LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA 1A - cZ5
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA 1A - cZ5
SEDIAAN LARUTAN
LABORATORIUM FARMASETIKA
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2011
SEDIAAN LARUTAN
B. Eliksir
Parasetamol
1. Warna : Putih
2. Rasa : Pahit
3. Bau : Tidak berbau
4. Pemerian : serbuk hablur
5. Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, larut dalam 7 bagian
etanol (95%)P, larut dalam 13 bagian aseton, larut dalam 40 bagian
gliserol, larut dalam sebagian propilen glikol, larut dalam alkali
hidroksida.
6. Titik lebur : 111o C
7. Masa molekular : 272,4 g/mol
8. PH larutan : 5-7oC
9. Stabilitas : Pada suhu > 40oC akan lebih mudah
- terdegradasi, lebih mudah terurai dengan adanya
udara dari
- luar dan adanya cahaya, pH jauh dari rentang
pH optimum
- akan menyebabkan zat terdegradasi karena
terjadi hidrolisis.
Sukrosa
a. Warna : Putih, tidak berwarna
b. Rasa : Manis
c. Bau : Tidak berwarna
d. Pemerian : Hablur, masa hablur, bentuk kubus
e. Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam
air mendidih, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam klroform dan
eter.
f. Titik didih : 186oC
g. Bobot jenis : 1,587 g/ mol
h. Stabilitas : Lebih mudah terurai dengan adanya udara dari luar.
Metil paraben
a. Warna : Putih
b. Rasa : Tidak mempunyai rasa
c. Bau : Hampir tidak berbau
d. Pemerian : Serbuk hablur halus
e. Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih,
dalam 25 bagian etanol (95 %) P, dan dalam 3 bagian aseton P ;
mudah larut dalam eter P, dan dalam alkali hidroksida.
f. Titik Lebur : 1250C sampai 1280C
g. Pka/pkb : 8,4
h. Bobot Jenis : 1,352 gr/cm3 atau 1,352 gr/ml
i. pH larutan : 3-6
j. Stabilitas : Lebih mudah terurai dengan adanya udara dari luar
Propil paraben
a. Warna : Putih
b. Rasa : Tidak berasa
c. Bau : Tidak berbau
d. Pemerian : Serbuk hablur putih
e. Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol
(95%)P, dalam 3 bagian aseton P, dalam 140 bagian gliserol P, dan
dalam 40 bagian minyak lemak, muda larut dalam larutan alkali.
f. Titik didih : 95oC – 98oC
g. Bobot jenis : 180,21 g/mol
h. Stabilitas : Lebih mudah terurai dengan adanya udara dari luar.
Sorbitol
a. Warna : putih
b. Rasa : rasa manis
c. Bau : tidak berbau
d. Pemerian : serbuk, butiran dan kepingan.
e. Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol
(95%) P, dalam metanol P, dan dalam asetatP.
f. Titik didih : suhu lebur hablur antara 174oC – 179oC
g. Stabilitas : terhadap udara higroskopis.
Aquadest
a. Warna : Jernih tidak berwarna
b. Rasa : Tidak mempunyai rasa
c. Bau : Tidak berbau
d. Pemerian : Cairan
e. Titik didih : 1800C
f. Pka/pkb : 8,4
g. Bobot Jenis : 1 gr/cm3 atau 1 gr/ml
h. pH larutan : 7
i. Stabilitas : Stabil diudara
B. Eliksir
Etanol
1. Warna : tidak berwarna
2. Rasa : rasa pahit
3. Bau : khas
4. Pemerian : cairan jernih, mudah menguap, bergerak, dan mudah
terbakar.
5. Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, dan dalam kloroform dan
eter.
6. Bobot jenis: 0,8119 – 0,8139 g/mol
7. Stabilitas : mudah menguap, lebih mudah rusak dengan adanya
cahaya, dan muda terbakar.
