Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KASUS UJIAN

G2P1A0, 26 TAHUN HAMIL 12 MINGGU DENGAN


ABORTUS INKOMPLIT

Disusun oleh:
Elizabet Veren
030.15.065

Pembimbing:
dr. Jaenudin, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT


KANDUNGAN RSUD DR SOESELO SLAWI
PERIODE 28 OKTOBER 2019 – 3 JANUARI 2020
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan kasus ujian yang berjudul:

G2P1A0, 26 tahun Hamil 12 minggu


dengan Abortus Inkomplit

Yang disusun oleh:


Elizabet Veren
030.15.065

Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing:


dr. Jaenudin, Sp.OG

Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Periode 28 Oktober 2019 – 3 Januari 2020

Slawi, 2019
Pembimbing

dr. Jaenudin, Sp.OG

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya yang begitu besar
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan kasus yang berjudul “G2P1A0, 26
TAHUN HAMIL 12 MINGGU DENGAN ABORTUS INKOMPLIT” pada kepaniteraan klinik
Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan di Rumah Sakit Umum Daerah DR Soeselo Slawi.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian
makalah ini, terutama kepada dr. Jaenudin, Sp.OG selaku pembimbing yang telah memberikan
waktu dan bimbingannya sehingga laporan kasus ujian ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu penulis harapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan yang akan datang.
Dengan laporan kasus ujian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
bagi penulis dan pembaca.

Slawi, 2019

Elizabet Veren
030.15.065

ii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

1.1 Latar belakang....................................................................................................1

BAB II LAPORAN KASUS........................................................................................3

2.1 Anamnesis…......................................................................................................3

2.2 Pemeriksaan Fisik…..........................................................................................5

2.2.1 Status Generalis.......................................................................................6

2.2.2 Status Ginekologi....................................................................................7

2.3 Pemeriksaan Penunjang.....................................................................................8

2.4 Resume…..........................................................................................................9

2.5 Diagnosis…......................................................................................................10

2.6 Penatalaksanaan…...........................................................................................10

2.7 Prognosis…......................................................................................................10

2.8 Follow up….....................................................................................................11

BAB III TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................14

3.1 Definisi Abortus ...................................................................................14

3.2 Klasifikasi Abortus ..............................................................................14

3.3 Definisi Abortus Inkomplit ..................................................................16

iii
3.4 Epidemiologi Abortus Inkomplit..........................................................16

3.5 Etiologi Abortus Inkomplit ..................................................................16

3.6 Faktor Risiko Abortus Inkomplit .........................................................19

3.7 Patogenesis Abortus Inkomplit.............................................................20

3.8 Gambaran Klinis Abortus Inkomplit ....................................................21

3.9 Diagnosis Abortus Inkomplit ...............................................................21

3.10 Diagnosis Banding Abortus Inkomplit...............................................22

3.11 Penatalaksanaan Abortus Inkomplit ...................................................23

3.12 Komplikasi Abortus Inkomplit ..........................................................24

3.13 Prognosis Abortus Inkomplit .............................................................25

BAB IV ANALISIS KASUS.................................................................................26

BAB V KESIMPULAN.........................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 31

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau
sebelum kehamilan tersebut berusia 20 minggu atau dengan janin memiliki berat lahir
kurang dari 500 gr. Proses terhentinya kehamilan dapat dijabarkan menurut kejadiannya,
yaitu abortus spontan (terjadi tanpa intervensi dari luar dan berlangsung tanpa sebab yang
jelas) dan abortus buatan (tindakan abortus yang sengaja dilakukan untuk menghilangkan
kehamilan sebelum umur 20 minggu atau berat janin 500 gram) .
Berdasarkan jenisnya, abortus spontan kemudian dibagi menjadi abortus imminen,
abortus insipien, abortus inkomplit, abortus komplit, missed abortion dan abortus
habitualis. Kejadian abortus yang terjadi dapat menimbulkan komplikasi dan dapat
menyebabkan kematian. Komplikasi abortus yang dapat menyebabkan kematian ibu
antara lain karena pendarahan dan infeksi. Pendarahan yang terjadi selama abortus dapat
mengakibatkan pasien menderita anemia, sehingga dapat meningkatkan risiko kematian
ibu. Salah satu jenis abortus spontan yang menyebabkan terjadi pendarahan yang banyak
adalah abortus inkomplit. Hal ini terjadi karena sebagian hasil konsepsi masih tertinggal
di placental site. Sisa hasil konsepsi inilah yang harus ditangani agar pendarahan yang
terjadi berhenti. Selain dari segi medis, abortus juga dapat menimbulkan dampak negatif
pada aspek psikologi dan aspek sosioekonomi. Abortus seringkali membawa dampak
psikologis yang mendalam seperti trauma, depresi hingga kecenderungan perilaku bunuh
diri.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 15-50% kematian ibu disebabkan oleh
abortus. Didunia, angka kematian ibu dan bayi yang tertinggi adalah di Asia Tenggara,
menurut data WHO persentase kemungkinan terjadinya abortus cukup tinggi. Sekitar 60-
75% angka abortus terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 12 minggu.

1
Di dunia terjadi 20 juta kasus abortus tiap tahun dan 70.000 wanita meninggal karena
abortus tiap tahunnya. Angka kejadian abortus di Asia Tenggara adalah 4,2 juta pertahun
termasuk Indonesia, sedangkan frekuensi abortus spontan di Indonesia adalah 10-15% dari
6 juta kehamilan setiap tahunnya atau 600.000 - 900.000, sedangkan abortus profokatif
sekitar 750.000 – 1,5 juta setiap tahunnya, 2500 orang diantaranya berakhir dengan
kematian.

2
BAB II

LAPORAN KASUS

STATUS UJIAN ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
SMF ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR SOESELO KABUPATEN TEGAL

Nama Mahasiswa : Elizabet Veren


NIM : 030-15-065
Dokter Pembimbing : dr. Jaenudin, Sp.OG
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. RW Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 26 tahun Suku Bangsa : Jawa
Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMP Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Penusupan RT/RW Tanggal Keluar RS: 20 Desember 2019
04/05
Tanggal Masuk RS : 18 Desember 2019

2.1 ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di Ruang HCU RSUD DR Soeselo Slawi pada
tanggal 18 Desember 2019 pukul 13.00 WIB.
1. Keluhan Utama
Pasien datang kiriman dari RSU Adella Slawi dengan keluhan perdarahan dari jalan
lahir.
2. Keluhan Tambahan
Pasien mengatakan merasakan nyeri perut bagian bawah tanpa disertai demam.

3
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke PONEK RSUD Dr Soeselo Slawi pada hari Rabu tanggal 18
Desember 2019 pukul 11.00 WIB. Pasien merupakan kiriman dari RSU Adella dengan
abortus inkomplit. Pasien mengeluhkan keluar darah dari jalan lahir sejak 1 hari yang lalu.
Pasien mengatakan darah yang keluar berwarna merah segar disertai dengan keluarnya
gumpalan-gumpalan seperti daging dalam jumlah yang cukup banyak pada pukul 07.00.
Menurut pasien banyaknya darah yang keluar dari jalan lahir dapat memenuhi satu
pembalut. Pasien juga mengeluhkan adanya nyeri pada daerah perut, riwayat trauma
disangkal, demam disangkal, riwayat pijat disangkal, konsumsi jamu atau obat-obatan
warung serta berhubungan seksual dengan suami juga disangkal. Aktivitas sehari-hari
pasien adalah ibu rumah tangga dan menurut pasien sebelum mengalami keluhan tersebut,
pasien tidak sedang melakukan kegiatan yang berat maupun berbahaya. Pasien tidak
memiliki riwayat keguguran sebelumnya.
Pasien mengaku hamil 12 minggu 3 hari dengan HPHT pada tanggal 23 September 2019
dan taksiran partus pada tanggal 30 Juni 2020.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Hipertensi, DM, asma, TB, alergi (makanan, cuaca, obat-obatan), penyakit
jantung disangkal oleh pasien.
- Riwayat trauma, ISK, penyakit ginekologi disangkal.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
- Tidak terdapat keluhan yang serupa pada keluarga.
- Riwayat Hipertensi, DM, Asma, TB, alergi (makanan, cuaca, obat-obatan), penyakit
jantung, hamil kembar, epilepsi dalam keluarga pasien disangkal.
6. Riwayat Ginekologi
Infertilitas, Polip, Infeksi, PMS, Kista ovarium, Myoma, Endometriosis, operasi
kandungan, kanker disangkal.
7. Riwayat Menstruasi
Pasien menarche pada usia 14 tahun, lama menstruasi 7 hari dan teratur. Jumlah
darah selama menstruasi sekitar 40cc dan pasien mengganti pembalut 3x sehari,
disminorhea disangkal. Hari pertama haid terakhir pasien jatuh pada tanggal 23 September
2019.

4
8. Riwayat Pernikahan
Pasien menikah pertama kali pada usia 20 tahun. Dimana ini merupakan pernikahan
pertama, dengan usia pernikahan sudah 6 tahun pada pernikahan pertama.
9. Riwayat Obstetri
Kehamilan ini merupakan kehamilan kedua bagi pasien dengan 1 kali pernikahan.
Anak pertama pasien laki-laki lahir spontan tahun 2015 di RSUD dr. Soeselo Slawi.
10. Riwayat Kontrasepsi
Pasien memiliki riwayat penggunaan KB suntik selama 3 tahun.
11. Riwayat Kebiasaan
Pasien makan 3 kali sehari. Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan, alkohol, dan
jamu, serta tidak merokok.
12. Riwayat Sosial Ekonomi
Pendidikan terakhir pasien adalah Sekolah Menengah Pertama dan sebagai Ibu
rumah tangga. Pasien tinggal serumah dengan suami dan keluarga.
13. Riwayat Dirawat dan Operasi
Pasien tidak memiliki riwayat operasi sebelumnya.

2.2 PEMERIKSAAN FISIK


Dilakukan pemeriksaan fisik pada tanggal 18 Desember 2019 di HCU RSUD Dr. Soeselo
pukul 13.30 WIB.
Keadaan Umum : Baik
Sikap : Kooperatif
Kesadaran : Composmentis
Tanda vital
- Tekanan darah : 120/70 mmHg
- Nadi : 80 x/menit
- Pernafasan : 22 x/menit
- Suhu : 36.7°C

5
Antropometri

- Berat Badan : 48 kg

- Tinggi Badan : 157 cm

- IMT : 19,51 kg/m2

2.2.1 STATUS GENERALIS


1. Kulit: warna sawo matang, sianosis (-), ikterik (-)
2. Kepala: normosefali, bentuk normal, rambut hitam dengan distribusi merata, tidak
terdapat tanda-tanda trauma
3. Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor, gerakan
normal, eksoftalmus (-/-), refleks cahaya langsung dan tidak langsung(+/+)
4. Telinga: normotia, sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tarik helix (-/-), nyeri tekan tragus (-
/-) dan kedua liang telinga lapang
5. Hidung: bentuk normal, deformitas (-), deviasi septum (-), sekret (-), edema mukosa
(-),mukosa hiperemis (-), napas cuping hidung (-)
6. Mulut
- Bibir : bentuk normal, simetris, merah muda, basah
- Mulut : oral hygiene baik
- Lidah : normoglosia, simetris, hiperemis (-), deviasi (-), kotor (-)
- Uvula : letak di tengah, tremor (-), hiperemis (-), ukuran normal
- Faring: hiperemis (-), arcus faring simetris
- Tonsil: T1-T1 tenang, tidak hiperemis
7. Leher: pembesaran KGB (-), trakea di tengah, kelenjar tiroid (-), JVP 5+0cmH2O
8. Thorax
- Inspeksi: bentuk normal, simetris, retraksi sela iga (-), tipe pernapasan thorako-
abdominal, ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi: vocal fremitus dextra = sinistra, terdapat pulsasi ictus cordis pada ICS V,
1 cm medial midklavikularis sinistra
- Perkusi: paru sonor (+/+), batas jantung kanan: ICS II-III linea parasternal dextra,
batas jantung kiri: ICS V ± 1 cm lateral linea midclavikularis sinistra, batas atas

6
jantung, ICS II linea parasternalis sinsitra,pinggang jantung ICS III ± 1 cm lateral
linea parasternal sinistra
- Auskultasi: suara napas vesikuler (+/+), wheezing (-/-) ronki (-/-), S1S2 reguler,
murmur (-), gallop (-)
9. Abdomen
- Inspeksi: Dinding perut tegang (-), bekas luka operasi (-), Striae gravidarum (+)
- Auskultasi: Bising usus terdengar, 3x/menit, Atrial Bruit (-)
- Palpasi: Dinding perut supel, distensi (-), nyeri tekan (-), Tinggi fundus uteri 2 jari
di atas symphysis pubis, pembesaran hepar dan lien sulit dinilai
- Perkusi: Sulit dinilai karena hamil
10. Ekstremitas
- Inspeksi: Tidak terdapat deformitas pada ekstremitas atas maupun bawah, oedem
pada kedua ekstremitas bawah (-) tidak didapatkan adanya efloresensi yang
bermakna
- Palpasi: Akral teraba hangat , Oedem (-) pada keempat ekstremitas, CRT<2”

2.2.2 STATUS GINEKOLOGI


1. Inspekulo
a. Vulva tenang
b. Terdapat jaringan yang keluar di introitus vagina
c. Dinding vagina dalam batas normal
d. Portio licin, lesi pada portio (-)
e. OUE terbuka
f. Terdapat darah yang keluar dari kanalis servikalis

2. Vaginal Toucher
a. Pembukaan serviks : 1 cm
b. Tanda Hegar (+) & tanda Piskacek (+)
c. Terdapat jaringan pada kanalis servikalis
d. Nyeri goyang porsio (-)
e. Massa adneksa (-)

