Anda di halaman 1dari 5

Pembahasan

Pada praktikum kali ini, praktikan akan melakukan praktikum alkalimetri. Alkalimetri
adalah suatu metode analisis kimia yang digunakan untuk mengukur kadar senyawa alkali atau
basa dalam suatu larutan. Metode ini sering digunakan dalam laboratorium kimia untuk
menentukan konsentrasi dari senyawa-senyawa alkali seperti natrium (Na), kalium (K), dan yang
lainnya. Alkalimetri umumnya dilakukan dengan cara menambahkan larutan asam standar yang
diketahui konsentrasinya ke dalam larutan alkali yang akan diukur, sehingga terjadi reaksi asam-
basa. Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan standar primer dan
larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar yang dipersiapkan
dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi. Sedangkan
larutan standar sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan
melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi diketahui
dari hasil standarisasi. Kemudian, konsentrasi larutan alkali dapat dihitung berdasarkan volume
asam yang digunakan untuk mencapai titik akhir reaksi.
Beberapa poin tujuan yang diharapkan praktikan dapat mencapai poin poin tersebut. Poin
pertama adalah praktikan dapat membuat larutan NaOH 0,1 N. Tujuan pembuatan larutan NaOH
adalah untuk menghasilkan larutan dengan konsentrasi tertentu yang dapat digunakan dalam
berbagai aplikasi kimia seperti penggunaan pada laboratorium. Poin kedua adalah praktikan
dapat menstandarisasi larutan NaOH 0,1 N. Tujuan utama dari standarisasi NaOH adalah untuk
mendapatkan nilai konsentrasi yang diketahui dengan baik sehingga larutan ini dapat digunakan
dengan akurat dalam berbagai reaksi kimia dan analisis laboratorium. Poin ketiga adalah
mahasiswa dapat menganalisa kadar asam asetat. Dalam industri kimia, asam asetat digunakan
sebagai bahan baku dalam produksi berbagai produk. Analisis kadar asam asetat diperlukan
untuk mengontrol dan mengawasi proses produksi agar memenuhi spesifikasi yang diinginkan.
Pada praktikum ini, praktikan diminta untuk melakukan praktikum alkalimetri dengan
tujuan untuk memberikan praktikan pemahaman yang mendalam tentang konsep dasar dan
teknik titrasi asam-basa, khususnya dalam konteks menggunakan natrium hidroksida (NaOH)
sebagai larutan basa titran. Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan selama praktikum
alkalimetri ini. Peralatan yang dibutuhkan selama praktikum alkalimetri ini antara lain adalah
pipet ukur kapasitas 2 mL, pipet volumetrik kapasitas 10 mL, labu takar 100 mL, labu takar
kapasitas 200 atau 250 mL, gelas beaker, buret kapasitas 50 mL, erlenmeyer kapasitas 100 mL,
dan timbangan analitik. Sedangkan untuk bahan yang dibutuhkan selama praktikum alkalimetri
ini antara lain adalah natrium hidroksida kristal, postasium hidrogen ptalat, larutan indikator
phenol phthalein, dan larutan asam asetat pekat.
Natrium hidroksida kristal adalah senyawa kimia padat yang umumnya dikenal sebagai
soda api. Kristal natrium hidroksida terbentuk karena senyawa ini memiliki sifat kristal yang
tersusun dalam tatanan kristal tertentu ketika dalam bentuk padat. Ini adalah salah satu basa kuat
yang paling umum digunakan dalam laboratorium, industri, dan aplikasi lainnya.
Potassium hidrogen ptalat atau kalium hidrogen ftalat (KHP). KHP adalah senyawa kimia
yang digunakan dalam laboratorium kimia, terutama sebagai standar primer untuk menentukan
konsentrasi larutan asam atau basa. KHP adalah bahan kimia standar yang digunakan dalam
berbagai jenis analisis kimia, terutama dalam titrasi asam-basa untuk menentukan konsentrasi
larutan asam atau basa yang tidak diketahui. Ini adalah senyawa kimia yang berguna untuk
mengkalibrasi dan memverifikasi keakuratan alat dan teknik analisis kimia, tetapi tidak memiliki
peran khusus dalam proses industri migas.
Indikator PP adalah salah satu indikator pH yang paling umum digunakan dalam
laboratorium kimia. Fenolftalein adalah senyawa kimia yang digunakan untuk mengindikasikan
perubahan pH dalam larutan asam-basa dengan trayek pH 8,3-10. Dalam dunia industri migas
indikator PP membantu dalam menganalisis kinerja individual dari setiap sumur. Ini termasuk
mengukur debit minyak dan gas, tekanan sumur, dan komposisi produksi. Informasi ini
digunakan untuk mengidentifikasi sumur-sumur yang mungkin mengalami masalah atau perlu
ditingkatkan produksinya.
