Disusun oleh:
Dengan Pembimbing:
2022
DAFTAR ISI
REFERAT ........................................................................................................................ 1
2.3.6. Kamera.................................................................................................................. 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
pembedahan dimana operasi pada abdomen dilakukan melalui sayatan kecil, biasanya 0,5
– 1,5 cm. Bedah Laparoskopi bagian dari teknik endoskopi, atau rigid endoskopi. Kata
laparoskopi berasal kata lapar yang berarti abdomen dan oskopi yang artinya melihat
Laparoskopi adalah metode invasif yang minimal, yang biasanya digunakan untuk
abdominal. Laparoskopi juga bisa digunakan untuk biopsi jaringan, kultur jaringan, dan
pasien, diantaranya adalah ukuran insisi yang kecil dengan rasa nyeri setelah operasi yang
tidak terlalu berat, waktu pemulihan yang singkat, dan rendahnya insiden infeksi luka
laparoskopi hanya memerlukan akses minimal ke tubuh pasien, sedangkan pada bedah
konvensional, sayatan di perut bisa sepanjang belasan sentimeter bahkan lebih. Pada
laparoskopi, digunakan sebuah alat laparoscope, yang merupakan perangkat kabel fiber
optic, yang dimasukkan melalui trocar atau cannula. Teknologi ini menggunakan lensa
teleskop untuk mendapatkan gambaran yang jelas pada layar monitor. Operator dalam
diperluas dengan dimasukkannya gas karbondioksida. Menurut data Lapdome dkk. tahun
3
4
2016, total pembedahan laparoskopi yang dilakukan di seluruh dunia mencapai 15 juta
pertahun, dengan peningkatan 8,3%. Di dunia, laparoskopi mulai berkembang sejak tahun
untuk pengelolaan pasien kolelitiasis. Beberapa prosedur major yang dahulu memerlukan
waktu pemuliha pasca-operasi yang lama seperti reseksi anterior dari rektum atau
1
kistektomi radikal, kini banyak dilakukan dengan teknik laparoskopi. Melihat
referat ini akan membahas mengenai instrument laparoskopi dan endoskopi dalam fungsi
terapeutik. 4
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
minimal untuk mencapai daerah operasi. Prosedur ini menggunakan teknologi yang
berpengalaman, serta tim perawat yang dapat memelihara peralatan dengan baik sehingga
Komplikasi yang mungkin terjadi, seperti infeksi, ileus, trauma terhadap pembuluh darah,
usus, ureter atau vesika urinaria harus dijelaskan kepada pasien. Disamping itu
komplikasi yang jarang terjadi, seperti emboli dan kolaps pembuluh darah atau masalah
menentukan dalam pengambilan keputusan. Hal ini penting untuk menentukan apakah
• Obstruksi usus
• Ileus
• Peritonitis
6
• Perdarahan intraperitoneal
• Hernia diafragmatika
• Penyakit kardiorespirasi
difusa merupakan kontraindikasi, tetapi laparaskopi berguna pada diagnosis PID dan
abses tuboovarial. Juga berguna pada kehamilan ektopik dengan tanda vital yang stabil
berat, akibat posisi Trendelenburg terjadi penurunan venous return karena kompresi gas
Pasien dengan tumor abdomen yang besar, kehamilan intrauterine lanjut, atau
penyakit infeksi saluran cerna harus dikerjakan secara lebih hati-hati. Persiapan sebelum
operasi meliputi persiapan kolon,hal ini sangat membantu dekompresi usus, sehingga
lapang pandang menjadi jauh lebih jelas. Pemberian antibiotik sebelum operasi hanya
atas indikasi. Bila pasien telah siap secara fisik dan mental, serta semua prosedur operasi
keterbatasan dari laparoskopi itu sendiri. Keuntungan laparoskopi antara lain adalah:
trauma terhadap otot dan kulit dapat dikurangi, nyeri pasca operatif lebih ringan, hari
rawat pasien lebih singkat, sering pasien sudah dapat berjalan dalam beberapa jam setelah
7
operasi. Selain itu bedah laparoskopi juga mengurangi kejadian infeksi, karena
permukaan jaringan yang kontak dengan udara luar terbatas dibandingkan dengan
laparatomi. Keterbatasan dari bedah laparoskopi adalah selain peralatannya mahal dan
memerlukan ruang operasi khusus, juga operator yang akan melakukan bedah laparoskopi
dengan nyeri pelvis akut atau kronis. Kehamilan ektopik, penyakit radang panggul,
endometriosis, torsi adneksa, dan kelainan pelvis lain dapat segera didiagnosis dengan
tuba dan peritoneum pada kasus infertilitas. Sebagai indikasi terapeutik, laparoskopi
aman digunakan untuk prosedur bedah dimana indikasinya sama dengan indikasi pada
Tabel 1.1
Basis Advanced
Apendektomi Nissen fundoplication Diseksi kelenjar limfa
Kolesistektomi Heller myotomy Bedah robotic
Perbaikan hernia Gastrectomy Stereoimaging
Esofagektomi Telemedicine
8
1. Laparoskop
2. Jarum pneumoperitoneal
3. Trokar
4. Gas insuflator
5. Sumber cahaya
6. Kamera
Hal yang paling penting pada laparoskopi adalah teknik penggunaan laparoskop. Ada
dua tipe laparoskop yaitu: (1) sistem teleskop batang, yang biasanya dihubungkan dengan
kamera video (single chip atau three chip); (2) laparoskop digital dimana charge-couple
seperti halogen atau xenon. Lapangan operasi dilihat dengan hand instrument yang
menjadi seperti kubah untuk menghasilkan visualisasi/lapang pandang kerja yang baik.
9
Penggunaan gas karbondioksida tidak menjadi masalah karena gas tersebut dapat diserap
oleh jaringan dan dibuang melalui sistem pernafasan. Selain itu, karbondioksida juga
tidak mudah terbakar, sehingga tidak mengganggu alat kauter selama prosedur
laparoskopi. 1,5
adalah sebagai berikut: meja operasi elektrik (bila tersedia), dua video monitor, suction
scalpel, perlengkapan laparoskop lain: sumber cahaya, insufflator, video cassette recorder
(VCR), color printer, monitor on articulating arm, camera-processor unit, c-arm x-ray unit
laparoskopi,antara lain: scalpel nomor 11 dan 15 beserta pegangannya, towel clips, veress
needle, pipa insufflator dengan micropore filter, kabel fiber optik dihubungkan
kelaparoskop dengan sumber cahaya, video kamera dengan kabelnya, kabel yang
forceps, retraktor kecil untuk umbilikus, trokar, laparoscopic instruments, antara lain:
endoscopic curvedre tractors; biopsy forceps; tru-Cut biopsy-core needle. (Gambar 3)1, 5
11
terdiri dari: L-shaped hook dan spade-type dissector. Ultrasonically activated scalpel
juga dibutuhkan dalam prosedur laparoskopi, antara lain adalah: scalpel, ball coagulator,
probe terdiri dari clip appliers, endoscopic stapling devices, pretied suture ligatures,
2.3.1. Laparoskop
Laparoskop diagnostik tersedia dalam berbagai macam sudut pandang, baik yang
lurus (0 degre deflection) atau yang foreoblique. Pemilihan jenis laparoskop tergantung
operator, tetapi yang lurus penyesuaiannya lebih mudah dan lebih sering digunakan.
Laparoskop diagnostik dan operatif juga bervariasi dalam ukuran diameternya, antara 4-
12 mm. Laparoskop yang kecil lebih lebih memuaskan untuk diagnostik dan bermanfaat
untuk pasien dengan risiko tinggi tertusuk trokar karena tenaga yang dibutuhkan untuk
laparoskop yang lebih besar, karena akan dilalui instrument dengan diameter bervariasi
Prioritas dalam sistem pencitraan video dalam prosedur bedah minimal invasive
adalah pencahayaan, resolusi, dan warna. Tanpa dua atribut pertama, video operasi tidak
cahaya, dan kabel cahaya seperti pada kamera video yang digunakan. Pencitraan untuk
memiliki panjang 30 cm. Teleskop yang lebih panjang tersedia untuk pasien obesitas dan
untuk mencapai mediastinum dan jauh di dalam panggul dari tempat masuk
serangkaian batang optik kuarsa dan fokus lensa. Ukuran teleskop bervariasi dari 2 hingga
12 mm. Karena transmisi cahaya tergantung pada penampang luas batang kuarsa, ketika
diameter batang/sistem lensa digandakan, iluminasi menjadi empat kali lipat. Iluminasi
yang minimal dibutuhkan di ruang-ruang kecil yang sangat reflektif seperti lutut.
