Anda di halaman 1dari 21

Hemostatis adalah mekanisme tubuh untuk menghentikan perdarahan secara spontan, proses dimana darah dalam sistem sirkulasi

tergantung dari kontribusi dan interaksi dari 5 faktor, yaitu dinding pembuluh darah, trombosit, faktor koagulasi, sistem fibrinolisis, dan inhibitor. Hemostasis bertujuan untuk menjaga agar darah tetap cair di dalam arteri dan vena, mencegah kehilangan darah karena luka, memperbaiki aliran darah selama proses penyembuhan luka. Hemostasis juga bertujuan untuk menghentikan dan mengontrol perdarahan dari pembuluh darah yang terluka. Hemostasis terdiri dari 3 tahap: 1. Hemostasis primer. Jika terjadi desquamasi dan luka kecil pada pembuluh darah, akan terjadi hemostasis primer. Hemostasis primer ini melibatkan tunika intima pembuluh darah dan trombosit. Luka akan menginduksi terjadinya vasokonstriksi dan sumbat trombosit. Hemostasis primer ini bersifat cepat dan tidak tahan lama. Karena itu, jika hemostasis primer belum cukup untuk mengkompensasi luka, maka akan berlanjut menuju hemostasis sekunder. 2. Hemostasis Sekunder. Jika terjadi luka yang besar pada pembuluh darah atau jaringan lain, vasokonstriksi dan sumbat trombosit belum cukup untuk mengkompensasi luka ini. Maka, terjadilah hemostasis sekunder yang melibatkan trombosit dan faktor koagulasi. Hemostasis sekunder ini mencakup pembentukan jaring-jaring fibrin. Hemostasis sekunder ini bersifat delayed dan long-term response. Kalau proses ini sudah cukup untuk menutup luka, maka proses berlanjut ke hemostasis tersier. 3. Hemostasis Tersier. Hemostasis tersier ini bertujuan untuk mengontrol agar aktivitas koagulasi tidak berlebihan. Hemostasis tersier melibatkan sistem fibrinolisis. Hemostasis merupakan peristiwa penghentian perdarahan akibat putusnya atau robeknya pembuluh darah, sedangkan thrombosis terjadi ketika endothelium yang melapisi pembuluh darah rusak atau hilang. Proses ini mencakup pembekuan darah (koagulasi ) dan melibatkan pembuluh darah, agregasi trombosit serta protein plasma baik yang menyebabkan pembekuan maupun yang melarutkan bekuan.

Pada hemostasis terjadi vasokonstriksi inisial pada pembuluh darah yang cedera sehingga aliran darah di sebelah distal cedera terganggu. Kemudian hemostasis dan thrombosis memiliki 3 fase yang sama: 1. Pembekuan agregat trombosit yang longgar dan sementara pada tempat luka. Trombosit akan mengikat kolagen pada tempat luka pembuluh darah dan diaktifkan oleh thrombin yang terbentuk dalam kaskade pristiwa koagulasi pada tempat yang sama, atau oleh ADP yang dilepaskan trombosit aktif lainnya. Pada pengaktifan, trombosit akan berubah bentuk dan dengan adanya fibrinogen, trombosit kemudian mengadakan agregasi terbentuk sumbat hemostatik ataupun trombos. 2. Pembentukan jaring fibrin yang terikat dengan agregat trombosit sehingga terbentuk sumbat hemostatik atau trombos yang lebih stabil. 3. Pelarutan parsial atau total agregat hemostatik atau trombos oleh plasmin

Tipe trombos : 1. Trombos putih tersusun dari trombosit serta fibrin dan relative kurang mengandung eritrosit (pada tempat luka atau dinding pembuluh darah yang abnormal, khususnya didaerah dengan aliran yang cepat[arteri]). 2. Trombos merah terutama terdiri atas erotrosit dan fibrin. Terbentuk pada daerah dengan perlambatan atau stasis aliran darah dengan atau tanpa cedera vascular, atau bentuk trombos

ini dapat terjadi pada tempat luka atau didalam pembuluh darah yang abnormal bersama dengan sumbat trombosit yang mengawali pembentukannya. 3. Endapan fibrin yang tersebar luas dalam kapiler/p.darah yang amat kecil. Ada dua lintasan yang membentuk bekuan fibrin, yaitu lintasan instrinsik dan ekstrinsik. Kedua lintasan ini tidak bersifat independen walau ada perbedaan artificial yang dipertahankan.