2. Sirupus Simpleks
65 % sukrosa → 65 g sukrosa dalam 100 mL campuran (65 g dalam
100 g sirup)
5. - Metil paraben botol III = 0,18 % (b/v) = 0,18 g dalam 100 mL sediaan
- Metil paraben botol IV = 0,2 % (b/v) = 0,2 g dalam 100 mL sediaan
6. Propil Paraben botol III = 0,02 % (b/v) = 0,02 g dalam 100 mL sediaan
7. Sorbitol botol V = 15 % (b/v) = 15 g dalam 100 mL sediaan
B. Eliksir
1. Parasetamol : kelarutan → 1 : 70 bagian air
1 : 7 bagian etanol 95 %
2. Untuk titrasi : parasetamol (120 mg/5 mL) yang dibutuhkan
Dalam 10 mL etanol : 10 mL/5 mL x 120 mg = 240 mg
parasetamol
3. Untuk pembuatan sediaan (100 mL) :
120 mg/5 mL → 100 mL
100 mL/5 mL x 120 mg = 2400 mg = 2,4 g
Penimbangan
A. Sediaan Larutan
No Bahan Berat
Dextrometorphan untuk setiap 100 mL 0,2 g
1. Sukrosa (untuk 200 mL sir. simpleks) 130 g
2. - Sir. Simpleks botol I 25 mL
- Sir. Simpleks botol II 75 mL
- Sir. Simpleks botol III 25 mL
- Sir. Simpleks botol IV 25 mL
- Sir. Simpleks botol V 25 mL
0,18 g
Metil paraben botol III
3. 0,2 g
Metil paraben botol IV 0,02 g
4. 15 g
Propil paraben botol III
5. 100 mL
6. Sorbitol botol V
Aqua destilata add
B. Eliksir
No Bahan Berat
1. Parasetamol untuk 100 mL sediaan 2,4 g
2. Parasetamol untuk titrasi 0,24 g
3. Etanol 4,2 mL
4. Aquadest add 100 mL
V. Prosedur
A. Sediaan Larutan
1) Sirupus simpleks
Sukrosa sebanyak 130 g dilarutkan dalam air panas sebanyak 200 mL
2) Sediaan 1
0,2 g dekstrometorphan dilarutkan dalam 12 mL air lalu diaduk hingga
homogen. Kemudian ditambahkan 25 mL sirupus simpleks, diaduk
hingga homogen. Campuran tersebut dimasukan ke dalam botol yang
sudah ditara. Add 100 mL dengan aquadest.
3) Sediaan 2
Dekstrometorphan ditimbang sebanyak 0,2 g, lalu dilarutkan dalam 12
mL air, diaduk hingga homogen. Ditambahkan 75 mL air dan diaduk
hingga homogen. Campuran tersebut dimasukan ke dalam botol yang
sudah ditara. Add 100 mL dengan aquadest.
4) Sediaan 3
0,2 g dekstrometorphan dilarutkan dalam 12 mL air, lalu diaduk
hingga homogen. Kemudian 0,18 g metil paraben dan 0,02 g propil
paraben dilarutkan dalam 2 mL etanol secara terpisah satu sama lain.
Setelah larut, masing-masing larutan tersebut dimasukan ke dalam
botol. Lalu ditambahkan 25 mL sirupus simpleks. Setelah itu aquadest
dimasukan add 100 mL.
5) Sediaan 4
Dekstrometorphan ditimbang sebanyak 0,2 g dan dilarutkan dalam 12
mL air. 0,2 g metil paraben dilarutkan dalam 2 mL etanol. 25 mL
sirupus simpleks dicampurkan dan diaduk hingga homogen.
Campuran tersebut dimasukan ke dalam botol yang sudah ditara. Add
100 mL dengan aquadest.
6) Sediaan 5
0,2 g dekstrometorphan dilarutkan dalam 12 mL air. Ditambahkan 25
mL sirupus simpleks dan diaduk hingga homogen. 15 g sorbitol
dilarutkan dalam air. Campuran tersebut dimasukan ke dalam botol
yang sudah ditara. Add 100 mL dengan aquadest.
Pengamatan Hari ke-0 Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4
Organoleptik Warna : bening Warna : jernih Warna : bening Warna:bening Warna :
Rasa : ++ Rasa :
kekuningan keruh kekuningan
Bau :+ Rasa : + Rasa : +++ Rasa : +++ Bau : ++
Bau : ++ Bau : ++ Bau : ++
Pertumbuhan - Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada
mikroba
Kristal pada - Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
mulut botol
Sediaan A (hasil rata-rata seluruh kelompok)
Pengamatan Hari ke-0 Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4
Organoleptik Warna : bening Warna : bening Warna : bening Warna : keruh Warna : keruh
Rasa : ++ Rasa : + Rasa : ++ Rasa : ++
keruh
Bau : ++ Bau : ++ Bau : ++ Bau : +++
Rasa : ++
Bau : ++
Pertumbuhan - Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada
mikroba
Kristal pada - Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
mulut botol
Pengamatan Hari ke-0 Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4
Organoleptik Warna : jernih Warna : jernih Warna : agak Warna : agak Warna : keruh
kekuningan kekuningan kuning kuning kuning
Rasa : + Rasa : + Rasa : ++ Rasa : ++ Rasa : ++
Bau : ++ Bau : ++ Bau : ++ Bau : ++ Bau : +++
Pertumbuhan - Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada
mikroba
Kristal pada - Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
mulut botol
Pengamatan Hari ke-0 Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4
Organoleptik Warna : bening Warna : bening Warna : agak Warna : agak Warna : kuning
Rasa : ++++ Rasa : +++
kuning kuning keruh
Bau : + Bau : ++
Rasa : +++ Rasa : + Rasa : +
Bau : ++ Bau :+ Bau : +
Pertumbuhan - Tidak ada Ada Ada Ada
mikroba
Kristal pada - Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
mulut botol
Keterangan :
1. Rasa: (+) → manis
(++) → manis pahit
(+++) → pahit
(++++) → pahit sekali
2. Bau : bau sirupus simpleks
B. Eliksir
Elixir metoda A (hasil rata-rata seluruh kelompok)
Pengamatan Hari ke-0 Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-
Organoleptik Warna: bening Warna: bening Warna: bening Warna: bening Warna:
Rasa : pahit Rasa : pahit Rasa : pahit Rasa : pahit Rasa : p
Bau : bau khas Bau : bau khas Bau : bau khas Bau : bau khas Bau : ba
etanol etanol etanol etanol etanol
pH 6 6 6 6 6
Kejernihan Jernih Jernih Jernih Jernih Jernih
Viskositas
Bobot jenis 0, 98 0, 97 0, 97 0, 97 0, 97
Volume 99 mL 92 mL 86 mL 82 mL 80 mL
terpindahkan
Pengamatan Hari ke-0 Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4
Organoleptik Warna: bening Warna: bening Warna: bening Warna: Warna: be
Rasa : pahit Rasa : pahit Rasa : pahit bening Rasa : pah
Bau : bau khas Bau : bau khas Bau : bau khas Rasa : pahit Bau : bau
etanol etanol etanol Bau : bau etanol
khas etanol
pH 6 6 6 6 6
Kejernihan Kurang jernih Kurang jernih Kurang jernih Kurang Kurang je
jernih
Viskositas
Bobot jenis 0,97 0,97 0,96 0,96 0,96
Volume 98 mL 93 mL 89 mL 80 mL 79 mL
terpindahkan
Keterangan :
Perhitungan KDparasetamol, Viskositas dan Bj ada pada lampiran di
halaman belakang.
VII. Pembahasan
Dalam praktikum kali ini. Dilakukan pembuatan sediaan larutan.
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut,
sebagai pelarut digunakan air suling kecuali dinyatakan lain. Sedangkan
eliksir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap,
selain obat mengandung juga zat tambahan seperti gula atau pemanis lain,
zat warna, zat pewangi dan zat pengawet, dan digunakan sebagai obat
dalam. (Moh. Anief, 2008)
Zat aktif yang digunakan dalam praktikum pembuatan larutan
adalah dekstrometorphan. Dan bahan tambahan yang digunakan adalah
sirupus simpleks, sukrosa, metil paraben, propil paraben, sorbitol,
aquadest serta etanol.