7
2.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. USG : dijumpai bahwa uterus antefleksi, besar biasa ukuran 67.7 mm x 59.7 mm x 46.8
mm; tampak gestational sac intrauterin dengan batas tidak beraturan, tampak massa
hiperekoik dengan bentuk yang tidak beraturan, dan cairan bebas intraabdomen (-).
2. Laboratorium
Hasil Pemeriksaan Laboratorium tanggal 18 Desember 2019, jam 15:30 WIB
Nama test Hasil Unit Nilai
rujukan
Hematologi
Leukosit 9.7 ribu/uL 3.6 – 11.0
Eritrosit *3.3 juta/uL 3.8 – 5.2
Hemoglobin *10.1 g/dL 11.7 – 15.5
Hematokrit *28 % 35 – 47
MCV 85 fL 80 – 100
MCH 30 Pg 26 – 34
MCHC 35 g/dL 32 – 36
Trombosit 222 ribu/uL 150 – 400
Diff count:
Eosinofil *0.30 % 2–4
Basofil 0.30 % 0–1
Netrofil *75.30 % 50 – 70
Limfosit *18.70 % 25 – 40
Monosit 5.40 % 2–8
MPV 8.4 fL 7.2 – 11.1
RDW-SD 37.6 fL 35.1 – 43.9
RDW-CV 12.3 % 11.5 – 14.5
APTT TEST 29.1 detik 25.5-42.1
PT TEST 10.8 detik 9.3-11.4
Golongan darah A
Rhesus Positif

8
Sero Imunologi
HbsAg 0.0 IU/mL Non Reaktif

2.4 RESUME

Pasien datang ke PONEK RSUD dr. Soeselo Slawi pada hari Rabu, 18
Desember 2019 pukul 13.00 WIB. Pasien merupakan rujukan dari RSU Adella
dengan diagnosis rujukan G2P1A0, 26 tahun, hamil 12 minggu 3 hari dengan
IUFD. Pasien datang dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir yang disertai
dengan gumpalan-gumpalan seperti daging dalam jumlah yang cukup banyak pada
pukul 07.00 pagi tadi. Menurut pasien banyaknya darah yang keluar dari jalan lahir
dapat memenuhi satu pembalut. Pasien juga mengeluhkan adanya nyeri pada
daerah perut, riwayat trauma disangkal, demam disangkal, riwayat pijat disangkal,
konsumsi jamu atau obat-obatan warung serta berhubungan seksual dengan suami
juga disangkal. Aktivitas sehari-hari pasien adalah ibu rumah tangga dan menurut
pasien sebelum mengalami keluhan tersebut, pasien tidak sedang melakukan
kegiatan yang berat maupun berbahaya. Pasien tidak memiliki riwayat keguguran
sebelumnya Pasien menyangkal mempunyai riwayat hipertensi. Riwayat DM,
asma, TB, penyakit jantung, ginjal, alergi, kelainan bawaan, epilepsi, trauma dan
hamil kembar disangkal. Riwayat penyakit ginekologi disangkal oleh pasien.

Pada saat anamnesis pasien mengatakan HPHT tanggal 23 September 2019,


maka berdasarkan HPHT, usia kehamilan pasien saat itu adalah 12 minggu 3 hari
dan HPL jatuh pada tanggal 30 Juni 2020. Pasien tampak baik dengan kesadaran
composmentis. Tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 80 kali/menit, pernafasan 22
kali/menit, dan suhu 36,7oC. Berat badan pasien 48 kg dan tinggi badan 157 cm.

Pada pemeriksaan fisik generalis bagian mata tidak didapatkan conjungtiva


anemis dan sklera ikterik. Pada abdomen didapatkan dinding perut tidak tegang,
striae gravidarum (+), nyeri tekan (-), tinggi fundus uteri 2 jari di atas symphysis
pubis. Pada pemeriksaan ginekologi, dilakukan pemeriksaan inspekulo didapatkan
vulva tenang, terdapat jaringan yang keluar di introitus vagina, dinding vagina
dalam batas normal, portio licin dan tidak terdapat lesi pada portio, OUE terbuka,
terdapat darah yang keluar dari kanalis servikalis. Pada saat dilakukan vaginal
9
toucher ditemukan pembukaan serviks sebesar 1 cm, tanda hegar dan piskacek (+)
terdapat jaringan pada kanalis servikalis, nyeri goyang porsio (-), dan massa
adneksa (-).

Pada pemeriksaan USG dijumpai bahwa uterus antefleksi, besar biasa ukuran
67.7 mmx 59.7 mm x 46.8 mm; tampak gestasional sac intrauterine dengan batas
tidak beraturan, tampak massa hiperekoik dengan batas yang tidak beraturan, dan
cairan bebas intrabdomen (-). Pada pemeriksaan laboratorium 18 Desember 2019,
hasil pelaporan didapatkan hasil hemoglobin menurun yaitu 10.1 g/dL (11.7-
15.5). Golongan darah A, rhesus positif, APTT test 29.1 detik (25.5-42.1), PT test
10.8 detik (9.3-11.4). Pada pemeriksaan imunologi darah didapatkan HbsAg non
reaktif.

2.5 DIAGNOSIS

 Diagnosis Masuk
G2P1A0, usia 26 tahun hamil 12 minggu 3 hari dengan abortus inkomplit

 Diagnosis Akhir
P1A1, usia 26 tahun post kuretase dengan abortus inkomplit

2.6 PENATALAKSANAAN
 Rawat inap
 Infus RL 20 tpm
 Injeksi Metergin 0,2 mg IM
 Cek darah rutin
 Program kuretase

2.7 PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia ad Bonam
Ad Fungtionam : Dubia ad Bonam
Ad Sanationam : Dubia ad Bonam

2.8 FOLLOW UP
HCU, 18 Desember 2019 (jam 13.00)

10
S Pasien mengatakan keluar darah sejak kemarin disertai dengan keluarnya
gumpalan seperti daging pada pukul 07.00, nyeri perut bagian bawah (+)
O Kesadaran: Composmentis
TD: 120/70 mmHg, RR: 22 X/menit
N: 80X/menit, S: 36,7ºC
Mata : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Abdomen : nyeri tekan abdomen (+)
Genitalia :
Inspekulo: terdapat darah yang keluar dari kanalis servikalis
VT : Pembukaan serviks (+), terdapat jaringan dari kanalis servikalis, nyeri
goyang porsio (-), massa adneksa (-)
A G2P1A0, 26 tahun Hamil 12 minggu 3 hari dengan abortus inkomplit
P Pengawasan KU, TTV, PPV
Cek darah rutin
Edukasi pasien untuk tirah baring
Infus RL 20 tpm
Program kuretase

HCU, 18 Desember 2019 (jam 16.00)


S Pasien mengatakan darah masih keluar
O Kesadaran: Composmentis
TD: 120/80 mmHg, RR: 20 X/menit
N: 80X/menit, S: 36,5ºC
Mata : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Abdomen : nyeri tekan abdomen (-)
Genitalia : perdarahan pervaginam ±10 cc
A G2P1A0, 26 tahun Hamil 12 minggu 3 hari dengan abortus inkomplit
P Pengawasan KU, TTV, PPV
Tirah Baring
Infus RL 20 tpm
Konsul Anestesi

HCU, 18 Desember 2019 (jam 22.00)


