Anda di halaman 1dari 14

Laporan tetap

Kimia Analisis Dasar


TITRASI ASAM BASAH

Oleh :
KELOMPOK 3
KELAS 1- KIC

Cherin Insyira Haura Anddaru (062340422503)


Larrici Agnylova (062340422507)
Putri Indah Sari (062340422513)
Sulistiani Zahra (062340422519)
Unggul Eben Haezer Sitompul (062340422520)
MUHAMMAD GUSTI FAHRIZA (062340422508)

Dosen pembimbing : DILIA PUSPA S. ST. M. TR. T

JURUSAN TEKNIK KIMIA

Program studi D-IV Teknologi kimia industri


Politeknik negeri sriwijaya
2023
TITRASI ASAM BASA

1. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa mampu :
- Melakukan standarisasi untuk larutan asam kuat dan basa kuat
- Melakukan penentuan konsentrasi larutan dengan titrasi asam basa

2. PERINCIAN KERJA
• Standarisasi larutan NaOH dengan KHP
• Standarisasi larutan HCl dengan Na2CO3
• Penentuan konsentrasi larutan CH3COOH dengan tartan std. NaOH
• Penentuan konsentrasi larutan NH4OH dengan larutan std. HCl
• Penentuan konsentrasi larutan H2SO4 dengan larutan std. NaO
• Penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan std. HCl

3. TEORI
3.1 Titrasi asam basa
Titrasi asam basa merupakan itrasi yang didasarkan pada reaksi asam basa yang terjadi
antara analit dengan titran. Titran asam basa terdiri dari titrasi antara :
- Asam kuat dengan basa kuat
- Asam kuat dengan basa lemah
- Basa kuat dengan asam lemah

3.2 Pereaksi asam basa


Dalam praktikum di laboratorium adalah hal biasa untuk membuat dan menstandarisasi satu
larutan asam dan satu larutan basa. Karena larutan asam lebih mudah dipertahankan daripada
larutan basa
Dalam memilih asam untuk dipakai dalam larutan standar, faktor – faktor berikut harus
diperhatikan :
1. Asam harus kuat yaitu terdisosiasi tinggi
2. 2. Asam tidak boleh mudah menguap
3. Larutan asam harus stabil
4. Garam dari asamny harus larut
5. Asamnya harus tidak merupakan suatu pereaksi oksidator yang cukup kuat untuk merusak
senyawa – senyawa organik yang digunakan seperti indikato

Asam – asamklorida dan sulfat merupakan larutan asam yang paling luas digunakan sebagai
larutan standar meskipun tidak mencakup semua persyaratan diatas. Garam Klorida dari ion – ion
perak, timbal dan merkuri (I) bersifat larut, sama halnya dengan sulfat dari logam – logam alkali
tanah dan timbal. Namun hal ini biasanya tidak menyebabkan kesukaran pada kebanyakan
penggunaan titrasi asam basa. Hidrogen klorida merupakan gas tetapi tidak cukup menguapkan
dari lingkungan – larutan pada batas konsentrasi yang biasanya digunakan, karena terdisosiasi
sangat tinggi dalam lingkungan udara. Suatu larutan 0,5 N dapat dididihkan untuk beberapa lama
tanpa kehilangan klorida hidrogen, jika larutannya tidak boleh dipekatkan dengan penguapan.
Asam Nitrat jarang digunakan, karena merupakan pereaksi oksidasi yang kuat, dan larutannya
terurai jika dipanaskan atau dikenakan cahaya. Asam perklorat merupakan asam kuat, tidak
menguap dan stabil terhadap reduksi dalam larutan – larutan encer. Garam – garam kalium dan
amonium dapat mengendap dari larutan – larutan pekat jika terbentuk selama titrasi. Asam
perklorat lebih disukai dalam titrasi yang bukan air. Itu pada dasarnya suatu asam yang lebih kuat
dari asam korida dan lebih kuat terdisosiasi dalam pelarut yang bersifat asam, seperti asam asetat
murni
Natrium hidroksida merupakan basa yang paling umum digunakan. Kalium hidroksida tidak
memberikan keuntungan dibandingkan dengan natrium hidroksida dan lebih mahal. NaOH selalu
terkontaminasi oleh sejumlah kecil zat pengotor yang paling sering diantaranya adalah natrium
karbonat

3.3 indikator untuk titrasi asam basa


Indikator untuk Titrasi Asam Basa Indikator yang digunakan pada titrasi ini adalah indikator
yang bekerja sesuai dengan perubahan pH pada lingkungan. Indikator asam basa merupakan suatu
asam atau basa organik lemah yang bentuk tak terdisosiasinya berbeda warna dengan ionnya.
Indikator ini akan berubah warna pada perubahan pH larutan yang menyebabkan indikator tersebut
mengalami disosiasi.
Indikator yang terkenal adalah indikatorfenolftalein. Indikator ini merupakan asam diprotik
dan tak berwarna. Ia mula – mula terdisosiasi ke dalam suatu bentuk tak berwarna dan kemudian
kehilangan hidrogen kedua, menjadi ion yang berwarna merah.

3.4 Standarisasi larutan


Standarisasi Larutan Standarisasi adalah proses yang digunakan untuk menentukan secara
teliti konsentrasi suatu lingkungan. Terdapat dua macam larutan standar yaitu standar primer dan
standar sekunder. Standar primer biasanya dibuat dengan cara menimbang dengan teliti suatu
larutan, kemudian melarutkannya ke dalam larutan volume yang secara teliti diuukur volumenya
Syarat – syarat dari standar primer adalah sebagai berikut :
1. Murni, jumlah pengotornya tidak lebih dari 0,01 – 0,02%
2.Stabil, tidak higroskopis, dan tidak mudah beraksi dengan udara
3.Memunyai berat ekivalen yang cukup tinggi untuk mengurangi kesalahan pada waktu
penimbangan

Larutan standar primer digunakan untuk menstandarisasi larutan standar sekunder, larutan
standar sekunder selanjutnya digunakan untuk menentukan suatu larutan atau cuplikan.
Senyawa kalium hidrogen ftalat KHC8H4O4 (KHP) merupakan standar primer yang
sangat baik untuk larutan – larutan basa. Senyawa ini mudah diperoleh dengan kemurnian 99,95%
atau lebih. Zat ini stabil jika dikeringkan, tidak higroskopis dan mempunyai berat ekivalen yang
tinggi 204,2 gr/ek. Merupakan asam monoprotik lemah, akan tetapi karena larutan basa biasanya
sering digunakan untuk menentukan asam lemah, maka hal ini biasanya suatu kerugian. Indikator
fenolftalein digunakan dalam titrasi dan larutan basanya harus bebas karbonat
Natrium karbonat (Na2CO3) secara luas digunakan sebagai standar primer untuk larutan –
larutan asam kuat. Mudah diperoleh dalam keadaan sangat murni, kecuali hadirnya sejumlah kecil
natrium bikarbonat, NaHCO3. Bikarbonat dapat secara lengkap diubah menjadi karbonat dengan
pemanasan zatnya hingga berat tetap pada 2700 sampai 3000C. Natrium karbonat sedikit
higroskopis tetapi dapat ditimbang tanpa banyak kesulitan. Karbonat dapat dititrasi menjadi
natrium bikarbonat dengan menggunakan indikator fenolftalein, berat ekivalennya sama dengan
berat molekulnya yaitu 106,0. Tetapi secara umum zat ini dititrasi menjadi asam karbonat dengan
menggunakan indikator metil orange dengan berat ekivalen setengah dari berat molekulnya, 53,00.

4 .KESELAMATAN KERJA
Gunakan peralatan keselamatan kerja seperti masker dan sarung tangan dalam manganic
larutan asam pekat dan basa pekat. Lakukan pengenceran di dalam lemari asam dengan mengisi
labu ukur dengan aquadest terlebih dahulu.

5 ALAT ALAT YANG DIGUNAKAN


• Neraca analitis
• Kaca perhiasan Erlenmeyer 250 m
• l Buret 50 ml
• Pipet ukur 25 ml
• Gelas Kimia 100 ml
• Gelas Kimia 250 ml
• Labu takar 100 ml
• Labu takar 250 ml
• Spatula
• Pengaduk
• Bola karet

6 BAHAN YANG DIGUNAKAN

• Larutan baku sekunder NaOH 0,1 N


• Larutan baku sekunder HCl 1 N
• Kalium hidrogen ftalat, KHC8H4O4 (KHP)
• Natrium karbonat, Na2CO3
• Etanol95%
• Indikator fenolftalein
• indikator metil merah

7.PROSEDUR PERCOBAAN
7,1 Standarisasi larutan std sekunder NaOH dengan KHP
• Memasukkan kira – kira 4 – 5 gram KH ftalat murni ke dalam botol timbang yang bersih
dan keringkan dalam oven pada suhu 1100C sekurang – diam selama 1 jam
• Mendinginkan botol timbang beserta isinya dalam desikator
• Menimbang dengan teliti dalam 3 erlenmeyer bersih yang telah diberi nomor sebanyak0, 7
sampai 0,9 gram KH ftalat
• Pada tiap erlenmeyer ditambahkan 50 ml air suling diuukur dengan gelas ukur dan kocok
perlahan – lahan sampai KHP larut
• Menambahkan 2 tetes indikator pp pada tiap erlenmeyer
• Menitrasi larutan dengan NaOH yang telah dibuat sampai berubah warna menjadi merah
muda
• Mencatat volume titran

7.2 standarisasi larutan std sekunder HCl dengan AgNO3


• Membuat larutan yang mempunyai pH 4 dengan cara melarutkan 1 gram KH ftalat dalam
100 ml air suling. Menambahkan dua tetes metil jingga ke dalamnya
• Larutan ini digunakan sebagai larutan pembanding
• Menimbang dengan teliti 3 buah cuplikan dalam erlenmeyer masing – masing 0,2 – 0,25
gram Na2CO3 murni yang sebelumnya telah kering
• Dilarutkan dalam 50 ml air aquadest dan tambahkan 2 tetes metil jingga
• Menitrasikan dengan HCl, sampai warnanya sama dengan larutan pembanding
• Mencatat volume titran

7.3 penentuan konsentrasi larutan CH3COOH dengan larutan std. NaOH


• Memipet 25 ml ke dalam erlenmeyer 250 ml
• Menambahkan indikator pp
• Menitrasi dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna yang tetap
• Diulangi untuk 3 kali percobaan

7.4 penentuan konsentrasi larutan NH4OH dengan larutan std HCl


• Memipet 25 ml cuplikan ke dalam erlenmeyer 250 ml
• Menambahkan indikator mo
• Menitrasi dengan HCl sampai terjadi perubahan warna yang tetap
• Diulangi untuk 3 kali percobaan

7.5 penentuan konsentrasi larutan H2SO4 dengan larutan NaOH


• Memipet 25 ml cuplikan ke dalam erlenmeyer 250 ml
• Menambahkan indikator mo
• Menitrasi dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna yang tetap
• Diulangi untuk 3 kali percobaan

7.6 penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan std. HCl


• Memipet 25 ml cuplikan ke dalam erlenmeyer 250 ml
• Menambahkan indikator pp
• Menitrasi dengan HCl sampai terjadi perubahan warna yang tetap
• Diulangi untuk 3 kali percobaan
8. DATA PENGAMATAN
8.1 Standarisasi larutan std sekunder NaOH dengan KHP
No percobaan Volume titrat Volume zat Perubahan warna
1 3,5 ml 0,7084 gr Berubah jadi ungu
2 5 ml 0,8035 gr Berubah jadi ungu
3 4,7 ml 0,9063 gr Berubah jadi ungu
Rata- rata 4,4 ml 0,806 gr

8.2 Standarisasi larutan sts sekunder HCl dengan Na 2 CO3


No percobaan Volume titrat Volume zat Perubahan warna
1 3,5 ml 0,2040 gr Berubah jadi orange
2 5,5 ml 0,1524 gr Berubah jadi orange
3 5,3 ml 0,2571 gr Berubah jadi orange
Rata rata 4,7 ml

8.3 Penentuan konsentrasi larutan CH3COOH dengan larutan std NaOH


No percobaan Volume titrat Volume zat Perubahan warna
1 4,5 ml 10 ml Berubah jadi ungu
2 37,5 ml 10 ml Berubah jadi ungu
3 50 ml 10 ml Berubah jadi ungu
Rata rata 43 ml 10 ml

8.4 penentuan konsentrasi larutan NH4OH dengan larutan std HCl


No percobaan Volume titrat Volume cupukan Perubahan warna
1 1ml 10 ml Berubah jadi orange
2 1 ml 10 ml Berubah jadi ke
orange an
3 1ml 10 ml Berubah jadi orange
Rata rata 1ml 10 ml

8.5 penentuan konsentrasi larutan H2SO4 dengan larutan std NaOH


No percobaan Volume titrat Volume cupukan Perubahan warna
1 16,7 ml 10 ml Berubah warna jadi
kuning hingga
2 17 ml 10 ml Berubah warna jadi
kuning hingga
3 15 ml 10 ml Berubah warna jadi
kuning hingga
Rata rata 16,23 10 ml

8.6 penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan std HCl


No percobaan Volume titrat Volume cupuakn Perubahan warna
1 22,5 ml 10 ml Berubah jadi kuning
2 27,1 ml 10 ml Berubah jadi kuning
3 31,6 mo 10 ml Berubah jadi kuning
Rata rata 27 mo 10 ml

9 PERHITUNGAN
8.1 Standarisasi larutan std sekunder NaOH dengan KHP
= Mg kho/ bf kho = volume NaOH x N. NaOH
= 886 Mg / 204 mg/ mek= 4,4 ml x N. NaOH
= 3,951 Mel = 4,4 ml x N. NaOH
N. NaOH= 3,951 mek
4,4 ml

8.2 Standarisasi larutan std sekunder Na dengan Na 2CO3


= Mg Na2CO3 / Bf Na2CO3 = volume HCl x. N HCl
=204,5 Mg/ 51 Mg / mek = 4,7 ml x N. HCl
4mek = 4,7 ml X N. HCl
N. HCL = 4 mek
4,7 ml
= 0,8510 mek / ml
8,3 penentuan konsentrasi larutan CH3COOH dengan larutan std NaOH
V CH3COOH X N. CH3COOH = V. NaOH x N. NaOH
43 mlx N. CH3COOH = 10 Ml x 0,89mek/ml
N. CH3COOH = 10 Ml x 0,898 mek/ ml
43 ml
N. CH3COIH = 8,98 mek/ ml
43ml
N. CH3COOH = 0,2028 MEK/Ml

8.4 penentuan konsentrasi larutan NH4OH dengan larutan std HCl


V NH4OH x N. NH4OH = V HCl x N. HCl
1ml x N. NH4OH = 10 ml x 0,8510 mek/ ml
N. NH4OH = 10 ml x 0,8510 mek / ml
1 ml
N. NH4OH = 8,51 mek/ ml

8.5 penentuan konsentrasi larutan H2SO4 dengan larutan std NaOH


V H2SO4 X N H2SO4 = v NaOH x N. NaOH
16,23 ml x N H2SO4 = 10 ml x 0,898 mek/ mk
N. H2SO4 = 10 ml x 0,898 mek / ml
16,28 ml
N. H2SO4 = 8,98 mek / ml
16,28 ml
N H2SO4 = 0,5532 mek/ml

8.6 penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan std HCl


V NaOH x N. NaOH = v HCl x N.HCl
27 ml x N. NaOH = 10 x 0,8510 mek / ml
N. NaOH = 10 x 0,8510 mek / ml
27 ml
N NaOH = 8,51
27
N NaOH = 0,3151 mek/ ml

9 . ANALISIS PERCOBAAN
Pada percobaan ini dilakukan percobaan untuk menitrasi asam basa dengan tujuan
menstandarisasi asam kuat dan basa kuat, serta menetapkan konsentrasi larutan dengan cara titrasi
asam basa. Titrasi asam basa adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi asam basa yang terjadi
antara analit dan titran.
Dalam memilih asam untuk dipakai dalam larutan standar, faktor – faktor berikut harus
diperhatikan : 1. Asam harus kuat yaitu terdisosiasi tinggi
2. Asam tidak boleh mudah menguap
3. Larutan asam harus stabil
4. Garam dari asamny harus larut
5. Asamnya harus tidak merupakan suatu pereaksi oksidator yang cukup kuat untuk
merusak senyawa – senyawa organik yang digunakan seperti indikator. Titrasi Asam Basa

Dalam percobaan ini CH3COOH, NH4OH, dan H2SO4 merupakan analit dan larutan ini
dititrasi denganNaOH dan HCl yang merupakan titran. Dalam hal ini standarisasi diartikan sebagai
proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti konsentrasi suatu larutan. Dalam titrasi
asam basa sederhana dapat digunakan indikator metil orange ataupun indikator pp. Pada percobaan
standarisasi NaOH dengan KHP dengan berat 0.7- 0.9 gram didapatkan volume titrannya 8 ml
dengan perubahan warna dari bening menjadi merah muda setelah dititrasi.
Pada percobaan standarisasi HCl dengan Na2CO3 didapatkan massa Na2CO3 0.20, 0.22,
0.24 gram didapatkan volume titrannya (HCl) yaitu 4.5 ml dengan perubahan warna dari orange
menjadi merah muda setelah dititrasi. Pada percobaan penentuan konsentrasi larutan NaOH
dengan HCl didapatkan volume NaOH yaitu 6,67 ml dengan volume titrannya 25 ml, larutan
CH3COOH dengan NaOH yaitu 39,5 ml, larutan NH4OH dengan HCl yaitu 23,167 ml, dan larutan
H2SO4 dengan NaOH yaitu 13,12 ml.
Indikator untuk Titrasi Asam Basa adalah indikator yang bekerja sesuai dengan perubahan
pH pada larutan. Indikator asam basa merupakan suatu asam atau basa organik lemah yang bentuk
tak terdisosiasinya berbeda warna dengan ionnya. Indikator ini akan berubah warna pada
perubahan pH larutan yang menyebabkan indikator tersebut mengalami disosiasi.

10.KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
• Pada standarisasi NaOH dengan KHP dengan cara titrasi, didapatkan perubahan
warna dari bening menjadi merah muda
• Pada standarisasi HCl dengan Na2CO3 dengan cara titrasi, didapatkan perubahan
warna yang sedikit berbeda dengan larutan pembanding

11.Daftar Pustaka
Jobsheet penuntut praktikum kimia analisis titrasi asam basa Politeknik
Negeri Sriwijaya 2023
PERTANYAAN
1.Tuliskan 5 macam standar primer untuk titrasi asam basa
2.Tuliskan 5 macam indikator untuk titrasi asam – basa
3.Tuliskan 5 macam penerapan dari titrasi asam – basa
4.Suatu standar primer, kalium hidrogen ftalat (KHP) seberat 0,8426 dititrasi dengan 42,14
ml NaOH. Hitung normalitas larutan NaOH
Jawaban
1. Kalium hidrogen ftalat (KHP)
Na2CO3
KH(IO3)2
(CH2OH)3CNH2
Etanol

2. Indikator pp
Indikator bromtimol
Indikator m.o
H Indikator fenolftalein
Indikator metil merah

3. Untuk melakukan standarisasi larutan


Untuk menentukan konsentrasi larutan
Penentuan analisis bahan organik dan organik
Penentuan gugus sulfat dan obat
Penentuan Garam

4.Diketahui : Gr KHP : 0,8426 gram V NaOH : 42,14 ml


Ditanya : N NaOH…?
= Volume NaOH x N. NaOH = 0,04214 l x N NaOH N NaOH
Titrasi Asam Basa = 0,0979 N
GAMBAR PENGAMATAN

Anda mungkin juga menyukai