Anda di halaman 1dari 31

APLIKASI PROSES KEPERAWATAN DALAM

KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

OLEH :

KELOMPOK 1 / B12-C

1. ANAK AGUNG ARI WIRASTUTI 19.322.3162

2. ANAK AGUNG DEWI UNTARI 19.322.3163

3. ANAK AGUNG PUTRI DIARI 19.322.3164

4. DEWA AYU MADE DWI WAHYUNI 19.322.3165

5. I WAYAN TANGSUB SUARTANA 19.322.3175

6. IDA AYU MADE SUKMADEWI 19.322.3177

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA BALI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
segala rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Aplikasi
Proses Keperawatan Dalam Keperawatan Komplementer”. Meskipun banyak
tantangan dan hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tetapi
kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
meluruskan penulisan makalah ini, baik dosen maupun teman-teman yang secara
langsung maupun tidak langsung memberikan kontribusi positif dalam proses
pengerjaannya.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, diharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah kami ini
untuk ke depannya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi peningkatan proses
belajar mengajar dan menambah pengetahuan kita bersama. Akhir kata kami
mengucapkan terima kasih.

Desember 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
D. Manfaat Penulisan.........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Konsep Keperawatan Komplementer...........................................................3
1. Pengertian Keperawatan Komplementer..................................................3
2. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Dengan Metode
ProsesKeperawatan :
- Pengkajian..............................................................................................6
- Diagnosa Keperawatan.......................................................................11
- Intervensi Keperawatan…………………………….………………..12
- Implementesi Keperawatan………………………………………….14
- Evaluasi Keperawatan ………………………………………………15
B. Dokumentasi Keperawatan Komplementer
1. Keperawatan Komplementer...................................................................17
2. Dokumentasi Keperawatan Komplementer.............................................18
C. Contoh Kasus Keperawatan Komplementer...............................................19
BAB III PENUTUP...............................................................................................26
A. Simpulan.....................................................................................................26
B. Saran...........................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................28

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan
komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari
negara yang bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu misalnya, bukan
termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan
tradisional.Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang
sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun – temurun
pada suatu negara. Tapi di Philipina misalnya, jamu Indonesia bisa
dikategorikan sebagai pengobatan komplementer.
Terapi komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit yang
dilakukan sebagai pendukung kepada Pengobatan Medis Konvensional atau
sebagai Pengobatan Pilihan lain diluar Pengobatan Medis yang
Konvensional.Salah satu terapi komplementer yang kini populer
dimasyarakat adalah terapi akupresur.Terapi akupresur adalah perkembangan
terapi pijat yang berlangsung seiring dengan perkembangan ilmu akupuntur
karena tekhnik pijat akupresur adalah turunan dari ilmu akupuntur. Tekhnik
dalam terapi ini menggunakan jari tangan sebagai pengganti jarum tetapi
dilakukan pada titik-titik yang sama seperti yang digunakan pada terapi
akupuntur. Ada beberapa jenis klasifikasi, cara, indikasi serta kontraindikasi
dari terapi akupresur yang akan dijabarkan lebih jelas didalam makalah.
Berdasarkan data yang bersumber dari Badan Kesehatan Dunia
pada tahun 2005, terdapat 75 – 80% dari seluruh penduduk dunia pernah
menjalani pengobatan non-konvensional. Di Indonesia sendiri, kepopuleran
pengobatan non-konvensional, termasuk pengobatan komplementer ini, bisa
diperkirakan dari mulai menjamurnya iklan – iklan terapi non –
konvensional di berbagai media. Berdasarkan persentasi minat masyarakat
terhadap terapi non-konvensional penulis tertarik untuk lebih mengenalkan
terapi akupresur kepada seluruh masyarakat, oleh sebab itu kami menyusun
materi terkait akupresur kedalam sebuah makalah.Setiap kondisi dari pasien,

1
harus dilakukan monitor dan pencatatan (dokumentasi) baik di rumah sakit,
puskesmas, klinik, maupun fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Salah
satunya, praktik keperawatan komplementer yang dilaksanakan di klinik
kesehatan komplementer. Terapi komplementer adalah cara penanggulangan
penyakit yang dilakukan sebagai pendukung kepada pengobatan medis
konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis
yang konvensional. Pada dasarnya, dokumentasi asuhan keperawatan
memiliki prinsip yang sama, serta dengan tahapan/proses keperawatan yang
sama pula, yang meliputi: proses pengkajian, diagnosa, intervensi,
pelaksanaan dan evaluasi. Akan tetapi, terdapat perbedaan mendasar yang
terletak pada data pengkajian praktik komplementer, yaitu dengan
menentukan dan mencari titik-titik tubuh (akupoint) yang mengalami
masalah. Sehingga penting bagi penulis dan mahasiswa keperawatan yang
saat ini sedang belajar keperawatan komplementer untuk mengetahui seperti
apa dokumentasi keperawatan komplementer.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep keperawatan komplementer?
2. Bagaimanakah dokumentasi asuhan keperawatan dengan metode
proses keperawatan?
3. Bagimanakah dokumentasi keperawatan komplementer?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep keperawatan komplementer secara umum
dengan baik dan benar
2. Untuk mengetahui dokumentasi asuhan keperawatan dengan metode
proses keperawatan secara baik dan benar
3. Untuk mengetahui dokumentasi keperawatan komplementer secara
baik dan benar

D. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
di bidang proses keperawatan komplementer sehingga mahasiswa mampu

2
menerapkannya dalam praktik sehari-hari dan bisa membuat dokumentasi
keperawatan dengan baik sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Keperawatan Komplementer