Proses yang mengawali pembentukan bekuan fibrin sebagai respons terhadap cedera jaringan dilaksanakan oleh lintasan ekstrinsik. Lintasan intrinsic pengaktifannya berhubungan dengan suatu permukaan yang bermuatan negative. Lintasan intrinsic dan ekstrinsik menyatu dalam sebuah lintasan terkahir yang sama yang melibatkan pengaktifan protrombin menjadi thrombin dan pemecahan fibrinogen yang dikatalis thrombin untuk membentuk fibrin. Pada pristiwa diatas melibatkan macam jenis protein yaitu dapat diklasifikaskan sebagai berikut: a. Zimogen protease yang bergantung pada serin dan diaktifkan pada proses koagulasi b. Kofaktor c. Fibrinogen d. Transglutaminase yang menstabilkan bekuan fibrin e. Protein pengatur dan sejumla protein lainnya Lintasan intrinsic Lintasan intinsik melibatkan factor XII, XI, IX, VIII dan X di samping prekalikrein, kininogen dengan berat molekul tinggi, ion Ca2+ dan fosfolipid trombosit. Lintasan ini membentuk factor Xa (aktif). Lintasan ini dimulai dengan fase kontak dengan prekalikrein, kininogen dengan berat molekul tinggi, factor XII dan XI terpajan pada permukaan pengaktif yang bermuatan negative. Secara in vivo, kemungkinan protein tersebut teraktif pada permukaan sel endotel. Kalau komponen dalam fase kontak terakit pada permukaan pengaktif, factor XII akan diaktifkan menjadi factor XIIa pada saat proteolisis oleh kalikrein. Factor XIIa ini akan menyerang prekalikrein untuk menghasilkan lebih banyak kalikrein lagi dengan menimbulkan aktivasi timbale balik. Begitu terbentuk, factor xiia mengaktifkan factor XI menjadi Xia, dan juga melepaskan bradikinin(vasodilator) dari kininogen dengan berat molekul tinggi.

Factor Xia dengan adanya ion Ca2+ mengaktifkan factor IX, menjadi enzim serin protease, yaitu factor IXa. Factor ini selanjutnya memutuskan ikatan Arg-Ile dalam factor X untuk menghasilkan serin protease 2-rantai, yaitu factor Xa. Reaksi yang belakangan ini memerlukan perakitan komponen, yang dinamakan kompleks tenase, pada permukaan trombosit aktif, yakni: Ca2+ dan factor IXa dan factor X. Perlu kita perhatikan bahwa dalam semua reaksi yang melibatkan zimogen yang mengandung Gla (factor II, VII, IX dan X), residu Gla dalam region terminal amino pada molekul tersebut berfungsi sebagai tempat pengikatan berafinitas tinggi untuk Ca2+. Bagi perakitan kompleks tenase, trombosit pertama-tama harus diaktifkan untuk membuka fosfolipid asidik (anionic). Fosfatidil serin dan fosfatoidil inositol yang normalnya terdapat pada sisi keadaan tidak bekerja. Factor VIII, suatu glikoprotein, bukan merupakan precursor protease, tetapi kofaktor yang berfungsi sebagai resepto untuk factor IXa dan X pada permukaan trombosit. Factor VIII diaktifkan oleh thrombin dengan jumlah yang sangat kecil hingga terbentuk factor VIIIa, yang selanjutnya diinaktifkan oleh thrombin dalam proses pemecahan lebih lanjut.

Lintasan Ekstrinsik Lintasan ekstrinsik melibatkan factor jaringan, factor VII,X serta Ca2+ dan menghasilkan factor Xa. Produksi factor Xa dimulai pada tempat cedera jaringan dengan ekspresi factor jaringan pada sel endotel. Factor jaringan berinteraksi dengan factor VII dan mengaktifkannya; factor VII merupakan glikoprotein yang mengandung Gla, beredar dalam darah dan disintesis di hati. Factor jaringan bekerja sebagai kofaktor untuk factor VIIa dengan menggalakkan aktivitas enzimatik untuk mengaktifkan factor X. factor VII memutuskan ikatan Arg-Ile yang sama dalam factor X yang dipotong oleh kompleks tenase pada lintasan intrinsic. Aktivasi factor X menciptakan hubungan yang penting antara lintasan intrinsic dan ekstrinsik. Interaksi yang penting lainnya antara lintasan ekstrinsik dan intrinsic adalah bahwa kompleks factor jaringan dengan factor VIIa juga mengaktifkan factor IX dalam lintasan intrinsic. Sebenarna, pembentukan kompleks antara factor jaringan dan factor VIIa kini dipandang sebagai proses penting yang terlibat dalam memulai pembekuan darah secara in vivo. Makna fisiologik tahap awal lintasan intrinsic, yang turut melibatkan factor XII, prekalikrein dan kininogen dengan berat molekul besar. Sebenarnya lintasan intrinsik bisa lebih penting dari fibrinolisis dibandingkan dalam koagulasi, karena kalikrein, factor XIIa dan Xia dapat memotong plasminogen, dan kalikrein dapat mengaktifkanurokinase rantai-tunggal. Inhibitor lintasan factor jaringan (TFPI: tissue factor fatway inhibitior) merupakan inhibitor fisiologik utama yang menghambat koagulasi. Inhibitor ini berupa protein yang beredar didalam darah dan terikat lipoprotein. TFPI menghambat langsung factor Xa dengan

terikat pada enzim tersebut didekat tapak aktifnya. Kemudian kompleks factor Xa-TFPI ini manghambat kompleks factor VIIa-faktor jaringan. Lintasan Terakhir Pada lintasan terakhir yang sama, factor Xa yang dihasilkan oleh lintasan intrinsic dak ekstrinsik, akan mengaktifkan protrombin(II) menjadi thrombin (IIa) yang kemudian mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Pengaktifan protrombin terjadi pada permukaan trombosit aktif dan memerlukan perakitan kompelks protrombinase yang terdiri atas fosfolipid anionic platelet, Ca2+, factor Va, factor Xa dan protrombin. Factor V yang disintesis dihati, limpa serta ginjal dan ditemukan didalam trombosit serta plasma berfungsi sebagai kofaktor dng kerja mirip factor VIII dalam kompleks tenase. Ketika aktif menjadi Va oleh sejumlah kecil thrombin, unsure ini terikat dengan reseptor spesifik pada membrane trombosit dan membentuk suatu kompleks dengan factor Xa serta protrombin. Selanjutnya kompleks ini di inaktifkan oleh kerja thrombin lebih lanjut, dengan demikian akan menghasilkan sarana untuk membatasi pengaktifan protrombin menjadi thrombin. Protrombin (72 kDa) merupakan glikoprotein rantai-tunggal yang disintesis di hati. Region terminal-amino pada protrombin mengandung sepeuluh residu Gla, dan tempat protease aktif yang bergantung pada serin berada dalam region-terminalkarboksil molekul tersebut. Setelah terikat dengan kompleks factor Va serta Xa pada membrane trombosit, protrombin dipecah oleh factor Xa pada dua tapak aktif untuk menghasilkan molekul thrombin dua rantai yang aktif, yang kemudian dilepas dari permukaan trombosit. Rantai A dan B pada thrombin disatukan oleh ikatan disulfide.

Bentuk aktif Subunit fibrin Protease serin Reseptor/kofaktor

Kofaktor Protease serin

Kofaktor

Protease serin

Protease serin Protease serin Protease serin transglutaminase

Prekalikrein (factor fletcher) dengan bentuk aktif protease serin HMWK (High Molecular Weight Kiniogen) (factor fitzgerald) adalah kofaktor Konversi Fibrinogen menjadi Fibrin Fibrinogen (factor 1, 340 kDa) merupakan glikoprotein plasma yang bersifat dapat larut dan terdiri atas 3 pasang rantai polipeptida nonidentik (A ,B )2 yang dihubungkan secara kovalen oleh ikatan disulfda. Rantai B dan y mengandung oligosakarida kompleks yang terikat

dengan asparagin. Ketiga rantai tersebut keseluruhannya disintesis dihati: tiga structural yang terlibat berada pada kromosom yang sama dan ekspresinya diatur secara terkoordinasi dalam tubuh manusia. Region terminal amino pada keenam rantai dipertahankan dengan jarak yang rapat oleh sejumlah ikatan disulfide, sementara region terminal karboksil tampak terpisah sehingga menghasilkan molekol memanjang yang sangat asimetrik. Bagian A dan B pada rantai Aa dan B , diberi nama difibrinopeptida A (FPA) dan B (FPB), mempunyai ujung terminal amino pada rantainya masing-masing yang mengandung muatan negative berlebihan sebagai akibat adanya residu aspartat serta glutamate disamping tirosin O-sulfat yang tidak lazim dalam FPB. Muatannegatif ini turut memberikan sifat dapat larut pada fibrinogen dalam plasma dan juga berfungsi untuk mencegah agregasi dengan menimbulkan repulse elektrostatik antara molekulmolekul fibrinogen. Thrombin (34kDa), yaitu protease serin yang dibentuk oleh kompleks protrobinase, menghidrolisis 4 ikatan Arg-Gly diantara molekul-molekul fibrinopeptida dan bagian serta pada rantai Aa dan B fibrinogen. Pelepasan molekul fibrinopeptida oleh thrombin menghasilkan monomer fibrin yang memiliki struktur subunit ( )2. Karena FPA dan FPB masing-masing hanya mengandung 16 dab 14 residu, molwkul fibrin akan mempertahankan 98% residu yang terdapat dalam fibrinogen. Pengeluaran molekul fibrinopeptida akan memajankan tapak pengikatan yang memungkinkan molekul monomer fibrin mengadakan agregasi spontan dengan susunan bergiliran secara teratur hingga terbentuk bekuan fibrin yang tidak larut. Pembentukan polimer fibrin inilah yang menangkap trombosit, sel darah merah dan komponen lainnya sehingga terbentuk trombos merah atau putih. Bekuan fibrin ini mula-mula bersifat agak lemah dan disatukan hanya melalui ikatan nonkovalen antara molekul-molekul monomer fibrin. Selain mengubah fibrinogen menjadi fibrin, thrombin juga mengubah factor XIII menjadi XIIIa yang merupakan transglutaminase yang sangat spesifik dan membentuk ikatan silan secara kovalen anatr molekul fibrin dengan membentuk ikatan peptide antar gugus amida residu glutamine dan gugus -amino residu lisin, sehingga menghasilkan bekuan fibrin yang lebih stabil dengan peningkatan resistensi terhadap proteolisis.

Regulasi Trombin Begitu thrombin aktif terbentuk dalam proses hemostasis atau thrombosis, konsentrasinya harus dikontrol secara cermat untuk mencegah pembentukan bekuan lebih lanjut atau pengaktifan trombosit. Pengontrolan ini dilakukan melalui 2 cara yaitu: 1. Thrombin beredar dalam darah sebagai prekorsor inaktif, yaitu protrombin. Pada setiap reaksinya, terdapat mekanisme umpan balik yang akan menghasilkan keseimbangan antara aktivasi dan inhibisi. 2. Inaktivasi setiap thrombin yang terbentuk oleh zat inhibitor dalam darah. Pemeriksaan Hemostasis : 1.Percobaan pembendungan (Rumple leed) Menguji ketahanan dinding kapiler dengan cara mengenakan pembendungan kepada vena, sehingga tekanan darah dalam kapiler meningkat. Dinding kapiler yg kurang kuat menyebabkan darah keluar dan merembes kedalam jaringan sekitarnya sehingga timbul petekia.

