Anda di halaman 1dari 33

I.

Elemen Transmisi
a. Roda Gigi
Gear (Roda Gigi)1 merupakan komponen mekanikal yang
menstransmisi-kan daya dan gerakan diantara sumbunya. Gear
juga dapat mengubah arah putaran dan mengubah gerakan rotasi
menjadi gerakan linier. Gear menjadi komponen permesinan yang
digunakan diberbagai industri seperti: automotive industries, coal
plants industry, steel plants industry, paper industry, etc.
Gear biasaya digunakan dengan dua tujuan dasar:
i. Menaikkan atau menurunkan kecepatan putar
ii. Menaikkan atau menurunkan daya (power) atau torsi
(torque)2.
Berikut ini adalah klasifikasi daripada gear:

 Parallel Axes : Spur Gear

• Spur gear berbentuk silindris dengan gigi lurus dan parallel


terhadap sumbunya.
• Merupakan bentuk yang paling banyak dipakai
• Variasi dari spur gear adalah pinion, rack dan internal gear

• Parallel Axes : Helical Gear

• Helical gear digunakan jika efisiensi dan quieter operation


penting (biasanya banyak dipakai di automobile)
• Helix angle antara 7-23 degree; power
• Daya yang dihasilkan besar dan kecepatan tinggi
• Sudut Helix harus sama untuk pasangan gear

• Parallel Axes : Herringbone Gear

• Herringbone gear menggunakan dua Helical gear yang


dipasangkan berlawanan disisi-sisinya.
• Dengan cara tersebut axial thrust dapat dicancel.
 Intersecting Axes : Bevel Gear

• Bevel gear memiliki bentuk konis. Straight Bevel gear giginya


berbentuk lurus, sedangkan Spiral Bevel gear berbentuk spiral.
• Zerol Bevel gear merupakan bentuk khusus dari spiral bevel
gear, dimana sudut spiralnya nol dan memiliki karakteristik
Straight dan Spiral Bevel gear.
• Digunakan untuk merubah arah putaran

 Intersecting Axes : Miter Gear

• Miter gear adalah Bevel gear dengan jumlah gigi-gigi yang


sama, sehingga rationya selalu 1:1
• Tidak digunakan untuk merubah kecepatan putar
 NonIntersecting Axes : Screw Gear

• Screw gear merupakan Helical gear yang digunakan untuk


menghubungkan poros nonparallel, nonintersecting. Disebut
juga Crossed Helical gear
• Screw gear operasinya quit dan smooth, meskipun demikian
tidak cocok digunakan untuk mentransmisikan daya tinggi.
• NonIntersecting Axes : Hypoid Gear

• Hypoid gear merupakan Bevel gear yang digunakan untuk


industri otomotif. Bentuknya seperti Spiral Bevel gear tapi sulit
dimanufaktur.

• NonIntersecting Axes : Worm Gear

• Worm memiliki bentuk seperti ulir, dimana face nya lebih lebar
dari diameternya.
• Diameter Worm gear biasanya lebih lebar dari facenya.

• Rasio giginya sangat fleksibel, untuk aplikasi yang


membutuhkan quit dan smooth.

b. Pulley (Puli)
Pulley merupakan tempat bagi ban mesin/sabuk atau belt
untuk berputar. Sabuk atau ban mesin dipergunakan untuk
mentrans-misikan daya dari poros yang sejajar.Jarak antara
kedua poros ter-sebut cukup panjang , dan ukuran ban mesin
yang dipegunakan dalam sistem transmisi sabuk ini tergantung
dari jenis ban sendiri.
Berdasarkan pada jenis kedudukannya, pulley dibagi
menjadi beberapa jenis, yakni adalah puli tetap (fixed pulley), puli
tidak tetap (moving pulley) dan gabungan antara keduanya.
Berikut ini adalah gambar contoh dari jenis pulli tersebut.

Keterangan: Merah : adalah pulli yang dipasang/dipaten ke objek


padat

Biru :Ujung dari belt yang dipasang/dipaten ke


objek padat

Kuning : pulli yang dipasang bersamaan

Sehingga, ketika belt bergerak, fixed pulley tidak akan berpindah


posisi, melainkan hanya akan berotasi saja. Sedangkan Moving pulley
akan bergerak karena tidak memiliki penahan, seperti terlihat pada
skema diatas.

Pulli itu sendiri biasanya memiliki belt yang dibentuk sedemikian


rupa agar belt dapat bergerak secara optimum terhadap pulli. Sehingga
ditinjau dari bentuknya, puli memiliki beberapa jenis bentuk seperti
berikut

Sedangkan bentuk permukaannya tidak selalu rata, namun adapula yang


bergerigi seperti gambar berikut:

Dapat terlihat bahwa dengan permukaan bergerigi pada pulley,


konsekuensinya adalah permukaan beltnya juga didesain bergerigi
mengikuti bentuk permukaan beltnya. Penjelasan mengenai bentuk –
bentuk dari sabuk atau belt akan dijelaskan lebih lanjut pada bagian
selanjutnya.
c. Sproket

Sproket adalah roda bergerigi yang


berpasangan dengan rantai, track, atau benda panjang
yang bergerigi lainnya. Sproket berbeda dengan roda
gigi; sproket tidak pernah bersinggungan dengan
sproket lainnya dan tidak pernah cocok. Sproket juga
berbeda dengan puli di mana sproket memiliki gigi
sedangkan puli pada umumnya tidak memiliki gigi.

Sproket yang digunakan pada sepeda, sepeda motor, mobil,


kendaraan roda rantai, dan mesin lainnya digunakan untuk
mentransmisikan gaya putar antara dua poros di mana roda gigi tidak
mampu menjangkaunya.

Pada sepeda, pengubahan rasio kecepatan


putar secara keseluruhan dilakukan dengan
memvariasikan diameter dari sproket. Perubahan
diameter sproket akan mengubah jumlah gigi dari
sproket. Ini adalah dasar dari derailleur gear. Misal,
sepeda dengan 10 speed bisa didapatkan dengan
menggunakan dua sproket pada poros penggerak
dan 5 sproket pada poros roda. Rasio kecepatan
yang rendah menguntungkan pengguna sepeda di
jalan yang menanjak, sedangkan rasio kecepatan
yang tinggi memudahkan untuk bergerak cepat di jalan yang datar.

Pada sepeda motor, tidak ada pengubahan diameter sproket


ketika bergerak. Namun perubahan diameter sproket secara manual
mampu mengubah tingkat akselerasi dan kecepatan tertinggi dari
sepeda motor.

Sproket juga digunakan pada kendaraan roda rantai. Pada


kendaraan jenis ini, jumlah sproket yang terlibat banyak, namun sproket
yang menggerakan hanya satu, dua, atau tiga. Sproket yang
menggerakan, jika jumlahnya satu, biasanya berada di depan atau
belakang kendaraan. Dengan dua sproket penggerak, posisi sproket ada
di depan dan belakang. Sproket penggerak ketiga bisa terletak di mana
saja dan biasanya posisinya lebih tinggi dari sproket penggerak yang
lain.

Sprocket pada kendaraan berat

II. Elemen Penghubung


a. Belt (Sabuk)
Ban (sabuk) atau belt merupakan suatu material yang berbentuk
seperti pada gambar dibawah ini. Sabuk (belt) digunakan untuk
menghubungkan dua atau lebih pulli, yakni untuk
mentransmisikan gerakan antar satu puli pada puli lainnya.
Terdapat berbagai macam jenis dan bentuk dari belt, yang jelas
bentuk permukaan dan konstruksi daripada belt telah disesuaikan
sedemikian rupa dengan pasangan pulley nya.

D
iatas merupakan belt konvensional yang biasa digunakan sejak
dulu. Adapula konstruksi terbaru dari belt, yakni High Performance
Composite V Belts (jenis link).
Adapun beberapa keunggulan daripada HPC belt ini yakni:
 Memiliki sifat anti-static
 Sifat anti-static tidak dipengaruhi oleh tingkat kelembapan
 Tingkat vibrasi yang lebih rendah
 Umur belt yang lebih lama

b. Rantai (Chain)

Mata rantai adalah konstruksi yang terdiri dari Bush, roller, link
plate, dan pin. Fungsi dari rantai itu sendiri adalah untuk
menghubungkan dua buah sprocket atau lebih. Sehingga
transmisi daya antar sprocket dilakukan dengan menggunakan
chain (rantai). Contoh konstruksi dari rantai adalah sebagai
berikut:

Rantai itu sendiri memiliki berbagai jenis seperti :


1. Rantai pena silinder
Memiliki ciri-ciri diantaranya adanya pena silinder sebagai
penghubung plat sisi dari rantai yang masing-masing terkunci,
terdiri dari 3 bagian, yaitu pena, plat sisi, dan selubung pena

2. Rantai Gigi
Rantai Gigi dikonstruksikan tanpa ada pena atau bush pengait,
bentuk kaitannya berupa celah pada plat yang tersusun. Selain
itu fungsi pena pada rantai gigi hanya sebagai pivot.
Jenis rantai ini digunakan untuk kebutuhan konstruksi beban
besar, putaran tinggi dan tidak berisik, sehingga rantai ini
disebut “silent chain”

3. Rantai Pembawa (Conveyor Chain)


Mempunyai bentuk khusus yang di rancang agar sesuai
dengan fungsinya sebagai pembawa. Untuk rantai konveyor ini
bentuk gigi dari sproketnya lebih panjang dan dalam.
III. Elemen Putar

Elemen putar pada mesin yang paling umum adalah poros. Poros
adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang
bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley,
flywheel, engkol, sprocket dan elemen pemindah lainnya. Poros bisa
menerima beban lenturan, beban tarikan, beban tekan atau beban
puntiran yang bekerja sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu dengan
lainnya. (Josep Edward Shigley, 1983)