1. Pengertian Keperawatan Komplementer
Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan
komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal
dari negara yang bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu misalnya, bukan
termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan
tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang
sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun – temurun
pada suatu negara. Tapi di Philipina misalnya, jamu Indonesia bisa
dikategorikan sebagai pengobatan komplementer.
Terapi komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit yang
dilakukan sebagai pendukung kepada Pengobatan Medis Konvensional atau
sebagai Pengobatan Pilihan lain diluar Pengobatan Medis yang Konvensional.
Salah satu terapi komplementer yang kini populer dimasyarakat adalah terapi
akupresur.Terapi akupresur adalah perkembangan terapi pijat yang
berlangsung seiring dengan perkembangan ilmu akupuntur karena tekhnik
pijat akupresur adalah turunan dari ilmu akupuntur. Tekhnik dalam terapi ini
menggunakan jari tangan sebagai pengganti jarum tetapi dilakukan pada titik-
titik yang sama seperti yang digunakan pada terapi akupuntur.
Terapi non-konvensional merupakan salah satu dari terapi medis
alternatif atau komplementer. Terapi komplementer (complementary
therapies) adalah semua terapi yang digunakan sebagai tambahan untuk terapi
konvensional yang direkomendasikan oleh penyelenggaraan pelayanan
kesehatan individu (Perry, Potter, 2009). Definisi CAM yang disepakati
adalah suatu bentuk penyembuhan yang bersumber pada berbagai sistim,
modalitas dan praktek kesehatan, yang didukung oleh teori dan kepercayaan.
Termasuk didalamnya latihan atau usaha untuk menyembuhkan diri sendiri.
CAM digunakan untuk mencegah dan menyembuhkan penyakit atau juga
untuk meningkatkan taraf kesehatan.

4
Walaupun demikian ada perbedaan antara alternatif dan
komplementer.Terapi alternatif adalah terapi di luar terapi konvensional.
Sementara komplementer berarti pelengkap bagi terapi konvensional yang
ada dan telah terbukti bermanfaat. Terapi alternatif (alternative therapies)
meliputi intervensi yang sama dengan terapi komplementer, tetapi sering kali
menjadi pengobatan primer yang mengganti pelayanan medis alopatik. Kedua
terapi alternatif dan komplementer bervariasi derajatnya di mana mereka
cocok dengan pengobatan alopatik

2. Dokumentasi Asuhan Keperawatan dengan Metode Proses


Keperawatan
Standar dokumentasi asuhan keperawatan menurut DEPKES
(1995) dalam Nursalam (2011) adalah sebagai berikut:
Standar Dokumentasi Asuhan Keperawatan

No Standar Dokumentasi Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1. Mendokumentasikan data yang dikaji sesuai dengan pedoman
pengkajian
2. Data dikelompokkan (bio-psiko-sosio-spriritual)
3. Data dikaji sejak klien masuk sampai pulang
4. Masalah dirumuskan berdasarkan masalah kesenjangan antara status
kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan
B. Diagnosis
1. Diagnosis keperawatan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan
2. Diagnosis keperawatan mencerminkan PE/PES
3. Merumuskan diagnosis keperawatan aktual/potensial
C. Perencanaan
1. Berdasarkan diagnosis keperawatan
2. Disusun menurut urutan prioritas
3. Rumusan tujuan mengandung komponen klien/subjek, perubahan,
perilaku, kondisi klien, dan/atau kriteria
4. Rencana intervensi mengacu pada tujuan dengan kalimat perintah,
terinci, dan jelas, dan/atau melibatkan klien/keluarga
5. Rencana intervensi menggambarkan keterlibatan klien/keluarga
6. Rencana intervensi menggambarkan kerja sama dengan tim kesehatan
lain
D. Intervensi

5
1. Intervensi dilaksanakan mengacu pada rencana asuhan keperawatan
2. Perawat mengobservasi respons klien terhadap intervensi keperawatan
3. Revisi intervensi berdasarkan hasil evaluasi
4. Semuja intervensi yang telah dilaksanakan didokumentasikan dengan
ringkas dan jelas
E. Evaluasi
1. Evaluasi mengacu pada tujuan
2. Hasil evaluasi didokumentasikan
F. Catatan Asuhan Keperawatan
1. Menulis pada format yang baku
2. Pendokumentasian dilakukan sesuai dengan intervensi yang
dilaksanakan
3. Pendokumentasian ditulis dengan jelas, ringkas, istilah yang baku dan
benar
4. Setiap melakukan intervensi/kegiatan perawat mencantumkan paraf
dan nama dengan jelas, serta tanggal dan waktu dilakukannya
intervensi
5. Berkas catatan keperawatan disimpan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku

a. Pengkajian Keperawatan
Dokumentasi pengkajian ditunjukan pada data klinik di mana
perawat dapat mengumpulkan dan mengorganisasikannya dalam
dokumentasi keperawatan. Format dokumentasin pengkajian meliputi data
dasar, flow sheet, dan catatan perkembangan lainnya yang mungkin dapat
digunakan sebagai alat komunikasi bagi tenaga keperawatan atau profesi
kesehatan lainnya.
Petunjuk Penulisan Dokumentasi Pengkajian
a. Gunakan format yang sistematis untuk mendokumentasikan
pengkajian, yang meliputi:
1) Riwayat klien masuk rumah sakit.
2) Respons klien yang berhubungan dengan persepsi kesehatan
klien.
3) Riwayat pengobatan.
4) Data klien rujukan, pulang, dan keuangan.
b. Gunakan format yang telah tersususn untuk mendokumentasikan
pengkajian.

