Anda di halaman 1dari 53

PROSES HABER BOSCH PADA

PEMBUATAN AMONIA
hasannudin | November 10, 2015 | Kesetimbangan Kimia | Tidak ada Komentar

Proses Haber Bosch adalah proses pembuatan amonia yang dicetuskan oleh Fritz Haber dan
dipopulerkan / diproduksi besar – besaran oleh Carl Bosch. Berikut penjelasannya

PROSES HABER BOSCH PADA PEMBUATAN


AMONIA
Pada proses industri umumnya akan mengikuti hukum ekonomi, yaitu dengan biaya sekecil –
kecilnya untuk memperoleh keuntungan sebanyak – banyaknya. Prinsip ini, di dalam industri
yang menghasilkan barang tentunya dapat diubah menjadi; dengan biaya dan usaha
seminimal mungkin untuk menghasilkan barang industri yang sebanyak – banyaknya. Oleh
karena itu, faktor – faktor yang menghambat atau memperlambat suatu proses di industri
diusahakn seminimal mungkin. Hal ini berlaku juga pada pembuatan amonia.

Amonia (NH3) merupakan senyawa penting dalam industri kimia, karena sangat luas
penggunaannya. Sebagai contoh untuk pembuatan pupuk, asam nitrat, dan senyawa nitrat
untuk berbagai keperluan. Produksi amonia di Indonesia dilakukan pada pabrik petrokimia di
Gresik dan Kujang. Proses pembuatan amonia dilakukan melalui reaksi:

N2(g) + 3H2(g) ↔ 2NH3(g)    ∆H = -92 kJ

Proses ini diperkenalkan oleh Fritz Haber dari Jerman pada tahun 1913. Saat itu pada perang
dunia I, Jerman terkena blokade tentara Sekutu sehingga pasokan senyawa nitrat (Sendawa
Chili, KNO3) dari Amerika yang merupakan bahan pembuat amunisi tidak dapat masuk ke
Jerman. Proses ini juga sering disebut proses Haber Bosch untuk menghormati Karl Bosch ,
seorang insinyur yang mengembangkan peralatan pembuatan amonia untuk skala industri.
Berikut gambar proses Haber Bosch .
proses Haber Bosch

Reaksi pembuatan amonia (melalui proses Haber Bosch)  ini merupakan reaksi
kesetimbangan. Oleh karena itu, untuk mendapatkan amonia sebanyak – banyaknya,
digunakan asas Le Chaterlier pada prosesnya. Untuk menggeser kesetimbangan ke arah
pembentukan NH3, maka konsentrasi N2 dan H2 diperbesar (dengan menaikan tekanan kedua
gas tersebut). Faktor lain yang sangat penting untuk diperhatikan adalah suhu dan tekanan.

Dilihat dari reaksinya yang eksoterm, seharusnya proses tersebut dilakukan pada suhu
rendah. Akan tetapi, jika dilakukan pada suhu rendah reaksi antara N 2 dan H2 menjadi lambat.
Hal ini dapat diatasi dengan menambahkan katalis Fe yang diberi promotor (bahan yang lebih
mengaktifkan kerja katalis) Al2O3  dan K2O.

Selain itu, faktor tekanan juga perlu diperhatikan. Jika diperhatikan dari persamaan reaksinya,
NH3 akan benyak terbentuk pada tekanan tinggi. Namun demikian, perlu dipertimbangkan
faktor biaya yang diperlukan dan keamanan kostruksi bangunan pabrik untuk melakukan
proses dengan tekanan tinggi.

Dengan berbagai pertimbangan tersebut, maka didapatkan kondisi optimum, dimana pada
kondisi tersebut akan diperoleh amonia secara ekonomis paling menguntungkan. Pada tabel
berikut akan dipaparkan berbagai kondisi suhu dan tekanan, serta amonia yang dapat
dihasilkan.

Tabel persentase amonia pada tekanan setimbang untuk berbagai suhu dan tekanan.

Tekanan
Suhu (oC)
200 atm 300 atm 400 atm 500 atm
400 38,74 47,85 58,86 60,61
450 27,44 35,93 42,91 48,84
500 18,86 26,00 32,25 37,79
550 12,82 18,40 23,55 28,31
600 8,77 12,97 16,94 20,76

Dengan pertimbangan keamanan konstruksi pabrik, biaya produksi dan berbagai


pertimbangan lainnya , kondisi optimum untuk operasional pabrik amonia umumnya
dilakukan pada tekanan antara 140 atm – 340 atm dan suhu antara 400oC – 600oC.

Demikian ulasan mengenai proses Haber Bosch pada pembuatan amonia. Jika ada masukan,
saran ataupun pertanyaan silahkan berkomentar ya. Semoga bermanfaat…..

Kesetimbangan Kimia
9 Oktober 2009Materi Pembelajaran Kimia SMUAmonia, Cato Gulberg, Heterogen, Hidrogen,
Homogen, Hukum Aksi Massa, Katalis, Kc, Keq, Kesetimbangan Dinamis, Kesetimbangan Kimia,
Konsentrasi, Konstanta Kesetimbangan Kimia, Kp, Manipulasi Kesetimbangan Kimia, Nitrogen,
Pergeseran Kesetimbangan Kimia, Peter Waage, Prinsip Le Chatelier, Proses Haber, Qc, Tekanan,
Tekanan Parsial Gas, Temperatur, Volume

Dalam tulisan ini, kita akan mempelajari pengertian kesetimbangan kimia, contoh aplikasi
kesetimbangan kimia dalam industri, menentukan dan menghitung besarnya konstanta
kesetimbangan kimia, mempelajari berbagai jenis kesetimbangan kimia, memanipulasi
persamaan kesetimbangan kimia, serta mengkaji faktor-faktor yang dapat menggeser
kesetimbangan kimia.

Salah satu proses yang sangat berguna dalam industri kimia adalah proses Haber, yaitu
sintesis gas amonia dari gas nitrogen dan gas hidrogen. Reaksi kimia yang terjadi dalam
proses Haber adalah sebagai berikut :

N2(g) +  3 H2(g) ——-> 2 NH3(g)

Dengan cara penulisan ini, reaksi kimia menunjukkan bahwa gas hidrogen dan gas nitrogen
bereaksi untuk menghasilkan gas amonia, dan hal ini akan terus berlangsung sampai salah
satu atau kedua reaktannya habis. Tetapi, sesungguhnya, hal ini tidak sepenuhnya benar.

Apabila reaksi ini dilakukan dalam ruang tertutup (sebab reaktan maupun gas sama-sama
berbentuk gas), gas nitrogen dan gas hidrogen akan bereaksi membentuk gas amonia. Namun,
sebagian dari gas amonia tersebut akan segera terurai menjadi gas nitrogen dan gas hidrogen
kembali, seperti yang ditunjukkan dalam persamaan reaksi berikut :

2 NH3(g) ——-> N2(g) +  3 H2(g)

Oleh sebab itu, di dalam ruang tertutup tersebut, sesungguhnya terjadi dua reaksi yang saling
berlawanan, yaitu gas nitrogen dan gas hidrogen bergabung menghasilkan gas amonia dan
gas amonia terurai menghasilkan gas nitrogen dan gas hidrogen. Kedua reaksi tersebut dapat
dituliskan secara bersamaan dengan menggunakan dua mata anak panah sebagai berikut :
N2(g) +  3 H2(g) <——>  2 NH3(g)

Gas nitrogen dan gas hidrogen diletakkan di sisi kiri karena bahan itulah yang mula-mula
dimasukkan ke dalam tempat reaksi. Kedua reaksi tersebut terjadi dengan kecepatan yang
berbeda. Namun, cepat atau lambat, kecepatan kedua reaksi tersebut akan sama dan jumlah
relatif dari gas nitrogen, gas hidrogen, dan gas amonia menjadi tetap (konstan). Ini
merupakan contoh kesetimbangan kimia.

Kesetimbangan kimia dinamis tercapai pada saat dua reaksi kimia yang berlawanan terjadi
pada tempat dan waktu yang sama dengan laju reaksi yang sama. Ketika sistem mencapai
kesetimbangan, jumlah masing-masing spesi kimia menjadi konstan (tidak perlu sama).

Kadang-kadang, terdapat banyak produk (spesi kimia yang ada di sisi kanan tanda panah
bolak-balik) ketika reaksi mencapai kesetimbangan. Tetapi, kadang-kadang, produknya
justru sangat sedikit. Jumlah relatif dari produk dan reaktan dalam kesetimbangan dapat
ditentukan dengan menggunakan konstanta kesetimbangan kimia (K) untuk reaksi
tersebut.

Secara umum, untuk reaksi kesetimbangan hipotetis berikut :

a A  +  b B  <——>  c C  +  d D

Huruf besar menunjukkan spesi kimia dalam kesetimbangan kimia dan huruf kecil
menyatakan koefisien reaksi pada reaksi kimia setara. Konstanta kesetimbangan kimia
(Keq) secara matematis dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :

Keq =  [C]c [D]d / [A]a [B]b

Persamaan Keq dirumuskan oleh dua ahli kimia berkebangsaan Norwegia, yaitu Cato
Guldberg dan Peter Waage, pada tahun 1864. Persamaan ini merupakan pernyataan
matematis dari hukum aksi massa (law of mass action), yang menyatakan bahwa pada
reaksi reversibel (bolak-balik, dua arah) yang mencapai keadaan kesetimbangan pada
temperatur tertentu, perbandingan konsentrasi reaktan dan produk memiliki nilai tertentu
(konstan), yaitu Keq (konstanta kesetimbangan kimia).

Bagian pembilang mengandung produk dari kedua spesi kimia yang berada di sisi kanan
persamaan dengan masing-masing spesi kimia dipangkatkan dengan koefisien reaksinya
dalam persamaan reaksi berimbang. Penyebutnya juga sama, tetapi digunakan spesi kimia
yang berada di sebelah kiri persamaan reaksi. Oleh karena satuan yang digunakan dalam
konstanta kesetimbangan kimia adalah konsentrasi (molaritas), para ahli kimia
menggunakan notasi  Kc sebagai pengganti Keq.

Nilai angka dari konstanta kesetimbangan kimia memberikan petunjuk tentang jumlah
relatif dari produk dan reaktan. Nilai Kc juga memberikan petunjuk apakah kesetimbangan
cenderung ke arah reaktan atau produk. Apabila nilai Kc jauh melebihi satu (Kc >> 1),
kesetimbangan akan cenderung ke kanan (produk), sehingga jumlah produk lebih besar
dibandingkan reaktan. Sebaliknya, apabila nilai Kc jauh di bawah satu (Kc << 1),
kesetimbangan akan cenderung ke kiri (reaktan), sehingga jumlah reaktan lebih besar
dibandingkan reaktan.
Konsep kesetimbangan kimia sangat berguna dalam ilmu kimia. Konstanta
kesetimbangan kimia digunakan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan stoikiometri
yang melibatkan sistem kesetimbangan. Dalam menggunakan Kc, konsentrasi reaktan dan
produk saat kesetimbangan dilibatkan. Berdasarkan fasa spesi kimia yang terlibat dalam
reaksi, sistem kesetimbangan dapat dibedakan menjadi dua, antara lain :

1. Kesetimbangan Homogen

Semua spesi kimia berada dalam fasa yang sama. Salah satu contoh kesetimbangan
homogen fasa gas adalah sistem kesetimbangan N2O4/NO2. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut :

N2O4(g) <——> 2 NO2(g)

Kc =   [NO2]2 / [N2O4]

Konsentrasi reaktan dan produk dalam reaksi gas dapat dinyatakan dalam bentuk tekanan
parsial masing-masing gas (ingat persamaan gas ideal, PV=nRT). Dengan demikian, satuan
konsentrasi yang diganti dengan tekanan parsial gas akan mengubah persamaan Kc menjadi
Kp sebagai berikut :

Kp =   (PNO2)2 / (PN2O4)

PNO2 dan PN2O4 adalah tekanan parsial masing-masing gas pada saat kesetimbangan tercapai.
Nilai Kp menunjukkan konstanta kesetimbangan yang dinyatakan dalam satuan tekanan
(atm). Kp hanya dimiliki oleh sistem kesetimbangan yang melibatkan fasa gas saja.

Secara umum, nilai Kc tidak sama dengan nilai Kp, sebab besarnya konsentrasi reaktan dan
produk tidak sama dengan tekanan parsial masing-masing gas saat kesetimbangan. Dengan
demikian, terdapat hubungan sederhana antara Kc dan Kp yang dapat dinyatakan dalam
persamaan matematis berikut :

Kp =  Kc (RT)∆n

Kp =  konstanta kesetimbangan tekanan parsial gas

Kc =  konstanta kesetimbangan konsentrasi gas

R  =  konstanta universal gas ideal (0,0821 L.atm/mol.K)

T  =  temperatur reaksi (K)

∆n  =  Σ koefisien gas produk –  Σ koefisien gas reaktan

Selain kesetimbangan homogen fasa gas, terdapat pula sejumlah kesetimbangan homogen
fasa larutan. Salah satu contoh kesetimbangan homogen fasa larutan adalah
kesetimbangan ionisasi asam asetat (asam cuka) dalam air. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut :
CH3COOH(aq) <——>  CH3COO–(aq) +  H+(aq)

Kc =   [CH3COO–] [H+] / [CH3COOH]

2. Kesetimbangan Heterogen

Kesetimbangan ini melibatkan reaktan dan produk dalam fasa yang berbeda. Sebagai
contoh, saat padatan kalsium karbonat dipanaskan dalam wadah tertutup, akan terjadi reaksi
berikut :

CaCO3(s) <——>  CaO(s) +  CO2(g)

Dalam reaksi penguraian padatan kalsium karbonat, terdapat tiga fasa yang berbeda, yaitu
padatan kalsium karbonat, padatan kalsium oksida, dan gas karbon dioksida. Dalam
kesetimbangan kimia, konsentrasi padatan dan cairan relatif konstan, sehingga tidak
disertakan dalam persamaan konstanta kesetimbangan kimia. Dengan demikian, persamaan
konstanta kesetimbangan reaksi penguraian padatan kalsium karbonat menjadi sebagai
berikut :

Kc =  [CO2]

Kp =  PCO2

Baik nilai Kc maupun Kp tidak dipengaruhi oleh jumlah CaCO3 dan CaO (jumlah padatan).

Beberapa aturan yang berlaku dalam penentuan nilai konstanta kesetimbangan kimia saat
reaksi kesetimbangan dimanipulasi (diubah) antara lain :

1. Jika reaksi dapat dinyatakan dalam bentuk penjumlahan dua atau lebih reaksi, nilai
konstanta kesetimbangan reaksi keseluruhan adalah hasil perkalian konstanta
kesetimbangan masing-masing reaksi.

A  +  B  <——>  C  +  D                               Kc’

C  +  D  <——>  E  +  F                               Kc’’

A  +  B  <——>  E  +  F                       Kc =  Kc’ x Kc’’

2. Jika reaksi ditulis dalam bentuk kebalikan dari reaksi semula, nilai konstanta
kesetimbangan menjadi kebalikan dari nilai konstanta kesetimbangan semula.

A  +  B  <——>  C  +  D           Kc’  =   [C] [D] / [A] [B]

C  +  D  <——>  A  +  B          Kc =   [A] [B] / [C] [D]   =   1 / Kc’

3. Jika suatu reaksi kesetimbangan dikalikan dengan faktor n, nilai konstanta


kesetimbangan menjadi nilai konstanta kesetimbangan semula dipangkatkan dengan
faktor n.

A  +  B  <——>  C  +  D                     Kc’  =   [C] [D] / [A] [B]


2 A  +  2 B  D  2 C  +  2 D             Kc =  [C]2 [D]2 / [A]2 [B]2 =  {  [C] [D] /  [A] [B] }2 = 
(Kc’)2

Salah satu kegunaan konstanta kesetimbangan kimia adalah memprediksi arah reaksi.
Untuk mempelajari kecenderungan arah reaksi, digunakan besaran Qc, yaitu hasil perkalian
konsentrasi awal produk dibagi hasil perkalian konsentrasi awal reaktan yang masing-
masing dipangkatkan dengan koefisien reaksinya. Jika nilai Qc dibandingkan dengan nilai Kc,
terdapat tiga kemungkinan hubungan yang terjadi, antara lain :

1. Qc < Kc

Sistem reaksi reversibel kelebihan reaktan dan kekurangan produk. Untuk mencapai
kesetimbangan, sejumlah reaktan diubah menjadi produk. Akibatnya, reaksi cenderung ke
arah produk (ke kanan).

2. Qc =  Kc

Sistem berada dalam keadaan kesetimbangan. Laju reaksi, baik ke arah reaktan maupun
produk, sama.

3. Qc > Kc

Sistem reaksi reversibel kelebihan produk dan kekurangan reaktan. Untuk mencapai
kesetimbangan, sejumlah produk diubah menjadi reaktan. Akibatnya, reaksi cenderung ke
arah reaktan (ke kiri).

Kesetimbangan kimia dapat diganggu oleh beberapa faktor eksternal. Sebagai contoh, pada
pembahasan proses Haber sebelumnya, telah diketahui bahwa nilai Kc pada proses Haber
adalah 3,5.108 pada suhu kamar. Nilai yang besar ini menunjukkan bahwa pada
kesetimbangan, terdapat banyak gas amonia yang dihasilkan dari gas nitrogen dan gas
hidrogen. Akan tetapi, masih ada gas nitrogen dan gas hidrogen yang tersisa pada
kesetimbangan. Dengan menerapkan prinsip ekonomi dalam dunia industri, diharapkan
sebanyak mungkin reaktan diubah menjadi produk dan reaksi tersebut berlangsung sempurna.
Untuk mendapatkan produk dalam jumlah yang lebih banyak, kesetimbangan dapat
dimanipulasi dengan menggunakan prinsip Le Chatelier.

