Anda di halaman 1dari 4

Pembahasan Asidimetri

Asidimetri adalah sebuah teknik atau sebuah metode analisis kimia yang digunakan untuk
menentukan suatu konsentrasi atau kadar suatu asam dalam suatu larutan. Metode ini melibatkan
penambahan larutan basa yang telah diketahui konsentrasinya secara bertahap ke dalam larutan
asam yang akan diukur. Selama proses ini, jumlah basa yang diperlukan untuk mencapai titik
akhir titrasi, di mana reaksi antara asam dan basa telah selesai, diukur dengan teliti. Dari data ini,
konsentrasi atau kadar asam dalam larutan awal dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
stoikiometri yang sesuai. Persamaan stoikiometri adalah persamaan kimia yang menggambarkan
hubungan kuantitatif antara reaktan dengan produk dalam suatu reaksi kimia. Persamaan ini
menyatakan berapa banyak molekul, atom, atau partikel lain yang terlibat dalam reaksi dan
bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain.

Pada praktikum kali ini praktikan akan melaksanakan praktikum kimia dasar tentang
asidimetri, tujuan utama dari praktikum ini sendiri adalah untuk membuat suatu larutan yaitu
larutan HCl 0,1N kemudian menstandarisasi larutan tersebut dengan Na2CO3 yang sudah
dipanaskan serta menganalisa kadar NaHCO3 dan Na2CO3. Pada praktikum asidimetri kali ini
ada beberapa alat dan bahan yang dibutuhkan praktikan untuk melakukan praktikum. Alat yang
harus dipersiapkan antara lain adalah pipet ukur kapasitas 1 atau 2 mL, pipet volumetrik
kapasitas 10 mL, labu takar kapasitas 100 mL, labu takar kapasitas 200 atau 250 mL, gelas
beaker kapasitas 100 mL, buret kapasitas 50 mL, erlenmeyer kapasitas 100 mL, dan timbangan
analitik. Sedangkan untuk bahan yang harus dipersiapkan antara lain adalah HCl pekat, Na2CO3
anhydrous, larutan indikator PP, dan larutan indikator MO.

Larutan HCl pekat adalah larutan asam klorida dengan konsentrasi yang tinggi, biasanya
larutan ini memiliki konsentrasi asam klorida yang lebih dari 30%. Asam klorida ini dapat
digunakan dalam berbagai aplikasi seperti pengolahan logam, kimia analitik, produksi bahan
kimia, dan masih banyak lagi. Perlu diperhatikan penting untuk berhati-hati ketika bekerja
dengan HCL pekat karena sifatnya yang sangat korosif dan berbahaya jika tidak ditangani
dengan benar. Kontak dengan HCl pekat yang kuat dapat memiliki efek yang serius pada tubuh
manusia. HCl pekat bersifat korosif, sehingga harus dihindari kontak langsung dan harus
ditangani dengan hati-hati. Jika terjadi kontak langsung dengan HCl dapat mengakibatkan iritasi
kulit, mata perih, gangguan saluran pernapasan dan luka bakar. HCl pekat jarang digunakan
dalam industri minyak dan gas migas karena sifatnya yang sangat korosif dan berbahaya.
Namun, ada beberapa aplikasi tertentu di mana HCl pekat dapat digunakan dengan hati-hati.
Dalam beberapa kasus, HCl pekat dapat digunakan untuk membersihkan sumur minyak dan gas.
Pemberian HCl pekat ini dapat digunakan untuk menghilangkan endapan mineral atau skala yang
dapat menghambat suatu produksi minyak dan gas dari sumur. Penggunaan HCl pekat dalam
aplikasi ini harus sangat hati-hati karena dapat merusak peralatan dan lingkungan.

Na2CO3 anhydrous adalah bentuk natrium karbonat yang tidak mengandung air,
anhydrous artinya tanpa air. Ini berarti bahwa dalam Na2CO3 anhydrous, tidak ada molekul air
yang terikat secara kimia dalam strukturnya. Natrium karbonat juga dikenal sebagai soda abu
atau soda kue. Kegunaan soda kue sangat bervariasi tergantung pada bidang dan aplikasi yang
digunakan. Contoh kegunaan soda kue dalam industri migas adalah sebagai agen pemurnian air.
Ketika air digunakan dalam proses pengeboran minyak dan gas, air seringkali mengandung
kontaminan seperti garam yang dapat merusak peralatan dan menghambat proses. Soda kue
dapat digunakan untuk mengendapkan ion-ion logam berat dan menghilangkan garam dari air.

Larutan indikator PP atau fenolftalein adalah salah satu indikator kimia yang paling
umum digunakan dalam laboratorium kimia dan dalam berbagai aplikasi lainnya. Larutan ini
biasanya digunakan untuk mengindikasikan perubahan suatu pH dalam sebuah larutan,
khususnya perubahan dari larutan asam menjadi larutan basa atau sebaliknya. Indikator PP atau
fenolftalein sendiri adalah senyawa organik yang memiliki sifat pengindikasian yang baik dalam
larutan asam-basa. Penggunaan indikator PP dalam industri migas akan sangat bervariasi
tergantung pada jenis operasi dan analisis yang dilakukan. Contohnya, indikator PP dapat
digunakan dalam pemeliharaan peralatan dan pipa dengan menguji tingkat keasaman atau
alkalisasi dalam larutan yang bersentuhan dengan peralatan pipa.

Larutan indikator MO atau methyl orange adalah salah satu indikator pH yang digunakan
dalam kimia analitik untuk mengukur pH dalam larutan. Larutan methyl orange memiliki sifat
perubahan warna yang bergantung pada pH larutan, yang membuatnya berguna dalam
menentukan apakah larutan bersifat asam atau basa. Penggunaan indikator MO lebih umum
dalam laboratorium kimia, terutama dalam analisis asam-basa dan penelitian ilmiah. Dalam
industri migas, banyak aspek kimia yang terlibat, tetapi sebagian besar berkaitan dengan kimia
minyak, pemurnian, pengolahan, dan pemisahan, bukan pengukuran pH. Oleh karena itu,
indikator MO tidak biasanya digunakan dalam konteks industri migas.

Pipet ukur adalah suatu peralatan laboratorium yang digunakan untuk mengukur dan
memindahkan volume cairan dalam presisi yang tinggi. Pipet ukur biasanya memiliki bentuk
tabung silinder dengan diameter berbeda, dan bagian bawahnya menyempit menjadi ujung yang
runcing. Alat ini tersedia dalam berbagai kapasitas, seperti 1 mL, 2 mL, 5 mL, dan sebagainya,
sesuai dengan kebutuhan percobaan.

Pipet volumetrik adalah suatu peralatan laboratorium yang digunakan untuk mengukur
dan mentransfer volume cairan dengan presisi yang sangat tinggi. Pipet volumetrik dirancang
untuk mengukur volume yang tepat dan konsisten, biasanya dalam satuan mililiter atau
mikroliter. Alat ini umumnya digunakan dalam berbagai jenis analisis kimia dan laboratorium
biologi molekuler, di mana akurasi dan ketelitian sangat penting.

Labu takar juga dikenal sebagai labu ukur, adalah suatu peralatan laboratorium yang
digunakan untuk mengukur dan mengalirkan volume cairan dalam jumlah yang tepat dan
terukur. Labu takar biasanya terbuat dari kaca atau plastik tahan kimia dan memiliki bentuk
seperti tabung dengan leher yang panjang dan ramping serta ukuran yang telah dikalibrasi. Alat
ini tersedia dalam berbagai kapasitas, seperti 10 mL, 25 mL, 50 mL, 100 mL, dan lainnya.

Gelas beaker adalah suatu peralatan laboratorium yang digunakan untuk mengandung,
mencampur, dan memanaskan cairan dalam jumlah yang lebih besar daripada yang dapat
ditampung oleh tabung reaksi. Beaker biasanya terbuat dari kaca borosilikat atau plastik tahan
kimia. Alat ini memiliki bentuk seperti cawan dengan dinding samping yang datar, dasar datar,
dan leher yang terbuka.
Buret adalah suatu peralatan laboratorium yang digunakan untuk mengukur volume
cairan dengan sangat presisi, terutama dalam prosedur titrasi. Buret biasanya terbuat dari kaca
borosilikat dan memiliki bentuk silindris dengan leher yang panjang dan ramping. Alat ini
memiliki skala yang tertulis di sepanjang leher buret yang memungkinkan pembacaan volume
yang sangat akurat.

Erlenmeyer atau dikenal juga dengan labu erlenmeyer adalah salah satu peralatan gelas
laboratorium yang salah satu fungsinya untuk menjadi wadah dari bahan kimia cair. Gelas ini
juga sering digunakan untuk proses titrasi untuk menampung larutan yang akan digunakan.

Timbangan analitik adalah jenis timbangan yang digunakan dalam laboratorium, industri,
atau lingkungan di mana keakuratan pengukuran berat sangat diperlukan. Timbangan ini
dirancang untuk memberikan hasil yang sangat akurat dengan tingkat presisi yang tinggi.
Timbangan analitik memiliki berbagai kegunaan dalam industri minyak dan gas, terutama dalam
laboratorium minyak dan gas dan fasilitas produksi minyak dan gas.

Praktikum dilakukan dengan urutan pertama yaitu membuat larutan HCl lalu
menstandarisasi dengan Na2CO3 dan yang terakhir adalah menganalisa kadar NaHCO3 dan
Na2CO3. Saat membuat larutan HCl hal yang pertama dilakukan adalah mengambil sekitar 50
mL aquades ke dalam labu takar 200 mL. Pemberian akuades pada awal percobaan adalah untuk
menjaga pengenaan HCl pekat dengan labu takar secara langsung. Pemberian aquades pada awal
bertujuan agar saat penuangan larutan HCl pekat pada labu takar tidak mengalami kerusakan
atau pecah pada labu takar. Pemberian aquades pada awal juga bertujuan untuk menghindari
reaksi yang berlebihan dan juga untuk membantu pengenceran. Kemudian praktikan mengambil
HCl sebanyak 2 mL dengan pipet lalu dimaasukkan ke dalam labu takar. Pengambilan larutan
HCl pekat perlu dilakukan di lemari asam, agar mengurangi resiko terjadinya penyebaran asam
di ruangan. Jika tidak dilakukan di lemari asam maka akan memungkinkan terjadinya
penyebaran asam yang mengakibatkan iritasi mata, iritasi kulit, gangguan pernapasan, dan luka
bakar kulit. Selanjutnya tambahkan aquades pada labu takar hingga batas lalu tutup dan kocok
agar larutan merata.

Langkah selanjutnya adalah menstandarisasi HCl. Pertama-tama praktikan menimbang


0,5309 gram Na2CO3 yang sudah dipanaskan dan didinginkan dalam desikator. Fungsi dari
desikator ini sendiri adalah untuk menjaga Na2CO3 tetap kering dan mencegahnya menyerap
kelembaban dari udara. Kemudian masukkan Na2CO3 ke dalam gelas beaker. Larutkan Na2CO3
dengan sedikit akuades kemudian masukkan ke dalam labu takar 100 mL, lalu bilas gelas beaker
dengan akuades dan bilasannya dimasukkan ke dalam labu takar. Pembilasan Na2CO3 dengan
air bertujuan untuk membantu larutan menjadi lebih homogen. Hal ini akan membuat Na2CO3
tercampur dengan air, sehingga larutan yang dihasilkan memiliki konsentrasi yang lebih
seragam. Ambil 10 mL larutan ini masukkan ke dalam erlenmeyer dan tambahkan indikator MO.
Digunakannya indikator MO adalah untuk mengetahui suatu jenis larutan. Titrasi larutan ini
dengan HCl sampai terbentuk warna jingga. Catat volume HCl yang digunakan lalu ulangi
hingga 3 kali percobaan dan rata ratakan penggunaan HCl.
Selanjutnya adalah analisa kadar Na2CO3 dan NaHCO3. Langkah pertama pipet 10 mL
larutan campuran, masukkan ke dalam erlenmeyer dan tambahkan 4 tetes indikator PP.
Kemudian titrasikan larutan campuran dengan HCl yang sudah distandarisasi hingga mengalami
perubahan warna, yaitu yang semula warna jingga menjadi tanpa warna atau bening. Catat
volume HCl yang digunakan lalu ulangi hingga 3 kali percobaan dan rata ratakan penggunaan
HCl. Saat setelah semua larutan sudah dititrasikan, tambahkan 4 tetes indikator MO dan
homogenasikan agar merata. Titrasi lagi dengan HCl yang sudah distandarisasi hingga
mengalami perubahan warna yang awalnya bening menjadi merah muda. Catat volume HCl yang
digunakan dan rata ratakan penggunaan HCl.