S Pasien mengatakan tidak ada keluhan, darah masih sedikit keluar
O Kesadaran: Composmentis
11
TD: 120/80 mmHg, RR: 20 X/menit
N: 84X/menit, S: 36,6ºC
Mata : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Abdomen : nyeri tekan abdomen (-)
Genitalia : perdarahan pervaginam ±10 cc
A G2P1A0, 26 tahun Hamil 12 minggu 3 hari dengan abortus inkomplit
P Pengawasan KU, TTV, PPV
Tirah Baring
Infus RL 20 tpm
Persiapan puasa selama 6 jam
Rencana kuretase besok

HCU, 19 Desember 2019 (jam 08.45)


S Pasien mengatakan tidak ada keluhan, sudah puasa dari jam 02.00
O Kesadaran: Composmentis
TD: 110/80 mmHg, RR: 20 X/menit
N: 86X/menit, S: 36,6ºC
Mata : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Abdomen : nyeri tekan abdomen (-)
Genitalia : perdarahan pervaginam ±10 cc
A G2P1A0, 26 tahun Hamil 12 minggu 3 hari dengan abortus inkomplit
P Pengawasan KU, TTV, PPV
Infus RL 20 tpm
Rencana kuretase pagi ini

Nusa Indah, 19 Desember 2019 (jam 12.30)


S Pasien mengatakan tidak ada keluhan
O Kesadaran: Composmentis
12
TD: 100/60 mmHg, RR: 20 X/menit
N: 80X/menit, S: 36,5ºC
Mata : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Abdomen : nyeri tekan abdomen (-)
Genitalia : perdarahan sedikit
A P1A1, 26 tahun, post kuretase atas indikasi abortus inkomplit
P Pengawasan KU, TTV, PPV
Cek tanda infeksi dan tanda depresi pernapasan
Cek darah lengkap
Infus RL 20 tpm
Inj. Kalnex 3x500 mg
Amoxixilin 3x500 mg
Sulfas Ferosus 2x1

Nusa Indah, 20 Desember 2019 (jam 07.00)


S Pasien mengatakan tidak ada keluhan
O Kesadaran: Composmentis
TD: 100/60 mmHg, RR: 20 X/menit
N: 80X/menit, S: 36,5ºC
Mata : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Abdomen : nyeri tekan abdomen (-)
Genitalia : perdarahan (-)
A P1A1, 26 tahun, post kuretase H-1 atas indikasi abortus inkomplit
P Pengawasan KU, TTV, PPV
BLPL
Amoxixilin 3x500 mg
Sulfas Ferosus 2x1

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

13
3.1 Definisi Abortus
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan. Sebagai Batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram
3.2 Klasifikasi Abortus
Hingga saat ini terdapat berbagai klisifikasi abortus, berikut ini akan disampaikan dua jenis
klasifikasi abortus berdasarkan atas terjadinya/legalitas dan gambaran klinis.
a. Menurut mekanisme terjadinya, abortus dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan sendirinya, tanpa provokasi dan
intervensi.
2) Abortus buatan/ direncanakan adalah abortus yang terjadi karena diprovokasi, yang
dibedakan atas:
a) Abortus provokatus medisinalis, yaitu abortus yang dilakukan atas indikasi
medis dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan ibu dan atau janin.
b) Abortus provokatus kriminalis, yaitu abortus yang dilakukan tanpa indikasi
medis.
b. Menurut gambaran klinis, abortus dibagi menjadi
1) Abortus Iminens
Abortus iminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dimana ostium uteri masih tertutup, hasil konsepsi masih baik
dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi seviks.
2) Abortus Insipiens
Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada pada kehamilan sebelum
20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi
masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran. Dalam hal ini, penderita
akan merasa mulas karena kontraksi yang sering dan kuat, perdarahan bertambah
sesuai dengan pembukaan serviks. Besar uterus masih sesuai dengan umur kehamilan
dan tes urin kehamilan masih positif.
3) Abortus Inkompletus

14
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi dari kavum uteri dan
masih ada yang tertinggal yaitu pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram. Pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka dan
jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari
ostium uteri eksternum. Perdarahan pada abortus inkomplit dapat banyak sekali,
sehingga menyebabkan syok dan perdarahan tidak berhenti sebelum sisa hasil
konsepsi dikeluarkan.
4) Abortus kompletus
Abortus kompletus adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Pada abortus
kompletus semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, osteum uteri telat menutup, uterus
sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit.
5) Abortus habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut
6) Abortus infeksiosus, abortus septik
Abortus infeksiosus adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia. Diagnosis
ditegakkan dengan adanya abortus yang disertai gejala dan tanda infeksi alat
genitalia, seperti panas, takikardia, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang
membesar, lembek, serta nyeri tekan, dan leukositosis. Abortus septik ialah abortus
yang disertai penyebaran infeksi pada darah tubuh atau peritoneum (septicemia atau
peritonitis)
7) Missed abortion
Missed abortion adalah abortus yang ditandai drngan embrio atau fetus telah
meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi
seluruhnya masih tertahan dalam kandungan.
8) Kehamilan Anembrionik (Blighted Ovum)
Kehamilan anembrionik merupakan kehamilan patologi dimana mudigah tidak
terbentuk sejak awal walaupun kantong gestasi tetap terbentuk. Di samping mudigah,
kantong kuning telur juga tidak ikut terbentuk.

3.3 Definisi Abortus Inkomplit

15
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi dari kavum uteri dan
masih ada yang tertinggal yaitu pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram.

3.4 Epidemiologi Abortus Inkomplit


Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2004 diperkirakan 4,2 juta
abortus terjadi setiap tahun di Asia Tenggara, dengan perincian 1,3 juta dilakukan di
Vietnam dan Singapura, antara 750.000 sampai 1,5 juta di Indonesia, antara 155.000
sampai 750.000 di Filipina, antara 300.000 sampai 900.000 di Thailand. Laporan
epidemiologis menyatakan bahwa di Amerika Serikat angka kejadian abortus spontan
berkisar antara 10-20% dari kehamilan. Angka kejadian abortus inkomplit bervariasi
antara 16-21%. Laporan dari rumah sakit pendidikan di Indonesia menunjukkan kejadian
abortus bervariasi antara 2,5-15%. Data pada dinas kesehatan Sumatera Utara didapatkan
angka kejadian abortus inkomplit pada tahun 2011 adalah 9,75%.

3.5 Etiologi
Mekanisme pasti yang bertanggungjawab atas peristiwa abortus tidak selalu tampak jelas.
Kematian janin sering disebabkan oleh abnormalitas pada ovum atau zigot atau oleh
penyakit sistemik pada ibu, dan kadang-kadang juga disebabkan oleh penyakit dari
ayahnya.
1. Faktor Genetik
Lima puluh persen sampai tujuh puluh persen abortus spontan terutama abortus
rekuren disebabkan oleh kelainan genetik. Kelainan genetik menjadi penyebab 70% 6
minggu pertama, 50% sebelum 10 minggu, dan 5% setelah 12 minggu. Kelainan ini
dapat disebabkan faktor maternal maupun paternal. Gamet jantan berkontribusi pada
50% material genomik embrio. Mekanisme yang dapt berkontribusi menyebabkan
kelainan genetik adalah kelainan kromosom sperma, kondensasi kromatin abnormal,
fragmentasi DNA, peningkatan apoptosis, dan morfologi sperma yang abormal.
Sekitar 42% struktur vili korionik abnormal akibat gangguan genetik.