6
Pendekatan: Mayor Body Data Subjektif Data Objektif
System

Sistem Respirasi
Sistem Kardiovaskuler
Sistem Persarafan
Sistem Perkemihan
Sistem Pencernaan

c. Kelompokkan data-data berdasarkan model pendekatan yang


digunakan (seperti tabel di atas).
d. Tulis data objektif tanpa bias (tanpa mengartikan), menilai, dan
memasukkan pendapat pribadi.
e. Sertakan pertanyaan yang mendukung interpretasi data objektif.
f. Jelaskan observasi dan temuan secara sistematis, termasuk definisi
karakteristiknya.
g. Ikuti aturan atau prosedur yang dipakai dan disepakati oleh instansi.
h. Tuliskan secara jelas dan ringkas.

Jenis Pengelompokan Pengkajian


JENIS PENGGUNAAN PENJELASAN FORMAT
1. Penilaian Untuk menentukan Mengkaji status mental
umum keadaan klien secara klien, perkembangan
(general survey) umum tubuh, aktivitas, status
nutrisi, jenis kelamin dan
ras, usia, postur tubuh,
dan kemampuan berbicara
klien.
2. Pola Fungsi Untuk menentukan Mengkaji persepsi
Kesehatan respons fisik, kesehatan menejemen
psikososial, dan kesehatan, nutrisi
budaya klien. eliminasi, aktivitas,
istirahat-tidur, kognitif,
koping, nilai /
kepercayaan.
3. ROS ( Review Untuk menentukan Mengkaji sistem tubuh
of Body status fungsi sistem secara berurutan,

7
System) tubuh. biasanya: head-to-toe
(kepala sampai kakai):
integumen, kepala (mata,
hidung, mulut, gigi,
tenggorokan, leher)
respirasi, kardiovaskuler,
pencernaan, perkemihan,
reproduksi,
muskuloskeletal, limpatik,
hemotogolitik, dan
endokrin.

Tipe-tipe pengkajian:
Pengkajian awal, pengkajian lanjutan, pengkajian ulang, dan
pengkajian kembali menunjuk pada tiga tipe pengkajian keperawatan yang
umumnya ditujukan dalam dokumentasi. Penjelasan mengenai jenis – jenis
pengkajian tersebut adalah sebagai berikut.
a. Pengkajian Awal
Pengkajian awal dilakukan pada saat pertama kali klien masuk
dalam fasilitas pelayanan kesehatan atau mulai menggunakan jasa
pelayanan. Pegkajian awal ini didokumentasikan pada bentuk chart khusus
seperti formulir data keperawatan (nursing data base form ). Lingkup data
cenderung luas karena perawat perlu menentukan garis dasar data klinis
yang komprehensif. Selama pengkajian awal ini, perawat dapat
mengidentifikasikan area – area masalah tertentu yang memerlukan
pengkajian – pengkajian umum dan khusus pada pengkajian awal dapat
memberikan tipe data yang diperlukan untuk mengidentifikasi masalah –
masalah klien dan mengawali serta merencanakan asuhan keperawatan
klien.
Misalnya seorang perawat yang bekerja yang bekerja di unit
perawatan intensive pediatric neurologic harus melengkapi data
pengkajian. Maka perawat tersebut memfokuskan pengkajian perihal
pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi neuroligis anak. Area praktik

8
biasanya akan memberikan data yang akan dimasukkan dalam pengkajian
awal ini.
b. Pengkajian Lanjutan
Pengkajian lanjutan menguatkan dan memperluas data dasar yang
diperoleh selama pengkajian awal. Ketika hubungan saling percaya antara
perawat – klien semakin berkembang, maka klien akan bersedia untuk
memberikan data tambahan secara rinci tentang status kesehatannya. Lebih
lanjut, data tambahan dari pemeriksaan diagnostik terbaru dan dari sumber
– sumber lainnya yang perlu ditambahkan pada catatan dokumentasi klien.
Pendokumentasian yang dilakukan pada pengkajian lanjutan membuat
dokumentasi keperawatan selalu dipengaruhi (up to date ). Data yang
diperlukan untuk membuktikan atau mengidentifikasikan masalah –
masalah klien menjadi lebih mudah diperoleh. Ketika data subjektif
dan/atau objektif terbaru telah dikumpulkan, maka data ini kemudian dapat
dianggap sebagai data penunjang. Beberapa contoh kapan data penunjang
tersebut diperlukan dalam pendokumentasian adalah sebagai berikut.
1) Ketika standar instansi memerlukan dokumentasi pengkajian
lanjutan di unit perawatan intensif (ICU), di mana perawat
diperlukan untuk mendokumentasikan pengkajian sistem tubuh
atau tanpa perubahan setiap pengaturan dinas (shift ).
2) Ketika perawat harus menjelaskan/ mempertanggung jawabkan
intensitas aktivitas rencana intervensi keperawatan seperti dalam
kasus costing out bagi rencana keperawatan.
3) Ketika validitas informasi awal dipertanyakan maka pengkajian
lanjutan digunakan untuk menguatkan keakuratannya ( misalnya
tekanan darah awal tinggi dan selanjutnya diambil kembali untuk
membenarkan observasi awal )
4) Ketika reliabilitas data dihubungkan oleh klien dan dipertanyakan
kepada perawat (ketika klien di bawah pengaruh obat atau alkohol)
dan penilaian selanjutnya digunakan untuk menguatkan
keakuratannya.

Tergantung dari kebutuhan instansi, data penunjang tidak perlu


dimasukkan kembali ke dalam dokumentasi keperawatan jika hanya

9
mengulangi data yang sudah didokumentasikan sebelumnya. Meskipun
data komunikasi data penunjang sudah dalam rincian lengkap, namun
alternatif dapat memasukkan tahap yang mengidentifikasikan pengkajian
lanjutannya. Contohnya, pernyataan “Tidak ada perubahan dalam status
baselin respiratory” dapat digunakan jika informasi “ baselin” dengan
mudah dapat didapatkan kembali, dan jika duplikasi data hanya akan
menghabiskan waktu, mengulangi, dan membuat tempat penulisan. Istilah
pengembangan data menunjukkan perolehan data baru dari hasil penilaian
pengkajian lanjutan. Pengembangan data harus selalu didokumentasikan
karena data ini menambah data yang sudah ada menjadi lebih terperinci
(misalnya ketika hasil tes darah menguatkan respiratory distress yang
sudah ada sebelumnya). Data ini dapat mengidentifikasikan informasi baru
( seperti ketika klien praoperasi mengingatkan alergi obat yang
sebelumnya belum dinyatakan ) atau mungkin berubah dan memengaruhi
data mengenai klien yang sebelumnya sudah diperoleh (sepertinya ketika
klien yang sedang dirawat untuk kegelisahan psikologis menunjukkan
adanya patologi medis).
c. Pengkajian Ulang
Data pengkjian ulang adalah data-data yng diperoleh dari aktivitas
evaluasi proses keperawatan. Ketika hasil evaluasi klien terliht kurang
berkembang terhadap criteria hasil dan hasil yang diharapkan, maka
kemungkinan data yang telah diperoleh kurang tepat sehingga masalah
kurang dapat teridentifikasi. Masalah ang kurang teridentifikasi
mengakibatkan rencana intervensi yang disusun tidak sesuai dengan
masalah yang sebernantya terjadi. Namun, hasil evaluasi klien yangkurang
berkembang dapat juga terjdi karena implementasi intervensi belum
dilakukan dengan durasi atu intesitas yang cukup.
d. Pengkajian Kembali
Pengkajian kembali berarti perawat harus memeriksa kembali data
pengkajan sebelumnya untuk menemukan petunjuk baru bagi masalah-
masalah klien atau harus mengembangkan data awal untuk mendapatkan
data tambahan tentang klien. Dokumentasi pengkajian kembali

10
menunjukan pertanggung jawaban perawat untuk melanjutkn usaha
penyelesaian masalah.

b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai
seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah
kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosa
keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi yang menjadi
tanggung gugat perawat. Perumusan diagnosa keperawatan adalah
bagaimana diagnosa keperawatan digunakan dalam proses pemecahan
masalah. Melalui identifikasi, dapat digambarkan berbagai masalah
keperawatan yang membutuhkan asuhan keperawatan. Di samping itu,
dengan menentukan atau menyelidiki etiologi masalah, akan dapat
dijumpai faktor yang menjadi kendala dan penyebabnya. Dengan
menggambarkan tanda dan gejala, akan memperkuat masalah yang ada.
Dokumentasi keperawatan merupakan catatan tentang penilaian
klinis dari respons individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah
kesehatan atau proses kehidupan baik aktual maupun potensial.

Di dalam diagnose NANDA, terdapat 3 tipe diagnose yaitu:


a. Diagnosa actual
Dengan format penulisan: PES (P berhubungan dengan E ditandai
dengan S)
b. Diagnosa risiko
Dengan format penulisan: P dengan adanya faktor risiko N
c. Promosi Kesehatan
Dengan format penulisan: P ditandai dengan defining karakteristik
(batasan karakteristik)

c. Intervensi Keperawatan
Setelah mengkaji, mendiagnosis, dan menetapkan prioritas tentang
kebutuhan perawatan kesehatan klien, perawat merumuskan tujuan dan

11
hasil yang diperkirakan dengan klien untuk setiap diagnosa keperawatan
(Gordon,1994).
Tujuan ditetapkan dalam bentuk tujuan jangka panjang dan jangka
pendek. Tujuan jangka panjang dimaksudkan untuk mengatasi masalah
secara umum atau sasaran yang diperkirakan untuk dicapai sepanjang
periode waktu yang lebih lama, biasanya lebih dari satu minggu atau
berbulan-bulan (Carpenito, 1995). Sedangkan tujuan jangka pendek
dimaksudkan untuk mengatasi etiologi guna mencapai tujuan jangka
panjang atau sasaran yang diharapkan tercapai dalam periode waktu yang
singkat, biasanya kurang dari satu minggu (Carpenito, 1995).
Tujuan keperawatan harus SMART artinya:
S : Specific = Rumusan tujuan harus jelas
M : Measurable = Dapat diukur
A : Achievable = Dapat dicapai
R : Realistik = Dapat tercapai dan nyata
T : Timing = Harus ada target waktu

Penetapan tujuan menegakkan kerangka kerja untuk rencana


asuhan keperawatan. Melalui tujuan, perawat mampu untuk memberikan
asuhan yang bersinambungan dan meninngkatkan penggunaan waktu serta
sumber yang optimal.
Komponen penting pada Dokumentasi Intervensi
Dokumentasi intervensi mengidentifikasi, mengapa sesuatu terjadi
terhadap klien, apa yang terjadi, kapan, bagaimana, dan siapa yang
melakukan intervensi.
a. Why : harus dijelaskan alasan tindakan harus dilaksanakan dan
data yang ada dari hasil dokumentasi pengkajian dan diagnosa
keperawatan.
b. What : ditulis secara jelas ringkas dari pengobatan / tindakan
dalam bentuk Action Verbs.
c. When : mengandung aspek yang penting dari dokumentasi
intervensi. Pencatatan waktu melaksanakan intervensi sangat penting

12
dalam hal pertanggungjawaban hukum dan efektifitas tindakan
tertentu.
d. How : tindakan dilaksanakan dalam penambahan pencatatan yang
lebih detail. Misalnya, “miring kanan / kiri dengan bantuan perawat”
menandakan suatu prinsip ilmiah dan rasional dari rencana tindakan .
Metode ini akan bisa meningkatkan dalam upaya – upaya penggunaan
prosedur keperawatan yang tepat.
e. Who : siapa yang melaksanakan intervensi harus selalu dituliskan
pada dokumentasi serta tanda tangan sebagai pertanggungjawaban.

d. Implementasi Keperawatan
Petunjuk yang harus diperhatikan dalam pendokumentasian
implementasi antara lain:
a. Gunakan ballpoint tertulis jelas, tulis dengan huruf cetak bila
tulisan tidak jelas. Bila salah tidak boleh di tipp ex tetapi dicoret
saja, dan ditulis kembali diatas atau disamping.
b. Jangan lupa selalu menuliskan waktu, jam pelaksanaan
c. Jangan membiarkan baris kosong, tetapi buatlah garis kesamping
untuk mengisi tempat yang tidak digunakan.
d. Dokumentasikan sesegera mungkin setelah tindakan dilaksanakan
guna menghindari kealpaan (lupa).
e. Gunakan kata kerja aktif, untuk menjelaskan apa yang dikerjakon.
f. Dokumentasikan bagaimana respon pasien terhadap tindakan yang
dilakukan.
g. Dokumentasikan aspek keamanan, kenyamanan dan pengawasan
infeksi terhadap klien. Juga tindakan-tindakan invasive harus
dicatat.
h. Dokumentasikan pula modifikasi lingkungan bila itu merupakan
bagian dari tindakan keperawatan.
i. Dokumentasikan.persetujuan keluarga untuk prosedur khusus dan
tindakan invasif yang mempunyai resiko tambahan.
j. Dokumentasikan semua informasi yang diberikan dan pendidikan
kesehatan yang diberikan.
k. Dokumentasikan dengan jelas, lengkap, bukan berarti semua
kalimat harus ditulis, tetapi kata-kata kunci dan simbol-simbol /
lambang-lambang sudah baku/lazim dapat digunakan.Spesifik

13
hindarkan penggunaan kata yang tidak jelas,bila perlu tuliskan
ungkapan klien untuk memperjelas maksud.

Contoh Format Dokumentasi Implementasi Keperawatan :


No Tgl/Jam Dx Tindakan Evaluasi Paraf

e. Evaluasi Keperawatan
a. Pengertian
Menurut (Nursalam, 2001), Evaluasi adalah langkah akhir dari
proses perawatan. Tugas selama tahap ini termasuk pencatatan
pernyataan evaluasi dan revisi rencana tindakan keperawatan dan
intervensi jika perlu. Lebih lanjut, pernyataan evaluasi memberikan
informasi yang penting tentang pengaruh intervensi yang direncanakan
pada keadaan kesehatan klien. Evaluasi merupakan fase pengkajian
proses keperawatan, menilai keefektifan tindakan keperawatan dan
mengindikasi kemajuan klien terhadap tujuan pencapaian.
b. Tujuan
Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan seberapa efektifnya
tindakan keperawatan itu untuk mencegah atau mengobati respon
manusia terhadap prosedur, kesehatan. Sedangkan komponen evaluasi
dicatat untuk (Nursalam, 2001) :
1) Mengkomunikasikan status klien dan hasilnya berhubungan
dengan semua arti umum untuk semua perawat.
2) Memberikan informasi yang bermanfaat untuk memutuskan
apakah mengawali, melanjutkan, memodifikasi atau
menghentikan tindakan keperawatan.
3) Memberikan bukti revisi untuk perencanaan perawatan yang
berdasarkan pada catatan penilaian ulang atau reformulasi
diagnosa perawatan.
4) Standar dokumentasi untuk terus mencatat pernyataan evaluasi
perawatan yang merefleksikan keefektifan asuhan keperawatan,

14
respon klien untuk intervensi perawatan, dan revisi rencana
keperawatan.
c. Tipe-tipe Pernyataan Evaluasi
1) Pernyataan evaluasi formatif
Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera
pada saat/setelah dilakukan tindakan keperawatan dan ditulis pada
catatan perawatan.
Contoh: membantu pasien duduk semifowler, pasien dapat duduk
selama 30 menit tanpa pusing.
2) Pernyataan evaluasi sumatif
Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status
kesehatan sesuai waktu pada tujuan dan ditulis pada catatan
perkembangan.

d. Format Evaluasi
Pada format Evaluasi juga terdapat identitas yang juga harus
diisi oleh perawat nama , nomor kamar ,nomor register, umur,
kelas,Identitas yang terdapat diatas berguna agar mempermudah
perawat dalam mencari data pasien dan jelas,serta agar tidak tertukar
dengan pasien lain. Ditable Evaluasi juga terdapat:
1) Tanggal dan Waktu ditulis berdasarkan kapan perawat melakukan
tindakan keperwatan terhadap pasien. Berfungsi agar jelas dalam
pendokumentasiannya serta terperinci.
2) Evaluasi ditulis setiap kali setelah semua tindakan dilakukan
terhadap pasien. Pada tahap evaluasi dibagi menjadi 4 tahap yaitu
SOAP atau SOAPIER:
S: Subyektif: Hasil pemeriksaan terakhir yang dikeluhkan oleh
pasien biasanya data ini berhubungan dengan criteria hasil
O: Obyektif: Hasil pemeriksaan terkhir yang dilakukan oleh
perawat biasanya data ini juga berhubungan dengan criteria hasil.
A: Analisa: Pada tahap ini dijelaskan apakah masalah kebutuhan
pasien telah terpenuhi atau tidak
P: Plan of Care: Dijelaskan rencana tindak lanjut yang akan
dilakukan terhadap pasien.

15
3) Paraf harus disertai nama jelas, tujuannya untuk pembuktian dan
pertanggung gugat bagi perawat jika suatu saat kondisi pasien
memburuk atau sampai berada ditangan hukum.

B. Dokumentasi Keperawatan Komplementer


1. Keperawatan Komplementer
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Terapi adalah
usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit; pengobatan
penyakit; perawatan penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi,
bersifat menyempurnakan.
Menurut WHO (World Health Organization), Pengobatan
komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal
dari negara yang bersangkutan, sehingga untuk Indonesia jamu misalnya,
bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan
tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang
sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun – temurun
pada suatu negara. Tetapi di Philipina misalnya, jamu Indonesia bisa
dikategorikan sebagai pengobatan komplementer.
Terapi Komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit yang
dilakukan sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau
sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis yang
Konvensional.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan
Komplementer tradisional-alternatif adalah pengobatan non konvensional
yang di tunjukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
meliputi upaya promotiv, preventive, kuratif, dan rehabilitatif yang
diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan, dan
evektivitas yang tinggi berandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi
belum diterima dalam kedokteran konvensional.

16
2. Dokumentasi Keperawatan Komplementer
Pada prinsipnya, dokumentasi keperawatan komplementer tidak
jauh berbeda dengan dokumentasi asuhan keperawatan pada umumnya,
yang meliputi: proses pengkajian, diagnose, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
Untuk dokumentasi asuhan keperawatan komplementer meliputi:
a. Pengkajian
1) Identitas pasien
2) Keluhan utama
3) Keluhan tambahan
4) Riwayat keluhan utama dan keluhan tambahan
5) Riwayat menggunakan perawatan/pengobatan komplementer
6) Riwayat alergi
7) Data focus masalah pemenuhan kebutuhan dasar
8) Data focus pemeriksaan fisik
9) Data penunjang (lab, USG,X-ray, MRI)
10) Data pemeriksaan komplementer
1. Nama titik yang bermasalah
2. Lokasi titik bermasalah
11) Analisa data
b. Diagnosa Keperawatan
(disesuaikan dengan diagnosa pada NANDA)
c. Rencana Keperawatan
(menggunakan label NOC dan NIC, dengan tujuan SMART)
d. Pelaksanaan
(penerapan dari intervensi yang disertai dengan evaluasi
formatif dari pasien, baik berupa objektif maupun subjektif)
e. Evaluasi
(gambaran/evaluasi sumatif dari pasien, yang meliputi: SOAP
atau SOAPIER)

C. Contoh Asuhan Keperawatan Komplementer


a. PENGKAJIAN
1) Identitas Klien
a) Nama : Tn.GD
b) Jenis Kelamin : Laki – laki
c) Alamat : Jl. Pulau Saeulus No.2
d) Pendidikan : SMP
e) Pekerjaan :-
f) No.Telp : 085604384xxx
g) Agama : Hindu
2) Keluhan Utama
Pusing ( Migrain )

17
3) Keluhan Tambah
Tidak Ada

4) Riwayat Keluhan Utama dan Keluhan Tambahan


Dari bangun pagi belum sarapan. Sakit kepala seperti di tusuk –
tusuk di bagian samping ( kepala kanan ). Sakit dirasakan setiap
saat, skala nyeri 4 ( dari 0-10 )
5) Riwayat menggunakan perawatan / pengobatan komplementer
Pasien mengatakan belum pernah menggunakan perawatan /
pengobatan komplementer sebelumnya.
6) Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi
7) Data focus masalah pemenuhan kebutuhan dasar
P : nyeri dirasakan karena tidak sarapan dan kurang waktu tidur
Q : nyeri dirasakan seperti ditusuk – tusuk
R : nyeri dirasakan di bagian sampng kanan pasien
S : 4 dari 0- 10
T : nyeri dirasakan setiap saat
8) Data focus pemeriksaan fisik :
a) Vital Sign
TD : 100/80mmHg
RR : 16 x / menit
HR : 80 x / menit
Suhu : 360C
b) Kesadaran umum : compos mentis
GCS : 15 ( E4, V5, M6 )
9) Data penunjang ( La/X-Ray/MRI/USG dll )
GDS : 103 mg/dL
10) Data Pemeriksaan Komplementer
a) Nama Titik yang bermasalah
- Baihui ( DU20 / GV 20 )
- Yintang ( Ev HN 3 )
- Taiyang ( EV HN 5 )
- Xaxi ( GB 43 )
- Hegu : ( U4)
- Zusanli ST : 36
- SP : 10
b) Lokasi titik yang bermasalah

18
- Baihui ( DU20 / GV 20 ) : pada puncak kepala ada lekukan
kecil
- Yintang ( Ev HN 3 ) : titik tengah antara dua alis mata
- Taiyang ( EV HN 5 ) : pada lekukan + 1cun di sisi luar
sudut mata
- Xaxi ( GB 43 ) : 1/2cun di atas sela antara jari kaki ke-4 dan
ke-5
- Hegu : ( U4) : antara pangkal tulang jempol tangan dan
pangkal tulang telunjuk tangan
- Zusanli ST : 36 : Tiga cun di bawah tempurung lutut

b. ANALISA DATA
DATA STANDAR NORMAL MASALAH

DS : - Pasien tidak Nyeri Akut


Pasien mengatakan mengeluhkan nyeri
- Pasien tampak
nyeri pada kepala
tenang
bagian samping,
- Pasien tidak
pasien mengeluh nyeri
meringis dan tidak
kepala dirasakan
pucat
seperti ditusuk – tusuk
sejak bangun tidur dan
timbul setiap saat
dengan skala nyeri 4
( 0 – 10 )
DO :
Pasien tampak
meringis, tampak
pucat dan lemas
TD : 100/80mmHg
N : 80x/menit
RR : 16x/menit
Terdapat nyeri tekan
pada titik DU 20/ GV
20, EXHN3/ Ex HN5

19
dan GB 43
GDS : 103mg/dL

c. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera biologis ditandai dengan
pasien mengatakan nyeri pada kepala bagian samping, dirasakan seperti di
tusuk – tusuk sejak bangun tidur, nyeri timbul setiap saat dengan skala
nyeri 4 ( 0-10 ) terdapat nyeri tekan pada titik DU20 / GV20, EX HN 3,
EX HN 5, dan GB 43
d. RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Nyeri akut b/d NOC : NIC :
dengan agens Comfort Status : Accupresure
cidera biologis Physical 1. Perhatikan kontraindikasi 1. Mencegah hal-
d/d dengan pasien Setelah dilakukan tindakan acupressure hal yg tidak
mengatakan nyeri tindakan terhadap pasien diinginkan
2. Putuskan aplikasi 2. Membantu
pada kepala keperawatan
akupresure untk mempercepat
bagian samping, selama 1 x 30
pengobatan proses
dirasakan seperti menit, diharapkan
penyembuhan
di tusuk – tusuk nyeri akut pasien
3. Memberikan
3. Tentukan kenyamanan
sejak bangun berkurang dengan

20
tidur, nyeri timbul kriteria hasil : pasien secara psikologis kenyamanan
setiap saat dengan - Pasien tidak lagi dengan sentuhan untuk pasien
4. Tentukan accupoint yang 4. Mengetahui
skala nyeri 4 ( 0- mengeluh nyeri/
akan distimulasi letak accupoint
10 ) terdapat nyeri nyeri yg ada
yg bermasalah
tekan pada titik sudah berkurang
5. Membantu
- Pasien tidak 5. Lakukan stimulasi di titik-
DU20 / GV20,
mempercepat
tampak titik accupoint
EX HN 3, EX HN
proses
menahan nyeri
5, dan GB 43
- Skala nyeri 2 penyembuhan
6. Agar pasien
6. Anjurkan pasien untuk
merasa nyaman
rileks/tenang
7. Untuk
7. Berikan terapi knee chest
meningkatkan
tekanan darah
NIC :
Massage
1. Perhatikan kontraindikasi
1. untuk mencegah
terhadap tindakan massage
hal yang tidak
yang akan dilakukan pada
diinginkan
pasien
2. Putuskan aplikasi massage
2. untuk
untuk pengobatan
mempercepat
proses
penyembuhan
3. Tentukan letak / area yg 3. agar area yang
akan di massage akan di massage
tepat pada titik
yg bermasalah
4. untuk
4. Gunakan minyak atau
mengurangi
lotion untuk massage
gesekan yang
kecuali area kepala
5. Lakukan massage di area kasar
5. untuk
yg sudah ditentukan
membantu
dengan memijat terus
proses
menerus, rata, pukulan

21
yang lama, meremas dan penyembuhan
6. agar pasien
getaran
6. Anjurkan pasien unutk tetap rileks dan
rileks/tenang nyaman
7. Berikan pasien terapi 7. Membantu
herbal proses
penyembuhan

22
e. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
N HARI/ TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
O WAKTU
1 Jumat , 18 1. Mengidentifikasi 1. Pasien tidak memiliki
Desember 2015 kontraindikasi tindakan kontraindikasi tindakan
Pk : 08.30 wita akupresur dan massage akupresur dan massage
2. Memberikan pengobatan 2. Pasien bersedia
akupresur dan massage dilakukan pengobatan
untuk pasien akupresur dan massage
3. Menentukan accupoint 3. Titik accupoint DU20 /
untuk akupresure dan GV20, EX HN 3, EX
massage HN 5, dan GB 43
4. Melakukan manipulasi 4. Pasien mengatakan nyeri
aupresur melawan arah pada titik yang ditekan
jarum jam sebanyak 40x
5. Melakukan manipulasi
5. Pasien mengatakan nyeri
massage menggunakan
di menit pertama namun
minyak zaitun dengan cara
di menit terakhir pasien
memijat terus menerus,
merasa nyaman dengan
rata, dan tekanan yang
massage yang dilakukan
lama selama 20 menit
6. Menganjurkan pasien
6. Pasien merasa tenang
untuk tetap tenang Selma
dan tampak rileks selama
dilakukan tindakan
dilakukan tindakan
7. Memberikan terapi knee
7. Pasien merasa nyaman
chest
8. Memberikan ramuan
8. Pasien meminum ramuan
herbal bawang berlian
herbal bawang berlian
yang diberikan.

f. EVALUASI
NO DIAGNOSA CATATAN PERKEMBANGAN

23
1 Nyeri akut b/d S : pasien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri
dengan agens 2 (dari 0-10) dan pasien mengatakn sudah merasa lebih
cidera biologis d/d rileks dan nyaman
dengan pasien
mengatakan nyeri O : pasien tampak tenang dan rileks dari sebelumnya dan
pada kepala pasien tidak tampak meringis/menahan nyeri
bagian samping,
dirasakan seperti A : masalah nyeri akut teratasi
di tusuk – tusuk
sejak bangun P : pertahankan kondisi pasien, KIE pasien tentang cara
tidur, nyeri timbul mengurangi nyeri ( teknik massage, dan ramuan herbal ),
setiap saat dengan anjurkan pasien untuk follow up apabila nyeri timbul
skala nyeri 4 ( 0-
10 ) terdapat nyeri
tekan pada titik
DU20 / GV20,
EX HN 3, EX HN
5, dan GB 43

24
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Terapi Komplementer merupakan metode penyembuhan yang caranya
berbeda dari pengobatan konvensional di dunia kedokteran, yang mengandalkan
obat kimia dan operasi, yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan. Banyak
terapi modalitas yang digunakan pada terapi komplementer mirip dengan tindakan
keperawatan seperti teknik sentuhan, masase dan manajemen stress. Terapi
komplementer merupakan terapi tambahan bersamaan dengan terapi utama dan
berfungsi sebagai terapi suportif untuk mengontrol gejala, meningkatkan kualitas
hidup, dan berkontribusi terhadap penatalaksanaan pasien secara keseluruhan.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan
komplementer tradisional – alternatif adalah pengobatan non konvensional yang
ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan
terstruktur dengan kualitas, keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan
ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional.
Dalam penyelenggaraannya harus sinergi dan terintegrasi dengan pelayanan
pengobatan konvensional dengan tenaga pelaksananya dokter, dokter gigi dan
tenaga kesehatan lainnya yang memiliki pendidikan dalam bidang pengobatan
komplementer tradisional – alternatif. . .
Jadi, Keperawatan komplementer adalah cabang ilmu keperawaratan yang
menerapkan pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif yang berfungsi sebagai terapi suportif untuk mengontrol gejala,
meningkatkan kualitas hidup, dan berkontribusi terhadap penatalaksanaan pasien
secara keseluruhan, diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas,
keamanan dan efektifitas yang tinggberlandaskan ilmu pengetahuan biomedik
.

25
B. Saran
Sebagai tenaga kesehatan untuk memberika pelayanan kesehatan kepada
masyrakat pada zaman globalisasi ini kita perlu mengenal dan mengetahui
mengenai keperawatan komplementer sehingga dapat memberikan pelayanan
yang baik.

26
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Linda Juall. 1995. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan


Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif. Jakarta: EGC
Daniel Tasha. 2013. Model Dokumentasi Keperawatan
(Available :https://www.scribd.com/doc/173080355/Bab-I , diakses pada
tanggal 9 September 2018 Pukul 20.15 WITA
Depkes R.I. (1995). Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan
di Rumah Sakit. Cet. ke-1. Jakarta : Dirjen Depkes.
Ejjariza. 2013. Makalah dokumentasi keperawatan. (Online). Available :
https://ejjariza.wordpress.com/2013/02/15/makalah-dokumentasi-
keperawatan/ diakses pada tanggal 9 September 2018 Pukul 20.15 WITA
Lyer, patricia W. & Camp, Nancy H.. (2004). Dokumentasi Keperawatan: Suatu
Pendekatan Proses Keperawatan Ed. 3. Jakarta: EGC
Marreelli, T. M.. (2007). Buku Saku Dokumentasi Keperawatan Ed. 3. Jakarta:
EGC
Mubarak, Wahid Iqbal. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi.
Jakarta : Salemba Medika
Nurika, Aulia. 2012. Dokumentasi Keperawatan Inplementasi. (Online). Available
: http://aulianurika08.wordpress.com/2012/10/12/dokumentasi-keperawatan-
_-implementasi/. diakses pada tanggal 9 September 2018 Pukul 20.15 WITA
PERMENKES No. 47/2000. Registrasi dan Praktik Keperawatan. Depkes.
Jakarta
Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik
edisi 1. Jakarta : Salemba Medika.
Oktaviatna Sari, Oky. 2013. Progress Oriented Record. Online : Available
http://www.slideshare.net/okyoktaviatnasari/progress-oriented-record
diakses pada tanggal 9 September 2018 Pukul 20.15 WITA
Pujihastuti, Apriani. 2012. Dokumentasi dalam Proses Keperawatan. (Online).
Available : https://apriyanipujihastuti.wordpress.com/2012/07/09/dokumen
tasi-dalam-proses-keperawatan/. diakses pada tanggal 9 September 2018
Pukul 20.15 WITA

27
Putra.Ade. 2014. Dokumentasi Keperawatan Implementasi dan Evaluasi.
(Online). Available: http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2014/02/06/
dokumentasi-keperawatan-dokumentasi-keperawatan_implementasi-dan-
evaluasi-629968.html diakses pada tanggal 9 September 2018 Pukul 20.15
WITA
Rere. Makalah Proses Keperawatan. Online : Availabke : https://www.academia.
edu/8696894/Makalah_Proses_Keperawatan diakses pada tanggal 9
September 2018 Pukul 20.15 WITA
Safit, retno. 2011. Bab 2. (Online). Available: http://digilib.unimus.ac.id/files/
disk1/106/jtptunimus-gdl-retnosafit-5284-3-bab2.pdf diakses pada tanggal 9
September 2018 Pukul 20.15 WITA
UU Kesehatan No.23/1992. Tentang Kesehatan. Depkes. Jakarta
Wahyu, dhian. 2011. Bab ii. (Online). Available : http://digilib.ump.ac.id/
files/disk1/18/jhptump-a-dhianwahyu-879-2-babii.pdf diakses pada tanggal
9 September 2018 Pukul 20.15 WITA
Wilkinson, Judith M. & Ahern, Nancy R.. (2011). Buku Saku NANDA NIC NOC.
Jakarta: EGC
Yeni. 2008. Evaluasi Keperawatan. (Online). Available :
https://yenibeth.wordpress.com/2008/06/19/evaluasi-keperawatan/ diakses
pada tanggal 9 September 2018 Pukul 20.15 WITA

28

Anda mungkin juga menyukai