Pada hasil pengamatan saat melakukan standarisasi HCl dengan Na2CO3 didapatkan
bahwa pada tahap pertama volume titrasi HCl yang digunakan sebanyak 10,5 mL, tahap kedua
volume titrasi HCl yang digunakan sebanyak 10,6 mL, dan tahap ketiga volume titrasi HCl yang
digunakan sebanyak 10,7 mL. Sehingga didapatkan bahwa rata-rata volume titrasi yang
digunakan yaitu sebanyak 10,6 mL.

Pada hasil pengamatan saat melakukan analisa larutan campuran NaHCO3 dan Na2CO3
didapatkan bahwa pada percobaan pertama digunakan sebanyak 10 mL larutan campuran
NaHCO3 dan pada titrasi Na2CO3 dengan HCl 0,1 N didapatkan bahwa indikator PP yang
digunakan sebanyak 1,3 mL. Kemudian pada percobaan yang kedua didapatkan bahwa saat
melakukan titrasi digunakan HCl sebanyak 1,5 mL.
Setelah melakukan percobaan titrasi ini didapatkan bahwa hasil perhitungan dalam
membuat larutan HCL 0,1 N yaitu sebanyak 2,0724 mL. Pada saat penghitungan standarisasi
larutan HCl 0,1 N didapatkan bahwa normalitas HCl sebesar 0,094 N. Dalam menganalisa
larutan campuran Na2CO3 dan NaHCO3 didapatkan bahwa diperlukannya Na2CO3 sebanyak
12,953 gram. Sedangkan diperlukan NaHCO3 sebanyak 1,579 gram. Perhitungan yang
didapatkan pada Na2CO3 sebanyak 89,13% dan NaHCO3 sebanyak 10,87%. Hasil total yang
didapatkan yaitu 100%. Pada percobaan asidimetri ini, praktikan sudah melakukan percobaan
dengan hasil yang sesuai dengan modul.
Perlu diketahui saat melakukan praktikum, praktikan melakukan kesalahan yaitu saat
menuangkan aquades ke dalam labu takar yang hendak digunakan untuk membuat larutan HCl.
Kesalahan yang terjadi adalah praktikan menuangkan aquades ke dalam labu takar yang sudah
berisi HCl pekat melebihi batas yang ditentukan, sehingga larutan yang dihasilkan akan memiliki
konsentrasi yang berbeda. Agar kejadian tersebut tidak terulang lagi maka praktikan diperlukan
ketelitian dan kehati-hatian saat melakukan praktikum.
Beberapa contoh penerapan asidimetri dalam industri migas antara lain adalah sebagai
penentuan asam dalam minyak mentah. Asidimetri digunakan untuk mengukur kadar asam yang
terkandung dalam minyak mentah. Asam dalam minyak mentah dapat menyebabkan korosi pada
peralatan pipa dan tangki serta dapat berdampak negatif pada proses pengolahan minyak. Maka
dari itu, penentuan kadar asam adalah salah satu langkah penting dalam menjaga kualitas dan
keamanan operasi dalam produksi minyak.

Anda mungkin juga menyukai