PENDAHULUAN
Hemostatis adalah proses dimana darah dalam sistem sirkulasi tergantung dari
kontribusi dan interaksi dari 5 faktor, yaitu dinding pembuluh darah, trombosit, faktor
koagulasi, sistem fibrinolisis, dan inhibitor. Hemostasis bertujuan untuk menjaga agar
darah tetap cair di dalam arteri dan vena, mencegah kehilangan darah karena luka,
tetap mengalir darah harus cair. Oleh karena itu dalam keadaan fisiologis, disamping
mekanisme koagulasi juga ada suatu mekamisme lain dengan efek antagonis yang
bertujuan untuk mengimbangi mekanisme koagulasi dan memelihara agar darah tetap
dan pembuluh darah yang tersumbat dapat dialirakan darah kembali. Koagulasi dan
fibrinolisis merupakan mekanisme yang saling berkaitan erat sehingga seorang tidak
juga sebaliknya. Dalam sistem koagulasis dan fibrinolisis terdapat sistem lain yang
mengatur agar kedua proses tidak langsung berlebihan. Sistem tersebut terdiri dari
atau trombus harus disingkirkan dari jaringan yang cedera. Hal ini dicapai dengan jalur
fibrinolisis. Produk akhir jalur ini adalah enzim plasmin, enzim proteolitik yang kuat
Bila ada kerusakan dinding pembuluh darah, misalnya tusukan jarum pada saat
pengambilan sampel darah, maka pada tempat luka di dinding pembuluh darah akan
2. Adanya bahan kolagen, vWF, dll dari dinding pembuluh darah (terpapar karena
dinding pembuluh darah terluka) yang menarik trombosit untuk datang ke tempat
kerja dari beberapa factor pembekuan (prosesnya kompleks) yang berguna untuk
terhenti. Bila kita lihat maka di tempat tusukan jarum, sudah tidak keluar darah
lagi.
PEMBAHASAN
Hemostasis
yang rusak dan pencegahan pengeluaran darah sambil mempertahankan darah dalam
yang saling terkait bekerja untuk mempertahankan keseimbangan antara koagulasi dan
organ.
Trombosit
Trombosit adalah fragmen sel yang tidak berinti yang dibentuk oleh
megakariosit di sumsum tulang melalui perpanjangan ujung sel tersebut yang beredar
ke dalam pembuluh darah kapiler ketika mengalami jejas pada transendotelial oleh
karena aliran darah, yang pada akhirnya menyebabkan munculnya protrombosit dalam
darah perifer. Trombosit beredar selama kurang lebih 10 hari dalam aliran darah
sebelum mereka difagositosis oleh makrofag di hati dan ginjal. Selama masa hidup
mereka, sebagian besar trombosit tidak pernah mengalami penempelan yang kuat di
sirkulasi. Hanya pada saat lapisan endotel pembuluh darah mengalami kerusakan oleh
jejas atau gangguan patologis, seperti yang ditemukan pada proses aterosklerosis,
kemampuan adhesi dari trombosit menjadi nyata. Dalam kondisi seperti ini, komponen
adhesi trombosit secara tiba-tiba. Sebagai tambahan, beberapa stimulus yang larut
dalam darah dihasilkan lalu dilepaskan oleh trombosit yang memperkuat daya adhesi
trombosit dan, bersama-sama dengan thrombin lokal, memanggil lebih banyak lagi
trombosit menuju thrombus yang terbentuk melalui aktivasi reseptor pada permukaan
trombosit sehingga memungkinkan trombosit untuk berikatan satu sama lain, sebuah
proses yang disebut dengan agregasi. Kejadian ini merupakan proses yang krusial
pada akhirnya mengarah pada penutupan defek di dinding pembuluh darah dan kondisi
hemostasis. Di lain pihak, pembentukan thrombus yang tidak terkontrol pada disfungsi
pembuluh darah dapat menyebabkan oklusi pembuluh darah, iskemia, dan infark di
organ-organ vital.
Salah satu masalah utama utama di negara-negara maju yaitu thrombosis arteri
yang disebabkan oleh ruptur atau erosi plak aterosklerosis yang berakibat pada adhesi
trombosit dan pembentukan thrombus di arteri koronaria atau arteri serebral yang
Komponen trombosit yang bersifat adhesif harus diatur dengan ketat untuk
memastikan bahwa sel telah teraktivasi di bawah kondisi yang sesuai untuk mencegah
kehilangan darah pada kasus jejas vaskular, sementara itu pada saat yang sama, adhesi
yang tidak diharapkan, yang dapat menjadi pembentukan thrombus, harus dicegah.
Trombosit, komponen darah yang hanya ditemukan dalam mamalia ini, mempunyai
beraneka macam reseptor adhesi dan regulator yang canggih untuk menempel sebagai
respon mereka terhadap beberapa stimulus yang jelas. Hal ini membuat trombosit
merupakan model utama dalam mekanisme seluler pada proses adhesi. Peran utama
mekanisme sinyal dan protein membran adhesif pada trombosit merupakan target
dan matriks ekstraseluler yang terpajan akibat jejas. Matriks ini mengandung sejumlah
besar makromolekul adhesif seperti laminin, fibronektin, kolagen, dan faktor von
Willebrand (vWF). Mekanisme adhesi trombosit pada lokasi jejas ditentukan oleh
kondisi vaskular yang tersedia. Aliran darah dengan kecepatan aliran yang lebih besar
pada daerah tengah dibandingkan pada daerah tepi dalam dinding vaskular, sehingga
membuat perbandingan gaya gesek diantara lapisan cairan plasma menjadi lebih besar
pada daerah tepi dalam dinding vaskular. Peregangan meningkat dengan adanya laju
gaya gesek. Pada kondisi laju gaya gesek yang tinggi, seperti ditemukan di arteri kecil
interaksi antara reseptor glikoprotein trombosit Ib (GP Ib) dan vWF yang terikat pada
kolagen.
Walaupun terjadi pada gaya gesek yang tinggi, interaksi ini mungkin tidak
terjadi pada gaya gesek yang rendah, misalnya pada vena dan arteri yang besar. Ikatan
antara GPIb dengan vWF tidak cukup untuk memediasi adhesi yang stabil akan tetapi
perubahan pada arah aliran darah. Selama proses ini, trombosit mempertahankan
reseptor GPVI. GPVI mengikat kolagen dengan afinitas yang rendah, dengan demikian
tidak mampu untuk memediasi adhesi dengan sendirinya, namun memicu pelepasan
sinyal intraselular yang mengubah integrin trombosit untuk menjadi kondisi berafinitas
dan tromboksan A2 (TXA2). Kedua macam agonis ini bersama-sama dengan thrombin
lokal berkontribusi terhadap aktivasi selular melalui stimulasi reseptor yang berikatan
dengan protein G (Gq, G12/G13, Gi), yang menginduksi sinyal berbeda dan
mempunyai efek sinergis untuk menginduksi aktivasi penuh trombosit. Pada kondisi
ketika konsentrasi tinggi dari substrat agonis ini berada dalam pembuluh darah,
mungkin cukup untuk memediasi aktivasi trombosit secara independen melalui GPVI.
Adhesi yang kuat pada matriks ekstraseluler dimediasi oleh protein integrin
berafinitas tinggi yang berikatan dengan kolagen, fibronektin, dan laminin, bersama-
sama dengan protein utama integrin IIb3, berinteraksi dengan fibronektin dan vWF
utama, GPIb dan integrin IIb3. vWF ditemukan di badan Weibel-Palade dalam sel
konsentrasinya sekitar 10 g/mL. subunit vWF yang telah matur mengandung 2050
asam amino dan mengandung 4 domain berulang yang berbeda. Tiga domain A
homolog meregulasi proses interaksi dengan reseptor yang berbeda dan ligand
kolagen tipe VI, sedangkan kolagen I dan III berikatan melalui domain A3. Domain
kedua integrin trombosit, yaitu IIb3 dan v3. Interaksi diantara vWF dengan kompleks
reseptor GPIb-V-IX terjadi melalui domain A1 dan berperan penting dalam proses
adhesi awal trombosit ke lapisan subendotel dalam kondisi gaya gesek yang tinggi,
Dimer subunit vWF yang sudah matur bergabung satu sama lain dan menjadi
komponen dalam multimer besar yang berukuran sampai dengan 20 MDa. Multimer
terbesar dengan potensial trombogenik terkuat disimpan dalam trombosit dan sel
endotel dan kemudian disekresikan pada saat aktivasi seluler atau terjadi kerusakan.
