Anda di halaman 1dari 46

i

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

EFEKTIVITAS PERAWATAN LUKA ULKUS DIABETES


DENGAN MINYAK ZAITUN TERHADAP REGENERASI
JARINGAN KULIT DI RSUD Dr. M YUNUS TAHUN 2020

DISUSUN OLEH:
RIADHA PRATIWI
NIM. PO 5120217025

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU


PRODI DII KEPERAWATAN BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019

i
ii

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

EFEKTIVITAS PERAWATAN LUKA ULKUS DIABETES DENGAN


MINYAK ZAITUN TERHADAP REGENERASI JARINGAN KULIT DI
RSUD DR M. YUNUS BENGKULU
TAHUN 2020

Proposal penelitian ini diajukan sebagai pedoman untuk penyusunan karya tulis
ilmiah pada prodi DIII Keperawatan Bengkulu Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Bengkulu

Disusun oleh:

RIADHA PRATIWI
NIM. P05120217025

KEMENTRIAN KEEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN
2020

ii
iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Riadha Pratiwi


NIM : P05120217025
Judul Proposal Penelitian : Efektivitas Perawatan Luka Ulkus Diabetes
Dengan Minyak Zaitun Terhadap Regenerasi
Jaringan Kulit di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
Tahun 2020

Menyatakan bahwa proposal karya tulis ilmiah ini adalah benar – benar karya
saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya
nyatakan dengan benar.

Bengkulu, November 2019


Mahasiswa

Riadha Pratiwi

iii
iv

HALAMAN PERSETUJUAN

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

EFEKTIVITAS PERAWATAN LUKA ULKUS DIABETES DENGAN


MINYAK ZAITUN TERHADAP REGENERASI JARINGAN KULIT DI
RSUD DR M. YUNUS BENGKULU
TAHUN 2020

Disiapkan dan dipresentasikan oleh:

RIADHA PRATIWI
NIM. P05120217025

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini Telah Diperiksa dan Disetujui untuk
Dipresentasikan Dihadapan Tim Penguji Program Studi DIII Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Pada Tanggal : November 2019

Oleh
Dosen Pembimbing

Pembimbing

Ns. Mardiani, S.Kep, M.M


NIP. 197103211995032001

iv
v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis
Ilmiah dengan judul “Efektivitas Perawatan Luka Ulkus Diabetes Dengan Minyak
Zaitun Terhadap Regenerasi Jaringan Kulit Di Rsud Dr M. Yunus Bengkulu
Tahun 2020”.
Dalam penyusunan proposal karya tulis ilmiah ini penulis memndapatkan
bimbingan dan bantuan baik materi maupun nasihat dari berbagai pihak sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Darwis S.Kp., M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Bengkulu yang telah memberikan esempatan kepada penulis untuk
mengikuti pendidikan di Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Bengkulu.
2. Bapak Dahrizal S.Kp., MPH, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Bengkulu.
3. Ibu Ns. Mardiani, S.Kep., M.M, selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan
Bengkulu dan selaku pembimbing dalam penyusunan proposal karya tulis
ilmiah ini yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan,
arahan, dan masukan sehingga proposal karya tulis ilmiah ini bisa
terselesaikan dengan baik.
4. Papah, Mamah, Kakak, dan Adik tercinta yang selalu memberikan
dukungan moril dan spirutal yang sangat berarti bagi penulis.
5. Seluruh mahasisw – mahasiswi seperjuangan Poltekkes Kemenkes
Bengkulu Prodi DIII Keperawatan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan proposal karya tulis


ilmiah ini masih banyak terdapat kekeliruan dan kekhilafan baik dari segi
penulisan maupun penyusunan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan

v
vi

bimbingan dari berbagai pihak agar penulis dapat berkarya lebih baik dan optimal
lagi di masa yang akan dating.
Penulis berharap semoga proposal karya tulis ilmiah yang telah pebulis susun
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak serta dapat membawa perubahan positif
terutama bagi penulis dan mahasiswa Prodi Keperawatan Bengkulu lainnya.

Bengkulu, November 2019

Penulis

vi
vii

DAFTAR ISI

SAMPUL LUAR .................................................................................................. i


SAMPUL DALAM .............................................................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi
DAFTAR BAGAN ............................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 13
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 17
C. Tujuan Penelitian.............................................................................. 17
D. Manfaat Penelitian............................................................................ 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Ulkus Diabetes/Gangren ........................................... 19
1. Definisi .................................................................................... …19
2. Etiologi ........................................................................................ 19
3. Klasifikasi .................................................................................... 21
4. Patofisiologi ................................................................................. 22
5. Penatalaksanaan ........................................................................... 25
6. Peran Perawat dalam Perawatan Kaki Diabetik .......................... 26
B. Perawatan Luka dengan Minyak Zaitun..................................... …..27
1. Definisi ........................................................................................ 27
2. Tujuan .......................................................................................... 27
3. Prosedur ....................................................................................... 28
4. Laporan Penelitian ....................................................................... 29
C. Konsep Asuhan Keperawatan .......................................................... 30
1. Pengkajian Keperawatan ............................................................. 30
2. Diagnosa Keperawatan ................................................................ 35
3. Perencanaan Keperawatan ........................................................... 36
4. Implementasi Keperawatan ......................................................... 38
5. Evaluasi Keperawatan ................................................................. 38

vii
viii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Pendekatan/Desain Penelitian ......................................................... 40
B. Subyek Penelitian ............................................................................. 40
C. Batasan Istilah (Definisi Operasional) ............................................. 41
D. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................ 41
E. Prosedur Penelitian ........................................................................... 41
F. Motode dan Instrumen Pengumpulan Data ...................................... 41
G. Keabsahan Data ................................................................................ 42
H. Analisi Data ...................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Pra Penelitian


Lampiran 2 Standar Operasional Prosedur (SOP)
Lampiran 3 Format Pengkajian Luka Ulkus Diabetes

ix
x

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Gambar No. Halaman


Gambar 2.1 Wagner Classification of Foot 21

x
xi

DAFTAR TABEL

No. Tabel Tabel No. Halaman


Tabel 2.1 Klasifikasi Ulkus Diabetes, 24
University of Texas
Tabel 2.2 Laporan Penelitian Jurnal 29

xi
xii

DAFTAR BAGAN

No. Bagan Bagan No. Halaman


Bagan 2.1 WOC Gangren Diabetes 24

xii
13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pankreas merupakan kelenjar eksokrin dan endokrin yang berperan
dalam sistem pencernaan. Bagian eksokrin yang terdiri dari sel – sel yang
terkumpul mengeluarkan zat – zat yang diperlukan untuk pencernaan yang
disebut enzim. Sedangkan, bagian endokrin terpisah dari bagian eksokrin
dan terdiri atas pulau – pulau langerhans yang menghasilkan hormon
insulin yang berfungsi untuk menurunkan kadar glukosa darah dan
menimbun glikogen dalam hati (Sherwood, 2013). Namun dalam kondisi
kesehatan tertentu fungsi pankreas akan terganggu salah satunya fungsi
endokrin yaitu defisiensi insulin yang akan menjadi penyakit Diabetes
Mellitus (DM).
Diabetes Mellitus (DM) atau sering disebut sebagai penyakit
kencing manis merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat
pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat
menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif ( Kemenkes RI,
2018). Diabetes masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
penting dan merupakan salah satu dari empat penyakit tidak menular
prioritas yang menjadi target tindak lanjut oleh para pemimpin dunia. Data
dari hasil riset International Diabetic Foundation (IDF) menunjukkan
bahwa kasus diabetes setiap tahunnya mengalami peningkatan dan tahun
2017 sekitar 425 juta orang di seluruh dunia, atau 8.8% usia 20 – 79 tahun
diperkirakan menderita diabetes dengan 79% penderita bertempat di
negara dengan pendapatan rendah dan menengah, diperkirakan tahun 2045
kasus diabetes akan semakin meningkat menjadi 629 juta orang. Kasus
diabetes dengan jumlah penderita tertinggi berada di China dengan jumlah
prevalensi 114,4 juta orang dan 61,3 juta orang tidak terdiagnosa diabetes

13
13
14
38
14

dengan proporsi sebesar 53,6% dan diperkirakan akan meningkat pada


tahun 2045 ( IDF, 2017; Diabetes Atlas Eight Edition 2017 ).