1. Berdasarkan pembebanannya

A. Poros transmisi (transmission shafts)


Poros transmisi lebih dikenal dengan sebutan shaft. Shaft akan
mengalami beban puntir berulang, beban lentur berganti ataupun
kedua-duanya. Pada shaft, daya dapat ditransmisikan melalui gear,
belt pulley, sprocket rantai, dll.
B. Gandar
Poros gandar merupakan poros yang dipasang diantara roda-roda
kereta barang. Poros gandar tidak menerima beban puntir dan hanya
mendapat beban lentur.
C. Poros spindle
Poros spindle merupakan poros transmisi yang relatip pendek,
misalnya pada poros utama mesin perkakas dimana beban utamanya
berupa beban puntiran. Selain beban puntiran, poros spindle juga
menerima beban lentur (axial load). Poros spindle dapat digunakan
secara efektip apabila deformasi yang terjadi pada poros tersebut
kecil.
2. Berdasarkan bentuknya

A. Poros lurus

B. Poros engkol sebagai penggerak utama pada silinder mesin

Ditinjau dari segi besarnya transmisi daya yang mampu


ditransmisikan, poros merupakan elemen mesin yang cocok untuk
mentransmisikan daya yang kecil hal ini dimaksudkan agar terdapat
kebebasan bagi perubahan arah (arah momen putar).
Hal-hal yang harus diperhatikan.

1. Kekuatan poros
Poros transmisi akan menerima beban puntir (twisting moment),
beban lentur (bending moment) ataupun gabungan antara beban
puntir dan lentur.
Dalam perancangan poros perlu memperhatikan beberapa faktor,
misalnya : kelelahan, tumbukan dan pengaruh konsentrasi tegangan
bila menggunakan poros bertangga ataupun penggunaan alur pasak
pada poros tersebut. Poros yang dirancang tersebut harus cukup
aman untuk menahan beban-beban tersebut.
2. Kekakuan poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup aman
dalam menahan pembebanan tetapi adanya lenturan atau defleksi
yang terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian (pada mesin
perkakas), getaran mesin (vibration) dan suara (noise).
Oleh karena itu disamping memperhatikan kekuatan poros, kekakuan
poros juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan jenis mesin
yang akan ditransmisikan dayanya dengan poros tersebut.
3. Putaran kritis
Bila putaran mesin dinaikan maka akan menimbulkan getaran
(vibration) pada mesin tersebut. Batas antara putaran mesin yang
mempunyai jumlah putaran normal dengan putaran mesin yang
menimbulkan getaran yang tinggi disebut putaran kritis. Hal ini dapat
terjadi pada turbin, motor bakar, motor listrik, dll. Selain itu, timbulnya
getaran yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan
bagian-bagian lainnya. Jadi dalam perancangan poros perlu
mempertimbangkan putaran kerja dari poros tersebut agar lebih
rendah dari putaran kritisnya,
4. Korosi
Apabila terjadi kontak langsung antara poros dengan fluida korosif
maka dapat mengakibatkan korosi pada poros tersebut, misalnya
propeller shaft pada pompa air. Oleh karena itu pemilihan bahan-
bahan poros (plastik) dari bahan yang tahan korosi perlu mendapat
prioritas utama.
5. Material poros
Poros yang biasa digunakan untuk putaran tinggi dan beban yang
berat pada umumnya dibuat dari baja paduan (alloy steel) dengan
proses pengerasan kulit (case hardening) sehingga tahan terhadap
keausan. Beberapa diantaranya adalah baja khrom nikel, baja khrom
nikel molebdenum, baja khrom, baja khrom molibden, dll. Sekalipun
demikian, baja paduan khusus tidak selalu dianjurkan jika alasannya
hanya karena putaran tinggi dan pembebanan yang berat saja.
Dengan demikian perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis
proses heat treatment yang tepat sehingga akan diperoleh kekuatan
yang sesuai.
Perhitungan diameter poros.
1. Pembebanan tetap (constant loads)
A. Poros yang hanya terdapat momen puntir saja.
Untuk menghitung diameter poros yang hanya terdapat momen puntir
saja (twisting moment only), dapat diperoleh dari persamaan berikut :

Selain dengan persamaan diatas, besarnya momen puntir pada poros


(twisting moment) juga dapat diperoleh dari hubungan persamaan
dengan variable-variable lainnya, misalnya :
B. Poros yang hanya terdapat momen lentur saja.
Untuk menghitung diameter poros yang hanya terdapat momen lentur
saja (bending moment only), dapat diperoleh dari persamaan berikut :

C. Poros dengan kombinasi momen lentur dan momen puntir.


Jika pada poros tersebut terdapat kombinasi antara momen lentur
dan momen puntir maka perancangan poros harus didasarkan pada
kedua momen tersebut. Banyak teori telah diterapkan untuk
menghitung elastic failure dari material ketika dikenai momen lentur
dan momen puntir, misalnya:
1. Maximum shear stress theory atau Guest’s theory
Teori ini digunakan untuk material yang dapat diregangkan
(ductile), misalnya baja lunak (mild steel).
2. Maximum normal stress theory atau Rankine’s theory
Teori ini digunakan untuk material yang keras dan getas
(brittle), misalnya besi cor (cast iron).