Pada kondisi normal, vWF terlarut tidak mengalami interaksi yang bermakna dengan
reseptor trombosit, GPIb-V-IX. Namun, ketika imobilisasi pada kolagen yang terpajan
di area jejas, vWF terlarut ini berubah menjadi substrat yang mempunyai daya adhesi
yang kuat. Pada penelitian in vitro menghasilkan bahwa perubahan konformasi pada
domain A1 vWF dapat merubah afinitasnya terhadap yang lain. Ristocetin, antibiotik
turunan dari bakteri Nocardia lurida dan botrocetin, protein bisa ular dari Bothrops
jararaca, menginduksi interaksi antara vWF dan GPIb-V-IX pada kondisi statis,
karena gaya gesek yang tinggi dan juga karena imobilisasinya di permukaan.
primer yang berat pada hemostasis dan koagulasi. Namun, kontras dengan GPIb, vWF
sepertinya tidak esensial dalam pembentukan thrombus, karena banyak adhesi tertunda
yang terjadi walaupun dalam kondisi aliran darah arterial. Hal tersebut
ligand lainnya. Salah satu ligand tersebut adalah thrombospondin-1, yang telah
menunjukkan interaksinya dengan GPIb dalam kondisi gaya gesek yang tinggi.
Bila suatu pembuluh darah terputus atau rusak, cedera tersebut akan memicu
Bekuan ini menyumbat daerah yang rusak dan mencegah terjadinya kehilangan darah
lebih lanjut. Peristiwa yang mula-mula terjadi adalah konstriksi pembuluh darah dan
pembentukan sumbatan hemostatik sementara dari trombosit yang akan tercetus bila
trombosit mengikat kolagen dan menggumpal. Peristiwa ini diikuti dengan perubahan
Konstriksi suatu arteriol atau pembuluh arteri kecil yang mengalami cedera bisa
begitu kuat sehingga lumennya menutup sama sekali. Vasokonstriksi disebabkan oleh
serotonin dan vasokonstriktor lain yang dilepaskan dari trombosit yang menempel pada
dinding pembuluh darah yang rusak. Arteri yang besarnya seukuran arteri radialis
memperlambat ligasi pembuluh darah yang rusak. Selain itu, dinding arteri yang
terpotong memanjang atau tidak teratur tidak dapat mengalami kontriksi yang cukup
Mekanisme Pembekuan
menjadi bekuan definitif oleh fibrin. Mekanisme pembekuan yang berperan pada
pembentukan fibrin adalah suatu jenjang reaksi yang mengaktivasi enzim inaktif, dan
enzim yang telah diaktifkan selanjutnya mengaktifkan enzim inaktif lain. Dahulu,
kompleksitas sistem ini dipersulit oleh beragamnya tata nama, tetapi situasinya menjadi
lebih mudah setelah sistem angka bagi sebagian besar faktor pembekuan diterapkan.
Reaksi mendasar pada pembekuan darah adalah perubahan protein plasma yang
larut yaitu fibrinogen menjadi fibrin yang tidak larut. Proses ini mencakup pelepasan
dua pasang polipeptida dari setiap molekul fibrinogen. Bagian yang tersisa, monomer
salin terjalin. Zat ini diubah oleh pembentukan ikatan silang kovalen menjadi agregat
yang erat dan padat. Reaksi yang terakhir ini dikatalisis oleh faktor VIII yang aktif dan
memerlukan Ca2+.
Perubahan fibrinogen menjadi fibrin dikatalisis oleh thrombin. Thrombin
adalah suatu serin protease yang terbentuk dari prekursornya dalam sirkulasi, yaitu
protrombin, akibat kerja faktor X yang teraktivasi. Thrombin memiliki efek lain,
meliputi aktivasi trombosit, sel endotel, dan leukosit melalui setidaknya satu reseptor
Faktor X dapat diaktifkan oleh salah satu reaksi dari dua sistem, sistem intrinsik
dan sistem ekstrinsik. Reaksi awal pada sistem intrinsik adalah konversi faktor XII
inaktif menjadi faktor XII aktif (XIIa). Aktivasi ini, yang dikatalisis oleh high
molecular weight (HMW) kininogen dan kalikrein, dapat terjadi secara in vitro dengan
meletakkan darah pada permukaan bermuatan elektronegatif yang mudah basah seperti
gelas dan serat kolagen. Pengaktifan in vivo terjadi bila darah terpajan oleh serat
kolagen yang berada di bawah lapisan endotel pembuluh darah. Faktor XII aktif
kemudian mengaktifkan faktor XI, dan faktor XI aktif mengaktifkan faktor IX. Faktor
IX yang telah aktif membentuk suatu kompleks dengan faktor VIII aktif, yang menjadi
aktif bila terpisah dari faktor von Willebrand. Kompleks IXa dan VIIIa mengaktifkan
faktor X. Fosfolipid dari agregasi trombosit dan Ca2+ diperlukan untuk aktivasi faktor
dan faktor VII mengaktifkan faktor IX dan X. dengan adanya fosfolipid dari agregasi
trombosit, Ca2+, dan faktor V, faktor X yang telah diaktifkan mengkatalisis perubahan
protrombin menjadi thrombin. Jalur ekstrinsik dihambat oleh inhibitor jalur faktor
jaringan (tissue factor pathway inhibitor) yang membentuk suatu struktur kuartener
Mekanisme Antipembekuan
interaksi antara efek agregasi trombosit dari tromboksan A2 dan efek antiagregasi
mengalami cedera tetapi tetap menjaga lumen pembuluh darah agar terbebas dari
bekuan.
Antitrombin III adalah suatu inhibitor protease dalam sirkulasi yang mengikat
serin protease pada sistem pembekuan, yang menghambat aktivitas enzim ini sebagai
faktor pembekuan. Pengikatan ini dipermudah oleh heparin, suatu antikoagulan alami
yang merupakan campuran dari polisakarida sulfat dengan berat molekul rata-rata
15.000 – 18.000. Faktor pembekuan yang dihambat adalah bentuk aktif dari faktor IX,
Endotel pembuluh darah juga memainkan suatu peran aktif untuk mencegah
meluasnya pembekuan ke dalam pembuluh darah. Semua sel endotel kecuali yang ada
dan zat ini diekspresikan di permukaan sel endotel. Dalam darah sirkulasi, thrombin
merupakan suatu prokoagulan yang mengaktifkan faktor V dan VIII, tetapi bila
thrombin ini berikatan dengan trombomodulin, zat ini akan menjadi suatu antikoagulan
(fibrinolotik). Enzim ini melisiskan fibrin dan fibrinogen, dengan menghasilkan produk
degradasi fibrin (FDP) yang menghambat thrombin. Plasmin dibentuk dari
plasminogen jaringan (t-PA). plasmin juga diaktifkan oleh aktivator plasminogen tipe-
urokinase (u-PA). Pada mencit, apabila gen t-PA atau u-PA dirusak, akan terjadi
sejumlah kecil pengendapan fibrin dan lisis bekuan melambat. Namun, apabila kedua
gen tersebut dirusak, akan terjadi pengendapan fibrin yang luas. Penyembuhan luka
menjadi lambat. Defek pada pertumbuhan dan fertilitas juga terjadi karena sistem
plasminogen tidak hanya melisiskan bekuan, tetapi juga berperan dalam pergerakan sel
dan ovulasi.
Plasminogen manusia terdiri atas 560 rantai berat asam amino dan 241 rantai
ringan asam amino. Rantai berat, dengan glutamat di terminal aminonya, terlipat-lipat
menjadi lima struktur simpul, masing-masing disatukan oleh tiga ikatan disulfida.
Simpul-simpul ini disebut kringles karena bentuknya mirip kue kringles. Kringles ini
merupakan tempat pengikatan lisin, tempat molekul ini berikatan dengan fibrin dan
protein bekuan lain, dan protein ini juga ditemukan pada protrombin. Plasminogen
diubah menjadi plasmin aktif bila t-PA menghidrolisis ikatan antara Arg 560 dan Val
561.
Reseptor plasminogen berada pada permukaan berbagai jenis sel dan banyak
menjadi aktif sehingga dinding pembuluh darah utuh memiliki mekanisme yang
dengan teknik rekombinan DNA dan tersedia (sebagai alteplase) untuk kepentingan
klinis. Zat ini akan melisiskan bekuan di arteri koronaria bila diberikan pada pasien
segera setelah terjadinya awitan infark miokardium. Streptokinase, suatu enzim
bakteri, juga bersifat fibrinolitik dan juga digunakan untuk terapi awal infark
dengan koagulasi dan fibrinolisis. Lebih dari 20 protein ini berhasil diidentifikasi,
fragmen berberat molekul rendah sebanyak 10 buah ditemukan pada mamalia. Salah
satunya, aneksin II, membentuk landasan pada sel endotel tempat komponen sistem
membentuk suatu pelindung di sekitar fosfolipid yang terlibat dalam pembekuan dan
mengimbangi sistem koagulasi yaitu sistem atau mekanisme fibrinolisis yang berperan
menghancurkan fibrin secara enzimatik. Fibrin adalah protein tak larut yang dibentuk
dari fibrinogen oleh kegiatan proteolitik trombin sewaktu pembekuan darah normal.
glikoprotein rantai tunggal dengan amino terminal glutamic acid glutamic acid yang
mudah dipecah oleh proteolisis menjadi bentuk modifikasi dengan suatu terminal
lysine, valine atau methionin. Plasminogen adalah prekursor inaktif plasmin yang
kringles, yang mengikat secara khusus untuk lisin dan arginin residu pada fibrin
fibrin dan dapat memecah fibrin, fibrinogen, F V dan F VIII, komplemen, hormon,
serta protein lainnya. Plasmin disebut juga fibrinolisin. Plasmin merupakan protease
serin yang terutama bertanggungjawab atas proses penguraian fibrin dan fibrinogen,
berada dalam sirkulasi darah dalam bentuk zimogen inaktif, yaitu plasminogen (90 kDa
), dan setiap plasmin dengan jumlah sedikit yang terbentuk dalam fase cair dibawah
kondisi fisiologik dengan cepat akan dihilangkan aktivitasnya oleh inhibitor plasmin
yang kerjanya cepat, yakni antiplasmin- α2, unsur tersebut masih dalam keadaan aktif
menjadi plasmin.
1:1.
1-proteinase inhibitor, juga dikenal sebagai 1-antitripsin atau 1-antiroteinase,
juga menginaktifasi plasmin dan urokinase, tetapi sebagai inhibitor tripsin relatif
lemah.
2-makroglobulin
dihasilkan di hepar, terdiri dari polipeptida rantai tunggal dengan 432 asam amino.
1:1 antara satu residu arginin dari AT-III dan active-site serine dari trombin.
dan fibroblast. Konsentrasi didalam plasma sangat rendah (0.005 mg/dl) dan juga
fibrinolisis.
Pada tempat jaringan yang rusak (tissue injury), fibrinolisis dimulai dengan
degradasi dari fibrin, inaktifasi faktor V dan faktor VIII dan aktifasi dari
membentuk plasmin rantai dua. Aktifasi menjadi plasmin dapat terjadi melalui tiga
jalur yaitu :
1. Jalur intrinsik, melibatkan aktifasi dari proaktifator sirkulasi melalui faktor XIIa dan
yang rusak, endotel, sel-sel atau dinding pembuluh darah ( semua aktifator juga
protease).
