Anda di halaman 1dari 7

PROSES TREATING

REAKSI KIMIA YANG BERLANGSUNG


Berikut merupakan reaksi yang terjadi pada saat treating dengan menggunakan caustic
soda. Caustic akan mengoksidasi RSH (merkaptan) dan senyawa sulfur lainnya. Reaksi
ini berlangsung secara irrreversibel (searah), karena kaustik soda yang telah jenuh tidak
dapat di regenerasi kembali. Dan pola aliran dalam mixer terjadi dalam satu arah
RSH + NaOH RSNa + H2O
H2S + 2NaOH Na2S + H2O

PROSES BERLANGSUNGNYA TREATING


Proses treating menggunakan caustic soda ini merupakan salah satu metode treating
yang digunakan di kilang pusdiklat migas Cepu. Dengan menggunakan metode ini dapat
menghilangkan atau mengurangi H2S dan RSH dengan menggunakan cautic soda (NaOH)
dalam bentuk larutan. NaOH yang digunakan sebagai bahan baku memiliki konsentrasi + 48%
wt, namun jika NaOH dalam bentuk padatan bahan baku yang digunakan memiliki konsentrasi
+ 80% wt, maka harus dikontakkan dengan steam terlebih dahulu agar dapat di gunakan dalam
proses treating ini. Kemudian pada penggunaaan operasionalnya, NaOH yang digunakan
memiliki konsentrasi + 20 - 25 % wt. Oleh karena itu dilakukan pengenceran NaOH dengan
air dengan perbandingan 1:1 sehingga didapatkan konsentrasi NaOH yang memenuhi
spesifikasi untuk siap dioperasikan

1. Proses Treating Pertasol CB dan CC


Feed berupa Pertasol CB merupakan hasil fraksinasi C-2 dan Pertasol CC
merupakan hasil fraksinasi dari C-1 side stream No. 8 dan ditampung kedalam tangki
produk pada Pertasol CB (T-110 dan T-113) dan untuk Pertasol CC (T-112), kemudian di
drain agar kotoran-kotoran yang tidak diinginkan tidak terikut ke dalam proses. Pertasol
CB dan CC diadsorpsikan dengan adsorben berupa arang aktif secukupnya, hal ini
dilakukan untuk memperbaiki kualitas warna agar sesuai dengan spesifikasi. Pertasol CB
dan CC dipompakan bersamaan dengan NaOH (yang terdapat dalam Bak Soda) dengan
pressure masing–masing untuk Pertasol CB dan Pertasol CC 3 kg/cm2 dan untuk Caustic
Soda (NaOH) 2 kg/cm2, kedalam mixing - device (Mixer) sehingga terjadi aliran yang
turbulen dalam mixer. Di dalam Mixer terjadi reaksi kimia pengikatan caustic soda dengan
senyawa sulfur yang terdapat dalam Pertasol. Kemudian menuju ke Settler vessel Pertasol
CB dan Pertasol CC. Sehingga di dalam settler vessel terjadi pemisahan antara produk
pertasol (yang sudah berkurang kadar RSH dan H2S) dan Caustic Soda yang mengandung
RSH dan H2S. Dimana, Pertasol CB dan CC berada di atas vessel dan Caustic Soda berada
di bawah vessel, hal ini terjadi akibat adanya perbedaan densitas (massa jenis), yaitu massa
jenis Caustic yang lebih besar dari pada Pertasol. Treated Pertasol (yang sudah di treating)
selanjutnya menuju ke Tank Loading untuk produk Pertasol CB menuju ke T-128, T-129,
T-131 dan T-132 kemudian untuk Pertasol CC menuju ke T-134 sebagai tank penampung
dan dilakukan drain kembali guna meyakinkan produk sudah tidak mengandung kotoran-
kotoran yang mampu mempengaruhi kualitas produk yang siap untuk di pasarkan ke
konsumen.

2. Proses Treating Pertasol CA


Feed berupa Pertasol CA hasil dari fraksinasi C-2 ditampung kedalam tangki
produk Pertasol CA T-114, T-116 dan T-117, kemudian di drain agar kotoran-kotoran yang
tidak diinginkan tidak terikut ke dalam proses. Pertasol CC dipompakan bersamaan dengan
NaOH (yang terdapat dalam Tangki Soda) dengan pressure masing–masing untuk Pertasol
(CA, CB, CC) 3 kg/cm2 dan untuk Caustic Soda (NaOH) 2 kg/cm2, kedalam mixing- device
(Mixer) sehingga terjadi aliran yang turbulen dalam mixer. Di dalam Mixer terjadi reaksi
kimia pengikatan caustic soda dengan senyawa sulfur yang terdapat dalam Pertasol.
Kemudian menuju ke Settler vessel untuk Pertasol CA. Sehingga di dalam settling vessel
terjadi pemisahan antara produk Pertasol CA (yang sudah berkurang kadar RSH dan H2S)
dan Caustic Soda yang mengandung RSH dan H2S. Dimana, Pertasol CA berada di atas
vessel dan Caustic Soda berada di bawah vessel, hal ini terjadi akibat adanya perbedaan
densitas (massa jenis). yaitu massa jenis Caustic yang lebih besar dari pada Pertasol.
Kemudian Pertasol menuju ke Separator di drain kembali guna menghilangkan caustic soda
yang masih terikut kedalamnya untuk dipisahkan kembali. Treated Pertasol CA (yang telah
di treating) selanjutnya menuju ke Tank Loading T-130, T-133, T-143 dan T-144 sebagai
tank penampung dan dilakukan drain kembali guna meyakinkan produk sudah tidak
mengandung kotoran-kotoran yang mampu mempengaruhi kualitas produk yang siap untuk
di pasarkan ke konsumen.
Perbandingan pencampuran antara produk pertasol yang akan di treating dengan Cautic
soda (NaOH) yang akan digunakan sebagai media treating yang digunakan di Kilang Pusdiklat
Migas Cepu yaitu 2: 1. Dengan perbandingan Pertasol 2 dan Caustic Soda 1. Selain itu yang
perlu diperhatikan adalah kebersihan feed (Pertasol) melalui proses drain, dan memastikan
tidak ada air yang terikut kedalam proses, karena akan menyebabkan konsentrasi soda menurun
ketika proses treating sehingga caustic mudah jenuh dan kemampuan dalam mengikat senyawa
sulfur berkurang.

Peralatan yang digunakan dalam treating Caustic Soda yaitu


1. Tangki Produk
Tangki produk berjumlah 6 (enam) buah, untuk produk Pertasol CA (T-114, T-116 dan T-
117), Pertasol CB (T-110 dan T-113) dan Pertasol CC (T-112). Tangki produk ini
digunakan untuk menampung pertasol (CA, CB, CC) dari hasil fraksinasi (sebelum
dilakukan treating).

2. Adsorber
Kolom adsorber ini terdapat 2 buah yang digunakan sebagai tempat terjadinya adsorpsi
Pertasol CB dan Pertasol CC dengan adsorben berupa arang aktif secukupnya. Hal ini
berguna memperbaiki kualitas warna dari pertasol CC sehingga memenuhi spesifikasi
untuk proses selanjutnya.

3. Mixer
Terdapat 3 Mixer ( masing-masing line untuk pertasol CA, CB, CC) yang digunakan
sebagai tempat treating dengan caustic soda ini berlangsung. Yaitu dengan memompakan
pertasol dan caustic soda secara kontinyu sehingga terjadi aliran yang turbulen.

4. Settler Vessel
Terdapat 3 Settler vessel untuk masing-masing pertasol (CA, CB, CC). Vessel ini
dipergunakan untuk menampung hasil produk (pertasol) yang telah di treating untuk
memisahkan antara caustic yang telah digunakan dan produk pertasol yang telah di
treating.

