Anda di halaman 1dari 8

Hukum-hukum gas dikembangkan pada akhir abad ke-18, ketika para ilmuwan mulai

menyadari bahwa hubungan antara tekanan, volume dan suhu dari sampel gas dapat diperoleh,
yang menjadi dasar bagi pendekatan untuk semua gas. Gas berperilaku dengan cara yang sama
dalam berbagai kondisi karena semuanya memiliki molekul yang sangat luas, dan persamaan
keadaan untuk gas ideal berasal dari teori kinetik. Hukum gas sebelumnya saat ini dianggap
sebagai kasus khusus persamaan gas ideal, dengan satu atau lebih variabel tetap dijaga konstan.

Hukum Charles
Artikel utama: Hukum Charles

Hukum Charles, atau hukum volume, ditemukan tahun 1787 oleh Jacques Charles. Hukum ini
menyatakan bahwa, untuk massa tertentu dari gas ideal pada tekanan konstan, volume
berbanding lurus dengan suhu absolut, dengan asumsi dalam sistem tertutup.[3]

Pernyataan hukum Charles adalah sebagai berikut:[4] volume (V) dari massa gas yang diberikan,
pada tekanan konstan (Pa), berbanding lurus dengan suhu (K). Sebagai persamaan matematis,
hukum Charles ditulis sebagai:

, atau
, atau
,

di mana V adalah volume gas, T adalah suhu absolut dan k2 adalah konstanta kesebandingan
(yang tidak sama dengan konstanta kesebandingan pada persamaan lain di artikel ini).

Hukum Gay-Lussac
Artikel utama: Hukum Gay-Lussac

Joseph Louis Gay-Lussac


Hukum Gay-Lussac, hukum Amontons atau hukum tekanan ditemukan oleh Joseph Louis Gay-
Lussac pada tahun 1809.[5] Persamaan ini menyatakan bahwa, untuk massa tertentu dan volume
konstan gas ideal, tekanan yang diberikan pada sisi wadahnya berbanding lurus dengan suhu
absolut.[6][7][7][8]

Sebagai persamaan matematis, hukum Gay-Lussac dinyatakan baik dengan:[6][7][8][9]

, atau
, or

K=P dibagi dengan T

,
di mana P adalah tekanan, T adalah suhu absolut, dan k adalah konstanta kesebandingan.

Hukum gas ideal dan gabungan


Artikel utama: Hukum gas ideal

Hukum gas gabungan atau Persamaan Gas Umum didapat dengan menggabungkan Hukum
Boyle, Hukum Charles, dan Hukum Gay-Lussac.[13][14] Persamaan ini menunjukkan hubungan
antara tekanan, volume, dan suhu bagi gas dengan massa (kuantitas) tetap:

Persamaan ini dapat pula ditulis sebagai:

Dengan penambahan hukum Avogadro, hukum gas gabungan dikembangkan menjadi hukum gas
ideal:[15]

di mana
p adalah tekanan
V adalah volume
n adalah jumlah mol
R adalah konstanta gas universal
T adalah suhu (K)

di mana konstanta kesebandingannya, dinamai sebagai R, merupakan konstanta gas universal


dengan nilai 8.3144598 (kPa∙L)/(mol∙K). Rumusan yang sebanding dituliskan sebagai:[16][17]

di mana
P adalah tekanan
V adalah volume
N adalah jumlah molekul gas
k adalah konstanta Boltzmann (1.381×10−23 J·K−1 dalam satuan SI)
T adalah suhu (K)
Persamaan ini tepat hanya untuk gas ideal, yang mengabaikan berbagai efek antarmolekul (lihat
gas nyata).[18] Namun, hukum gas yang ideal adalah pendekatan yang baik untuk sebagian besar
gas di bawah tekanan dan suhu sedang.

Hukum ini memiliki konsekuensi penting berikut:[19]

1. Jika suhu dan tekanan dijaga konstan, maka volume gas berbanding lurus dengan jumlah
molekul gas.
2. Jika suhu dan volume tetap konstan, maka tekanan perubahan gas berbanding lurus
dengan jumlah molekul gas yang ada.
3. Jika jumlah molekul gas dan suhu tetap konstan, maka tekanan berbanding terbalik
dengan volume.
4. Jika suhu berubah dan jumlah molekul gas dijaga tetap konstan, maka tekanan atau
volume (atau keduanya) akan berubah dalam proporsi langsung terhadap suhu.

Hukum Gay-Lussac
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian
Joseph Louis Gay-Lussac (1778-1850)

Hukum Gay-Lussac dapat merujuk kepada salah satu dari dua hukum kimia yang dikemukakan
oleh kimiawan Prancis Joseph Louis Gay-Lussac. Keduanya berhubungan dengan sifat-sifat gas.

Hukum Gay-Lussac 1802


Pada 1802, Gay-Lussac menemukan bahwa

Tekanan dari sejumlah tetap gas pada volum yang tetap berbanding lurus dengan
temperaturnya dalam kelvin

Secara matematis dapat dinyatakan

atau

dimana:

P adalah tekanan gas.

T adalah temperatur gas (dalam Kelvin).

k adalah sebuah konstanta.

Hukum ini dapat dibuktikan melalui teori kinetik gas, karena temperatur adalah ukuran rata-rata
energi kinetik, dimana jika energi kinetik gas meningkat, maka partikel-partikel gas akan
bertumbukan dengan dinding/wadah lebih cepat, sehingga meningkatkan tekanan.

Hukum Gay-Lussac dapat dituliskan sebagai perbandingan dua gas

Hukum Gay-Lussac 1809


Hukum ini disebut juga hukum gabungan volum, yang ditemukan pada 1809
Perbandingan volum antara gas-gas dalam suatu reaksi kimia adalah perbandingan bilangan
bulat sederhana[1]

Misalnya perbandingan volum hidrogen dan oksigen yang dihasilkan dari penguraian air adalah
2:1. Hukum ini merupakan salah satu dasar dari stoikiometri gas modern, dan hipotesis
Avogadro pada 1811 berasal dari hukum ini.

Hukum Charles
Artikel utama: Hukum Charles

Hukum Charles juga kadang-kadang disebut Hukum Gay-Lussac atau Hukum Charles Gay-
Lussac, karena Gay-Lussac lah yang pertama kali mempublikasikan penemuan ini pada 1802.
Jacques Charles telah menemukannya lebih dahulu pada 1787, namun tidak
mempublikasikannya.[2][3] Belakangan hukum ini lebih sering disebut hukum Charles karena
kemudian Gay-Lussac menemukan hukum-hukum lain yang dinamakan sesuai namanya.

Hukum Charles

Seratus tahun setelah Robert Boyle menemukan hubungan antara volume dan tekanan,
ilmuwan berkebangsaan Perancis yang bernama Jacques Charles (1746 ‐1823)
menyelidiki hubungan antara suhu dan volume gas. Berdasarkan hasil percobaannya,
Ia menemukan apabila tekanan gas selalu konstan, maka ketika suhu gas bertambah,
volume gas juga bertambah. Sebaliknya ketika suhu gas berkurang, volume gas juga
berkurang.
Perubahan volume gas akibat adanya perubahan suhu, terjadi secara teratur sehingga
garis pada grafik ini tampak lurus. Apabila garis pada grafik digambarkan sampai
suhu yang lebih rendah maka garis akan memotong sumbu di sekitar ‐273 oC.

Berdasarkan banyak percobaan yang pernah dilakukan, ditemukan bahwa walaupun


besarnya perubahan volume setiap gas berbeda ‐beda, tetapi ketika garis pada grafik
V‐T digambarkan sampai suhu yang lebih rendah maka garis selalu memotong sumbu
di sekitar -273 oC. Kita bisa mengatakan bahwa seandainya gas didinginkan sampai ‐
273 oC maka volume gas = 0. Apabila gas didinginkan lagi hingga suhunya berada di
bawah ‐273 oC maka volume gas akan bernilai negatif, sesuatu yang tidak mungkin.

Jadi ‐273 oC merupakan suhu terendah yang bisa dicapai. Karena garis memotong
sumbu di sekitar ‐273 oC maka sesuai dengan kesepakatan bersama, di tetapkan bahwa
suhu terendah yang bisa dicapai adalah ‐273,15 oC. ‐273,15 oC disebut suhu nol
mutlak dan dijadikan acuan skala mutlak alias skala Kelvin. Kelvin adalah nama Lord
Kelvin (1824‐1907), fisikawan Inggris. Pada skala ini, suhu dinyatakan dalam Kelvin
(K), bukan derajat Kelvin (oK). Jarak antara derajat sama seperti pada skala celcius. 0
K = ‐273,15 oC dan 273,15 K = 0 oC.