3. Jalur eksogen, dimana plasminogen diaktifasi dengan aktivator yang berasal dari luar
plasminogen activator (t-PA) yang disintesis dan dilepas dari sel-sel endotelium
pembuluh darah dalam respons terhadap trombin dan pada kerusakan sel. Aktivator
kedalam sirkulasi dari endotel vaskuler dalam keadaan luka atau stres dan mempunyai
sifat katalitik –inaktif kecuali bila terikat dengan fibrin. Setelah terikat dengan fibrin t-
bersifat dapat larut dan dengan demikian melarutkan bekuan tesebut. Setelah
distimulasi t-PA release oleh exercise, statis, atau desmopressin (DDAVP), masa
paruhnya dalam sirkulasi sangat pendek ( sekitar 5 menit), berhubungan dengan
diginjal dan ditemukan terutama dalam urine. Akan tetapi sejumlah kecil prourokinase
plasma atau single-chain u-PA (scuPA) dapat diubah menjadi bentuk aktif melalui
yang sama dengan fibrin. Urokinase yang disekresikan oleh sel epitel tertentu yang
proses penghancuran (lisis) setiap fibrin yang tertimbun didalam saluran tersebut.
Aktivator plasminogen yang berasal dari ketiga jalur intrinsik, ekstrinsik, dan
(dalam bekuan) menjadi plamin bebas (dalam darah) dan plasmin terikat (dalam
bekuan).
Fragmen D hasil pemecahan fibrin berupa dimer sehingga disebut ‘D Dimer’. Plasmin
juga memecah faktor V dan faktor VIII:C. Ledakan fibrinolisis dihambat oleh inhibitor
antiplasmin, sehingga pada keadaan normal di dalam darah tidak akan dijumpai
plasmin bebas. Sedangkan plasmin yang terikat fibrin dalam plug hemostasis lokal
terlindungi dari 2- antiplasmin dan dapat memecah fibrin menjadi FDP. Bila plasmin
plasmin bebas tersebut dapat menghancurkan fibrinogen, F V, F VIII, dan protein lain.
(FDP), tetapi fragmen D hasil pemecahan fibrinogen tersebut berupa monomer bukan
dimer. Inhibitor dari aktivator plasminogen juga memegang peranan penting dalam
terikat fibrin dalam bekuan adalah proses fibrinolisis fisiologis (Fibrinolisis Sekunder).
Sedangkan proses fibrinogenolisis akibat aktivasi plasmin bebas yang beredar dalam
bahwa tubuh mampu untuk membendung aliran darah. Hanya jika pendarahan
dihentikan, tubuh akan mampu bertahan dan itulah sebabnya koagulasi adalah proses
penting dalam hemostasis, yang tidak lain adalah koagulasi diikuti dengan melarutkan
gumpalan darah dan kemudian memperbaiki jaringan yang terluka. Setelah dipulihkan
dan jaringan diperbaiki, bekuan darah atau trombus harus disingkirkan dari jaringan
a. Usia
Proses fibrinolisis pada Anak dan dewasa lebih cepat daripada orang tua. Orang
tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat
b. Merokok
cardiovascular. Sebagian besar penelitian yang focus pada efek selular dari
proliferasi sel otot polos pembuluh darah, dan meningkatnya agregasi platelet.
terdapatnya penurunan ekspresi dari tissue factor inhibitor pada sel endotel yg
factor dalam sirkulasi, baru terlihat setelah pemaparan terhadap rokok dalam
Association)
Suatu penelitian meneliti efek langsung dari rokok terhadap thrombosis, dengan
yang terpapar rokok secara akut .Pada dasarnya kadar fibrin dan platelet pada
perokok dan bukan perokok adalah sama. Namun paparan akut terhadap rokok
terpapar rokok dalam waktu singkat dikarenakan perubahan fungsi platelet dan
perubahan struktur dari fibrin. Efek paparan akut dari rokok dinilai dengan
fibrin dalam bekuan dari platelet yang diisolasi setelah paparan akut dari rokok.
sturktur bekuan fibrin karena paparan akut rokok, memainkan peranan penting
regulasi antioksidan dalam tubuh. Stress oksidatif ini lah yang mempengaruhi
struktur dari fibrin dan stabilitas plaque pada sindrom koroner akut.
Heart Association.)
Figure. The role of oxidative stress, antioxidants and reactive oxygen, and
Hubungan antioksidan dengan stroke hemoragik ini diduga karena efek inhibisi
reactive oksigen, dan nitrogen species berperan penting dalam fungsi platelet
Association.)
d. Aktivitas fisik
diamati oleh John Hunter pada tahun 1794 dimana ia menemukan darah hewan
yang tidak membeku setelah lari jarak jauh. 150 tahun kemudian dilakukan
penelitian ilmuah oleh Bigss dkk pada tahun 1947 dimana ditemukan bahwa
yang dapat membuat darah lebih encer yaitu : koagulan faktor VIII dan APTT
Association)
Pengaruh aliran darah dalam hal agregasi platelet dan pembentukan thrombus.
lingkungan hemodynamic local merupakan salah satu factor penting yang mengatur
dalam kemampuannya utnuk tetap stabil dalam kondisinya berintaraksi dengan aliran
darah yang tinggi, dan secara umum dapat dikatakan shear stress dapat meningkatkan
Pada arteri yang sehat, aliran darah mengalir dalam bentuk laminar, sehinga platelet
pada dinding pembuluh darah terpapar pada hemodinamik yang stabil selama
Berdasarkan penemuan terakhir, dari system perfusi in vitro dan in vive thrombosis
Aliran wall shear seperti ini ditemukan pada pembuluh darah vena dan arteri-
arteri besar, dan proses agregasi platelet dalam kondisi ini terutama
diperantarai oleh integrian aIIbb3. Dalam kondisi lower shear, aIIbb3 pada
permukaan platelet bebas akan menarin fibrinogen ke permukaan thrombus.
Aliran seperti ini terjadi pada mikrosirkulasi arteri atau pada daerah pembuluh
darah yang stenosis sedang. Dalam kondisi high shear seperti ini, interaksi
terhadap GPIb dan integrin aIIbb3 dalam memulai agregasi platelet discoid.
Aliran darah seperti ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami
dramatis, yaitu mencapai 40.000 s. Pada aliran seperti ini, agregasi platelet tidak
membutuhkan platelet aktivasi atau fungsi adhesi dari integrin dan secara khusu
Haemostasis, 2007)
Antikoagulan
III. Zat ini juga merupakan suatu kofaktor untuk lipoprotein lipase. Protein yang sangat
basa, protamin, membentuk suatu kompleks irefersibel dengan heparin dan secara
klinis digunakan untuk menetralkan heparin. Dari unfractional heparin dapat dihasilkan
low molecular weight fragment dengan berat molekul rata-rata sebesar 5000, dan
heparin berberat molekul rendah ini semakin banyak digunakan secara klinis karena
waktu paruhnya yang lebih panjang dan menghasilkan respon antikoagulan yang lebih
In vivo, kadar Ca2+ plasma yang cukup rendah untuk mengganggu pembekuan
vitro jika Ca2+ dihilangkan dari darah dengan menambahkan zat lain seperti oksalat,
yang membentuk garam tidak larut dengan Ca2+, atau chelating agent, yang mengikat
Ca2+. Derivate kumarin seperti dikumarol dan warfarin juga merupakan antikoagulan
yang efektif. Turunan kumarin ini menghambat kerja vitamin K, dan vitamin ini
merupakan suatu kofaktor yang diperlukan untuk enzim yang mengkatalisis konversi
yang terlibat dalam pembekuan memerlukan konversi sejumlah residu asam glutamat
sehingga keenam protein ini bergantung pada vitamin K. Protein-protein ini adalah
DAFTAR PUSTAKA