2.Masa perdarahan Bertujuan untuk menilai kemampuan vascular dan trombosit untuk menghentikan perdarahan. Prinsip pemeriksaan ini untuk menentukan lamanya perdarahan pada luka yg mengenai kapiler, 2 cara yaitu Ivy dan Duke. Cara duke untuk bayi dan anak. Perdarahan normal akan berhenti dalam 3-8 menit

3.Hitung trombosit Cara langsung dan tidak langsung. -Langsung : Manual, semi otomatik dan otomatik -Manual : darah diencerkan dgn larutan pengencer lalu diisikan ked lm kamar hitung dan jumlah trombosit dihitung di bawah mikroskop -Semi otomatik dan otomatik : dipakai alat electronic particle counter sehingga ketelitian lebih baik daripada manual. 4.Masa Protrombin Plasma (PT) Untuk menguji pembekuan darah melalui jalur ekstrinsik dan jalur bersama yaitu factor pembekuan VII, X, V,II, protrombin dan fibrinogen. Dapat juga dipakai untuk memantau efek antikoagulan oral karena gol. Obat tsb menghambat pembentukan factor pembekuan protrombin, VII, IX dan X. Prinsip pemeriksaan untuk mengukur lamanya terbentuk bekuan bila ke dalam plasma yg diinkubasi pada suhu 37, ditambahkan reagens tromboplastin jaringan dan ion kalsium. 5.Masa Tromboplastin Parsial Teraktivasi (APTT) Digunakan untuk menguji pembekuan darah melalui jalur intrinsic dan jalur bersama yaitu factor pembekuan XII, prekalikren, klininogen, XI, IX, VIII, X, V, protrombin dan fibrinogen. Prinsip pmeriksaan untuk mengukur lamanya terbentuk bekuan bila ke dalam plasma ditambahkan reagens tromboplastin parsial dan activator serta ion kalsium pada suhu 37. 6.Masa thrombin (TT) Untuk menguji perubahan fibrinogen menjadi fibrin atau inhibisi thrombin oleh heparin atau FDP

7.Pemeriksaan penyaring untuk factor XIII Pemeriksaan ini termasuk pemeriksaan penyaring, karena baik PT, APTT, maupun TT tdk menguji factor XIII, sehingga adanya defisiensi F XIII tdk dapat dideteksi dengan PT, APTT maupunTT. Digunakan untuk menilai kemampuan factor XIII dalam menstabilkan fibrin.

Hemofilia berasal dari bahasa Yunani Kuno, yang terdiri dari dua kata yaitu haima yang berarti darah dan philia yang berarti cinta atau kasih sayang. Hemofilia adalah suatu penyakit yang diturunkan, yang artinya diturunkan dari ibu kepada anaknya pada saat anak tersebut dilahirkan. Darah pada seorang penderita hemofilia tidak dapat membeku dengan sendirinya secara normal. Proses pembekuan darah pada seorang penderita hemofilia tidak secepat dan sebanyak orang lain yang normal. Ia akan lebih banyak membutuhkan waktu untuk proses pembekuan darahnya. Penderita hemofilia kebanyakan mengalami gangguan perdarahan di bawah kulit; seperti luka memar jika sedikit mengalami benturan, atau luka memar timbul dengan sendirinya jika penderita telah melakukan aktifitas yang berat; pembengkakan pada persendian, seperti lulut, pergelangan kaki atau siku tangan. Penderitaan para penderita hemofilia dapat membahayakan jiwanya jika perdarahan terjadi pada bagian organ tubuh yang vital seperti perdarahan pada otak. Hemofilia terbagi atas dua jenis, yaitu : Hemofilia A; yang dikenal juga dengan nama :

Hemofilia Klasik; karena jenis hemofilia ini adalah yang paling banyak kekurangan faktor pembekuan pada darah. Hemofilia kekurangan Factor VIII; terjadi karena kekurangan faktor 8 (Factor VIII) protein pada darah yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah. Hemofilia B; yang dikenal juga dengan nama :

Christmas Disease; karena di temukan untuk pertama kalinya pada seorang bernama Steven Christmas asal Kanada Hemofilia kekurangan Factor IX; terjadi karena kekurangan faktor 9 (Factor IX) protein pada darah yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah. Etiologi Herediter: X linked resesif Mutasi gen 20-30%

Patofisiologi Gangguan dapat terjadi karena jumlah pembeku darah jenis tertentu kurang dari jumlah normal, bahkan hampir tidak ada. Perbedaan proses pembekuan darah yang terjadi antara orang normal dengan penderita hemophilia. Hemofilia A atau B adalah suatu penyakit yang jarang ditemukan. Hemofilia A terjadi sekurang - kurangnya 1 di antara 10.000 orang. Hemofilia B lebih jarang ditemukan, yaitu 1 di antara 50.000 orang.

Hemofilia paling banyak di derita hanya pada pria. Wanita akan benar-benar mengalami hemofilia jika ayahnya adalah seorang hemofilia dan ibunya adalah pemabawa sifat (carrier). Dan ini sangat jarang terjadi. Sebagai penyakit yang di turunkan, orang akan terkena hemofilia sejak ia dilahirkan, akan tetapi pada kenyataannya hemofilia selalu terditeksi di tahun pertama kelahirannya. Tingkatan Hemofilia Hemofilia A dan B dapat di golongkan dalam 3 tingkatan, yaitu : Klasifikasi Kadar Faktor VII dan Faktor IX di dalam darah Berat : Kurang dari 1% dari jumlah normalnya Sedang : 1% - 5% dari jumlah normalnya Ringan : 5% - 30% dari jumlah normalnya

Penderita hemofilia parah/berat yang hanya memiliki kadar faktor VIII atau faktor IX kurang dari 1% dari jumlah normal di dalam darahnya, dapat mengalami beberapa kali perdarahan dalam sebulan. Kadang - kadang perdarahan terjadi begitu saja tanpa sebab yang jelas. Penderita hemofilia sedang lebih jarang mengalami perdarahan dibandingkan hemofilia berat. Perdarahan kadang terjadi akibat aktivitas tubuh yang terlalu berat, seperti olah raga yang berlebihan. Penderita hemofilia ringan lebih jarang mengalami perdarahan. Mereka mengalami masalah perdarahan hanya dalam situasi tertentu, seperti operasi, cabut gigi atau mangalami luka yang serius. Wanita hemofilia ringan mungkin akan pengalami perdarahan lebih pada saat mengalami menstruasi. Diwariskan sebagai seks (X)-resesif terkait Gen faktor VIII / IX yang terletak di bagian distal lengan panjang (q) dari kromosom X Perempuan (wanita) adalah pembawa

Hemophilia Clinical Classification* Severe Coagulation factor level Bleeding Episodes Hemarthrosis < 1% spontaneous 1-2 x/wk common Moderate 1 - 5% mild trauma 1 x/mo occasionally Mild > 5% moderate trauma none rare

* Hemophilia A or B

Manifestasi Klinis Perdarahan: biasanya dalam (hematoma, hemarthrosis) trauma ringan spontan atau mengikuti jenis: -hemarthrosis - hematoma - perdarahan intrakranial - hematuria -epistaksis -pendarahan frenulum (bayi) Hemarthrosis: Kebanyakan jenis umum dari perdarahan Sering terkena sendi dalam urutan ini: lutut, siku, pergelangan kaki, bahu, pergelangan tangan, pinggul

Diagnosis:

-Riwayat perdarahan abnormal pada anak laki-laki -Trombosit yang normal dihitung -Waktu perdarahan biasanya normal -Waktu pembekuan yang normal -Waktu prothrombin biasanya normal -Parsial thromboplastin waktu lama -Menurun antihemophilic faktor Diagnosis antenatal -tingkat antihemophilic faktor -F-VIII/F-IX gen identifikasi (analisis DNA) Diagnosis banding Hemophilia a dan b dengan defisiensi factor XI dan XII Hemophilia a dengan penyakit vWF, inhibitor factor VIII dan V Hemophilia b dengan penyakit hati

Manajemen episode perdarahan Menghentikan perdarahan dengan faktor pembekuan dalam waktu 2 jam onset Vena harus juga dicadangkan Hindari penggunaan obat anti-agregasi rumah terapi Diikuti dengan pengobatan yang komprehensif

