Anda di halaman 1dari 8

ancurnya Kuil Sulaiman (Solomon Temple)

Oleh: Wiji Hartono

( Pemerhati Sejarah, Alumnus Ilmu Sejarah FIB Universitas Indonesia )

ً ِ‫علُ ًّوا َكب‬


‫يرا‬ ُ ‫ض َم َّرتَي ِْن َولَت َ ْعلُ َّن‬ ِ ‫ض ْينَا ِإلَ ٰى بَ ِني ِإس َْرائِي َل ِفي ْال ِكت َا‬
ِ ‫ب لَت ُ ْف ِسد َُّن ِفي ْاْل َ ْر‬ َ َ‫َوق‬
ً ُ‫ار َۚو َكانَ َو ْعدًا َم ْفع‬
‫وَل‬ ِ َ‫سوا ِخ ََل َل ال ِدِّي‬ َ ‫علَ ْي ُك ْم ِعبَادًا لَنَا أُو ِلي بَأ ْ ٍس‬
ُ ‫شدِي ٍد فَ َجا‬ َ ُ ‫فَإِذَا َجا َء َو ْعدُ أ‬
َ ‫وَل ُه َما بَعَثْنَا‬

ً ‫علَ ْي ِه ْم َوأ َ ْمدَ ْدنَا ُك ْم بِأ َ ْم َوا ٍل َوبَنِينَ َو َجعَ ْلنَا ُك ْم أ َ ْكث َ َر نَ ِف‬
‫يرا‬ َ َ ‫ث ُ َّم َردَ ْدنَا لَ ُك ُم ْال َك َّرة‬

ُ َ‫سأْت ُ ْم فَلَ َها ۚفَإِذَا َجا َء َو ْعدُ ْاْل ِخ َرةِ ِلي‬


ُ‫سو ُءوا ُو ُجو َه ُك ْم َو ِليَ ْد ُخلُوا ْال َمس ِْجدَ َك َما دَ َخلُوه‬ َ َ ‫س ْنت ُ ْم ِْل َ ْنفُ ِس ُك ْم َۖو ِإ ْن أ‬
َ ْ‫س ْنت ُ ْم أَح‬
َ ْ‫ِإ ْن أَح‬
ً ‫علَ ْوا تَتْ ِب‬
‫يرا‬ َ ‫أ َ َّو َل َم َّرةٍ َو ِليُت َ ِب ُِّروا َما‬
Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: Sesungguhnya kamu akan
membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan
kesombongan yang besar.

Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami
datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka
merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana.

Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami
membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang
lebih besar.

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat
jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan)
yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan
mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama
dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.

)QS. Al-Israa’: 4 – 7(

Sejarah Bangsa Yahudi

Bangsa Yahudi bermula dari nabi Ibrahim ‘Alaihissalam, termasuk keturunan Sam bin Nuh,
sehingga keturunan Ibrahim juga dimasukkan dalam rumpun bangsa Semit. Dalam Alkitab,
Kitab Kejadian 11: 27 – 28, disebutkan bahwa Ibrahim adalah paman dari nabi Luth, dan lahir di
Ur, kota yang didirikan bangsa Sumeria di selatan Irak. Ibrahim disebut Ibrani (Hebrew), berasal
dari kata ivri yang berarti menyeberangi, dikarenakan hijrahnya menyeberangi sungai Euphrates
(al-Furat) menuju ke Palestina yang dihuni bangsa Kanaan (keturunan Kanaan bin Ham bin
Nuh).

Ibrahim menikahi Sarah dan Hajar. Seperti Ibrahim, Sarah juga berasal dari Ur, Mesopotamia.
Sedangkan Hajar adalah orang Mesir, saat itu penduduk Mesir merupakan keturunan Mizraim
bin Ham bin Nuh. Dari Hajar, lahirlah nabi Ismail yang menikah dengan perempuan suku
Jurhum, yaitu suku Arab yang melakukan migrasi dari Yaman. Bangsa Arab juga termasuk
keturunan Sam bin Nuh. Keturunan Ismail disebut sebagai Arab Musta’ribah (orang Arab hasil
arabisasi) karena Ismail sejatinya bukan orang Arab.

