Anda di halaman 1dari 3

Analisa Hak Kekayaan Intelektual, Plagiarisme Dalam Hak Cipta Seni Musik

Studi Kasus: The Rolling Stones vs The Verve,


Dalam Sengketa Lagu “Bittersweet Symphony”
Oleh: Febbyana Gupta Dinnata

Hak Kekayaan Intelektual (HKI) mungkin istilah yang sudah tidak asing di telinga kita. Sering
kita mendengar istilah ini di berbagai portal berita maupun televisi. Terlebih bagi kita yang
memiliki minat dalam bidang teknologi, dan industry, istilah ini pasti sangat akrab dengan kita.

Pengertian HKI itu sendiri menurut Direktorat Penelitian UGM adalah padanan kata yang biasa
digunakan untuk Intellectual Property Rights (IPR), yakni hak yang timbul bagi hasil olah pikir
yang menghasikan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia pada intinya HKI adalah
hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreativitas intelektual. Objek yang diatur
dalam HKI adalah karya-karya yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia1.

Selain itu, HKI dibagi menjadi dua bagian, yaitu2:

- Hak Cipta (copyright);


- Hak kekayaan industri (industrial property rights), yang mencakup:
 Paten (patent);
 Desain industri (industrial design);
 Merek (trademark);
 Penanggulangan praktek persaingan curang (repression of unfair competition);
 Desain tata letak sirkuit terpadu (layout design of integrated circuit);
 Rahasia dagang (trade secret).

Dari pengertian dan pembagian diatas, kita dapat melihat bahwa karya intelektualitas manusia
dapat didaftarkan sebagai sebuah hal yang legal. Jerih payah mereka dalam berkarya tidak akan
sia-sia.

1
https://penelitian.ugm.ac.id/pengertian-hki/ diakses pada Sabtu, 19 Januari 2019, pukul 20.39
2
https://penelitian.ugm.ac.id/pengertian-hki/ diakses pada Sabtu, 19 Januari 2019, pukul 20.39
HKI ini menjadi krusial ketika kecerdasaan dan kreatifiitas manusia benar-benar diapresiasi. Karya
mereka menjadi benar-benar milik mereka dan mereka mendapatkan hak mereka seutuhnya.
Bahkan mereka bisa mendapatkan keuntungan finansial atas karya-karya yang mereka daftarkan,
apabila ada orang lain yang ingin menggunakan karya mereka untuk kepentingan apapun.

Bahasan mengenai HKI selalu menarik, karena ini adalah upaya untuk menjadikan karya dan
ciptaan seseorang sebagai hak pribadinya. Apalagi, banyak manusia di era digital ini yang kadar
kejeniusannya melebihi rata-rata. Dengan ditunjang dengant teknologi yang mutakhir, maka
banyak sekali penemuan-penemuan baru yang di sumbangkan untuk dunia ilmu pengetahuan.

Namun dalam prakteknya, HKI belum efektif, bahkan sering terjadi kerancuan. Walaupun sering
menjadi headline dalam berbagai berita nasional, para creator dan intelektual ini sering sekali
menemukan penyelewengan karya dalam ranah seni, khususnya Seni Musik.

Seperti yang kita ketahui, banyak sekali kasus penyelewengan HKI Seni Musik. Pembajakan karya
menjadi hal yang mendominasi kasus penyelewengan karya musik. Seakan sebuah kewajaran, para
pembajak ini terus melakukan duplikasi illegal terhadap karya musisi baik nasional maupun
internasional, baik bentuk fisik berupa CD, maupun bentuk digital copy. Sudah menjadi rahasia
umum, semua pihak kewalahan mengatasi pembajakan karya seni, pemerintah Indonesia dari
jaman koes plus sampai cita citata tak mampu mengatasinya.

Namun ada hal yang lebih menarik dari pelanggaran hak cipta musik, yaitu plagiarisme yang
dilakukan sesama musisi. Plagiarisme dalam musik menurut Denny Chasmala terdapat dalam
bentuk penggunaan nada dasar yang melebihi batas maximal yaitu 16 bar dalam satu lagu3. Banyak
sekali dua lagu yang sekilas sangat mirip dengan lagu lainnya, bahkan sama tetapi bukan daur
ulang ataupun membawakan kembali.

Salah satu kasus plagiat besar dalam sejarah musik dunia adalah The Rolling Stones menuntut The
Verve atas plagiasi dalam lagu “Bitter Sweet Symphony”. Lagu yang meledak pada akhir 90an ini
ternyata menjiplak lagu "The Last Time” milik The Rolling Stones4. Pihak Rolling Stones
menuntut The Verve atas tindakan plagiarisme ini dengan tuntutan mengambil seluruh royalti dan

3
https://www.youtube.com/watch?v=WrgCqLTN_PQ, diakses pada Sabtu, 19 Januari 2019, pukul 20.39
4
https://www.youtube.com/watch?v=1GWMvCXdsG4, , diakses pada Sabtu, 19 Januari 2019, pukul 20.39
keuntungan atas lagu “Bitter Sweet Symphony” dan mengambil alih hak cipta dari lagu tersebut5.
The Rolling Stones pun memenangkan persidangannya dengan semua tuntutanya dikabulkan oleh
pengadilan6.

bittersweet the last time.mp4


symphony.mp4

Sebuah kenyataan yang sangat pahit yang dialami oleh The Verve, harus kehilangan seluruh
keuntungan yang harusnya menjadi milik mereka. Ketidakhati-hatian dalam berkarya menjadi
boomerang bagi mereka. Kalau mereka meminta izin untuk menggunakan lagu tersebut sebagai
“Sample”, seperti halnya Daft Punk dalam lagu “Harder, Faster Stronger” yang mengambil
sample dari lagu “Cola Bottle Baby” milik Edwin Birdsong, mungkin hal tersebut tak akan terjadi.

Contoh di atas merupakan salat satu contoh penyelewengan hak cipta musik yang termasuk dalam
kategori Hak Cipta atau Copyrights. Keberadaan HKI menjadi sangat penting bagi para pelaku
seni khususnya musik, karena mereka menjadi lebih tenang dan terpacu untuk berkarya. Ketika
karya mereka tercantum dalam HKI maka mereka akan mendapatkan keuntungan yang lebih pasti,
dan karya mereka lebih di hargai lagi.

Namun apabila penegakan hukum di negeri ini masih lemah, sebanyak apapun HKI yang kita
punya, penyelewengan akan terus ada. Hukuman dan proses persidangan yang cenderung lemah
di Indonesia, tidak memberikan hukuman dan efek jera bagi penyeleweng karya ini. Maka harus
ada perhatian lebih dari pemerintah dan aparat penegak hukum supaya karya-karya dan hak cipta
tetap terjamin.

5
https://www.youtube.com/watch?v=1GWMvCXdsG4, , diakses pada Sabtu, 19 Januari 2019, pukul 20.39
6
https://www.youtube.com/watch?v=I_s90-Hi2ZY, diakses pada Sabtu, 19 Januari 2019, pukul 20.39

Anda mungkin juga menyukai