2. Gangguan plasenta

16
Mayoritas kasus abortus berkaitan dengan kelainan genetik maupun kelainan
perkembangan plasenta terutama pada vili korionik yang berperan sebagai unit
fungsional plasenta dalam hal transpor oksigen dan nutrisi pada fetus. Penelitian
histologi Haque, et al. pada 128 sisa konsepsi abortus, ditunjukkan bahwa 97%
menunjukkan vili plasenta berkurang, 83% vili mengalami fibrosis stroma, 75%
mengalami degenerasi fibroid, dan 75% mengalami pengurangan pembuluh darah.
Inflamasi dan gangguan genetik dapat menyebabkan aktivasi proliferasi mesenkim
dan edema stroma vili. Keadaan ini akan berlanjut membentuk sisterna dan digantikan
dengan jaringan fibroid. Pada abortus, pendarahan yang merembes melalui desidua
akan membentuk lapisan di sekeliling vili korionik. Kemudian, material pecah dan
merangsang degenerasi fibrinoid.
3. Kelainan uterus
Kelainan uterus dapat dibagi menjadi kelainan akuisita dan kelainan yang timbul
dalam proses perkembangan janin. Cacat uterus akuisita yang berkaitan dengan
abortus adalah leiomioma dan perlekatan intrauteri. Miomektomi sering
mengakibatkan jaringan parut uterus yang dapat mengalami ruptur pada kehamilan
berikutnya, sebelum atau selama persalinan. Perlekatan intrauteri (sinekia atau
sindrom Ashennan) paling sering terjadi akibat tindakan kuretase pada abortus yang
terinfeksi atau pada missed abortus atau mungkin pula akibat komplikasi postpartum.
Keadaan tersebut disebabkan oleh destruksi endometrium yang sangat luas.
Selanjutnya keadaan ini mengakibatkan amenore dan abortus habitualis yang diyakini
terjadi akibat endometrium yang kurang memadai untuk mendukung implatansi hasil
pembuahan.
Inkomptensi serviks adalah ketidakmampuan serviks untuk mempertahankan suatu
kehamilan oleh karena defek fungsi maupun struktur pada serviks. Inkompetensi
serviks biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua dengan insidensi 0,5-8%.
Keadaan ini juga dapat menyebabkan hilangnya barrier mekanik yang memisahkan
kehamilan dari flora bakteri vagina dan kebanyakan asimptomatik. Serviks merupakan
barier mekanik yang memisahkan kehamilan dari flora bakteri vagina.

17
4. Kelainan endokrin :
a. Defek Fase Luteal/ Defisiensi Progesteron
Defek fase luteal disebut juga defisiensi progesteron merupakan suatu keadaan
dimana korpus luteum mengalami kerusakan sehingga produksi progesteron tidak
cukup dan mengakibatkan kurang berkembangnya dinding endometrium.
b. Sindrom ovarium polikistik, hipersekresi LH, dan hyperandrogenemia
Sindrom ovarium polikistik terkait dengan infertilitas dan abortus. Dua mekanisme
yang mungkin menyebabkan hal tersebut terjadi adalah peningkatan hormon LH
dan efek langsung hiperinsulinemia terhadap fungsi ovarium.
c. Faktor Endokrin Sistemik seperti DM atau hipotiroid.
Defisiensi progesteron karena kurangnya sekresi hormon tersebut dari korpus
luteum atau plasenta mempunyai hubungan dengan kenaikan insiden abortus.
Karena progesteron berfungsi mempertahankan desidua, defisiensi hormon tersebut
secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan dengan demikian
turut berperan dalam peristiwa kematiannya.
5. Kelainan Imunologi
Sekitar 15% dari 1000 wanita dengan abortus habitualis memiliki faktor autoimun.
Faktor autoimun misal SLE, APS, antikoagulan lupus, antibodi antikardiolipin.
Insidensi berkisar 1-5% tetapi risikonya mencapai 70%. Selain itu, faktor autoimun
dapat mempengaruhi melalui HLA. Bila kadar atau reseptor leptin menurun, terjadi
aktivasi sitokin proinflamasi, dan terjadi peningkatan risiko abortus. Mekanismenya
berhubungan dengan timbal balik aktif reseptor di vili dan ekstravili tropoblas.
6. Infeksi
Berbagai macam infeksi dapat menyebabkan abortus pada manusia, tetapi hal ini tidak
umum terjadi. Organisme seperti Treponema pallidum, Chlamydia trachomatis,
Neisseria gonorhoeae, Streptococcus agalactina, virus herpes simpleks,
sitomegalovirus, Listeria monocytogenes dicurigai berperan sebagai penyebab
abortus. Toxoplasma juga disebutkan dapat menyebabkan abortus. Isolasi
Mycoplasma hominis dan Ureaplasma urealyticum dari 4 traktus genetalia sebagaian
wanita yang mengalami abortus telah menghasilkan hipotesis yang menyatakan bahwa

18
infeksi mikoplasma yang menyangkut traktus genetalia dapat menyebabkan abortus.
Dari kedua organisme tersebut, Ureaplasma Urealyticum merupakan penyebab utama.
7. Penyakit kronik
Pada awal kehamilan, penyakit-penyakit kronis yang melemahkan keadaan ibu
misalnya penyakit tuberkulosis atau karsinomatosis jarang menyebabkan abortus.
Hipertensi jarang disertai dengan abortus pada kehamilan sebelum 20 minggu, tetapi
keadaan ini dapat menyebabkan kematian janin dan persalinan prematur. Pada saat ini,
hanya malnutrisi umum sangat berat yang paling besar kemungkinanya menjadi
predisposisi meningkatnya kemungkinan abortus.
8. Trauma
Sekitar 7% wanita mengalami trauma selama kehamilan tetapi banyak kasus yang
tidak dilaporkan. Pada umumnya, mekanisme trauma yang paling banyak adalah
jatuh sendiri dan kesengajaan. Keadaan ini akan menyebabkan abrupsio plasenta,
pendarahan fetomaternal, rupture uteri, trauma janin langsung

3.6 Faktor Risiko


Faktor risiko abortus yaitu:
 Bertambahnya usia ibu
Abortus meningkat dengan pertambahan umur setelah usia 30 tahun. Risiko
berkisar 13,3% pada usia 12-19 tahun; 11,1% pada usia 20-24 tahun; 11,9% pada
usia 25-29 tahun; 15% pada usia 30-34 tahun; 24,6% pada usia 35-39%; 51% usia
40-44 tahun; 93,4% pada usia 45 tahun ke atas. Baru-baru ini peningkatan usia ayah
dianggap sebagai suatu faktor risiko terjadinya abortus. Suatu penelitian yang
dilakukan di Eropa melaporkan bahwa risiko abortus tertinggi ditemukan pada
pasangan dimana usia wanita ≥35 tahun dan pria ≥40 tahun
 Riwayat abortus
Risiko pasien dengan riwayat abortus untuk kehamilan berikutnya ditentukan dari
frekuensi riwayatnya. Pada pasien yang baru mengalami riwayat 1 kali berisiko
19%, 2 kali berisiko 24%, 3 kali berisiko 30%, dan 4 kali berrisiko 40%.