Seorang kimiawan berkebangsaan Perancis, Henri Le Chatelier, menemukan bahwa jika


reaksi kimia yang setimbang menerima perubahaan keadaan (menerima aksi dari luar),
reaksi tersebut akan menuju pada kesetimbangan baru dengan suatu pergeseran tertentu
untuk mengatasi perubahan yang diterima (melakukan reaksi sebagai respon terhadap
perubahan yang diterima). Hal ini disebut Prinsip Le Chatelier.

Ada tiga faktor yang dapat mengubah kesetimbangan kimia, antara lain :

1. Konsentrasi reaktan atau produk


2. Suhu
3. Tekanan atau volume pada sistem yang mengandung fasa gas

Untuk memproduksi gas amonia sebanyak mungkin, dapat dilakukan manipulasi


kesetimbangan kimia dari segi konsentrasi reaktan maupun produk, tekanan ruangan,
volume ruangan, dan suhu reaksi. Berikut ini adalah pembahasan mengenai masing-masing
faktor.

1. Mengubah konsentrasi

Jika ke dalam sistem kesetimbangan ditambahkan gas nitrogen maupun gas hidrogen
berlebih (reaktan berlebih), nilai Qc menjadi lebih kecil dibandingkan Kc. Untuk
mengembalikan ke kondisi setimbang, reaksi akan bergeser ke arah produk (ke kanan).
Akibatnya, jumlah produk yang terbentuk meningkat. Hal yang sama juga akan terjadi jika
gas amonia yang terbentuk langsung diambil. Reaksi akan bergeser ke arah kanan untuk
mencapai kembali kesetimbangan.

Dapat disimpulkan bahwa jika dalam sistem kesetimbangan ditambahkan lebih banyak
reaktan atau produk, reaksi akan bergeser ke sisi lain untuk menghabiskannya. Sebaliknya,
jika sebagian reaktan atau produk diambil, reaksi akan bergeser ke sisinya untuk
menggantikannya.

2.Mengubah suhu

Reaksi pada proses Haber adalah reaksi eksotermis. Reaksi tersebut dapat dinyatakan dalam
persamaan reaksi berikut :

N2(g) +  3 H2(g) <——>  2 NH3(g) +  Kalor

Jika campuran reaksi tersebut dipanaskan, akan terjadi peningkatan jumlah kalor dalam
sistem kesetimbangan. Untuk mengembalikan reaksi ke kondisi setimbang, reaksi akan
bergeser dari arah kanan ke kiri. Akibatnya, jumlah reaktan akan meningkat disertai
penurunan jumlah produk. Tentu saja hal ini bukanlah sesuatu yang diharapkan. Agar jumlah
amonia yang terbentuk meningkat, campuran reaksi harus didinginkan. Dengan demikian,
jumlah kalor di sisi kanan akan berkurang sehingga reaksi akan bergeser ke arah kanan.

Secara umum, memanaskan suatu reaksi menyebabkan reaksi tersebut bergeser ke sisi
endotermis. Sebaliknya, mendinginkan campuran reaksi menyebabkan kesetimbangan
bergeser ke sisi eksotermis.

3. Mengubah tekanan dan volume

Mengubah tekanan hanya mempengaruhi kesetimbangan bila terdapat reaktan dan/atau


produk yang berwujud gas. Pada proses Haber, semua spesi adalah gas, sehingga tekanan
dapat mempengaruhi kesetimbangan.

Reaksi pada proses Haber terjadi dalam ruangan tertutup. Tekanan pada ruangan terjadi
akibat tumbukan gas hidrogen, gas nitrogen, serta gas amonia terhadap dinding ruangan
tersebut. Saat sistem mencapai keadaan setimbang, terdapat sejumlah gas nitrogen, gas
hidrogen, dan gas amonia dalam ruangan. Tekanan ruang dapat dinaikkan dengan membuat
tempat reaksinya menjadi lebih kecil (dengan memampatkannya, misal dengan piston) atau
dengan memasukkan suatu gas yang tidak reaktif, seperti gas neon. Akibatnya, lebih banyak
tumbukan akan terjadi pada dinding ruangan bagian dalam, sehingga kesetimbangan
terganggu. Untuk mengatasi pengaruh tersebut dan memantapkan kembali kesetimbangan,
tekanan harus dikurangi.

Setiap kali terjadi reaksi maju (dari kiri ke kanan), empat molekul gas (satu molekul gas
nitrogen dan tiga molekul gas hidrogen) akan membentuk dua molekul gas amonia. Reaksi
ini mengurangi jumlah molekul gas dalam ruangan. Sebaliknya, reaksi balik (dari kanan ke
kiri), digunakan dua molekul gas amonia untuk mendapatkan empat molekul gas (satu
molekul gas nitrogen dan tiga molekul gas hidrogen). Reaksi ini menaikkan jumlah molekul
gas dalam ruangan.

Kesetimbangan telah diganggu dengan peningkatan tekanan. Dengan mengurangi tekanan,


gangguan tersebut dapat dihilangkan. Mengurangi jumlah molekul gas di dalam ruangan akan
mengurangi tekanan (sebab jumlah tumbukan akan berkurang). Oleh sebab itu, reaksi maju
(dari kiri ke kanan) lebih disukai, sebab empat molekul gas akan digunakan dan hanya dua
molekul gas yang akan terbentuk. Sebagai akibat dari reaksi maju ini, akan dihasilkan gas
amonia yang lebih banyak.

Secara umum, meningkatkan tekanan (mengurangi volume ruangan) pada campuran


yang setimbang menyebabkan reaksinya bergeser ke sisi yang mengandung jumlah
molekul gas yang paling sedikit. Sebaliknya, menurunkan tekanan (memperbesar
volume ruangan) pada campuran yang setimbang menyebabkan reaksinya bergeser ke sisi
yang mengandung jumlah molekul gas yang paling banyak. Sementara untuk reaksi yang
tidak mengalami perubahan jumlah molekul gas (mol reaktan = mol produk), faktor
tekanan dan volume tidak mempengaruhi kesetimbangan kimia.

Katalis meningkatkan laju reaksi dengan mengubah mekanisme reaksi agar melewati
mekanisme dengan energi aktivasi  terendah.  Katalis tidak dapat menggeser kesetimbangan
kimia. Penambahan katalis hanya mempercepat tercapainya keadaan setimbang.

Dari beberapa faktor di atas, hanya perubahan temperatur (suhu) reaksi yang dapat
mengubah nilai konstanta kesetimbangan (Kc maupun Kp). Perubahan konsentrasi, tekanan,
dan volume hanya mengubah konsentrasi spesi kimia saat kesetimbangan, tidak mengubah
nilai K. Katalis hanya mempercepat tercapainya keadaan kesetimbangan, tidak dapat
menggeser kesetimbangan kimia.

MAKALAH KIMIA
SMAN 1 KARANGANOM

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga
kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai
kestimbangan kimia dalam industri. 

Makalah ini dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai


pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan
hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini. 

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang


mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang
pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. 

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat


bagi kita sekalian. 

Karanganom, Sabtu 23 November 2013 

Penulis 

BAB I
PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG


Pada dasarnya, istilah kesetimbangan berhubungan dengan
apa yang kita sebut ”keseimbangan kimia” akan tetapi,
keseimbangan ini merupakan keseimbangan Mekanik. Dalam
keseimbangan mekanik, jika resultan gaya ( net force) pada
suatu benda sama dengan nol, sehingga sebuah benda
dikatakan kesetimbangan mekanik jika benda tersebut tidak
sedang mengalami perubahan dalam gerakannya
(percepatannya sama dengan nol). Apakah kesetimbangan
kimia itu? Simaklah penjelasan berikut ini!.

Ketika suatu reaksi kimia berlangsung dalam sebuah bejana


yang mencegah masuk atau keluarnya zat-zat yang terlibat
dalam reaksi tersebut. Maka besaran-besaran (kuantitas-
kuantitas) dari komponen-komponen reaksi tersebut berubah
ketika beberapa komponen tersebut digunakan dan komponen
lainnya terbentuk. Akhirnya, ini akan berakhir, setelah
komposisinya tetap selam sistem tersebut tidak terganggu,
sehingga sistem tersebut kemudian di katakan berada dalam
keadan kesetimbangan atau lebih sederhana ”berada dalam
kesetimbangan” dengan kata lain, sebuah reaksi kimia berada
dalam kesetimbanagan ketika tidak ada kecenderungan
kuantitas-kuantitas zat-zat peraksi dan zat hasil reaksi untuk
berubah.

Tetapan kesetimbangan merupakan angka yang menunjukan


perbandingan antara kuantitatif antara produk dengan reaktan.
Secara umum, reaksi kesetimbangan dapat ditulis sebagai
berikut:
                              aA + bB ↔ cC + dD
Sesuai dengan prinsip Le Chatelier, jika dalam reaksi
kesetimbangan dilakukan aksi, maka kesetimbangan akan
bergeseran sekaligus mengubah komposisi zat-zat yang ada
untuk kembali mencapai kesetimbangan. Secara umum
dapatlah dikatakan bahwa tetapan kesetimbangan merupakan
perbandingan hasil kali molaritas reaktan dengan hasil kali
molaritas produk yang masing-masing dipangkatkan dengan
koefisiennya.
K=[C]c X [D]d
[A]a X [B]b

Dengan :         
K  = tetapan kesetimbangan
      [A]= molaritas zat A……………..…………..(M)
      [B]= molaritas zat B……………..……………(M)                
      [C]= molaritas zat C………………………….(M)
      [D]= molaritas zat D………………………….(M)
      Tetapan kesetimbangan (K), sering juga dituliskan K C.

B.     TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan tugas ini yaitu:

 Menjelaskan sistem kesetimbangan dalam dunia industri.


 Menjelaskan cara pembuatan Amoniak
 Menjalaskan cara pembuatan Asam sulfat

BAB II
PEMBAHASAN

SISTEM KESETIMBANGAN DALAM INDUSTRI


Reaksi-reaksi yang berkesetimbangan merupakan masalah
bagi industri. Mengapa? Industry memerlukan produk yang
efektif dan efisien dengan biaya semurah-murahnya. Dalam
reaksi kesetimbangan produk yang dihasilkan tidak efektif
karena dapat menghasilkan kembali pereaksi. Untuk
menghasilkan produksi yang maksimal diperlukan pengetahuan
untuk menggeser posisi kesetimbangan kearah produk.
Agar suatu zat dihasilkan sebanyak mungkin suatu reaksi kimia
harus diusahakan supaya berlangsung ke arah hasil reaksi (ke
arah kanan) jika reaksinya merupakan reaksi kesetimbangan,
maka faktor-faktor konsentrasi, suhu, tekanan gas, serta katalis
harus diperhitungkan agar reaksi itu berlangsung cepat dan
ekonomis.
Dalam pasal ini, kita mencoba meninjau dua proses yang
sangat penting, dibidang kimia industri, yaitu pembuatan
amoniak proses Haber Bosch serta pembuatan asam sulfat
menurut proses kontak.

A. Pembuatan Amoniak (Proses Haber-Bosch)


Frite Haber (186-1984) dari Jerman adalah orang yang mula-
mula berhasil mensintesa amoniak dari gas-gas nitrogen dan
hidrogen, sehingga ia mendapat hadiah nobel tahun 1918.
Proses pembuatan amoniak ini lalu disempurnakan oleh rekan
senegaranya, Karl Bosch (1874-1940) yang juga meraih hadiah
Nobel tahun 1931. Itulah sebabnya proses pembuatan amoniak
dikenal sebagai proses Haber-Bosch.Reaksi yang berlangsung
adalah:
N2(g) + 3H2(g) <==> 2NH3(g) ∆H= + 22 k kal
Persamaan ini mengindikasikan bahwa 2 mol amoniak
terbentuk dari 1 mol gas N2 dan 3 mol gas H2, dari persamaan
ini juga mengindikasikan bahwa reaksi adalah eksoterm,
sehingga amoniak akan terbentuk dengan baik pada suhu
rendah.
Pada suhu biasa, reaksi ini berjalan lambat sekali. Jika suhu
dinaikkan reaksi akan berlangsung jauh lebih cepat. Akan
tetapi, penaikan suhu menyebabkan reaksi bergeser ke kiri
(mengapa?),
Berdasarkan prinsip kesetimbangan kondisi yang
menguntungkan untuk ketuntasan reaksi ke kanan
(pembentukan NH3) adalah suhu rendah dan tekanan tinggi.
Akan tetapi, reaksi tersebut berlangsung sangat lambat pada
suhu rendah. Dipihak lain, karena reaksi ke kanan eksoterm,
penambahan suhu akan mengurangi rendemen. Usaha untuk
meningkatkan jumlah dengan kecepatan yang cukup dilakukan
dengan mengatur tekanan dan suhu dan menambahkan
katalisator.
Dengan memperhitungkan faktor-faktor waktu dan hasil, maka
suhu yang digunakan adalah 500oC.
Selain optimasi suhu, tekanan juga perlu dioptimasi. Mengapa?
Ini dikarenakan sitesis amonia melibatkan fasa gas dan rasio
stoikometri antara pereaksi dan hasil reaksi tidak sama.
Koefisien reaksi pembentukan ammonia lebih kecil dari
koefisien pereaksi sehingga tekanan harus tinggi agar reaksi
bergeser kekanan. Tekanan 200 atm akan memberikan hasil
NH3 15% tekanan 350 atm menghasilkan NH3 30% dan
tekanan 1000 atm akan menghasilkan NH3 40%.
Perhatikan gambar berikut

Mengapa tekanan yang diterapkan tidak lebih tinggi lagi? Hal


ini berkaitan dengan aspek teknologi. Semakin tinggi tekanan
maka diperlukan peralatan yang sangat kuat agar tidak terjadi
ledakan.
Untuk mempercepat tercapainya keseimbangan, dipakai katalis
oksida-oksida besi. Selama proses berlangsung, gas-gas
nitrogen dan hidrogen terus-menerus ditambahkan ke dalam
campuran apapun, sedangkan NH3 yang terbentuk harus
segera dipisahkan dari campuran dengan cara
menggemburkannya, sebab titik didih NH3 jauh lebih tinggi dari
titik didih N2 dan H2O.
Dewasa ini, seiring dengan kemajuan teknologi, digunakan
tekanan yang jauh lebih besar, bahkan mencapai 700 atm.
Untuk mengurangi reaksi balik, maka amonia yang terbentuk
segera dipisahkan.
Mula-mula campuran gas nitrogen dan hidrogen dikompresi
(dimampatkan) hingga mencapai tekanan yang diinginkan.
Kemudian campuran gas dipanaskan dalam suatu ruangan
yang bersama katalisator sehingga terbentuk amonia.

Diagram alur dari proses Haber-bosch untuk sintesis ammonia


yaitu sbb:

Proses Haber Bosch merupakan proses yang cukup penting


dalam dunia industri, sebab amoniak merupakan bahan utama
dalam pembuatan berbagai barang, misalnya pupuk urea,
asam nitrat dan senyawa-senyawa nitrogen lainnya. Amoniak
juga sering dipakai sebagai pelarut, karena kepolaran amonia
cair hampir menyamai kepolaran air.
B. Pembuatan Asam Sulfat (Proses Kontak)
            Tahukah kalian apa asam sulfat itu? Asam ini dalam
keadaan encer disebut accu zuur, yang dipakai sebagai pengisi
aki sebagai sumber energy bagi kendaraan bermotor. Hati-hati
dengan asam sulfat ini. Asam sulfat pekat digunakan dalam
industry pada pelapisan logam, yang digunakan sebagai
oksidator agar permukaan logam sebelum dilapisi menjadi
bersih dari kotoran-kotoran karat. Asam ini juga sering
digunakan dalam laboratorium.
Di Indonesia asam sulfat merupakan salah satu bahan
baku untuk membuat pupuk, pigmen dan cat, pembuatan besi
dan baja, pembuatan plup dan kertas, pelaut dan pengatur pH
disalam proses industry, pendehehidrasu, serta pembuatan
produk-produk kimia lainnya, seperti ammonium sulfat dan
kalsium hidrofosfat. Pembuatan asam sulfat di industry
dikkembangkan melalui proses kontak.
Pembuatan asam sulfat melalui beberapa tahap, yaitu:

 Pembentukan SO2

Pada pembuatan asam sulfat menurut proses kontak bahan


yang dipakai adalah belerang murni yang dibakar di udara .SO2
diperoleh dengan mereaksikan lelehan belerang dengan gas
oksigen. Reaksi yang terjadi adalah
                        S(l) + O2(g) → SO2 (g)          ∆H= -296,9 kJ

 Pembentukan SO3

Gas SO2 yang terbentuk kemudian direaksikan lebih lanjut


dengan gas oksigen pada kondisi optimum, yaitu pada suhu
±450 ®C, tekanan 2-3 atm, dan dengan menggunakan
bantuan katalis V2O5. Reaksi yang terjadi
                        2SO2(g) + O2(g) ↔ 2SO3(g) ∆H= -191 kJ 
Tahap ini merupakan tahap yang menentukan efisiensi produk
asam sulfat sebab membentuk reaksi kesetimbangan. Jika
optimasi system reaksi tepat maka akan diperoleh gas SO 3
yang maksimal. Oleh karena itu,Belerang trioksida menjadi
produk yang vital sebagai bahan pembentuk asam sulfat.
Menurut kesetimbangan di atas, makin rendah suhunya makin
banyak SO3 yang dihasilkan. Selain itu, dari persamaan reaksi
di atas diketahui reaksi bersifat eksoterm. Maka reaksi ini lebih
baik berlangsung pada suhu rendah. Akan tetapi, sama seperti
pembuatan amoniak pada suhu rendah reaksi berjalan lambat.
Reaksi ini hanya berlangsung baik pada suhu tinggi. Akan
tetapi pada suhu terlalu tinggi justru kesetimbangan bergeser
ke kiri (kearah penguraian SO3. Selain itu, katalis menjadi tidak
berfungsi, berdasarkan penyelidikan, suhu optimum
pembentukan SO3 sekitar 450 oC - 500 oC. perhatikan gambar
berikut

Berdasarkan data koefisien reaksi, Anda dapat menduga bahwa


tekanan yang dioperasikan harus tinggi agar posisi
kesetimbangan bergeser kearah produk. Umumnya, tekanan
yang dioperasikan berkisar antara 2-3 atm. Tekanan tinggi
tidak dapt dioperasikan dalam proses ini sebab peralatannya
tidak mendukung (SO3 bersifat korosif terhadap logam)
Maka untuk mempercepat reaksi pembentukan belerang
trioksida dipergunakan bantuan katalis V2O5 (Vanadium penta
oksida) pada kondisi optimum, yaitu pada suhu ±450 ®C,
tekanan 2-3 atm.

 Pembentukan H2SO4

Setelah pembentukan gas SO3, gas ini dilarutkan terlebih


dahulu pada asam sulfat dengan kadar 98 % yang sudah ada.
Hal ini dilakukan dengan tujuan membentuk oleum
(H2S2O7(l)). Oleh karena gas SO2 agak sukar larut dalam air,
maka SO3 dilarutkan dalam H2SO4 pekat. Secara teori, SO3
yang terbentuk jika direaksikan dengan air akan langsung
membentuk asam sulfat (H2SO4). Asam sulfat yang dihasilkan
akan berbentuk gas (kabut) sehingga akan sulit dikumpulkan
karena sulit terkondensasi dan dapat manyebabkan
pencemaran udara. Reaksinya
            2SO3(g) + H2SO4(aq) → H2S2O7(l)
Baru setelah terbentuk oleum direaksikan dengan air untuk
mendapatkan H2SO4 pekat. Reaksinya
            H2S2O7(l) + H2O(l) → 2H2SO4(aq)

Diagram pembuatan Asam Sulfat

C. Pembentukan Asam Nitrat


Asam nitrat banyak digunakan dalam pembuatan pupuk, nitrasi
senyawa organic untuk bahan eksplosif, plastic, celupan dan
pernis, juga sebagai bahan oksidator dan pelarut. Di industry
pembuatan asam nitrat menggunakan proses Otswald, yaitu
pembuatan asam nitrat dari bahan mentah ammonia dan
udara. Proses pembuatan asam nitrat melalui tiga tahap, yaitu:
a. Tahap pembentukan nitrogen oksida
Campuran ammonia dan udara berlebih dialirkan melewati
katalis Pt-Rh pada suhu 850oC dan tekanan 5 atm. Persamaan
reaksinya:
4NH3(g) + 5 O2(g) 4NO(g) + H2O(l) ∆H=907 kJ (pada 25oC)

b. Tahap pembentukan nitrogen dioksida


Nitrogen monoksida dioksidasi kembali dengan udara
membentuk gas nitrogen dioksida. Persamaan reaksinya:
2NO(g) + O2 (g) NO2(g) ∆H=-114,14 kJ (pada 25oC)

c. Tahap pembentukan asam nitrat


Nitrogen dioksida bersama-sama dengan udara berlebih
dilarutkan dalam air panas 80oC membentuk asam nitrat.
Persamaan reaksinya:

4NO2(g) + O2(g) + H2O(l) 4HNO3(aq)

Pada proses Oswald, ada dua tahap reaksi yang membentuk


kesetimbangan, yaitu tahap satu dan tahap dua. Kedua tahap
itu bersifat eksotermis dan memiliki koefisien reaksi yang
berbeda, yaitu koefisien hasil reaksi lebih kecil dari koefisien
pereaksi. Pada tahap dua, reaksi tidak efisien pada suhu tinggi,
sehingga gas NO panas yang terbentuk pada tahap pertmama
didinginkan dengan memasok udara dingin, sekaligus berfungsi
untuk mengoksidasi gas NO mnjadi NO2.
BAB IV
PENUTUP

A.       KESIMPULAN
Agar suatu zat dihasilkan sebanyak mungkin suatu reaksi kimia
harus diusahakan supaya berlangsung ke arah hasil reaksi (ke
arah kanan) jika reaksinya merupakan reaksi kesetimbangan,
maka faktor-faktor konsentrasi, suhu, tekanan gas, serta katalis
harus diperhitungkan agar reaksi itu berlangsung cepat dan
ekonomis.
Dalam dunia industri kesetimbangan sangat bermanfaat. Yang
sering digunakan adalah :

 Pembuatan Amoniak dengan proses Proses Haber-Bosch


 Pembuatan Asam Sulfat dengan Proses Kontak

B.       SARAN
Dari keseluruhan makalah ini penulis di sarankan bahwa dalam
penulisan makalah ini, masih banyak kekurangan yang ada
maka tim penulis mengharap saran dan kritikan dari para
pembaca (guru, kakak atau adik kelas, serta teman-teman, dll.)
sangat di harapkan untuk penulis dari penyempurnaan makalah
berikutnya atau masa yang akan datang.

Minggu, 10 Januari0 2016

Selasa, 06 April 2010


SISTEM KESETIMBANGAN DALAM INDUSTRI
Agar suatu zat dihasilkan sebanyak mungkin suatu reaksi kimia harus diusahakan supaya berlangsung
ke arah hasil reaksi (ke arah kanan) jika reaksinya merupakan reaksi kesetimbangan, maka faktor-
faktor konsentrasi, suhu, tekanan gas, serta katalis harus diperhitungkan agar reaksi itu berlangsung
cepat dan ekonomis.
Dalam pasal ini, kita mencoba meninjau dua proses yang sangat penting, dibidang kimia industri,
yaitu pembuatan amoniak proses Haber Bosch serta pembuatan asam sulfat menurut proses kontak.
Proses Haber-Bosch

Frite Haber (186-1984) dari Jerman adalah orang yang mula-mula berhasil, mensintesa amoniak dari
gas-gas nitrogen dan hidrogen, sehingga ia mendapat hadiah nobel tahun 1918. Proses pembuatan
amoniak ini lalu disempurnakan oleh rekan senegaranya, Karl Bosch (1874-1940) yang juga meraih
hadiah Nobel tahun 1931. Itulah sebabnya proses pembuatan amoniak dikenal sebagai proses
Haber-Bosch.
Reaksi yang berlangsung adalah: N2(g) + 3H2(g) <==> 2NH3(g) + 22 k kal
Pada suhu biasa, reaksi ini berjalan lambat sekali. Jika suhu dinaikkan reaksi akan berlangsung jauh
lebih cepat. Akan tetapi, penaikan suhu menyebabkan reaksi bergeser ke kiri (mengapa?), sehingga
mengurangi hasil NH3. Dengan memperhitungkan, faktor-faktor waktu dan hasil, maka suhu yang
digunakan adalah 500oC.
Untuk mempercepat tercapainya keseimbangan, dipakai katalis oksida-oksida besi. Agar reaksi
bergeser ke kanan, tekanan yang digunakan haruslah tinggi. Tekanan 200 atm akan memberikan
hasil NH3 15% tekanan 350 atm menghasilkan NH3 30% dan tekanan 1000 atm akan menghasilkan
NH3 40%.
Selama proses berlangsung, gas-gas nitrogen dan hidrogen terus-menerus ditambahkan ke dalam
campuran apapun, sedangkan NH3 yang terbentuk harus segera dipisahkan dari campuran dengan
cara menggemburkannya, sebab titik didih NH3 jauh lebih tinggi dari titik didih N2 dan H2O.
Proses Haber Bosch merupakan proses yang cukup penting dalam dunia industri, sebab amoniak
merupakan bahan utama dalam pembuatan berbagai barang, misalnya pupuk urea, asam nitrat dan
senyawa-senyawa nitrogen lainnya. Amoniak juga sering dipakai sebagai pelarut, karena kepolaran
amonia cair hampir menyamai kepolaran air.

PROSES KONTAK
Proses kontak merupakan proses pembuatan asam sulfat secara besar-besaran. Dalam industri
modern, banyak sekali digunakan asam sulfat antara lain sebagai: pada pembuatan pupuk amonium
sulfat dan pada proses pemurnian minyak tanah, pada industri baja untuk menghilangkan karat besi
sebelum bajanya dilapisi timah atau seng, pada pembuatan zat warna, obat-obatan, pada proses
pemurnian logam dengan cara elektrolisa, pada industri tekstil, cat, plastik, akumulator, bahan
peledak, dll. Pendeknya, banyaknya pemakaian asam sulfat disuatunegara telah dipakai sebagai
ukuran kemakmuran negara tersebut.
Pada pembuatan asam sulfat menurut proses kontak bahan yang dipakai adalah belerang murni
yang dibakar di udara. S(s) + O2(g) --> SO2(g)
SO2 yang terbentuk di oksidasi di udara dengan memakai katalisator. Reaksinya terbentuk
kesetimbangan : 2SO2(g) + O2(g) <==> 2SO3(g) + 45 k kal.
Dahulu dipakai serbuk platina sebagai kontak. Tetapi sekarang dipakai katalis V2O5 (Vanadium penta
oksida) yang lebih murah.
Menurut kesetimbangan di atas, makin rendah suhunya makin banyak SO3 yang dihasilkan. Akan
tetapi, sama seperti pembuatan amoniak pada suhu rendah reaksi berjalan lambat. Dengan
memperhitungkan faktor-faktor waktu dan hasil dipilih suhu 400oC, dan hasilnya yang diperoleh
pada suhu ini kira-kira 98%. Itulah sebabnya reaksi ini tidak perlu dilaksanakan pada tekanan tinggi.
Oleh karen gas SO2 agak sukar larut dalam air, maka SO3 dilarutkan dalam H2SO4 pekat. Jadi pada
pembuatan H2SO4, bahan yang ikut digunakan juga H2SO4 SO3 + H2SO4 --> H2S2O7 asam pirosulfat
Asam pirosulfat kemudian disirami air : H2S2O7 + H2O --> 2H2SO4

KECEPATAN REAKSI(LAJU REAKSI)


Pada umunya reaksi-reaksi berlangsung dengan kecepatan yang berbeda-beda. Ada reaksi yang
berlangsung sangat cepat, ada pula reaksi yang berlangsung sangat lambat. Untuk menyatakan
lambat cepatnya suatu reaksi dikemukakan konsep-konsep kecepatan reaksi atau laju reaksi.
Kecepatan reaksi/laju reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi/hasil reaksi persatuan waktu.
Contoh: A --> B
Pada awal reaksi zat B belum ada dalam campuran setelah reaksi berjalan. Konsentrasi B semakin
bertambah. Sedangkan knsentrasi A semakin berkurang.

K^ _____________
o!\ /konsentrasi B
n! \ /
s! \/
n! /\
t! / \ konsentrasi A
r!/ \_____________
a!
s!
i!-------------------->

Kecepatan reaksi dapat diukur dengan menghitung pertambahan konsentrasi B tiap satuan waktu
tertentu dengan menggunakan pengurangan konsentrasi zat A tiap satuan waktu tertentu.
Waktu
----------------------- ------------------------
! V = delta (B)/delta t ! atau ! V = -delta (A)/delta t !
----------------------- ------------------------
ket: V = kecepatan reaksi
(A) = konsentrasi A (mol/liter)
(B) = konsentrasi B (mol/liter)
t = waktu

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi:


a. Luas permukaan zat
Suatu zat yang berbentuk serbuk mempunyai permukaan yang lebih luas dibandingkan dengan zat
tersebut dibentuk kepingan/bengkahan. Jika zat tersebut direaksikan dengan zat lain maka bentuk
serbuk akan memiliki bidang sentuhan yang luas untuk bertabrakan dengan zat lain.
b. Konsentrasi
Jika zat yang direaksikan berupa larutan maka faktor yang harus diperhatikan adalah konsentrasi
suatu larutan yang pekat tentu mengandung molekul-molekul yang lebih banyak dibandingkan
dengan yang encer. Jumlah molekul yang banyak tentu lebih mudah dan lebih sering bertabrakan
dibandingkan dengan molekul-molekul yang jumlahnya sedikit. Sehingga makin besar konsentrasi
suatu larutan yang direaksikan maka makin besar pula kecepatan reaksinya.
c. Suhu
Dengan menaikkan suhu berarti menambah energi. Sehingga energi kinetik molekul-molekul yang
bereaksi menjadi lebih efektif untuk mengadakan tabrakan. Hal ini berarti bahwa memperbesar suhu
akan mengakibatkan reaksi berlangsung lebih cepat.
d. Katalis
Katalis adalah zat-zat yang merubah kec. reaksi suatu reaksi kimia tanpa ia sadari mengalami
perubahan yang bersifat fermanen.
Ada dua jenis katalis (katalisator), yaitu:
1. Katalis positif, yaitu katalis yang mempercepat reaksi.
2. Katalis negatif, yaitu katalis yang memperlambat reaksi
Umumnya yang disebut katalisator adalah katalis positif.

Hubungan antara kapasitas reaksi dengan konsentrasi


Kecepatan reaksi sangat ditentukan oleh konsentrasi at yang bereaksi, makin besar konsentrasi zat
yang direaksikan, maka makin cepat pula reaksinya. Akan tetapi hubungan aantara kecepatan reaksi
dengan konsentrasi zat padat bermacam-macam, ada reaksi yang berlangsung dua kali lebih cepat
jika konsentrasi pereaksi dinaikkan dua kali dari konsentrasi sebelumnya. Dengan kata lain
kecepatan reaksi sebanding dengan harga [zat] tetapi ada pula zat yang jika konsentrasinya
dinaikkan dua kali maka kecepatan reaksi akan bertambah 4x. Jadi kecepatan reaksi sebanding
dengan harga[zat]2 bahkan ada juga reaksi yang kecepatannya sebanding dengan harga [zat]3.
Bilangan pangkat yang menyatakan hubungan konsentrasi zat dengan reaksi kecepatan reaksi
disebut orde reaksi atau tingkat reaksi. Harga orde reaksi hanya dapat ditentukan melalui
percobaan/eksperimen.
Untuk reaksi umum: A + B --> hasil reaksi, maka kecepatan reaksi ditentukan oleh konsentrasi A dan
konsentrasi B.
Persamaan kecepatan reaksinya secara umum ditulis sbb:
-------------------
! V = k [A]^m.[B]^n !
-------------------
ket: V = Kecepatan reaksi (mol/l/detik)
k = tetapan kecepatan reaksi
[A] = konsentrasi zat A (mol/l)
[B] = konsentrasi zat B 9mol/l)
m = orde reaksi terhadap zat A
n = orde reaksi terhadap zat B

Hal-hal yang perlu diperhatikan


a. Jika konsentrasi suatu zat dinaikkan sebesar ax dan ternyata kec. reaksi bertambah sebesar bx
maka berlaku:
a^x = b, x = orde reaksi terhadap zat tersebut.
b. Dalam menentukan harga orde reaksi terhadap suatu zat secara eksperimen konsentrasi zat
tersebut dinaikkan sedangkan konsentrasi zat-zat yang lain harus dibuat tetap.

1.       Proses Haber-Bosch
Berbagai jenis pupuk (urea dan sejenisnya) sangat vital bagi peningkatan produksi pangan
serta beranekaragam serat sintetik (nilon dan sejenisnya) yang banyak dipakai sebagai busana
modern, semua dihasilkan dari bahan baku gas amonia NH3  . Amonia merupakan bahan
baku untuk membuat seluruh senyawa nitrogen lainnya, mulai dari bahan peledak TNT
(trinitrotoluena) dan nitrogliserin sampai kepada hidrazin N2H4 , yang digunakan sebagai
bahan bakar pesawat antariksa Columbia.
Namun amonia berasal dari masyarakat Mesi kuno, tatkala mereka memperoleh gas ini dari
hasil pelapukan hewan kurban untuk memuja dewa amon. Akan tetapi rumus amoniak   , baru
ditemukan pada tahun 1875 oleh Claude Louis Berthollet dari Perancis.
Pada abad ke-19, sumber nitrogen yang dikenal adalah sendawa chili. Mineral ini ditambang
di Chili. Aerika Selatan. Garam nitrat diekstraksi melalui kristalisasi nertingkat dan diangkut
ke Eropa melalui Lautan Atlantik. Pada akhir abad ke -19 penggunaan pupuk niterogen
berkembang pesat, sedagkan persediaan pupuk makin berkurang. Oleh karena itu orang mulai
mempelajari dan mengembangkan cara untuk menghasilkan senyawa nitrogen dari nitrogen
di atmosfer. Pada saat itu Inggris lebih memusatkan perhatiannya pada pembuatan pupuk,
sedangkan Jerman tertarik untuk membuat asam nitrat sebagai bahan baku pembuatan bahan
peledak.
Kepala staff Angkatan Bersenjata Jerman sangat menyadari bahwa jika angkatan laut
kerajaan Inggris memblokade pelabuhan di Jerman, maka Jerman tidak dapat mengimpor
garam Chili dari Amerika Serikat.
Menjelang Perang Dunia Pertama, setelah empat tahun Fritz Haber (1868 - 1934)
mempelajari pembuatan amonia di laboratorium, pada bulan Juni 1908, ia
mendemonstrasikan sebuah alat pembuatan amonia kepada sejumlah industriawan. Kepala
staff Angkatan Bersenjata Jerman sangat tertarik pada penemuan Haber itu dan memberikan
bantuan untuk mempelajari dan meningkatkan amonia dalam skala industri.
Pabrik yang pertama mulai beroperasi pada tahun 1911, dan menjelang 1914 telah dibangun
pabrik amonia. Orang yang ditunjuk untuk memimpin kelompok yang mengembagkan proses
Haber adalah Carl Bosch (1874 - 1940).
Ketika Perang Dunia pecah pada bula Agustus 1914. orang mengira Jerman akan kekurangan
bahan peledak sehingga perang dapat berakhir dalam setahun. Namun hasil penemuan Haber
telah memperpanjang masa perag sehingga menambah jumlah korban peperangan.
Sebaliknya proses Haebr ini juga telah dimanfaatkan untuk menghasilkan bahan pangan
pembuatan pupuk, sehingga dapat digunakan untuk memproduksi makanan bagi penduduk
dunia.
Atas keberhasilan mensintesis amonia, Haber dan Bosc dianugerahi hadiah Nobel. Haber
memperoleh nobel di tahun 1918 untuk karyanga dalam bidang kimia, sedagkan Bosch di
tahui 1931 untuk karnyanya dalam teknik tekanan tinggi

Proses Haber-Bosch adalah proses pembuatan amoniak dari nitrogen (N2) dan hidrogen (H2)
di industri. Amoniak adalah zat yang penting digunakan antara lain untuk membuat pupuk
urea. Menurut reaksi:
N2 (g) + 3H2 (g)  <==========>    2NH3(g)     ΔH = -92 kJ                
Untuk memperbesar hasil reaksi pembuatan amoniak tersebut :
-          karena jumlah koefisien sebelah kiri > jumlah koefisien sebelah kanan, maka untuk
menggeser kesetimbangan ke kanan tekanan harus diperbesar atau volume diperkecil.
-          Penambahan gas nitrogen atau hidrogen atau kedua-duanya
-          Pengurangan gas amoniak yang terjadi Karena reaksi eksoterm, maka reaksi
sebaliknya dilakukan pada suhu rendah. Namun laju reaksi pada suhu rendah reaksi berjalan
lambat maka untuk mengatasi ditambahkan katalis Fe. Kondisi optimal  yang dipakai dalam
industri adalah tekanan tinggi ( 200-400 atm), suhu tinggi     500° C ( karena katalis Fe aktif
pada suhu tinggi ) dan konversi 30 %..

2.       Proses Kontak
Dibidang industri, asam sulfat merupakan senyawa yang paling banyak dipakai, sehingga
dijuluki the lifeblood of industry. Cara pembuatan asam sulfat yang paling murah adalah
Proses Kontak yang menggunakan bahan baku belerang, udara dan air.
Proses kontak adalah proses pembuatan belerang trioksida (SO3) dari belerang oksida (SO2)
dan oksigen (O2).Asam sulfat merupakan senyawa yang paling banyak digunakan dalam
industri.  Pembuatan  asam sulfat yang paling murah ( di industri ) menggunakan proses
kontak.
  S(l)   +  O2(g)   <==========>      SO2(g)              ΔH = -298 kJ 
Kalor yang sangat besar yang dihasilkan ini digunakan untuk memanaskan alat pendidih (boiler) yang
berbentuk silinder yang dilengkapi pipa air sepanjang aliran campuran gas. Setelah suhu campuran
gas turun sampai 400oC, campuran gas disaring menggunakan penyaring gas karena campuran gas
ini masih mengandung debu dari pembakar.
Gas SO2 yang sudah murni dialirkan ke dalam ruangan yang dilengkapi dengan katalis agar bereaksi
dengan oksigen dalam udara. Disini berlangsung proses kontak, yaitu kontak antara campuran gas
dengan katalis. Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
2SO2(g) + O2(g)  <=========>         2SO3(g)   ΔH = -190 kJ

Menurut Asas Le Chatelier agar dapat terbentuk gas SO3 sebanyak mungkin, maka
kesetimbangan tersebut harus diberi perlakuan, suhu harus rendah, tekanan harus tinggi.
Namun demikian untuk menanti sampai mencapat keadaan setimbang, secara industry proses
tersebut menjadi tidak ekonomis. Selain itu, jika suhu diperkecil, reaksi akan lambat. Hal
penting yang lain, biaya menjadi sangat mahal karena proses dalam suatu pabrik berlangsung
pada tekanan tinggi.
Masalah diatas dapat diatasi dengan ,enggunakanan katalis Vanadium (V) oksida V2O5.
Tetapan kesetimbangan pada 400oC delapan kali lebih besar dar ipada jika diberlakukan pada
suhu 500oC dan 40 kali lebih besar dari pada diperlakukan pada suhu600oC. Eksperimen
menunjukkan bahwa suhu yang effisien adalah 550oC dengan hasil 70%. Suatu keuntungan
bahwa dengan menggunakan udara yang terdiri atas nitrogen dan oksigen, maka penggunaan
volume campuran pada pembentukan SO3 hanya 8,3%, sehingga proses kontak cukup
dilaksanakan pada tekanan atmosfer. Sebagai pembanding, proses Haber-Bosch pada suhu
500oC dan tekanan biasa, hanya menghasilkan NH3 sebesar 30%, pada umumnya pabrik
ammonia menggunakan tekanan antara 150 sampai 300 atm.
Pada tahap berikutnya untuk mendapatkan asam sulfat, SO3 dapat direaksikan dengan air
sesuai dengan persamaan reaksi berikut :

SO3 (g) + H2O (l) ----> H2SO4(aq)


Reaksi ini berlangsung sangat hebat dan menghasilkan uap asam sulfat yang sagat korosif.
Untuk mengatasi hai ini gas SO3 dialirkan melalui menara yang didalamnya terdapat aliran
H2SO4 pekat, dan hasilnya yaitu H2S2O7 atau disebut “oleum” yang ditampung di menara
dasar.

 SO3(g) + H2SO4(l)  <=========>             H2S2O7(l)


H2S2 O7 (l) + H2O(l) <=========>         H2SO4(aq)
Pada pembentukan senyawa SO3 terjadi reaksi kesetimbangan, menurut asas Le Chartier  untuk
mendapatkan hasil SO3 sebanyak-banyaknya dengan cara dilakukan pada suhu rendah (ingat!
eksotermis ), tekanan tinggi . Namun dalam praktek ( menimbang dari sisi ekonomis ) hasil optimum
dicapai pada suhu tinggi ( 550 °C ), tekanan 1 atm, dengan katalis V 2O3 dan hasil 70%.   

D.  KESETIMBANGAN GAS 

1. Tetapan Kesetimbangan Parsial (Kp)   


Jika suatu campuran gas memiliki tekanan total P atm, maka jumlah tekanan parsial 
masing-masing gas sebesar P atm
 Ptotal = Pa + Pb + Pc + ….. 
                Pa     =          mol A   x Ptotal 
                                   mol A + mol B + mol C +…
Tetapan kesetimbangan berdasarkan tekanan parsial gas 

m A(g) +  n B(g)   <========>   p C(g) +    qD(g)   

2. Hubungan Kp dengan Kc 


m A(g) +  n B(g)  ------------->  p C(g) +    qD(g) 
Dari rumus  PV = nRT, dapat disusun    P  = (n/V)RT       
dengan (n/V) = konsentrasi i
Dengan mensubstitusi  kedalam rumus,P = (n/V)RT  Kp akan diperoleh
Δn = jumlah koefisien gas kanan–jumlah koefisien gas kiri
Jika jumlah koefisien gas diruas kanan sama dengan diruas kiri, maka :   Kp = Kc 
 Contoh :
 Pada suhu 500oK terdapat kesetimbangan
        2SO2(g)   +   O2 (g)    <=====>      2SO3(g)    Kc  = 25       
         Jika R = 0,08, Hitung 
         Jawab : 
       Kp   =   Kc (RT) Δn 
         = 25 ( 0,08 x 500)-1  = 25/40   =   0,625   
 
 
3. Tetapan Kesetimbangan Gas ( Kp) untuk Kesetimbangan Heterogen 
Reaksi kesetimbangan heterogen adalah reaksi kesetimbangan yang terdiri dari zat-zat
yang berbeda wujudnya. Pada kesetimbangan heterogen, persamaan kesetimbangan gas
Kp ditentukan dari zat-zat yang wujudnya gas. 
Contoh

4. Kesetimbangan Dissosiasi 
Kesetimbangan Dissosiasi adalah reaksi kesetimbangan dari reaksi penguraian gas yang
merupakan reaksi reversible berarti setiap penguraian gas tidak pernah habis. Sehingga
mempunyai harga yangh menyatakan bagian yang terdissosiasi.  Derajat disosiasi
( disimbolkan dengan α )  adalah
 α     =   jumlah mol zat yang terurai   
         jumlah mol zat mula-mula
Contoh :
Sebanyak 0,2 mol HI dimasukkan dalam bejana 1 liter, lalu mengalami reaksi  
kesetimbangan  
2HI(g) <=========>      H2 (g) + I2 (g)          
Jika derajat disosiasi adalah 0,25,hitunglah tetapan kesetimbangan !
HI mula-mula = 0,2 mol
HI yang terurai = α .a  = 0,25 . 0,2  = 0,05 mol
2HI(g)  <=======>   H2 (g)       +     I2 (g) 
Mula-mula  :       0,2 
Terurai   :         0,05 
Setimbang :       0,15           0,025            0,025           

Arti Nilai Tetapan Kesetimbangan 


 Memberi petunjuk tentang keadaan kesetimbangan 
1. Jika nilai  Kc ata u Kpsangat besar, menunjukkan bahwa reaksi berjalan kekanan /
reaksi berlangsung sempurna / mendekati sempurna
2. Jika nilai  Kc atau Kp sangat kecil, menunjukkan bahwa reaksi berjalan kekanan / rekasi tidak berlangsung
sempurna 

Meramalkan arah reaksi 


Jika kedalam suatu tabung dimasukkan zat-zat yang merupakan zat peraksi dan zat hasil
reaksi dari suatu reaksi kesetimbangan dalam konsentrasi sembarang maka dapat dipastikan : 
Jika Q > Kc reaksi akan berlangsung dari kanan ke kiri sampai dengan tercapai keadaan
setimbang.
Jika Q < Kc reaksi akan berlangsung dari kiri ke kanan sampai dengan tercapai keadaan
setimbang

AMONIAK NH3
1. SUMBER AMONIA

Amonia adalah bahan kimia dengan formula kimia NH3. Molekul amonia mempunyai bentuk segi
tiga. Amonia terdapat di atmosfer dalam kuantiti yang kecil akibat pereputan bahan organik. Amonia
juga dijumpai di dalam tanah, dan di tempat berdekatan dengan gunung berapi. Oleh karena itu,
pada suhu dan tekanan piawai, amonia adalah gas yang tidak mempunyai warna (lutsinar) dan lebih
ringan dari pada udara (0.589 ketumpatan udara). Titik leburnya ialah -75 °C dan titik didihnya ialah
-33.7 °C. 10% larutan amonia dalam air mempunyai pH 12. Amonia dalam bentuk cair mempunyai
muatan yang sangat tinggi. Amonia cair terkenal dengan sifat keterlarutannya. Ia boleh melarutkan
logam alkali dengan mudah untuk membentuk larutan yang berwarna dan mengalirkan elektrik
dengan baik. Amonia dapat larut dalam air. Larutan amonia dengan air mempunyai sedikit amonium
hidroksida (NH4OH). 100 dm3 amoniapun dapat berpadu dengan 100 cm3 air. Amonia tidak
menyokong pembakaran, dan tidak akan terbakar kecuali dicampur dengan oksigen, di mana amonia
terbakar dengan nyalaan hijau kekuningan muda. Amonia dapat meletup jika dicampur dengan
udara. Amonia diperoleh dengan cara menyulingkan tumbuhan dan hewan yang mengandung
nitrogen. Atau dengan mereaksikan garam-garam amonium dengan hidroksida alkali.Amonium juga
diperoleh dengan mereaksikan magnesium nitrit (Mg3N2) dengan air.

Mg3N2(S) + 6H2O(l) ——> 3Mg(OH)2(s)+2NH3

Amonia (NH3) dan garam-garamnya bersifat mudah larut dalam air. Sumber amonia di perairan
adalah pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat di
dalam tanah dan air, yang berasal dari dekomposisi bahan organic oleh mikroba dan jamur
(amonifikasi). Sumber amonia adalah reduksi gas nitrogen yang berasal dari proses difusi udara
atmosfer, limbah industri dan domestik. Amonia yang terdapat dalam mineral masuk ke badan air
melalui erosi tanah. Selain terdapat dalam bentuk gas, amonia membentuk senyawa kompleks
dengan beberapa ion-ion logam. Amonia juga dapat terserap kedalam bahan-bahan tersuspensi dan
koloid sehingga mengendap di dasar perairan. Amonia di perairan dapat menghilang melalui proses
volatilisasi karena tekanan parsial amonia dalam larutan meningkat dengan semakin meningkatnya
pH. Ikan tidak bisa bertoleransi terhadap kadar amonia bebas yang terlalu tinggi karena dapat
mengganggu proses pengikatan oksigen oleh darah dan pada akhirnya dapat meningkatkan sifokasi.
Pada budidaya intensif, yang padat penebaran tinggi dan pemberian pakan sangat intensif,
penimbunan limbah kotoran terjadi sangat cepat.

Gas amonia juga merupakan salah satu gas pencemar udara yang dihasilkan dari penguraian
senyawa organik oleh mikroorganisme seperti dalam proses pembuatan kompos, dalam industri
peternakan, dan pengolahan sampah kota. Amonia (gas) itu terdiri dari hidrogen dan nitrogen yang
biasanya perbandingan molarnya 3:1, ada metan, argon, dan CO2. Amonia disintesis dengan reaksi
reversibel antara hidrogen dengan nitrogen.

Seperti halnya reaksi revesibel lain, reaksi pembentukan amonia juga menghabiskan tenaga dan
pikiran untuk mengatur reaksi dengan jumlah amonia pada kestimbngn pada berbagai macam
temperatur dan tekanan. Yang pasti berhubungan dengan konstanta kesetimbangan reaksinya. Kp
(konstanta kesetimbangan) tersebut tidak hanya bergantung pada temperatur dan tekanannya, tapi
juga perbandingan komposisi nitrogen dan hidrogen. Sumber nitrogen itu biasanya udara. Dan
sumber hidrogen biasanya di dapat dari berbagai jenis bahan mentah seperti air, hidrokarbon ringan
atau berat, hasil dari pemurnian minyak mentah, gas alam, maupun kombinasi dari bahan-bahan itu
yang memiliki kandungan hidrogennya. Amonia juga dapat berasal dari sumber antrophogenik
(akibat aktifitas manusia) seperti industri pupuk urea, industri asam nitrat dan dari kilang minyak
(Dwipayani, 2001).

Sifat-Sifat Amonia:

a) Pada suhu dan tekanan biasa, amonia adalah gas yang tidak mempunyai warna (lutsinar), dan
lebih ringan dari udara (0,589 kerapatan udara), titik leburnya –750C dan titik didihnya –33,70C. 10
% larutan amonia dalam air mempunyai pH 12, kalor penguapannya 23,6 kj/mol (DHfup).

b) Amonia cair mempunyai sifat keterlarutan yang tinggi, dia bisa melarutkan logam alkali dengan
mudah untuk membentuk larutan yang berwarna dan bisa menghantarkan listrik yang baik.

c) Amonia bisa larut dalam air, reaksinya dengan air menghasilkan sedikit amonium hidroksida
(NH4OH).
d) Amonia tidak mempengaruhi pembakaran dan tidak akan terbakar kecuali dicampur dengan
oksigen. Nyala api amonia yang terbakar berwarna hijau kekuningan muda.Amonia akan meletup
jika dicampur dengan udara.

e) Amonia memiliki aroma yang menyengat.

2. KEBERADAANYA DI PERAIRAN

Amonia (NH3) pada suatu perairan berasal dari urin dan feses yang dihasilkan oleh ikan. Kandungan
amonia ada dalam jumlah yang relatif kecil jika dalam perairan kandungan oksigen terlarut tinggi.
Sehingga kandungan amonia dalam perairan bertambah seiring dengan bertambahnya kedalaman.
Pada dasar perairan kemungkinan terdapat amonia dalam jumlah yang lebih banyak dibanding
perairan di bagian atasnya karena oksigen terlarut pada bagian dasar relatif lebih kecil (Welch, 1952
dalam Setiawan, 2006). Menurut Jenie dan Rahayu (1993) dalam Marlina (2004), konsentrasi amonia
yang tinggi pada permukaan air akan menyebabkan kematian ikan yang terdapat pada perairan
tersebut. Toksisitas amonia dipengaruhi oleh pH yang ditunjukkan dengan kondisi pH rendah akan
bersifat racun jika jumlah amonia banyak, sedangkan dengan kondisi pH tinggi hanya dengan jumlah
amonia yang sedikit akan bersifat racun juga. Selain itu, pada saat kandungan oksigen terlarut tinggi,
amonia yang ada dalam jumlah yang relatif kecil sehingga amonia bertambah seiring dengan
bertambahnya kedalaman (Welch, 1952 dalam Setiawan, 2006). Kadar amonia pada perairan alami
biasanya kurang dari 0,1 mg/liter. Kadar amonia bebas yang tidak terionisasi pada perairan tawar
sebaiknya tidak lebih dari 0,2 mg/liter. Jika kadar amonia bebas lebih dari 0,2 mg/liter, perairan
bersifat toksik bagi beberapa jenis ikan. Kadar amonia yang tinggi dapat merupakan indikasi adanya
pencemaran bahan organik yang berasal dari limbah domestik, industri, dan limpasan pupuk
pertanian. Kadar amonia yang tinggi juga dapat ditemukan pada dasar danau yang mengalami
kondisi tanpa oksigen atau anoxic (Effendi, 2003). Menurut Boyd (1990), amonia dapat
meningkatkan kebutuhan oksigen pada insang dan jaringan tubuh yang mengalami kerusakan, dan
menurunkan kemampuan darah dalam membawa oksigen. Dalam kondisi kronik, peningkatan
amonia dapat menyebabkan timbulnya penyakit dan penurunan pertumbuhan. Pescod (1973)
menyarankan agar kandungan amonia dalam suatu perairan tidak lebih dari 1 mg/l, yaitu agar
kehidupan ikan menjadi normal.

3. REAKSI DENGAN ZAT LAIN


Dalam skala laboratorium, pembuatan ammonium melibatkan suatu reaksi kimia, dengan cara
mereaksikan amonium klorida dengan basa kuat, atau oksida basa menurut reaksi berikut:

NH4Cl(aq) +NaOH(aq) ——> NH3(g) + NaCl(aq)+ H2O(l)

2NH4Cl(aq) + CaO(s) ——> 2NH3(g) +CaCl2(aq) + H2O(l)

gas yang dihasilkan dapat diketahui dengan mengujinya menggunakan kertas laksmus. Gas amonia
bersifat basa sehingga akan mengubah warna laksmus merah menjadi biru.

Sedangkan dalam sekala industri ammonium d buat melalui proses Habber-Bosh. Proses ini
menggunakan bahan baku gas nitrogen dan gas hidrogen yang direaksikan menurut persamaan
reaksi sebagai berikut

N2 (g)+3H2(g) ——> 2NH3(g) DH =-92kJ

Entalpi pembentukan amonia ini berharga negatif berarti reaksi ini bersifat eksoterm (Melepaskan
kalor kelingkungan).

Sifat reaksi yang eksoterm ini perlu diperhatikan dalam proses pembuatan amonia selain sifat
eksoterm yang berhubungan suhu, ada faktor lain yang juga mempengaruhi jumlah amonia dengan
jumlah maksimum:

a) Suhu

Dalam suatu reaksi yang bersifat eksoterm, jika suhu dinaikkan, reaksi akan bergeser kesebelah kiri.
Dan sebaliknya, jika suhu diturunkan, reaksi akan bergeser kearah kanan. Reaksi pembentukan
amonia yang dilakukan pada suhu rendah (2000C) akan menggeser reaksi kearah kanan, namun
reaksinya berjalan lambat. Oleh karena itu, suhu perlu mencapai suhu ideal yaitu 6000C.

b) Tekanan

Pada proses pembuatan amonia diperlukan tekanan yang timggi. Jika reaksi dilakukan pada tekanan
rendah reaksi akan bergeser kekiri sehingga produk diperoleh. Idealnya, agar reaksi berlangsung
kearah kanan, harus digunakan tekanan yang sangat tinggi. Namun, masalah baru timbul karena
reaksi yang harus dilangsungkan pada tekanan tinggi memerlukan peralatan dengan investasi yang
besar. Melalui analisis, diperoleh tekanan ideal dengan investasi yang tidak terlalu mahal, yaitu 200 –
350 atm.

c) Katalis
Katalis berfungsi menurunkan energi aktivasi sehingga semakin banyak pereaksi yang diubah
maenjadi produk. Dalam industri, penggunaan katalis ini sangat penting untuk memperoleh produksi
yang banyak dengan cepat. Pada pembuatan amonia dalam industri digunakan katalis besi atau
oksida besi.

Memaksimalkan hasil reaksi sebagai penerapan prinsip Le-Chatellier, dapat dilihat dari reaksi:

N2 (g)+3H2(g) ——> 2NH3(g) DH =-92kJ

Yang merupakan dasar dari sintesis amonia di industri. Karena reaksi ini eksotermik, hasil amonia
akan naik bila pengerjaan dilakukan pada suhu yang serendah mungkin. Namun demikian, pada suhu
terlalu rendah, reaksi berlangsung sangat lambat sehingga biasanya digunakan suhu sekitar 5000C.
karena jumlah mol gas turun pada saat reaksi berlangsung, hasil produk dapat dinaikkan dengan
menurunkan volume bejana reaksi. Pada umumnya, digunakan tekanan total 150 – 300 atm,
walaupun beberapa pabrik bekerja pada tekanan yang dapat mencapai 900 atm. Namun pada
tekanan tinggi, hasil amonia biasanya hanya 15% – 20% karena ketetapan kesetimbangannya terlalu
kecil. Untuk menaggulagi hal ini, pabrik amonia menggunakan proses siklik di mana campuran gas
didinginkan sehingga amonia mencair (titik didihnya lebih tinggi daripada titik didih nitrogen dan
hidrogen) dapat diambil. Pengambilan produk secara terus menerus dapat membantu mendorong
reaksi agar berlangsung sampai selesai.

4. HUBUNGAN DENGAN DO, BOD, COD DAN KUALITAS DENGAN AIR

Dalam kasus-kasus pencemaran perairan, baik itu laut, sungai, danau maupun waduk, seringkali
diberitakan bahwa nilai BOD dan COD perairan telah melebihi baku mutu sehingga menimbulkan
atau terjadinya pencemaran air. Amonia sangat berperan penting pada Pencemaran air sehingga
pemanfaatannya dapat menggangu ekosistem yang berada di perairan. Dalam peranan amonia di
dalam pencemaran air menyebabkan kerugian ekonomi dan sosial, karena amonia merupakan salah
satu zat-zat beracun serta merupakan salah satu bahan organik yang berbahaya bagi kelangsungan
hidup organisme di perairan. Keadaan ini akan menyebabkan oksigen terlarut dalam air pada kondisi
yang kritis, atau merusak kadar kimia air. Rusaknya kadar kimia air tersebut akan berpengaruh
terhadap fungsi dari air. Banyaknya amonia yang ditampung oleh suatu perairan, dapat
diperhitungkan berdasarkan jumlah polutan yang berasal dari berbagai sumber aktifitas air buangan
dari proses- proses industri dan buangan domestik yang berasal dari penduduk. Telah banyak
dilakukan penelitian tentang pengaruh air buangan industri dan limbah penduduk terhadap
organisme perairan, terutama pengaruhnya terhadap ikan. Akibat yang ditimbulkan antara lain
dapat menyebabkan kelumpuhan ikan, karena otak tidak mendapat suplai oksigen serta kematian
karena kekurangan oksigen (anoxi) yang disebabkan jaringan tubuh ikan tidak dapat mengikat
oksigen yang terlarut dalam darah. Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat
dilakukan dengan mengamati beberapa parameter kimia, sepeti oksigen terlarut (Dissolved
Oxygen=DO) dan kebutuhan oksigen biologis (Biological Oxygen Demand= BOD). Dalam pengolahan
air limbah industri dikenal tiga parameter utama yaitu:

 Oksigen terlarut (OT) atau Dissolved Oxygen (DO)

Oksigen merupakan parameter yang sangat penting dalam air. Sebagian besar makhluk hidup dalam
air membutuhkan oksigen untuk mempertahankan hidupnya, baik tanaman maupun hewan air,
bergantung kepada oksigen yang terlarut. Ikan merupakan makhluk air dengan kebutuhan oksigen
tertinggi, kemudian invertebrata, dan yang terkecil kebutuhan oksigennya juga cukup besar.
Keseimbangan oksigen terlarut (OT) dalam air secara alamiah terjadi secara berkesinambungan.
Mikoorganisme sebagai makhluk terkecil dalam air untuk pertumbuhannya membutuhkan sumber
energi yaitu unsur karbon (C) yang dapat diperoleh dari bahan organik yang berasal dari tanaman,
ganggang yang mati, maupun oksigen dari udara. Bahan organik tersebut oleh mikroorganisme akan
duraikan menjadi karbon dioksida (CO2) dan air (H2O). CO2 selanjutnya dimanfaatkan oleh tanaman
dalam air untuk proses fotosintesis membentuk oksigen, dan seterusnya. Oksigen yang
dimanfaatkan untuk proses penguraian bahan organik tersebut akan diganti oleh oksigen yang
masuk dari udara maupun dari sumber lainnya secepat habisnya oksigen terlarut yang digunakan
oleh bakteri atau dengan kata lain oksigen yang diambil oleh biota air selalu setimbang dengan
oksigen yang masuk dari udara maupun dari hasil fotosintesa tanaman air. Apabila pada suatu saat
bahan organik dalam air menjadi berlebih sebagai akibat masuknya limbah aktivitas manusia (seperti
limbah organik dari industri yang menghasilkan amonia), yang berarti suplai karbon (C) melimpah,
menyebabkan kecepatan pertumbuhan mikroorganisme akan berlipat ganda, yang berati juga
meningkatnya kebutuhan oksigen, sementara suplai oksigen dari udara jumlahnya tetap. Pada
kondisi seperti ini, kesetimbangan antara oksigen yang masuk ke air dengan yang dimanfaatkan oleh
biota air tidak setimbang, akibatnya terjadi defisit oksigen terlarut dalam air. Bila penurunan oksigen
terlarut tetap berlanjut hingga nol, biota air yang membutuhkan oksigen (aerobik) akan mati, dan
digantikan dengan tumbuhnya mikroba yang tidak membutuhkan oksigen atau mikroba anerobik.
Sama halnya dengan mikroba aerobik,mikroba anaerobik juga akan memanfatkan karbon dari bahan
organik. Dari respirasi anaerobik ini terbentuk gas metana (CH4) disamping terbentuk gas asam
sulfida(H2S) yang berbau busuk.

 BOD dan COD

Untuk menentukan tingkat penurunan kualitas air dapat dilihat dari penurunan kadar oksigen
terlatut (OT) sebagai akibat masuknya bahan organik dari luar, umumnya digunakan uji BOD dan
atau COD. Biological Oxygen Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen biologis (KOB) menunjukkan
jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh mikroorganisme hidup untuk memecah atau
mengoksidasi bahan organik dalam air. Oleh karena itu, nilai BOD bukanlah merupakan nilai yang
menujukkan jumlah atau kadar bahan organik dalam air, tetapi mengukur secara relative jumlah
oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi atau menguraikan bahan-bahan
organik tersebut. BOD tinggi menunjukkan bahwa jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk mengoksidasi bahan organik dalam air tersebut tinggi, berarti dalam air
sudah terjadi defisit oksigen. Banyaknya mikroorganisme yang tumbuh dalam air disebabkan
banyaknya makanan yang tersedia (bahan organic seperti halnya amonia), oleh karena itu secara
tidak langsung BOD selalu dikaitkan dengan kadar bahan organik dalam air.

BOD5 merupakan penentuan kadar BOD baku yaitu pengukuran jumlah oksigen yang dihabiskan
dalam waktu lima hari oleh mikroorganisme pengurai secara aerobic dalam suatu volume air pada
suhu 20derajat Celcius. BOD5 500mg/liter (atau ppm) berarti 500 mgram oksigen akandihabiskan
oleh mikroorganisme dalam satu liter contoh air selama waktu lima hari pada suhu 20 derajat
Celcius.

Beberapa dasar yang sering digunakan untuk menentukan kualitas air dilihat dari kadar BOD adalah
erat kaitannya dengan BOD adalah COD. Dalam bahan buangan, tidak semua bahan kimia organik
dapat diuraikan oleh mikroorganisme secara cepat. Bahan organik dalam air bersifat; dapat
diuraikan oleh bakteri (biodegradasi) dalam waktu lima hari dan bahan organik yang tidak
teruraikan oleh bakteri dalam waktu lima hari. Bahan organik yang tidak mengalami biodegradasi Uji
COD ini meliputi semua bahan organik di atas, baik yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme
maupun yang tidak dapat diuraikan. Oleh karena itu hasil uji COD akan lebih tinggi dari hasil uji BOD.
BOD (Biological Oxygen Demand) menunjukkan jumlah oksigen dalam satuan ppm yang dibutuhkan
oleh mikroorganisme untuk memecahkan bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air.
Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk
atau industri. Penguraian zat organik adalah peristiwa alamiah, apabila suatu badan air dicemari oleh
zat oragnik, bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama proses oksidasi tersebut
yang bisa mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan dapat menimbulkan bau busuk pada air
tersebut. Beberapa zat organik maupun anorganik dapat bersifat racun misalnya sianida, tembaga,
dan sebagainya, sehingga harus dikurangi sampai batas yang diinginkan. Berkurangnya oksigen
selama biooksidasi ini sebenarnya selain digunakan untuk oksidasi bahan organik, juga digunakan
dalam proses sintesa sel serta oksidasi sel dari mikroorganisme. Oleh karena itu uji BOD ini tidak
dapat digunakan untuk mengukur jumlah bahan-bahan organik yang sebenarnya terdapat di dalam
air, tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah konsumsi oksigen yang digunakan untuk
mengoksidasi bahan organik tersebut. Semakin banyak oksigen yang dikonsumsi, maka semakin
banyak pula kandungan bahan-bahan organik di dalamnya. Oksigen yang dikonsumsi dalam uji BOD
dapat diketahui dengan menginkubasikan contoh air pada suhu 20 C selama lima hari. Untuk
memecahkan bahan-bahan organik tersebut secara sempurna pada suhu 20 C sebenarnya
dibutuhkan waktu lebih dari 20 hari, tetapi untuk prasktisnya diambil waktu lima hari sebagai
standar. Inkubasi selama lima hari tersebut hanya dapat mengukur kira-kira 68 persen dari total
BOD. Terdapat pembatasan BOD yang penting sebagai petunjuk dari pencemaran organik. Apabila
ion logam yang beracun terdapat dalam sampel maka aktivitas bakteri akan terhambat sehingga nilai
BOD menjadi lebih rendah dari yang semestinya. Pada Tabel dapat dilihat waktu yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi bahan organik didalam air. Pengujian BOD menggunakan metode Winkler-Alkali
iodida azida, adalah penetapan BOD yang dilakukan dengan cara mengukur berkurangnya kadar
oksigen terlarut dalam sampel yang disimpan dalam botol tertutup rapat, diinkubasi selama 5 hari
pada temperatur kamar, dalam metode Winkler digunakan larutan pengencer MgSO4, FeCl3, CaCl2
dan buffer fosfat. Kemudian dilanjutkan dengan metode Alkali iodida azida yaitu dengan cara titrasi,
dalam penetapan kadar oksigen terlarut digunakan pereaksi MnSO4, H2SO4, dan alkali iodida azida.
Sampel dititrasi dengan natrium thiosulfat memakai indikator amilum. Sesungguhnya penentuan
BOD merupakan suatu prosedur bioassay yang menyangkut pengukuran banyaknya oksigen yang
digunakan oleh organisme selama organisme tersebut menguraikan bahan organik yang ada dalam
suatu perairan, pada kondisi yang hampir sama dengan kondisi yang ada di alam. Selama
pemeriksaan BOD, contoh yang diperiksa harus bebas dari udara luar untuk rnencegah kontaminasi
dari oksigen yang ada di udara bebas. Konsentrasi air buangan/sample tersebut juga harus berada
pada suatu tingkat pencemaran tertentu, hal ini untuk menjaga supaya oksigen terlarut selalu ada
selama pemeriksaan. Hal ini penting diperhatikan mengingat kelarutan oksigen dalam air terbatas
dan hanya berkisar 9 ppm pada suhu 20°C. Penguraian bahan organik secara biologis di alam,
melibatkan bermacam-macam organisme dan menyangkut reaksi oksidasi dengan hasil akhir
karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Pemeriksaan BOD tersebut dianggap sebagai suatu prosedur
oksidasi dimana organisme hidup bertindak sebagai medium untuk menguraikan bahan organik
menjadi CO2 dan H2O. Reaksi oksidasi selama pemeriksaan BOD merupakan hasil dari aktifitas
biologis dengan kecepatan reaksi yang berlangsung sangat dipengaruhi oleh jumlah populasi dan
suhu. Karenanya selama pemeriksaan BOD, suhu harus diusahakan konstan pada 20°C yang
merupakan suhu yang umum di alam. Secara teoritis, waktu yang diperlukan untuk proses oksidasi
yang sempurna sehingga bahan organik terurai menjadi CO2dan H2O adalah tidak terbatas. Dalam
prakteknya dilaboratoriurn, biasanya berlangsung selama 5 hari dengan anggapan bahwa selama
waktu itu persentase reaksi cukup besar dari total BOD. Nilai BOD 5 hari merupakan bagian dari total
BOD dan nilai BOD 5 hari merupakan 70 - 80% dari nilai BOD total. Penentuan waktu inkubasi adalah
5 hari, dapat mengurangi kemungkinan hasil oksidasi ammonia (NH3) yang cukup tinggi.
Sebagaimana diketahui bahwa, amonia sebagai hasil sampingan ini dapat dioksidasi menjadi nitrit
dan nitrat, sehingga dapat mempengaruhi hasil penentuan BOD. Reaksi kimia yang dapat terjadi
adalah :

2NH3 + 3O2 2NO2- ——> 2H+ + 2H ONO2 + O2NO3-

COD atau kebutuhan oksigen kimia (KOK) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam satu liter sampel air, dimana pengoksidanya adalah
K2O7atau KMnO4. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang
secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses mikrobiologis dan mengakibatkan
berkurangnyaoksigen terlarut di dalam air. Sebagian besar zat organik melalui tes COD inidioksidasi
oleh 2Cr2O7 dalam keadaan asam yang mendidih optimum,

CaHbOc + Cr2O7 ——> H+CO2+ 2O + 2Cr3+

Kuning Hijau Perak sulfat (Ag2SO4) ditambahkan sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi.
Sedangkan merkuri sulfat ditambahkan untuk menghilangkan gangguan klorida yang pada umumnya
ada di dalam air buangan. Untuk memastikan bahwa hampir semua zat organik habis teroksidasi
maka zat pengoksidasi K2Cr2O7 masih harus tersisa sesudah direfluks. K2Cr2O7 yang tersisa
menentukan berapa besar oksigen yang telah terpakai. Sisa K2Cr2O7 tersebut ditentukan melalui
titrasi denganferro ammonium sulfat (FAS). Reaksi yang berlangsung adalah sebagai berikut.

