Anda di halaman 1dari 8

Warta Perkaretan 2012, 31(1), 35 - 42

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI


(SIG) PADA PERKEBUNAN KARET
The Implementation of Remote Sensing and Geographical Information System (GIS) in Rubber Plantation
Priyo Adi Nugroho dan Imam Susetya
Balai Penelitian Sungei Putih, P.O. Box 1415 Medan, 20001, email: balitsp@indosat.net.id
Balai Penelitian Getas, Jl. Patimura Km 6, Kotak Pos 804 Salatiga 50702, email: balitgetas@yahoo.com

Diterima tgl 12 Desember 2011/Disetujui tgl 8 Maret 2012

Abstrak and screening white root disease distribution and leaf


Sistem Informasi Geografi merupakan suatu nutrient status.
komponen yang terdiri dari perangkat keras,
perangkat lunak, data geografi dan sumberdaya Keywords: Hevea brasiliensis, Geographical Information
manusia yang bekerja bersama secara efektif untuk System, plantation.
memasukkan, menyimpan, memperbaiki,
Pendahuluan
memperbaharui, mengelola, memanipulasi,
mengintegrasikan, menganalisis dan menampilkan Usaha perkebunan secara komersial di
data dalam suatu informasi berbasis geografi. Indonesia sudah dimulai sejak abad ke-19.
Te k n o l o g i S i s t e m I n f o r m a s i G e o g r a f i Walaupun sudah lebih dari seratus tahun
memungkinkan dukungan kegiatan bidang
beberapa aktivitas seperti penghitungan
perkebunan karet secara efektif dan efisien.
Terdapat beberapa keunggulan pada teknik jumlah pohon/sensus dan pemetaan areal
penginderaan jauh antara lain adalah: a) masih menggunakan teknologi konvensional
perekaman berulang, b) faktual, dan c) format yang belum mengikuti perkembangan
berbentuk digital. Melihat penggunaannya di teknologi. Beberapa perusahaan swasta seperti
bidang lain yang cukup luas, maka pada bidang PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate telah
perkebunan karet berpeluang untuk diaplikasikan, melakukan adopsi teknologi dalam
antara lain untuk keperluan digitalisasi peta analog, pengelolaan kebun, misalnya penimbangan
penentuan luasan areal hiaten, penentuan tindakan hasil produksi di Tempat Pemungutan Hasil
kultur teknis pada berbagai kondisi topografi dan (TPH) sudah terintegrasi dengan jaringan
penapisan sebaran penyakit Jamur Akar Putih dan
internet dan software tertentu sehingga
status hara daun.
manajemen mendapatkan informasi produksi
Kata kunci: Hevea brasiliensis, Sistem Informasi harian baik kumulatif maupun produksi tiap
Geografi, perkebunan penyadap secara cepat dan akurat. Beberapa
teknologi memang sangat memungkinkan
Abstract
untuk diadopsi dalam mengelola perkebunan,
Geographical Information System is a component tetapi semua tidak terlepas dari ketersediaan
that consists of hardware and software tools, geographical biaya.
data and human resource that effectively work together to S a l a h s a t u t e k n o l o g i ya n g t e r u s
enter, save, repair, update, manage, manipulate, berkembang dalam pengelolaan sumberdaya
integrate, analyze and release data into the format of alam saat ini adalah Sistem Informasi
geographical-based information. Geografi (SIG)/Geographical Information
There are some advantages of remote sensing
System (GIS). Di bidang kehutanan SIG jauh
techniques: a) repeated record, b) factual, and c) digital
format. Considering that remote sensing technique has lebih dulu diterapkan dibandingkan
been widely implemented in various sectors, its perkebunan, terutama dalam pengelolaan
implementation in rubber plantation is likely possible. hutan. Di bidang klimatologi maupun
This may be used to digitalize analog map, meteorologi, penggunaan SIG untuk
determine/estimate ”hiaten” area, decide the culture penginderaan jauh (remote sensing) juga telah
technique action under various topographical conditions, lama digunakan sebagai teknologi untuk
mengamati iklim suatu daerah, menganalisis