19
 Kebiasaan orang tua
- Merokok dihubungkan dengan peningkatan risiko abortus. Risiko abortus
meningkat 1,2-1,4 kali lebih besar untuk setiap 10 batang rokok yang
dikonsumsi setiap hari. Asap rokok mengandung banyak ROS (Reactive
Oxygen Spesies) yang akan mendestruksi organel seluler melalui kerusakan
mitrokondria, nukleus, dan membran sel. Selain itu, secara tidak langsung
ROS (Reactive Oxygen Spesies) akan menyebabkan kerusakan sperma. Hal
ini menyebabkan fragmentasi DNA rantai tunggal maupun ganda sperma.
- Konsumsi alkohol selama 8 minggu pertama kehamilan. Tingkat aborsi
spontan dua kali lebih tinggi pada wanita yang minum alkohol 2x/minggu
dan tiga kali lebih tinggi pada wanita yang mengkonsumsi alkohol setiap
hari.
- Kafein dosis rendah tidak mempunyai hubungan dengan abortus. Akan
tetapi pada wanita yang mengkonsumsi 5 cangkir (500mg kafein) kopi
setiap hari menunjukkan tingkat abortus yang sedikit lebih tinggi.
- Alat kontrasepsi dalam rahim yang gagal mencegah kehamilan
menyebabkan risiko abortus, khususnya abortus septik meningkat.

3.7 Patogenesis Abortus Inkomplit


Proses abortus inkomplit dapat berlangsung secara spontan maupun sebagai
komplikasi dari abortus provokatus kriminalis ataupun medisinalis. Proses terjadinya
berawal dari pendarahan pada desidua basalis yang menyebabkan nekrosis jaringan
diatasnya. Selanjutnya sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas dari dinding uterus.
Hasil konsepsi yang terlepas menjadi benda asing terhadap uterus sehingga akan
dikeluarkan langsung atau bertahan beberapa waktu.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan
seluruhnya karena villi korialies belum menembus desidua secara mendalam. Pada
kehamilan antara 8 minggu sampai 14 minggu villi koriales menembus desidua lebih
dalam sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan
banyak perdarahan.

20
Pada kehamilan lebih dari 14 minggu umumnya yang pertama dikeluarkan setelah
ketuban pecah adalah janin, disusul kemudian oleh plasenta yang telah lengkap terbentuk.

3.8 Gambaran Klinis Abortus Inkomplit


Gejala umum yang merupakan keluhan utama berupa perdarahan pervaginam derajat
sedang sampai berat disertai dengan kram pada perut bagian bawah, bahkan sampai ke
punggung. Janin kemungkinan sudah keluar bersama-sama plasenta pada abortus yang
terjadi sebelum minggu ke-10, tetapi sesudah usia kehamilan 10 minggu, pengeluaran
janin dan plasenta akan terpisah. Perdarahan biasanya masih terjadi, jumlahnya pun bisa
banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian
placental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus menerus. Pasien dapat
jatuh dalam keadaan anemia atau syok hemoragik sebelum sisa jaringan konsepsi
dikeluarkan.

3.9 Diagnosis Abortus Inkomplit


Diagnosis abortus inkomplit ditegakkan berdasarkan gambaran klinis melalui anamnesis
dan hasil pemeriksaan fisik, setelah menyingkirkan kemungkinan diagnosis banding lain,
serta dilengkapi dengan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik mengenai status
ginekologis meliputi pemeriksaan abdomen, inspikulo dan vaginal toucher. Palpasi tinggi
fundus uteri pada abortus inkomplit dapat sesuai dengan umur kehamilan atau lebih
rendah. Pemeriksaan penunjang berupa USG akan menunjukkan adanya sisa jaringan.
Tidak ada nyeri tekan ataupun tanda cairan bebas seperti yang terlihat pada kehamilan
ektopik yang terganggu. Pemeriksaan dengan menggunakan spekulum akan
memperlihatkan adanya dilatasi serviks, mungkin disertai dengan keluarnya jaringan
konsepsi atau gumpalan-gumpalan darah. Bimanual palpasi untuk menentukan besar dan
bentuk uterus perlu dilakukan sebelum memulai tindakan evakuasi sisa hasil konsepsi
yang masih tertinggal. Menentukan ukuran sondase uterus juga penting dilakukan untuk
menentukan jenis tindakan yang sesuai.

21
3.10 Diagnosis Banding
Diagnosis Gejala Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang
banding
Abortus - perdarahan dari - TFU sesuai dengan umur - tes kehamilan urin masih
iminens uterus pada kehamilan positif
kehamilan sebelum - Dilatasi serviks (-) - USG : gestasional sac (+),
20 minggu berupa fetal plate (+), fetal
flek-flek movement (+), fetal heart
- nyeri perut ringan movement (+)
- keluar jaringan (-)
Abortus - perdarahan banyak - TFU sesuai dengan umur - tes kehamilan urin masih
insipient dari uterus pada kehamilan positif
kehamilan sebelum - Dilatasi serviks (+) - USG : gestasional sac (+),
20 minggu fetal plate (+), fetal
- nyeri perut berat movement (+/-), fetal heart
- keluar jaringan (-) movement (+/-)
Abortus - perdarahan banyak - TFU kurang dari umur - tes kehamilan urin masih
inkomplit / sedang dari uterus kehamilan positif
pada kehamilan - Dilatasi serviks (+) - USG : terdapat sisa hasil
sebelum 20 minggu - teraba jaringan dari konsepsi (+)
- nyeri perut ringan cavum uteri atau masih
- keluar jaringan menonjol pada osteum
sebagian (+) uteri eksternum
Abortus - perdarahan (-) - TFU kurang dari umur - tes kehamilan urin masih
komplit - nyeri perut (-) kehamilan positif
- keluar jaringan (+) - Dilatasi serviks (-) bila terjadi 7-10 hari setelah
abortus.
USG : sisa hasil konsepsi (-)
Missed - perdarahan (-) - TFU kurang dari umur - tes kehamilan urin negatif
abortion - nyeri perut (-) kehamilan setelah 1 minggu dari
- biasanya tidak - Dilatasi serviks (-) terhentinya pertumbuhan
merasakan keluhan kehamilan.
apapun kecuali - USG : gestasional sac (+),
merasakan fetal plate (+), fetal
pertumbuhan movement (-), fetal heart
kehamilannya tidak movement (-)
seperti yang
diharapkan. Bila
kehamilannya > 14
minggu sampai 20
minggu penderita
merasakan
rahimnya semakin
mengecil, tanda-
tanda kehamilan
sekunder pada
payudara mulai
menghilang.
Mola - Tanda kehamilan - TFU lebih dari umur - Tes kehamilan urin masih
hidatidosa (+) kehamilan positif

22
- Terdapat banyak - Terdapat banyak atau (Kadar HCG lebih dari
atau sedikit sedikit gelembung mola 100,000 mIU/mL)
gelembung mola - DJJ (-) - USG : adanya pola badai
- Perdarahan banyak salju (Snowstorm).
/ sedikit
- Nyeri perut (+)
ringan
- Mual - muntah (+)
Blighted - Perdarahan berupa - TFU kurang dari usia - tes kehamilan urin positif
ovum flek-flek kehamilan - USG : gestasional sac (+),
- Nyeri perut ringan - OUE menutup namun kosong (tidak terisi
- Tanda kehamilan janin).
(+)
KET - Nyeri abdomen (+) - Nyeri abdomen (+) - Lab darah : Hb rendah,
- Tanda kehamilan - Tanda-tanda syok (+/-) : eritrosit dapat meningkat,
(+) hipotensi, pucat, leukosit dapat meningkat.
- Perdarahan ekstremitas dingin. - Tes kehamilan positif
pervaginam (+/-) - Tanda-tanda akut - USG : gestasional sac
abdomen (+) : perut diluar cavum uteri.
tegang bagian bawah,
nyeri tekan dan nyeri
lepas dinding abdomen.
- Rasa nyeri pada
pergerakan servik.
- Uterus dapat teraba agak
membesar dan teraba
benjolan disamping uterus
yang batasnya sukar
ditentukan.
- Cavum douglas menonjol
berisi darah dan nyeri bila
diraba

3.11 Penatalaksanaan Abortus Inkomplit


Terlebih dahulu dilakukan penilaian mengenai keadaan pasien dan diperiksa
apakah ada tanda-tanda syok. Penatalaksanaan abortus spontan dapat dilakukan dengan
menggunakan teknik pembedahan maupun medis. Teknik pembedahan dapat dilakukan
dengan pengosongan isi uterus baik dengan cara kuretase maupun aspirasi vakum. Induksi
abortus dengan tindakan medis menggunakan preparat antara lain : oksitosin intravenus,
larutan hiperosmotik intraamnion seperti larutan salin 20% atau urea 30%, prostaglandin
E2, F2a dan analog prostaglandin yang dapat berupa injeksi intraamnion, injeksi
ekstraokuler, insersi vagina, injeksi parenteral maupun per oral, antiprogesteron - RU 486
(mefepriston), atau berbagai kombinasi tindakan tersebut diatas.

23
Pada kasus-kasus abortus inkomplit, dilatasi serviks sebelum tindakan kuretase
sering tidak diperlukan. Pada banyak kasus, jaringan plasenta yang tertinggal terletak
secara longgar dalam kanalis servikalis dan dapat diangkat dari ostium eksterna yang
sudah terbuka dengan memakai forsep ovum atau forsep cincin. Bila plasenta seluruhnya
atau sebagian tetap tertinggal di dalam uterus, induksi medis ataupun tindakan kuretase
untuk mengevakuasi jaringan tersebut diperlukan untuk mencegah terjadinya perdarahan
lanjut. Perdarahan pada abortus inkomplit kadang-kadang cukup berat, tetapi jarang
berakibat fatal. Evakuasi jaringan sisa di dalam uterus untuk menghentikan perdarahan
dilakukan dengan cara:
1. Evakuasi dapat dilakukan secara digital atau cunam ovum untuk mengeluarkan
hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika pendarahan berhenti, beri
ergometrin 0,2 mg intramuskular atau misoprostol 400 mcg per oral.
2. Evakuasi hasil konsepsi dengan:
- Aspirasi Vakum merupakan metode evakuasi yang terpilih. Evakuasi dengan
kuret tajam sebaiknya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
- Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg
intramuskular (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg per
oral (dapat diulangi setelah 4 jam jika perlu).

3.12 Komplikasi Abortus Inkomplit


Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah terjadinya perdarahan, perforasi
uterus, infeksi, dan syok hemoragik
 Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah
 Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretrofleksi
 Infeksi
 Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik ) dan
infeksi berat

24
3.13 Prognosis Abortus Inkomplit
Abortus inkomplit yang di evakuasi lebih dini tanpa disertai infeksi memberikan
prognosis yang baik terhadap ibu.

25
BAB IV
ANALISIS KASUS

Kasus Teori dan Pembahasan


Diagnosa Masuk: Abortus Inkomplit
 Penegakan diagnosis Abortus Inkomplit
Pasien Ny. RW, G2P1A0, 26 tahun, hamil 12
didapatkan dari hasil anamnesis, pemeriksaan
minggu 3 dengan abortus inkomplit. fisik dan pemeriksaan penunjang. Ananmnesis
yang didapatkan dari pasien pasien
mengeluhkan keluar darah dari jalan lahir
Pemeriksaan fisik :
sejak 1 hari SMRS. Selain keluar darah, pasien
Kesadaran : Composmentis juga mengaku keluar gumpalan seperti daging

TD : 120/70 mmHg dalam jumlah yang cukup banyak. Pasien juga


mengeluhkan adanya nyeri perut pada bagian
RR : 22 x/menit
bawah.
HR : 80 x/menit T : 36,7ºC
 Pada pemeriksaan fisik dengan inspekulo
didapatkan adanya darah yang keluar dari
Inspekulo :
kanalis servikalis. Pada pemeriksaan VT
 Terdapat darah yang keluar dari masih terdapat pembukaan serviks, teraba
kanalis servikalis
VT : jaringan pada kanalis servikalis.

 Pembukaan serviks (+)  Pada pemeriksaan penunjang tampak


 Teraba jaringan pada kanalis servikalis gestational sac intrauterine dengan batas tidak
 Nyeri goyang porsio (-) beraturan dan terdapat massa hiperekoik
 Massa adneksa (-) dengan bentuk yang tidak beraturan, cairan
bebas intraabdomen (-)
Pemeriksaan USG : Abortus Inkomplit
Uterus antefleksi, besar biasa dengan ukuran 67.7  Berdasarkan teori Abortus Inkomplit adalah
mm x 59.7 mm x 46.8 mm; tampak gestational sac Abortus inkomplit adalah pengeluaran
intrauterine dengan batas tidak beraturan, tampak sebagian hasil konsepsi dari kavum uteri dan
massa hiperekoik dengan bentuk yang tidak masih ada yang tertinggal yaitu pada
beraturan, dan cairan bebas intraabdomen (-) kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram.

