RPL Modul 2 Turap Berjangkar PDF
RPL Modul 2 Turap Berjangkar PDF
TURAP BERJANGKAR
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik – Universitas Ibn Khaldun Bogor
DAFTAR ISI
Bab 1 Pengantar 1
1.1. Umum 1
1.2. Tujuan Instruksional Umum 1
1.3. Tujuan Instruksional Khusus 1
Bab 2 Turap Berjangkar 1
2.1. Metode Perhitungan Turap Berjangkar 1
Bab 3 Metode Free Earth Support 4
3.1. Metode Free Earth Support pada Pasir 4
3.2. Metode Free Earth Support pada Lempung 6
3.3. Momen Reduksi Rowe 8
3.3.1. Turap pada Pasir 8
3.3.2. Turap pada Lempung 10
3.4. Metode Computational-Pressure-Diagram pada Pasir 13
Bab 4 Metode Fixed Earth Support 16
4.1. Metode Fixed Earth Support pada Pasir 16
4.1.1. Prosedur Menentukan D 18
Bab 1 Pengantar
1.1. Umum
Pada modul sebelumnya telah diuraikan mengenai turap cantilever, dan pada modul ini
akan diuraikan turap berjangkar, yaitu turap yang dilengkapi dengan jangkar yang
dimaksudkan akan menambah stabilitas turap, sehingga bisa mereduksi panjang tiang
turap. Namun penambahan jangkar berarti juga tambahan dalam metode konstruksi dan
biaya.
Setelah menyelesaikan modul ini mahasiswa diharapkan dapat memenuhi hal-hal berikut.
Apabila tinggi tanah di belakang dinding turap cantilever mencapai sekitar 6 m, maka
akan menjadi lebih ekonomis apabila turap itu diperkuat dengan suatu plat jangkar
(anchor plates), dinding jangkar (anchor walls), atau tiang jangkar (anchor piles), yang
letaknya dekat dengan puncak turap. Cara dengan perkuatan jangkar ini disebut dengan
tiang turap berjangkar (anchored sheet piling) atau sekatan berjangkar (anchored
bulkhead). Jangkar akan mengurangi kedalaman penetrasi yang diperlukan oleh turap
dan juga akan mengurangi luas penampang dan berat yang diperlukan dalam konstruksi.
Namun, batang penguat (tie rods), yang menghubungkan turap dengan jangkar dan
jangkar itu sendiri harus dirancang dengan hati-hati.
Ada dua metode dasar dalam membangun dinding turap berjangkar: (a) metode free
earth support (turap bersendi) dan (b) metode fixed earth support (turap terjepit). Gambar
1 memperlihatkan prilaku defleksi turap untuk kedua metode tadi.
Gambar 1 Variasi defleksi dan momen pada turap berjangkar: (a) metode free earth support
b) metode fixed earth support
Metode free earth support adalah metode dengan kedalaman penetrasi minimum. Di
bawah garis galian, tidak terdapat pivot untuk sistem statik, yaitu sebuah titik perubahan
defleksi. Metode fixed earth support mengharuskan kedalaman cukup untuk memberikan
efek jepitan pada ujung bawah turap. Variasi momen lentur dengan kedalaman untuk
kedua metode juga ditunjukkan dalam Gambar 1.
Gambar 2 menunjukkan sebuah turap jangkar dengan tanah di belakang turap adalah
pasir dan juga tiang turap disorong ke dalam tanah pasir. Batang penguat (tie rod)
menghubungkan turap dengan jangkar ditempatkan pada kedalaman l1 di bawah puncak
turap.
Diagram distribusi tekanan bersih di atas garis galian akan sama seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 7 pada Modul I. Pada kedalaman z = L1, p1 = γ L1 Ka; dan pada z = L1 +
L2, p2 = (γ L1 + γ’ L2)Ka. Di bawah garis galian, tekanan bersih akan sama dengan nol
pada kedalaman z = (L1 + L2 + L3). Hubungan untuk L3 dapat diberikan dengan Pers. (6)
pada Modul I, atau
Perlu dicatat bahwa kemiringan garis DEF adalah 1 vertikal ke γ’(Kp - Ka) horizontal.
Dengan menjumlahkan gaya-gaya dalam arah horizontal (per satuan panjang dinding),
Persamaan di atas dapat diselesaikan dengan cara trial and error untuk mendapatkan
kedalaman teoretis, L4. Maka kedalaman teoretis penetrasi sama dengan
Langkah demi langkah pada prosedur yang diajukan sebelumnya, faktor keamanan dapat
dipakaikan pada Kp pada permulaan perhitungan yaitu, Kp ( rencana) = Kp/FS. Kalau ini
dipakai, maka tidak perlu penambahan kedalaman teoretis.
Kalau nilai z telah ditentukan, maka besaran momen maksimum dapat dengan mudah
diperoleh. Prosedur dalam menentukan kapasitas dukung jangkar akan dibicarakan pada
bagian yang akan datang.
Gambar 3 menunjukkan sebuah turap berjangkar yang ditanamkan pada lapisan lempung,
sedangkan tanah di belakang turap adalah tanah granular. Diagram distribusi tekanan di
atas garis galian adalah mirip dengan Gambar 10 pada Modul I. Distribusi tekanan bersih
di bawah garis galian dapat diberikan sebagai [Pers. (42) pada Modul I].
dimana P1 = luas diagram tekanan ACD dan F = gaya jangkar per satuan panjang dinding
turap.
Sebagaimana dalam bagian sebelumnya, momen maksimum dalam kasus ini akan terjadi
pada kedalaman L1 < z < L1 + L2. Kedalaman dimana gaya geser sama dengan nol
(berarti momen akan menjadi maksimum) dapat ditentukan dengan menggunakan Pers.
(5).
Turap adalah lentur. Akibat kelenturannya ini, turap akan meleleh (yaitu berpindah secara
lateral). Pelelehan ini menghasilkan pendistribusian kembali tekanan tanah lateral.
Perubahan ini akan cenderung mengurangi momen lentur maksimum, Mmax,
sebagaimana dihitung dengan prosedur yang telah dijelaskan sebelumnya. Atas dasar
alasan inilah, Rowe (1952, 1957) menggagas sebuah prosedur untuk mereduksi momen
maksimum yang diperoleh dari metode free earth support. Bagian berikut ini akan
membicarakan prosedur reduksi momen yang diajukan oleh Rowe.
dimana H dalam m, E = modulus Young bahan tiang dan I = momen inersia penampang
tiang per kaki (foot) dinding.
Gambar 4 Hubungan log ρ dan Md/Mmax untuk turap pada pasir (dikutip dari Rowe, 1952)
Mengulang Langkah 1 sampai 8 untuk beberapa penampang. Titik-titik yang jatuh di atas
kurva (pasir lepas atau padat, sesuai kondisi kasus) adalah penampang-penampang yang
aman (safe sections). Dan titik-titik yang jatuh di bawah kurva adalah penampang yang
tidak aman (unsafe sections). Penampang yang paling murah dapat dipilih dari titik-titik
yang jatuh di atas kurva yang bersesuaian. Perlu dicatat bahwa penampang yang terpilih
akan memiliki suatu Md < Mmax.
10 | R e k a y a s a P o n d a s i I I - Turap Berjangkar
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik – Universitas Ibn Khaldun Bogor
dimana c = kohesi taksalur (kondisi pada φ = 0). Untuk definisi-definisi γ, γ’, L1, dan
L2 dapat diacu pada Gambar 3.
5. α dinyatakan sebagai,
11 | R e k a y a s a P o n d a s i I I - Turap Berjangkar
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik – Universitas Ibn Khaldun Bogor
Gambar 5 Plot Md/Mmax vs. angka stabilitas untuk tiang turap tertanam pada lempung
(dikutip dari Rowe, 1957)
Langkah 1.
Menentukan H’.
Langkah 2.
Menentukan α = (L1+L2)/H’.
Langkah 3.
Menentukan Sn [Pers. (9)].
12 | R e k a y a s a P o n d a s i I I - Turap Berjangkar
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik – Universitas Ibn Khaldun Bogor
Langkah 4.
Dengan nilai-nilai α dan Sn, tentukanlah Md/Mmax untuk berbagai nilai log ρ dari Gambar
5 dan memplot sebuah grafik Md/Mmaxvs. log ρ.
Langkah 5.
Mengikuti Langkah 1 sampai Langkah 9 untuk kasus momen reduksi pada pasir, yang
sudah dijelaskan sebelumnya.
13 | R e k a y a s a P o n d a s i I I - Turap Berjangkar
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik – Universitas Ibn Khaldun Bogor
Kedalaman penetrasi (D), gaya jangkar per satuan panjang dinding (F), dan momen
maksimum pada dinding (Mmax) dapat dihitung dengan rumus-rumus berikut ini.
Kedalaman penetrasi,
Gaya jangkar,
Momen maksimum,
14 | R e k a y a s a P o n d a s i I I - Turap Berjangkar
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik – Universitas Ibn Khaldun Bogor
Besaran D yang diperoleh dari Pers.(15) adalah sekitar 1,25 hingga 1,5 kali nilai D
teoretis yang diperoleh dari metode konvensional free earth support, yaitu Pers.(4).
Sehingga,
Besar F yang diperoleh dari Pers.(16) adalah sekitar 1,2 sampai 1,6 kali nilai yang
diperoleh dari Pers.(2). Sehingga tambahan faktor keamanan dalam desain jangkar tidak
lagi diperlukan.
Besar Mmax yang diperoleh dari Pers.(17) adalah sekitar 0,6 sampai 0,75 kali nilai Mmax
yang diperoleh dari metode konvensional free earth support. Sehingga nilai Mmax ini
dapat dijadikan langsung sebagai nilai desain, sehingga momen reduksi Rowe tidak perlu
lagi digunakan.
15 | R e k a y a s a P o n d a s i I I - Turap Berjangkar
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik – Universitas Ibn Khaldun Bogor
Dalam menggunakan metode fixed earth support, diasumsikan bahwa kaki tiang turap
tidak diperbolehkan mengalami rotasi (terjepit), seperti diperlihatkan pada Gambar 7(a).
Diagram distribusi tekanan lateral bersih untuk kondisi ini juga diperlihatkan pada gambar
yang sama. Di dalam solusi metode ini, bagian bawah dari diagram distribusi tekanan -
yaitu HFH’GB- digantikan oleh sebuah beban terpusat P’. Untuk menghitung L4, sebuah
penyelesaian sederhana yang disebut dengan equivalent beam solution (solusi balok
ekivalen) umumnya digunakan. Untuk memahami solusi balok ekivalen ini, perhatikanlah
titik I, yang merupakan titik perubahan bentuk defleksi tiang turap. Pada titik ini, kepala
tiang dapat diasumsikan sebagai sendi sehingga momen lentur menjadi nol [Gambar 7(b)].
Jarak vertikal antara titik I dan garis galian adalah sama dengan L5. Blum (1931) telah
memberikan solusi matematis antara L5 dan L1 + L2. [Gambar 7(d)] adalah hasil plot
L5/(L1+L2) vs. sudut gesek tanah, φ.
16 | P a g e
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik – Universitas Ibn Khaldun Bogor
17 | P a g e
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik – Universitas Ibn Khaldun Bogor
Dengan mengetahui nilai φ dan L1 + L2, maka besar L5 dapat ditentukan. Bagian turap
[Gambar 7(c)] di atas titik I dapat diperlakukan sebagai sebuah balok yang menahan
tekanan lateral tanah melalui gaya jangkar F (kN/m) dan gaya geser P’’ (kN/m). Gaya
geser P’’ dapat dihitung dengan mengambil momen di titik O’ (yaitu tepat di kedudukan
jangkar).
Sekali nilai P’’ diketahui, maka panjang L4 dapat diperoleh dengan mengambil momen di
titik H (lihat diagram bawah dari [Gambar 7(c)]). Kedalaman penetrasi D, kemudian dapat
ditentukan sebagai 1.2 sampai 1.4 (L3+L4).
Langkah 1.
Menentukan Ka dan Kp.
Langkah 2.
Menghitung p1 dan p2 dari Pers. (1) dan (2) pada Modul I.
Langkah 3.
Menghitung L3 dengan Pers. (6) pada Modul I.
Langkah 4.
Menentukan L5 dengan menggunakan [Gambar 7(d)]
Langkah 5.
Menghitung p2’’ [Gambar 7(c)]
Langkah 6.
Menggambarkan distribusi tekanan untuk bagian turap yang berada diatas I, seperti
diperlihatkan pada [Gambar 7(c)].
18 | P a g e
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik – Universitas Ibn Khaldun Bogor
Langkah 7.
Untuk diagram yang digambar pada Langkah 6, ambil momen di titik O’ untuk menghitung
P’’
Langkah 8.
Dengan mengetahui P’’, gambarkan diagram distribusi tekanan untuk bagian turap yang
berada di antara titik I dan H, seperti pada [Gambar 7(c)]. Perlu dicatat bahwa dalam
diagram ini p2’’’ adalah sama dengan γ∋ (Kp-Ka)(L4).
Langkah 9.
Untuk diagram pada Lngkah 8, ambillah momen di titik H untuk menghitung L4.
Langkah 10.
Menghitung D = 1.2 hingga1.4(L3+L4).
Referensi
Bowles, J.E.: Foundation Analysis and Design, 4th ed., Mc-Graw-Hill, New York, 1988.
Rowe, P.W.: Anchored sheet pile walls, Proceedings, Institute of Civil Engineers, London,
Vol. 1, Part 1, pp.27-70, 1952.
Rowe, P.W.: Sheet pile walls in clay, Proceedings, Institute of Civil Engineers, London,
Vol. 7, pp.629-654, 1957.
19 | P a g e