Penggunaan teleskop dengan ukuran yang kecil pada ruang-ruang kecil diperlukan. Saat
melakukan laparoskopi di rongga perut, terutama jika ada darah, pencahayaan penuh dari
Rigid telescope mungkin memiliki ujung datar atau miring. Ujung datar
memberikan pandangan lurus (0 °), dan ujung miring memberikan pandangan miring (30
bidang operasi yang lebih luas melalui satu situs trokar (Gambar 6); yang memungkinkan
teleskop tersebut berputar dan mengubah bidang pandang. Penggunaan teleskop bersudut
visualisasi esofagus posterior atau ujung limpa selama fundoplikasi laparoskopi. Tip
Tersedia dua tipe jarum, jarum Tuohy dirancang untuk anestesi epidural, mudah
pengadaannya dan tidak mahal. Jarum Verres dirancang untuk mengurangi kecelakaan
pada saat penusukan, jarum ini memiliki per yang akan mengalami retraksi bagian tumpul
jarum saat melewati dinding abdomen, setelah itu bagian tumpul jarum keluar lagi untuk
memasukkan udara kedalam rongga abdomen. Biasanya dibuat insisi intra atau
Setelah jarum Verres masuk kedalam rongga abdomen, harus dilakukan pengetesan
untuk meyakinkan bahwa masuknya jarum Verres sudah betul, yaitu dengan cara5:
15
1. Tes aspirasi. Syringe yang diisi cairan NaCl dihubungkan dengan jarum Verres.
Kemudian cairan dimasukkan kedalam rongga abdomen. Bila tidak ada tahanan
berarti jarum Verres dengan benar. Untuk meyakinkan dilakukan aspirasi cairan, bila
cairan tidak dapat diaspirasi kembali, maka berarti jarum Verres benar masuk dalam
rongga peritoneum, tetapi bila diaspirasi terdapat darah, feses atau urin, berarti jarum
2. Sniff test. Jika jarum Verres menusuk usus, akan tercium bau feses, hal ini dapat
dihubungkan dengan syringe yang diisi cairan NaCl. Bila terdapat gelembung udara
saat aspirasi, maka jarum Verres berada bebas dalam rongga abdomen.
2.3.3. Trokar
Trokar akan menembus dinding abdomen setelah dilakukan insuflasi. Terdapat dua
model dasar trokar yaitu flapper valve dan trumpet valve. Flapper valve memungkinkan
insersi yang memungkinkan adanya kebocoran gas. Irigasi yang kemudian diikuti dengan
16
aspirasi juga mempunyai kontribusi terhadap hilangnya gas. Oleh karena itu ditekankan
Gambar 7. Insuflator Gas dalam Laparoskopi. Penting untuk melihat tekanan pada
insuflator dan laju aliran. Interpretasi dari insuflator gas mempengaruhi penempatan
tersebut menggunakan insuflasi gas, tetapi banyak yang menggunakan inflasi balon untuk
mempertahankan ruang. 1
17
Visualisasi yang adekuat tergantung pada kualitas dan kekuatan sumber cahaya.
Sumber cahaya dengan intensitas tinggi menggunakan halogen dan xenon. Cahaya
ditransmisikan melalui kabel fiberoptik, yang harus utuh untuk memelihara visualisasi
yang optimal. Fiber yang rusak akan terlihat sebagai spot yang gelap .5
2.3.6. Kamera
Kamera terdiri dari dua komponen, kamera utama dengan kabelnya dan unit kontrol
kamera. Gambar diterima melalui lensa kamera (yang menempel pada laparoskpo), lalu
18
dirubah dan ditransmisikan ke unit control kamera melalui kabel kamera. Gambar
gambar optic.5
2.3.7. Probe
Probe yang paling sederhana dan banyak digunakan adalah blunt probe. Penting
2.3.8. Forseps
merupakan kunci bagi banyak prosedur operatif. Forseps atraumatis lebih sering
digunakan. Forsep kecil digunakan untuk memegang tuba falopii dan fimbrioplasti.
Forsep dengan sendok besar digunakan untuk mengambil jaringan trofoblastik pada
salpongostomi, untuk mengangkat dinding kista ovarium dan untuk mengambil irisan
jaringan miom.5
Gunting harus tajam, karena bila tumpul akan menyebabkan kerusakan jaringan.
Tersedia berbagai jenis gunting seperti: toothed, serrated micro dan hooked scissor. Pisau
dengan berbagai ukuran dan bentuk tersedia untuk digunakan dalam laparaskopi.
Kombinasi antara memotong dan koagulasi berguna baik untuk adhesiolisis maupun
salpingostomi linier.5
19
Aspirasi dapat dilakukan dan diatur secara mekanik atau manual dengan spuit yang
keamanan dan efesiensi. Untuk operasi daerah pelvis, monitor diletakkan diantara kedua
kaki pasien.
Selain itu, pada teknik laparoskopi, biasanya diperlukan dua monitor, monitor
kedua dapat ditempatkan didekat salah satu kaki pasien. Operator berdiri disebelah kiri
pasien. Perawat dan meja instrument berada didekat kaki pasien sehingga tidak
menggunakan insisi tunggal pada fascia dengan trokar dan port tunggal atau
tidak secara akurat dapat menggambarkan teknik yang digunakan.Namun, faktor utama
dalam teknik ini adalah insisi tunggal dilakukan pada kulit tepat di umbilikus dengan
prosedur Single-Port Laparoscopy, atau dengan instrumen standar yang digunakan pada
mengakomodasi tiga trokar dengan ukuran bervariasi antar 5 sampai 12 mm. Ada juga
Single-Port Laparoscopy (TriPort) yang terdiri dari lapisan plastik yang ditahan oleh
cincin karet internal dan eksternal dan tiga lumen instrumen eksternal dengan katup gel
umbilikus. Ahli bedah yang lebih nyaman dengan jarum veres tetap dapat melakukan
prosedur ini. Instrumen lain pernah dilaporkan dengan menggunakan sarung tangan dan
retraktor. Sarung tangan ditempatkan di sekitar retraktor dan jari-jari sarung tangan
laparoscopic surgery1
22
Penggunaan metode SILS pada kasus anak lebih jarang dibandingkan kasus pada
orang dewasa. Perkembangan laparoskopi pada bedah anak agak lebih lambat
dibandingkan pada bedah dewasa. Beberapa faktor berperan, dimana faktor paling
penting adalah ukuran instrumensi yang kurang sesuai sehingga meningkatkan risiko luka
viseral dan lamanya waktu operasi. Faktor lainnya antara lain rasa sakit pasca operasi,
stress fisiologis, dan keuntungan dari sayatan kecil yang kurang diperdulikan pada anak-
anak. 1
23
BAB III
KESIMPULAN
Teknologi laparoskopi telah banyak digunakan pada beberapa operasi, akan tetapi
belum banyak yang menjadikan laparoskopi sebagai standar untuk prosedur operasi.
Padasaat ini, standar laparoskopi telah digunakan pada operasi kolesistektomi. Standar
prosedur operasi dengan teknologi canggih yang perlu untuk lebih dikenalkan kepada
sehingga patut dipertimbangkan sebagai pilihan utama pasien untuk operasi tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunicardi F, Andersen D, Billiar T, Dunn D, Hunter J, Matthews J, et al.
Schwartz's principles of surgery, 11th: McGraw-hill; 2018.
2. by Dome L. Laparoscopic Surgery. Laparoscopic Market Dynamics.
3. Novitsky YW. Atlas of Robotic General Surgery: Elsevier Health Sciences; 2021.
4. Himal H. Minimally invasive (laparoscopic) surgery. Surgical Endoscopy And
Other Interventional Techniques. 2002;16(12):1647-52.
5. Mishra R. Textbook of Practical Laparoscopic Surgery, 3rd Edition 2013.