6Fe2+ + Cr2O7 ——> 4H + 6Fe3++ 2Cr3+ + 7H2O


Indikator ferroin digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi yaitu disaat warna hijau biru larutan
berubah menjadi coklat merah. Sisa K2CrO7 dalam larutan blanko adalah K2Cr2O7 awal, karena
diharapkan blanko tidak mengandung zatorganik yang dioksidasi oleh K2Cr2O7 Baku mutu air laut
melalui Surat Keputusan Menteri NegaraLingkunganHidup Nomor 51 Tahun 2004. Didalam baku
mutu air tersebut, tercakup semua parameter yang digunakan dalam baku mutu air limbah,termasuk
BOD dan COD, ditambah parameter-parameter kualitas air lainnya, termasuk parameter biologi
danradio nuklida. Dalam PP Nomor 28/2001 tersebut baku mutu BOD bagi perairanKelas dua yang
dipergunakan untuk rekreasi air dan budidaya perikanan (akuakultur) misalnya, adalah lebih kecil
dari 3 mg/L, sedang baku mutu COD-nya adalah lebih kecil dari 25 mg/L. Untuk air laut, sebagaimana
dalam Kep. MENLH Nomor 51/2004, baku mutu BOD untuk perairan bagi keperluan wisata bahari
adalah 10mg/L, sedangkan bagi biota laut baku mutu BOD adalah 20 mg/L. COD tidak termasuk
parameter yang menjadi baku mutu air laut. Hal ini kemungkinan karena penentuan COD air laut
relatif agak sulit sehubungan dengan interferensi ataugangguan keberadaan klorida (Cl) yang tinggi
di air laut terhadap reaksi analitiknya.Bila kita cermati baku mutu air limbah yang ada, walaupun
BOD dan COD terpakaisebagai parameter baku mutu air limbah dari hampir semua kegiatan,
tetapikeberadaannya adalah bersamasama dengan dua atau lebih parameter lain yangmenjadi
parameter kunci dari kualitas air limbah kegiatan yang bersangkutan. Ini berarti, bukan hanya BOD
dan COD yang menjadi penentu pencemaran air limbah,tetapi kesemua parameter yang menjadi
baku mutu air limbah dari kegiatan yang bersangkutan. Parameter pH dan TSS (total suspended
solids) misalnya, juga berperanan penting dalam baku mutu limbah, yang lebih lanjut juga berarti
berperan penting dalam penentuan tingkat pencemaran perairan. Dari nilai pH akan dapatdiketahui
apakah telah terjadi perubahan sifat asam-basa perairan dari nilai pHalaminya, bila nilainya lebih
tinggi lebih dari satu unit di atas normal berarti perairanmenjadi terlalu basa, sebaliknya bila terjadi
penurunan maka perairan menjadi terlaluasam. Bila ini terjadi, selain mengganggu biota atau
ekosistem perairan, juga akanmengurangi nilai guna air. Demikian juga TSS, bila nilainya meningkat
cukupsignifikan, perairan akan tampak keruh dan terkesan kotor sehingga tentu sajamengurangi
daya guna airnya.Dengan demikian, bila misalnya nilai BOD dan COD suatu perairan masihnormal
atau memenuhi baku mutu, belum dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi pencemaran, bila
parameter kunci lainnya tidak diketahui. Karena bila parameter lainnya telah meningkat dan
melebihi baku mutu, maka berarti ada indikasi pencemaran di perairan. Hal ini dapat terjadi karena
bila terdapat bahan-bahan toksik (beracun) di perairan, logam berat misalnya nilai BOD bisa jadi
rendah atau masihmemenuhi baku mutu, padahal dalam air atau perairan tersebut terkandung
bahan beracun atau air telah tercemar. Sebaliknya, bila nilai BOD dan COD telah cukuptinggi dan
melebihi baku mutu, maka sudah dapat diduga ada indikasi pencemaran bahan organik. Selain
waktu analisis yang lama, kelemahan dari penentuan BODlainnya adalah : diperlukannya benih
bakteri (seed) yang teraklimatisasi dan aktif dalam konsentrasi yang tinggi; diperlukan perlakuan
pendahuluan tertentu bila perairan diindikasi mengandung bahan toksik; dan efek atau pengaruh
dari organismenitrifikasi (nitrifying organism) harus dikurangi. Meskipun ada kelemahan-kelemahan
tersebut, BOD tetap digunakan sampai sekarang. Hal karena beberapa alasan,terutama dalam
hubungannya dengan pengolahan air limbah, yaitu :

1) BOD penting untuk mengetahui perkiraan jumlah oksigen yang akandiperlukan untuk
menstabilkan bahan organik yang ada secara biologi.

2) untuk mengetahui ukuran fasilitas unit pengolahan limbah.

3) untuk mengukur efisiensi suatu proses perlakuan dalam pengolahan limbah

4) untuk mengetahui kesesuaiannya dengan batasan yang diperbolehkan bagi pembuangan air
limbah.

Karena nampaknya BOD akan tetap digunakan sampai beberapa waktu mendatang, maka penting
untuk mengetahui sebanyak mungkin mengenai cara penentuannya berikut segala keterbatasan
atau kelemahannya. Terlepas dari berbagai kelemahannya tersebut, BOD masih cukup relevan untuk
digunakan sebagai salahsatu parameter kualitas air yang penting. Karena dengan melakukan uji BOD
secaraapa adanya, yakni dengan tidak memperhatikan ada tidaknya kandungan bahan toksik, sedikit
atau banyaknya kandungan bakteri, tetapi dengan tetap melakukan pengenceran atau aerasi
bilamana diperlukan dan inkubasi pada suhu setara suhu perairan, maka akan diperoleh suatu nilai
BOD yang akan memberikan gambaran kemampuan alami perairan dalam mendegradasi bahan
organik yang dikandungnya. Dari nilai tersebut akan dapat dilihat apakah kemampuan perairan
dalam mendegradasi bahan organik masih cukup baik atau sudah sangat rendah. Bila rendah, berarti
kemampuan pulih diri (self purification) perairan sudah sangat berkurang. Dari uraian di atas, dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

a) BOD dan COD masih diperlukan sebagai parameter dalam baku mutu air limbah atau sebagai
parameter pencemaran perairan, karena peranannya sebagai penduga pencemaran bahan organik
(amonia) dan kaitannya dengan penurunan kandungan oksigen terlarut perairan (oksigen penting
bagi kehidupan biota air dan ekosistem perairan pada umumnya). Peranan BOD dan COD bukan
sebagai penentu, tetapi setara dengan parameter lainnya yang menjadi parameter kunci
sehubungan dengan dugaan pencemaran oleh kegiatan tertentu.

b) BOD adalah parameter penduga jumlah oksigen yang diperlukan oleh perairan untuk
mendegradasi bahan organic (amonia) yang dikandungnya, sekaligus merupakan gambaran bahan
organik mudah urai (biodegradable) yang ada dalam air atau perairan yang bersangkutan. Bila uji
BOD dilakukan tanpa perlakuan tertentu dan dengan suhu inkubasi setara suhu perairan, maka BOD
dapat menggambarkankemampuan perairan dalam mendegradasi bahan organik.

c) COD adalah parameter penduga jumlah total bahan organic (amonia) yang ada dalam air
atau perairan, baik yang mudah urai maupun yang sulit urai. Denganmemperbandingkan nilai COD
dan BOD, akan diketahui gambaran jumlah bahanorganik persisten (sulit urai) yang terkandung di
dalamnya.

5. DAMPAK TERHADAP LINGKUNGAN DAN KESEHATAN MANUSIA

Adapun Dampak negatif yang ditimbulkan dari pencemaran amonia adalah sebagai berikut:

Efek Terhadap Kesehatan Manusia. Udara yang tercemar gas amonia dan sulfida dapat
menyebabkan menyebabkan iritasi mata serta saluran pernafasan (Fauziah, 2009). Menurut
Soeprapto dan Didik (2008), gas NH3 juga dapat menyebabkan Iritasi pada mata, saluran pernapasan
dan kulit. Pada Kadar 2500-6500 ppm, gas ammonia melalui inhalasi menyebabkan iritasi hebat pada
mata (Keraktitis), sesak nafas (Dyspnea), Bronchospasm, nyeri dada, sembab paru, batuk darah,
Bronchitis dan Pneumonia. Pada kadar tinggi (30.000 ppm) dapat menyebabkan luka bakar pada
kulit.

Efek Terhadap Lingkungan Sekitar Sisa-sisa makanan dan sampah organik dibuang ke tempat
sampah, kemudian di bawa ke tempat pembuangan akhir (TPA). Sampah-sampah tersebut kemudian
membusuk dan menghasilkan gas amonia. Gas ammonia tersebut merupakan salah satu gas rumah
kaca yang dapat menyebabkan global warming. Akibat yang terjadi adalah terjadinya perubahan
iklim dan cuaca serta efek global warming lainnya (WWF-Indonesia, 2007). Gas ammonia juga dapat
mengganggu estetika lingkungan karena bau pembusukan sampah yang sangat menyengat. Menurut
Fauziah (2009), dampak negatif yang ditimbulkan usaha peternakan ayam terutama berasal dari
kotoran ayam yang dapat menimbulkan gas yang berbau. Bau yang dikeluarkan berasal dari unsur
nitrogen dan sulfida dalam kotoran ayam, yang selama proses dekomposisi akan terbentuk gas
amonia, nitrit, dan gas hidrogen sulfida. Udara yang tercemar gas amonia dan sulfida dapat
memyebabkan gangguan kesehatan ternak dan masyarakat di sekitar peternakan. Amonia dapat
menghambat pertumbuhan ternak.

6. SOLUSI / CARA MENGATASI MASALAH TERSEBUT

BAHAN PENCEMAR PENANGGULANGAN KETERANGAN

Amonia (NH3)

Absorbsi Dalam proses adsorbsi dipergunakan bahan padat yang dapat menyerap
polutan. Berbagai tipe adsorben yang dipergunakan antara lain karbon aktif dan silikat. Adsorben
mempunyai daya kejenuhan sehingga selalu diperlukan pergantian, bersifat disposal (sekali pakai
buang) atau dibersihkan kemudian dipakai kembali.

Pembakaran Mempergunakan proses oksidasi panas untuk menghancurkan gas


hidrokarbon yang terdapat didalam polutan. Hasil pembakaran berupa (CO2) dan (H2O). Alat
pembakarannya adalah Burner dengan berbagai tipe dan temperaturnya adalah 1200o—1400o F

Reaksi Kimia Banyak dipergunakan pada emisi golongan Nitrogen dan golongan Be-
lerang. Biasanya cara kerja ini merupakan kombinasi dengan cara - cara lain, hanya dalam
pembersihan polutan udara dengan reaksi kimia yang dominan. Membersihkan gas golongan
nitrogen , caranya dengan diinjeksikan Amonia (NH3) yang akan bereaksi kimia dengan NOx dan
membentuk bahan padat yang mengendap. Untuk menjernihkan golongan belerang dipergunakan
Copper Oksid atau kapur dicampur arang.

KESIMPULAN

Kualitas udara semakin memburuk karena tercemar oleh zat-zat pencemar yang sumbernya berasal
dari pabrik-pabrik industri, dan kendaraan bermotor, proses pembakaran,pembuangan limbah
padat. Zat-zat pencemar yang paling sering dijumpai adalah: SOx, NOx, CO, HC, Pb, SPM, O3 dan lain
sebagainya. Adanya polutan atau bahan-bahan tersebut dalam jumlah yang banyak dan di atas
ambang baku yang diharuskan akan dapat memberikan efek negatif baik untuk manusia itu sendiri
maupun untuk lingkungan sekitarnya misalnya tumbuhan dan hewan. Namun, dampak yang paling
utama merugikan adalah terhadap kesehatan manusia terutama pada sistem pernapasan, pembuluh
darah, persarafan, hati dan ginjal. Oleh karena itu, sangat perlu dilakukan suatu upaya pengurangan
maupun pencegahan agar polutan-polutan yang berbahaya tersebut tidak membahayakan
kesehatan manusia maupun lingkungan sekitarnya.

3.2 SARAN

Selamatkan bumi mulai dari hal yang kecil…!

