Anda di halaman 1dari 44

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK LUARAN PASIEN

KISTA OVARIUM YANG MENDAPAT TINDAKAN


LAPAROSKOPI DENGAN PASIEN YANG MENDAPAT
TINDAKAN LAPAROTOMI
DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI

Skripsi

Diajukan oleh :
Rachilla Arandita Saraswati
G1A114080

Pembimbing Substansi : dr. Ade Permana, Sp.OG, KFER


Pembimbing Metodologi : dr. Ahmad Syauqy, M. Biomed
Penguji I : Dr.dr. Herlambang, Sp.OG-KFM
Penguji II : dr. Amelia Dwi Fitri, M. Med.Ed
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

 70 % Kista fungsional 

wanita usia subur


Non-neoplastik
 50% keganasan tumor
Kista (fungsional)
ovarium  wanita
Ovarium
Neoplastik pascamenopause
(patologis)  80% kista yang berasal

dari sel germinativum 


usia pra-pubertas

Laparoskopi
Tatalaksana Pembedahan
Laparotomi
1.1 Latar Belakang

 Survey penggunaan laparoskopi pada anggota Society of Gynecologic Oncologist


(SGO) di Amerika

Tahun 2004 Tahun 2007,


84% kasus 91% kasus

 Di RSUD Raden Mattaher Jambi

Tahun Laparotomi Laparoskopi


2015 77 32
2016 131 23
Januari 2017 – 7 45
April 2017
1.2 Rumusan Masalah

“Bagaimana karakteristik luaran pasien kista ovarium


yang mendapat tindakan laparoskopi dan

pasien yang mendapat tindakan laparotomi

di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2016 - 2017?”


1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Umum
untuk mengetahui karakteristik luaran pasien kista ovarium
yang mendapat tindakan laparoskopi dan pasien kista ovarium
yang mendapat tindakan laparotomi di RSUD Raden Mattaher
Jambi.
Tujuan Khusus
• Mengetahui gambaran hasil histopatologi pasien kista ovarium yang mendapat
tindakan laparoskopi dan pasien yang mendapat tindakan laparotomi di RSUD
Raden Mattaher Jambi.
• Mengetahui perbandingan jumlah kehilangan darah antara pasien kista ovarium yang
mendapat tindakan laparoskopi dengan pasien yang mendapat tindakan laparotomi
di RSUD Raden Mattaher Jambi
• Mengetahui perbandingan lama operasi antara pasien kista ovarium pasien yang
mendapat tindakan laparoskopi dengan yang mendapat tindakan laparotomi di
RSUD Raden Mattaher Jambi.
• Mengetahui perbandingan lama rawatan antara pasien kista ovarium yang mendapat
tindakan laparoskopi dengan pasien yang mendapat tindakan laparotomi di RSUD
Raden Mattaher Jambi
• Mengetahui perbandingan kadar Hb sebelum dan sesudah tindakan antara pasien
kista ovarium yang mendapat tindakan laparoskopi dengan pasien yang mendapat
tindakan laparotomi di RSUD Raden Mattaher Jambi
1.4 Manfaat Penelitian

Bagi Peneliti Lain

Bagi Institusi Kesehatan


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Laparoskopi

Cara untuk melihat rongga abdomen dengan


bantuan laparoskop melalui dinding abdomen
Definisi depan, setelah melakukan dan mempertahankan
pneumoperitoneum yang cukup.

1. Indikasi diagnostik
2. Indikasi terapi

Indikasi 3. Indikasi operatif adneksa


4. Indikasi operatif ovarium
5. Indikasi operatif organ dalam pelvis
2.1 Laparoskopi

1. Kontraindikasi Absolut
Kondisi pasien tidak memungkinkan dilakukan anestesi, diatesis
hemoragik, peritonitis akut.

Kontraindikasi 1. Kontraindikasi Relatif


Tumor abdomen yang besar; hernia abdominalis; kelainan atau insufisiensi paru,
jantung, hepar, kelainan pembuluh darah, kelainan metabolisme

1. Insuflasi gas CO2 7. Komplikasi


2. Perlukaan usus Pneumoperitoneum

3. Perlukaan ureter 8. Emboli Gas

4. Perlukaan Kandung kemih 9. Nyeri Bahu Pasca Operasi

Komplikasi 5. Perlukaan pada Dinding


Pembuluh Darah Abdomen
10. Komplikasi terkait Anesthesi
dan Posisi pasien

6. Hernia 11. Komplikasi lainnya


(Thrombosis vena, Port-Site
Metastasis)
2.2 Laparotomi

Prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisi


pada dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen
Definisi untuk melakukan visualisasi organ di dalam
abdomen.

