ASPEK FARMAKOKINETIK KLINIK BEBERAPA OBAT BERPOTENSI HEPATOTOKSIK PADA PASIEN RAWAT INAP Di BANGSAL PARU PDF
ASPEK FARMAKOKINETIK KLINIK BEBERAPA OBAT BERPOTENSI HEPATOTOKSIK PADA PASIEN RAWAT INAP Di BANGSAL PARU PDF
Farmakokinetik klinik merupakan aplikasi konsep farmakokinetik pada dunia pengobatan dalam rangka
mewujudkan terapi obat yang aman dan efektif pada seorang pasien (farmakoterapi) sehingga keberhasilan
pengobatan dapat dicapai. Karena perbedaan antara pasien dalam farmakokinetik (ADME) maupun perubahan
kondisi patologik pasien, maka sulit merancang aturan dosis tepat. Adanya korelasi yang kuat antara konsentrasi
obat dengan respon farmakologinya memungkinkan prinsip farmakokinetika dapat ditetapkan pada kondisi
pasien yang sebenarnya. Obat berpotensi hepatotoksik adalah obat yang dapat menginduksi kerusakan hati atau
biasanya disebut (drug induced liver injury). Penelitian ini dilakukan pada pasien rawat inap di bangsal paru
RSUP DR. M. DJAMIL Padang selama 4 bulan (Oktober 2011-Januari 2012). Jenis data yang diambil meliputi
masalah-masalah aspek farmakokinetik yang ditemukan terkait dengan penggunaan obat berpotensi
hepatotoksik yaitu aspek kesesuaian dosis, keefektifan terapi, efek samping yang merugikan, efek toksik dan
interaksi. Data dianalisa secara statistik deskriptif serta dilakukan perhitungan jumlah persentase dan disajikan
dalam bentuk tabulasi dan diagram. Dari penelitian ini didapatkan penggunaan beberapa obat berpotensi
hepatotoksik yaitu parasetamol, OAT (rifampisin, isoniazod, pirazinamid, ethambutol, rantidin, lansoprazol,
tramadol, kortikosteroid (metilprednisolon, dexametason, prednison dan aminophilin. Child pugh Score lengkap
didapat dari 17% pasien dan 83% tidak lengkap. Dari 17% pasien berada pada rentang score 7-9 (kerusakan hati
sedang). Dari penelitian juga didapat 100% pasien mengalami gejala subjektifitas dan objektifitas kerusakan
fungsi hati. Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa belum adanya penerapan aspek farmakokinetik klinik pada
pasien yang menggunakan obat berpotensi hepatotoksik yang dirawat di bangsal paru RSUP. DR. M. Djamil
Padang.
berat badan pasien. Dari hasil diatas juga dapat 2. 240 30 264-529 43,1-86,3 Kurang Kurang
disimpulkan bahwa dosis aminophilin yang 3. 192 24 317-635 44-88 Kurang Kurang
diberikan lebih banyak kekurangan dosis, 4. 180 22,5 188-376 10,8-21,6 Kurang Lebih
seharusnya dosis dihitung dengan benar sesuai
5. 240 30 235-470 13,5-27 Tepat Lebih
dengan kondisi klinis pasien dan juga
6. 240 20 235-470 13,5-27 Tepat Tepat
mempertimbangkan interaksi obat yang terjadi.
7. 216 27 282-564 39,1-75,5 Kurang Kurang
Tabel I. Data perhitungan dosis aminophilin intravena
8. 240 30 329-658 45,6-91,3 Kurang Kurang
berdasarkan dosis yang direkomendasikan
9. 168 21 188-376 10,8-21,7 Kurang Tepat
No Dosis yang diberikan Dosis Kesimpulan 10 144 18 188-376 26,0-52,0 Kurang Kurang
seharusnya* 11 288 24 276-552 38,3-76,6 Lebih Kurang
Loading Dosis Loading Dosis Loading Dosis
dose lanjutan dose lanjutan dose lanjutan 12 192 24 205-411 28,5-57 Kurang Kurang
(mg) (mg/jam) (mg) (mg/jam) 13 192 24 176-352 24,4-48,9 Lebih Tepat
1 360 45 444 60,1 Kurang Kurang
14 240 30 352-705 48,9-97,8 Kurang Kurang
2 240 30 270 21,1 Kurang Lebih 15 192 16 188-376 26-52 Tepat Kurang
3 192 24 324 25,4 Kurang Kurang 16 192 16 305-611 42,3-84,7 Kurang Kurang
4 180 22,5 228 13,4 Kurang Lebih 17 240 30 352-705 48,9-97,8 Kurang Kurang
5 240 30 240 32,9 Tepat Kurang 18 192 24 235-470 13,5-27 Kurang Tepat
19 240 30 264-529 36,6-73,3 Kurang Kurang
6 240 20 250 14,1 Kurang Lebih
20 300 25 294-588 40,7-81,5 Tepat Kurang
7 216 27 288 20 Kurang Lebih
21 192 24 205-411 28,5-57 Kurang Kurang
8 240 30 324 40 Kurang Kurang