Pemberian dosis yang cukup merupakan syarat untuk suatu terapi obat yang
bermanfaat. Pemberian dosis yang cukup berarti pemberian dosis sedemikian
rupa,sehingga mencapai efek yang diinginkan tanpa dosis berlebihan dan efek
samping toksik.
Karena efek yang ditimbulkan oleh suatu obat dalam organisme tergantung
pada konsentrasi pada tempat kerja dan berat badan, maka dosis harus diberikan
dengan tepat. Untuk memudahkan aturan pemberian dosis, umumnya pada orang
dewasa didasarkan pada bobot badan rata-rata 70 kg.
Disamping dosis tunggal, dosis harian, dosis awal dan dosis penjenuhan, maka
selang dosis merupakan waktu antara dua pemakaian obat, yang merupakan suatu
parameter penting untuk kelompok pengaturan dosis. Untuk terapi jangka panjang,
pemberian satu kali per hari lebih baik.Tetapi senyawa-senyawa yang mempunyai
waktu paruh lebih rendah, diberikan dosis beberapa kali per hari sehingga konsentrasi
plasma dapat dipertahankan dalam daerah terapeutik dalam waktu yang cukup
panjang.
1. Rumus Dilling
20
150
Contoh soal :
20
= 2,25mg - 9mg
Dosis maksimum anak tersebut untuk sekali
3
= ___ x 40mg
20
= 6 mg
= 3
____ x 120mg
20
= 18 mg
3 + 12
= 3 mg - 12 mg
Dosis maksimum anak untuk sekali
= 3
____ x 40mg
3 + 12
= 8 mg
= 3
______ x 120 mg
3 + 12
= 24mg
Dosis untuk anak-anak ini bisa juga dihitung berdasarkan luas permukaaan tubuh
anak,
KO
ND anak = NDdewasa ____
1,73
Luas permukaan tubuh anak diperoleh dengan pendekatan (menurut Wagner) melalui
persamaan :
0,73
KO = 0,09. W
W = bobot badan (kg)
Yang disebut besaran acuan (misalnya ¼ dosis dewasa untuk anak-anak usia 1 tahun)
hanya berlaku untuk anak-anak uang normal. Pada sejumlah bahan obat, perhitungan
menurut luas permukaan tidak berlaku, misalnya pada beberapa bahan obat yang
bekerja sentral (misalnya antiepileptika). Dosis yang diperhitungkan dengan cara ini
terlalu rendah.
Obat biasanya diberikan dalam dosis biasa atau dosis rata-rata, yang cocok untuk
sebagian besar penderita. Untuk penderita lainnya, dosis biasa ini terlalu besar
sehingga menimbulkan efek toksik atau terlalu kecil sehingga tidak efektif.
Tanpa adanya kesalahan medikasi, kepatuhan penderita menentukan jumlah
obat yang diminum. Faktor-faktor farmakokinetik menentukan beberapa dari jumlah
obat yang diminum dapat mencapai tempat kerja obat untuk bereaksi dengan
reseptornya. Faktor-faktor farmakodinamik menentukan intensitas efek farmakologik
yang ditimbulkan oleh kadar obat di sekitar tempat reseptor tersebut.
Untuk kebanyakan obat, keragaman respons penderita terhadap obat terutama
disebabkan oleh adanya perbedaan individual yang besar dalam faktor-faktor
farmakokinetik; terutama kecepatan biotransformasi. Untuk kebanyakan obat,
perubahan dalam faktor-faktor farmakodinamik merupakan sebab utama yang
menimbulkan keragaman respons penderita. Variasi dalam berbagai faktor
farmakokinetik dan farmakodinamik ini berasal dari perbedaan individual dalam
kondisi fisiologik, kondisi patologik, faktor genetic, interaksi obat dan toleransi.
KONDISI FISIOLOGIK
1. Anak
Usia, berat badan, luas permukaan tubuh atau kombinasi faktor-faktor ini
dapat
digunakan untuk menghitung dosis anak dari dosis dewasa.Untuk perhitungan dosis,
usia anak dibagi dalam beberapa kelompok usia sebagai berikut :
2.Usia lanjut
Perubahan respons penderita usia lanjut disebabkan oleh banyak faktor, yakni :
Penurunan fungsi ginjal, merupakan faktor yang utama, penurunan filtrasi
glomerulus sekitar 30 % pada usia 65 tahun.. Perubahan farmakokinetik
lainnya adalah penurunan kapasitas metabolisme beberapa obat, berkurangnya
kadar albumin plasma (sehingga dapat meningkatkan kadar obat bebas),
pengurangan berat badan dan cairan tubuh serta penambahan lemak tubuh.
Perubahan faktor-faktor farmakodinamik, yakni peningkatan sensitivitas
reseptor, terutama reseptor di otak .
Adanya berbagai penyakit
Penggunaan banyak obat menyebabkan meningkatnya terjadi interaksi obat.
Akibatnya, seringkali terjadi respons yang berlebihan atau efek toksik serta berbagai
efek samping bila mereka mendapat dosis yang biasa diberikan kepada penderita
dewasa muda.
KONDISI PATOLOGIK
2.Penyakit kardiovaskular
Penyakit ini mengurangi distribusi obat dan alir dara ke hepar dan ginjal untuk
eliminasi obat sehingga kadar obat tinggi dalam darah dan menimbulkan efek yang
berlebihan atau efek toksik
Prinsip umum pemberian obat pada keadaan ini :
Turunkan dosis awal
Sesuaikan dosis berdasarkan respons klinik penderita
3.Penyakit hati
Penyakit ini mengurangi metabolisme obat di hati dan sintesis protein plasmasehingga
meningkatkan kadar obat, terutama kadar obat bebasnya dalam darah dan jaringan.
Akibatnya terjadi respons yang berlebihan atau efek toksik
.Prinsip umum penggunaan obat pada penyakit hati yang berat :
Sedapat mungkin dipilih obat yang eliminasinya terutama melalui ekskresi
ginjal
Hindarkan penggunaan obat-obat yang mendepresi SSP,diuretic tiazid dan
diuretic kuat, obat-obat yang menyebabkan konstipasi, antikoagulan oral,
kontrasepsi oral dan obat hepatotoksik. Sedatif yang paling aman pada
penyakit hati adalah oksazepam dan lorazepam.
Gunakan dosis yang lebih rendah dari normal, terutama untuk obat-obat yang
eliminasi utamanya melalui jmetabolisme hati.
4.Penyakit ginjal
Penyakit ini mengurangi ekskresi obat aktif maupun metabolitnya yang aktif
melalui ginjal sehingga meningkatkan kadarnya dalam darah dan jaringan,
menimbulkan respons yang berlebihan dan efek toksik. Disamping itu penyakit ginjal
akan mengurangi ikatan protein plasma, mengubah keseimbangan elektrolit dan asam-
basa dan menghilangkan efektivitas beberapa obat.
Prinsip umum penggunaan obat pada gagal ginjal :
Sedapat mungkin dipilih obat yang eliminasinya terutama melalui
metabolisme hati, untuk obatnya sendiri maupun untuk metabolit aktifnya.
Hindarkan penggunaan golongan tetrasiklin untuk semua derajat gangguan
ginjal,diuretic hemat kalium, antidiabetik oral, aspirin .
Parasetamol mungkin merupakan analgesic yang paling aman pada penyakit
ginjal.
Gunakan dosis yang lebih rendah dari normal, terutama untuk obat-obat yang
eliminasi utamanya melalui ekskresi ginjal.
Faktor genetik, interaksi obat dan toleransi sangat mempengaruhi metabolisme obat.
Begitu juga pengaruh lingkungan terhadap respon penderita terhadap obat, antara lain
kebiasaan merokok, minum alcohol dan . keadaan sosial budaya (makanan ,
pekerjaan, tempat tinggal). Hidrokarbon polisiklik yang terdapat dalam asap rokok
menginduksi sintesis enzim metabolisme obat-obat tertentu sehingga mempercepat
biotransformasi obat-obat tersebut sehingga mengurangi respon penderita.