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan jumlah


kasus dan prevalensi diabetes terus meningkat selama beberapa dekade
terakhir yaitu 10,3 juta orang dan dan 7,6 juta orang tidak terdiagnosa
diabetes dengan proporsi sebesar 73,7%, bahkan Indonesia menempati
urutan ke- 6 di dunia dengan jumlah penderita diabetes tertinggi. Sehingga
diprediksi akan terjadi peningkatan penderita diabetes hingga tahun 2045
sebesar 16,7 juta orang (International Diabetes Federation, 2017).
Prevalensi diabetes tertinggi dilaporkan di provinsi DKI Jakarta, DI
Yogyakarta, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, sedangkan Bengkulu
berada pada urutan ke- 29 (Riskesdas, 2018).
Peningkatan angka penderita diabetes mellitus (DM) setiap
tahunnya disebabkan karena resistensi insulin yang mengakibatkan
penumpukan glukosa dalam darah/ hiperglikemia (Immanuel, 2013). Hal
ini membuat penderita rentan terkena infeksi dan komplikasi pada semua
tingkat sel dan semua tingkatan anatomik. Kondisi DM jika tidak
dilakukan penetalaksanaan yang baik, maka akan menyebabkan berbagai
komplikasi. Komplikasi yang dapat muncul seperti hipertensi, jantung
koroner, penyakit mata, penyakit syaraf, luka sulit sembuh dan membusuk/
gangren. Penderita diabetes mempunyai resiko 29 kali lebih tinggi terjadi
ganggren daripada bukan penderita diabetes, hal ini dikarenakan bakteri
dan kuman lebih mudah berkembang biak pada lingkungan tinggi glukosa.
Perilaku buruk seperti merokok juga turut memicu timbulnya ganggren
pada penderita DM (Fransicus, 2018).
Gangren adalah rusaknya jaringan atau nekrosis jaringan tubuh
akibat adanya emboli pembuluh darah, sehingga jaringan tidak mendapat
suplai nutrisi dari aliran darah. Luka ini akan terinfeksi dengan mudah dan
akan membutuhkan terapi antimikroba serta prosedur operasi (Lipsky,
2016). Perluasan infeksi ganggren apabila tidak ditangani dengan tepat

14
15

maka akan mengakibatkan kecacatan bahkan kematian. Sekitar 20%


penderita DM sedang atau berat dengan gangren kaki harus diamputasi.
Resiko kematian pasien selama 10 tahun dengan ulkus kaki atau ganggren
dua kali lebih tinggi dari pada pasien tanpa ganggren (Armstrong, Boulton,
& Bus, 2017). Beberapa penelitian di Indonesia melaporkan bahwa angka
kematian ulkus gangren pada penderita DM berkisar 17 – 32%, sedangkan
angka pasien yang dilakukan amputasi berkisar antara 15 – 30% (Silviana,
2012).
Karena tingginya resiko infeksi dan amputasi, maka dibutuhkan
penatalaksanaan lebih terhadap kondisi luka gangren/ ulkus tersebut.
Penatalaksanaan yang bisa dilakukan adalah pemberian terapi
antimikroba/ farmakologis, pemantauan gula darah, dan perawatan luka.
Salah satu wewenang independen perawat adalah memberikan manajemen
perawatan luka pada pasien luka gangren DM.
Dr. Vincent Falanga (2004) salah satu dermatologis asal Florida
menemukan prinsip perawatan luka yaitu manajemen TIME (Tissue
Management, Inflamation Control, Moisture Balance, Epitelial Edge)
yang digunakan untuk mempersiapkan dasar luka dari infeksi benda asing,
atau jaringan mati menjadi merah terang dengan proses epitelisasi yang
baik (Halim, Khoo, & Saad, 2012). Kondisi luka yang baik berwarna
merah terang dan lembab. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa
lingkungan lembab mempercepat proses epitelisasi dan untuk menciptakan
lingkungan lembab dapat dilakukan dengan menggunakan balutan semi
occlusive, full occlusive, dan impermeable dressing (Schults et al, 2005).
Pembalutan luka dengan metode moist healing sudah dikenalkan pada
tahun 1962 oleh Winter dalam penelitiaanya menggunakan luka superfisial
pada babi (Carville, 2007). Setengah dari luka ini dilakukan teknik
perawatan luka kering dan sebagian ditutupi polythene sehingga
lingkungan luka lembab, hasilnya menunjukkan bahwa perawatan luka
dengan polythene terjadi epitelisasi dua kali lebih cepat daripada
perawatan luka kering (Carville, 2007). Hal ini terus dikembangkan

15
16

menjadi modern dressing salah satunya dengan memanfaatkan bahan


alami yang sudah dimodifikasi menjadi pembalut luka modern. Beberapa
peneliti telah menerapkan modern dressing dengan memanfaatkan bahan
alami untuk perawatan luka seperti madu, minyak zaitun (olive oil),
minyak kelapa (virgin coconut oil), dan lidah buaya (aloe vera) (Ferawati,
2018; Karimi et al, 2019).
Minyak zaitun adalah salah satu bahan semi occlusive tradisional
yang dapat digunakan untuk mempercepat penyembuhan luka diabetes.
Selain dapat mempercepat penyembuhan luka diabetes, minyak zaitun
memiliki manfaat yang lain yaitu dapat mempercepat pembekuan darah,
mengurangi peradangan dan mempercepat pertumbuhan garnulasi .
Minyak zaitun termasuk bioflavonoid, dimana flavonoid itu berperan
sebagai antiproliferasi /reduce proliferasi dan bekerja sebagai kolagen dan
fibroblast apoptosis, sehingga mengurangi jaringan parut. Minyak zaitun
juga mengadung peroksida, anisidin, yodium dan aldehid yang berfungsi
untuk mempercepat ganulasi kulit (Mulyati, 2017).
Hasil studi pendahuluan yang penulis lakukan di RSUD Dr. M.
Yunus Bengkulu, dilaporkan bahwa angka kejadian DM pada tahun 2016
berjumlah 359 orang dengan angka kematian 31 orang. Pada tahun 2017
berjumlah 369 orang dengan 18 orang diantaranya sebagai pasien keluar
mati. Pada tahun 2018 dilaporkan penderita DM berjumlah 302 dengan
angka kematian 29 orang. Selama ini perawatan ulkus diabetes di RSUD
Dr. M. Yunus yang dilakukan oleh perawat masih menggunakan metode
konvensional yaitu hanya melakukan proses pencucian dengan normal
saline atau NaCl dan pembalutan luka dengan kassa tanpa memonitor
kelembaban luka dan hal ini dilakukan 2 kali dalam 1 hari yaitu saat pagi
dan sore hari.
Berdasarkan data dan uraian pada latar belakang diatas dimana
masih banyaknya kasus pasien DM dengan luka gangren grade I dan II di
RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu dengan penatalaksanaan perawatan luka
masih menggunakan metode konvensional tanpa memperhatikan

16
17

kelembapan luka maka peneliti tertarik untuk melakukan studi kasus


tentang Efektivitas Perawatan Luka Ulkus Diabetes Dengan Minyak
Zaitun Terhadap Regenerasi Jaringan Kulit Di RSUD Dr. M Yunus
Bengkulu Tahun 2020.

B. Batasan Masalah
Agar karya tulis ilmiah ini terarah pada kasus yang dituju, sehingga
batasan masalah yang penulis angkat dalam karya tulis ilmiah ini adalah
asuhan keperawatan yang berfokus penerapan perawatan luka ulkus
diabetes dengan minyak zaitun di RSUD Dr. M Yunus Bengkulu tahun
2020.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan penerapan perawatan luka dengan minyak zaitun
pada pasien Diabetes Mellitus (DM) dengan komplikasi ulkus diabetes
di RSUD Dr. M Yunus Bengkulu tahun 2020.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan pengkajian kondisi luka pada pasien DM
dengan komplikasi secara holistik di RSUD M. Yunus Bengkulu.
b. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan sesuai prioritas mengenai
perawatan luka pada pasiaen DM dengan komplikasi secara
komprehensif di RSUD M. Yunus Bengkulu.
c. Mendeskripsikan rencana keperawatan mengenai perawatan luka
pada pasiaen DM dengan komplikasi secara komprehensif di
RSUD M. Yunus Bengkulu.
d. Mendeskripsikan implementasi keperawatan mengenai perawatan
luka pada pasiaen DM dengan komplikasi secara holistik
komprehensif di RSUD M. Yunus Bengkulu.
e. Mendeskripsikan evaluasi perawatan luka pada pasien DM
dengan komplikasi di RSUD M. Yunus Bengkulu dengan tepat.

17
18

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi pelayanan kesehatan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi
tambahan, bahan masukan dan evaluasi tentang perawatan luka ulkus
diabetes pasien DM berdasarkan EBPN dalam praktek pelayanan
keperawatan.
2. Bagi instansi pendidikan
Sebagai sumber informasi kepustakaan dan referensi tambahan
dalam proses kegiatan belajar mengajar yang berkaitan dengan
perawatan luka pasien DM dengan komplikasi.
3. Bagi peneliti lain
Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi sumber data dan
informasi untuk melakukan penelitian yang serupa. Selain itu,
diharapkan mahasiswa maupun tenaga keperawatan membuat jurnal
keperawatan mengenai perawatan luka pada pasien DM untuk dapat
mengembangkan praktik keperawatan dan pengembangan penelitian
yang akan mendatang.

18
3819

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Ulkus Diabetes/Gangren


1. Definisi
Gangren adalah kematian jaringan yang disebabkan oleh
peyumbatan pembuluh darah (iskemik nekrosis) karena adanya
mikroemboli aterotrombosis akibat penyakit vaskuler perifer yang
menyertai penderita diabetes sebagau komplikasi menahun dari diabetes
itu sendiri. Gangren paling sering mempengaruhi ekstremitas, termasuk
jari – jari tangan dan kaki, bisa juga terjadi pada otot dan organ internal.
Luka gangren merupakan keadaan yang diawali dengan adanya
hipoksia jaringan dimana oksigen dalam jaringan berkurang, hal ini
akan mempengaruhi aktivitas vaskuler dan seluler jaringan sehingga
mengakibatkan kerusakan jaringan (Sumpio, Schroeder, & Blume,
2005).
2. Etiologi
Menurut Suriadi (2007) penyebab dari luka diabetes antara lain:
a. Diabetik neuropati
Diabetic neuropati adalah satu manifestasi dari manifestasi dari
diabetes mellitus yangdapat menyebakan terjadinya luka
diabetes. Pada kondisi ini sistem saraf yang terlibat adalah saraf
sensori, motorik dan otonom. Neuropati perifer pada penyakit
diabetes mellitus dapat menimbulkan kerusakan pada serabut
motorik, sensoris dan autonom. Kerusakan serabut motorik
dapat menimbulkan kelemahan otot, sensoris dan autonom.
Kerusakan serabut motorik dapat menimbulkan kelemahan otot,
atrofi otot, deformitas (hammer toes, claw toes, kontraktur
tendon achilles) dan bersama dengan adanya neuropati
memudahkan terbentuknya kalus. Kerusakan serabut sensoris

19
20

yang terjadi akibat rusaknya serabut myelin mengakibatkan


penurunan sensasi nyeri sehingga memudahkan terjadinya ulkus
kai. Kerusakan serabut otonom yang terjadi akibat denervasi
simpatik menimbulkan kulit kering (anhidrosis) dan
terbentuknya fisura kulit dan edema kaki. Kerusakan serabut
motorik, sensoris dan autonom memudahkan terjadinya
artropati Charcot.
b. Pheripheral vascular diseases
Pada pheripheral vascular diseases ini terjadi karena adanya
arteriosklerosis dan ateroklerosis. Pada arteriosklerosis terjadi
penurunan elastisitas dinding arteri sedangkan pada
aterosklerosis terjadi akumulasi “plaques” pada dinding arteri
berupa kolesterol, lemak, sel – sel otot halus, monosit, pagosit
dan kalsium. Faktor yang mengkontribusi antara lain merokok,
diabetes, hiperlipidemia dan hipertensi.
c. Trauma
Penurunan sensasi nyeri pada kaki dapat menyebabkan tidak
disadarinya trauma akibat pemakaian alas kaki. Trauma yang
kecil atau trauma yang berulang, seperti pemakaian sepatu yang
sempit menyebabkan tekanan yang berkepanjangan dapat
menyebabkan ulserasi pada kaki.
d. Infeksi
Infeksi adalah keluhan yang sering terjadi pada pasien diabetes
mellitus, infeksi biasanya terdiri dari polimikroba.
Hiperglikemia merusak respon imunologi, hal ini menyebabkan
leukosit gagal melawan pathogen yang masuk, selain itu iskemia
menyebabkan penurunan suplai darah yang menyebabkan
antibiotic juga efektif sampai pada luka.

20
21

3. Klasifikasi
Berbagai macam pengklasifikasian derajat ulkus digunakan oleh
ahli. Sumpio, Schroeder, & Blume (2005) dan Sigh, Pai, & Yuhhui
(2013) mengatakan bahwa pengklasifikasian derajat ulkus yang popular
dan mudah diaplikasikan adalah metode pengaplikasian berdasarkan
wagner dan Texas University. Berikut gambar dan penjelasan dari
berbagai grade :

Klasifikasi ulkus kaki berdasarkan Wagner (Wagner Classification of


foot ulcers)
Grade 0 : terdapat selulitis dengan tidak tampak lesi terbuka
Grade 1 : ulkus pada daerah superfisial
Grade 2 : ulkus dalam mencapai tendon, tulang, atau tulang sendi
(joint capsule)
Grade 3 : terdapat infeksi (abses atau osteomyelitis)
Grade 4 : terdapat gangren pada punggung kaki
Grade 5 : gangren menyeluruh pada permukaan kaki

Gambar 2.1 Wagner Classification of Foot


(Sumber Diabetic Foot, Dr. Hardik Pawar)

21
22

Klasifikasi ulkus diabetikum berdasarkan University of Texas


(University of Texas diabetic wound classification system)
Grade 0 : preulseratif atau area luka yang akan sembuh
Grade 1 : luka superficial sampai dengan epidermis atau dermis,
tetapi belum mencapai tendon, capsule, atau tulang
Grade 2 : kedalaman luka sampai pada tendon atau capsule tetapi
belum sampai tulang
Grade 3 : kedalaman luka sampai pada tulang atau sendi
Stage A : luka bersih tanpa infeksi
Stage B : luka infeksi non- iskemik
Stage C : luka non infeksi iskemik
Stage D : luka infeksi iskemik

Tabel 2.1 Klasikasi Ulkus Diabetes, University of Texas

Stage Grade 0 Grade 1 Grade 2 Grade 3


A Pre or post lesi Luka superficial Luka menembus Luka menenmbus
ulseratif, tidak mencapai tendon atau tulang atau sendi
epitelisasi tendon, capsule, capsule
komplit atau tulang

B Dengan infeksi Dengan infeksi Dengan infeksi Dengan infeksi

C Dengan iskemik Dengan iskemik Dengan iskemik Dengan iskemik

D Dengan infeksi Dengan infeksi Dengan infeksi Dengan infeksi &


& iskemik & iskemik & iskemik iskemik

4. Patofisiologi
Rodrigues dan Nivedita (2011) dalam laporannya menguraikan
patofisiologi masalah kaki diabetik sebagai berikut. Faktor predisposisi
munsulnya masalah kaki diabetik adalah faktor metabolik
(hiperglikemia), perubahan vaskular, neuropati, dan infeksi. Keadaan

22
23

hiperglikemik akan menyebabkan perubahan atau kegagalan sel dalam


bermetabolisme sehingga menyebabkan kerusakan sel. Faktor kedua
adalah perubahan vaskular, meliputi perubahan aliran darah, oklusi,
mikroangiopati dan hematologi. Autoregulasi aliran darah akan
mengalami perubahan karena penebalan pembuluh darah dan
peningkatan tekanan dalam pembuluh darah. Emboli data terbentuk dari
kolesterol atau bekuan darah sehingga menyumbat pembuluh darah
kecil di kaki. Perubahan hematologi yang terjadi adalah afinitas oksigen
dan Hb semakin kuat sehingga meningkatkan risiko hipoksia.
Corwin (2009) menjelaskan bahwa neuropati DM disebabkan
karena hipoksia kronis sel – sel saraf dan efek hiperglikemia. Sel – sel
penunjang saraf terutama sel Schwan mulai menggunakan metode
alternatif untuk mengatasi beban peningkatan glukosa kronis, yang
akhirnya menyebabkan demielinisasi segmental saraf perifer.
Demielinisasi menyebabkan perlambatan hantaran saraf dan
berkurangnya sensitivitas. Hilagnya sensai suhu dan nyeri
meningkatkan kemungkinan pasien mengalami cidera yang tidak
disadari. Selain itu, karena kerusakan endotel pembuluh darah dan
perubahan sirkulasi, sistem imun dan inflamasi menjadi terganggu
karena hal ini bergantung pada perfusi jaringan yang baik untuk
menyalurkan sel imun dan mediator inflamasi. Ketiga faktor terebut
berperan dalam pembentukan ulkus diabetikum. Berikut ini merupakan
skema patofisiologi terjadinya masalah kaki diabetik.

23
24

Diabetes Melitus

Penyakit vaskular Neuropati perifer Neuropati autonom

Sumbatan aterosklerosis Emboli Oksigenasi dan suplai


kolesterol nutrien Sensori Motorik
Reaksi Keringat
lambat

Kulit rapuh
Atrofi otot
Sensasi nyeri

Penyembuhan luka

Auto sympatectomy Trauma Penipisan lapisan


lemak
Infeksi

Aliran darah

Resapan ke tulang

Deformasi sendi (charcot)

Titik tekan baru

Ulserasi

GANGREN DIABETIK

Bagan 2.1 WOC Gangren Diabetik


(Corwin, 2009)

24
25

25
26

5. Penatalaksanaan
Jeffcoate dan Harding (2005) menjelaskan prinsip
penatalaksanaan masalah kaki diabetic menjadi empat. Prinsip – prinsip
tersebut yaitu (1) atasi/hilangkan infeksi, (2) tentukan apakah iskemik
dapat diperbaiki dengan revaskularisasi, (3) pertahankan tekanan
minimum pada area ulkus, dan (4) perbaiki kondisi luka dengan
pemberian balutan lka, perawatan luka dan pembersihan kalus.
Sementara itu, Perkeni (2015) menetapkan enam prinsip
perawatan ulkus kaki diabetes. Prinsip pertma adalah kontrol metabolik
yaitu pengendalian keadaan metabolik seperti kadar glukosa, lipid, dan
sebagainya. Prinsip kedua adalah kontrol vaskular yaitu mengupayakan
perbaikan suplai vaskular (dengan operasi atau angioplasti) pada ulkus
iskemik. Ketiga adalah kontrol infeksi yaitu mengobati infeksi dengan
segera. Keempat adalah kontrol luka dengan membuang atau
debridement jaringan mati dan terinfeksi secara teratur. Kelima adalah
kontrol tekanan yaitu mengurangi atau menghindari penekanan di
daerah luka dan kaki. Terakhir adalah kontrol edukasi dengan
memberikan penyuluhan tentang pengaturan makanan, aktivitas fisik,
terapi obat, pemantauan kadar gula darah dan perawatan kaki.

6. Peran Perawat dalam Perawatan Kaki Diabetik


a. Monitoring
Aalaa, Malazy, Sanjari, Peimani dan Tehrani (2012) serta
University of Michigan (2010) merekomendasikan bahwa perawat
harus melakukan pemeriksaan rutin untuk mengidentifikasi faktor –
faktor yang mengarah pada neuropati dan risiko
pembentukan/perluasan ulkus. Monitoring yang dapat dilakukan
adalah mengakses status vaskular dengan menilai ankle brachial
index (ABI) atau paspasi denyut nadi, menilai fungsi neurologis
dengan cara melakukan tes tusuk jarum, persepsi getaran, reflex

26
27

tendon dalam di pergelangan kaki, memonitoring suhu, monitoring


ulkus dan monitoring infeksi.
Menurut Harvard (2008), pemeriksaan ankle brachial index
(ABI) adalah prosedur noninvasive untuk mengecek risiko pnyakit
arteri perifer. Prosedurnya yaitu dengan melakukan pengukuran
tekanan darah sistolik dengan menggunakan manset dan stetoskop
atau ultrasound di arteri brakhialis tangan serta arteri tibialis
posterior dan arteri dorsalis pedis di pergelangan kaki.
Perhitungannya yaitu membagi hasil tertinggi pengukuran sistolik
tekanan darah di arteri pergelangan kaki dengan tekanan darah di
arteri brachialis. Nilai normal ABI adalah 0,9 – 1,3. Nilai <0,9
menunjukkan bahwa darah kesulitan menjangkau lengan dan kaki.
Nilai 0,41 – 0,9 mengindikasikan penyakit arteri perifer ringan
hingga sedang dan <0,40 menunjukkan keparahan.

b. Perawatan luka
Perawatan luka ulkus atau gangren diabetik dapat membantu
penyembuhan dengan menghilangkan jaringan nekrotik, eksudat,
bakteri dan sel abnormal. Menurut Jefffcoate dan Harding (2005),
ulkus akan smbuh lebih cepat jika permukaanya bersih, caranya
yaitu dengan melakukan perawatan luka. Debridemen jaringan juga
disarankan untuk dilakukan. Pemberian balutan pada luka membantu
melindungi ulkus dari injuri dan infeksi sekunder serta memberikan
lingkungan yang hangat dan lembab untuk penyembuhan luka.
menurut Nadine (2003), luka infeksi sebaiknya menggunakan
balutan lembab – kering dengan tujuan untuk mengangkat debris dan
drainase abnormal. Idealnya, penggantian balutan dilakukan 3 – 4
kali per hari.

27
28

B. Perawatan Luka dengan Minyak Zaitun


1. Definisi
Perawatan luka merupakan perawatan yang dilakukan pada
jaringan yang memiliki jejas untuk mengembalikan fungsi normal dan
integritas struktural setelah trauma. Berbagai obat dilakukan untuk
mempercepat penutupan luka, salah satu contohnya yaitu minyak zaitun
(Olea europa). Minyak zaitun (Olea europa) adalah minyak yang
diperoleh dari perasan buah zaitun. Minyak ini banyak digunakan oleh
masyarakat dunia untuk memasak, bahan kosmetik, bahkan bahan
bakar. Banyak manfaat dari minyak zaitun yang telah terbukti seperti
menurunkan insidensi penyakit jantung, dan beberapa penyakit
keganasan, serta mampu mempercepat penyembuhan luka. Jenis
minyak zaitun yang digunakan adalah extravirgin olive oil (Candra,
2015).
2. Tujuan
Minyak zaitun mempunyai banyak manfaat antara lain fenol dan
vitamin E yang berguna sebagai antioksidan, oleocanthal yang
merupakan keampuhan minyak zaitun; senyawa yang mirip dengan
ibuprofen sebagai antiinflamasi dan vitamin K yang berperan dalam
pengeringan, penyembuhan luka dan perdarahan didalam tubuh (Sa’id,
2010; Nasiri 2015).
Minyak zaitun mengandung asam lemak tidak jenuh seperti asam
linoleic dan asam linolenic yang berguna untuk merangsang
penyembuhan sel dan mempercepat proses penyembuhan luka. minyak
zaitu juga mengandung antioksidan, antimikroba, dan anti- inflamasi
yang berguna untuk meningkatkan pengembalian jaringan epitel pada
luka dan mempercepat proses penyembuhan luka (Karimi et al, 2019).
3. Prosedur
a. Fase prainteraksi
1) Perawat melakukan persiapan terlebih dahulu sebelum bertemu
dengan pasien dan membaca status pasien.

28
29

2) Mengkaji skala/derajat ulkus diabetes pasien.


b. Fase orientasi
1) Memberikan salam, menyapa nama pasien, dan
memperkenalkan diri.
2) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/klien.
3) Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan.
c. Fase Kerja
1) Menjaga Privacy
2) Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat terlihat jelas
3) Membuka peralatan
4) Memakai sarung tangan
5) Membasahi plaster dengan kapas alkohol dan buka dengan
menggunakan pinset
6) Membuka balutan lapis terluar
7) Membersihkan sekitar luka dan bekas plester
8) Membuka balutan lapis dalam
9) Melakukan pengkajian luka
10) Menekan tepi luka (sepanjang luka) untuk mengeluarkan pus
11) Melakukan debridement
12) Membersihkan luka dengan menggunakan cairan NaCl
13) Melakukan kompres minyak zaitun (±4mL) dan tutup dengan
kassa
14) Memasang plester atau verband
15) Merapikan pasien
d. Fase Terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan
2) Berpamitan dengan klien
3) Membereskan alat-alat
4) Mencuci tangan

29
30

4. Laporan penelitian
Tabel 2.2 Laporan Penelitian Jurnal
Peneliti Judul Penelitian Desain Penelitian Hasil Penelitian
Karimi, Impact of olive oil and honey on Case study design Setelah perawatan dengan minyak
Behnammoghadam, healing of diabetic foot: a zaitun skor penyembuhan luka
Rafiei, Abdi, Zoladl, randomized controlled trial meningkat dari 253.0 ke 330.0
Sharif, Talebianpoor, dengan representasi (p<0.0001)
Arya, Khastavaneh
Nasiri, Fayazi, Jahani, The effect of topical olive oil on the Case study design Setelah perawatan 4 minggu
Yazdanpanah, healing of foot ulcer in patient with minyak zaitun secara signifikan
Haghighizadeh type 2 diabetes: a double-blind mengurangi luas luka (P = 0.01)
randomized clinical trial study in dan kedalaman luka (P = 0.02)
Iran
Candra, Budiman Efek pemberian minyak zaitun (Olea Experimental design Efektivitas extra virgin olive oil
europa) terhadap penyembuhan luka pada penyembuhan luka terjadi
insisi mencit jantan galur swiss peningkatan mulai hari pertama
Webster hingga hari ke- 4 dengan
efektivitas paling baik pada hari
ke- 2 dan hari ke-3

30
31

E. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
Menurut NANDA (2017), fase pengkajian merupakan sebuah
komponen utama untuk mengumpulkan informasi, data, menvalidasi
data, mengorganisasikan data, dan mendokumentasikan data.
Pengumpulan data antara lain meliputi :
a. Data demografi
Identitas pasien meliputi : nama, jenis kelamin, umur, alamat,
agama, suku/bangsa, pekerjaan, status perkawinan, tanggal masuk
rumah sakit, diagnosa medis, keluarga yang dapat dihubungi,
catatan kesehatan, nomor registrasi rekam medik (Wilkinson,
2011).
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan pasien biasanya yaitu
adanya rasa kesemutan pada kaki atau tungkai bawah, rasa raba
menurun, adanya nyeri pada luka dan luka yang tidak kunjung
sembuh dan berbau.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Data diambil saat pengkajian berisi tentang perjalanan
penyakit pasien dari sebelum dibawa ke IGD sampai
denganmendapatkan perawatan di bangsal.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Adakah riwayat penyakit terdahulu yang pernah diderita
oleh pasien tersebut, seperti pernah menjalani operasi berapa
kali, dan dirawat di RS berapa kali.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit keluarga, adakah anggota keluarga dari
pasien yang menderita penyakit DM karena DM termasuk
penyakit yang menurun.

31
32

c. Pemeriksaan fisik
1) Aktivitas dan istirahat
Lelah, kelemahan, sulit bergerak/berjalan, kram otot,
penurunan kekuatan otot dan tonus otot.
2) Sirkulasi
Adanya riwayat AMI, klaudikasi, hipertensi, kebas,
kesemutan , ulkus kaki dan penyembuhan lama. Selain itu
menunjukkan gejala takikardi, perubahan TD postural,
penurunan atau absen nadi, disritmia JVP, kulit yang kering,
hangat dan mataa cekung.
3) Integritas ego
Stress dan ansietas
4) Eliminasi
Perubahan pola berkemih, polyuria, nocturia, nyeri dan panas
serta kesulitan mengosongkan kandung kemih, infeksi kandung
kemih, diare , perut lunak kembung, urin berwarna kuning
pekat, polyuria menjadi oliguria dan anuri jika terjadi
hypovolemia, urin berbau keruh (infeksi), perut kerat dan
berdistensi, bising usus bekurang atau meningkat.
5) Makan/ Minum
Pasien DM dapat melaporkan gejala penurunan nafsu makan,
mual muntah, anoreksia , penurunan berat badan, haus dan
penggunaan deuretik.
6) Neurosensory
Gejala yang dirasakan dapat berupa pusing, sakit kepala,
kesemutan , kebas kelemahan pada otot, parastesia, dan
gangguan penglihatan.
7) Nyeri/kenyamanan
Pasien DM dapat merasakan nyeri pada perut dan kembung.
Tanda yang muncul yaitu ekspresi muka menyeringai saat
palpasi abdomen dan sikap melindungi.

32
33

8) Pernafasan
Pernafasan dapat menunjukkan nafas cepat (DKA), batuk
dengan atau tanpa sputum prulen (terganggunya adanya
infeksi/tidak).
9) Keamanan
Pada pasien dm sering mengeluh gatal, kulit kering dan ulkus
pada kulit. (Doengoes, 2010)
d. Pemeriksaan luka ulkus
1) Penentuan grade ulkus
Penentuan tingkat/grade ulkus diabetes menggunakan
sistem skor wagner, dengan mengklasifikasian yaitu
Tabel 2.3 Klasifikasi Ulkus Diabetes
Grade Karakteristik
0 terdapat selulitis dengan tidak tampak lesi terbuka
1 ulkus pada daerah superficial
2 ulkus dalam mencapai tendon, tulang, atau tulang sendi
(joint capsule)

3 terdapat infeksi (abses atau osteomyelitis)


4 gangren menyeluruh pada permukaan kaki
2) Ukuran luka
Ukuran adalah mengukur (dalam cm) aspek terpanjang dan
tegak lurus dari permukaan luka yang terlihat. Luas permukaan
dapat dilihat dengan mengalikan panjang dengan lebar. Ukuran
luka di nilai dengan skala 1-5 di mana 1=PxL <4cm, 2=PxL
4<16, 3=PxL 16<36, 4=PxL 36<80, 5=PxL >80.
3) Kedalaman
Kedalaman adalah ukuran dalamnya luka dari permukaan
kulit yang di ukur dengan menggunakan aplikator yang berujung
katun/kapas. Kedalaman luka di nilai dengan skala 1-5
berdasarkan stage luka.

33
34

4) Tepi luka
Tepi luka adalah daerah disekitar pinggiran luka dimana
jaringan normal menyatu dengan dasar luka. Dalam penilaian
tepi luka, tenaga kesehatan harus memperhatikan 2 poin penting
yaitu:
a. Ada atau tidaknya tepi luka yang di nilai dengan skala 1-5
untuk menjelaskan samar atau jelasnya tepi luka
b. Ada atau tidaknya pengerasan jaringan tepi luka yang di
nilai dengan skala 1-5 untuk menjelaskan besarnya
pengerasan tepi luka yang di ukur dengan sentimeter (cm).
5) Undermining/Tunneling (GOA)
Undermining/Tunneling merupakan hilangnya jaringan
dibawah permukaan kulit yang utuh sehingga membentuk
ruangan di bawah permukaan kulit. Undermining/Tunneling juga
biasa di devinisikan sebagai GOA pada luka. GOA di nilai
dengan skala 1-5 yang menjelaskan kedalaman yang di ukur
dengan kapas lidi dan besarannya di dokumentasikan dalam
bentuk sentimeter (cm).
6) Tipe dan jumlah eksudat
Eksudat merupakan cairan yang biasanya muncul pada luka.
Pada dasarnya eksudat terdiri dari air, tetapi juga mengandung
elektrolit, nutrisi, protein, mediator inflamasi, faktor
pertumbuhan dan produk limbah, serta berbagai jenis sel
(misalnya neutrofil, makrofag dan platelet). Terkadang eksudat
juga mengadung mikroorganisme di dalamnya. Dalam penilaian
eksudat, tenaga kesehatan harus memperhatikan 2 poin penting
yaitu:
a. Tipe eksudat yang di nilai dengan skala 1-5 yang
menjelaskan eksudat tipe apa yang terkandung pada

34
35

luka. Masing-masing dari tipe eksudat itu antara lain


bloody, serosanguineous, serous, dan purulent.
b. Jumlah eksudat yang di nilai dengan skala 1-5 yang
menjelaskan banyak atau sedikitnya eksudat yang
terdapat pada luka.
7) Warna kulit sekitar luka
Penilaian terhadap warna kulit yang ada di sekitar luka.
Yang diamati biasanya adalah eritema berupa kemerahan atau
kehitaman pada kulit di sekitar luka. Warna kulit di sekitar luka
di nilai dengan skala 1-5 yang menjelaskan warna kemerahan
hingga kehitaman yang terjadi pada kulit.
8) Jaringan yang edema
Edema adalah pembengkakan pada jaringan di sekitar luka.
edema dapat dikenali dengan menekan jari ke dalam jaringan
dan tunggu selama 5 detik. Saat melepaskan tekanan, jaringan
gagal untuk kembali ke posisi normal, dan lekukan muncul pada
daerah yang di berikan tekanan. Edema di nilai dengan skala 1-5
berdasarkan derajat piting edema disekitar luka.
9) Jaringan granulasi
Jaringan granulasi merupakan tanda perbaikan
penyembuhan luka. Biasanya jaringan granulasi berwarna
merah. Jaringan granulasi yang di nilai dengan skala 1-5 yang
menjelaskan presentasi jaringan granulasi yang ada di dasar
luka.
10) Epitelisasi
Epithelization adalah proses pelepasan epidermal dan
muncul sebagai kulit merah muda atau merah. Jaringan
epitelisasi yang di nilai dengan skala 1-5 yang menjelaskan
presentasi jaringan epitelisasi yang ada di dasar luka.

35
36

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang menjadi fokus utama untuk di bahas
dalam penulisan karya ilmiah adalah gangguan integritas kulit/jaringan.
Gangguan integritas kulit/jaringan merupakan diagnosa aktual dan
diagnosa fokus yang di intervensikan. Menurut SDKI (2016) gangguan
integritas kulit/jaringan kulit adalah kerusakan kulit (dermis dan/atau
epidermis) atau jeringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon,
tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau ligamen). Salah satu faktor yang
berhubungan dengan kerusakan integritas kulit adalah kondisi luka dan
faktor resiko infeksi (NOC, 2012).
Penyebab :
1. Perubahan sirkulasi
2. Faktor mekanis (mis. Penekanan pada tonjolan tulang)
3. Kelembaban
4. Neuropati perifer
5. Kurang terpapar informasi tentang upaya
mempertahankan/melindungi integritas jaringan

Data mayor
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1.Kerusakan jaringan
dan/atau lapisan kulit

Data minor
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1.Nyeri
2. Kemerahan
3. Hematoma

36
37

6. Perencanaan
Tabel 2.2 Intervensi Pada Pasien Ulkus Diabetes
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Kerusakan integritas integritas Setelah dilakukan intervensi NIC : Perawatan luka tekan
kulit keperawatan selama …x 24 jam, Aktivitas Keperawatan :
diharapkan 1. Catat karakteristik luka tekan
1. Pengkajian yang tepat
Berhubungan dengan : NOC : Integritas jaringan setiap hari, meliputi ukuran
terhadap luka dan proses
 Perubahan sirkulasi  Dipertahankan pada level… (panjang x lebar x dalam),
penyembuhan akan
 Faktor mekanis (mis.  Ditingkatkan ke level… tingkatan luka (I-1V), lokasi,
membantu dalam
Penekanan pada tonjolan eksudat, granulasi atau
menentukan tindakan
tulang) jaringan nekrotik, dan
Deskripsi level: selanjutnya
 Kelembaban epitelisasi
1. Berat
 Neuropati perifer
2. Cukup berat 2. Mengidentifikasi indikasi
 Kurang terpapar 2. Monitor warna, suhu, udem,
3. Sedang – indikasi kemajuan atau
informasi tentang upaya kelembaban, dan kondisi area
4. Ringan penyimpangan dari hasil
mempertahankan/melind sekitar luka
5. Tidak ada yang diharapkan
ungi integritas jaringan

Dengan kriteria hasil:


3. Gerakan sirkuler dari
Dibuktikan oleh : 3. Bersihkan luka dengan cairan
1. Jaringan secara umum tampak
dalam keluar mencegah
 Kerusakan jaringan utuh dan bebas dari tanda –
yang tidak berbahaya, lakukan
kuman tidak kembali
dan/atau jaringan kulit pemberian dengan gerakan
tanda infeksi, tekanan, dan
kebagian dalam luka
 Nyeri sirkuler dari dalam keluar
trauma 1/2/3/4/5

37
38

 Hematoma 2. Luka yang terbuka berwarna


 Kemerahan merah muda memperlihatkan 4. Catat karakteristik cairan luka 4. Memberikan informasi
repitelisasi dan bebas dari tentang kondisi luka dan
infeksi 1/2/3/4/5 sebagai petunjuk untuk
3. Luka yang baru sembuh teraba menilai tingkat
lunak dan licin 1/2/3/4/5 keparahan/infeksi luka

Setelah dilakukan intervensi 5. Lakukan pembalutan dengan 5. Balutan luka sangat


keperawatan selama …x 24 jam, tepat penting untuk melindungi
diharapkan luka dari paparan luar dan
NOC : Penyembuhan luka menghindari dari infeksi
primer
 Dipertahankan pada level… 6. Monitor tanda dan gejala 6. Deteksi ini diperlukan
infeksi di area luka
 Ditingkatkan ke level… untuk mencegah adanya
komplikasi, misalnya
osteomalaise
Deskripsi level:
1. Sangat banyak
7. Lakukan debridement jika 7. Menyiapkan jaringan
2. Banyak
diperlukan untuk penanaman dan
3. Cukup
menurunkan resiko
4. Sedikit
infeksi/kegagalan kulit
5. Tidak ada

38
39

8. Berikan pelembab (minyak 8. Kondisi luka yang lembab


Dengan kriteria hasil: zaitun) dengan cara kompres dapat mempercepat
1. Drainase purulen 1/2/3/4/5 minyak zaitun pada luka epitelisasi luka pada
2. Luka berbau 1/2/3/4/5 (Karimi, 2019; Nasiri, 2015) jaringan kulit
3. Penyatuan luka 1/2/3/4/5

39
38xl

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria yang diharapkan
(Potter & Perry, 2005).
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada pasien DM dengan
ulkus diabetes dapat bersifat mandiri dan kolaborasi. Salah satu
implementasi yang dilakukan adalah melakukan perawatan luka pada
ulkus dengan memperhatikan kelembapan pada luka yang diharapkan
dapat mempercepat proses regenerasi kulit dan penyembuhan luka.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual perawat untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana keperawatan dan pelaksanaanya sudah dicapai berdasarkan tujuan
yang telah dibuat dalam perencanaan keperawatan (Potter & Perry, 2005).
Hasil evaluasi yang diharapkan setelah pemberian intervensi adalah
adanya perubahan kondisi luka ulkus menjadi lebih baik, luka yang
terbuka berwarna merah tampak adanya repitalisasi, dan luka tidak
mengeluarkan bau busuk (Brunner & Suddart, 2002).

xl
3841

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan/Desain Penelitian
Penelitian kualitatif ini menggunakan desain studi kasus yang
bertujuan untuk mengeksplorasi efektivitas penggunaan minyak zaitun
sebagai pelembab luka pada pasien DM dengan komplikasi gagren.
Pendekatan yang digunakan dalam kasus ini adalah proses asuhan
keperawatan yang meliputi: pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi.

B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian dalam kasus ini yaitu pasien DM dengan
komplikasi gangren yang menjalani perawatan di Ruang Melati RSUD Dr.
M Yunus Bengkulu. Jumlah subyek penelitian yang direncanakan yaitu 2
orang pasien. Kriteria inklusi dan ekslusi yang ditetapkan pada subyek
penelitian yaitu:
1. Kriteria inklusi
a. Penderita DM dengan ulkus yang di rawat inap di RSUD Dr. M
Yunus Bengkulu
b. Penderita yang berusia lebih dari 20 tahun ke atas
c. Penderita DM dengan ulkus grade I atau II
d. Penderita yang bersedia menjadi responden
2. Kriteria ekslusi
a. Penderita DM dengan ulkus yang memiliki alergi terhadap
minyak zaitun
b. Penderita tidak bersedia menjadi responden

41
42

C. Batasan Istilah (Definisi Operasional)


1. Asuhan keperawatan dalam studi kasus ini didefiniskan sebagai
suatu proses pelayanan keperawatan perawatan luka meliputi
pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
2. Pasien dalam studi kasus ini didefinisikan sebagai orang yang
menerima pelayan kesehatan atas penyakit yang dialami.
3. DM dengan komplikasi gangren dalam studi kasus ini didefinisikan
sebagai suatu diagnosis penyakit yang ditetapkan oleh dokter di
RSUD Dr. M Yunus Bengkulu
4. Perawatan luka dalam studi kasus ini didefinisikan sebagai suatu
rangkaian tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi
kerusakan integritas kulit/jaringan pasien.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian


Studi kasus ini dilakukan di Ruang Melati RSUD Dr. M Yunus
Bengkulu. Studi kasus ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan
Desember 2019 – Januari 2020.

E. Prosedur Penelitian
Penelitian diawali dengan pengajuan judul proposal atau penelitiann
yang akan diterapkan. Dilanjutkan dengan penyusunan penelitian studi
kasus tentang perawatan luka dengan minyak zaitun untuk mengatasi
kelembapan luka pada pasien ulkus diabetes. Setelah disetujui proposal
oleh penguji penelitian dilanjutkan dengan pembuatan surat perizinan
penelitian, analisa kasus, persetujuan responden, pengkajian, analisa data,
intervensi, implementasi, evaluasi, persiapan klien pulang dan perizinan
telah selesai penelitian.

F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data


1. Teknik pengumpulan data
a. Anamnesa

42
38
42
43

Hasil anamnesis pada pasien dispnea meliputi identitas


pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat
psikologi, pola pola kehidupan sehari-hari. Data hasil
anamnesa dapat bersumber dari pasien, keluarga dan dari
perawat lainnya.

b. Observasi dan Pemeriksaan fisik


Teknik pengumpulan data ini meliputi keadaan umum,
pemeriksaan integumen, pemeriksaan kepala, leher,
pemeriksaan dada, pemeriksaan abdomen, pemeriksaan
inguinal, genetalia, anus, ekstremitas, pemeriksaan
pernapasan dengan pendekatan: inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi pada sistem tubuh pasien. Data fokus yang harus
didapatkan adalah kondisi kulit pada ulkus diabetes.

c. Studi dokumentasi dan instrumen


Studi dokumentasi dan instrumen dengan mengambil
data pasien seperti MR (Medical Record), status pasien, hasil
laboratorium pasien, hasil pemeriksaan diagnostik, catatan
harian diruangan perawat.
2. Instrumen pengumpulan data
Instrument pengumpulan data menggunakan format
pengkajian asuhan keperawatan sesuai dengan pengkajian asuhan
keperawatan medical bedah Prodi DIII Keperawatan Bengkulu.

G. Keabsahan Data
Keabsahan data oleh peneliti dilakukan dengan cara peneliti
mengumpulkan data secara langsung pada pasien dengan mengunakan
fomat pengkajian yang telah dibuat terhadap pasien. Kemudian
pengumpulan data dilakukan pada MR (Medical Record) atau status
pasien, bias lewat anamnesa dengan pasien langsung, anamnesa dengan

43
44

keluarga pasien, dokter, dan perawat ruangan agar peneliti mendapatkan


data yang valid, disamping itu untuk menjaga keabsahan data dan menjaga
validitas data peneliti melakukan observasi dan pengukuran ulangterhadap
data-data klien ditemukan melalui data sekunder.

H. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menyajikan data hasil pengkajian
keperawatan, yang diperoleh dari hasil anamnesa, observasi, pemeriksaan
fisik, dan studi dokumentasi dan insrumen hasil laboratorium dalam
bentuk narasi. Setelah itu data pengkajian yang berhasil dikumpulkan
tersebut akan dianalisis dengan cara membandingkannya terhadap
pengkajian teori yang telah disusun. Analisis data terhadap diagnosis
keperawatan, intervensi keperawatan, impelementasi, serta evaluasi
keperawatan, yang dilaksanakan pada studi kasus ini peneliti akan
dianalisis dengan membandingkan antara hasil dengan tahapan proses
yang telah diuraikan pada tinjauan teori. Data hasil penelitian didapatkan
dengan membandingan keefektifan intervensi penerapan perawatan luka
ulkus diabetes/gangren dengan minyak zaitun terhadap 2 pasien ulkus
diabetes grade I atau II dengan mengkaji kesembuhan luka serta kondisi
regenerasi jaringan kulit/epitelisasi setiap dilakukan perawatan luka.

44
45

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, M. G. dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC), 6𝑡ℎ edisi


Indonesia. Jakarta: Mocomedia.

Bulechek, M. G. dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC), 5𝑡ℎ edisi


Indonesia. Jakarta: Mocomedia

Candra, F. T. K., Budiman I. 2014. Efek Pemberian Minyak Zaitun (Olea europa)
Terhadap Penyembuhan Luka Insisi Mencit Jantan Galur Swiss Webster,
1-9.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Patofisiologi. Jakarta: EGC.


Doenges et al. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3. Jakarta: EGC.

Gitarja, W. S. 2016. Perawatan Luka Student Book CWCCA 2016. Jawa Barat:
Yayasan Wocare Indonesia

Hidayat, Arip. 2017. Pengaruh Perawatan Luka Dengan Modern Dressing


Terhadap Kualitas Hidup Pasien Ulkus Diabetikum Di Griya Pusat
Perawatan Luka Caturharjo [skripsi]. Yogyakarta: Stikes Jenderal
Achmad Yani.

International Diabetes Federation. 2017. IDF Diabetes Atlas 8𝑡ℎ edition. Diakses
dari https://www.idf.org/e-library/epidemiology-research/diabetes-
atlas/134-idf-diabetes-atlas-8th-edition.html tanggal 16 Oktober 2019
jam 14.30.

Karimi, Z., Behnammoghadam, Rafein, H., Abdi, N., Zoladl, M., Sharif, M.,
Arya, A., Khastavaneh, M. 2019. Impact Of Olive Oil And Honey On
Healing Of Diabetic Foot: A Randomized Controlled Trial. Clinical,
Cosmetic, and Investigational Dermatology 2019: 12 347-354.

Kementrian Kesehatan RI. 2017. Laporan Nasional Riskesdas 2018. Diakses dari
http://labdata.litbang.depkes.go.id/riset-badan-litbangkes/menu-
riskesnas/menu-riskesdas/426-rkd-2018 tanggal 16 Oktober 2019 jam
15.45

Kementrian Kesehatan RI. 2018. Hari Diabetes Sedunia Tahun 2018. Diakses dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/hari-
diabetes-sedunia-2018.pdf tanggal 17 Oktober 2019 jam 18.35

Nasiri, M., Fayazi, S., Jahani, S., Yazdanpanah, L., Haghighizadeh, M. H. 2015.
The Effect Of Topical Olive Oil On The Healing Of Foot Ulcer In Patient

45
46

With Type 2 Diabetes: A Double-Blind Randomized Clinical Trial Study


In Iran. Journal of Diabetes & Metabolic Disorders 2015: 14-38.

Purnomo, Yonathan Adi. 2013. Sistem Scoring Untuk Resiko Amputasi


Ekstremitas Bawah Pada Pasien Infeksi Kaki Diabetik Di Rumah Sakit
DR. Cipto Mangunkusumo: Penelitian Pendahuluan [tesis]. Depok:
Universitas Indonesia

Putri, Shinta Rahmi. 2014. Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan


Masyarakat Perkotaan Pada Pasien Ulkus Diabetikum (Diabetes
Mellitus Tipe 2) Di Ruang Gawat Melati Atas RSUP Persahabatan,
Jakarta Timur [karya ilmiah akhir]. Depok: Universitas Indonesia.

Potter, P. & Perry, A. 2015. Buku ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,


Proses dan praktik. Edisi 4, Volume 2. Jakarta: EGC.

Rosikhoh, Nur Ifa. 2016. Gambaran Penderita Gangren Dan Identifikasi Faktor
Pemicu Kejadian Gangren Pada Penderita Diabetes Mellitus [skripsi].
Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang.

Sherwood L. 2013. Fisiologi manusia dari sel ke sistem Edisi 6. Jakarta : EGC.

Sulastri. 2014. Analisis Perawatan Ulkus Kaki Diabetikum Menggunakan Madu


Pada Pasien DM Tipe 2 Di Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot Soebroto
[karya ilmiah akhir ners]. Depok: Universitas Indonesia.

Syahputra, Andi. 2018. Perbedaan Kondisi Luka Sebelum Dan Setelah Perawatan
Dengan Menggunakan Teknik Modern Dressing Pada Penderita Ulkus
Diabetikum Di Klinik Griya Afiat Makassar [skripsi]. Makassar:
Univeritas Islam Negeri Alauddin.

Tim Pokja SDKI PPNI. 2016 . Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi
Dan Indikator Ed.1. Jakarta: PPNI.

46

Anda mungkin juga menyukai