35
Warta Perkaretan 2012, 31(1), 35 - 42

cuaca dan pola angin termasuk dalam meningkatkan ketelitian hasil/pengolahan


membuat permodelan data-data yang berasal d a t a a n a l i s i s. M e l a l u i p e n g a m a t a n ,
dari stasiun-stasiun pengamatan maupun pengumpulan data lapangan dan validasi
satelit. Penggunaan teknologi SIG dalam lapangan yang di ukur posisi koordinatnya
bidang perkebunan masih sangat terbatas, dengan GPS, informasi lapangan yang
meskipun SIG dapat memper mudah dipadukan dengan hasil analisis digunakan
p e n ge l o l a a n k e b u n t e r u t a m a a s p e k sebagai sumber informasi utama untuk
perencanaan. memperbaiki dan menyempurnakan peta-peta
D i m a s a m e n d a t a n g p e n ge l o l a a n yang sudah dibuat (Wahyunto, 2004).
perkebunan berbasis SIG sangat berpeluang Penggunaan teknologi SIG dapat mendukung
untuk dikembangkan dan cukup menarik pencapaian efektivitas dan efisiensi kegiatan
untuk diulas. Tulisan ini mengulas peluang bidang perkebunan karet. Penginderaan jauh
adalah ilmu, seni, dan teknik untuk
pemanfaatan SIG untuk pengelolaan
memperoleh informasi suatu objek, daerah,
perkebunan karet.
dan atau fenomena melalui analisis data yang
Sistem Informasi Geografi diperoleh dengan suatu alat tanpa harus
kontak langsung dengan objek, daerah, atau
SIG merupakan sistem informasi berbasis fenomena yang dikaji (Lilesand dan Kiefer,
komputer yang digunakan untuk mengolah 2000). Untuk dapat merekam obyek di
dan menyimpan data atau informasi geografi. permukaan bumi diperlukan sensor yang
SIG merupakan suatu komponen yang terdiri dipasang jauh dari obyek yang dikaji, oleh
dari perangkat keras, perangkat lunak, data k a r e n a i t u d i p e r l u k a n t e n a g a ya n g
geografi serta sumberdaya manusia yang dipancarkan atau dipantulkan oleh obyek
bekerja bersama secara efektif untuk tersebut. Setiap obyek di permukaan bumi
memasukkan, menyimpan, memperbaiki, mempunyai karakteristik tersendiri di dalam
memperbaharui, mengelola, memanipulasi, interaksinya terhadap tenaga, misalnya air
mengintegrasikan, menganalisa dan m e n ye r a p s i n a r b a n ya k d a n h a n ya
menampilkan data dalam suatu informasi memantulkan sinar sedikit. Sebaliknya,
b e r b a s i s g e o g r a f i . S I G m e m p u n ya i batuan kapur atau salju menyerap sinar sedikit
kemampuan untuk menghubungkan berbagai dan memantulkan sinar banyak (Sutanto,
data pada suatu titik tertentu di bumi, 1994). Terdapat beberapa keunggulan pada
menggabungkannya, menganalisis dan teknik penginderaan jauh antara lain: a)
akhirnya memetakannya. Teknologi ini perekaman berulang, b) faktual, dan c) format
merupakan kombinasi antara peta digital berbentuk digital. Hal itu memungkinkan
dengan data digital sehingga membuka dilakukannya pendekatan secara kuantitatif
peluang yang lebih luas dalam melakukan sehingga unsur subjektivitas berkurang.
analisis ruang dengan informasi yang Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh
tersimpan di dalam database (Nento, 2000).
dan SIG diharapkan dapat diperoleh informasi
Penggunaan SIG tidak terlepas dengan
terkini, akurat dan ce pat mengenai
penggunaan Global Positional System (GPS).
G P S a d a l a h s a l a h s a t u a l a t ya n g sumberdaya lahan pertanian, terutama
memanfaatkan teknologi satelit yang dapat mengenai variasi spasial potensi dan status
digunakan untuk pemetaan suatu daerah. GPS pemanfaatannya. Informasi inilah yang
adalah alat yang menggabungkan beberapa nantinya digunakan untuk membuat pilihan-
fungsi alat ke dalam satu alat. Fungsi-fungsi pilihan alternatif pengelolaan lahan pertanian
alat seperti kompas, theodolith, altimeter, yang rasional dan berkelanjutan (Mubekti,
termometer, speedometer dipadukan menjadi 2006).
satu dan dapat dengan mudah dioperasikan
(Garmin, 2004). GPS sangat berguna untuk

