Anda di halaman 1dari 9

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode

penelitian berbentuk asosiatif. pendekatan kuantitatif adalah pendekatan

penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta

hubungan-hubungannya. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui pengaruh ataupun juga hubungan antara dua

variabel atau lebih.

3.2 Populasi dan sampel penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah Perusahaan yang terdaftar dalam

Jakarta Islamic Index pada tahun 2016. Sedangkan sampel pada penlitian ini

menggunakan teknik penyempelan metode perposive sampling dengan kriteria

harus dilaporkan dalam kurs rupiah dan data tidak outlier. Sehingga sampel

yang didapat adalah sebanyak 26 dari 30 Perusahaan yang terdaftar dalam

Jakarta Islamic Index pada tahun 2016.

3.3 Jenis data dan sumber data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder

berupa Laporan Keuangan Tahunanan, Data Pemegang Saham, Profil

manajemen, dan Struktur Manajemen Perusahaan. Sumber Data sekunder

diperoleh dari Annual Report (laporan tahunan) dengan mengakses website

BEI (www.idx.co.id).

22
23

3.4 Tenik perolehan data

Teknik perolehan data pada penelitian ini adalah dengan dokumentasi

dengan cara mengakses dan mengunduh Annual Report dari website BEI

maupun perusahaan.

3.5 Definisi operasional dan pengukuran variabel

3.5.1 Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

Menurut Sari (2014) Penghindaran Pajak dapat diukur melalui

rasio pajak suatu negara. Fenomena penghindaran pajak di Indonesia

dapat dilihat dari rasio pajak (tax ratio) negara Indonesia. Rasio pajak

menunjukkan kemampuan pemerintah dalam mengumpulkan

pendapatan pajak atau menyerap kembali PDB dari masyarakat dalam

bentuk pajak.

Terdapat banyak pengukuran dalam mengukur penghindaran

pajak, diantaranya adalah dengan menggunakan Effective Tax Rate

(ETR), Cash Effective Tax Rate (CETR), dan Current Effective Tax

Rate (CuETR). Effective Tax Rate (ETR) pada dasarnya adalah sebuah

presentasi besaran tarif pajak yang ditanggung oleh perusahaan.

Effective Tax Rate (ETR) adalah perbandingan antara beban pajak

penghasilan dengan laba sebelum pajak. Cash Effective Tax Rate

(CETR) merupakan tarif pajak efektif kas yang membandingkan jumlah

pembayaran pajak dengan laba sebelum pajak. CETR menunjukan

pajak yang benar-benar telah dibayar. Current Effective Tax Rate

(CuETR) merupakan perbandingan pajak kini perusahaan dengan laba


24

sebelum pajak. CuETR menunjukan besaran pajak kini terlepas dari

pajak tangguhan serta pajak final.

Dari ketiga pengukuran tersebut, pada penelitian menggunakan

ETR sebagai pengukuran variabel dependen penghindaran pajak. ETR

dihitung atau dinilai berdasarkan pada informasi keuangan yang

dihasilkan oleh perusahaan sehingga Effective Tax Rate (ETR)

merupakan bentuk perhitungan tarif pajak pada perusahaan. ETR

digunakan untuk mengukur dampak perubahan kebijakan perpajakan

atas beban pajak perusahaan. ETR menunjukan semua beban pajak

yang harus ditanggung oleh perusahaan termasuk pajak final dan utang

atau manfaat pajak tangguhan. ETR digunakan karena dalam

penghindaran pajak tidak hanya bersumber dari pajak penghasilan saja

tetapi beban pajak lainnya yang tergolong dapat dibebankan pada

perusahaan. Hasil rasio jika menunjukan dibawah 25% akan

mengakibatkan adanya indikasi bahwa objek melakukan penghindaran

pajak.

ETR = Pembayaran Pajak


Laba Sebelum Pajak

3.5.2 Kinerja Keuangan Perusahaan

Kinerja perusahaan adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan

perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktivitas

perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu..

Pengukuran Kinerja Keuangan pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan Leverage, Return On Asset (ROA), dan Dividend Payout

Ratio (DPR).
25

Menurut Ngadiman dan Puspitasari (2014) Leverage

menunjukkan penggunaan hutang untuk membiayai investasi dan asset

yang dimiliki oleh perusahaan. Leverage dapat diartikan sebagai

gambaran kemampuan perusahaan untuk menggunakan aktiva atau

dana yang mempunyai beban tetap untuk memperbesar tingkat

penghasilan bagi pemilik perusahaan. Leverage menunjukkan seberapa

jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar dengan

kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal. Leverage

adalah rasio yang mengukur kemampuan utang baik jangka panjang

maupun jangka pendek untuk membiayai aset perusahaan. Leverage

diukur dengan rumus sebagai berikut:

Total Utang
DAR =
Total Asset

ROA dalam penelitian ini akan diukur menggunakan laba bersih

sebelum pajak ditambah beban bunga, kemudian membandingkannya

dengan total aset perusahaan. Dasar penggunaan laba sebelum pajak

yang digunakan untuk menghitung ROA, karena dengan menggunakan

laba sebelum pajak dapat diketahui aktivitas operasi yang merupakan

cerminan dari kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba tanpa

terpengaruh keputusan perpajakan dan pendanaan (Saputra, 2017).

Return on Assest adalah perbandingan antara laba bersih dengan total

aset pada akhir periode, yang digunakan sebagai indikator kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba, dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:
26

Laba Bersih Setelah Pajak x 100 %


ROA=
Total Assets

Dividend payout ratio menunjukan kemampuan perusahaan dalam

membayar dividen. Laba perusahaan menjadi pertimbangan penentuan

dividen per lembar sehingga laba perusahaan menjadi tolak ukur dalam

kinerja keuangan suatu perusahaan (Utomo et al., 2016). DPR diukur

dengan rumus:

Total Dividends
DPR =
Net Income

3.5.3 Corporate Governance

Harford et al. (2012) menjelaskan Corporate governance

merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara

berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah kinerja

perusahaan. Corporate governace dapat menigkatkan nilai tambah bagi

para pemegang saham, hal ini bisa disimpulkan bahwa semakin baik

mekanisme corporate governance yang dilakukan oleh perusahaan

maka nilai tambahnya semakin besar.

Corporate governance dalam penelitian ini diproksi dengan lima

indikator yaitu dewan direksi, dewan komisaris, komite audit, komisaris

independen, dan kepemilikan manajerial.

Dewan direksi dan dewan komisaris diukur dengan jumlah dewan

secara keseluruhan dalam susunan dewan direksi maupun komisaris.

DD = ∑ Dewan Direksi Perusahaan i pada tahun t

DK = ∑ Dewan Komisaris Perusahaan i pada tahun t


27

Komite audit diukur dengan jumlah komite audit dalam suatu

perurusahaan.

KA = ∑ Komite Audit dalam perusahaan i pada tahun t

Komisaris independen diukur dengan jumlah komisaris

independen berbanding dengan jumlah komisaris dalam susunan dewan

komisaris perusahaan.

Jumlah Komisaris Independen


KI =
Total Komisaris

Kepemilikan manejerial diukur dengan proporsi saham yang

dimiliki manajerial berbanding dengan jumlah saham yang diterbitkan.

Saham yang dimiliki Manajerial


KM =
Total Saham Yang beredar

3.6 Teknik analisis data

3.6.1 Analisis Deskriptif

Pengujian statistik deskriptif dilakukan untuk mengetahui nilai

mean, maksimum, minimum dan standar deviasi. Dengan menggunakan

statistik deskriptif data dapat tersaji dengan ringkas sehingga dapat

terlihat ukuran persebaran datanya normal atau tidak.

3.6.2 Uji Hipotesis

Tahapan analisis data dengan SEM-PLS dilakukan melalui dua

tahap namun tahap tersebut digabung menjadi satu rangkaian yaitu a)

melakukan konfirmatori model pengukuran (Confirmatory factor

analysis). Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengevaluasi kualitas

data yaitu validitas dan reliabilitas suatu data dari variabel laten maupun

manifest. Tahap ini akan secara otomatis dilalui sebelum berlanjut ke


28

tahap selanjutnya yaitu b) melakukan mengevaluasi model. Pada tahap

ini akan dilakukan perancangan model struktural (Inner Model) maupun

model pengukuran (outer model). setelah perancangan model dilakukan

tahap selanjutnya akan diperoleh hasil tingkat signifikansi sebagai dasar

pengambilan kriteria penerimaan maupun penolakan pengujian

hipotesis.

a. Perancangan model struktural

Model struktural pada penelitian ini menghubungkan antara

variabel laten yang melibatkan hubungan antara variabel

independen dan dependen, yaitu pada variabel Kinerja Keuangan

dan Coporate Governance terhadap Tax Avoidance

b. Perancangan model pengukuran

Perancangan model pengukuran yaitu mendesain hubungan

antar variabel laten yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan

hipotesis penelitian. Model pengukuran pada penelitian ini

mengkorelasikan antara varibel laten dan manifest. Penelitian ini

melibatkan dua variabel bebas yaitu Kinerja Keuangan dan

Corporate Governance serta Tax Avoidance sebagai varibel terikat.

Pengukuran kinerja Keuangan dan Tax Avoidance menggunakan

model indikator formatif sedangkan Corporate Governance

menggunakan model indikator reflektif.

Melakukan uji hipotesis pada penelitian ini dengan menggunakan

metode analisis Structural Equation Modelling (SEM) dengan tujuan

memprediksi dan menjelaskan konstruk atau variabel laten. Penelitian


29

ini menggunakan program Partial Least Square (PLS). PLS digunakan

dengan beberapa alasan, Sholih dan Ramono (2013) menjelaskan

bahwa : pertama, semua hipotesis yang akan diuji belum memiliki

landasan teori yang kokoh. Kedua, dapat menganalisis model relektif

dan formatif. Ketiga, PLS tidak menyaratkan distribusi normal terhadap

data yang diuji. Keempat, penggunaan variabel laten dengan satu

indikator formatif tidak menimbulkan masalah identifikasi.

ROA
Kinerja
DER
Keuangan
Kiner H1
DPR
ja X1
Keua Tax ETR
ngan
ge Avoidance
DD
Y
DK H2
ROA Corporate
KA Governance
KI X2
KM

Gambar 3.1 Model Struktural dan Pengukuran

Keterangan:
ETR= Effective Tax Rate DK = Dewan Komisaris
ROA = Return on Assets KA = Komite Audit
DER = Dept to Equity Ratio KI = Komisaris Independen
DPR = Dividend Payout Ratio KM = Kepemilikan Manajerial
DD = Dewan Direksi
30

Konfigurasi diagram jalur ke dalam sistem persamaan yang

menunjukkan hubungan antar variabel. Model persamaan struktural

digambarkan sebagai berikut;

Y = β + X1KK + X2CG + ϵ

Ket:
Y = Penghindaran Pajak
β = Konstanta
X1 X2 = Koefisien pengaruh variabel independen terhadap dependen
ϵ = Faktor pengganggu

Kriteria penerimaan hipotesis pada hasil uji yang dilakukan

adalah dengan melihat nilai p untuk koefisien jalurnya. Pengujian yang

dilakukan pada penelitian ini menggunakan SEM-PLS dengan program

WarpPLS 3.0. Kebanyakan program PLS lain hanya memberikan nilai

T, sehingga peneliti harus membandingkan lagi dengen T table atau

mencari nilai p dari nilai T tersebut. Oleh karena itu, keputusan untuk

penerimaan hipotesis untuk pengujian pengaruh secara langsung pada

penelitian ini cukup dengan menggunakan nilai p sebagai kriteria

penerimaan dan penolakan hipotesis (Sholih dan Ramono, 2013).

Penelitian ini menetapkan nilai signifikansi 0,10 sehingga keputusan

diterima apabila nilai p<0,10 dan ditolak jika nilai p>0,10.

Anda mungkin juga menyukai