Pembimbing:
dr. Surahman Hakim, SpOG(K), MPH
2. Kontraindikasi
Salpingo-ooforektomi merupakan kontraindikasi terutama pada pasien yang masih ingin
memiliki anak. Keinginan untuk memiliki keturunan, usia pasien, dan patologi yang tepat
harus ditimbang dengan hati-hati dengan pasien.
Informed Consent
Diagnosis banding yang dipikirkan dari setiap kondisi patologis di adneksa harus dijelaskan
terperinci kepada pasien. Alternatif kistektomi, biopsi ovarium, dan ooforektomi atau
salpingo-ooforektomi harus dibahas secara rinci. Ketika ada tumor adneksa yang besar dan
berpotensi ganas, harus dipikirkan untuk perluasan operasi. Dalam kasus seperti itu, rute
akses abdomen, harus diputuskan. Prosedur yang tidak dapat dikembalikan, seperti
pengangkatan kedua ovarium dan kemungkinan uterus, membutuhkan diskusi terperinci,
terutama dengan wanita premenopause muda. Risiko spesifik dari operasi itu sendiri adalah
cedera pada ureter khususnya, dan juga cedera usus, terutama ketika adhesi fisiologis antara
kolon sigmoid dan dinding pelvis.
Persiapan Pre-Operasi
1. Riwayat medis, pemeriksaan klinis, dokumentasi
2. Ultrasonografi dan eksklusi dari kondisi ginekologis patologis lainnya: sitologi
serviks dan pengukuran penanda tumor (CA125, CEA) ketika terdapat tumor adneksa.
3. Diskusi operasi dan rute akses; spesifikasi tertulis dari prosedur dalam kasus
keganasan dan berkenaan dengan preservasi ovarium kontralateral. Penentuan sayatan
untuk laparotomi primer.
4. Persetujuan untuk prosedur
5. Investigasi preoperatif anestesiologis
6. Profilaksis trombosis: LMWH
7. Profilaksis antibiotik: sefalosporin generasi pertama atau kedua <30 menit sebelum
operasi — standar dengan laparotomi
8. Operasi mudah hingga cukup sulit, tergantung pada akses dan lokasi; membutuhkan
1–2 jam, tergantung lokasi; ahli bedah dan jumlah asisten
Operasi
1. Abdomen dibuka dan cucian perut dikeluarkan untuk sitologi.
2. Usus dipisahkan (terutama di sisi kiri, kolon sigmoid sering terikat pada ligamentum
infundibulopelvis oleh adhesi fisiologis), dan ureter menjauhkan dari ligamentum
infundibulopelvis vaskular sebagai prasyarat untuk adnexectomy yang aman.
3. Membuka peritoneum di atas otot psoas adalah langkah pertama yang penting baik untuk
membebaskan adhesi usus dan untuk identifikasi ureter.
4. Setelah identifikasi ureter, ligamentum infundibulopelvicum dijepit, potong, dan diikat.
5. Adnexa dipisahkan dari uterus.
6. Dengan tumor ovarium yang sangat besar dan sangat mobile, "pedikel", yang terdiri dari
tuba, ligamentum ovarium, dan ligamentum infundibulopelvis, dapat dijepit dengan dua klem
dari kedua sisi, potong, dan ikat. Ureter perlu diidentifikasi sebelumnya untukmencegah
cedera ureter. Meskipun demikian, teknik ini adalah metode tercepat dan teraman untuk
mengangkat tumor ovarium yang sangat besar dan biasanya dicurigai dari bidang operasi
tanpa memecahnya, apabila massa tersebut sangat besar, untuk keperluan akses maka
dipertimbangkan untuk reduksi massa dengan pungsi terlebih dahulu.
7. Visualisasi ureter perlu diperhatikan pada laparotomi dibandingkan degan tehnik
laparoskopi: pembesaran anatomi dan jarak pandang yang lebih besar dari ahli bedah ke
lokasi memungkinkan cedera ureter terhindarkan.
Gambar 1. Membuka peritoneum dan identifikasi ureter. Adhesi usus sebagian fisiologis dan
sebagian postinflamasi di wilayah ini harus diperhatikan.
Gambar 2. Aspirasi kista ovarium besar. Keuntungan penting dari laparotomi dibandingkan
dengan laparoskopi, meskipun tidak bertentangan dalam literatur, adalah mungkin untuk
mengangkat tumor besar dari perut tanpa pecah.
Gambar 3. Pengangkatan tumor adneksa: Jepit potong ikat pada tuba, ligamentum ovarium,
ligamentum infundibulo pelvikum.