26
 Gambaran klinis pada abortus inkomplit yaitu
Pemeriksaan Lab : perdarahan pervaginam derajat sedang sampai
berat disertai dengan kram pada perut bagian
 Leukosit: 9.7 ribu/uL
bawah, bahkan sampai ke punggung. Janin
 Eritrosit: 3.3 juta/uL (turun)
kemungkinan sudah keluar bersama-sama
 Hemoglobin: 10.1 g/dL (turun) plasenta pada abortus yang terjadi sebelum
minggu ke-10, tetapi sesudah usia kehamilan
 Trombosit : 222 uL
10 minggu, pengeluaran janin dan plasenta
 Protein urin: (-) akan terpisah. Pasien dapat jatuh dalam

 APTT Test : 29.1 detik keadaan anemia atau syok hemoragik


sebelum sisa jaringan konsepsi dikeluarkan.
 PT Test : 10.8 detik
 Pada pemeriksaan USG didapatkan besar
 Golongan Darah : A
uterus sesuai usia kehamilan atau lebih kecil
 Rhesus : Positif dari umur kehamilan, kantong gestasi sudah

 HbsAg : 0.0 sulit dikenali, di kavum uteri tampak massa


hiperekoik yang bentuknya tidak beraturan

 Pada pemeriksaan lab didapatkan kadar


leukosit normal yang menandakan tidak
adanya infeksi. Kadar Hb yang rendah
mnurun menandakan adanya perdarahan
dalam jumlah yang banyak

 Etiologi terjadinya abortus dapat disebabkan


karena faktor genetik, kelainan kongenital
uterus, autoimun, defek fase luteal, infeksi,
hematologik, dan lingkungan (trauma)
 Faktor Resiko Abortus Inkomplit adalah
bertambahnya usia ibu terutama pada usia ibu
>30 tahun yang meningkatkan kejadian
abortus, riwayat abortus sebelumnya, dan
kebiasaan orang tua seperti merokok,
mengkonsusmi alkohol dan kafein

27
Tatalaksana :  Observasi pengawasan KU, TTV dan PPV
1. Observasi keadaan umum, tanda vital, dan Pada pasien ini perlu dilakukan pengawasan
perdarahan pervaginam tanda vital, keadaan umum dan PPV karena
2. Pemeriksaan laboratorium darah rutin pasien dapat jatuh dalam anemia dan syok
3. Edukasi pasien untuk tirah baring hemoragik akibat perdarahannya. Pasien juga

4. Infus RL 500 cc 20 tpm perlu distabilkan hemodinamiknya untuk

5. Program kuretase kemudian disiapkan tindakan kuretase.

G2P1A0, 26 tahun, hamil 12 minggu 3 hari dengan


 Manajemen pada Abortus Inkomplit :
abortus inkomplit.
 Tindakan kuretase harus dilakukan secara
hati-hati sesuai dengan keadaan umum ibu
Tatalaksana:
dan besarnya uterus. Tindakan yang
- Program Kuretase
dianjurkan ialah dengan kuret vakum
- Post Kuretase : pemberian antibiotik dan
uterotonika menggunakan kanula dari plastik. Pasca
tindakan perlu diberikan uterotonika
parenteral dan per oral dan antibiotika
untuk mencegah terjadinya perforasi uterus
dan infeksi pasca tindakan kuretase.

28
BAB V
KESIMPULAN

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 15-50% kematian ibu disebabkan


oleh abortus. Didunia, angka kematian ibu dan bayi yang tertinggi adalah di Asia Tenggara,
menurut data WHO persentase kemungkinan terjadinya abortus cukup tinggi. Sekitar 60-
75% angka abortus terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 12 minggu. Di dunia terjadi
20 juta kasus abortus tiap tahun dan 70.000 wanita meninggal karena abortus tiap tahunnya.
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi dari kavum uteri dan masih
ada yang tertinggal yaitu pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang
dari 500 gram. Gejala umum yang merupakan keluhan utama berupa perdarahan
pervaginam derajat sedang sampai berat disertai dengan kram pada perut bagian bawah,
bahkan sampai ke punggung. Perdarahan biasanya masih terjadi, jumlahnya pun bisa
banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian
placental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus menerus. Pasien dapat
jatuh dalam keadaan anemia atau syok hemoragik sebelum sisa jaringan konsepsi
dikeluarkan.
Diagnosis abortus inkomplit ditegakkan berdasarkan gambaran klinis melalui
anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik, setelah menyingkirkan kemungkinan diagnosis
banding lain, serta dilengkapi dengan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik mengenai
status ginekologis meliputi pemeriksaan abdomen, inspikulo dan vaginal toucher. Palpasi
tinggi fundus uteri pada abortus inkomplit dapat sesuai dengan umur kehamilan atau lebih
rendah. Pemeriksaan penunjang berupa USG akan menunjukkan adanya sisa jaringan.
Tidak ada nyeri tekan ataupun tanda cairan bebas seperti yang terlihat pada kehamilan
ektopik yang terganggu. Pemeriksaan dengan menggunakan spekulum akan
memperlihatkan adanya dilatasi serviks, mungkin disertai dengan keluarnya jaringan
konsepsi atau gumpalan-gumpalan darah. Bimanual palpasi untuk menentukan besar dan
bentuk uterus perlu dilakukan sebelum memulai tindakan evakuasi sisa hasil konsepsi yang
masih tertinggal.

29
Ny. RW ditetapkan diagnosis G2P1A0 26 tahun, hamil 12 minggu 3 hari dengan
abortus inkomplit, karena berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang
didapatkan gejala dan tanda dari abortus inkomplit, yaitu perdarahan dari jalan lahir yang
disertai keluarnya sebagian hasil konsepsi pada usia kehamilan < 20 minggu atau berat
janin < 500 gram. Pada pemeriksaan USG dijumpai bahwa uterus antefleksi, besar biasa
ukuran 67.7 mmx 59.7 mm x 46.8 mm; tampak gestasional sac intrauterine dengan batas
tidak beraturan, tampak massa hiperekoik dengan batas yang tidak beraturan, dan cairan
bebas intrabdomen (-). Pada pemeriksaan laboratorium 18 Desember 2019, hasil pelaporan
didapatkan hasil hemoglobin 10.1 g/dL (11.7-15.5). Golongan darah A, rhesus positif,
APTT test 29.1 detik (25.5-42.1), PT test 10.8 detik (9.3-11.4). Pada pemeriksaan
imunologi darah didapatkan HbsAg non reaktif. Tatalaksana pada pasien ini dilakukan
tindakan kuretase. Pasca tindakan diberikan uterotonika parenteral ataupun per oral dan
antibiotika.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Wibowo B. Wiknjosastro GH. Kelainan dalam Lamanya Kehamilan. Dalam :


Wiknjosastro GH, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editor. Hmu Kebidanan.Edisi 5.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo ; 2002 : hal.302 – 312
2. Abortion. In : Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Bilstrap LC,
Wenstrom KD, editors. William Obsetrics. 22nd ed. USA : The McGraw-Hills
Companies, Inc ; 2005 : p. 231-247
3. Pedoman Diagnosis – Terapi Dan Bagian Alir Pelayanan Pasien, Lab/SMF Obstetri
dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana RS Sanglah Denpasar.
2003
4. Abortion. In: Leveno KJ, et all. Williams Manual of Obstetrics. USA:McGraw-Hill
Companies, 2003 : p. 45 – 55
5. Stovall TG. Early Pregnancy Loss and Ectopic Pregnancy. In : Berek JS, et all.
Novak's Gynaecology. 13th ed. Philadelphia; 2002 : p. 507 - 9.
6. Mansjoer, A. Dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: 270-273
7. Saifudin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, Waspodo D. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 2002
8. Wiknjosastro GH, Saifflidin AB, Rachimadhi T. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirorahardjo, 2000
9. Tien JC & Tan TYT. Non surgical intervensions for threatened and recurrent
miscarriages. Singapore Med J, 2007; 48(12): 1074

31

Anda mungkin juga menyukai