Anda di halaman 1dari 9

LAPAROSKOPI

OPERATIF

Di Susun oleh kelompok 6 :


1. CESYA OKTAVIANITA ERING
2. HIKMA RIFANY
3. MARIA FRANSISKA
4. DINI HARDIANTI
5. FARCE
A. SEJARAH LAPAROSKOPI
 Penemuan teknik bedah Laparoskopi di akhir abad ke-20 merupakan
sebuah revolusi di bidang ilmu bedah. Bedah laparoskopi menggunakan
teknik bedah minimal invasif yang memiliki banyak keuntungan
dibandingkan bedah konvensional.George Kelling yang mengenalkan
metode laparoskopi di tahun 1901.
 Teknik bedah minimal invasif ini terus mengalami perkembangan.
Hingga memasuki abad milennium, bedah laparoskopi tak terbendung
dan hampir menggantikan operasi-operasi dengan teknik konvensional
kecuali pada kasus-kasus tertentu seperti kelainan kongenital (cacat
bawaan), bedah kosmetik dan lain-lain.
 Di Indonesia tahun 1994 dibentuk Perhimpunan Bedah Endolaparoskopi
Indonesia (PBEI) dan menyelenggarakan pelatihan pertama bedah
laparoskopi dasar bagi ahli bedah. Tahun 2004 disepakati kerjasama
antara PBEI dan kolegium Ilmu Bedah Indonesia bahwa keterampilan
bedah laparoskopik menjadi bagian dari kurikulum program pendidikan
spesialis bedah.
B. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI
OPERASI LAPAROSKOPI

 INDIKASI
a. Indikasi Diagnostik
1. Diagnosis diferensiasi patologi genetalia interna
2. Infertilitas primer dan atau sekunder
3. Second look operation,apabila diperlukan tindakan berdasarkan
operasi sebelumnya
4. Mencari dan mengangkat translokasi AKDR.
5. Pemantauan pada saat dilakukan tindakan histeroskopi

b. Indikasi terapi
6. Kistektomi ,miomektomidan histerektomi
7. Hemostasis perdarahan  pada perforasi uterus akibat tindakan
sebelumnya.
c. Indikasi operatif terhadap adneksa
1. Fimbrioplasti ,salpingostomi,salpingolisis
2. Koagulasi lesi endometriosis.
3. Aspirasi cairan dari suatu konglomerasi untuk diagnostik yang
terapeutik.
4. Salpingektomi pada kehamilan ektopik
5. Kontrasepsi mantap (oklusi tuba)
6. Rekontruksi tuba atau reanastromosis tuba pascatubectomi

d. Indikasi operatif terhadap ovarium


7. Pungsi folikel matang pada program fertilisasi in-vitro
8. Biopsi ovarium pada keadaan tertentu( kelainan kromosom atau
bawaan , curiga keganasan).
9. Kistektomi antara lain ada kista coklat( endometrioma), kista dermoid,
dan kista ovarium lain
10. Ovariolisis, pada perlekatan periovarium
e. Indikasi operatif terhadap organ dalam rongga pelvis
1. Lisis perlekatan oleh omentum dan usus.

 KONTRAINDIKASI
a. Kontraindikasi absolut
1. Kondisi pasien yang tidak memungkinkan dilakukannya anestesi
2. Diatese hemoragik sehingga mengganggu funsi pembekuan darah
3. Peritonitis akut terutama yang mengenai abdomen bagian atas , disertai
dengan distensi dinding perut ,sebab kelainan ini merupakan kontraindikasi
untuk melakukan pneumoperitonium.

b. Kontraindikasi relative
4. Tumor abdomen yang sangat besar,sehingga sulit untuk memasukkan trokar
kedalam rongga pelvis oleh karena trokar dapat melukai tumor tersebut
5. Hernia abdominalis, dikawatirkan dapat melukai usus pada saat memasukkan
trokar ke dalam rongga pelvis, atau memperberat hernia pada saat dilakukan 
pneumoperitonium.kini kekhawatiran ini dapat di hilangkan dengan modifikasi
alat pneumoperitonium otomatic
6. Kelainan atau insufisiensi paru paru, jantung,hepar,atau kelainan pembuluh
darah vena porta,goiter atau kelainan metabolisme lain yang sulit menyerap
gas CO2.
C. PROSEDUR LAPAROSKOPI
OPERATIF
Operasi Laparoskopi usus dapat digunakan untuk melakukan
operasi berikut :

1. Proctosigmoidectomy
2. Right colectomy atau Ileocolectomy
3. Total abdominal colectomy.
4. Fecal diversion
5. Abdominoperineal resection
6. Rectopexy
7. Total proctocolectomy.
D. JENIS ATAU MACAM
LAPAROSKOPI OPERATIF
1. Laparoskopi histerektomi
Jenis Histerektomi yang dilakukan oleh tabung optik standar
ramping yang juga dikenal
sebagai laparoscopes disebuthisterektomi laparoskopi.

2. Miomektomi = Cara pengeluaran massa miom, apabila


tersedia alat morselator maka dengan mudah miom dapat
dikeluarkan.
E. ANESTESI PADA
LAPAROSKOPI OPERATIF
Apapun jenis atau cara pemberiannya, tindakan pemberian anestesi ini
tidak boleh di anggep ringan. Apabila tindakan dan cara pemberian
anastesi tidak benar, dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak
diinginkan.

Anastesi dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :


1. Anastesi local
2. Anastesi regional
3. Anastesi umum
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai