Anda di halaman 1dari 24

REFERAT

INSTRUMEN LAPAROSKOPI DAN ENDOSKOPIK TERAPEUTIK

Disusun oleh:

dr. Rahmi Noorhayati

Dengan Pembimbing:

dr. Bambang AS Sp.B-KBD,MM

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH DASAR-I

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

2022
DAFTAR ISI

REFERAT ........................................................................................................................ 1

DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 5

2.1. Pengambilan Keputusan Pembedahan Laparoskopi ................................................. 5

2.2. Indikasi Laparoskopi ................................................................................................. 7

2.3. Instrumen Laparoskopi .............................................................................................. 8

2.3.1. Laparoskop ........................................................................................................... 12

2.3.2. Jarum Pneumoperitoneal ...................................................................................... 14

2.3.3. Trokar ................................................................................................................... 15

2.3.4. Insuflator Gas ....................................................................................................... 15

2.3.5. Sumber Cahaya ..................................................................................................... 17

2.3.6. Kamera.................................................................................................................. 17

2.3.7. Probe ..................................................................................................................... 18

2.3.8. Forseps .................................................................................................................. 18

2.3.9. Gunting dan Aligator ............................................................................................ 18

2.3.10. Aspirator dan Irigator ......................................................................................... 19

2.3.11. Pengaturan Ruang Operasi ................................................................................. 19

2.4. Single-port Laparoskopi .......................................................................................... 20

BAB III KESIMPULAN ............................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Bedah laparoskopi adalah teknik bedah minimal invasif memiliki banyak

keuntungan dibandingkan bedah konvensional. Bedah laparoskopi adalah teknik

pembedahan dimana operasi pada abdomen dilakukan melalui sayatan kecil, biasanya 0,5

– 1,5 cm. Bedah Laparoskopi bagian dari teknik endoskopi, atau rigid endoskopi. Kata

laparoskopi berasal kata lapar yang berarti abdomen dan oskopi yang artinya melihat

melalui skope yang rigid. 1

Laparoskopi adalah metode invasif yang minimal, yang biasanya digunakan untuk

mendiagnosis kelainan intra-abdominal melalui inspeksi langsung organ-organ intra-

abdominal. Laparoskopi juga bisa digunakan untuk biopsi jaringan, kultur jaringan, dan

beberapa intervensi lainnya. Teknik laparoskopi menawarkan beberapa keuntungan bagi

pasien, diantaranya adalah ukuran insisi yang kecil dengan rasa nyeri setelah operasi yang

tidak terlalu berat, waktu pemulihan yang singkat, dan rendahnya insiden infeksi luka

pasca-operasi. Bedah laparoskopi berbeda dengan bedah konvensional karena bedah

laparoskopi hanya memerlukan akses minimal ke tubuh pasien, sedangkan pada bedah

konvensional, sayatan di perut bisa sepanjang belasan sentimeter bahkan lebih. Pada

laparoskopi, digunakan sebuah alat laparoscope, yang merupakan perangkat kabel fiber

optic, yang dimasukkan melalui trocar atau cannula. Teknologi ini menggunakan lensa

teleskop untuk mendapatkan gambaran yang jelas pada layar monitor. Operator dalam

melaksanakan operasi menggunakan hand instrument. Lapangan operasi pada abdomen

diperluas dengan dimasukkannya gas karbondioksida. Menurut data Lapdome dkk. tahun

3
4

2016, total pembedahan laparoskopi yang dilakukan di seluruh dunia mencapai 15 juta

pertahun, dengan peningkatan 8,3%. Di dunia, laparoskopi mulai berkembang sejak tahun

1970-an, sedangkan di Indonesia sejak tahun 1990-an dan cenderung meningkat.2, 3

Meskipun umumnya digunakan untuk prosedur diagnostik, laparoskopi juga dapat

digunakan sebagai indikasi terapeutik. Laparoskopi bedah sekarang menjadi standar

untuk pengelolaan pasien kolelitiasis. Beberapa prosedur major yang dahulu memerlukan

waktu pemuliha pasca-operasi yang lama seperti reseksi anterior dari rektum atau
1
kistektomi radikal, kini banyak dilakukan dengan teknik laparoskopi. Melihat

banyaknya keuntungan mengenai laparoskopi dibandingkan dengan teknik bedah invasif,

referat ini akan membahas mengenai instrument laparoskopi dan endoskopi dalam fungsi

terapeutik. 4
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengambilan Keputusan Pembedahan Laparoskopi

Laparoskopi merupakan bedah minimally invasive yang memerlukan akses

minimal untuk mencapai daerah operasi. Prosedur ini menggunakan teknologi yang

canggih,sehingga memerlukan investasi yang cukup banyak dan operator yang

berpengalaman, serta tim perawat yang dapat memelihara peralatan dengan baik sehingga

alat akan lebih awet. 1

Persetujuan operasi merupakan suatu keharusan disamping pasien harus mengerti

prosedur yang akan dilakukan dan keterbatasan-keterbatasan pada bedah laparaskopi.

Komplikasi yang mungkin terjadi, seperti infeksi, ileus, trauma terhadap pembuluh darah,

usus, ureter atau vesika urinaria harus dijelaskan kepada pasien. Disamping itu

komplikasi yang jarang terjadi, seperti emboli dan kolaps pembuluh darah atau masalah

yang berhubungan dengan anestesi juga harus didiskusikan. 1

Persiapan sebelum operasi seperti anamnesis dan pemeriksaan fisik sangat

menentukan dalam pengambilan keputusan. Hal ini penting untuk menentukan apakah

terdapat kontraindikasi atau tidak. 1

Kontraindikasi bedah laparaskopi meliputi5 :

• Obstruksi usus

• Ileus

• Peritonitis
6

• Perdarahan intraperitoneal

• Hernia diafragmatika

• Penyakit kardiorespirasi

Tiga kontraindikasi pertama berhubungan dengan perforasi. Walaupun peritonitis

difusa merupakan kontraindikasi, tetapi laparaskopi berguna pada diagnosis PID dan

abses tuboovarial. Juga berguna pada kehamilan ektopik dengan tanda vital yang stabil

dimana gambarannya menyerupai peritonitis.5

Pada hernia diafragma dikhawatirkan akan mengalami eksaserbasi akut karena

pneumoperitoneum yang mengelevasi diafragma. Pada penyakit kardiovaskuler yang

berat, akibat posisi Trendelenburg terjadi penurunan venous return karena kompresi gas

pada pembuluh darah besar.5

Pasien dengan tumor abdomen yang besar, kehamilan intrauterine lanjut, atau

penyakit infeksi saluran cerna harus dikerjakan secara lebih hati-hati. Persiapan sebelum

operasi meliputi persiapan kolon,hal ini sangat membantu dekompresi usus, sehingga

lapang pandang menjadi jauh lebih jelas. Pemberian antibiotik sebelum operasi hanya

atas indikasi. Bila pasien telah siap secara fisik dan mental, serta semua prosedur operasi

telah dijalankan, maka kita dapat mengharapkan hasil yang optimal.5

Selain itu pengambilan keputusan harus didasarkan adanya keuntungan dan

keterbatasan dari laparoskopi itu sendiri. Keuntungan laparoskopi antara lain adalah:

trauma terhadap otot dan kulit dapat dikurangi, nyeri pasca operatif lebih ringan, hari

rawat pasien lebih singkat, sering pasien sudah dapat berjalan dalam beberapa jam setelah
7

operasi. Selain itu bedah laparoskopi juga mengurangi kejadian infeksi, karena

permukaan jaringan yang kontak dengan udara luar terbatas dibandingkan dengan

laparatomi. Keterbatasan dari bedah laparoskopi adalah selain peralatannya mahal dan

memerlukan ruang operasi khusus, juga operator yang akan melakukan bedah laparoskopi

harus sudah melalui pelatihan tertentu.5

2.2. Indikasi Laparoskopi

Laparoskopi dapat dilakukan dengan indikasi diagnostik dan terapeutik.

Laparaskopi diagnostik merupakan instrument penting untuk mengevaluasi pasien

dengan nyeri pelvis akut atau kronis. Kehamilan ektopik, penyakit radang panggul,

endometriosis, torsi adneksa, dan kelainan pelvis lain dapat segera didiagnosis dengan

laparaskopi.Keuntungan laparaskopi adalah mengurangi secara signifikan komplikasi

akibat keterlambatan diagnosis. Laparaskopi juga digunakan untuk mengevaluasi faktor

tuba dan peritoneum pada kasus infertilitas. Sebagai indikasi terapeutik, laparoskopi

aman digunakan untuk prosedur bedah dimana indikasinya sama dengan indikasi pada

laparatomi. Prosedur yang dapat menggunakan teknik laparoskopi ditampilkan pada

Tabel 1.1

Tabel 1. Prosedur Operasi Laparoskopi1

Basis Advanced
Apendektomi Nissen fundoplication Diseksi kelenjar limfa
Kolesistektomi Heller myotomy Bedah robotic
Perbaikan hernia Gastrectomy Stereoimaging
Esofagektomi Telemedicine
8

Eksplorasi ductus biliaris Prosedur Laparoscopic-


assisted
Kolektomi Hepatektomi
Splenektomi Pankreatektomi
Adrenalektomi Prostatektomi
Nefrektomi Histerektomi

2.3. Instrumen Laparoskopi

Perlengkapan alat yang diperlukan dalam laparoskopi terdiri dari5 :

1. Laparoskop

2. Jarum pneumoperitoneal

3. Trokar

4. Gas insuflator

5. Sumber cahaya

6. Kamera

Hal yang paling penting pada laparoskopi adalah teknik penggunaan laparoskop. Ada

dua tipe laparoskop yaitu: (1) sistem teleskop batang, yang biasanya dihubungkan dengan

kamera video (single chip atau three chip); (2) laparoskop digital dimana charge-couple

device ditempatkan pada ujung laparoskop. Laparoskopi menggunakan lampu dingin

seperti halogen atau xenon. Lapangan operasi dilihat dengan hand instrument yang

dimasukkan abdomen melalui trokar 5 mm atau 10 mm. Gas karbondioksida dimasukkan

ke dalam abdomen sehingga menaikkan dinding abdomen di atas organ intraabdomen

menjadi seperti kubah untuk menghasilkan visualisasi/lapang pandang kerja yang baik.
9

Penggunaan gas karbondioksida tidak menjadi masalah karena gas tersebut dapat diserap

oleh jaringan dan dibuang melalui sistem pernafasan. Selain itu, karbondioksida juga

tidak mudah terbakar, sehingga tidak mengganggu alat kauter selama prosedur

laparoskopi. 1,5

Gambar 1. Instrumen Laparoskop1

Ruang laparoskopi modern dapat dilihat pada Gambar 1. 1

Gambar 2. Setup Ruang Laparoskopi1


10

Perlengkapan yang dibutuhkan dalam laparoskopi menurut Scott-Conner (2006)

adalah sebagai berikut: meja operasi elektrik (bila tersedia), dua video monitor, suction

irrigator, electrosurgicalunit dengan bantalan ground, ultrasonically activated scissors,

scalpel, perlengkapan laparoskop lain: sumber cahaya, insufflator, video cassette recorder

(VCR), color printer, monitor on articulating arm, camera-processor unit, c-arm x-ray unit

(jika direncanakan cholangiography), meja mayo yang dilengkapi instrumen

laparoskopi,antara lain: scalpel nomor 11 dan 15 beserta pegangannya, towel clips, veress

needle, pipa insufflator dengan micropore filter, kabel fiber optik dihubungkan

kelaparoskop dengan sumber cahaya, video kamera dengan kabelnya, kabel yang

dihubungkan pada instrumen laparoskopi ke electrosurgical unit, curved hemostatic

forceps, retraktor kecil untuk umbilikus, trokar, laparoscopic instruments, antara lain:

atraumatic graspers; Locking toothed jawed graspers; needle holders; dissectors:

curved,straight, right-angle; bowel grasping forceps; babcock clamp; scissors:

metzenbaum, hook,microtip; fan retractors: 10mm, 5mm; specialized retractors, seperti

endoscopic curvedre tractors; biopsy forceps; tru-Cut biopsy-core needle. (Gambar 3)1, 5
11

Gambar 3. Set Laparoskopi

Laparoskopi juga membutuhkan monopolar electrocautery dissection tools, yang

terdiri dari: L-shaped hook dan spade-type dissector. Ultrasonically activated scalpel

juga dibutuhkan dalam prosedur laparoskopi, antara lain adalah: scalpel, ball coagulator,

hook dissector, danscissors dissector/coagulator/transector. (Gambar 4) Endocoagulator

probe terdiri dari clip appliers, endoscopic stapling devices, pretied suture ligatures,

endoscopicsuture materials, dan extra trocars. (Gambar 5) 1, 5


12

Gambar 4. Grasper dalam Laparoskopi

Gambar 5. Clip applicator dalam Laparoskopi

2.3.1. Laparoskop

Laparoskop diagnostik tersedia dalam berbagai macam sudut pandang, baik yang

lurus (0 degre deflection) atau yang foreoblique. Pemilihan jenis laparoskop tergantung

operator, tetapi yang lurus penyesuaiannya lebih mudah dan lebih sering digunakan.

Laparoskop diagnostik dan operatif juga bervariasi dalam ukuran diameternya, antara 4-

12 mm. Laparoskop yang kecil lebih lebih memuaskan untuk diagnostik dan bermanfaat

untuk pasien dengan risiko tinggi tertusuk trokar karena tenaga yang dibutuhkan untuk

menembus abdomen lebih kecil. Sedangkan pada laparaskopi operatif digunakan

laparoskop yang lebih besar, karena akan dilalui instrument dengan diameter bervariasi

antara 3-8 mm.5

Prioritas dalam sistem pencitraan video dalam prosedur bedah minimal invasive

adalah pencahayaan, resolusi, dan warna. Tanpa dua atribut pertama, video operasi tidak

menggambarkan gambaran aktual, dan resolusi bergantung pada teleskop, sumber


13

cahaya, dan kabel cahaya seperti pada kamera video yang digunakan. Pencitraan untuk

laparoskopi, torakoskopi, dan operasi subkutan menggunakan rigid telescope, biasanya

memiliki panjang 30 cm. Teleskop yang lebih panjang tersedia untuk pasien obesitas dan

untuk mencapai mediastinum dan jauh di dalam panggul dari tempat masuk

periumbilikal. Teleskop standar yang digunakan dalam prosedur laparoskop berisi

serangkaian batang optik kuarsa dan fokus lensa. Ukuran teleskop bervariasi dari 2 hingga

12 mm. Karena transmisi cahaya tergantung pada penampang luas batang kuarsa, ketika

diameter batang/sistem lensa digandakan, iluminasi menjadi empat kali lipat. Iluminasi

yang minimal dibutuhkan di ruang-ruang kecil yang sangat reflektif seperti lutut.

Penggunaan teleskop dengan ukuran yang kecil pada ruang-ruang kecil diperlukan. Saat

melakukan laparoskopi di rongga perut, terutama jika ada darah, pencahayaan penuh dari

teleskop 10 mm biasanya diperlukan. 1

Rigid telescope mungkin memiliki ujung datar atau miring. Ujung datar

memberikan pandangan lurus (0 °), dan ujung miring memberikan pandangan miring (30

° atau 45 °).Teleskop miring memungkinkan fleksibilitas lebih besar dalam melihat

bidang operasi yang lebih luas melalui satu situs trokar (Gambar 6); yang memungkinkan

teleskop tersebut berputar dan mengubah bidang pandang. Penggunaan teleskop bersudut

memiliki perbedaan keuntungan untuk sebagian besar prosedur videoendoskopi, terutama

dalam memvisualisasikan saluran empedu selama laparoskopi kolesistektomi atau

visualisasi esofagus posterior atau ujung limpa selama fundoplikasi laparoskopi. Tip

lapaorskop yang fleksibel menawarkan kebebasan optik yang lebih besar. 1


14

Gambar 6. Perbedaan Ujung Tip Teleskop dalam Laparoskop1

2.3.2. Jarum Pneumoperitoneal

Tersedia dua tipe jarum, jarum Tuohy dirancang untuk anestesi epidural, mudah

pengadaannya dan tidak mahal. Jarum Verres dirancang untuk mengurangi kecelakaan

pada saat penusukan, jarum ini memiliki per yang akan mengalami retraksi bagian tumpul

jarum saat melewati dinding abdomen, setelah itu bagian tumpul jarum keluar lagi untuk

melindungi struktur atau organ intraabdomen.5

Penembusan dinding abdomen merupakan hal yang paling berbahaya dalam

prosedur laparaskopi. Sebagian besar operator menggunakan jarum verres untuk

memasukkan udara kedalam rongga abdomen. Biasanya dibuat insisi intra atau

subumbilikal, dan kemudian jarum verres dimasukkan kedalam rongga abdomen.5

Setelah jarum Verres masuk kedalam rongga abdomen, harus dilakukan pengetesan

untuk meyakinkan bahwa masuknya jarum Verres sudah betul, yaitu dengan cara5:
15

1. Tes aspirasi. Syringe yang diisi cairan NaCl dihubungkan dengan jarum Verres.

Kemudian cairan dimasukkan kedalam rongga abdomen. Bila tidak ada tahanan

berarti jarum Verres dengan benar. Untuk meyakinkan dilakukan aspirasi cairan, bila

cairan tidak dapat diaspirasi kembali, maka berarti jarum Verres benar masuk dalam

rongga peritoneum, tetapi bila diaspirasi terdapat darah, feses atau urin, berarti jarum

Verres masuk ditempat yang salah.

2. Sniff test. Jika jarum Verres menusuk usus, akan tercium bau feses, hal ini dapat

terdeteksi sebelum gas dimasukkan.

3. Palmer’s test. Setelah gas dimasukkan kedalam rongga peritoneum, jarum

dihubungkan dengan syringe yang diisi cairan NaCl. Bila terdapat gelembung udara

saat aspirasi, maka jarum Verres berada bebas dalam rongga abdomen.

2.3.3. Trokar

Trokar akan menembus dinding abdomen setelah dilakukan insuflasi. Terdapat dua

model dasar trokar yaitu flapper valve dan trumpet valve. Flapper valve memungkinkan

memasukkan dan mengeluarkan laparoskop serta instrument lain tanpa kehilangan

gas.Ujung trokar berbentuk piramid atau kerucut. Mekanisme memasukkan trokar

kedalam abdomen seperti melakukan insersi jarum Verres.5

2.3.4. Insuflator Gas

Insuflator gas digunakan untuk membuat pneumoperitoneum yang terkontrol.

Tindakan laparaskopi hanya mungkin dilakukan bila pneumoperitoneum terpelihara saat

berbagai alat dimasukkan. Prosedur laparaskopi operatif memerlukan beberapa tempat

insersi yang memungkinkan adanya kebocoran gas. Irigasi yang kemudian diikuti dengan
16

aspirasi juga mempunyai kontribusi terhadap hilangnya gas. Oleh karena itu ditekankan

tersedianya insuflator dengan aliran tinggi pada prosedur laparaskopi operatif. 1

Gambar 7. Insuflator Gas dalam Laparoskopi. Penting untuk melihat tekanan pada

insuflator dan laju aliran. Interpretasi dari insuflator gas mempengaruhi penempatan

jarum Veress pada rongga intraperitoneal

Banyak prosedur operasi yang minimally invasive menciptakan ruang kerja di

ekstratoraks dan lokasi ekstraperitoneal. Beberapa teknik untuk mencapai lingkungan

tersebut menggunakan insuflasi gas, tetapi banyak yang menggunakan inflasi balon untuk

mengembangkan ruang, diikuti oleh insuflasi gas bertekanan rendah untuk

mempertahankan ruang. 1
17

Gambar 8. Penggunaan Balon untuk Mencipttakan Ruang Prosedural1

2.3.5. Sumber Cahaya

Visualisasi yang adekuat tergantung pada kualitas dan kekuatan sumber cahaya.

Sumber cahaya dengan intensitas tinggi menggunakan halogen dan xenon. Cahaya

ditransmisikan melalui kabel fiberoptik, yang harus utuh untuk memelihara visualisasi

yang optimal. Fiber yang rusak akan terlihat sebagai spot yang gelap .5

2.3.6. Kamera

Kamera terdiri dari dua komponen, kamera utama dengan kabelnya dan unit kontrol

kamera. Gambar diterima melalui lensa kamera (yang menempel pada laparoskpo), lalu
18

dirubah dan ditransmisikan ke unit control kamera melalui kabel kamera. Gambar

kemudian dikirim ke monitor, dimana terjadi perubahan dari gambar elektronik ke

gambar optic.5

2.3.7. Probe

Probe yang paling sederhana dan banyak digunakan adalah blunt probe. Penting

untuk visualisasi yang memerlukan manipulasi seperti ovarium.5

2.3.8. Forseps

Kemampuan untuk mempertahankan struktur jaringan agar tidak traumatis

merupakan kunci bagi banyak prosedur operatif. Forseps atraumatis lebih sering

digunakan. Forsep kecil digunakan untuk memegang tuba falopii dan fimbrioplasti.

Forsep dengan sendok besar digunakan untuk mengambil jaringan trofoblastik pada

salpongostomi, untuk mengangkat dinding kista ovarium dan untuk mengambil irisan

jaringan miom.5

2.3.9. Gunting dan Aligator

Gunting harus tajam, karena bila tumpul akan menyebabkan kerusakan jaringan.

Tersedia berbagai jenis gunting seperti: toothed, serrated micro dan hooked scissor. Pisau

dengan berbagai ukuran dan bentuk tersedia untuk digunakan dalam laparaskopi.

Elektrokoagulasi monopolar dapat dihubungkan ke gunting atau pisau pada laparaskopi.

Kombinasi antara memotong dan koagulasi berguna baik untuk adhesiolisis maupun

salpingostomi linier.5
19

2.3.10. Aspirator dan Irigator

Aspirasi dapat dilakukan dan diatur secara mekanik atau manual dengan spuit yang

besar. Kecepatan mengevakuasi hemoperitoneum sangat penting untuk mendapatkan

visualisasi yang optimum.5

2.3.11. Pengaturan Ruang Operasi

Pengaturan perlengkapan dan instrumen bedah laparaskopi sangat penting untuk

keamanan dan efesiensi. Untuk operasi daerah pelvis, monitor diletakkan diantara kedua

kaki pasien.

Gambar 9. Pengaturan Ruang Operasi Laparoskopi5


20

Selain itu, pada teknik laparoskopi, biasanya diperlukan dua monitor, monitor

kedua dapat ditempatkan didekat salah satu kaki pasien. Operator berdiri disebelah kiri

pasien. Perawat dan meja instrument berada didekat kaki pasien sehingga tidak

menghalangi penglihatan operator ke monitor. Insuflator ditempatkan disebelah kanan

pasien, didepan operator, sehingga memungkinkan operator memantau kecepatan

pengisian gas dan tekanan intraabdomen. Generator elektrosurgikal, aspirator dan

irrigator juga diletakkan disebelah kanan pasien.5

2.4. Single-port Laparoskopi

Single-port laparoscopy (SILS) adalah suatu teknik akses laparoskopi yang

menggunakan insisi tunggal pada fascia dengan trokar dan port tunggal atau

multichannel. Single-port laparoscopydapat menjadi berbeda dalam terminologinya dan

tidak secara akurat dapat menggambarkan teknik yang digunakan.Namun, faktor utama

dalam teknik ini adalah insisi tunggal dilakukan pada kulit tepat di umbilikus dengan

ukuran tidak lebih panjang dari 2 cm. 1

Single-Port Laparoscopy menggunakan alat yang diproduksi khusus untuk

prosedur Single-Port Laparoscopy, atau dengan instrumen standar yang digunakan pada

laparoskopi konvensional. SILS menggunakan polimer elastik yang dapat

mengakomodasi tiga trokar dengan ukuran bervariasi antar 5 sampai 12 mm. Ada juga

Single-Port Laparoscopy (TriPort) yang terdiri dari lapisan plastik yang ditahan oleh

cincin karet internal dan eksternal dan tiga lumen instrumen eksternal dengan katup gel

yang mempertahanan pneumoperitoneum. Instrumen lain (GelPOINT) menggunakan

retraktor dan pengembangan diatas insisi, membentuk pseudo-abdomen diatas cincin


21

umbilikus. Ahli bedah yang lebih nyaman dengan jarum veres tetap dapat melakukan

prosedur ini. Instrumen lain pernah dilaporkan dengan menggunakan sarung tangan dan

retraktor. Sarung tangan ditempatkan di sekitar retraktor dan jari-jari sarung tangan

berfungsi sebagai multi port instrumen laparoskopi dan kamera. 1

Gambar 10. Jenis-jenis Single Port Laparoskopi

Gambar 11. Instrumen Melengkung yang Digunakan dalam Single-incision

laparoscopic surgery1
22

Penggunaan metode SILS pada kasus anak lebih jarang dibandingkan kasus pada

orang dewasa. Perkembangan laparoskopi pada bedah anak agak lebih lambat

dibandingkan pada bedah dewasa. Beberapa faktor berperan, dimana faktor paling

penting adalah ukuran instrumensi yang kurang sesuai sehingga meningkatkan risiko luka

viseral dan lamanya waktu operasi. Faktor lainnya antara lain rasa sakit pasca operasi,

stress fisiologis, dan keuntungan dari sayatan kecil yang kurang diperdulikan pada anak-

anak. 1
23

BAB III

KESIMPULAN

Prosedur laparoskopi dapat dipergunakan untuk bermacam-macam pembedahan

seperti laparoscopic cholecystectomy, laparoscopic common bile duct surgery,

laparoscopicfundoplication for GERD, laparoscopic Nissen and Toupet fundoplication,

laparoscopicgastric banding for morbid obesity, laparoscopic Heller esophagomyotomy

for achalazia,laparoscopic splenectomy, laparoscopic appendectomy, laparoscopic left

colectomy, laparoscopic right colectomy, laparoscopic total colectomy, laparoscopic

rectopexy for rectalprolapse, laparoscopic hernia repair, dan lain-lain.

Teknologi laparoskopi telah banyak digunakan pada beberapa operasi, akan tetapi

belum banyak yang menjadikan laparoskopi sebagai standar untuk prosedur operasi.

Padasaat ini, standar laparoskopi telah digunakan pada operasi kolesistektomi. Standar

laparoskopi terus-menerus dikembangkan, sehingga dimasa yang akan datang diharapkan

laparoskopi akan dipilih sebagai standar prosedur operasi. Laparoskopi merupakan

prosedur operasi dengan teknologi canggih yang perlu untuk lebih dikenalkan kepada

masyarakat atau pasien dan keluarga. Laparoskopi memiliki banyak keuntungan,

sehingga patut dipertimbangkan sebagai pilihan utama pasien untuk operasi tertentu.

Laparoskopi diharapkan akan semakin berkembang di kemudian hari.


24

DAFTAR PUSTAKA
1. Brunicardi F, Andersen D, Billiar T, Dunn D, Hunter J, Matthews J, et al.
Schwartz's principles of surgery, 11th: McGraw-hill; 2018.
2. by Dome L. Laparoscopic Surgery. Laparoscopic Market Dynamics.
3. Novitsky YW. Atlas of Robotic General Surgery: Elsevier Health Sciences; 2021.
4. Himal H. Minimally invasive (laparoscopic) surgery. Surgical Endoscopy And
Other Interventional Techniques. 2002;16(12):1647-52.
5. Mishra R. Textbook of Practical Laparoscopic Surgery, 3rd Edition 2013.

Anda mungkin juga menyukai