Asam asetat pekat yang juga dikenal sebagai asam asetat glasial, adalah bentuk murni
dari asam asetat dengan konsentrasi yang tinggi. Konsentrasi asam asetat pekat biasanya berkisar
antara 80 hingga 90% atau lebih. Ini berarti sebagian besar atau hampir semua air telah dihapus
dari asam asetat, meninggalkan tingkat keasaman yang sangat tinggi.
Adapun alat yang perlu digunakan selama praktikum alkalimetri ini seperti, pipet ukur.
Pipet ukur adalah salah satu peralatan laboratorium yang digunakan untuk mengukur dan
mengambil volume cairan dengan presisi. Penggunaan pipet ini bertujuan untuk mengambil
larutan dengan skala kecil seperti 1 ml atau 2 ml. Selain pipet ukur, ada juga pipet volumetrik.
Pipet volumetrik adalah peralatan laboratorium yang digunakan untuk mengukur volume larutan
dengan tingkat presisi yang sangat tinggi. Pipet volumetrik dirancang untuk mengukur volume
yang sangat akurat pada satu titik tertentu. Labu takar adalah suatu peralatan laboratorium yang
digunakan untuk mengukur atau menimbang volume cairan dengan tingkat presisi yang cukup
tinggi. Labu takar biasanya memiliki bentuk seperti bola yang dihiasi dengan leher panjang dan
tipis. Alat ini biasanya digunakan untuk mengukur bahan kimia dalam jumlah yang tepat dan
kemudian menambahkan pelarut atau zat lain untuk mencapai volume larutan yang diinginkan.
Alat yang lainnya adalah gelas beaker, gelas beaker atau sering disebut sebagai gelas kimia
adalah salah satu jenis wadah laboratorium yang digunakan untuk mengukur, mencampur, dan
mengaduk cairan dalam percobaan kimia atau biologi. Gelas beaker biasanya terbuat dari kaca
borosilikat atau plastik tahan kimia. Beaker memiliki bentuk seperti cangkir dengan dasar datar
dan dinding lurus. Buret adalah suatu peralatan laboratorium yang digunakan untuk mengukur
volume cairan dengan presisi tinggi. Alat ini sering digunakan dalam berbagai percobaan kimia,
terutama ketika diperlukan pengukuran volume cairan dengan tingkat akurasi yang tinggi. Buret
biasanya terbuat dari kaca borosilikat atau plastik tahan kimia. Erlenmeyer atau dikenal juga
dengan labu erlenmeyer adalah salah satu peralatan gelas laboratorium yang salah satu fungsinya
untuk menjadi wadah dari bahan kimia cair. Gelas ini juga sering digunakan untuk proses titrasi
untuk menampung larutan yang akan digunakan.
Langkah langkah pada percobaan praktikum alkalimetri ini diawali dengan pembuatan
larutan NaOH 0,1 N. Pertama-tama, timbang dan masukkan NaOH kristal ke dalam gelas beaker
sebanyak dengan hasil perhitungan menggunakan rumus. Hasil dari perhitungan yang didapatkan
adalah sebesar 1 gram NaOH kristal. Penimbangan NaOH menggunakan alat timbangan analitik.
Tujuan digunakannya timbangan analitik adalah untuk mengetahui dengan akurat seberapa besar
benda yang ditimbang. Sebelum menggunakan timbangan analitik, praktikan harus
mengkalibrasikan terlebih dahulu. Hal ini perlu dilakukan agar saat penimbangan gelas beaker
tidak terhitung beratnya. Timbangan analitik sebelum digunakan untuk menimbang harus
dikalibrasikan terlebih dahulu, agar berat gelas beker tidak terhitung saat menimbang, sehingga
saat penimbangan yang terhitung hanya NaOH kristal. Kemudian, larutkan NaOH yang telah
ditimbang dengan sedikit aquades hingga NaOH larut dan masukkan NaOH ke labu takar
berukuran 250 mL. Ketika NaOH dilarutkan dalam aquades, reaksi kimia yang terjadi adalah
reaksi netralisasi antara NaOH dengan aquades. Reaksi ini menghasilkan panas karena bersifat
eksotermik, yang berarti melepaskan energi panas ke sekitarnya. Reaksi netralisasi ini dapat
direpresentasikan sebagai berikut:
NaOH + H2O —> Na+ + OH- + panas
Kemudian bilas gelas beaker dengan menggunakan aquades sebanyak 2 kali dan sisa pembilasan
dimasukkan lagi ke dalam gelas beaker. Pembilasan dilakukan dengan tujuan agar tidak ada sisa
larutan NaOH yang berada di gelas beaker. Kemudian, tambahkan aquades ke dalam labu takar
berukuran 250 mL hingga tanda batas lalu tutup dan homogenasikan larutan agar tercampur
merata.