Kesetimbangan Kimia
Dalam tulisan ini, kita akan mempelajari pengertian kesetimbangan kimia, contoh aplikasi
kesetimbangan kimia dalam industri, menentukan dan menghitung besarnya konstanta
kesetimbangan kimia, mempelajari berbagai jenis kesetimbangan kimia, memanipulasi
persamaan kesetimbangan kimia, serta mengkaji faktor-faktor yang dapat menggeser
kesetimbangan kimia.
Salah satu proses yang sangat berguna dalam industri kimia adalah proses Haber, yaitu
sintesis gas amonia dari gas nitrogen dan gas hidrogen. Reaksi kimia yang terjadi dalam
proses Haber adalah sebagai berikut :
N2(g) + 3 H2(g) ——-> 2 NH3(g)
Dengan cara penulisan ini, reaksi kimia menunjukkan bahwa gas hidrogen dan gas nitrogen
bereaksi untuk menghasilkan gas amonia, dan hal ini akan terus berlangsung sampai salah
satu atau kedua reaktannya habis. Tetapi, sesungguhnya, hal ini tidak sepenuhnya benar.
Apabila reaksi ini dilakukan dalam ruang tertutup (sebab reaktan maupun gas sama-sama
berbentuk gas), gas nitrogen dan gas hidrogen akan bereaksi membentuk gas amonia. Namun,
sebagian dari gas amonia tersebut akan segera terurai menjadi gas nitrogen dan gas hidrogen
kembali, seperti yang ditunjukkan dalam persamaan reaksi berikut :
2 NH3(g) ——-> N2(g) + 3 H2(g)
Oleh sebab itu, di dalam ruang tertutup tersebut, sesungguhnya terjadi dua reaksi yang saling
berlawanan, yaitu gas nitrogen dan gas hidrogen bergabung menghasilkan gas amonia dan
gas amonia terurai menghasilkan gas nitrogen dan gas hidrogen. Kedua reaksi tersebut dapat
dituliskan secara bersamaan dengan menggunakan dua mata anak panah sebagai berikut :
N2(g) + 3 H2(g) 2 NH3(g)
Gas nitrogen dan gas hidrogen diletakkan di sisi kiri karena bahan itulah yang mula-mula
dimasukkan ke dalam tempat reaksi. Kedua reaksi tersebut terjadi dengan kecepatan yang
berbeda. Namun, cepat atau lambat, kecepatan kedua reaksi tersebut akan sama dan jumlah
relatif dari gas nitrogen, gas hidrogen, dan gas amonia menjadi tetap (konstan). Ini
merupakan contoh kesetimbangan kimia.
Kesetimbangan kimia dinamis tercapai pada saat dua reaksi kimia yang berlawanan terjadi
pada tempat dan waktu yang sama dengan laju reaksi yang sama. Ketika sistem mencapai
kesetimbangan, jumlah masing-masing spesi kimia menjadi konstan (tidak perlu sama).
Kadang-kadang, terdapat banyak produk (spesi kimia yang ada di sisi kanan tanda panah
bolak-balik) ketika reaksi mencapai kesetimbangan. Tetapi, kadang-kadang, produknya justru
sangat sedikit. Jumlah relatif dari produk dan reaktan dalam kesetimbangan dapat ditentukan
dengan menggunakan konstanta kesetimbangan kimia (K) untuk reaksi tersebut.
Secara umum, untuk reaksi kesetimbangan hipotetis berikut :
aA+bBcC+dD
Huruf besar menunjukkan spesi kimia dalam kesetimbangan kimia dan huruf kecil
menyatakan koefisien reaksi pada reaksi kimia setara. Konstanta kesetimbangan kimia (Keq)
secara matematis dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :
Keq = [C]c [D]d / [A]a [B]b
Persamaan Keq dirumuskan oleh dua ahli kimia berkebangsaan Norwegia, yaitu Cato
Guldberg dan Peter Waage, pada tahun 1864. Persamaan ini merupakan pernyataan
matematis dari hukum aksi massa (law of mass action), yang menyatakan bahwa pada reaksi
reversibel (bolak-balik, dua arah) yang mencapai keadaan kesetimbangan pada temperatur
tertentu, perbandingan konsentrasi reaktan dan produk memiliki nilai tertentu (konstan), yaitu
Keq (konstanta kesetimbangan kimia).
Bagian pembilang mengandung produk dari kedua spesi kimia yang berada di sisi kanan
persamaan dengan masing-masing spesi kimia dipangkatkan dengan koefisien reaksinya
dalam persamaan reaksi berimbang. Penyebutnya juga sama, tetapi digunakan spesi kimia
yang berada di sebelah kiri persamaan reaksi. Oleh karena satuan yang digunakan dalam
konstanta kesetimbangan kimia adalah konsentrasi (molaritas), para ahli kimia menggunakan
notasi Kc sebagai pengganti Keq.
Nilai angka dari konstanta kesetimbangan kimia memberikan petunjuk tentang jumlah relatif
dari produk dan reaktan. Nilai Kc juga memberikan petunjuk apakah kesetimbangan
cenderung ke arah reaktan atau produk. Apabila nilai Kc jauh melebihi satu (Kc >> 1),
kesetimbangan akan cenderung ke kanan (produk), sehingga jumlah produk lebih besar
dibandingkan reaktan. Sebaliknya, apabila nilai Kc jauh di bawah satu (Kc << 1),
kesetimbangan akan cenderung ke kiri (reaktan), sehingga jumlah reaktan lebih besar
dibandingkan reaktan.
Konsep kesetimbangan kimia sangat berguna dalam ilmu kimia. Konstanta kesetimbangan
kimia digunakan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan stoikiometri yang melibatkan
sistem kesetimbangan. Dalam menggunakan Kc, konsentrasi reaktan dan produk saat
kesetimbangan dilibatkan. Berdasarkan fasa spesi kimia yang terlibat dalam reaksi, sistem
kesetimbangan dapat dibedakan menjadi dua, antara lain :
1. Kesetimbangan Homogen
Semua spesi kimia berada dalam fasa yang sama. Salah satu contoh kesetimbangan homogen
fasa gas adalah sistem kesetimbangan N2O4/NO¬2. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut :
N2O4(g) 2 NO2(g)
Kc = [NO2]2 / [N2O4]
Konsentrasi reaktan dan produk dalam reaksi gas dapat dinyatakan dalam bentuk tekanan
parsial masing-masing gas (ingat persamaan gas ideal, PV=nRT). Dengan demikian, satuan
konsentrasi yang diganti dengan tekanan parsial gas akan mengubah persamaan Kc menjadi
Kp sebagai berikut :
Kp = (PNO2)2 / (PN2O4)
PNO2 dan PN2O4 adalah tekanan parsial masing-masing gas pada saat kesetimbangan
tercapai. Nilai Kp menunjukkan konstanta kesetimbangan yang dinyatakan dalam satuan
tekanan (atm). Kp hanya dimiliki oleh sistem kesetimbangan yang melibatkan fasa gas saja.
Secara umum, nilai Kc tidak sama dengan nilai Kp, sebab besarnya konsentrasi reaktan dan
produk tidak sama dengan tekanan parsial masing-masing gas saat kesetimbangan. Dengan
demikian, terdapat hubungan sederhana antara Kc dan Kp yang dapat dinyatakan dalam
persamaan matematis berikut :
Kp = Kc (RT)∆n
Kp = konstanta kesetimbangan tekanan parsial gas
Kc = konstanta kesetimbangan konsentrasi gas
R = konstanta universal gas ideal (0,0821 L.atm/mol.K)
T = temperatur reaksi (K)
∆n = Σ koefisien gas produk – Σ koefisien gas reaktan
Selain kesetimbangan homogen fasa gas, terdapat pula sejumlah kesetimbangan homogen
fasa larutan. Salah satu contoh kesetimbangan homogen fasa larutan adalah kesetimbangan
ionisasi asam asetat (asam cuka) dalam air. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
CH3COOH(aq) CH3COO-(aq) + H+(aq)
Kc = [CH3COO-] [H+] / [CH3COOH]
2. Kesetimbangan Heterogen
Kesetimbangan ini melibatkan reaktan dan produk dalam fasa yang berbeda. Sebagai contoh,
saat padatan kalsium karbonat dipanaskan dalam wadah tertutup, akan terjadi reaksi berikut :
CaCO3(s) CaO(s) + CO2(g)
Dalam reaksi penguraian padatan kalsium karbonat, terdapat tiga fasa yang berbeda, yaitu
padatan kalsium karbonat, padatan kalsium oksida, dan gas karbon dioksida. Dalam
kesetimbangan kimia, konsentrasi padatan dan cairan relatif konstan, sehingga tidak
disertakan dalam persamaan konstanta kesetimbangan kimia. Dengan demikian, persamaan
konstanta kesetimbangan reaksi penguraian padatan kalsium karbonat menjadi sebagai
berikut :
Kc = [CO2]
Kp = PCO2
Baik nilai Kc maupun Kp tidak dipengaruhi oleh jumlah CaCO3 dan CaO (jumlah padatan).
Beberapa aturan yang berlaku dalam penentuan nilai konstanta kesetimbangan kimia saat
reaksi kesetimbangan dimanipulasi (diubah) antara lain :
1. Jika reaksi dapat dinyatakan dalam bentuk penjumlahan dua atau lebih reaksi, nilai
konstanta kesetimbangan reaksi keseluruhan adalah hasil perkalian konstanta kesetimbangan
masing-masing reaksi.
A + B C + D Kc’
C + D E + F Kc’’
A + B E + F Kc = Kc’ x Kc’’
2. Jika reaksi ditulis dalam bentuk kebalikan dari reaksi semula, nilai konstanta
kesetimbangan menjadi kebalikan dari nilai konstanta kesetimbangan semula.
A + B C + D Kc’ = [C] [D] / [A] [B]
C + D A + B Kc = [A] [B] / [C] [D] = 1 / Kc’
3. Jika suatu reaksi kesetimbangan dikalikan dengan faktor n, nilai konstanta kesetimbangan
menjadi nilai konstanta kesetimbangan semula dipangkatkan dengan faktor n.
A + B C + D Kc’ = [C] [D] / [A] [B]
2 A + 2 B D 2 C + 2 D Kc = [C]2 [D]2 / [A]2 [B]2 = { [C] [D] / [A] [B] }2 = (Kc’)2
Salah satu kegunaan konstanta kesetimbangan kimia adalah memprediksi arah reaksi. Untuk
mempelajari kecenderungan arah reaksi, digunakan besaran Qc, yaitu hasil perkalian
konsentrasi awal produk dibagi hasil perkalian konsentrasi awal reaktan yang masing-masing
dipangkatkan dengan koefisien reaksinya. Jika nilai Qc dibandingkan dengan nilai Kc,
terdapat tiga kemungkinan hubungan yang terjadi, antara lain :
1. Qc Kc
Sistem reaksi reversibel kelebihan produk dan kekurangan reaktan. Untuk mencapai
kesetimbangan, sejumlah produk diubah menjadi reaktan. Akibatnya, reaksi cenderung ke
arah reaktan (ke kiri).
Kesetimbangan kimia dapat diganggu oleh beberapa faktor eksternal. Sebagai contoh, pada
pembahasan proses Haber sebelumnya, telah diketahui bahwa nilai Kc pada proses Haber
adalah 3,5.108 pada suhu kamar. Nilai yang besar ini menunjukkan bahwa pada
kesetimbangan, terdapat banyak gas amonia yang dihasilkan dari gas nitrogen dan gas
hidrogen. Akan tetapi, masih ada gas nitrogen dan gas hidrogen yang tersisa pada
kesetimbangan. Dengan menerapkan prinsip ekonomi dalam dunia industri, diharapkan
sebanyak mungkin reaktan diubah menjadi produk dan reaksi tersebut berlangsung sempurna.
Untuk mendapatkan produk dalam jumlah yang lebih banyak, kesetimbangan dapat
dimanipulasi dengan menggunakan prinsip Le Chatelier.
Seorang kimiawan berkebangsaan Perancis, Henri Le Chatelier, menemukan bahwa jika
reaksi kimia yang setimbang menerima perubahaan keadaan (menerima aksi dari luar), reaksi
tersebut akan menuju pada kesetimbangan baru dengan suatu pergeseran tertentu untuk
mengatasi perubahan yang diterima (melakukan reaksi sebagai respon terhadap perubahan
yang diterima). Hal ini disebut Prinsip Le Chatelier.
Ada tiga faktor yang dapat mengubah kesetimbangan kimia, antara lain :
1. Konsentrasi reaktan atau produk
2. Suhu
3. Tekanan atau volume pada sistem yang mengandung fasa gas
Untuk memproduksi gas amonia sebanyak mungkin, dapat dilakukan manipulasi
kesetimbangan kimia dari segi konsentrasi reaktan maupun produk, tekanan ruangan, volume
ruangan, dan suhu reaksi. Berikut ini adalah pembahasan mengenai masing-masing faktor.
1. Mengubah konsentrasi
Jika ke dalam sistem kesetimbangan ditambahkan gas nitrogen maupun gas hidrogen berlebih
(reaktan berlebih), nilai Qc menjadi lebih kecil dibandingkan Kc. Untuk mengembalikan ke
kondisi setimbang, reaksi akan bergeser ke arah produk (ke kanan). Akibatnya, jumlah
produk yang terbentuk meningkat. Hal yang sama juga akan terjadi jika gas amonia yang
terbentuk langsung diambil. Reaksi akan bergeser ke arah kanan untuk mencapai kembali
kesetimbangan.
Dapat disimpulkan bahwa jika dalam sistem kesetimbangan ditambahkan lebih banyak
reaktan atau produk, reaksi akan bergeser ke sisi lain untuk menghabiskannya. Sebaliknya,
jika sebagian reaktan atau produk diambil, reaksi akan bergeser ke sisinya untuk
menggantikannya.
2.Mengubah suhu
Reaksi pada proses Haber adalah reaksi eksotermis. Reaksi tersebut dapat dinyatakan dalam
persamaan reaksi berikut :
N2(g) + 3 H2(g) 2 NH3(g) + Kalor
Jika campuran reaksi tersebut dipanaskan, akan terjadi peningkatan jumlah kalor dalam
sistem kesetimbangan. Untuk mengembalikan reaksi ke kondisi setimbang, reaksi akan
bergeser dari arah kanan ke kiri. Akibatnya, jumlah reaktan akan meningkat disertai
penurunan jumlah produk. Tentu saja hal ini bukanlah sesuatu yang diharapkan. Agar jumlah
amonia yang terbentuk meningkat, campuran reaksi harus didinginkan. Dengan demikian,
jumlah kalor di sisi kanan akan berkurang sehingga reaksi akan bergeser ke arah kanan.
Secara umum, memanaskan suatu reaksi menyebabkan reaksi tersebut bergeser ke sisi
endotermis. Sebaliknya, mendinginkan campuran reaksi menyebabkan kesetimbangan
bergeser ke sisi eksotermis.
3. Mengubah tekanan dan volume
Mengubah tekanan hanya mempengaruhi kesetimbangan bila terdapat reaktan dan/atau
produk yang berwujud gas. Pada proses Haber, semua spesi adalah gas, sehingga tekanan
dapat mempengaruhi kesetimbangan.
Reaksi pada proses Haber terjadi dalam ruangan tertutup. Tekanan pada ruangan terjadi
akibat tumbukan gas hidrogen, gas nitrogen, serta gas amonia terhadap dinding ruangan
tersebut. Saat sistem mencapai keadaan setimbang, terdapat sejumlah gas nitrogen, gas
hidrogen, dan gas amonia dalam ruangan. Tekanan ruang dapat dinaikkan dengan membuat
tempat reaksinya menjadi lebih kecil (dengan memampatkannya, misal dengan piston) atau
dengan memasukkan suatu gas yang tidak reaktif, seperti gas neon. Akibatnya, lebih banyak
tumbukan akan terjadi pada dinding ruangan bagian dalam, sehingga kesetimbangan
terganggu. Untuk mengatasi pengaruh tersebut dan memantapkan kembali kesetimbangan,
tekanan harus dikurangi.
Setiap kali terjadi reaksi maju (dari kiri ke kanan), empat molekul gas (satu molekul gas
nitrogen dan tiga molekul gas hidrogen) akan membentuk dua molekul gas amonia. Reaksi
ini mengurangi jumlah molekul gas dalam ruangan. Sebaliknya, reaksi balik (dari kanan ke
kiri), digunakan dua molekul gas amonia untuk mendapatkan empat molekul gas (satu
molekul gas nitrogen dan tiga molekul gas hidrogen). Reaksi ini menaikkan jumlah molekul
gas dalam ruangan.
Kesetimbangan telah diganggu dengan peningkatan tekanan. Dengan mengurangi tekanan,
gangguan tersebut dapat dihilangkan. Mengurangi jumlah molekul gas di dalam ruangan akan
mengurangi tekanan (sebab jumlah tumbukan akan berkurang). Oleh sebab itu, reaksi maju
(dari kiri ke kanan) lebih disukai, sebab empat molekul gas akan digunakan dan hanya dua
molekul gas yang akan terbentuk. Sebagai akibat dari reaksi maju ini, akan dihasilkan gas
amonia yang lebih banyak.
Secara umum, meningkatkan tekanan (mengurangi volume ruangan) pada campuran yang
setimbang menyebabkan reaksinya bergeser ke sisi yang mengandung jumlah molekul gas
yang paling sedikit. Sebaliknya, menurunkan tekanan (memperbesar volume ruangan) pada
campuran yang setimbang menyebabkan reaksinya bergeser ke sisi yang mengandung jumlah
molekul gas yang paling banyak. Sementara untuk reaksi yang tidak mengalami perubahan
jumlah molekul gas (mol reaktan = mol produk), faktor tekanan dan volume tidak
mempengaruhi kesetimbangan kimia.
Katalis meningkatkan laju reaksi dengan mengubah mekanisme reaksi agar melewati
mekanisme dengan energi aktivasi terendah. Katalis tidak dapat menggeser kesetimbangan
kimia. Penambahan katalis hanya mempercepat tercapainya keadaan setimbang.
Dari beberapa faktor di atas, hanya perubahan temperatur (suhu) reaksi yang dapat mengubah
nilai konstanta kesetimbangan (Kc maupun Kp). Perubahan konsentrasi, tekanan, dan volume
hanya mengubah konsentrasi spesi kimia saat kesetimbangan, tidak mengubah nilai K.
Katalis hanya mempercepat tercapainya keadaan kesetimbangan, tidak dapat menggeser
kesetimbangan kimia.
Referensi:
Andy. 2009. Pre-College Chemistry.
Chang, Raymond. 2007. Chemistry Ninth Edition. New York: Mc Graw Hill.
Moore, John T. 2003. Kimia For Dummies. Indonesia:Pakar Raya.
Kinetika Kimia, Definisi Laju Reaksi dan Hukum Laju
Kata Kunci: hukum laju, kinetika kimia, laju bersih, laju reaksi
Ditulis oleh Ratna dkk pada 18-12-2009
KINETIKA KIMIA

Mengapa beberapa reaksi kimia berlangsung secepat kilat sementara yang lainnya
memerlukan waktu berhari-hari, berbulan-bulan bahkan tahunan untuk menghasilkan produk
yang cukup banyak? Bagaimana katalis bisa meningkatkan laju reaksi kimia? Mengapa
perubahan suhu yang sedikit saja sering memberikan efek besar pada laju memasak?
Bagaimana kajian mengenai laju reaksi kimia memberikan informasi tentang bagaimana cara
molekul bergabung membentuk produk? Semua pertanyaan ini menyangkut kinetika kimia
belum selengkap seperti termodinamika. Masih banyak reaksi yang tetapan
kesetimbangannya telah diketahui dengan cermat, tetapi perincian lintasan reaksinya masih
belum dipahami. Ini terutama berlaku untuk reaksi yang melibatkan banyak unsur reaktan
yang membentuk produknya.
Kinetika kimia adalah bagian dari ilmu kimia yang mempelajari laju dan mekanisme reaksi
kimia. Besi lebih cepat berkarat dalam udara lembab daripada dalam udara kering; makanan
lebih cepat membusuk bila tidak didinginkan; kulit bule lebih cepat menjadi gelap dalam
musim panas daripada dalam musim dingin. Ini merupakan tiga contoh yang lazim dari
perubahan kimia yang kompleks dengan laju yang beraneka menurut kondisi reaksi.
Definisi Laju Reaksi

Laju reaksi rerata analog dengan kecepatan rerata mobil. Jika posisi rerata mobil dicatat pada
dua waktu yang berbeda, maka :

Dengan cara yang sama, laju reaksi rerata diperoleh dengan membagi perubahan konsentrasi
reaktan atau produk dengan interval waktu terjadinya reaksi :

Jika konsentrasi diukur dalam mol L-1 dan waktu dalam detik, maka laju reaksi mempunyai
satuan mol L-1s-1. Kita ambil contoh khusus. Dalam reaksi fasa gas

NO2 dan CO dikonsumsi pada saat pembentukan NO dan CO2. Jika sebuah kuar dapat
mengukur konsentrasi NO, laju reaksi rerata dapat diperkirakan dari nisbah perubahan
konsentrasi NO, ∆[NO] terhadap interval waktu, ∆t:

Jadi laju reaksi adalah besarnya perubahan konsentrasi reaktan atau produk dalam satu satuan
waktu. Perubahan laju konsentrasi setiap unsur dibagi dengan koefisiennya dalam persamaan
yang seimbang/stoikiometri. Laju perubahan reaktan muncul dengan tanda negatif dan laju
perubahan produk dengan tanda positif.
Untuk reaksi yang umum:
aA + bB → cC + dD
Lajunya ialah

Hubungan ini benar selama tidak ada unsur antara atau jika konsentrasinya bergantung pada
waktu di sepanjang waktu reaksi.
Menentukan Laju Reaksi :
Perhatikan penguraian nitrogen dioksida, NO2 menjadi nitrogen oksida, NO dan oksigen,
O2 : 2NO2 → 2NO + O2
a. Tulislah pernyataan untuk laju rata-rata berkurangnya konsentrasi NO2 dan laju rata-rata
bertambahnya konsentrasi NO dan O2.
b. Jika laju rata-rata berkurangnya konsentrasi NO2 ditetapkan dan dijumpai sebesar 4×10-
13mol L-1s-1, berapakah laju rata-rata padanannya (dari) bertambahnya konsentrasi NO dan
O2
Jawaban :
a. Laju rata-rata berkurangnya konsentrasi NO2 dinyatakan sebagai :

Laju rata-rata bertambahnya konsentrasi NO dan O2 dinyatakan sebagai:

b. Untuk tiap dua molekul NO2 yang bereaksi terbentuk dua molekul NO. Jadi berkurangnya
konsentrasi NO2 dan bertambahnya konsentrasi NO berlangsung dengan laju yang sama

Hukum Laju
Dalam membahas reaksi kesetimbangan kimia telah ditekankan bahwa reaksi ke kanan
maupun ke kiri dapat terjadi begitu produk terbentuk, produk ini dapat bereaksi kembali
menghasilkan reaktan semula.
Laju bersih ialah:
Laju bersih = laju ke kanan – laju ke kiri
Dapat dikatakan, pengukuran konsentrasi memberikan laju bersih, bukannya sekedar laju ke
kanan. Bagaimanapun, sesaat sebelum reaksi yang dimulai dari reaktan murni, konsentrasi
reaktan jauh lebih tinggi dibandingkan produknya sehingga laju ke kiri dapat diabaikan.
Selain itu, banyak reaksi berlangsung sempurna (K>>1) sehingga laju yang terukur hanyalah
reaksi ke kanan atau eksperimen dapat diatur agar produknya dapat dialihkan jika terbentuk.
Dalam subbab ini, persamaan diberikan pada laju ke kanan saja.

Pembuatan NH3 (Ammonia) dan H2SO4 (Asam Sulfat)

Pembuatan Amonia

Amonia (NH3) merupakan senyawa nitrogen yang banyak digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan pupuk urea dan ZA, serat sintetik (nilon dan sejenisnya), dan bahan peledak TNT (trinitro
toluena). Pembuatan amonia yang dikemukakan oleh Fritz Haber (1905), prosesnya disebut Proses
Haber. 

Reaksi yang terjadi adalah kesetimbangan antara gas N 2, H2, dan NH3 ditulis sebagai berikut:
N2(g) + 3 H2(g) 2↔ NH3(g)     ΔH = –92 kJ

Untuk proses ini, gas N2 diperoleh dari hasil penyulingan udara, sedangkan gas H2 diperoleh
dari hasil reaksi antara gas alam dengan air. Pada suhu kamar, reaksi ini berlangsung sangat lambat
maka untuk memperoleh hasil yang maksimal,reaksi dilakukan pada suhu tinggi, tekanan tinggi, dan
diberi katalis besi. Reaksi pembentukan ammonia merupakan reaksi eksoterm. Menurut Le Chatelier
kesetimbangan akan bergeser ke arah NH 3 jika suhu rendah. Masalahnya adalah katalis besi hanya
berfungsi efektif pada suhu tinggi, akibatnya pembentukan amonia berlangsung lama pada suhu
rendah.

Berdasarkan pertimbangan ini proses pembuatan amonia dilakukan pada suhu tinggi ±450°C
(suhu optinum) agar reaksi berlangsung cepat sekalipun dengan resiko kesetimbangan akan bergeser
ke arah N2dan H2. Untuk mengimbangi pergeseran ke arah N 2 dan H2 oleh suhu tinggi, maka tekanan
yang digunakan harus tinggi sampai mencapai antara 200–400 atm. Tekanan yang tinggi
menyebabkan molekul-molekul semakin rapat sehingga tabrakan molekul-molekul semakin sering.
Hal ini mengakibatkan reaksi bertambah cepat, sehingga NH 3 semakin banyak terbentuk.

Selain itu untuk mengurangi NH 3 kembali menjadi N2dan H2 maka NH3 yang terbentuk segera
dipisahkan. Campuran gas kemudian didinginkan sehingga gas NH 3 mencair. Titik didih gas NH3 lebih
tinggi dari titik didih gas N 2 dan H2, maka gas NH3 akan terpisah sebagai cairan. Gas nitrogen dan gas
hidrogen yang belum bereaksi dan gas NH 3 yang tidak mencair diresirkulasi, dicampur dengan gas N 2
dan H2, kemudian dialirkan kembali ke dalam tangki.

Bagan pembuatan amonia secara sederhana dapat dilihat pada Gambar berikut :
Pembuatan Asam Sulfat

Salah satu cara pembuatan asam sulfat secara industri yang produknya cukup besar adalah
dengan proses kontak. Bahan yang digunakan pada proses ini adalah belerang dan prosesnya
berlangsung sebagai berikut.

1.   Belerang dibakar di udara sehingga akan bereaksi dengan oksigen dan menghasilkan gas belerang
dioksida.

Reaksi: S(s) + O2(g) ↔ SO2(g)

2.     Belerang dioksida direaksikan lagi dengan oksigen dan dihasilkan belerang trioksida.

Reaksi: 2 SO2(g) + O2(g) 2 SO3(g) ΔH = –196,6 kJ.

Reaksi ini merupakan reaksi kesetimbangan dan eksoterm sehingga suhu tidak dilakukan pada suhu
tinggi tetapi ±450°C, untuk menghindari kesetimbangan ke arah SO2 dan O2.

3.  Reaksi ini berlangsung lambat, maka dipercepat dengan katalis. Katalis yang digunakan adalah
vanadium pentaoksida (V2O5).

4.   Tekanan seharusnya lebih tinggi, tetapi pada prakteknya karena ada katalis maka SO 3 sudah cukup
banyak terbentuk sehingga tekanan dilakukan pada keadaan normal yaitu 1 atm.

5.   SO3 yang dihasilkan segera dipisahkan sehingga kesetimbangan bergeser terus ke arah SO 3. SO3 yang
dihasilkan direaksikan dengan H2SO4 pekat dan membentuk asam pirosulfat (H 2S2O7). Asam pirosulfat
akan direaksikan dengan air sampai menghasilkan asam sulfat ±98%.
Reaksi:
SO3(g) + H2SO4(aq) ↔ H2S2O7(aq)
H2S2O7(aq) + H2O(l) ↔2 H2SO4(l)

amonia

Industri Amonia (NH3)

Amonia (NH3) merupakan gas yang tidak berwarna dengan bau menyengat dan sangat
mudah larut dalam air. Amonia ini biasanya digunakan dalam refrigerator dan dalam pembuatan
pupuk, bahan peledak, plastik, serta bahan-bahan kimia lainnya. Selian itu, amonia juga digunakan
sebagai pelarut.

Amonia dapat dibuat dengan mereaksikan gas nitrogen (N 2) dengan gas hodrogen (H 2)
melalui proses rekasi eksoterm, yang dapat membentuk keseimbangan sebagai berikut.

N2 (g) + 3H2 (g)  2NH3 (g) H = -92,2kJ

Berdasarkan asas Le Chateiler, untuk memperoleh jumlah hasil yang banyak dalam suatu
reaksi, maka reaksi tesebut harus dilakukan pada tekanan yang tinggi dan suhu yang rendah. Akan
tetapi, semakin rendah suhu, semakin lambat reaksi tersebut. Oleh karena itu, kita dihadapkan pada
dua pilihan, yaitu kita memperoleh amonia dalam jumlah sedikit secara cepat atau amonia dalam
jumlah yang banyak dalam waktu yang lama. Pada dasarnya, kedua pilihan tersebut tidak ekonomis.
Lalu bagaimana cara untuk memperoleh amonia yang ekonomis tersebut? Simaklah penjelasan
berikut ini!

Dalam industri, amonia dibuat dengan dengan mencampur gas N 2 yang diperoleh melalui
udara dan gas H2 yang diperoleh dari reaksi antara gas metana dan air. Campuran gas N 2 dan H2
dengan perbandingan N2 : H2 = 3 : 1 tersebut kemudian dialirkan melalui pompa bertekanan tinggi
(250 atm) ke dalam tabung pemurnian gas. Dalam tabung inilah kemudian diperoleh gas N 2 dan H2
murni yang dialirkan ke dalam reaktor katalisis. Saat ini, reaktor katalisis ini dilengkapi dengan katalis
serbuk besi (Fe) yang diberi promotor Al2O3 dan K2O untuk mempercepat proses kesetimbangan.
Reaksi pembuatan amonia merupakan reaksi eksoterm, sehingga untuk menghasilkan
amonia dalam jumlah besar, maka reaksi tersebut harus dilakukan pada suhu yang rendah. Akan
tetapi, pada suhu rendah reaksi akan berlangsung lambat. Oleh karena itu, untuk mengimbanginya,
maka reaksi dalam pembuatan amonia dilakukan pada suhu tinggi (sekitar 500C) dan tekanan yang
tinggi (200 – 400 atm). Suhu dan tekanan tersebut memungkinkan reaksi pembuatan amonia dapat
berlangsung cepat dan amonia yang dihasilkannya dalam jumlah besar (reaksi bergeser ke kanan).

Jadi, berdasarkan uraian di atas, maka pada reaksi kesetimbangan dalam pembuatan
amonia, suhu yang tinggi dan katalis berfungsi untuk mempercepat reaksi, sedangkan tekanan yang
tinggi berfungsi untuk menggeser reaksi ke arah hasil reaksi (dalam hal ini amonia).

Amonia yang dihasilkan dalam proses industri berupa amonia cair. Hal ini karena campuran
gas H2, N2 dan NH3 dialirkan melalui kondensor. Karena NH 3 mempunyai titik didih lebih tinggi
dibanding H2 dan N2, maka NH3 akan segera mencair dan ditampung dalan bejana tertentu,
sedangkan gas H2 dan N2 didaur ulang kembali untuk menghasilkan emonia pada proses berikutnya.

Mekanisme produksi amonia yang telah diuraikan di atas pada mulanya dikembangkan oleh
dua orang ahli kimia Jerman, Fritz Haber (1868-1934) dan Karl Bosch (1874-1940), sehingga proses
pembuatan amonia tersebut di kenal dengan proses Haber-Bosch. Secara umum, proses Haber-
Bosch tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Bagaimanakah peran Fritz Haber dan Karl Bosch dalam mengembangkan cara pembuatan
amonia tersebut?

Pda tahun 1905.Fritz Haber mulai mempelajari reaksi dalam pembuatan amonia yang
menggunakan pemikiran yang diprakarsai oleh Le Chatelier dan ilmuwan-ilmuwan lainnya. Haber
menyelesaikan masalah suhu dalam reaksi pembentukan amonia dan unsur-unsurnya dengan
mengembangkan katalis yang dapat meningkatkan laju reaksi secara cepat pada suhu-suhu yang
lebih rendah. Pencapaian terbesar Haber adalah penemuannya pada tahun 1913, yaitu dia berhasil
mensintesis amonia dari gabungan langsung antara nitrogen dan hidrogen yang cukup efektif
dengan menggunakan katalis (uranium dan osmium).
Sementara itu Karl Bosch adalah seorang ahli kimia dam insinyur Jerman yang dilahirkan di
Cologne pada tahun 1874. Bosch memberikan kontribusi penting pada industri kimia termasuk
proses komersial pada pengubahan gas hidrogen dan nitrogen menjadi amonia.

Karl Bosch melanjutkan penelitian pada proses Haber untuk membuat produksi dapat
dikerjakan dengan mudah. Mula-mula dia merencanakan cara untuk membuat hidrogen dan
nitrogen dalam jumlah yang banyak. Selanjutnya dia mencoba untuk menemukan katalis yang dapat
menggantikan uranium dan osmium yang mahal yang digunakan dalam proses Haber. Akhirnya,
Bosch berhasil membangun sebuah pabrik untuk membuat amonia yang dilengkapi dengan ruang
reaksi yang dapat bertahan dalam suhu dan tekanan yang sangat tinggi.

Proses Haber-Bosch dianggap sebagai sintesis kimia paling penting yang dikembangkan pada
abad ke-20. Berdasarkan hal tersebut, makapada tahun 1918, Haber dihadiahi penghargaan Nobel
kimia sebagai pengakuan atas usahanya. Sementara itu, Karl Bosch, yang memperbaiki proses Haber
yang melahirkan proses Haber-Bosch memenangkan penghargaan Nobel pada tahun 1931.

Amonia dikenal oleh orang-orang zaman dahulu, yang mengambil nama dan zat tersebut
dari “sal ammoniac” (nama umum dari senyawa amonium klorida), yang dibuat di kuil Jupiter
Ammon di Libya melalui distilasi kotoran unta. Selama abad pertengahan di Eropa amonia diperoleh
dengan memanaskan tanduk dan kuku lembu jantan. Sementara itu, amonia benas diperoleh oleh
ahli alkimia Jerman Basil Valentine; komposisinya ditentukan oleh ahli kimia Perancis Comte Claude
Berthollet sekitar tahun 1777.

1. Pembuatan Amonia
0

Pembuatan Amonia dengan Proses Haber Bosch

Pembuatan Amonia menurut proses Haber-Bosch, Nitrogen terdapat melimpah di udara, yaitu sekitar 78% volume. Walaupun demikian, senyawa nitrogen tidak
terdapat banyak di alam. Satu-satunya sumber alam yang penting ialah NaNO3 yang disebut Sendawa Chili. Sementara itu, kebutuhan senyawa nitrogen semakin
banyak, misalnya untuk industri pupuk, dan bahan peledak. Oleh karena itu, proses sintesis senyawa nitrogen, fiksasi nitrogen buatan, merupakan proses industri
yang sangat penting. Metode yang utama adalah mereaksikan nitrogen dengan hidrogen membentuk amonia. Selanjutnya amonia dapat diubah menjadi senyawa
nitrogen lain seperti asam nitrat dan garam nitrat.
Dasar teori pembuatan amonia dari nitrogen dan hidrogen ditemukan oleh Fritz Haber (1908), seorang ahli kimia dari Jerman. Sedangkan proses industri
pembuatan amonia untuk produksi secara besar-besaran ditemukan oleh

Carl Bosch, seorang insinyur kimia juga dari Jerman. Persamaan termokimia reaksi sintesis amonia adalah :

Berdasarkan prinsip kesetimbangan kondisi yang menguntungkan untuk ketuntasan reaksi ke kanan (pembentukan NH3) adalah suhu rendah dan tekanan tinggi.
Akan tetapi, reaksi tersebut berlangsung sangat lambat pada suhu rendah, bahkan pada suhu 500oC sekalipun. Dilain pihak, karena reaksi ke kanan eksoterm,
penambahan suhu akan mengurangi rendemen. Proses Haber-Bosch semula dilangsungkan pada suhu sekitar 500oC dan tekanan sekitar 150-350 atm dengan
katalisator, yaitu serbuk besi dicampur dengan Al2O3, MgO, CaO, dan K2O. Seiring dengan kemajuan teknologi, digunakanlah tekanan yang jauh lebih besar,
bahkan mencapai 700 atm. Untuk mengurangi reaksi balik, maka amonia yang terbentuk segera dipisahkan. Mula-mula campuran gas nitrogen dan hidrogen
dikompresi (dimampatkan) hingga mencapai tekanan yang diinginkan. Kemudian campuran gas dipanaskan dalam suatu ruangan yang bersama katalisator
sehingga terbentuk amonia. Diagram alur dari proses Haber-bosch untuk sintesis amonia :

Dasar teori pembuatan amonia dari nitrogen dan hydrogen ditemukan oleh Fritz Haber
(1908), seorang ahli kimia dari Jerman. Sedangkan proses industri pembuatan amonia untuk
produksi secara besar-besaran ditemukan oleh Carl Bosch, seorang insinyur kimia juga dari
Jerman. Persamaan termokimia reaksi sintesis amonia adalah :

N2(g) + 3H2(g) ⇄ 2NH3(g) ∆H = -92,4Kj Pada 25oC : Kp = 6,2×105


Berdasarkan prinsip kesetimbangan kondisi yang menguntungkan untuk ketuntasan reaksi ke
kanan (pembentukanNH3) adalah suhu rendah dan tekanan tinggi. Akan tetapi, reaksi
tersebut berlangsung sangat lambat pada suhu rendah, bahkan pada suhu 500oC sekalipun.
Dipihak lain, karena reaksi ke kanan eksoterm, penambahan suhu akan mengurangi
rendemen. Proses Haber-Bosch semula dilangsungkan pada suhu sekitar 500oC dan tekanan
sekitar 150-350 atm dengan katalisator, yaitu serbuk besi dicampur dengan Al2O3, MgO,
CaO, dan K2O.

Reaksi kekanan pada pembuatan amonia adalah reaksi eksoterm. Reaksi eksoterm lebih baik
jika suhu diturunkan, tetapi jika suhu diturunkan maka reaksi berjalan sangat lambat .
Amonia punya berat molekul 17,03. Amonia ditekanan atmosfer fasanya gas. Titik didih
Amonia -33,35 oC, titik bekunya -77,7 oC, temperatur & tekanan kritiknya 133 oC & 1657
psi. Entalpi pembentukan (∆H), kkal/mol NH3(g) pada 0oC, -9,368; 25 oC, -11,04. Pada
proses sintesis pd suhu 700-1000oF, akan dilepaskan panas sebesar 13 kkal/mol. Kondisi
optimum untuk dapat bereaksi dengan suhu 400- 600oC, dengan tekanan 150-300 atm.
Kondisi optimum pembuatan amonia (NH3) dapat digambarkan pada tabel berikut :

Kondisi Optimum Pembuatan NH3

Reaksi : N2(g) + 3H2(g) ⇄ 2NH3(g) ∆H= -924 kJ

1.         Suhu

1. Reaksi bersifat eksoterm

2. Suhu rendah akan menggeser kesetimbangan kekanan.

3. Kendala:Reaksi berjalan lambat 400-600Oc

2.         Tekanan

1. Jumlah mol pereaksi lebih besar dibanding dengan jumlah mol produk.

2. Memperbesar tekanan akan menggeser kesetimbangan kekanan.

3. Kendala Tekanan sistem dibatasi oleh kemampuan alat dan faktor keselamatan pada 150-
300 atm

3.         Konsentrasi

Pengambilan NH3 secara terus menerus akan menggeser kesetimbangan kearah kanan

4.         Katalis

Katalis tidak menggeser kesetimbangan kekanan, tetapi mempercepat laju reaksi secara
keseluruhan

Fe dengan campuran Al2O3 KOH dan garam lainnya


Pengaruh katalis pada sistem kesetimbangan adalah dapat mempercepat terjadinya reaksi
kekanan atau kekiri, keadaan kesetimbangan akan tercapai lebih cepat tetapi katalis tidak
mengubah jumlah kesetimbangan dari spesies-spesies yang bereaksi atau dengan kata lain
katalis tidak mengubah nilai numeris dalam tetapan kesetimbangan. Peranan katalis adalah
mengubah mekanisme reaksi kimia agar cepat tercapai suatu produk.

Katalis yang dipergunakan untuk mempercepat reaksi memberikan mekanisme suatu reaksi
yang lebih rendah dibandingkan reaksi yang tanpa katalis. Dengan energi aktivasi lebih
rendah menyebabkan maka lebih banyak partikel yang memiliki energi kinetik yang cukup
untuk mengatasi halangan energi aktivasi sehingga jumlah tumbukan efektif akan bertambah
sehingga laju meningkat. Perbandingan reaksi dengan katalis dan tanpa katalis dapat dilihat
pada gambar dihalaman berikut:

Dengan kemajuan teknologi sekarang digunakan tekanan yang jauh lebih besar, bahkan
mencapai 700 atm. Untuk mengurangi reaksi balik, maka amonia yang terbentuk segera
dipisahkan. Mula-mula campuran gas nitrogen dan hidrogen dikompresi (dimampatkan)
hingga mencapai tekanan yang diinginkan. Kemudian campuran gas dipanaskan dalam suatu
ruangan yang bersama katalisator sehingga terbentuk amonia. Diagram alur dari proses
Haber-bosch untuk sintesis amonia

Anda mungkin juga menyukai