Pada pembahasan selanjutnya, cakupan pembahasan akan lebih


terfokus pada pembahasan baja lunak (mild steel) karena
menggunakan material S45C sebagai material poros. Terkait dengan
Maximum shear stress theory atau Guest’s theory bahwa besarnya
maximum shear stress pada poros dirumuskan :

Tegangan geser yang diizinkan untuk pemakaian umum pada poros


dapat diperoleh dari berbagai cara, salah satu cara diantaranya
dengan menggunakan perhitungan berdasarkan kelelahan puntir
yang besarnya diambil 40% dari batas kelelahan tarik yang besarnya
kira-kira 45% dari kekuatan tarik. Jadi batas kelelahan puntir adalah
18% dari kekuatan tarik, sesuai dengan standar ASME. Untuk harga
18% ini faktor keamanan diambil sebesar . Harga 5,6 ini diambil untuk
bahan SF dengan kekuatan yang dijamin dan 6,0 untuk bahan S-C
dengan pengaruh masa dan baja paduan. Faktor ini dinyatakan
dengan . Selanjutnya perlu ditinjau apakah poros tersebut akan diberi
alur pasak atau dibuat bertangga karena pengaruh konsentrasi
tegangan cukup besar. Pengaruh kekasaran permukaan juga harus
diperhatikan. Untuk memasukan pengaruh ini kedalam perhitungan
perlu diambil faktor yang dinyatakan dalam yang besarnya 1,3
sampai 3,0 (Sularso dan Kiyokatsu suga, 1994: 8).

2. Pembebanan berubah-ubah (fluctuating loads)

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan mengenai


pembebanan tetap (constant loads) yang terjadi pada poros. Dan
pada kenyataannya bahwa poros justru akan mengalami
pembebanan puntir dan pembebanan lentur yang berubah-ubah.

Dengan mempertimbangkan jenis beban, sifat beban, dll. yang terjadi


pada poros maka ASME (American Society of Mechanical Engineers)
menganjurkan dalam perhitungan untuk menentukan diameter poros
yang dapat diterima (aman) perlu memperhitungkan pengaruh
kelelahan karena beban berulang.

IV. Elemen Pengubah Arah Gerak


a. Engkol / Poros Engkol
Contoh elemen yang digunakan untuk mengubah gerakan rotasi
(anguler) menjadi gerakan translasi, atau sebaliknya. Poros engkol
(bahasa Inggris: crankshaft, biasanya mekanik juga menyebutnya kruk
as) adalah sebuah bagian pada mesin yang mengubah gerak
vertikal/horizontal dari piston menjadi gerak rotasi (putaran). Atau pada
mesin tekstil, engkol digunakan untuk mengubah gerakan rotasi dari roda
gigi menjadi gerakan translasi untuk proses pengetekan (beating up
motion).

Crankshaft / Poros engkol menjadi suatu komponen utama dalam


suatu mesin pembakaran dalam. Crankshaft menjadi pusat poros dari
setiap gerakan piston. Pada umumnya crankshaft berbahan besi cor
karena harus dapat menampung momen inersia yang dihasilkan oleh
gerakan naik turun piston. Sehingga fungsi utama dari crankshaft adalah
MENGUBAH gerakan naik turun yang dihasilkan oleh piston menjadi
gerakan memutar yang nantinya akan diteruskan ke transmisi.
Crankshaft harus terbuat dari bahan yang kuat dan mampu menahan
beban atau momen yang kuat karena crankshaft harus menerima
putaran mesin yang tinggi.

Posisi crankshaft berada antara blok mesin bagian bawah dengan


oil pan. Crankshaft menjadi pusat dari putaran mesin. Putaran dari
Crankshaft biasa diteruskan lagi tidak hanya ke transmisi, namun juga ke
camshaft lewat timing belt atau timing gear atau timing chain karena
memiliki putaran timing yang serupa dengan pembukaan valve. Selain itu
putaran dari crankshaft juga biasa diteruskan untuk memutar kompresor
AC dan juga pompa power steering. Namun pada mobil-mobil canggih
saat ini, biasanya kompresor AC dan pompa power steering mendapat
tenaga dari listrik yang dihasilkan mobil, sehingga tidak membebani
(mengurangi) tenaga mesin.

Poros engkol terpasang dibagian bawah pada blok silinder. Poros


engkol disebut juga dengan crank shaft. Pada mesin, crank shaft atau
poros engkol ini memiliki kegunaan yang sangat vital. Poros engkol
berfungsi untuk merubah gerak naik turun piston menjadi gerak putar
dengan perantara conecting rod, gerak ini pada akhirnya juga
menggerakkan roda penerus (fly wheel). Piston menerima tenaga hasil
pembakaran, dan tenaga ini akan diteruskan oleh connecting rod yang
selanjutnya akan dirubah menjadi gerak putar oleh poros engkol. Tenaga
yang sudah dirubah menjadi gerak putar ini, otomatis akan
menggerakkan fly wheel. Karena fly wheel berhubungan langsung
dengan poros engkol ini. Bagian batang torak yang berhubungan dengan
piston adalah small end. Sedangkan bagian batang torak (connecting
rod) yang berhubungan dengan poros engkol disebut dengan big end.

