Anda di halaman 1dari 7

1.

SIFAT-SIFAT GAS

Gas terdiri dari molekul-molekul yang bergerak menurut jalan-jalan yang lurus ke segala
arah,dengan kecepatan yang sanagat tinggi.Molekul-molekul gas ini selalu bertumbukan dengan
molekul-molekul yang lain atau dengan dinding bejana.Tumbukan terhadap dinding bejana ini
yang menyebabkan adanya tekanan.

Volume dari molekul-molekul gas sangat kecil bila di bandingkan dengan volume yang
ditempati oleh gas tersebut,sehingga sebenarnya banyak ruang yang kosong antara molekul-
molekulnya.Karena molekul-molekul gas selalu bergerak ke segala arah,maka gas yang satu
mudah bercampur degan gas yang lain (diffusi), asal keduanya tidak bereaksi.Misalnya N dan O 2 2

;CO dan H ; DAN sebagainya.


2 2

Dalam pembicaraan tentang gas,semua gas dibagi menjadi dua jenis:


a. Gas Ideal:
Yaitu gas yang mengikuti secara sempurna hukum-hukum gas (Boyle, Gay Lussac, dsb).
b. Gas Non Ideal atau Nyata
Yaitu gas yang hanya mengikuti hukum-hukum gas pada tekanan rendah.

2. HUKUM-HUKUM GAS
Sifat-sifat gas dapat dipelajari dari segi eksperimen dan dari segi teori hukum-hukum berikut
diperoleh dari hasil-hasil eksperimen di bagian lain akan dibicarakan sifat-sifat gas dari segi teori.
1. Hukum Boyle (1662)
Dalam batas-batas kesalahan percobaan percobaan pada tahun 1662 mendapatkanbahwa :
Volume dan sejumlah tertentu gas pada temperatur tetap,berbanding terbalik dengan tekanannya.
Secara matematis dapat ditunjukkan :

V : 1P

V : k1P

PV = K 1

Dapat pula di tulis sebagai :


P V =P V =K
1 1 2 2 2

atau

P1P2 = V1V2
Untuk sejumlah gas tertentu, grafik P terhadap V pada tiap-tiap temperatur merupkan suatu
hyperboladan disebut grafik isoterm (gambar 1.1)

P(atm)

Gambar.1.1. Grafik Isotermal untuk 1 mole Gas

2. Hukum Charles atau Gay Lussac

Pada tahun 1787 charles mendapatkan bahawa gas-gas H ,udara,CO dan O berkembang
2 2, 2,

dengan jumlah volume yang sama pada pemanasan antara 0 - 80 pada tekanan tetap.Pada tahun
0C

1802 Gay Lussac mendapatkan bahwa semua gas pada pemanasan dengan tekanan
tetap,volumenya bertambah 1273 X volumenya pada 0 C atau lebih tepat 1273,15. Bila V =
0
0

volume gas pada O C dan V = volume gas tersbut pada t C maka :


0 0

V = V + t273,15 V
0 0

=V (1 + t273,15) = V ( 273,15+t273,15)
0 0
Bila (273,15 + t) dan 273,15 masing-masing diberi symbol baru T dan T yaitu derajat
0,

Kelvin kalau atau absolute, maka :

V = V (TT0)
0

atau
VV0 = TT0
atau

V2V1 = T2T1 V = K .T 2 2 .

Jadi, volume sejumlah tertentu gas pada tekanan tetap berbanding lurus dengan temperatur
absolutnya.

V (liter)

Gambar.1.2. Grafik Isobar untuk 1 mole Gas


2.3. Hukum Boyle – Gay Lussac
Keadaan tekanan, volume dan suhu gas dimulai penjelasannya oleh Boyle. Boyle mengalami
keadaan gas yang suhunya tetap. Pada saat gas ditekan ternyata volumenya mengecil dan saat
volumenya diperbesar tekanannya kecil. Keadaan di atas menjelaskan bahwa pada suhu yang tetap
tekanan gas berbanding terbalik dengan volumenya.

Persamaan di atas yang kemudian dikenal sebagai hukum Boyle.


Keadaan berikutnya dijelaskan oleh Guy Lussac. Menurut Guy Lussac, pada gas yang tekanannya
tetap maka volumenya akan sebanding dengan suhunya. Jika ada gas dalam ruang tertutup
dengan P = tetap dipanaskan maka volumenya akan berubah.
persamaan yang dapat menggambarkan keadaan perubahan P, V dan T (tidak ada yang tetap).
Persamaan gabungan itulah yang dinamakan hukum Boyle-Guy Lussac. Persamaannya dapat di
lihat di bawah ini :