Dari Sarah, lahirlah nabi Ishak. Ishak menikahi Rebecca (Ribqa), anak sepupunya yang berasal
dari Mesopotamia, serta memiliki dua anak (Bani Ishak), yaitu Esau dan Yakub. Kitab Kejadian
26: 34 menyebutkan bahwa Esau (Ais) memiliki dua istri dari suku Hittite. Esau memiliki
rambut merah serta menjadi leluhur bangsa Edom dan Amalek. Dalam Kitab Ayub 1: 1,
disebutkan bahwa nabi Ayub tinggal di tanah Uz. Sedangkan dalam Kitab Ratapan 4: 21
disebutkan bahwa bangsa Edom tinggal di tanah Uz. Sehingga nabi Ayub merupakan Bani Ishak
dari keturunan Esau.

Kerajaan Hittite dan Mesir (www.sheltonstate.edu)

Nabi Yakub (Jacob) memiliki julukan sebagai Israel (Isra: hamba, El: Tuhan). Ia menikahi
sepupunya (anak dari saudara ibunya) yaitu Rachel dan Leah, beserta kedua pelayan mereka,
yaitu Bilhah dan Zilpah. Yakub memiliki dua belas anak lelaki, yaitu Reuben, Simeon, Levi,
Judah (Yahuda), Dan, Naphtali, Gad, Asher, Issachar, Zebulun, Joseph (Yusuf), dan Benjamin.
Nabi Yusuf kemudian menjadi pejabat Mesir sehingga anak-anak Yakub pindah ke Mesir dan
berkembang menjadi dua belas suku Bani Israel.
Masa Yusuf diduga bersamaan dengan saat Dinasti Kedelapan Belas Mesir Kuno (sekitar 1550 –
1292 SM). Ahmed Osman dalam bukunya, Stranger in the Valley of the Kings, mengatakan
bahwa Yusuf adalah kakek Firaun Akhnaton (Amunhotep IV) dari jalur ibu. Akhnaton (wafat
sekitar 1336 SM) adalah Firaun yang menjadikan monoteisme sebagai agama resmi Mesir. Ibu
Akhnaton adalah putri dari Yuya, pejabat Mesir yang berasal dari Mittani (utara Suriah). Tuhan
yang Esa yang disembah Akhnaton adalah Aton, kata yang serupa dengan Adon (salah satu
sebutan Tuhan) dalam bahasa Ibrani.

Firaun terakhir yang menyembah Aton adalah Tutankhaton. Ia memimpin di usia remaja dan
banyak dipengaruhi oleh menterinya, Ay. Tutankhaton mengubah namanya menjadi
Tutankhamun. Kematiannya terjadi secara mendadak. Ralph Mitchell, ahli mikrobiologi dari
Harvard, mengatakan bahwa Tutankhamun dimakamkan secara terburu-buru, bahkan sebelum
cat di ruang pemakamannya mengering. Sehingga berkembang teori bahwa penyebab
kematiannya karena dibunuh atau kecelakaan.

Naskah yang ditemukan di Hattusa (ibukota Hittite) menunjukkan surat dari janda Tutankhamun,
yaitu Ankhesenamun (Ankhesenpaton). Ankhesenamun meminta agar dapat menikahi putra raja
Hittite (Suppiluliuma I) karena merasa takut jika menikahi bangsawan Mesir. Tutankhamun tidak
memiliki anak (meninggal saat dilahirkan), sehingga calon penggantinya adalah Harmhab, orang
kepercayaannya. Namun Ay menelikung dengan menikahi Ankhesenamun. Karena usia yang
sudah tua, Ay hanya berkuasa empat tahun. Ay serta penggantinya (Harmhab) melanjutkan
penghancuran monoteisme Aton. Harmhab adalah Firaun terakhir dari Dinasti Kedelapan Belas
Mesir Kuno.

Di masa nabi Musa, dua belas suku Bani Israel melakukan hijrah ke Palestina. Di bawah
kepemimpinan Joshua (Yusya’ bin Nun), Bani Israel berhasil masuk ke Palestina. Nabi Samuel
lalu membimbing Thalut (Saul) mendirikan Kerajaan Israel (sekitar 1050 – 930 SM). Kerajaan
tersebut mencapai kejayaannya di masa kepemimpinan nabi Daud serta Sulaiman. Sekitar 970
SM, nabi Sulaiman membangun tempat ibadah di Yerusalem yang kemudian dikenal dengan
nama Kuil Sulaiman.

Kehancuran Kuil Pertama

Setelah wafatnya Sulaiman, kerajaan Israel mengalami perpecahan. Sepuluh suku Israel menolak
kepemimpinan putra Sulaiman (dari suku Yahuda). Sedangkan suku Judah (Yahuda) dan
Benjamin tetap mendukung kepemimpinan keturunan Sulaiman. Sepuluh suku tersebut
kemudian mendirikan Kerajaan Israel di utara dengan ibukota Samaria. Sedangkan dua suku
mempertahankan kerajaan di selatan dengan ibukota Yerusalem, dan kemudian dikenal dengan
nama Kerajaan Yahudi (Judah).

Nabi yang diutus untuk Kerajaan Israel antara lain adalah Elijah (Ilyas) dan Elisha (Ilyasa).
Sedangkan nabi yang diutus untuk Kerajaan Yahudi antara lain adalah Isaiah (Yesaya) dan
Jeremiah. Elijah berdakwah kepada raja Ahab yang telah beralih menjadi penyembah Baal, dewa
bangsa Kanaan. Jeremiah berdakwah menolak penyembahan berhala serta keserakahan para
imam/ulama Yahudi. Sebelumnya raja Manasseh telah membolehkan penyembahan berhala-
berhala bangsa non-Yahudi di Kuil Sulaiman.
Wilayah Assyria
pada puncak kejayaannya (www.ancient.eu)

Sekitar 732 SM, Kerajaan Israel bersekutu dengan Kerajaan Aramea untuk menyerang Kerajaan
Yahudi. Yahudi lalu meminta bantuan Kerajaan Assyria. Assyria adalah tempat diutusnya nabi
Yunus (Jonah). Dalam Kitab Yunus 1: 2, disebutkan bahwa Yunus diperintahkan untuk
berdakwah di Nineveh (Ninawa), ibukota Assyria. Dalam QS. Ash Shaaffaat: 147 – 148,
disebutkan bahwa mereka menerima dakwah nabi Yunus.

Raja Assyria, Tiglath-Pileser III, menaklukkan Aramea dan sebagian wilayah Israel. Sisa
wilayah Israel kemudian ditaklukkan oleh raja Sargon II pada 720 SM. Akibat penaklukkan
tersebut, sebagian penduduk Israel diasingkan, sebagian lainnya mengungsi ke Kerajaan Yahudi.
Penduduk Israel yang diasingkan oleh Kerajaan Assyria tersebut tidak pernah mendapat izin
untuk pulang dan membangun negerinya, sehingga melahirkan kisah Sepuluh Suku Israel yang
Hilang.

Sekitar 627 SM, Kerajaan Assyria mengalami perpecahan. Babylonia dan Median kemudian
melakukan pemberontakan. Mereka menjalin persekutuan dengan bangsa Scythian serta
Cimmerian, dan berhasil mengalahkan Assyria. Kota Nineveh dihancurkan pada 612 SM.
Kerajaan Babylonia, ibukota di Babylon, kemudian menguasai sebagian besar bekas wilayah
Assyria, dimana Kerajaan Yahudi menjadi negara bawahannya.

Pada 601 SM, Babylonia gagal menaklukkan Mesir, sehingga Yahudi lalu berbalik menjadi
pendukung Mesir. Raja Babylonia, Nebuchadnezzar II, kemudian menyerang Yerusalem. Pada
597 SM, sebagian penduduk Yahudi diasingkan ke Babylon. Nabi dalam masa tersebut antara
lain adalah nabi Ezekiel yang diutus kepada bangsa Yahudi di pengasingan, serta nabi Daniel
yang kemudian menjadi pejabat di pemerintahan Babylonia.
Sekitar 589 SM, meskipun ditentang nabi Jeremiah, Kerajaan Yahudi kembali memberontak.
Babylonia pun menyerang Yahudi. Yerusalem dan Kuil Sulaiman dihancurkan pada 587 SM.
Sebagian penduduk Yahudi diasingkan, sebagian lainnya mengungsi antara lain ke wilayah
Moab dan Ammon. Bekas wilayah Yahudi dijadikan provinsi dengan ibukota di Mizpah. Namun
gubernur Yahudi yang memimpin provinsi tersebut dibunuh oleh sesama orang Yahudi, sehingga
penduduk Yahudi yang takut akan pembalasan Babylonia kemudian melarikan diri ke Mesir.

Kehancuran Kuil Kedua

Sekitar 550 SM, bangsa Persia (negara bawahan Median) dipimpin Cyrus II (Cyrus yang Agung)
berhasil mengalahkan Kerajaan Median di dataran tinggi Iran. Kemenangan tersebut
menghasilkan gelar bagi Cyrus, yaitu Zulkarnain (Pemilik Dua Tanduk). Nabi Daniel telah
meramalkan kehadirannya di masa pemerintahan raja Babylonia, Belshazzar. “Domba jantan
yang kaulihat itu, dengan kedua tanduknya, ialah raja orang Media dan Persia” (Kitab Daniel 8:
20).

Zulkarnain kemudian mendirikan Kekaisaran Achaemenid, menaklukkan Kerajaan Lydia di


semenanjung Anatolia pada 547 SM, dan berhasil mengalahkan raja Babylonia (Belshazzar)
pada 539 SM. Orang-orang Yahudi yang diasingkan kemudian diizinkan untuk pulang dan
membangun kembali Yerusalem. Nabi Ezra (Uzair) mengatakan bahwa Zulkarnain juga
ditugaskan untuk membangun kembali Kuil Sulaiman. “Inilah perintah Cyrus, raja Persia: Allah
penguasa di surga telah menjadikan aku raja atas seluruh dunia, dan menugaskan aku untuk
membangun rumah bagi-Nya di Yerusalem” (Kitab Ezra 1: 2).

Perpecahan
wilayah kekuasaan Alexander (etc.usf.edu)

Pada 330 SM, Alexander III (Alexander yang Agung) dari Kerajaan Macedonia (Yunani Utara)
berhasil mengalahkan Kekaisaran Achaemenid. Nabi Daniel dalam ramalannya mengatakan:
“… tampak seekor kambing jantan datang dari sebelah barat … dan kambing jantan itu
mempunyai satu tanduk yang aneh di antara kedua matanya” (Kitab Daniel 8: 5).

“… lalu ditanduknya domba jantan itu (Achaemenid), dipatahkannya kedua tanduknya


…”(Kitab Daniel 8: 7).

“Kambing jantan itu sangat membesarkan dirinya, tetapi ketika ia sampai pada puncak
kuasanya, patahlah tanduk yang besar itu, lalu pada tempatnya tumbuh empat tanduk yang aneh
…” (Kitab Daniel 8: 8).

“Maka dari salah satu tanduk itu muncul suatu tanduk kecil (Romawi), yang menjadi sangat
besar ke arah selatan, ke arah timur dan ke arah Tanah Permai” (Kitab Daniel 8: 9).

“… dan tempat-Nya yang kudus dirobohkannya (kehancuran Kuil Solomon yang kedua)” (Kitab
Daniel 8: 11).

“Dan kambing jantan yang berbulu kesat itu ialah raja negeri Yunani (Alexander) …” (Kitab
Daniel 8: 21).

“Dan bahwa tanduk itu patah dan pada tempatnya itu muncul empat buah, berarti: empat
kerajaan akan muncul dari bangsa itu, tetapi tidak sekuat yang terdahulu” (Kitab Daniel 8: 22).

Pasca kematian Alexander (323 SM), terjadi serangkaian perang saudara yang kemudian
melahirkan empat kerajaan, yaitu Dinasti Ptolemaic di Mesir, Dinasti Seleucid di Mesopotamia,
Dinasti Attalid di Anatolia, dan Dinasti Antigonid di Yunani. Yerusalem berada dalam
kekuasaan Ptolemaic sampai direbut oleh Seleucid pada 198 SM. Sementara pada 168 SM,
Dinasti Antigonid di Yunani dikuasai oleh bangsa Romawi.

Pada 167 SM, orang Yahudi dipimpin Judah Maccabee memberontak terhadap Seleucid dan
mendirikan Dinasti Hasmonean. Hasmonean berakhir setelah Yerusalem dikuasai pasukan
Romawi yang dipimpin Pompey pada 63 SM. Di masa kekuasaan Romawi, nabi yang diutus
antara lain adalah nabi Zakaria, Yahya (John the Baptist), dan Isa (Jesus). Pada 66 M, terjadi
pemberontakan bangsa Yahudi terhadap pendudukan Romawi. Pasukan Romawi menghabisi
pemberontakan tersebut kemudian menghancurkan Kuil Solomon pada 70 M.