Perawatan Komprehensif Diatur melalui pendekatan multidisiplin yang melibatkan ahli di bidang: hematologi terapi okupasi ortopedi Terapi

kejuruan penyakit menular psikologi gizi keperawatan kedokteran gigi genetika

Tujuan lain pengobatan: -DDAVP -Rekayasa genetika Mendukung : antifibrinolytic agen analgesik -Fisioterapi (rehabilitasi)

Olahraga untuk hemofilia Diizinkan: Berenang, tenis, golf, mendayung Tdk diizinkan: sepak bola, gulat, tinju, hockey, diving Pemeriksaan Lab 1. Tes penyaring

APTT memanjang, sedangkan waktu perdarahan, PPT dan waktu thrombin normal. APTT dapat tidak memanjang (normal) pada kasus hemofili ringan 2. Tes konfirmatif, terdiri atas: a. Pengukuran kuantitatif F.VIII dan F.IX

b. 3.

Jika F.VIII defisiensi maka dilanjutkan dengan pemeriksaan factor non Willebrand

Pemeriksaan pada karier wanita juga menunjukkan F.VIIIC menurun (50%)

Diagnosis Differential Hemofili A 1. Inheritance sex linked Hemofili B sex linked Penyakit von Willebrand autosomal dominan mukosa,luka

2. T.perdarahan kulit,postra 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Bleeding time PPT APTT F.VIIIC F.VIIR:AG F.IX Tes ristosetin

otot,sendi,postrauma otot,sendi,post

N N memanjang rendah N N N

N N memanjang N N rendah N

memanjang N memanjang N rendah N negative

Pengobatan/Tatalaksana 1. 2. 3. Pemberian F.VIII untuk hemofili A dan F.IX untuk hemofili B selama hidup Pencegahan kecacatan dengan pendidikan kesehatan Rehabilitasi apabila terjadi kerusakan sendi

Untuk terapi, praparat yang dapat dipakai adalah: 1. 2. Cryoprecipitate, mengandung F.VIII, Vwf, fibrinogen, F.XIII Lyophilized F.VIII komersial-dibuat dari pool donor (2000-5000 orang) bahaya penularan hepatitis dan HIV AIDS

3. Lyophilized F.IX-prothrombin complex concentrate mengandung semua vit.kdepends factor Perawatan dan rehabilitasi berupa: 1. 2. 3. 4. Perawatan sendi untuk mencegah terjadinya ankilosis Perawatan gigi Pendidikan kesehatan untuk menghindari trauma Hindari pemberian aspirin

Komplikasi terpenting yang timbul pada hemofilia A dan B A. Timbulnya inhibitor. Suatu inhibitor terjadi jika sistem kekebalan tubuh melihat konsentrat faktor VIII atau faktor IX sebagai benda asing dan menghancurkannya. B.. Kerusakan sendi akibat perdarahan berulang. C. Infeksi yang ditularkan oleh darah seperti HIV, hepatitis B dan hepatitis C yang ditularkan melalui konsentrat faktor pada waktu sebelumnya. Prognosis Tersedianya fasilitas darah segar, kriopresipitat, dan F VIII menyebabkan prognosis hemofilia menjadi normal kembali. Pencegahan
 

 

Hindari trauma Hindari mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi kerja trombosit yang berfungsi membentuk sumbatan pada pembuluh darah, seperti asam salisilat, obat antiradang jenis nonsteroid, ataupun pengencer darah seperti heparin. Kenakan tanda khusus seperti gelang atau kalung yang menandakan bahwa ia menderita hemofilia. Hal ini penting dilakukan agar ketika terjadi kecelakaan atau kondisi darurat lainnya, personel medis dapat menentukan pertolongan khusus.