Dapat digunakan untuk tearpi semua penyakit


ginek0logi intraabdominal.

Indikasi 1. Histerektomi
2. Ekstrasi pelvik
3. Salpingo-ooforektomi
4. Miomektomi
2.2 Laparotomi

1. Terdapat jaringan parut, inflamasi, atau


perubahan endometrial pada adneksa.
Kontraindikasi 2. Riwayat laparotomi sebelumnya

3. Ateletaksis, embolisme paru-paru

1. Infeksi
2. Trauma usus
3. Ileus karna perlengketan
Komplikasi 4. Trauma kandung kemih
5. Trauma Ureter
6. Perdarahan
2.3 Kista Ovarium

Kantong abnormal yang dilapisi epitel dan berisi cairan atau


Definisi
materi semipadat yang berada di ovarium.

Non- 1. Kista Folikuler 3. Kista teka lutein

neoplastik 2. Kista korpus 4. Luteoma

(fungsional) luteum kehamilan

Kista
Ovarium 1. Kista dari sel 2. Kista dari Sel 3. Kista dari sel

epitel stroma germinativum


Neoplastik permukaan a. Tumor Sel a. Kista

(patologis) a. Serosa granulosa Dermoid

b. Musinosa b. Fibrotekoma
c. Endometrioid c. Tumor sel
d. Brenner Sertoli-Leydig
2.3 Kista Ovarium

Faktor Resiko Epidemiologi

 Pengobatan Infertilitas  RS Kanker Dharmais  30


penderita setiap tahun.
 Kehamilan
 RSUP H. Adam Malik Medan
 Hipotiroidisme tahun 2008-200947 orang
 Gonadotropin maternal  RSU Dr. Pringadi Medan Januari –
Oktober 2010  34 orang
 Merokok
 RSUD Raden Mattaher Jambi
 Ligasi tuba 2009-201047 orang
 RSU Cipto Mangunkusumo tahun
2008  428 kasus penderita kista
endometriosis. Tahun 2009  768
kasus
2.3 Kista Ovarium

Manifestasi Klinis Diagnosis

 Gangguan haid
 Anamnesis
 Nyeri perut mendadak serta tanda-
tanda akut abdomen  Pemeriksaan Fisik
 Infeksi tumor dan pembentukan  Pemeriksaan
abses
 Menimbulkan sindrom Meighs dan
Penunjang
Stein-Leventhal
 Gangguan Miksi
 Obstipasi, edema tungkai
 Rasa penuh atau berat dalam
abdomen
 Tidak nafsu makan
2.3 Kista Ovarium

Tatalaksana Komplikasi

 Konservatif  Torsio kista ovarium


 Medikamentosa  Infeksi pada kista
 Operatif  Robekan pada dinding kista
2.4 Hubungan Laparoskopi dan Laparotomi dengan Lama Operasi,
Lama Rawatan, Perbedaan Kadar Hb sebelum dan sesudah operasi
serta Jumlah Perdarahan
Penelitian tentang kasus tumor ovarium menunjukkan bahwa pasien
yang mendapatkan tindakan laparatomi umumnya dirawat selama 4 hari (99,1%)
sedangkan yang mendapatkan tindakan laparaskopi seluruhnya hanya dirawat
dalam 2 hari. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa adanya perbedaan kadar
Hb sebelum dan sesudah operasi yang bermakna pada pasien yang mendapat
tindakan laparotomi sedangkan pada pasien yang mendapat tindakan laparoskopi
tidak ada perbedaan kadar Hb yang bermakna.

