Anda di halaman 1dari 16

SUMBER DATA DALAM

FARMAKOEPIDEMIOLOGI
Kelompok 4 :
Achmad Firdaus 21330705
Rizqi Puspa Diana 21330739
Rikka Novianti 21330764
Fatma Cahyani Putri 21330766
Pengertian Sumber Data
• Sumber data dalam farmakoepidemiologi adalah informasi optimal dari subjek
mengenai penggunaan obat dan efek obat dalam populasi yang dapat
diintegrasikan pada pemahaman tentang data dan metode analisis.
• Sumber data dalam farmakoepidemiologi memiliki kegunaan untuk memperoleh
informasi secara optimal dari subjek yang diteliti, informasi ini kemudian dapat
diintegrasikan tergantung pada pemahaman menyeluruh tentang data dan metode
analisis.
• Misalnya, mengintegrasikan dan menyeimbangkan hasil uji klinis yang
berhubungan dengan manfaat dan hasil studi farmakoepidemiologi yang
kemudian berkaitan dengan resiko.
Jenis Sumber Data
• Pemilihan sumber data tergantung pada jenis studi farmakoepidemiologi yang direncanakan, ada
berbagai sumber data yang dapat digunakan, mulai dari prospektif pengumpulan data untuk
penggunaan data yang sudah ada, seperti data dari uji klinis yang dilakukan sebelumnya atau
database dalam cakupan yang lebih luas (Mann, 2007).
• Pengumpulan data tersebut dapat diperoleh dari beberapa sumber data yaitu :
1. Pelaporan Langsung (Spontaneous Reporting)
2. Database Pelayanan Kesehatan (Automated Healthcare Database)
3. Catatan Medis (Surveillance)
4. Rekam Medis (Electronic Medical Records)
5. Survei Nasional (National Survey)
6. Pemantauan Resep (Prescription-event Monitoring)
• Sumber – sumber data tersebut akan memudahkan peneliti dalam memperoleh data dan hasil sesuai
dengan kondisi dari populasi, waktu dan lokasi yang akan diteliti. Serta, sumber –sumber data ini
dapat memberikan dan melengkapi informasi terkait gambaran epidemiologi suatu penyakit dan
pemantauan pelaksanaan program kesehatan bagi para praktisi atau klinisi (Amiruddin, 2013).
Kesimpulan
● Sumber data dalam farmakoepidemiologi adalah informasi optimal dari subjek mengenai
penggunaan obat dan efek obat dalam populasi yang dapat diintegrasikan pada
pemahaman tentang data dan metode analisis. Kegunaannya untuk memperoleh informasi
secara optimal dari subjek yang diteliti.
● Pengumpulan data tersebut dapat diperoleh dari beberapa sumber data yaitu :
1. Pelaporan Langsung (Spontaneous Reporting)
2. Database Pelayanan Kesehatan (Automated Healthcare Database)
3. Catatan Medis (Surveillance)
4. Rekam Medis (Electronic Medical Records)
5. Survei Nasional (National Survey)
6. Pemantauan Resep (Prescription-event Monitoring)
REVIEW JURNAL
Potensi Interaksi Obat Pasien Diabetes Melitus Tipe-2 Dengan
Hipertensi di Rumah Sakit “X” Periode 2019

Nama Penulis Nama Jurnal


Refdanita dan Vilya Sainstech Farma Jurnal Ilmu
Sukmaningsih Kefarmasian

Volume Tahun
Volume 14 Nomor 1 2021
Tujuan
Penelitian Sumber Data
Mengetahui adanya obat Rekam medik pasien
yang berpotensi untuk rawat jalan di rumah sakit
berinteraksi, melalui pada periode Januari-
mekanisme secara Desember 2019.
farmakokinetik dan
farmakodinamik, serta jenis
obat yang sering
berpotensi untuk
berinteraksi pada pasien
DM tipe 2 dengan
hipertensi.
Metodologi Penelitian
Desain penelitian ini adalah cross sectional. Jumlah sampel yang
diperoleh sebanyak 89 rekam medik setelah dihitung menggunakan
rumus Slovin, kemudian ditambahkan 10 % untuk mencegah drop
out, sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 98
rekam medik. Identifikasi data menggunakan beberapa acuan yaitu
melalui Stockley’s Drug Interactios- Eighth Edition, Drug Interaction
Facts-2012, drugs.com (2020), Medscape Drug Interactions Checker
(2020) dan Jurnal pendukung lainnya.
Hasil Penelitian
∙ Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, jenis kelamin perempuan (57,43%) memiliki
peluang lebih besar untuk terkena penyakit DM dengan hipertensi daripada laki laki (42,57%).
Perempuan memiliki kondisi patofisiologis dari sindrom siklus bulanan sehingga memiliki
kecenderungan obesitas dan memiliki peluang lebih banyak lemak. Sindrom siklus bulanan
(premenstrual syndrome), pasca menopause diketahui dapat membuat distribusi lemak tubuh
menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga perempuan beresiko
menderita DM Tipe 2 (Cheekurthy, 2016). Sedangkan, Kelompok usia yang paling banyak
mendapatkan terapi obat DM dengan hipertensi adalah usia 56 – 65 tahun, yaitu sebanyak 45
pasien (45,54%). Manusia mengalami perubahan fisiologis yang menurun dengan cepat setelah
berusia 40 tahun. Diabetes melitus tipe 2 sering muncul setelah seseorang memasuki usia rawan
tersebut (Imelda, 2018).
Lanjutan
∙ Distribusi Penggunaan Obat Antidiabetes Oral dengan Antihipertensi secara
Tunggal dan Kombinasi
Berdasarkan hasil dari data rekam medik pasien, pasien dengan penyakit DM tipe 2
dengan penyakit penyerta hipertensi umumnya akan memperoleh terapi kombinasi
antara antidiabetik oral dengan antihipertensi. Hasilnya menunjukkan pasien yang
menerima terapi kombinasi obat antidiabetes oral adalah sebanyak 65 (66,33%)
dan secara tunggal sebanyak 33 (33,67), sedangkan pasien yang menerima terapi
kombinasi obat antihipertensi sebanyak 49 (50,5%) dan secara tunggal sebanyak
48 (49,48%).
Lanjutan

∙ Potensi Interaksi Obat Antidiabetik Oral


Obat yang berpotensi mengalami interaksi obat terbanyak adalah metformin dan
amlodipine sebanyak 53 (50,47%), adapun potensi mekanisme interaksi terbanyak
adalah melalui fase farmakodinamik yang berpotensi memberikan efek terbanyak
seperti hipoglikemik. Dari data tersebut menunjukkan bahwa interaksi obat
antidiabetes oral dengan antihipertensi merujuk pada tingkat keparahan moderat
(Stockley’s Drug Interactios-Eighth Edition). Interaksi moderat merupaka interaksi
yang paling terbanyak ditemukan dalam penelitian ini. Interaksi ini dapat dilakukan
pencegahan yaitu dengan memberikan jeda waktu dalam meminum obat. Efek
interaksi moderat dapat menimbulkan perubahan kondisi klinis sehingga perlu
dilakukan pemantauan atau monitoring.
Kesimpulan
• Potensi interaksi obat pasien diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi di rumah
sakit X periode Januari-Desember 2019 dalam penelitian ini diperoleh pasien
perempuan menjadi pasien terbanyak dalam penelitian ini sebanyak 55 pasien
(57,43%), sementara kelompok usia terbanyak yaitu kelompok 56 – 65 tahun
sebanyak 45 pasien (45,92%).
• Pasien yang menerima terapi kombinasi obat antidiabetes oral adalah sebanyak 65
(66,33%) dan secara tunggal sebanyak 33 (33,67), sedangkan pasien yang
menerima terapi kombinasi obat antihipertensi sebanyak 49 (50,5%) dan secara
tunggal sebanyak 48 (49,48%).
• Obat yang berpotensi mengalami interaksi obat terbanyak adalah metformin dan
amlodipin sebanyak 53 kasus (50,47%). Mekanisme interaksi terbanyak adalah
melalui fase farmakodinamik dan berpotensi memberikan efek terbanyak adalah
hipoglikemik melalui tingkat keparahan interaksi terbanyak yaitu tingkat moderat.
Terima Kasih

CREDITS: Diese Präsentationsvorlage wurde von Slidesgo erstellt,
inklusive Icons von Flaticon und Infografiken & Bilder von Freepik
Daftar Pustaka

• Amiruddin, R. Surveilans Kesehatan Masyarakat. Bogor:IPB Press; 2013


• Mann R D, Andrews E B. Pharmacovigilance Second Edition. England: John Wiley
& Sons Ltd.; 2007
• Refdanita & Villya Sukmaningsih. Potensi Interaksi Obat Pasien Diabetes Melitus
Tipe-2 Dengan Hipertensi di Rumah Sakit “X” Periode 2019. Sainstech Farma; 2021

Anda mungkin juga menyukai