Selain merubah gerak bolak balik piston menjadi gerak putar,


poros engkol juga menerima beban dan tekanan yang sangat tinggi dari
hasil pembakaran oleh piston untuk itu poros engkol haruslah terbuat
dari bahan yang sangat kuat dan tahan lama. Poros engkol berfungsi
merubah gerak turun naik piston melalui batang piston untuk selanjutnya
dirubah menjadi gerak putar, tenaga inilah yang dipakai kendaraan untuk
bisa berjalan. Poros engkol menerima beban yang berat selama
beroperasi, deng an alasan ini maka poros engkol dibuat dari bahan baja
carbon khusus sehingga memiliki daya tahan tinggi. Crank pin terpasang
tidak segaris dengan poros, oleh karena itu poros engkol perlu
ditambahkan counterbalance weight untuk menghindari getaran selama
mesin berputar.

Fungsi poros engkol (crank shaft)

Fungsi poros engkol adalah untuk merubah gerak naik turun


piston (torak) menjadi gerak putar yang akhirnya dapat menggerakkan
roda gila (fly wheel). Tenaga yang dipergunakan untuk menggerakkan
roda kendaraan dihasilkan pada oleh hasil pembakaran (langkah usaha),
kemudian hasil pembakaran ini dapat menggerakan torak, kemudian
melalui batang torak dan dirubah menjadi gerakan putar oleh poros
engkol atau crakshaft.

Poros engkol menerima beban yang sangat besar dari piston


(torak) dan connecting rod, ditambah dengan cara kerjanya yang bekerja
pada kecepatan tinggi. Dengan alasan tersebut, maka poros engkol
biasanya dibuat dari baja karbon dengan tingkatan dan daya tahan yang
tinggi, dan dibuat dari bahan yang berkualitas tinggi.
Crankshaft (warna merah), piston (abu-abu) dan silinder (biru), dan flywheel
(hitam)

Crank shaft ini akan menerima tenaga atau beban yang sangat
besar, selain itu juga poros engkol berputar dengan kecepatan yang
sangat tinggi, maka dari itulah poros engkol harus terbuat dari bahan
yang berkualitas. Persyaratan bahan pembuat poros engkol antara lain :

 Kuat, tahan terhadap pembebanan yang berubah-ubah


 Permukaan pada bantalan harus tahan terhadap tekanan
tinggi dan keausan

Umumnya poros engkol terbuat dari baja karbon dengan tingkatan dan
daya tahan yang sangat baik.

Kontruksi poros engkol (crank shaft)

 Oil hole : Untuk saluran pelumasan


 Crank pin: untuk tempat tumpuan big end connecting rod
 Crank journal: sebagai titik tumpu pada blok motor
 Counter balance weight: sebagai bobot penyeimbang
putaran

Crank pin (pena engkol), bagian poros engkol yang akan


dihubungkan dengan big end pada connecting rod, crank pin akan
dipasangi bantalan yang biasa disebut dengan metal jalan. Oil hole,
merupakan lubang yang digunakan sebagai jalan oli untuk melumasi
poros engkol. Crank journal dan main jounal, bagian poros engkol yang
dihubungkan dengan block silinder, main journal merupakan crank
journal yang terletak di tengah. Crank jornal terdapat bantalan yang
disebut dengan bantalan duduk (metal duduk), sementara pada main
journal juga terdapat bantalan yang disebut dengan metal bulan. Crank
journal ini ditopang oleh bantalan poros engkol (metal duduk) pada
crankcase, dan poros engkol berputar pada jornal. Masing-masing crank
jounal memiliki crank arm, atau arm dan crankpin terletak di ujung
armnya.

Pada poros engkol juga dilengkapi dengan balance weight yang


berguna untuk menjaga keseimbangan poros engkol ketika berputar.
Pada jenis mesin yang menggunakan susunan silinder tipe segari atau in
line, jumlah dari pena engkol atau crankpin adalah sama dengan jumlah
silindernya. Sedangkan pada mesin yang menggunakan susunan silinder
tipe v, pena engkol (crank pin) berjumlah setengah dari jumlah
silindernya. Bentuk dari crank shaft ditentukan oleh banyak hal, seperti
jumlah silinder, firing order atau urutan pengapian, dan lain sebagainya.

Oli pelumas harus selalu melumasi bagian-bagian poros engkol


yang bergerak, hal ini tentunya digunakan untuk mencegah terjadinya
kontak langsung antara logam dengan logam, terutama antara fixed
bearing dengan poros engkol selama berputar. Untuk menyalurkan oli ini,
poros engkol dilengkapi dengan oil hole (lubang oli), dan juga diperlukan
adanya celah yang sesuai antara bantalan dan poros engkol. Celah ini
digunakan sebagai ruang oli dalam membentuk oil film (lapisan oli).
Celah ini sering disebut dengan oil clearance. Setiap kali melakukan
overhaul, celah ini diperiksa dengan alat yang disebut dengan plastic
gauge. Untuk spesifikasinya, setiap kendaraan pastinya berbeda-beda,
silahkan lihat pada buku manual kendaraan yang bersangkutan.

Untuk jenis mesin dengan susunan silinder yang sejajar satu garis
(in-line), jumlahnya pena engkol (crank pin) sama dengan banyaknya
silinder. Mesin dengan susunan silinder V dan H, jumlah crank pin
biasanya separuh atau setengah dari jumlah silindernya.

Bentuk poros engkol di samping ditentukan oleh banyak


silindernya, juga ditentukan oleh urutan pengapiannya (FO = firing order).
Dalam menentukan urutan pengapian dari suatu mesin yang perlu
diperhatikan adalah keseimbangan getaran akibat pembakaran, beban
dari bantalan utama dan sudut puntiran yang terjadi pada crankshaft
akibat adanya langkah kerja dari tiap tiap silinder.

Oli pelumas harus disalurkan dengan cukup untuk mencegah


gesekan yang besar atau kontak langsung logam dengan logam yaitu
antara fixed bearing dan poros engkol selama berputar pada bantalan.
Sehingga diperlukan adanya celah yang tepat antara bantalan dan poros
engkol untuk dapat membentuk lapisan oli. Celah ini biasannya disebut
celah oli (oil clearance). Ukurannya bermacam-macam, tergantung pada
jenis mesinnya itu sendiri, akan tetapi pada umumnya berkisar antara
0,02 mm─0,06 mm.

b. Cam
Cam merupakan suatu peralatan yang didesain sedemikian rupa
agar dapat mengubah gerakan translasi horizontal – vertical dan
sebaliknya, maupun mengubah arah gerakan anguler menjadi gerakan
horizontal dan vertical. Cam terdapat hampir di berbagai mesin tekstil.
Contohnya dalam proses perajutan datar, yakni mekanisme
pengangkatan jarum oleh cam.

Konstruksi cam pada penyeret di mesin rajut datar


Jadi, ketika penyeret digerakan kearah horizontal, cam – cam yang
dipasang pada cam juga akan ikut bergeser kearah horizontal. Sehingga
dengan desain sedemikian rupa antara posisi cam dan posisi kaki jarum,
maka kaki jarum akan masuk ke dalam alur dari cam (garis abu pada
gambar diatas). Sehingga jarum akan terdorong bergerak naik lalu
bergerak turun kembali. Itulah sebuah contoh dari cam yang mengubah
gerakan arah horizontal menjadi gerakan naik turun (vertical).
Bentuk cam juga dapat berupa roda benjol seperti gambar
dibawah ini. Fungsi dari bentuk cam dibawah ini yakni untuk mengubah
gerakan berputar (anguler) menjadi gerakan translasi (maju – mundur
atau naik – turun).

Biasanya cam ini bekerjanya berpasangan dengan sebuah


follower. Jadi, prinsipnya adalah cam akan berputar dan follower akan
secara kontinu bertumpu/menyentuh dari roda cam tersebut. Sedangkan
cam memiliki jejari yang berbeda antara sisi satu terhadap lainnya.
Sehingga apabila posisinya seperti gambar diatas, seolah olah follower
akan tertekan keatas oleh cam dan lalu diturunkan kembali dan
seterusnya. Contoh dari pengaplikasian dari perangkat elemen ini yakni
pada mesin pemintal ring spinning, yaitu digunakan untuk mekanisme
pergerakan naik dan turunnya kereta atau ring rail. Atau pada mesin
tenun modern kini yang gerakan sisirnya diatur dengan menggunakan
cam dan juga digunakan pada system pembukaan mulut lusi dengan
dobby elektrik.
V. Elemen Bantalan (Bearing)

Bantalan merupakan salah satu bagian dari elemen mesin yang memegang
peranan cukup penting karena fungsi dari bantalan yaitu untuk menumpu sebuah
poros agar poros dapat berputar tanpa mengalami gesekan yang berlebihan. Bantalan
harus cukup kuat untuk memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya bekerja
dengan baik.
Pada umumya bantalan dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu :
1. Berdasarkan gerakan bantalan terhadap poros
a. Bantalan luncur
Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros dan bantalan karena
permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantaraan
lapisan pelumas.

G a m b a r 6 . 1 Ba n t a l a n L u n c u r
b. Bantalan gelinding
Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar
dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola, rol, dan rol bulat.

G a m b a r 6 . 2 Ba n t a l a n G l i n d i n g
2. Berdasarkan arah beban terhadap poros a.
Bantalan radial (beban putar).
Arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak lurus sumbu poros.
b. Bantalan aksial (beban tekan).
Arah beban bantalan ini sejajar dengan sumbu poros.
A. BANTALAN LUNCUR
Bantalan luncur adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk menumpu
poros berbeban, sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung
dengan halus dan aman.
Pada bantalan luncur terjadi gesekan luncur antara poros dan bantalan
karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantara lapisan
pelumas. Bantalan luncur mampu menumpu poros berputaran tinggi dengan beban
besar. Bantalan ini sederhana konstruksinya dan dapat dibuat serta dipasang dengan
mudah. Karena gesekannya yang besar pada waktu mulai jalan, bantalan luncur
memerlukan momen awal yang besar. Pelumasan pada bantalan ini tidak begitu
sederhana. Panas yang timbul dari gesekan yang besar, terutama pada beban besar,
memerlukan pendinginan khusus. Sekalipun demikian, karena adanya lapisan
pelumas, bantalan ini dapat meredam tumbukan dan getaran sehingga hampir tidak
bersuara. Tingkat ketelitian yang diperlukan tidak setinggi bantalan gelinding
sehingga dapat lebih murah.

B. BANTALAN GELINDING
Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar

dengan bagian yang diam melalui elemen gelinding seperti bola (peluru), rol atau rol

jarum, dan rol bulat.

Elemen gelinding seperti bola atau rol dipasang antara cincin luar dan dalam.

Dengan memutar salah satu cincin tersebut, bola atau rol akan melakukan gerakan

gelinding sehingga gesekan akan jauh lebih kecil. Untuk bola atau rol, ketelitian

tinggi dengan bentuk dan ukurannya merupakan suatu keharusan. Karena luas bidang

kontak antara bola dan rol dengan cincin sangat kecil, maka material yang dipakai

harus memiliki ketahanan dan kekerasan yang sangat tinggi.

Bantalan gelinding pada umumnya lebih cocok untuk beban kecil dari

padabantalan luncur, tergantung pada bentuk elemen gelindingnya. Putaran pada


bantalan ini dibatasi oleh gaya sentrifugal yang timbul pada elemen gelinding

tersebut. Keunggulan bantalan ini adalah pada gesekannya yang sangat rendah.

Pelumasannya pun sangat sederhana, cukup dengan gemuk, bahkan ada yang

memakai sil sendiri tidak perlu pelumasan lagi. Meskipun ketelitianya sangat tinggi,

namun karena adanya gerakan elemen gelinding dan sangkar, pada putaran tinggi

bantalan ini agak gaduh dibandingkan dengan bantalan luncur.

1. Keuntungan dan Kerugian


Keuntungan dan kekurangan bantalan gelinding dibandingkan bantalan luncur
adalah :
Keuntungan

a) Gesekan mula yang jauh lebih kecil dan pengaruh yang lebih kecil dari jumlah

putaran terhadap gesekan.

b) Gesekan kerja lebih kecil sehingga penimbulan panas lebih kecil pada

pembebanan yang sama.

c) Penurunan waktu pemasukan dan pengaruh dari bahan poros.

d) Pelumasan terus-menerus yang sederhana dan hampir bebas pemeliharaan

serta jumlah bahan pelumas yang jauh lebih sedikit.

e) Ketelitian (presisi), pembebanan yang diijinkan dan perhitungan dari umur

kerja, berhubungan dengan pembuatan yang bermutu tinggi dalam pabrik

khusus sehingga memberikan keuntungan dalam penggunaan suku cadang.

f) Kemampuan menahan beban kejut sesaat.

g) Kebersihan.
Kekurangan
1. Lebih berisik pada kecepatan yang sangat tinggi.
2. Ketahanan Rendah ke shock loading.
3. Biaya awal yang lebih tinggi.
4. Desain yang lebih rumit.

2. Tipe bantalan gelinding dan penerapannya

Bantalan yang beredar sekarang terdiri dari berbagai macam bentuk dengan
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Hal yang perlu diketahui dalam pemilihan
bearing antara lain :
1. Mengetahui kemungkinan penyebab terjadinya kesalahan dan akibatnya.
Bearing yang telah rusak akan menimbulkan bunyi yang berisik. Dengan
mengetahui dan memahami penyebab kesalahan dan kesalahannya dapat
digunakan sebagai dasar untuk mengatasi masalah selanjutnya.
2. Mengetahui standar bearing, hal ini untuk memudahkan pemesanan/
pembeliannya jika ada penggantian bearing.
Jenis-jenis bearing antara lain :
1. Single row groove ball bearings.
Bearing ini mempunyai alur dalam pada kedua
cincinnya. Karena memiliki alur, maka jenis ini
mempunyai kapasitas dapat menahan beban secara
ideal pada arah radial dan aksial. Maksud dari beban
radial adalah beban yang tegak lurus terhadap sumbu
poros, sedangkan beban aksial adalah beban yang
searah sumbu poros.

2. Double row self aligning ball bearings


Jenis ini mempunyai dua baris bola, masing-masing
baris mempunyai alur sendiri-sendiri pada cincin bagian
dalamnya. Pada umumnya terdapat alur bola pada cincin
luarnya. Cincin bagian dalamnya mampu bergerak
sendiri untuk menyesuaikan posisinya. Inilah kelebihan
dari jenis ini, yaitu dapat mengatasi masalah poros yang
kurang sebaris.

3. Single row angular contact ball bearings


Berdasarkan konstruksinya, jenis ini
ideal untuk beban radial. Bearing ini
biasanya dipasangkan dengan bearing
lain, baik itu dipasang secara pararel
maupun bertolak belakang, sehingga
mampu juga untuk menahan beban
aksial.
4. Double row angular contact ball bearings
Disamping dapat menahan
beban radial, jenis ini juga
dapat menahan beban
aksial dalam dua arah.
Karena konstruksinya
juga, jenis ini dapat
menahan beban torsi. Jenis ini juga digunakan untuk mengganti dua buah
bearing jika ruangan yang tersedia tidak mencukupi.

5. Double row barrel roller bearings


Bearing ini mempunyai dua baris
elemen roller yang pada umumnya
mempunyai alur berbentuk bola pada
cincin luarnya. Jenis ini memiliki
kapasitas beban radial yang besar
sehingga ideal untuk menahan beban kejut.

6. Single row cylindrical bearings


Jenis ini mempunyai dua alur
pada satu cincin yang biasanya
terpisah. Eek dari pemisahan
ini, cincin dapat bergerak
aksial dengan mengikuti cincin
yang lain. Hal ini merupakan
suatu keuntungan, karena
apabila bearing harus
mengalami perubahan bentuk karena temperatur, maka cincinya akan dengan
mudah menyesuaikan posisinya. Jenis ini mempunyai kapasitas beban radial
yang besar pula dan juga cocok untuk kecepatan tinggi.
7. Tapered roller bearings
Dilihat dari konstruksinya, jenis
ini ideal untuk beban aksial
maupun radial. Jenis ini dapat
dipisah, dimana cincin dalamnya
dipasang bersama dengan
rollernya dan cincin luarnya
terpisah.

8. Single direction thrust ball bearings


Bearing jenis ini hanya cocok untuk
menahan beban aksila dalam satu arah
saja. Elemenya dapat dipisahkan
sehingga mudah melakukan
pemasangan. Beban aksial minimum
yang dapat ditahan tergantung dari kecepatannya.
Jenis ini sangat sensitif terhadap ketidaksebarisan
(misalignment) poros terhadap rumahnya.

9. Double direction thrust ball bearings

Jenis ini sama seperti point 8, hanya saja


bearing jenis ini dapat diberi beban aksial
dalam dua arah. Bagian-bagiannya pun juga
dapat dipisahkan sehingga mudah bongkar dan
pasangnya.
Dalam pemilihan bantalan perlu diketahui sifat-sifat yang harus dipertimbangkan agar
diperoleh bahan yang terbaik, sifat-sifat bantalan yang baik yaitu :
1. Tahan Tekanan.
Bahan bantalan harus memiliki kekuatan tekan yang tinggi untuk menahan
tekanan maksimum sehingga mencegah ekstrusi atau deformasi permanen pada
bantalan.
2. Kekuatan fatigue.
Bahan bantalan harus memiliki kekuatan fatigue yang tinggi sehingga ketika
terjadi beban berulang tidak menghasilkan retak pada material.
3. Conformability.
Adalah kemampuan bahan bantalan untuk mengakomodasi lendutan poros dan
ketidakakuratan bantalan oleh deformasi plastik (creep).
4. Embedd ability.
Adalah kemampuan bahan bantalan untuk mengakomodasi partikel kecil dari
debu, pasir dll.
5. Tahan Korosi.
Bahan bantalan tidak boleh menimbulkan korosi akibat pelumasan. Properti ini
sangat penting di dalam mesin pembakaran dimana pelumas yang sama
digunakan untuk melumasi dinding silinder dan bantalan. Di dalam silinder,
pelumas dapat saja teroksidasi dan menghasilkan endapan karbon.
6. Thermal konduktivitas.
Bahan bantalan harus memiliki konduktivitas panas yang tinggi sehingga
memungkinkan perpindahan panas yang cepat yang dihasilkan saat terjadi
gesekan.
7. Ekspansi termal.
Bahan bantalan harus memiliki koefisien ekspansi termal rendah, sehingga ketika
bekerja dengan suhu yang berbeda-beda, tidak ada perubahan bahan yang
diakibatkan perubahan suhu
Untuk mendapatkan semua sifat di atas sulit ditemukan dalam bahan bantalan tertentu.
Dimana bahan yang digunakan pada prakteknya tergantung pada kebutuhan dari kondisi
pemanfaatan bantalan. Sehingga pemilihan bahan untuk setiap aplikasi harus berdasarkan
hasil analisis. Tabel berikut menunjukkan perbandingan dari beberapa sifat yang lebih
umum bahan bantalan logam.

Anda mungkin juga menyukai