Penelitian pada pasien kanker endometriosis juga menunjukkan bahwa


pasien dengan tindakan laparoskopi lama rawatannya lebih singkat dibanding
pasien dengan tindakan laparotomi, yakni rata-rata 16,4 dan 23,3 (P<0,001).
Dalam penelitian ini juga dinyatakan bahwa pasien dengan tindakan laparoskopi
mengalami jumlah perdarahan yang lebih sedikit daripada pasien laparotomi
dengan rata-rata yaitu 230,3 dan 301,9 (P=0,032). Waktu operasi pada pasien
dengan laparoskopi lebih lama daripada pasien dengan laparotomi, yakni 208,1
dan 227,0 (P=0,032)
2.5 Kerangka Teori
2.6 Kerangka Konsep
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian

Deskriptif
Analitik

Retrospektif
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Bagian Rekam Medik dan Bagian


Tempat
Obstetri dan Ginekologi
Penelitian RSUD Raden Mattaher Jambi

Waktu
Mei - Juni 2018
Penelitian
3.3 Subjek Penelitian

Populasi Penelitian
Seluruh pasien kista ovarium di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun
2016 - 2017.

Sampel Penelitian
Pasien kista ovarium yang mendapat tindakan laparoskopi dan
pasien yang mendapat tindakan laparotomi di RSUD Raden Mattaher
Jambi tahun 2016 - 2017.
Kriteria Kriteria
Inklusi Eksklusi

Pasien kista ovarium 1. Data rekam


yang mendapat
medik tidak
tindakan laparoskopi
lengkap.
dan tindakan
laparotomi di RSUD 2. Data rekam
Raden Mattaher Jambi medik tidak
dengan hasil
terbaca dengan
histopatologi jinak.
jelas.
3.5 Cara Pengambilan Sampel
 Total Sampling

3.6 Teknik Pengumpulan Data


 Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang diperoleh dari rekam medis di RSUD Raden
Mattaher Jambi. Kemudian dicatat sesuai dengan variabel yang
akan diteliti.
3.7 Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Penelitian Operasional Ukur Data
Jumlah Jumlah Data Observasi Jumlah rerata Rasio
Perdarahan perdarahan rekam data jumlah perdarahan
pasien kista medis perdarahan pasien saat
ovarium saat pasien. saat operasi operasi dalam
operasi dilihat dari satuan ml
rekam medis (milliliter) per
pasien tindakan
Lama Waktu operasi Data Observasi Jumlah rerata Rasio
Operasi yang rekam data lama lama operasi
dibutuhkan medis operasi pasien dalam
mulai dari pasien. dilihat dari satuan menit
insisi kulit, rekam medis per tindakan.
prosedur pasien
operasi, hingga
penutupan luka
operasi.
Variabel Definisi Alat Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Penelitian Operasional Ukur Data
Lama Lama rawat Data Observasi Jumlah rerata Rasio
Rawatan inap pasien rekam data lama lama rawatan
kista ovarium medis rawatan pasien sejak
yang diukur pasien. dilihat dari mendapat
sejak pasien rekam medis tindakan
mendapatkan pasien. sampai pasien
tindakan pulang dalam
operasi sampai satuan hari per
pasien pulang. tindakan

Kadar Hb Kadar Hb Data Observasi Jumlah rerata Rasio


pasien kista rekam data kadar kadar Hb
ovarium yang medis Hb sebelum pasien
diukur sebelum pasien. operasi dan sebelum
tindakan pascaoperasi operasi dan
operasi dan dilihat dari pascaoperasi
pasca operasi rekam medis dalam satuan
pasien g/dL per
tindakan
3.8 Pengolahan dan Analisa Data

 Pengolahan Data  Analisa Data


1. Editing 1. Kolmogorov-Smirnov
2. Coding 2. Lama operasi  uji T
Independen.
3. Entry
Jumlah perdarahan dan Lama
4. Cleaning
rawatan  uji Mann Whitney.
Kadar Hb sebelum dan sesudah
operasi  uji T berpasangan.

3.9 Etika Penelitian


Dalam penelitian ini, semua data pasien dijaga kerahasiaannya.
3.10 Alur Penelitian
Pengajuan permasalahan dan
judul penelitian Semua catatan rekam medis pasien

Mencari sumber dan literatur dengan kista ovarium di RSUD


Raden Mattaher Provinsi Jambi
Perizinan untuk survey data awal Tahun 2016 - 2017

Persetujuan proposal penelitian Memenuhi kriteria inklusi


dan kriteria eksklusi
Seminar proposal penelitian

Pengolahan Data
Izin dan persetujuan

Pengambilan data Hasil penelitian dan Kesimpulan


di bagian rekam medis dan bagian
obstetri dan ginekologi RSUD Raden
Mattaher Jambi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Frekuensi Pasien Kista Ovarium Berdasarkan Tindakan

Tindakan Jumlah Pasien (n) Persentase (%)


Laparoskopi 38 60.3
Laparotomi 25 39.7
Total 63 100.0

Berdasarkan data yang didapat, dari 63 orang pasien kista ovarium yang
memenuhi kriteria inklusi, sebanyak 38 orang mendapat tindakan laparoskopi
dan 25 orang mendapat tindakan laparotomi.
Gambaran Hasil Histopatologi Pasien Kista Ovarium yang
Mendapat Tindakan Laparoskopi dan Laparotomi

Hasil Histopatologi Laparoskopi (n) Laparotomi (n) Total


Simple Cyst 6 1 7
Kista Coklat 13 7 20
Serous Cystadenoma Ovarii 8 6 14
Dermoid Cystadenoma Ovarii 6 5 11
Mucinous Cystadenoma Ovarii 0 2 2
Haemorrhagic Cyst 0 1 1
Kista Folikel 1 3 4
Kista Lutein 4 0 4

Total 38 25 63

Berdasarkan data yang didapat, sebagian besar kasus kista ovarium adalah
neoplastik atau patologis antara lain kista coklat yang paling tinggi yaitu 20 kasus
(31,7%) dan haemorrhagic cyst yang terendah (1,6%). Hal ini sejalan dengan
penelitian oleh Ika Sulaika yang menyatakan bahwa sebagian besar kasus tumor
ovarium adalah jinak.
Perbandingan Jumlah Perdarahan Pasien Kista Ovarium yang
Mendapat Tindakan Laparoskopi dan Laparotomi

Tindakan Jumlah (n) Mean SD P-value

Laparoskopi 38 61.58 32.34 0,000

Laparotomi 25 148.00 56.79

Berdasarkan data yang didapat, jumlah perdarahan pasien kista


ovarium yang mendapat tindakan laparoskopi lebih sedikit daripada pasien
yang mendapat tindakan laparotomi.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kong dkk
bahwa pasien dengan tindakan laparoskopi mengalami jumlah perdarahan
yang lebih sedikit daripada pasien laparotomi dengan rata-rata yaitu 230,3
dan 301,9 ml (P=0,032).
Sesuai juga dengan penelitian oleh Hidayat dkk yang menyatakan
bahwa Jumlah perdarahan pada pasien laparoskopi juga lebih sedikit
daripada pasien laparotomi, yakni 350,0 dan 635,8 ml (p=0,00).
Perbandingan Lama Operasi Pasien Kista Ovarium yang
Mendapat Tindakan Laparoskopi dan Tindakan Laparotomi

Tindakan Jumlah (n) Mean SD P-value

Laparoskopi 38 90.11 22.96 0,014

Laparotomi 25 75.36 22.04

Berdasarkan data yang didapat, lama operasi pasien kista ovarium yang
mendapat tindakan laparoskopi lebih lama daripada pasien yang mendapat
tindakan laparotomi .
Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Kong dkk yang menyatakan bahwa
lama operasi pada pasien dengan laparoskopi lebih lama daripada pasien
dengan laparotomi, yakni 208,1 dan 227,0 menit (P=0,032).
Sesuai pula dengan penelitian oleh Hidayat dkk bahwa waktu operasi
dengan tindakan laparoskopi lebih lama daripada tindakan laparotomi, yakni
193,5 dan 187,8 menit (P=0,028).
Perbandingan Lama Rawatan Pasien Kista Ovarium yang
Mendapat Tindakan Laparoskopi dan Tindakan Laparotomi

Tindakan Jumlah (n) Mean SD P-value

Laparoskopi 38 2.03 .59 0,000

Laparotomi 25 3.16 .75

Berdasarkan data yang didapat, lama rawatan pasien kista


ovarium yang mendapat tindakan laparoskopi lebih singkat daripada
pasien yang mendapat tindakan laparotomi.
Sesuai dengan penelitian oleh Ika Sulaika yang meyatakan bahwa lama rawatan
pasien laparoskopi lebih singkat daripada pasien dengan laparotomi, umumnya pasien
yang mendapatkan tindakan laparatomi umumnya dirawat selama 4 hari sedangkan
yang mendapatkan tindakan laparaskopi seluruhnya hanya dirawat dalam 2 hari.
Hidayat et al juga menyatakan bahwa lama perawatan pascaoperasi laparoskopi lebih
singkat daripada operasi laparotomi, dengan rata-rata yaitu berturut-turut 3,3 dan 5,6
hari (P=0,00).
Perbandingan Kadar Hb Sebelum dan Sesudah Operasi pada Pasien Kista
Ovarium yang Mendapat Tindakan Laparoskopi dan Laparotomi

Kadar Hb Jumlah (n) Mean SD Mean P-value


Pasien Laparoskopi Difference
Sebelum Operasi 38 12,792 1,058 0,416 0,000

Sesudah Operasi 38 12,376 1,064

Kadar Hb Jumlah (n) Mean SD Mean P-value


Pasien Laparotomi Difference

Sebelum Operasi 25 12,40 0,93 1,06 0,000


Sesudah Operasi 25 11,34 1,009

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian oleh Ika Sulaika yang menyatakan
bahwa adanya perbedaan kadar Hb sebelum dan sesudah operasi yang
bermakna pada pasien yang mendapat tindakan laparotomi, sedangkan pada
pasien yang mendapat tindakan laparoskopi tidak ada perbedaan kadar Hb
yang bermakna. Namun, rata-rata penurunan kadar Hb pasien yang mendapat
tindakan laparoskopi lebih rendah daripada pasien yang mendapat tindakan
laparoskopi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

 Pada hasil histopatologi yang paling banyak dijumpai adalah kista coklat yaitu 20

kasus (31,7%) dimana 13 kasus dilakukan laparoskopi dan 7 kasus dilakukan


laparotomi dan haemorrhagic cyst yang terendah (1,6%) dilakukan laparotomi.

 Jumlah perdarahan pasien kista ovarium yang mendapat tindakan laparoskopi

lebih sedikit daripada pasien yang mendapat tindakan laparotomi dan terdapat
perbedaan yang bermakna antara jumlah perdarahan pasien kista ovarium yang
mendapat tindakan laparoskopi dengan pasien yang mendapat tindakan laparotomi
(rata-rata: 61,58 ± 32,34 ml dan 148,0 ± 56,79 ml; P=0,000)

 Lama operasi pasien kista ovarium yang mendapat tindakan laparoskopi lebih lama

daripada pasien yang mendapat tindakan laparotomi dan terdapat perbedaan yang
bermakna antara lama operasi pasien kista ovarium yang mendapat tindakan
laparoskopi dengan pasien yang mendapat tindakan laparotomi (rata-rata: 90,11 ±
22,96 menit dan 75,36 ± 22,04 menit; P=0,014).
5.1 Kesimpulan

 Lama rawatan pasien kista ovarium yang mendapat tindakan laparoskopi lebih

singkat daripada pasien yang mendapat tindakan laparotomi dan terdapat


perbedaan yang bermakna antara lama rawatan pasien kista ovarium yang
mendapat tindakan laparoskopi dengan pasien yang mendapat tindakan laparotomi
(rata-rata: 2,03 ± 0,59 hari dan 3,16 ± 0,75 hari; P=0,000)

 Terdapat perbedaan yang bermakna antara rata-rata kadar Hb sebelum dan

sesudah operasi pada pasien yang mendapat tindakan laparoskopi dengan pasien
yang mendapat tindakan laparotomi, namun rata-rata penurunan kadar Hb
sebelum dan sesudah operasi pada pasien yang mendapat tindakan laparoskopi
lebih rendah daripada pasien yang mendapat tindakan laparotomi yaitu 0,416 ±
0,142 g/dL dan 1,06 ± 0,43 g/dL.
5.2 Saran

 Bagi Peneliti Lain

Kepada peneliti lain agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut


dengan menggunakan variable penelitian yang lain dan jumlah sampel
yang lebih banyak.

 Bagi Institusi Kesehatan

Pengisian data rekam medis sebaiknya dilakukan dengan lebih


jelas dan lengkap sehingga isi dari rekam medis tersebut dapat
digunakan dengan baik dan akurat untuk kepentingan pemeriksaan
selanjutnya maupun dalam menunjang penelitian berikutnya.
Daftar Pustaka
 Dorland. Kamus kedokteran ed. 5. Jakarta: EGC; 2002.

 Gant, N, Cunningham, F. Dasar-dasar ginekologi & obstetric. Jakarta: EGC, 2010.

 Sulaika I. Studi komparasi dan karakteristik pada pasien yang dilakukan tindakan laparoskopi atau laparotomi atas indikasi tumor
ovarium di RS HAM dari tahun 2010-2012. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2014.

 Kumar A, Pearl M. Mini-Laparotomy versus laparoscopy for gynecologic conditions. Journal of Minimally Invasive Gynecology.
2014 Jan/Feb;21(1):109-14

 Hadisaputra W. Perkembangan laparoskopi operatif di Indonesia. Indones J Obstet Gynecol. 2014;2(2):65-9

 Mandic A, Golubovic A, Majdevac I. Laparoscopy in gynecologic oncology: A review of literature. Vojnosanit Pregl 2013; 70(9):
861–865.

 Buku catatan pelaporan Instalasi Bedah Sentral dibagian OK RSUD Raden Mattaher Jambi: 2015-2017

 Manuaba, I. Dasar-Dasar teknik operasi ginekologi. Jakarta: EGC; 2004; 500-524

 Izatulla J, Harun O.R, Oybek R, Nodira Z. Social correlates of female infertility in Uzbekistan. Nagoya J.Med.2012 Vol 74:pp273-
283.

 Shresta J., Saha R., Comparison of laparoscopy and laparotomy in the surgical management of ectopic pregnancy. Departement of
Obstetrics and Gynaecology Khatmandu Medical College Teaching Hospital, Bakhtapur, Nepal. Journal of the College of Physician
and Surgeons Pakistan 2012, Vol.22 (12): 760-764.

 Fanfani F, Fagotti A, et.al. A Prospective randomized study of laparoscopy and mini-laparotomy in the management of benign
adnexal masses. Departement of Oncology, Catholic University of Sacred Heart, Campobasso and Departement of Obstetrics and
Gynaecology, Catholic University of Sacred Heart, Rome, Italy. Human Reproduction and Embriology, 2013.
 Maharani, L dan Wratsangka, R. Permasalahan dan penatalaksanaan sindrom ovarium polikistik. J Kedokteran Trisakti; 2012
 Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu bedah kebidanan. Cetakan ke-8. Jakarta: PT Bina Pustaka; 2010.
 Ciarmela P, Islam MS,Reis FM,Gray PC, Bloise E,Petraglia F,et al.Growth factors and myometrium; Biological effects in uterine
fibroid and possible clinical implications. Hum Reprod. 2011;772-90.
 Prawirohardjo, S. Ilmu kandungan. Jakarta: PT.Bina Pustaka; 2008
 Society of American Gastrointestinal and Endoscopic Surgeons. Guidelines for Diagnostic Laparoscopy. America; 2010 diakses
melalui https://www.sages.org/publications/guidelines/guidelines-for-diagnostic-laparoscopy/
 Wetter, Paul, editor. Prevention and management of laparoendoscopic surgical complications. 3rd ed. Miami: 2012
 Boden, E. Black’s veterinary dictionary; 21st Ed. London: A & C Black. 2015
 Sjamsuhidajat R, Jong W. Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke-3. Jakarta: EGC. 2010
 Schlattau A., Cunha T.M., Forstner R. Adnexal Masses: Benign Ovarian Lesions and Characterization. In: . Medical Radiology.
Springer, Berlin, Heidelberg. 2017
 Norwitz, E, Schorge J. At a glance Obstetri & Ginekologi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga, 2007.
 Putri, A. Pemakaian kontrasepsi oral dalam mencegah kista ovarium. J Agromed Unila 2015; 2(2):94-8.
 Duncan T, Scott-Barrett S. Guideline on the Management of Ovarian Masses. NHS. 2016.
 Guy Rofe et al. Benign ovarian cysts in reproductive-age women undergoing assisted reproductive technology treatment. Open
Journal of Obstetrics and Gynecology. 2013;3:17-22.
 Mandai, M et al. Clinical management of ovarian endometriotic cyst (chocolate cyst): diagnosis, medical treatment, and minimally
invasive surgery. Current Obstetrics and Gynecology Reports. 2012;1(1):1-24
 Kong et al. Comparison of laparoscopic versus conventional open surgical staging procedure for endometrial cancer. J Gynecol
Oncol. 2010;21(2):106-11.
 Hidayat, Y et al. Perbandingan Luaran dan Komplikasi Operasi Histerektomi Radikal Perlaparoskopi dengan Perlaparotomi.
Majalah Obstetri & Ginekologi. 2014; 22(3):101-6.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai