan
merasa terpanggil di dalamnya untuk turut serta mengisi dan menumbuh kembangkan iklim seni
pertunjukan di kota Bandung melalui pementasan teater dengan konsep drama futuristik dalam
judul “Drama Musikal Prabu Liuer” Sutrada/Saduran Rosyid E. Abby, “King Lear” Karya
William Shakespeare.

Yang berlandaskan sebagai wadah komunikasi aktif bagi dinamika masyarakat dalam melestarikan,
melindungi dan mengembangkan kesenian dan kebudayaan, sesuai dengan Peraturan Daerah No.
6 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Kesenian dan Peraturan Daerah Nomor 05 Tahun 2003
tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah.
Tujuan

• Turut mengembangkan bakat potensi di bidang drama


• Membina generasi muda serta masyarakat seni di Bandung
• Mengapresiasikan kekayaan seni dan budaya dengan lebih konkrit dan bersinergi.
• Membantu program pemerintah di bidang pembinaan dan pengembangan seni dan budaya.
• Menanamkan pemahaman dan kesadaran pentingnya nilai seni dan budaya.
• Memotivasi para penggiat seni dan generasi muda untuk berkreasi dalam berkarya.
• Memfasilitasi wahana apresiasi seni - budaya serta partisipasi komunitas remaja dan penggiat
seni.

OUTPUT
• Adanya kesadaran dalam melestarikan dan menjaga kesenian dan kebudayaan lokal.
• Adanya kepedulian dan partisipasi Dunia Usaha dan Pemerintah terhadap pembinaan dan
pelestarian seni budaya yang akan mengankat prestise lembaga dan prestasi anak bangsa.
• Adanya kemampuan untuk bersaing dengan budaya asing

Sinopsis PRABU LIEUR


Prabu Lieur merupakan adaptasi dan tafsir ulang atas drama “King Lear” yang ditulis sekitar tahun
1605 oleh pujangga Inggris William Shakespeare (1564-1616), dan dicetak pertama kalinya tahun
1608. Pementasan pertama lakon aslinya adalah di istana, tanggal 26 Desember 1606, bertajuk “The
Tragedy of King Lear”.

Alur utama adalah tentang apa yang dialami Prabu Sundamaya yang berangkat uzur dalam
melaksanakan keputusan membagi kerajaan kepada tiga anak perempuannya: Putri Ireng Parangi
isteri Rd. Adipati Sumanggala, Putri Awun Parangi isteri Rd. Adipati Wiguna, dan Putri Wening
Parangi putri bungsu kesayangan yang belum bersuami. Sang Prabu bermaklumat, besar-kecil
bagian setiap anak akan ditentukan dari seberapa elok mereka mengungkapkan, dengan kata, kasih
dan baktinya pada sang ayah.

Putri Ireng Parangi dan Putri Awun Parangi sukses memuaskan ego sang raja dengan rangkaian kata
berbunga-bunga. Putri Wening Parangi lugas saja berkata, kasih sayangnya adalah seperti yang
memang sepatutnya diberikan anak kepada orangtua. Sang Prabu yang kecewa dan murka segera
mencabut warisan bahkan mengusir Putri Wening Parangi. Tetapi Prabu Anom Jatigambir, Raja
Nagara Lemah Sabrang, tetap mau memperistri Putri Wening Parangi dan memboyongnya ke
kerajaannya. Sesudah meraup wilayah kekuasaan masing-masing, temyata Putri Ireng Parangi dan
Putri Awun Parangi memperlakukan Prabu Sundamaya dengan tak selayaknya. Pada suatu malam
berbadai, mereka bahkan begitu tega mengusir ayahnya sendiri. Sang Prabu begitu goncang sampai
kehilangan kewarasan, tersaruk-saruk setengah telanjang di padang luas bercuaca sangat buruk.
Tersebutlah Tumenggung Sancalaga yang diasingkan oleh Gusti Prabu karena campurtangan
membela Putri Wening Parangi. Diam-diam dia kembali mengabdi kepada Gusti Prabu, menyamar
sebagai kelana dengan nama Umbaran. Tumenggung Wiratama memperingatkan Sancalaga tentang
adanya rencana pembunuhan atas Gusti Prabu. Sancalaga melarikan Gusti Prabu ke Wates Nagara.
Di perbatasan Nagara Sundamaya dan Nagara Lemah Sabrang itulah Putri Wening Parangi dan
sepasukan tentara Kerajaan Lemah Sabrang datang untuk membela Sang Prabu. Sang Raja kembali
waras, tetapi bersama Putri Wening Parangi tertawan pasukan Kerajaan Sundamaya. Putri Wening
Parangi dihukum gantung atas perintah rahasia Wirasmara, anak gelap Wiratama. Dan Gusti Prabu
pun menghembuskan napas terakhir sambil memeluk jasad Putri Wening Parangi.

Alurbawah (subplot) lakon ini berkisar pada Wirasmara yang berkomplot mendongkel saudaranya,
Wirajaya, yang terpaksa lari sebagai buron. Demi keamanan dirinya, Wirajaya menyamar
gelandangan gila. Wirasmara, si oportunis sejati, mengkhianati kesetiaan ayahnya pada Prabu
Sundamaya. Dia justru mendekati Wiguna - suami Putri Awun Parangi - yang memusuhi Sang
Prabu setelah pembagian kerajaan itu. Maka Wirasmara pun direkrut oleh Wiguna. Setelah Wiguna
mati dibunuh pelayan sesudah dengan keji membutakan mata Wiratama, Wirasmara menjadi
kekasih Putri Awun Parangi, sambil selingkuh juga dengan Putri Ireng Parangi.

Dalam pengembaraannya, Wirajaya bertemu ayahnya, Wiratama. Setelah pertemuan tersebut,


Wiratama meninggal dengan tenang. Tersingkaplah pengkhianatan Wirasmara dan perzinahan Putri
Ireng Parangi. Cemburu pada Putri Awun Parangi, Putri Ireng Parangi meracun saudaranya itu lalu
mati menikam diri. Akhirnya Wirasmara pun mati, kalah dalam duel dengan Wirajaya yang
menyamar sebagai gelandangan gila. Sebelum mati, dia sempat mengetahui bahwa gelandangan
gila itu tak lain adalah saudara, Wirajaya.

PELAKSANAAN
JADWAL DAN LOKASI PEMENTASAN

Hari / Tanggal : Jumat, 24 April 2015


Waktu : Pukul 15.00 - 17.00 WIB
Acara : Pers Conference
Lokasi : Jl. Baranang Siang No.1 Gedung Kesenian Rumentang Siang,
Kosambi, Bandung.

Pementasan Hari ke-1


Hari / Tanggal : Sabtu, 25 April 2015
Waktu : Pukul 10.00 - 12.00 WIB
: Pukul 13.00 - 15.00 WIB
Lokasi : Jl. Baranang Siang No.1 Gedung Kesenian Rumentang Siang,
Kosambi, Bandung.
Pementasan Hari ke-2
Hari / Tanggal : Minggu, 26 April 2015
Waktu : Pukul 10.00 - 12.00 WIB
: Pukul 13.00 - 15.00 WIB
Lokasi : Jl. Baranang Siang No.1 Gedung Kesenian Rumentang Siang,
Kosambi, Bandung.

ORGANISASI PELAKSANA

DEWAN PENASEHAT : Rosyid E. Abby S.Pd : Iwan Abdulrachman : Abah Awi

KEPRODUKSIAN

Penanggung Jawab :HendraHidayat Publikasi : Ristu Rustandi

Pimpinan Produksi : Reza Ruhyana Dokumentasi : Fadil Ardhisa Reza

Sekretaris :Rizki Almubarok Logistik : Aris Permana Sueb

Bendahara :Ipan Garmawan Multimedia : Aldi Kharisma Dermawan

Tiketing : Elsa Oktaria

TEAM PANGGUNG
Sutradara : Rosyid E. Abby S.Pd Penata Musik-Vokal : Una Dairy
Stage Manager : Apip Catrixs Penata Artistik : Agus Safari
Koordinator Latihan : Revi Maulana ‘Ucok‘ Penata Cahaya : Aji Sangiaji
Setting-Crew Panggung : Senapati Penata Make Up : Taufik S. Pasupati
Penata Kostum : Riski Agnes Penata Tari : Nana Munajat S.sen

PENDUKUNG PEMENTASAN : 40 orang aktor dan aktris

KESEKRETARIATAN : Jl. Soekarno - Hatta No. 421, Bandung, Jawa Barat.


: Komp. Taman Kopo-Katapang (TKK) Blok K No. 03,
Kabupaten Bandung.

AUDIENS
Jumlah penonton yang ditargetkan dalam pementasan Prabu Lieur yaitu 1.200 orang dengan
kategori sebagai berikut :
1. 800 orang tiket pelajar, dari 40 SMP, SMA/SMK, dan Universitas/Perguruan Tinggi di Kota
Bandung yang bekerja sama dalam pementasan ini.
2. 400 orang tiket umum, dari instansi pemerintah, perusahaan, penggiat seni-budaya, penggiat
LSM, dan masyarakat umum.

ORGANISASI

ART LABORATORY merupakan Yayasan sosial yang fokus pada nilai-nilai seni dan budaya.
Berdiri tahun 2014 dengan nama awal komunitas teater SENAPATI yang memulai karir
keseniannya pada tahun 2002.

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan berkah-Nya berdiri sebuah
lembaga atau organisasi non-pemerintah yang bernama ART LABORATORY di Kota Bandung.
Pendirian ART LABORATORY merupakan sebuah keinginan luhur untuk mewujudkan tatanan
kehidupan berkesenian dan berbudaya yang lebih baik dan unggul, baik pribadi pelakunya, pribadi
organisasinya, bahkan bagi masyarakat.

Art Laboratory akan memulai pergerakannya yang bergerak dalam isu kesehatan reproduksi remaja,
seksualitas, dan gender dalam menyebarkan informasi dan mengadvokasi bagi para pembuat
kebijakan untuk memperjuangkan Hak Remaja dan Pendidikan Kesehatan reproduksi dan Seksual
bagi Remaja Indonesia melalui Seni dan Budaya.

Maka dengan berkat rahmat Allah SWT dan didorong oleh sebuah tanggung jawab pada sebuah
cita-cita untuk mewujudkan generasi muda yang lebih baik melalui seni dan budaya yang baik
diperlukan usaha yang sunggguh-sungguh, maka kami sekumpulan insane seni berkumpul, bekerja
sama, dan mengkoordinasi untuk mencapai tujuan tersebut. Terbentuklah Yayasan Art Laboraty di
bidang seni pertunjukan, sastra & perfilm, dan seni rupa.

PENUTUP

Demikian kerangka acuan kegiatan Pementasan Drama Musikal PRABU LIEUR kami sampaikan,
besar harapan kami dapat terjalin kerjasama dengan berbagai pihak sebagai salah satu upaya
mengemban misi mewujudkan Bandung sebagai kota seni-budaya. Pihak manajemen Prabu Lieur
akan mencantumkan semua logo instansi, perusahaan/lembaga yang berkontribusi dalam bentuk
donasi maupun sponsorship didalam semua media publikasi yang diterbitkan. Hal-hal teknis yang
berhubungan dengan kemitraan ini bisa dibicarakan kemudian.
KONTAK PERSON

Reza Ruhyana, Pimpinan Produksi


Hp: +62 818-0207-6366,
email: rezaruhyanabsc@ymail.com
Hendra Hidayat, Penanggungjawab Produksi
Hp: +62 857-2221-1599
email: mahendra.hdht@gmail.com
Sekretariat Art Laboratory Bandung
1. Jl. Soekarno-Hatta No 421, Bandung, Jawa Barat.
2. Komp. Taman Kopo-Katapang (TKK) Blok K No. 03, Katapang, Kabupaten Bandung.

Anda mungkin juga menyukai