LO 2 Memahami dan menjelaskan kelainan fungsi hemostasis 1. Kelainan vascular Keadaan heterogen yang ditandai oleh mudah memar dan perdarahan spontan dari pembuluh darah kecil. a. Herediter Telangiektasia hemoragik herediter Diwariskan sebagai pembawa sifat autosomal dominan, dijumpai pembengkakan mikrovaskular melebar yang muncul saat anak-anak dan jumlahnya bertambah saat dewasa b. Didapat - Mudah memar - Purpura senilis: disebabkan atrofi jaringan - Purpura karena infeksi, misalnya sepsis - Purpura alergik a. Sindrom Henoch-Scholein: vaskulitis yang diperantarai immunoglobulin terutama IgA b. Purpura pada arthritis rematoid,SLE,dan penyakit kolagen lainnya - Skorbat: defisiensi vit.C yang menimbulkan kerusakan pada kolagen 2. Kelainan trombosit Trombositopenia (penurunan jumlah trombosit) - Purpura thrombositopenik idiopatik (ITP) Kelainan akibat tromsitopenik yang disebabkan oleh proses imun. Diagnosis: y Gambaran klinik berupa perdarahan kulit atau mukosa y Trombositopenia y Sumsum tulang: megakariosit normal atau meningkat y Antibody antiplatelet (IgG) positif y Tidak ada penyebab trombositopenia sekunder Trombopati (kelainan fungsi trombosit) a. Herediter - Platelet pool storage disease Gangguan pelepasan ADP yang mengganggu agregasi trombosit - Thromboasthenia glanzman Gangguan reseptor GP IIb-IIa pada permukaan trombosit sehinggatidak terjadi agregasi

Sindrom Bernard-soulier Ganguan reseptor GP Ib sehinggan tidak terjadi adhesi dengan vWF dan endotel - Penyakit Von Willebrand Tidak terbentuknya vWF sehingga tidak terjadi adhesi Diagnosis: y Waktu perdarahan memanjang y APTT meningkat y Ristocetin induced platelet aggregation test negative y Elektroforesis: vWF menurun pada tipe I atau nol ata tipe III y Imunoelektroforesis: multimer negative pada tipe IIa b. Didapat - Akibat terapi aspirin yang mengganggu sintensis thromboksan A2 - Hiperglobulinemia - Kelainan mieloproloferatif - Gagal ginjal kronik - Penyakit hati menahun

3. Gangguan koagulasi a. Herediter - Hemophilia A (karena factor VIII) - Defisien factor IX Pewarisan dan gambaran klinis identik dengan hemofilia A dan hanya dapat dibedakan melalui factor pembekuannya, disebut juga Christmas disease atau hemophilia B - Diagnosis hemophilia y Diagnosis antenatal: pengukur kadar factor VII dan factor vWF plasma y Deteksi pembawa sifat dengan pelacak DNA y Biopsy korion pada minggu ke 8 atau 10 b. Didapat - Defisiensi vit.K Mengganggu factor II, VII, X karena merupakan vit K-dependent Dignosis: PT dan APTT memanjang kadar factor II,VII,IX,X plasma rendah - Gangguan pendarahan pada penyakit hati - Disseminated intravascular coagulation Sindrom yang disebabkan oleh deposisi fibrin dan pada saat yang sama kecenderungan perdarahan. DIC dapat dicetuskan oleh masuknya prokoagulan kedalam darah (cth: emboli cairan amnion) dan kerusakan endotel yang luas

Diagnosis: adanya perdarahan, thrombosis atau keduanya Pemeriksaan 1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik bertujuan untuk: - Mencari riwayat perdarahan abnormal - Mencari kelainan yang mengganggu faal hemostasis - Riwayat pemakaian obat - Riwayat perdarahan dalam keluarga 2. Tes penyaring a. Menilai hemostatic plug - Hitung trombosit - Hapusan darah tepi - Bleeding time - Rumple leede b. Menilai pembentuk thrombin - APTT untuk intrinsic pathway - PPT untuk ekstrinsik pathway c. Menilai reaksi thrombin-fibrinogen - thrombin time - stabilitas bekuan d. Tes parakoagulasi 3. Tes khusus (tes konfirmasi) a. Tes faal trombosit b. Tes ristocetin c. Pengukur factor spesifik d. Pengeukur alpha 2 antiplasmin

Anda mungkin juga menyukai