Dalam pembuatan sediaan larutan dibuat terlebih dahulu sirupus
simplex (65% sukrosa). Sukrosa yang digunakan dalam pembuatan larutan
ini adalah 130 g yang dilarutkan dalam 200 ml air panas dan digunakan untuk
membuat 5 sediaan.
Dari hasil pengamatan sediaan 1 yang sudah dirata-ratakan dengan
semua kelompok, didapatkan hasil yang menyatakan bahwa pada hari ke
1, 2, 3 dan 4 tidak terbentuk kristalisasi. Ini dapat disebabkan karena
sediaan 1 hanya berisi dektrometorphan dan sirupus simpleks sebanyak 25
%. Dikarenakan kadar gula yang sedikit, maka tidak terjadi kristalisasi
pada sediaan ini. Pada hari ke 1, 2 dan 3 tidak terlihat adanya pertumbuhan
mikroba, sehingga pada pengamatan organoleptisnya tidak menunjukan
data yang terlalu berbeda dengan pengamatan organoleptis pada hari ke 0.
Warna yang terjadi dari hari ke 0, 1, 2, 3 (bening, jernih kekuningan,
bening keruh, bening kekuningan). Begitupun dengan rasa dan bau.
Karena dalam sediaan ini terdapat sirupus simpleks, maka rasa yang terasa
adalah rasa manis, namun lama-lama menjadi agak pahit. Dan bau yang
terciumpun bau sirupus simpleks. Namun pada hari ke 4, terdapat banyak
mikroba pada sediaan yang dibuat, ini dapat dilihat salah satunya dari
warna sediaan yang berubah menjadi keruh. Hal ini terjadi karena pada
sediaan ini tidak ditambahkan zat pengawet, serta dalam sediaan ini
digunakan air sebagai pelarut, dimana air merupakan media tempat
tumbuhnya mikroba.
Pada hasil pengamatan sediaan 2 yang berisi dekstrometorphan dan
sirupus simpleks 75 %. Dari hari ke 1 hingga ke 4, terdapat kristal pada
mulut botol, ini dapat disebabkan karena jumlah sirupus simpleks yang
diapakai dalam sediaan 2 adalah ¾ dari total sediaan yang dibuat dan pada
sediaan ini, tidak menggunakan bahan tambahan anticaplocking, sehingga
terbentuk kristal pada mulut botol. Pada hari ke 3 dan ke 4 terjadi
pertumbuhan mikroba yang diikuti dengan perubahan organoleptis
terutama perubahan warna dari bening kekuningan menjadi keruh. Karena
keruhnya suatu sediaan, menunjukkan bahwa dalam sediaan tersebut
terdapat mikroba. Begitupun dengan baunya, karena dalam sediaan ini
terdapat banyak sirupus simpleks, maka rasa dan bau yang tercium adalah
rasa dan bau sirupus simpleks, namun seiring dengan tumbuhnya mikroba,
maka bau yang tercium menjadi agak asam. Timbulnya mikroba dapat
terjadi karena dalam sediaan ini tidak menggunakan pengawet.
Dari hasil pengamatan sediaan 3 yang berisi dekstrometorphan,
sirupus simpleks 25%, metil paraben, dan propil paraben. Dari ke 1 hingga
ke 4 tidak terbentuk kristal pada leher botol yang dikarenakan oleh
penggunaan sirupus simpleks yang tidak terlalu banyak sehingga tidak
terbentuk kristalisasi gula. Selain itu, tutup botol yang digunakan adalah
tutup botol gabus, sehingga kristal pada leher botol tidak terlalu terlihat
jelas. Pada hari ke 4 terjadi pertumbuhan mikroba, seharusnya ini tidak
terjadi karena dalam sediaan ini terdapat metil paraben dan propil paraben
yang bertindak sebagai pengawet agar tidak terjadi kontaminasi oleh
mikroorganisme. Namun kenyataannya berbeda, ini dapat disebabkan pada
saat pembukaan botol, udara dari luar masuk ke dalam botol yang
menyebabkan kandungan senyawa aktifnya (dekstromertophan) dapat
teroksidasi atau terurai membentuk senyawa lain yang mungkin bersifat
lebih toksik atau lebih beracun dari pada zat asalnya. Hal ini dapat
membahayakan kesehatan. Dari pengamatan organoleptis, terjadi
perubahan warna dari bening menjadi keruh karena adanya mikroba.
