Anda di halaman 1dari 8

ESSAI ILMIAH POPULER

POTENSI “LOLOH CEMCEM” PRODUK BUDAYA BALI


DALAM MENGHADAPAI MEA

NI WAYAN BUNGA PANDANSARI

1602511208

Oncology

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2016
Dewasa ini, globalisasi menyebabkan negara-negara di dunia tidak
mengenal batas wilayah. Hal tersebut berarti tidak ada lagi atau bahkan tidak ada
sama sekali pembatasan antar negara untuk perpindahan barang, jasa, modal,
pasar, dan hal lainnya. Globalisasi membuka akses dan peluang pasar yang lebih
luas terhadap produk-produk asing bagi konsumen dalam negeri (Muhi, 2011)[1].
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang tidak mengenal batas.
Globalisasi diberbagai sektor yang semakin mengarah pada pasar bebas tidak
dapat dihindari oleh negara-negara lain termasuk Negara Indonesia. Di era
globalisasi ini, batas negara kian menghilang, sementara kemajuan dalam bidang
teknologi dan informasi sangat berkembang pesat. Perkembangan globalisasi yang
kian menghilangkan batasan negara ditandai dengan diberlakukannya Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA).

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah diberlakukan pada akhir tahun


2015. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan hal yang sangat penting
untuk dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan
perekonomian ke arah yang lebih baik dan dengan pencapain tersebut akan
menjadi indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara. Maka
dengan indikator tersebut dibentuklah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
dengan tujuan untuk meningkatkan stabilitas perekonomian di kawasan ASEAN
dengan terbentuknya ekonomi ASEAN diharapkan mampu mengatasi
permasalahan ekonomi antar negara ASEAN[2]. Riset terbaru dari Organisasi
Pemburuan Dunia (ILO) menyebutkan bahwa pembukaan pasar tenaga kerja akan
mendatangkan manfaat yang sangat besar. MEA akan menjadi kawasan yang
memiliki perkembangan ekonomi merata.

MEA sebagai pasar tunggal terdiri atas berbagai sektor, tidak terkecuali
kesehatan. Sektor kesehatan di indonesia merupakan sektor yang mempunyai
peranan penting dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)[3].
Selain itu, sektor ini dijadikan modal dasar bagi seseorang untuk
mengkontribusikan segala daya dan upayanya dalam mewujudkan kesejahteraan.
Menurut studi yang dilakukan oleh ERIA (Economic Research Institute for
ASEAN and East Asia), dalam beberapa tahun terakhir perpindahan tenaga kerja
profesional antar negara ASEAN mengalami peningkatan. Perbedaan
pertumbuhan ekonomi dan pendidikan antar negara ASEAN menyebabkan
terdapat negara yang kelebihan tenaga kerja terampil, sedangkan di negara lain
terjadi kekurangan tenaga kerja terampil. Perbedaan ini akan mendorong ekspor
tenaga kerja terampil sehingga akan lebih mudah untuk bekerja di negara lain.
Tentunya hal tersebut akan menguntungkan tenaga kerja terampil, tidak terkecuali
tenaga kesehatan.

Dalam beberapa hal, Indonesia dinilai belum siap dalam menghadapi


Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Banyak kalangan yang masih merasa ragu
akan kesiapan Negara Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi
ASEAN. Dalam menghadapi MEA, Indonesia masih harus menghadapi beberapa
tantangan baik internal maupun ekstrernal. Tantangan eksternal yang dihadapi
yaitu persaingan perdagangan yang semakin ketat serta semakin besarnya defisit
neraca perdagangan Indonesia dengan negara ASEAN. Sementara itu, adapun
tantangan internal yang dihadapi Indonesia adalah kurangnya pemahaman
masyarakat mengenai MEA, ketidaksiapan daerah dalam menghadapi MEA,
kondisi SDM dan ketenagakerjaan Indonesia. Untuk dapat bersaing dalam MEA,
Indonesia harus memahami tantangan yang akan dihadapinya karena didalam
setiap sektor terdapat tantangan-tantangan tersendiri yang harus dihapadi
Indonesia. Tidak terkecuali dalam bidang kesehatan, Indonesia harus menghadapi
tantangan dalam kesiapan infrastrukturnya yang masih minim sehingga
mempengaruhi daya saing. Jumlah tenaga kesehatan di Indonesia juga masih jauh
dari ideal. Selain itu, Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing (TK-WNA)
memiliki kesempatan yang sangat besar untuk masuk ke pasar medis yang akan
menimbulkan persaingan dengan tenaga kesehatan Indonesia.

Berdasarkan pandangan mengenai kesiapan Indonesia dalam menghadapi


MEA dalam sektor kesehatan dan mencegah terancamnya para tenaga kesehatan
Indonesia, pemerintah mempunyai peranan penting untuk memproteksi tenaga-
tenaga kesehatan Indonesia. Terdapat beberapa upaya yang dilakukan pemerintah
dalam menangani ancaman tersebut yaitu dengan mengatur status keberadaan
tenaga kesehatan asing dan tenaga kesehatan Indonesia dalam Undang-Undang
No. 36 Tahun 20014 tentang Tenaga Kesehatan serta turunannya salah satunya
Peraturan Menteri Kesehatan No. 67 Tahun 2013 mengenai Pendayagunaan
Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing (TK-WNA).

Pemerintah merancangkan berbagai macam strategi untuk menghadapi


MEA dalam sektor kesehatan. Hal yang difokuskan dalam kesehatan maupun
tenaga kerja kesehatan yaitu peningkatan daya saing tenaga kerja kesehatan,
peningkatan kompetensi dan produktivitas tenaga kerja kesehatan, dan
peningkatan obat tradisional. Selain Sumber Daya Manusia yang sangat
mempengaruhi kesiapan Indonesia dalam menghadapi MEA, namun Sumber
Daya Alam juga memiliki andil yang sangat besar dalam menyongsong
peningkatan kualitas tenaga kesehatan ataupun Sumber Daya Manusia itu sendiri.
Jadi, terdapat keterikatan antara Sumber Daya Alam (SDA) dengan Sumber Daya
Manusia yang tidak dapat dipisahakan karena baik SDA dan SDM saling mengisi
satu sama lain atau komplementer.

Potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah menyebabkan


Indonesia memiliki biodiversty (keanekaragaman hayati) yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku obat. Obat-obat yang dicanangkan untuk dikembangkan
adalah obat-obat tradisional yang telah ada secara turun-temurun. Peningkatan
pemanfaatan SDA sebagai obat tradisional dalam menghadapi MEA merupakan
salah satu pengembangan industri yang berbasis budaya. Hal ini berarti obat-obat
tradisional yang secara turun temurun telah ada dan dipercayai oleh masyarakat
awam ini dinilai dapat untuk dikembangkan baik dalam meningkatkan kualitas
SDM maupun pemanfaatkan SDA secara efektif. Setiap daerah di Indonesia
memiliki beragam obat-obatan tradisional yang sudah jarang dilirik oleh
masyarakat pada masa sekarang. Padahal obat tradisional tersebut sangat
berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut sehingga dapat meningkatkan
kualitas pengembangan industri di Indonesia baik yang berkaitan dengan
kesehatan maupun ekonomi.

Dari sekian banyak obat tradisional yang dikenal oleh masyarakat, jamu
merupakan obat tradisional yang mulai dilirik kembali karena sangat berpotensi
dalam menghadapi MEA. Jamu yang terdapat di Indonesia juga sangat beragam.
Keanekaragaman Sumber Daya Alam menyebabkan setiap daerah memiliki
ramuan jamu yang berbeda, begitu juga halnya jamu yang terdapat di Pulau Bali.
Pulau Bali yang tidak hanya terkenal dengan ragam seni dan budayanya, juga
memiliki aneka kuliner serta obat-obat tradisional yang sangat berkhasiat. Obat
tradisional atau jamu yang sangat terkenal dan telah menjadi khas “Bali” adalah
“loloh”. Loloh yang paling diminati oleh masyarakat Bali adalah loloh cemcem.
Selain memiliki rasa yang beragam, loloh cemcem ini juga memberikan manfaat
yang sangat besar bagi tubuh.

Melihat adanya permasalahan dan potensi diatas, penulis ingin meninjau


potensi loloh cemcem dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
sebagai industri kreatif berbasis budaya.

Loloh merupakan ramuan herbal tradisional khas Bali yang bermanfaat


bagi kesehatan dan juga sebagai minuman segar penghilang dahaga. Masyarakat
sering mengasumsikan bahwa jamu memiliki rasa yang pahit dan tidak enak. Hal
tersebut tidak berlaku untuk loloh cemcem ini, karena jamu tradisional khas Bali
ini memiliki rasa yang beragam. Mulai dari rasa sedikit kecut, manis, asam
campur menjadi satu[4]. Beragam rasa yang diberikan oleh loloh ini membuat
banyak masyarakat yang tertarik untuk mencicipinya. Walaupun, warna atau
tampilan fisiknya kurang menarik. Loloh cemcem berbahan dasar daun cemcem
yang memiliki pohon mirip seperti pohon kedongdong namun tidak berbuah. Rasa
asli dari daun cemcem ini ialah agak asam. Namun, rasa agak asam yang
ditimbulkan oleh daun ini dapat dinetralkan dengan ditambahkan berbagai macam
bahan lainnya.

Daun cemcem atau kedondong hutan (Spondias pinnata (L.f.) Kurz) suku
Anacardiaceae merupakan salah satu tanaman obat yang secara tradisional
dimanfaatkan sebagai obat batuk kronis (Johnny, 1994). Daun kedondong hutan
mengandung flavonoid, triterpenoid, dan steroid (Juniarta, 2011). Flavonoid
mampu bertindak sebagai antioksidan yang berfungsi untuk menangkal radikal
bebas sehingga dapat meminimalkan efek kerusakan pada sel dan molekul-
molekul tubuh seperti DNA, protein, dan lemak karena merupakan golongan
polifenol yang merupakan komponen kimia yang berperan sebagai antioksidan
(Dungir dkk., 2012; Sie , 2013). Senyawa triterpenoid dan steroid merupakan
salah satu kandungan metabolit sekunder yang digunakan sebagai obat antara lain
untuk mengatasi gangguan kulit, diabetes, gangguan menstruasi,antiinflamasi, dan
malaria.

Untuk memproduksi loloh cemcem, diperlukan bahan-bahan yang


menunjang dalam proses pembuatannya maupun meningkatkan kualitas loloh
cemcem itu sendiri. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan loloh
cemcem meliputi kayu manis, daun sirih, daun jarak pagar, daun dadap, air
kelapa, buah kelapa, dan gula aren. Selain menggunakan bahan-bahan dari alam
loloh cemcem ini juga tidak mengandung pengawet. Jadi hanya akan beratahahan
2-3 hari saja[5]. Hal tersebut menandakan loloh cemcem ini sangat memberikan
banyak sekali manfaat yang diperoleh tubuh tanpa ada efek samping. Tak salah
jika masyarakat Bali banyak sekali yang memilih mengkonsumsi loloh cemcem
ini untuk menjaga kesehatan. Loloh cemcem memiliki banyak sekali manfaat bagi
tubuh meliputi menurunkan tekanan darah, sangat baik untuk pencernaan,
mencegah sariawan, mengurangi batuk, menghilangkan bau badan, mengurangi
sakit karena rematik. Banyak sekali manfaat atau khasiat yang disuguhkan oleh
loloh cemcem ini yang sangat bisa dikembangkan lebih jauh sehingga mampu
meningkatkan potensi Indonesia dalam menghadapi MEA baik dalam
kontribusinya pada sektor kesehatan maupun kontirbusinya pada sektor ekonomi.
Loloh cemcem masih perlu untuk dikembangkan lagi. Obat trasidional ini
masih memilik beberapa kekurangan yang perlu untuk diminimalisir agar lebih
menarik. Pengembangan dari loloh ini bisa dimulai dari perbaikan kemasan
karena di Bali masih menggunakan botol plastik. Botol plastik yang digunakan
juga belum tentu bersih atau baru. Jadi, kemasan untuk loloh cemcem ini bisa di
kembangkan atau divariasikan sehingga tidak ada kesan buruk bagi konsumen.
Tampilan fisik dari loloh cemcem memang tidak begitu menarik karena berwarna
hijau daun yang sepertinya menimbulkan kesan “pahit”. Tetapi, tampilan fisik dari
loloh ini sangat menunjukkan bahwa obat tradisional ini benar-benar diproduksi
menggunakan bahan-bahan herbal atau alami. Selain itu, dapat juga ditambahkan
komposisi serta manfaat dari loloh cemcem itu sendiri sehingga masyarakat
mengetahui bahan-bahan apa saja yang mereka konsumsi serta manfaat yang
diberikan oleh bahan-bahan tersebut. Produk dari loloh cemcem juga harus
divariasikan seperti dalam bentuk tablet, serbuk, dan lain-lain sehingga para
konsumen menjadi lebih tertarik. Pemvariasian produk loloh ini akan
memudahkan para konsumen yang tidak berasal dari Bali dapat secara langsung
mengkonsumsi obat tradisional khas Bali ini. Jika loloh cemcem dikembangkan
lagi seperti halnya dengan pernyataan diatas, maka loloh cemcem khas Bali ini
sangat bisa untuk meninggakatkan potensi Indonesia dalam menghadapi
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Berdasarkan pemaparan diatas, Indonesia sangat memerlukan adanya
kontribusi dalam peningkatan potensinya untuk menghadapi MEA. Pemanfaatan
Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia sangat diperlukan oleh
Indonesia untuk mencanangkan tujuannya. Dengan keanekaragaman hayati yang
dimiliki Indonesia banyak sekali hal yang dapat dilakukan. Pemanfaatan
keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh Indonesia ini khususnya loloh cemcem
yang mengandung banyak sekali aksen budaya yang tentunya sangat bermanfaat
bagi kesehatan diharapkan mampu meningkatkan potensi Indonesia dalam
menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
DAFTAR PUSTAKA

1. Muhi, Ali Hapaniah. Peluang dan Tantangan Globalisasi. 2011. Diakses pada
20 Agustus 2016.

2. Koesoemo, Gatot Soeryo. Pengaruh Era MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN)


2015 Terhadap Tenaga Kesehatan Profesional Di Indonesia. Diakses dari
http://www.kemangmedicalcare.com pada tanggal 20 Agustus 2016

3. Pujiani, Ida. Persiapan Indonesia Dalam Menghadapi MEA (Masyarakat


Ekonomi ASEAN). 2014. Diakses dari id.stei-stmy.ac.id pada tanggal 20 Agustus
2016

4. Merna. LOLOH CEMCEM, MINUMAN TRADISIONAL BALI SEDANG


JADI BERITA. 2015. Diakses dari: http://www.jadiberita.com pada tangga 20
Agustus 2016

5. Santiasa, AA Putu. Sedang Booming, Loloh Cemcem Minuman Tradisional


Bali Bekhasiat. 2015. Diakses dari http://www.tribunnews.com pada tanggal 20
Agustus 2016.

Anda mungkin juga menyukai