Anda di halaman 1dari 4

Nama : Widya Nanda Sari

NIM : 160405032

PROSES HABER BOSCH PADA PEMBUATAN AMONIA


Pada proses industri umumnya akan mengikuti hukum ekonomi, yaitu dengan biaya sekecil –
kecilnya untuk memperoleh keuntungan sebanyak – banyaknya. Prinsip ini, di dalam industri
yang menghasilkan barang tentunya dapat diubah menjadi; dengan biaya dan usaha seminimal
mungkin untuk menghasilkan barang industri yang sebanyak – banyaknya. Oleh karena itu,
faktor – faktor yang menghambat atau memperlambat suatu proses di industri diusahakn
seminimal mungkin. Hal ini berlaku juga pada pembuatan amonia.

Amonia (NH3) merupakan senyawa penting dalam industri kimia, karena sangat luas
penggunaannya. Sebagai contoh untuk pembuatan pupuk, asam nitrat, dan senyawa nitrat untuk
berbagai keperluan. Produksi amonia di Indonesia dilakukan pada pabrik petrokimia di Gresik
dan Kujang. Proses pembuatan amonia dilakukan melalui reaksi:

N2(g) + 3H2(g) ↔ 2NH3(g) ∆H = -92 kJ

Proses ini diperkenalkan oleh Fritz Haber dari Jerman pada tahun 1913. Saat itu pada perang
dunia I, Jerman terkena blokade tentara Sekutu sehingga pasokan senyawa nitrat (Sendawa Chili,
KNO3) dari Amerika yang merupakan bahan pembuat amunisi tidak dapat masuk ke Jerman.
Proses ini juga sering disebut proses Haber Bosch untuk menghormati Karl Bosch , seorang
insinyur yang mengembangkan peralatan pembuatan amonia untuk skala industri. Berikut
gambar proses Haber Bosch .

proses Haber Bosch


Reaksi pembuatan amonia (melalui proses Haber Bosch) ini merupakan reaksi
kesetimbangan. Oleh karena itu, untuk mendapatkan amonia sebanyak – banyaknya,
digunakan asas Le Chaterlier pada prosesnya. Untuk menggeser kesetimbangan ke arah
pembentukan NH3, maka konsentrasi N2 dan H2 diperbesar (dengan menaikan tekanan
kedua gas tersebut). Faktor lain yang sangat penting untuk diperhatikan adalah suhu dan
tekanan.

Dilihat dari reaksinya yang eksoterm, seharusnya proses tersebut dilakukan pada suhu rendah.
Akan tetapi, jika dilakukan pada suhu rendah reaksi antara N2 dan H2 menjadi lambat. Hal ini
dapat diatasi dengan menambahkan katalis Fe yang diberi promotor (bahan yang lebih
mengaktifkan kerja katalis) Al2O3 dan K2O.

Selain itu, faktor tekanan juga perlu diperhatikan. Jika diperhatikan dari persamaan reaksinya,
NH3 akan benyak terbentuk pada tekanan tinggi. Namun demikian, perlu dipertimbangkan
faktor biaya yang diperlukan dan keamanan kostruksi bangunan pabrik untuk melakukan
proses dengan tekanan tinggi.

Dengan berbagai pertimbangan tersebut, maka didapatkan kondisi optimum, dimana


pada kondisi tersebut akan diperoleh amonia secara ekonomis paling menguntungkan. Pada
tabel berikut akan dipaparkan berbagai kondisi suhu dan tekanan, serta amonia yang dapat
dihasilkan.

Dengan pertimbangan keamanan konstruksi pabrik, biaya produksi dan berbagai


pertimbangan lainnya , kondisi optimum untuk operasional pabrik amonia umumnya
dilakukan pada tekanan antara 140 atm – 340 atm dan suhu antara 400oC – 600oC (Silaholo,
2009)
KESETIMBANGAN KIMIA AMONIA

Amonia (NH3) merupakan salah satu zat kimia yang paling banyak diproduksi.
Amonia digunakan terutama untuk membuat pupuk, yaitu urea dan ZA. Penggunaan
amonia yang lain, yaitu untuk membuat resin, bahan mesiu, dan berbagai senyawa
nitrogen lainnya. Di bidang industri, amonia dibuat dari gas nitrogen dan gas hidrogen.
Gas nitrogen diperoleh dan udara, sedangkan gas hidrogen dan gas alam. Persamaan
termokimia reaksi pembuatan amonia dinyatakan sebagai berikut.

N2(g) + 3H2(g) ---> 2NH3(g) AH = —92 kJ

Stoikiometri reaksi menunjukkan bahwa 1 mol nitrogen bereaksi dengan 3 mol


hidrogen membentuk 2 mol amonia. Akan tetapi, dari percobaan diketahui bahwa hasil
seperti itu tidak pernah dicapai. Artinya, jika direaksikan 1 mol nitrogen dengan 3 mol
hidrogen ternyata tidak dapat menghasilkan 2 mol amonia, tetapi selalu kurang dan
2 mol. Mengapa hal itu terjadi? Ternyata, reaksi berlangsung tidak tuntas. Reaksi "seperti
berhenti" setelah sebagian nitrogen dan hidrogen bereaksi. Reaksi berakhir dengansuatu
campuran yang mengandung NH3, N2, dan H2. Keadaan seperti itulah yang disebut
keadaan setimbang. Jadi, keadaan setimbang adalah suatu keadaan di mana zat-zat
pereaksi dan hasil reaksi terdapat bersama-sama, tetapi tidak ada lagi perubahan yang
dapat diamati. Dengan kata lain, campuran masih mengandung zat-zat pereaksi, tetapi
reaksi seolah-olah sudah berhenti. Dikatakan seolah-olah berhenti karena ternyata reaksi
tetap berlangsung pada tingkat mikroskopis (Effendi, 2003)

Dapus :
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas air bagi Pengolahan Sumber daya dan lingkungann
Perairan. Penerbit Knisius. Jakarta.
Silaholo, Wira Susi. 2009. Analisa Kandungan Amonia dari Limbah cair Inlet dan Outlet
dari Beberapa Industri Kelapa Sawit. Universitas Sumatera Utara: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai