Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL BEDSIDE TEACHING

“PENGUKURAN Central Veneus Pressure (CVP)”

Oleh :
1. Riska Nurfadilah
2. Ayudia Arinda Dwi Q.H
3. Windhy Byar Surya Putri
4. Diana Merin Arsylia

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
2019
PROPOSAL BEDSIDE TEACHING

Keperawatan kritis merupakan area spesialistik dari keperawatan yang dikembangkan


untuk menjawab tantangan dan kebutuhan klien dengan masalah kesehatan akut dan
mengancam jiwa yang memerlukan perawatan secara intensif. Salah satunya adalah pasien
dengan gagal jantung, overload cairan, shock, hipertensi pulmonal dan banyak kasus lain
adalah pasien dengan masalah perubahan status hemodinamik.
Hemidinamik status adalah indeks dari tekanan dan kecepatan aliran darah dalam paru
dan sirkulasi sistemik. Salah satu pengukuran hemodinamika adalah CVP. CVP (Central
Veneus Pressure) adalah tekanan didalam atrium kanan pada vena besar dalam rongga toraks
dan letak ujung kateter pada vena kava superior tepat di distal atrium kanan. Pentingnya
pemantauan terus menerus terhadap status hemodinamik, respirasi, dan tanda-tanda vital lain
akan menjamin early detection bisa dilaksanakan dengan baik sehingga dapat mecegah pasien
jatuh kepada kondisi lebih parah.
Perkembangan teknologi dan intervensi medis untuk pemulihan pasien-pasien kritis
telah berdampak pada meningkatnya pengakuan akan pentingnya peran keperawatan dalam
mengobservasi dan monitoring pasien-pasien kritis. Bahkan, dokter akan sangat tergantung
pada perawat dalam mengawasi perubahan-perubahan yang terjadi pada pasien kritis termasuk
melakukan penanganan awal ketika dokter tersebut tidak ada di tempat. Sehingga disinilah kita
sebagai perawat dituntut secara ekstra untuk memiliki skill maupun pengetahuan yang tinggi
Dari hasil studi pendahuluan yang penulis lakukan di ruangan CVCU RSUP Dr. M djamil
Padang didapatkan bahwa dari 1 orang pasien terpasang Central Veneus Pressure (CVP).

A. Tujuan
1. Menjelaskan definisi CVP (Central Veneus Pressure)
2. Menjelaskan tujan pengukuran CVP (Central Veneus Pressure)
3. Menjelaskan indikasi pengukuran CVP (Central Veneus Pressure)
4. Menjelaskan interpretasi hasil pengukuran CVP (Central Veneus Pressure)
5. Menjelaskan apa saja faktor yang mempengaruhi pengukuran CVP (Central Veneus
Pressure)
B. Sasaran

Pasien di Ruangan 5 CVCU RS. Dr. Saiful Anwar Malang

C. Materi
1. Pengertian Definisi dari CVP (Central Veneus Pressure)
2. Tujuan dari CVP (Central Veneus Pressure)
3. Indikasi CVP (Central Veneus Pressure)
4. Interprestasi Pengukuran CVP (Central Veneus Pressure)
5. faktor yang mempengaruhi pengukuran CVP (Central Veneus Pressure)

D. Metode.
Praktikum, Diskusi dan Bedside Teaching

E. Media
Persiapan Alat

F. Proses
Langkah-langkah yang diperlukan dalam Bedside Teaching adalah sebagai berikut:

PP Tahap Prapelaksanaan

Penetapan Pasien
Proposal

Persiapan pasien:
- Informed consent
- Hasi pengkajian/intervensi data

- Apa yang menjadi masalah


Penyajian masalah - Cross cek data yang ada
- Apa yang menyebabkan masalah yang
tersebut
- Bagaimana pendekatan (Proses Kep,
SOP)

Validitas data

Tahap implementasi
pada bed pasien Diskusi karu, PP, perawat
konselor

Tahap BST pada bed


pasien Analisa data

Masalah Teratasi Aplikasi hasil analisa dan


diskusi
1) Persiapan

a. Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan bedside teaching


b. Pemberian informed consent kepada klien dan keluarga.
2) Pelaksanaan BST
1.Penjelasan tentang klien oleh perawat primer dalam hal ini penjelasan difokuskan pada
masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan dan memiliki
prioritas yang perlu didikusikan.
2.Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
3.Pemberi justifikasi oleh perawat primer atau perawat konselor/manajer tetang masalah
klien serta rencana tindakan yang akan dilakukan.
4.Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah ada akan ditetapkan
3) Pasca BST
Mendikusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menetapkan tindakan
yang perlu dilakukan

G. Waktu dan tempat


Hari / Tanggal :
Waktu :
Tempat :

H. Peran Masing-masing anggota tim


a. Peran perawat primer
- Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien
- Menjelaskan diagnosis keperawatan
- Menjelaskan intervensi yang dilakukan
- Menjelaskan hasil yang didapat
- Menjelaskan rasional dari tindakan yang diambil
- Menggali masalah-masalah yang belum terkaji
I. Kriteria Evaluasi.
a. Bagaimana koordinasi dan persiapan BST
b. Bagaimana peran perawat primer pada saat BST

J. Kegiatan Bedside Teaching


1. Tahapan Pra-BST
b. Preparation
c. Planning
d. Briefing : 4P 1R
1) Problem : masalah yang ditemukan pada klien
2) Practice : tindakan yang akan dilakukan terkait masalah klien
3) Preparation : persiapan alat, persiapan pasien, persiapan lingkungan
4) Procedure : prosedur pelaksanaan
5) Role : aturan yang disampaikan oleh pembimbing klinik
2. Round : fase kerja (Pelaksanaan) dan fase terminasi (evaluasi)
3. Post round : evaluasi dari pembimbing klinik terhadap tindakan yang dilakukan.
K. Penutup
Demikianlah proposal ini kami buat dengan sebenar-benarnya, kiranya dapat dijadikan
masukan dalam pengembangan dan pengaplikasian metode pembelajaran.

Malang, Januari 2020


Mengetahui,
Pembimbing Klinik Ketua Kelompok,

(..........................................................) (.........................................................)

Mengetahui,
Kepala Ruang 5 CVCU
RS dr. Saiful Anwar Malang

(...........................................................)
A. Central Veneus Pressure (CVP)
Central Venous Pressure yang juga dikenal dengan singkatan CVP atau kita sebut
sebagai Tekanan Vena Sentral, pada beberapa penanganan kasus sangat diperlukan untuk
mendukung diagnosa, mengetahui kondisi pasien, serta monitoring resusitasi. CVP adalah
suatu hasil dari pengukuran tekanan vena sentral. CVP tersebut dapat di pasang pada
beberapa lokasi seperti pada vena jugularis interna, vena subklavia, vena basilika, vena
femoralis. Dimana masing‐masing lokasi tersebut memiliki keuntungan dan kerugian
dalam hal tingkat kesulitan pemasangan, resiko pemasangan, kenyamanan pasien,
perawatan CVP, juga ketersediaan jenis CVP yang sesuai dengan lokasi pemasangan CVP
tersebut.
CVP adalah memasukkan kateter poli ethylene dari vena tepi sehingga ujungnya
berada di dalam atrium kanan atau di muara vena cava. CVP disebut juga kateterisasi vena
sentralis (KVS). Tekanan vena sentral secara langsung merefleksikan tekanan pada atrium
kanan. Secara tidak langsung menggambarkan beban awal jantung kanan atau tekanan
ventrikel kanan pada akhir diastole.
Tekanan vena sentral (CVP) adalah tekanan dari darah atrium kanan jantung dan vena
cava dan memberikan informasi mengenai volume darah dalam hubungannya dengan
kapasitas saat ini, tonus vaskular, keefektifan fungsi jantung kanan, resistensi vaskular
paru dan tekanan intra torak. Nilai normal CVP berkisar 3 – 15cm air (3-10 mmHg)
(Higgnis, 2004 dalam Dougherty, 2010).
Tekanan vena sentral atau Central Venous Pressure (CVP) adalah tekanan intravascular
didalam vena cava torakal. Tekanan vena sentral menggambarkan banyaknya darah yang
kembali ke dalam jantung dan kemampuan jantung untuk memompa darah kedalam sistem
arterial. Perkiraan yang baik dari tekanan atrium kanan, yang mana merupakan
faktor yang menentukan dari volume akhir diastolik ventrikel kanan.
Tekanan vena sentral menggambarkan keseimbangan antara volume intravaskuler,
venous capacitance, dan fungsi ventrikel kanan. Pengukuran CVP sering digunakan
sebagai panduan untuk menentukan status volume pasien dan kebutuhan cairan dan untuk
memeriksa adanya tamponade

B. Tujuan Pengukuran (CVP)


1. Mengetahui status intravaskuler dan menunjukkan volume sirkulasi darah atau status
hidrasi tubuh (normovolemik, hipervolemik, atau hipovolemik/dehidrasi)
2. Mengetahui tonus pembuluh darah: hipotonus atau hipertonus
3. Mengetahui fungsi ventrikel kanan sebagai pompa (indikasi gagal jantung kanan)

C. Indikasi Pengukuran CVP


1. Kegagalan sirkulasi akut
2. Antisipasi transfusi darah massif untuk terapi penggantian cairan
3. Penggantian cairan yang hatihati pada pasien dengan gangguan jantug
Curiga adanya tamponade
D. KONTRAINDIKASI
1. Nyeri dan inflamasi pada area penusukan
2. Bekuan darah karena tertekuknya kateter
3. Tromboplebitis
4. Microshok
5. Disritmia jantung
6. Pembedahan leher
7. Insersi kawat pacemaker
E. KOMPLIKASI
1) Kelebihan cairan

Ketidaktepatan pemasangan kateter pada atrium kanan menyebabkan nilai CVP


tidak akurat dan tidak sesuai dengan kondisi pasien, sehingga pemberian terapi cairan
beresiko berlebihan.

2) Infeksi pada tempat tusukan dan Sepsis

Perawatan pada tempat pemasangan kateter CVP pada tubuh pasien harus
memperhatikan teknik steril, sehingga apabila tidak dilakukan perawatan yang benar
maka akan timbul sepsis akibat adanya infeksi dan ketidasterilan perwatan pada tempat
pemasangan kateter CVP.

3) Emboli pulmoner : walaupun <20 mL jarang menyebabkan masalah, namun volume


udara yang lebih besar dapat menyebabkan embolisme paru dan henti jantung.
4) Malposisi kateter
5) Tertusuknya arteri (R. perdarahan)

Kesalahan atau ketidaktepatan penentuan lokasi pemasangan akan beresiko


menusuk pembuluh darah yang berada di sekitar lokasi pemasangan dan dapat
menimbulkan perdarahan.

A. PERSIAPAN UNTUK PEMASANGAN


a) Persiapan pasien
Memberikan penjelasan pd klien dan klg ttg:
 tujuan pemasangan,
 daerah pemasangan, &
 prosedur yang akan dikerjakan
b) Persiapan alat
 Kateter CVP
 Set CVP
 Spuit 2,5 cc
 Antiseptik
 Obat anaestesi local
 Sarung tangan steril
 Bengkok
 Cairan NaCl 0,9% (25 ml)
 Plester
c) Cara Kerja
1) Daerah yang Dipasang :

 Vena femoralis
 Vena cephalika
 Vena basalika
 Vena subclavia
 Vena jugularis eksterna
 Vena jugularis interna
2) Cara Pemasangan :
 Penderita tidur terlentang (trendelenberg)
 Bahu kiri diberi bantal
 Pakai sarung tangan
 Desinfeksi daearah CVP
 Pasang doek lobang
 Tentukan tempat tusukan
 Beri anestesi lokal
 Ukur berapa jauh kateter dimasukkan
 Ujung kateter sambungkan dengan spuit 20 cc yang diisi NaCl 0,9% 2-5 cc
 Jarum ditusukkan kira – kira 1 jari kedepan medial, ke arah telinga sisi yang
berlawanan
 Darah dihisap dengan spuit tadi
 Kateter terus dimasukkan ke dalam jarum, terus didorong sampai dengan vena
cava superior atau atrium kanan
 Mandrin dicabut kemudian disambung infus -> manometer dengan three way
stopcock
 Kateter fiksasi pada kulit
 Beri betadhin 10%
 Tutup kasa steril dan diplester

3) Keuntungan Pemasangan di Daerah Vena Sublavia


 Mudah dilaksanakan (diameter 1,5 cm – 2,5 cm)
 Fiksasi mudah
 Menyengkan penderita
 Tidak mengganggu perawatan rutin dapat dipertahankan sampai 1 minggu
d) Pemantauan CVP

Terdapat dua metode pemantauan CVP :

1) System manometer: memungkinkan pembacaan intermiten dan kurang akurat


dibandigkan system transduser dan lebih jarang digunakan.
1) Cara Menentukan Titik Nol
CVP Manometer

 Penderita tidur terlentang mendatar


 Dengan menggunakan slang air tang berisi air ± setengahnya -> membentuk
lingkaran dengan batas air yang terpisah
 Titik nol penderita dihubungkan dengan batas air pada sisi slang yang satu. Sisi
yang lain ditempatkan pada manometer.
 Titik nol manometer dapat ditentukan
 Titik nol manometer adalah titik yang sama tingginya dengan titik aliran V.cava
superior, atrium kanan dan V.cava inferior bertemu menjadi satu. Lihat gambar
di bawah ini

Posisi pasien saat pengukuran CVP


2) Penilaian CVP
 Kateter, infus, manometer dihubungkan dengan stopcock lalu amati infus
lancar atau tidak
 Penderita terlentang
 Cairan infus kita naikkan ke dalam manometer sampai dengan angka
tertinggi. jaga jangan sampai cairan keluar
 Cairan infus kita tutup, dengan memutar stopcock hubungkan manometer
akan masuk ke tubuh penderita
 Permukaan cairan di manometer akan turun dan terjadi undulasi sesuai
irama nafas, turun (inspirasi), naik (ekspirasi)
 Undulasi berhenti, disitu batas terahir, nilai CVP
 Nilai pada angka 7, nilai CVP 7 cmH2O
 Infus dijalankan lagi setelah diketahui nilai CVP
3) Nilai CVP
 Nilai rendah : < 4 cmH2O
 Nilai normal : 4 – 10 cmH2O
 Nilai sedang : 10 – 15 cmH2O
 Nilai tinggi : > 15 cmH2O
4) Penilaian CVP dan Arti Klinisnya
CVP sangat berarti pada penderita yang mengalami shock dan penilaiannya
adalah sebagai berikut :
 CVP rendah (< 4 cmH2O)
 Beri darah atau cairan dengan tetesan cepat.
 Bila CVP normal, tanda shock hilang -> shock hipovolemik
 Bila CVP normal, tanda – tanda shock bertambah -> shock septik
 CVP normal (4 – 14 cmH2O)
 Bila darah atau cairan dengan hati – hati dan dipantau pengaruhnya
dalam sirkulasi.
 Bila CVP normal, tanda – tanda shock negatif -> shock hipovolemik
 Bila CVP bertambah naik, tanda shock positif -> septik shock,
cardiogenik shock
 CVP tinggi (> 15 cmH2O)
 Menunjukkan adanya gangguan kerja jantung (insufisiensi kardiak)
 Terapi : obat kardiotonika (dopamin).

2) System Transduser : memungkinkan pembacaan secara continue yang ditampilkan


di monitor.
1) Prosedur pengukuran cvp dengan menggunakan transduser
 Jelaskan prosedur kepada pasien
 Pastikan patensi kateter vena sentral sebelum dilakukan prosedur.
 Pasien diposisikan terlentang jika memungkinkan posisi yang sama harus
digunakan untuk setiap pengukuran.
 Lakukan kalibrasi (nol) monitor sesuai dengan rekomendasi pabrik yang
tercantum dalam petunjuk manual penggunaan alat- biasanya termasuk
membuka sistem ke atmosfer (tutup ke arah pasien, terbuka ke udara) dan
tekan tombol nol pada monitor, begitu nol tampil di layar maka monitor
telah terkalibrasi. Dengan membuat CVP menjadi nol memastikan bahwa
tekanan atmosfer pada titik pengukuran adalah nol.
 Amati gambaran CVP pada monitor. Bentuk gelombang pada monitor harus
sedikit berumbulasi secara alamiah mencerminkan perubahan pada tekanan
atrium kanan selama siklus jantung.
 Catat nilai pembacaan dan laporkan setiap peruabahan dan kelainan (juga
hitung rata-rata hasil pembacaan tekanan)

2) Bentuk Gelombang CVP

Bentuk gelombang CVP mencerminkan perubahan-perubahan pada tekanan


atrium kanan selama siklus jantung.

 Gelombang A : kontraksi atrium kanan (gelombang P pada EKG). Jika


gelombang A naik, maka pasien mengalami kegagalan ventrikel kanan atau
stenosis tricuspid.
 Gelombang C : penutupan katub tricuspid (mengikuti kompleks QRS pada
EKG). Jarak dari A-C harus berhubungan dengan interval PR pada EKG.
 Gelombang V : tekanan yang terjadi pada atrium kanan selama kontraksi
ventrikel, walapun katub tricuspid telah menutup (bagian akhir gelombang
T pada EKG). Jika gelombang V naik, maka pasien mungkin memiliki
penyakit katub tricuspid.

3) Pengukuran CVP Normal

Pemantauan tekanan vena sentral secara normal menunjukkan pengukuran


sebagai berikut :

 5-10 mmHg mid-aksila


 7-14 cmH2O mid-aksila
D. Interprestasi Pengukuran CVP
1. Rendah : < 6 cm H2O
2. Normal : 6 sampai 12 cm H2O
3. Tinggi : > 12 cm H2O
E. Faktor‐Faktor Yang Mempengaruhi Pengukuran CVP
1. Volume darah vena sentral
a. Venous return/cardiac output
b. Volume darah total
c. Tonus vaskuler regional
2. Pemenuhan kompartemen sentral
a. Tonus vaskuler
b. Pemenuhan ventrikel kanan
c. Penyakit myokard
d. Penyakit perikard
e. Tamponade
3. Penyakit katup trikuspid
a. Stenosis
b. Regurgitasi
4. Ritme jantung
a. Ritme junctional
b. Fibrilasi atrium
c. Disosiasi atrioventrikular
5. Level transducer
a. Posisi pasien
b. Tekanan intrathorakal
c. Respirasi
d. Intermittent positive‐presure ventilation
e. Positive end‐expiratory pressure
f. Tension pneumothorax
Tabel Penyebab yang mungkin dari CVP yang meningkat dan menurun

Peningkatan CVP menujukkan Penurunan CVP menunjukkan


volume darah yang tinggi, volume darah yang rendah,
tetapi juga : tetapi juga:
1. Gagal ventrikel kanan 1. Adanya asites (menyebabkan
2. Temponade jatung peningakatan intra abdomen
3. Hipertensi pulmonal 2. Vasodilatasi vena perifer
4. Inkompetensi katup trikuspidalis meningkat
5. Infus sedang berlangsung saat 3. Peberian obat-obatan
pengukuran vasodilatasi
6. Ujung kateter tersumbat atau 4. Tekanan intra-torakal meningkat
tergeser 5. Adanya septikemia
7. Kesalahan pengguna 6. Disfungsi sistem saraf simpatis
(manley, 1991 dalam Dougherty, 2010)

F. Cara melakukan pengukuran CVP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Pengukuran CVP


Pengertian CVP (Central Veneus Pressure) adalah tekanan didalam atrium
kanan pada vena besar dalam rongga toraks dan letak ujung kateter
pada vena kava superior tepat di distal atrium kanan. Pentingnya
pemantauan terus menerus terhadap status hemodinamik, respirasi,
dan tanda-tanda vital lain akan menjamin early detection bisa
dilaksanakan dengan baik sehingga dapat mencegah pasien jatuh
kepada kondisi lebih parah.
Tujuan Mengetahui status intravaskuler dan menunjukkan volume
Umum sirkulasi darah atau status hidrasi tubuh (normovolemik,
hipervolemik, atau hipovolemik/dehidrasi)
1. PERSIAPAN ALAT
o Set CVP (Satu lumen, Dua lumen, Tiga lumen, Empat
lumen).
o Manometer
o Set ganti balutan/ set vena seksi
o Set infus dan cairan yang akan dipakai
o Three Way/stopcock 3-4 buah (transduser tekanan mungkin
akan digunakan)
o Plester
o Waterpass
o Betadine

2. PERSIAPAN PASIEN
1. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien/
keluarga
2. Menjelaskan Tujuan tindakan kepada pasien / keluarga
3. Meminta persetujuan pasien
4. Mengatur posisi tidur terlentang pada pasien
3. PROSEDUR
1. Mencuci tangan
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pengukuran CVP pada
klien dan keluarganya
3. Menempatkan klien pada posisi yang diinginkan untuk
mendapatkan titik 0/ posisi terlentang
4. Menentukan titik nol manometer disejajarkan dengan tinggi
atrium kanan yang diperkirakan/ mid aksila line
(melakukan Zero)
5. Memutar Three Way sehingga cairan infus masuk ke dalam
manometer sampai batas 25-30cm H2O, sementara cairan
ke arah pembuluh darah klien distop
6. Memutar Three Way sehingga cairan dalam manometer
mengalir ke arah/ ke dalam pembuluh darah klien dan yang
kearah botol infus distop
7. Mengamati fluktuasi /undulasi cairan yang terdapat dalam
manometer dan catat pada angka dimana cairan bergerak
stabil. Ini adalah hasil/ nilai CVP
8. Mengembalikan klien ke posisi semula dan memutar three
way lagi ke arah semula agar cairan infus mangalir dari
botol infus ke pembuluh darah vena klien
9. Mencatat nilai CVP pada saat pengukuran, tekanan normal
berkisar 5-15 cm H2O ( 1 cm H2O = 0,7 mmHg )
10. Menilai kondisi klinis klien setelah pengukuran CVP
11. Mengobservasi tanda-tanda komplikasi
12. Mempertahankan kesterilan lokasi insisi
13. Mendokumentasikan prosedur dan respon klien pada
catatan klien.

4. SIKAP
1. Menjaga Privasi pasien
2. Memperhatikan respons pasien selama pemeriksaan
3. Memperlihatkan sikap keramah-tamahan
4. Menujukkan sikap yang sopan

5. TERMINASI
1. Memberitahukan hasil kegiatan kepada pasien
2. Merapikan pasien dan alat-alat yang sudah digunakan
3. Mengkomunikasikan hasil ke pihak terkait/ profesi lain.

6. Dokumentasi
1. Catat hasil pemeriksaan
2. Cantumkan nama klien pada hasil CVP
3. Cantumkan umur klien pada hasil CVP
4. Cantumkan nomor rekam medis klien pada hasil CVP
5. Cantumkan waktu (jam dan tanggal) pelaksanaan
pemeriksaan CVP
1. Catat identitas pasien, waktu pelaksanaan dan
kemungkinan adanya abnormalitas hasil CVP
dalam catatan medis (RM)
2. Laporkan adanya kondisi abnormal
3. Respon klien
DAFTAR PUSTAKA

Dougherty, L. 2010. Akses Vena Sentral. Jakarta: Erlangga.

Hudak, C. dan Gallo, B. 2008.Keperawatan kritis : Pendekatan Holistik Vol. 1 Editor:Monika


Ester. Jakarta : EGC.

Nurachmah, E. 2000. Buku Saku Prosedur Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Suzanne, S. dan Bare, B. 2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &Suddarth
Edisi 8.Editor Monila Ester. Jakarta : EGC.

Tim Keperawatan Kritis UNAIR. 2017. Modul Praktikum Keperawtan Kritis. Surabaya

Anda mungkin juga menyukai