Masjidil Aqsa dan Kuil Ketiga

Diaspora (perserakan) bangsa Yahudi sudah terjadi sejak hancurnya Kerajaan Israel pada 720
SM, dan jatuhnya Kerajaan Yahudi (kehancuran kuil pertama) pada 587 SM. Namun kelompok-
kelompok Yahudi yang saat ini terserak di berbagai negara, umumnya berasal dari perserakan
setelah kehancuran kuil kedua pada 70 M. Terutama setelah Romawi meningkatkan
penindasannya akibat pemberontakan yang dilakukan orang Yahudi, seperti Perang Kitos dan
pemberontakan Bar Kokhba.

Bangsa Yahudi yang terserak tersebut, ada yang tetap mempertahankan tradisinya, ada pula yang
melebur dengan penduduk setempat. Masuknya bangsa non-Yahudi ke dalam agama Yahudi
juga terjadi akibat perserakan tersebut. Kelompok Yahudi yang tetap mempertahankan tradisinya
dalam perserakan antara lain adalah Yahudi Sephardic (di Andalusia), Romaniote (di Yunani),
serta Mizrahi (di Timur Tengah, Afrika Utara, dan Kaukasus). Kelompok Yahudi yang melebur
dengan penduduk setempat antara lain adalah Yahudi Kaifeng di Tiongkok.

Bangsa non-Yahudi yang masuk ke dalam agama Yahudi antara lain adalah Dzu Nuwas (raja
Himyar) sekitar 522 M di Yaman, serta bangsa Khazar di utara Kaukasus pada abad ke-8 M.
Setelah runtuhnya Kerajaan Khazar, kaum bangsawan dan hartawan Khazar melakukan migrasi
ke wilayah Jerman dan berkembang menjadi Yahudi Ashkenazi. Rakyat Khazar yang bertahan
dalam agama Yahudi kemudian menjadi kelompok Krymchaks. Sedangkan kelompok Beta Israel
di Ethiopia, diduga berasal dari perkawinan campuran antara orang Yahudi dengan penduduk
setempat, ditambah perpindahan agama penduduk setempat ke dalam agama Yahudi.

Sementara di Yerusalem, Kaisar Romawi (Hadrian) membangun Kuil Jupiter di dekat reruntuhan
Kuil Sulaiman pada 130 M. Kuil tersebut dihancurkan (setelah Konsili Nicea 325 M) oleh Kaisar
Konstantin I yang menetapkan bahwa Kristen merupakan agama resmi Kekaisaran Romawi.
Pada 610 M, Kekaisaran Sasanid mengalahkan Byzantium dan mengizinkan orang Yahudi untuk
mengelola Yerusalem. Orang Yahudi pun mulai merintis pembangunan Kuil Sulaiman. Namun
pada 615 M, Byzantium mengalahkan Sasanid. Yerusalem kembali dikelola orang Kristen, dan
reruntuhan Kuil Sulaiman dijadikan tempat pembuangan sampah.

Saat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menjalani Isra Mi’raj, Masjidil Aqsa masih
berupa reruntuhan Kuil Sulaiman yang hanya menyisakan batu berongga (Shakhrah). Shakhrah
memiliki lubang di sudut tenggaranya (Sumur Arwah). Pada 637 M, pasukan Khulafaur Rasyidin
mengambil alih Yerusalem. Umar bin Khattab lalu memerintahkan untuk membangun masjid di
sisi selatan Shakhrah, sehingga orang yang sholat akan menghadap Ka’bah dan membelakangi
Shakhrah. Khalifah Umayyah, Abdul Malik bin Marwan, pada 690 M menyempurnakan masjid
sesuai dengan batas-batas wilayah sucinya. Kubah dibangun menaungi Shakhrah yang berada di
tengah kompleks Masjidil Aqsa.
Batu
berongga di dasar Kubah Shakhrah (www.secretsinplainsight.com)

Pada 1099 M, pasukan Salib menduduki Yerusalem. Ksatria Templar menjadikan Masjidil Aqsa
sebagai markasnya. Templar menganggap Shakhrah sebagai tempat nabi Sulaiman
menyembunyikan buku sihir. Sholahuddin al-Ayyubi merebut Yerusalem dan mengembalikan
fungsi Masjidil Aqsa pada 1187 M. Pada 1917 M, Inggris mengambil alih wilayah Palestina dari
Kekhalifahan Utsmani. Negara Israel kemudian didirikan pada 1948 M. Mereka berusaha
mengumpulkan bangsa Yahudi yang terserak serta mengganti Masjidil Aqsa dengan Kuil
Sulaiman yang Ketiga.

(6565)

Anda mungkin juga menyukai