Langkah selanjutnya adalah menstandarisasi larutan NaOH dengan potassium hidrogen
ptalat. Standarisasi adalah langkah penting dalam mengontrol kualitas laboratorium dan
memastikan bahwa larutan yang digunakan dalam eksperimen memiliki konsentrasi yang sesuai.
Dengan mengstandarisasi larutan, kita dapat memastikan bahwa setiap percobaan yang dilakukan
memberikan hasil yang konsisten. Perlu diketahui sebelum menstandarisasi larutan NaOH,
potasium hidrogen ptalat dikeringkan dalam oven bertemperatur 110-120 derajat selama 2-3 jam.
Pengeringan potassium hidrogen ptalat sebelum standarisasi larutan NaOH dilakukan untuk
menghilangkan kandungan air yang mungkin ada dalam potassium hidrogen ptalat. Tujuan
utama pengeringan ini adalah untuk memastikan bahwa berat potassium hidrogen ptalat yang
digunakan dalam standarisasi larutan NaOH adalah berat yang tepat dan konsisten. Kemudian
masukkan potassium hidrogen ptalat yang sudah dioven ke dalam desikator. Potasium hidrogen
ptalat dimasukkan ke dalam desikator bertujuan untuk mendinginkan potassium hidrogen ptalat,
menjaga potassium hidrogen ptalat tetap kering dan mencegahnya menyerap kelembaban dari
udara. Setelah itu, timbang potassium hidrogen ptalat yang sudah di dalam desikator dengan
timbangan analitik. Pada penimbangan ini, praktikan menimbang sebanyak 2,04 gram potassium
hidrogen ptalat. Kemudian larutkan potassium hidrogen ptalat dengan sedikit aqaudes dan aduk
hingga larut dan masukkan ke dalam labu takar 100 ml. Bilas gelas beaker dengan menggunakan
aquades sebanyak 2 kali dan sisa pembilasan dimasukkan lagi ke dalam gelas beaker. Pembilasan
dilakukan dengan tujuan agar tidak ada sisa larutan potassium hidrogen ptalat yang berada di
gelas beaker. Kemudian, tambahkan aquades ke dalam labu takar berukuran 100 mL hingga
tanda batas lalu tutup dan homogenasikan larutan agar tercampur merata. Kemudian ambil 10 ml
larutan potassium hidrogen ptalat menggunakan pipet volumetrik lalu masukkan ke dalam
erlenmeyer dan tambahkan sebanyak 4 tetes indikator PP. Kemudian titrasikan larutan potassium
hidrogen ptalat yang telah diberi indikator PP dengan larutan NaOH yang sudah distandarisasi
hingga terbentuk warna merah jambu. Reaksi antara NaOH dengan kalium KHP adalah reaksi
netralisasi asam-basa. KHP adalah senyawa asam lemah yang dapat digunakan sebagai indikator
pH dalam laboratorium. Ketika KHP bereaksi dengan NaOH, reaksi berikut terjadi:
KHP + NaOH —> KNaP + H2O
Titrasi ini dilakukan sebanyak tiga kali, hal ini bertujuan untuk mengetahui rata rata seberapa
banyak NaOH yang digunakan untuk titrasi ini.
Langkah berikutnya adalah menganalisis kadar asam asetat. Pertama-tama masukkan
sekitar 50 ml aquades ke dalam labu takar 100 ml. Pemberian aquades pada awal bertujuan agar
saat penuangan larutan asam asetat pada labu takar tidak mengalami kerusakan atau pecah pada
labu takar. Kemudian bawa ke dalam lemari asam dan pipet 1 ml asam asetat dengan pipet
volumetrik dan masukkan ke dalam labu takar. Kemudian tambahkan aquades ke dalam labu
takar berukuran 100 mL hingga tanda batas lalu tutup dan homogenasikan larutan agar tercampur
merata. Kemudian ambil 10 ml larutan asam asetat menggunakan pipet volumetrik lalu
masukkan ke dalam erlenmeyer dan tambahkan sebanyak 4 tetes indikator PP. Kemudian
titrasikan larutan asam asetat yang telah diberi indikator PP dengan larutan NaOH yang sudah
distandarisasi hingga terbentuk warna merah jambu. Reaksi antara NaOH dengan asam asetat
adalah contoh dari reaksi netralisasi asam-basa. Dalam reaksi ini, ion hidroksida dari NaOH
bereaksi dengan ion hidrogen dari asam asetat untuk membentuk air dan garam natrium asetat.
Berikut adalah persamaan reaksinya:
CH3COOH + NaOH —> CH3COONa + H2O
Titrasi ini dilakukan sebanyak tiga kali, hal ini bertujuan untuk mengetahui rata rata seberapa
banyak NaOH yang digunakan untuk titrasi ini.
Setelah melakukan praktikum, didapatkan bahwa hasil pengamatan praktikum telah
berjalan sesuai dengan teori. Saat melakukan perhitungan mengenai pembuatan larutan NaOH
0,1 N diperlukan NaOH kristal sebanyak 1 gram. Kemudian pada saat melakukan standarisasi
larutan NaOH 0,1 N dengan larutan potassium hidrogen ptalat dihasilkan bahwa pada titrasi yang
pertama diperlukan sebanyak 9,7 ml larutan NaOH 0,1 N untuk mentitrasi larutan potasium
hidrogen ptalat. Pada titrasi yang kedua diperlukan sebanyak 9,8 ml larutan NaOH 0,1 N untuk
mentitrasi larutan potasium hidrogen ptalat. Pada titrasi yang ketiga diperlukan sebanyak 9,7 ml
larutan NaOH 0,1 N untuk mentitrasi larutan potasium hidrogen ptalat. Dari percobaan tersebut
didapatkan bahwa rata-rata volume titrasi NaOh yang diperlukan untuk melakukan titrasi larutan
potasium hidrogen ptalat adalah sebanyak 9,7 ml. Kemudian saat melakukan perhitungan
mengenai normalitas NaOH dalam melakukan standarisasi yaitu sebesar 0,1028 N. Kemudian
nilai tersebut dibulatkan menjadi 0,1 N dan sesuai dengan teori.
Pada hasil analisa kadar asam asetat didapatkan bahwa pada titrasi yang pertama
dibutuhkan sebanyak 18,8 ml larutan NaOH untuk mentitrasikan larutan asam asetat. Pada titrasi
yang kedua dibutuhkan sebanyak 19 ml larutan NaOH untuk mentitrasikan larutan asam asetat.
Pada titrasi yang ketiga dibutuhkan sebanyak 18,9 ml larutan NaOH untuk mentitrasikan larutan
asam asetat. Dari percobaan tersebut didapatkan bahwa rata-rata volume titrasi NaOH yang
diperlukan untuk melakukan titrasi larutan asam asetat adalah sebanyak 18,9 ml. Setelah
melakukan percobaan titrasi ini, didapatkan perhitungan kadar asam asetat yang dipakai yaitu
sebesar 108%. Kadar asam asetat ini melebihi 100% yang disebabkan oleh kesalahan saat
melakukan titrasi. Kadar asam asetat melebihi 100% dikarenakan saat melakukan titrasi tidak
dilakukan penghomogenan secara konstan, sehingga larutan mengalami perubahan warna sedikit
lebih lama dari titrasi lainnya. Hal ini termasuk ke dalam human error. Agar tidak terjadi
kesalahan seperti itu maka diperlukan penghomogenan secara konstan serta pemahaman
praktikan terhadap setiap langkah yang dilakukan. Selain itu, terdapat perbedaan antara titrasi
pertama hingga ketiga dalam pemakaian volume larutan NaOH. Hal itu juga dapat menyebabkan
kadar asam asetat melebihi dari yang seharusnya.
Beberapa contoh penerapan elektrolisis dalam industri migas antara lain seperti
pembersihan pipa dan peralatan. Dalam operasi migas, terutama dalam pengeboran minyak dan
gas, pipa dan peralatan sering terkena korosi atau pembentukan kerak. Elektrolisis dapat
digunakan dalam teknik elektrokimia untuk membersihkan pipa dan peralatan ini dengan
menghilangkan kerak dan karat. Adapun digunakan sebagai pemurnian air. Industri migas sering
memerlukan air yang sangat murni untuk berbagai proses, termasuk dalam injeksi air dalam
pengeboran minyak dan gas. Proses elektrolisis air adalah salah satu cara untuk mencapai tingkat
kemurnian yang diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai