Anda di halaman 1dari 2

BEDAH LAPAROSKOPI (MINIMAL INVASIVE SURGERY)

Tahukah Anda dengan bedah Laparoskopi? Penemuan teknik bedah Laparoskopi di akhir abad ke-20 merupakan sebuah revolusi di bidang ilmu bedah. Bedah laparoskopi menggunakan teknik bedah minimal invasif yang memiliki banyak keuntungan dibandingkan bedah konvensional. Bedah laparoskopi adalah suatu tehnik pembedahan dimana operasi pada perut dilakukan melalui sayatan kecil, biasanya 0,5 1,5 cm. Bedah Laparoskopi sendiri adalah bagian dari teknik endoskopi, atau rigid endoskopi. Kata laparoskopi, berasal dari kata lapar yang berarti abdomen dan oskopi yang artinya melihat melalui skope yang rigid. Bedah laparoskopi berbeda dengan bedah konvensional karena pada bedah laparoskopi hanya membutuhkan akses minimal ke tubuh pasien sedangkan ada bedah konvensional, sayatan di perut bisa sepanjang belasan sentimeter. Selain laparoskopi, juga dikenal suatu fleksibel endoskopi, antara lain gastroskopi (khusus melihat saluran cerna bagian atas), kolonoskopi (usus besar), dan endoscopy retrograde cholangiopancreatography/ERCP untuk saluran empedu dan pancreas. Menurut Dr. B. Parish Budiono, Msi.Med, SpB-KBD, dokter mitra spesialis bedah digestive RS Telogorejo, elemen utama dari bedah laparoskopi adalah penggunaan laparoscope, yaitu suatu alat berupa sistem lensa teleskopik yang terkoneksi dengan video kamera dan sumber cahaya (xenon), yang digunakan untuk pencahayaan pada saat pembedahan di dalam rongga perut. Lensa tersebut akan di salurkan ke monitor sebagai mata dari ahli bedah dalam melakukan pembedahan. Untuk mendapatkan lapangan operatif yang baik, maka diperlukan gas (CO2) yang di insuflasikan ke dalam rongga perut, sehingga perut akan membentuk suatu rongga sebagai tempat bekerja. Digunakannya gas CO2 karena gas tersebut mudah diabsorpsi oleh tubuh dan dibuang melalui sistem respirasi, dan yang penting adalah tidak terbakar, karena pada prosedur bedah laparoskopi sering kali digunakan alat elektrosurgicalm,terangnya. Berbagai tindakan bedah laparoskopi pada kelainan-kelainan organ di perut dapat dilakukan. Salah satu prosedur bedah laparoskopi yang paling sering dilakukan adalah laparoskopi kolesistektomi, pengangkatan kantong empedu pada penyakit batu empedu. Laparoskopi kolesistektomi saat ini telah menjadi standar pembedahan pada penyakit batu empedu, dan

saat ini lebih dari 96% pembedahan pada penyakit batu empedu dilakukan secara bedah laparoskopi di negara-negara maju. Pada prosedur ini hanya diperlukan 3 atau 4 sayatan kecil (5-10mm) pada dinding perut sebagai tempat masuknya alat-alat pembedahan (laparoscopes lens, graspers, scissors, clip applier dan lain-lain) melalui trokar 5 mm dan 10 mm,ujar Dr. B. Parish Budiono, Msi.Med, SpB-KBD. Bahkan akhir-akhir ini, untuk lebih meminimalkan sayatan pada dinding perut telah dikembangkan dengan hanya 1 sayatan di bawah pusar, tehnik ini disebut SILS (Single Incision Laparoscopic Surgery). Contoh operasi ini misalnya pada kelainan di esophagus, Achalasia, yaitu gangguan motilitas dari esophagus sehingga pasien kesulitan menelan, dapat dilakukan prosedur laparoskopi Heller. Demikian juga dengan Gastroesofageal Reflux, dapat dilakukan fundoplikasi secara laparoskopi. Kelainan di lambung seperti tumor jinak maupun ganas, morbid obessity (kegemukan) dapat dilakukan bedah laparoskopi. Penyakit pada hepatopankreatikobilier, seperti tumor hati, abses hati, batu pada saluran empedu, bahkan tumor pada pancreas dapat dilakukan pembedahan secara laparoskopi. Demikian juga kelainan pada usus halus maupun usus besar, seperti radang usus buntu, tumor pada usus besar, divertikel usus dan lain-lain dapat dilakukan bedah laparoskopi. Dan masih banyak lagi prosedur pembedahan yang dapat dilakukan secara laparoskopi,terangnya. Dr. B. Parish Budiono, Msi.Med, SpB-KBD menginformasikan bahwa dengan adanya prosedur bedah laparoskopi, didapatkan berbagai keuntungan, antara lain luka operasi yang kecil, sehingga secara kosmetik lebih baik. Nyeri pasca pembedahan, resiko infeksi pasca operasi, dan perdarahan akan lebih minimal. Kembalinya gerakan peristaltik usus juga lebih cepat karena manipulasi pada usus yang minimal. Resiko perlengketan pasca pembedahan atau adhesi juga akan lebih kecil. Sehingga secara keseluruhan lama tinggal di rumah sakit akan lebih pendek dan masa recovery pasca pembedahan yang lebih cepat,tambahnya. Di RS Telogorejo, prosedur bedah laparoskopi sudah cukup banyak dilakukan, khususnya di bagian bedah digestif, antara lain laparoskopi diagnostik, laparoskopi eksisi tumor, laparoskopi kolesistektomi, laparoskopi eksplorasi duktus koledokus pada penyakit batu saluran empedu, laparoskopi apendektomi, laparoskopi herniorafi, laparoskopi kolorektal untuk tumor-tumor pada usus besar dan rectum telah dapat dikerjakan.

Anda mungkin juga menyukai