Anda di halaman 1dari 3

Hemostasis

Hemostasis adalah penghentian pendarahan pembuluh darah yang robek atau terpotong. Hemostasis
berasal dari kata hemo yang berarti darah dan stasis yang berarti mempertahakan. Darah dapat keluar
dari pembuluh yang cedera tersebut karena adanya dorongan tekanan yang lebih besar dari dalam
sehingga darah terdorong keluar.

Pada hemostasis, terjadi vasokonstriksi atau yang dikenal dengan spasme vaskular pada pembuluh
yang cedera sehingga memperlambat aliran darah dan memperkecil kehilangan darah. Dengan
terjadinya spasme vaskular ini, permukaan endotel yang saling berhadapan menjadi saling melekat
satu sama lain dan menambal pembuluh yang rusak. Tindakan ini mungkin tidak cukup untuk
mencegah aliran darah lebih lanjut, namun hal ini dapat memperlambat dan meminimalkan aliran
darah hingga ada sumbatan yang benar-benar menyumbat lubang tersebut.

Selanjutnya terjadi pembentukan agregat trombosit yang longgar di tempat cedera. Permukaan
endotel yang terganggu akibat cedera pada pembuluh darah menyebabkan megakariosit, trombosit,
serta sel endotel melakukan sekresi faktor von Willerbran yang merupakan suatu protein plasma yang
kemudian berikatan dengan kolagen di bagian dinding pembuluh. Faktor von Willebrand ini memiliki
tempat khusus untuk perlekatan dengan trombosit, sehingga faktor ini berfungsi menjadi jembatan
antara trombosit dan pembuluh darah yang cedera. Hal ini bertujuan agar trombosit tidak terbawa
aliran sirkulasi dan membentuk dasar dari sumbatan trombosit. Sumbatan trombosit ini terbentuk
karena adanya perlekatan antara trombosit yang satu dengan yang lainnya dengan bentuk seperti
paku yang juga berfungsi untuk melekat pada kolagen. Trombosit yang melekat ini mengeluarkan ADP
serta membentuk tromboksan A2 yang kemudian akan mengaktifkan trombosit lainnya yang mengalir
disekitar tempat cedera. Dengan adanya ADP dan tromboksan A2 menstimulasi pembentukan parakrin
yang menyerupai prostaglandin. Tromboksan A2 merangsang agregasi trombosit secara langsung dan
secara tidak langsung memicu pelepasan lebih banyak ADP dari trombosit. Agregasi trombosit tidak
meluas ke endotel normal yang berada di sekitar daerah cedera karena ADP merangsang pelepasan
prostasiklin dan nitrat oksida dari endotel yang normal sehingga menghambat laju agregasi trombosit.

Sumbat trombosit tidak hanya menambal kerusakan fisik, namun juga memiliki fungsi lain di mana
adanya kompleks aktin miosin di dalam trombosit yang berkontraksi untuk memadatkan dan
memperkuat sumbat yang semula longgar. Kemudian sumbat trombosit ini juga melepaskan
vasokonstriktor untuk memperkuat vasospasme awal dan juga melepaskan bahan kimia yang
meningkatkan koagulasi darah. Sumbatan ini hanya dapat menahan cedera pembuluh darah kecil,
untuk pembuluh darah yang lebih besar dibutuhkan koagulasi darah agar pendarahan dapat
dihentikan seluruhnya.

Koagulasi Darah

Koagulasi darah atau pembekuan darah merupakan perubahan bentuk darah dari cairan menjadi gel
padat. Pembentukan bekuan darah diatas sumbatan trombosit bertujuan untuk menguatkan dan
menopang sumbat, serta meningkatkan tambalan untuk menutup kerusakan pembuluh. Hal ini karena
sewaktu darah di sekitar kerusakan memadat, maka darah tidak dapat mengalir lagi. Mekanisme
pembekuan darah merupakan mekanisme homeostatik tubuh yang paling kuat dan diperlukan untuk
menghentikan pendarahan di tubuh kecuali pendarahan kecil.

Langkah terakhir dalam pembentukan bekuan adalah perubahan fibrinogen. Fibrinogen merupakan
suatu protein plasma larut berukuran besar yang dihasilkan oleh hati. Berubah menjadi fibrin, yaitu
menjadi molekul yang tidak larut dalam wujud benang. Perubahan ini dikatalisis oleh enzim trombin
di tempat cedera. Benang-benang inilah yang melekan ke permukaan pembuluh yang rusak, menjerat
sel-sel darah termasuk agregat trombosit. Bekuan yang terbentuk biasanya berwarna merah karena
adanya eritrosit yang terperangkap tetapi bahan dasarnya merupakan fibrin dari plasma.

Awalnya jala fibrin ini lemah karena berikatan secara longgar, namun secara cepat membentuk ikatan
kimia untuk memperkuat dan menstabilkan jala bekuan tersebut. Enzim trombin mengaktifkan faktor
yang menjadi katalisis proses ini yaitu faktor XIII atau fibrin-stabilizing factor yang terdapat dalam
plasma dalam bentuk inaktif yang berkerja dengan mekanisme feedback positif untuk mempermudah
pembentukannya dan meningkatkan agregasi trombosit.

Dalam keadaan normal trombin tidak terdapat pada plasma. Trombin hanya terdapat pada pembuluh
darah yang mengalami kerusakan karena trombin akan membuat darah mengalami koagulasi. Namun
jika ada, trombin ini berada dalam bentuk prekursor inaktif yang disebut dengan protrombin yang
nantinya akan diaktifkan menjadi trombin saat dibutuhkan dalam pembekuan darah. Untuk
mengaktifkan protrombin, memerlukan faktor X yang melibatkan kaskade pembekuan.

Kaskade Pembekuan

Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, protrombin diaktifkan menjadi trombin oleh faktor X. Faktor
X sendiri sebenarnya dalam keadaan normal merupakan faktor inaktif yang berada di dalam darah dan
perlu diaktifkan oleh faktor lainnya dan terus menerus seperti itu. Ada 12 faktor pembekuan plasma
yang bekerja bersamaan dalam tahap esensial yang menyebabkan perubahan akhir fibrinogen
menjadi jala fibrin yang stabil. Faktor-faktor ini diberi nama berupa angka romawi yang merupakan
urutan dari penemuan faktor tersebut. Sebagian besar dari faktor-faktor itu disintesis oleh hati dan
merupakan faktor yang inaktif dalam keadaan normal, misalnya fibrinogen dan protrombin.

Faktor- faktor tersebut adalah: (masukin tabel faktor)

Reaksi berantai di mana faktor yang satu mengaktifkan faktor yang lainnya dikenal sebagai kaskade
pembekuan hingga trombin mengatalisis perubahan akhir fibrinogen menjadi benang fibrin. Beberapa
tahapan dalam kaskade tersebut membutuhkan kalsium dan platelet faktor 3 (PF3). Kaskade
pembekuan dipicu oleh 2 jalur, yaitu jalur intrinsik dan ekstrinsik. Jalur intrinsik memicu adanya
pembekuan di dalam pembuluh darah yang rusak dan sampel darah di dalam tabung reaksi. Semua
unsur yang diperlukan dalam jalur ini terdapat di dalam darah. Di awali dengan pengaktifan faktor XII
oleh kontak dengan kolagen yang terpajan. Pengaktifan ini juga memicu terbentuknya sumbat
trombosit. Oleh sebab itu saat terjadi cedera pembentukan sumbat trombosit dan pembekuan darah
diaktifkan secara bersamaan. Kemudian dilanjutkan dengan mengaktifkan faktor XI, lalu ditambah
dengan kalsium dan faktor IV mengaktifkan faktor IX. Faktor IX yang telah aktif akan mendapat PF3
serta tambahan kalsium dan faktor VIII untuk mengaktifkan faktor X. PF3 didapat dari sekresi agregasi
trombosit yang nantinya digunakan untuk meningkatkan agregasi trombosit lebih lanjut. Setelah itu,
faktor X yang aktif bersama dengan faktor V, kalsium dan PF3 mengaktifkan protrombin menjadi
trombin. Trombin inilah yang mengaktifkan fibrinogen untuk membentuk jala fibrin longgar dan
mengaktifkan faktor XIII untuk menstabilkan jala fibrin tersebut sehingga sel darah merah
terperangkap dan terbentuklah bekuan.

Jalur ekstrinsik menggunakan jalan yang lebih singkat di mana hanya ada 4 langkah yang diawali
dengan kerusakan jaringan yang memicu suatu kompleks protein, yaitu tromboplastin jaringan (faktor
III). Bersama dengan kalsium dan faktor VII, faktor ini mengaktifkan faktor X. Setelah pengaktifan
faktor X, jalur ini melewati tahap yang sama pada jalur intrinsik.

Saat terjadi cedera, kedua jalur ini bekerja bersamaan. Saat terjadi robek pada pembuluh darah, jalur
intrinsik menghentikan darah di pembuluh darah dan jalur ekstrinsik membekukan darah sebelum
pembuluh tertambal sempurna. Setelah pembuluh tertutup sempurna, terjadi retraksi bekuan di
mana terjadi kontraksi trombosit yang menciutkan jala-jala fibrin, yang menarik tepi pembuluh yang
rusak agak saling berdekatan. Selama retraksi, ada cairan yang berisi plasma tanpa fibrinogen dan
prekursor pembekuan lainnya yang disebut serum, terperas dari bekuan. Bekuan darah ini bukanlah
solusi permanen untuk cedera pembuluh melainkan hanya sebagai sumbatan sementara untuk
menghentikan pendarahan sampai pembuluh dapat diperbaiki.

Perbaikan pembuluh darah terjadi karena adanya invasi fibroblas dari jaringan ikat sekitar dan
pembuluh darah yang rusak. Fibroblas inilah yang membentuk jaringan parut pada pembuluh darah
yang rusak. Bersama dengan proses penyembuhan, bekuan darah yang sudah tidak terpakai akan
dihancurkan oleh enzim fibrokatalitik yang bernama plasmin. Jika bekuan yang sudah tidak terpakai
tidak dihancurkan, lama kelamaan akan menyumbat pembuluh darah, terutama pembuluh darah
kecil. Plasmin sendiri merupakan protein plasma yang dibentuk oleh hati dan terdapat di dalam darah
dalam bentuk inaktifnya yaitu plasminogen. Plasmin ini diaktifkan dalam reaksi cepat yang melibatkan
beberapa faktor, antara lain faktor XII (faktor Hageman) yang juga memicu reaksi pembentukan
bekuan. Jadi plasmin yang diaktifkan ini terperangkap dalam bekuan dan perlahan-lahan menguraikan
jala-jala fibrin. Setelah itu sel darah putih yang bersifat fagositik akan menyingkirkan produk larutan
bekuan.

Anda mungkin juga menyukai