5. Separator
Separator yang digunakan berjumlah 1 (satu) yaitu untuk memisahkan caustic yang masih
terikut ke dalam produk Pertasol CA.

6. Tank Loading
Tank loading ini berjumlah 9 (sembilan) yang mana digunakan untuk hasil produk pertasol
CA (T-130, T-133, T-143 dan T-144) Pertasol CB (T-128, T-129, T-131 dan T-132) dan
Pertasol CC (T-134) yang telah di treating dan dipisahkan dari caustic soda.

7. Pompa
Pompa yang digunakan merupakan pompa centrifugal yang berjumlah 6 yaitu untuk
produk pertasol (CA, CB, CC) 3 buah, dan caustic soda (NaOH) 3 buah.

8. Bak Pelarut Caustic Soda


Bak Pencampur Soda digunakan untuk mencampurkan Caustic Soda dan Air
(Pelarutan) guna menurunkan konsentrasi bahan baku menjadi + 20 - 25 % wt. Untuk dapat
diopeasikan dalam proses treating. Tentunya dengan perbandingan pencampuran 1:1.
9. Rotameter
Rotameter merupakan alat untuk mengukur tingkat aliran Pertasol dan Caustic
dalam tabung tertutup, sehingga diketahui ketinggian aliran. Di kilang Pusdiklat Migas
Cepu, alat ini digunakan pada unit treating guna menentukan perbandingan pencampuran
antara Caustic dan Pertasol sehingga mencapai perbandingan 2:1, yaitu 2 bagian untuk
Pertasol dan 1 bagian untuk Caustic Soda. Namun Alat ini tidak lagi dioperasikan di Kilang
Pusdiklat Migas Cepu karena sedang dalam tahap pembenahan.
Prinsip kerja dari Rotameter ini mula – mula float (di dalam rotameter) berada pada
posisi setimbang (angka nol pada scale line) menunjukkan bahwa tidak adanya gaya yang
bekerja pada float, dengan demikian tidak ada fluida yang mengalir. Ketika terjadi aliran
fluida berakibat pada naiknya float ke atas akibat gaya angkat dari fluida. Pembacaan
tinggi float pada scale line sebanding dengan perubahan besarnya aliran yang terjadi.

Variable yang mempengaruhi proses treating menggunakan cautic soda ini


adalah :
1. Konsentrasi Soda
Konsentrasi bahan baku NaOH yang digunakan di kilang Pusdiklat Migas Cepu yaitu
sesuai fase dari NaOH sendiri, yaitu + 48% wt untuk fase larutan dan + 80% wt untuk
padatan. Dan untuk kondisi operasionalnya digunakan konsentrasi + 20- 25 % wt. Jika
konsentrasi NaOH yang digunakan terlalu berlebihan akan mempengaruhi stabilitas warna
dari produk Pertasol dan akan mengakibatkan troubleshooting pada pipa. Apabila
konsentrasi terlalu rendah akan berpengaruh pada kejenuhan larutan NaOH (Caustic soda)
itu sendiri yaitu semakin mudah jenuh sehingga senyawa sulfur di dalam Pertasol tidak
terikat sempurna dan produk masih mengandung senyawa sulfur.
2. Kualitas Feed
Kualitas feed juga berpengaruh terhadap proses treating ini, jika kualitas feed kurang
seperti pertasol CC yang kurang dari warna sesuai spesifikasi, maka harus dilakukan
adsorpsi dengan menggunakan adsorben dari arang aktif, sehingga warna pertasol setelah
di treating sesuai dengan spesifikasi.
3. Perbandingan Soda dengan Pertasol
Perbandingan untuk pencampuraan pertasol dan soda yang digunakan di kilang pusdiklat
migas cepu yaitu 2:1 dengan 2 bagian Pertasol ( CA, CB, CC) dan 1 bagian untuk caustic
soda ( NaOH ).
4. Mixing
Merupakan pencampuran antara pertasol dan caustic soda sehingga terjadi aliran yang
turbulen. Pada proses mixing diupayakan agar aliran yang terjadi di dalam nya tidak terlalu
cepat ( + 15 cm/jam) agar pengikatan senyawa sulfur dalam Pertasol dapat terikat dengan
baik.
5. Settling Time
Merupakan waktu tunggu agar pertasol terpisah dengan caustic soda. Pada saat settling
time diupayakan agar benar benar caustic dan Pertasol telah terpisah dengan Caustic di
bagian bawah dan Pertasol di bagian atas, sesuai dengan densitas caustic yang lebih besar
dibanding densitas Pertasol.
6. Temperatur
Temperatur sangat mempengaruhi terjadinya loss Pertasol yang akan di treating, oleh
karena itu temperatur pada tangki dijaga agar tidak melebihi + 30 0C. Jika terjadi Losses
tentunya akan berpengaruh pada kerugian produksi pertasol.

13.1. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN


Pemurnian Pertasol dengan Caustic Soda (NaOH) sangat efisien karena :
1. Material Caustic Soda mudah didapat di pasaran karena harganya relative lebih
murah
2. Penggunaan NaOH (Caustic Soda) lebih mudah dan tidak rumit
3. Pengaruh terhadap lingkungan juga kecil
Kerugian pemilihan NaOH sebagai media treating yaitu:
1. Penggunaan media NaOH ini tidak dapat digunakan jika kadar merkaptan yang
terkandung di dalam produk dalam jumlah yang besar
2. Jika Konsentrasi NaOH (Caustic Soda) yang digunakan terlalu tinggi akan
mempengaruhi stabilitas warna pada produk (Pertasol)
3. Tidak bisa digunakan untuk mengikat senyawa Non-Sulfur seperti Nitrogen,
timbal, logam berat dll.
Adapun Akibat yang ditimbulkan apabila kandungan sulfur masih terdapat dalam
produk (tanpa di treating)
1. Bersifat korosif terhadap peralatan kilang ataupun pemakaian pada peralatan
konsumen
2. Pertasol adalah bahan baku cat sehingga dapat mempengaruhi iritasi terhadap mata
3. Menimbulkan bau tidak enak (bau busuk)
Sehingga treating sangat diperlukan untuk memurnikan produk dari kandungan
senyawa sulfur yang masih terkandung di dalam produk.

13.2. ANALISIS DATA SAMPEL PERTASOL CA, CB, CC


Hasil uji yang dilakukan pada sampel Pertasol CA, CB, dan pertasol CC. Dalam
bentuk sebgai tabel
A. Pertasol CA
No Pengujian Metode Hasil Batasan
analisis
Pertasol CA min Max
1 Spesific ASTM D- 0.7350 0.7200 0.7350
Gravity 1298
15,6/15,6oC
2. Colour ASTMD- +30 +25 -
Saybolt 156
3. Copper Strip ASTM D-
Nomor 1
Corrosion 130

B. Pertasol CB
No Pengujian Metode Hasil Batasan
analisis
Pertasol CA min Max
1 Spesific ASTM D- 0.7734 0.7650 0.7800
Gravity 1298
15,6/15,6oC
2. Colour ASTMD- +20 +18 -
Saybolt 156
3. Copper Strip ASTM D-
Nomor 1
Corrosion 130

C. Pertasol CC
No Pengujian Metode Hasil Batasan
analisis
Pertasol CA Min Max
1 Spesific ASTM D- 0.7881 0.7820 0.7960
Gravity 1298
15,6/15,6oC
2. Colour ASTMD- +17 +16 -
Saybolt 156
3. Copper Strip ASTM D-
Nomor 1
Corrosion 130

Anda mungkin juga menyukai