Kita tentu sering melihat balon yang ditiup. Meniup balon berarti menambah jumlah partikel. Pada
saat itu volume benda akan bertambah. Berarti jumlah partikel sebanding dengan volumenya.
Contoh kedua adalah saat memompa ban dalam roda sepeda atau mobil. Saat dipompa berarti
jumlah partikelnya bertambah. Pertambahan itu dapat memperbesar tekanan sedangkan volume

dan suhu tetap. Dari penjelasan itu terlihat bahwa sebanding dengan jumlah partikelnya.
Pembandingnya dinamakan konstanta Stefan-Boltzmann, dan disimbolkan k.
PV = n KT
Dengan :
P = tekanan gas (N/m atau Pa)
2

V = volume gas (m ) 3

T = suhu gas (K)


N = jumlah partikel
k = 1,38 . 10 J/K
-23
2.4. Tetapan Gas Umum ( R )
Harga K pada persamaan PV = KT ditentukan oleh jumlah gas, satuan P dan T, tetapi tidak
tergantung jenis gas.Pada P dan T tertentu, K berbanding lurus dengan V atau jumlah mole gas.Bila
jumlah mole gas = n dan tetapan gas tiap mole = R, maka :

K= nR
atau
PV = n RT
Persamaan ini disebut persamaan gas ideal. Satuan R berbeda-beda, tergantung satuan dari P dan V,
tetapi semua merupakan satuan tenaga.
Contoh :
Suatu gas mempunyai volume 2 liter pada tekanan 720 mmHg,dan 25 C. Berapa volume gas
0

pada keadaan temperatur dan tekanan standar.


Jawab :
V=?
o V = 2 liter
2

T = 273,15 K T = 25 C = 298,15 K
o
0
2
0 0

P = 76 cm Hg = 1 atm. P = 720 mmHg.


0 2

P0 V0T0 = P2 V2T2 = 7276 atm


V = T0P0 . P2 V2T2
0

= 273,151 x 72/76 x 2298,15 = 1,736 liter


2.5. Hukum Dalton
John Dalton (1766-1844) adalah ahli fisika dan kimia Inggris, penemu Teori Atom, penemu
Hukum Dalton, hukum Proporsi Ganda, Daltonisme, Tanda Atom, daftar bobot atom, penemu
sebab hujan, perintis meteorolgi, pengarang, guru, doktor, dan anggota Royal Society. Ia tidak
pernah kawin karena katanya tidak punya waktu.
Pada temperatur tetap,tekanan total suatu campuran gas sama dengan jumlah tekanan
parsialnya.
P = P + P + P + ……… P
total 1 2 3 n

Tekanan parsial gas ialah tekanan dari gas tersebut bila sendirian ada di dalam ruangan.Bila
untuk masing-masing gas dalam campuran dikenakan hukum gas ideal,maka diperoleh :

P = n1 RTV + n2 RTV + n3 RTV


total
= (n1+n2+n3)RTV
=ntV RT.

2.6. Hukum Amagat


Hukum ini hamper sama dengan hokum Dalton, tetapi untuk volume parsialnya. Di dalam tiap-
tiap campuran gas, volume total gas sama dengan jumlah volume parsialnya.
V total = V + V + V + ……… V
1 2 3 n

V , V dst = Vol parsial gas


1 2

Volume parsialnya gas di dalam campuran ialah volume gas tersebut, bila sendirian dalam
ruang, pada temperatur dan tekanan campuran. Sesuai dengan hokum Dalton, disini dapat
dinyatakan bahwa :

V1Vtotal = N ; V2Vtotal = N , dan seterusnya


1 2

2.7. Hukum Graham (1829)


Thomas Graham (1805-1869) seorang ahli kimia Inggris mempelajari kecepatan efusi
beberapa gas dan mendapatkan hubungan yang disebut hukum Graham. Pada suhu dan tekanan
yang sama, maka kecepatan efusi gas berbanding terbalik dengan akar kerapatannya. Pernyataan
ini dikenal dengan hukum Graham. Postulat dari teori kinetik yang menghubungkan energi kinetik
rata-rata dengan suhu dapat digunakan untuk menurunkan hukum Graham. Misalkan kita
mempunyai dua macam gas A dan gas B. Apabila suhunya sama maka energi kinetik rata-rata dari
molekulnya harus sama.
Hukum graham menyatakan : “Hukum difusi dan efusi menyatakan bahwa pada suhu dan
tekanan tetap,kecepatan difusi dan efusi gas berbanding terbalik terhadap akar pangkatdua dari
kerapatannya”.Efusi gas adalah gerakan partikel- partikel gas melalui luban-lubangkecil ke dalam
daerah yang tekanannya lebih rendah.
Pada temperatur dan tekanan tetap kecepatan difusi berbagai-bagai gas berbanding terbalik

dengan akar rapatnya atau berat molekulnya.

V1V2 = √d2d1

Pada tekanan dan temperatur sama, dua gas mempunyai volume molar sama :

V1V2 = √d2 . Vm d1 .Vm = √M2M1


M , M = berat molekul gas.
2 1
V = volume molar gas.
m

Anda mungkin juga menyukai