Karena metil paraben dan propil paraben kurang larut dalam air terutama
propil paraben, sehingga untuk melarutkan keduanya digunakan etanol.
Dan bau yang terciumpun bau sirupus simpleks dan bau etanol.
2. Formula Parasetamol
Formula standar (Anonim, 1978).
- Komposisi :
Sirup parasetamol dibuat berdasarkan resep standar eliksir
asetaminofen yang terdapat dalam Formularium nasional, yaitu :
R/ Acetaminophenum 120 mg
Glycerolum 2,5 ml
Propylenglycolum 500 µl
Sorbitoli solution 70% 1,25 ml
Aethanolum 500 µl
Zat tambahan yang cocok secukupnya
Aqua destillata hingga 5 ml
- Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya
- Dosis :
Anak - 1 tahun,1 sendok teh; 1-5 tahun, 2 sendok teh.
Catatan : 1.Air dapat diganti dengan sirup simpleks
2.Sediaan berkekuatan lain : 150 mg
( Fornas edisi II hlm 3, tahun 1978)
Semua elixir mengandung bahan pemberi rasa untuk menambah
kelezatan dan hampir semua elixir mempunyai zat pewarna untuk
meningkatkan penampilannya, elixir yang mengandung alcohol lebih dari
10-12%, biasanya bersifat sebagai pengawet sendiri dan tidak
membutuhkan penambahan zat antimikroba untuk pengawetannya.
Dalam formula yang digunakan pada sediaan elixir terdapat
gliserol, sorbitol dan propilen glikol digunakan zat tambahan ini untuk
memberi keseimbangan pada efek pelarut dari pembawa hidroalkohol,
membantu kelarutan zat terlarut, dan meningkatkan kestabilan sediaan.
Akan tetapi adanya bahan-bahan ini menambah kekentalan elixir dan
memperlambat kecepatan penyaring. (Ansel,2005)
Selain itu juga dapat digunakan bahan tambahan lain yang cocok
seperti pemanis untuk menutupi rasa pahit zat aktif, pewarna untuk
menutupi penampilan yang tidak menarik disesuaikan dengan flavouring
agent. Flavoring agent yang ditambahkan tergantung dari usia pasiennya
agar dapat diterima dengan baik oleh pasien. Dapat juga dipakai asam
sitrat sebagai antioksidan karena parasetamol juga lebih mudah terurai
dengan adanya udara dari luar dan bahan pengawet seperti sirup dengan
konsentrasi sukrosa lebih dari 65% atau asam benzoat.
= 0, 98
H1 :
W1 = 13, 22 g
W2 = 23, 76 g
W3 = 23, 40 g
= 0, 97
H2 :
W1 = 13, 24 g
W2 = 23, 94 g
W3 = 23, 62 g
= 0, 97
H3 :
W1 = 13, 58 g
W2 = 23, 87 g
W3 = 23, 62 g
= 0, 97
H4 :
W1 = 13, 23 g
W2 = 23, 76 g
W3 = 23, 46 g
= 0, 97
= 0, 97
H1 :
W1 = 13, 33 g
W2 = 23, 7 g
W3 = 23, 4 g
= 0, 97
H2 :
W1 = 13, 24 g
W2 = 24, 01 g
W3 = 23, 62 g
= 0, 96
H3 :
W1 = 13, 58 g
W2 = 23, 97 g
W3 = 23, 60 g
= 0, 96
H4 :
W1 = 13, 23 g
W2 = 23, 76 g
W3 = 23, 43 g
= 0, 96
3. Viskositas
Karena konstanta bola jatuh dan satuan gravitasi jenis bola juga gravitasi jenis
cairan tidak diketahui, maka viskositas dilihat secara kualitatif, tidak secara
kuantitatif.