Suhu dalam skala Celcius dapat diubah


menjadi skala Kelvin dengan menambahkan 273,15, suhu dalam skala Kelvin bisa
diubah menjadi skala Celcius dengan mengurangi 273,15. Secara matematis :

T (K) = T (oC) + 273,15

T (oC) = T (K) ‐ 273,15

Keterangan :

T = Temperatur alias suhu

K = Kelvin

C = Celcius
Jika suhu dinyatakan dalam skala Kelvin maka grafik di atas akan tampak seperti
gambar di bawah.

Berdasarkan grafik ini bisa disimpulkan bahwa pada tekanan tetap, volume gas selalu
berbanding lurus dengan suhu mutlak gas. Apabila suhu mutlak gas bertambah maka
volume gas juga bertambah, sebaliknya apabila suhu mutlak gas berkurang maka
volume gas juga berkurang. Hubungan ini dikenal dengan julukan hukum Charles.
Secara matematis ditulis sebagai berikut :

Volume ∝ Suhu → Tekanan konstan

V ∝ T → P konstan

Hukum Charles juga bisa ditulis seperti ini :

Arti dari persamaan 1 adalah pada tekanan (P) konstan, apabila suhu mutlak (T) gas
berubah maka volume (V) gas juga berubah sehingga hasil perbandingan antara suhu
mutlak dan volume selalu konstan. Jika suhu mutlak gas bertambah, maka volume gas
juga bertambah atau sebaliknya jika suhu mutlak gas berkurang maka volume gas juga
berkurang, sehingga hasil perbandingan antara suhu dan volume selalu konstan. Yang
dimaksudkan dengan suhu mutlak gas adalah suhu gas yang dinyatakan dalam skala
Kelvin. Apabila suhu masih dalam skala Celcius, maka ubah terlebih dahulu ke dalam
skala Kelvin.

Hukum Gay‐Lussac

Joseph Gay‐Lussac (1778‐1850) melakukan percobaan dan menemukan bahwa


apabila volume gas diatur konstan, ketika tekanan gas bertambah, suhu mutlak gas
pun bertambah. Demikian juga sebaliknya ketika tekanan gas berkurang, suhu mutlak
gas pun berkurang. Pada volume konstan, tekanan gas berbanding lurus dengan suhu
mutlak gas. Hubungan ini disebut Hukum Gay ‐Lussac. Secara matematis :

Tekanan ∝ Suhu → Volume konstan

P ∝ T → V konstan
Hukum Gay‐Lussac juga bisa ditulis seperti ini :

Arti dari persamaan 1 adalah pada volume (V) konstan, apabila tekanan (P) gas
berubah maka suhu mutlak (T) gas juga berubah sehingga hasil perbandingan antara
tekanan dan suhu mutlak konstan. Dengan kata lain, jika tekanan gas bertambah,
maka suhu mutlak gas juga bertambah atau sebaliknya jika tekanan gas berkurang
maka suhu mutlak gas juga berkurang, sehingga hasil perbandingan antara tekanan
dan suhu selalu konstan.

Yang dimaksudkan dengan suhu mutlak gas adalah suhu gas yang dinyatakan dalam
skala Kelvin. Apabila suhu masih dalam skala Celcius, maka ubah terlebih dahulu ke
dalam skala Kelvin.

Perlu diketahui bahwa hukum Boyle, hukum Charles dan hukum Gay ‐Lussac
memberikan hasil yang akurat apabila tekanan dan massa jenis gas tidak terlalu besar.
Di samping itu, ketiga hukum tersebut juga hanya berlaku untuk gas yang suhunya
tidak mendekati titik didih.

Berdasarkan kenyataan ini, bisa disimpulkan bahwa hukum Boyle, hukum Charles
dan hukum Gay‐Lussac tidak bisa diterapkan untuk semua kondisi gas. Karena tidak
bisa berlaku untuk semua kondisi gas ril, maka kita memerlukan konsep Gas Ideal
alias gas sempurna. Gas ideal ini tidak ada dalam kehidupan sehari ‐hari. Gas ideal
hanya sebuah model ideal saja, mirip seperti konsep benda tegar dan fluida ideal. Jadi
kita menganggap ketiga hukum gas di atas berlaku dalam semua kondisi gas ideal.

Dalam menyelesaikan soal‐soal hukum gas, suhu harus dinyatakan dalam skala
Kelvin. Apabila tekanan gas masih berupa tekanan ukur, ubah terlebih dahulu menjadi
tekanan absolut. Tekanan absolut = tekanan atmosfir + tekanan ukur.

Anda mungkin juga menyukai