36
Aplikasi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG) pada perkebunan karet

Kemungkinan Aplikasi GPS dan a. Peta Lokasi/Situasi Kebun


Penginderaan Jauh di Perkebunan Karet Peta lokasi berisikan gambaran mengenai
kondisi umum suatu perkebunan seperti
Melihat cakupan aplikasinya yang cukup
letak geografi kebun, batas-batas areal
luas pada beberapa bidang, SIG dan
perkebunan, panjang dan posisi jalan
Penginderaan Jauh (PJ) sangat berpeluang
perkebunan, jumlah dan panjang sungai
untuk diaplikasikan dalam pengelolaan
yang melewati areal perkebunan,
perkebunan karet.
pemukiman, peta blok tanaman, dsb.
1. Digitalisasi Peta Analog Kelemahan lain dari peta yang berbentuk
lembaran adalah tidak dapat melakukan
Peta merupakan salah satu dokumen editing setiap waktu, sehingga informasi
penting dalam suatu perkebunan dan yang ditampilkan tidak up to date.
umumnya masih berupa lembaran-lembaran Kelemahan itu tidak didapati pada peta
besar yang tidak praktis serta disimpan di lokasi yang disusun secara digital dengan
dalam rak. Peta berbentuk lembaran menggunakan software SIG. Informasi yang
umumnya mudah rusak baik oleh air maupun ada pada peta dapat terus menerus bersifat
rayap. Dengan teknologi SIG, penyimpanan up to date, mengikuti dinamika di lapangan.
peta-peta yang sudah disiapkan lebih mudah Seiring dengan semakin berkembangnya
dan praktis sehingga tidak menggunakan teknologi terutama teknologi satelit,
banyak tempat. Resiko kerusakan peta akibat pembuatan pengukuran/pemetaan lahan
terkena air atau rayap menjadi semakin kecil menjadi lebih mudah. Pada Gambar 1
karena disimpan dalam format digital. disajikan contoh hasil cetakan (print out)
Saat ini SIG semakin populer untuk peta lokasi kebun yang dibuat dengan
mengolah dan menyajikan data spasial. menggunakan teknologi SIG.
Keunikan SIG dibandingkan dengan sistem Pemanfaatan peta digital lain yang juga
lainnya adalah kemampuannya dalam perlu dipertimbangkan adalah pada
menghubungkan data grafis (spasial) dan data perkebunan rakyat dengan pola PIR. Peta
atribut tekstual (a-spasial) dari suatu objek blok kebun menggambarkan peta persil
yang dipetakan (Tahrir, et al., 2000). Dengan kepemilikan lahan untuk masing-masing
bantuan komputer yang secara cepat dapat petani. Pada perkebunan besar, peta blok
menyimpan, mengolah dan menyajikan data, kebun adalah berupa tata ruang kebun yang
bahkan berfungsi mengatur proses editing peta dibuat sesuai dengan kondisi kebun, antara
serta secara interaktif pada terminal grafis lain bentuk wilayah (landform), jalan,
serta menyajikan informasi berbentuk sungai, lokasi pabrik karet dan rumah
gambar/peta kembali dalam bentuk skala yang kar yawan. Pada setiap persil bisa
benar. Bila peta yang secara konvensional dilengkapi dengan data jumlah tanaman,
merupakan sarana penyajian yang sifatnya tahun tanam, produksi per bulan dan
statis, maka melalui pemetaan digital menjadi sebagainya (Santoso, et al., 2004). .
sarana penyajian dan penyimpanan yang b. Peta Tematik Kebun
sifatnya dinamis. Peta digital tidak hanya Peta tematik adalah peta yang berisikan
terbatas pada ukuran lembar, tetapi juga dapat informasi spesifik suatu wilayah. Di
disajikan dalam bentuk daerah yang perkebunan karet peta tematik yang
dikehendaki dengan berbagai macam tersedia biasanya kurang lengkap sehingga
informasi dan proyeksi (Wahyunto, et al., dibutuhkan waktu lama bila ingin
2004). mengakses suatu data. Peta tematik yang
Jenis-jenis peta analog perkebunan karet mungkin ada di perkebunan karet misalnya
yang dapat dibuat dalam bentuk format digital peta tingkat kesuburan tanah, peta sebaran
adalah sebagai berikut : klon, peta sistem sadap, peta sebaran

37
Warta Perkaretan 2012, 31(1), 35 - 42

Gambar 1. Contoh peta lokasi kebun


produksi dll. Dengan menggunakan SIG, menentukan blok mana yang harus
pembuatan peta-peta tersebut bukanlah hal diberikan pupuk ekstra. Contoh lain adalah
yang sulit dan lama. Dasar dari pembuatan hasil overlay antara peta curah hujan, peta
peta tematik adalah peta lokasi/situasi kesuburan tanah, peta kemiringan lereng
kebun, baik yang dikeluarkan oleh Badan dan peta jenis penutup tanah dapat
Pertanahan Nasional maupun hasil menghasilkan peta potensi erosi. Gambar 2
pemetaan yang dilakukan sendiri oleh menyajikan gambaran mengenai teknik
pihak kebun. Pada umumnya sebagian overlay beberapa peta tematik untuk
besar perkebunan karet telah mempunyai menghasilkan peta tema yang baru .
peta situasi sehingga SIG sangat
memungkinkan untuk diaplikasikan. 2. Penentuan Luasan Hiaten
Beberapa jenis peta tematik dalam format Hiaten adalah daerah terbuka di areal
digital yang telah dibuat dengan tanaman karet sebagai akibat dari kekosongan
menggunakan perangkat lunak SIG dapat titik tanam. Kekosongan titik tanam umumnya
digunakan untuk keperluan tertentu antara lain disebabkan karena tanaman yang
dengan menggunakan teknik overlay. Yang tumbang baik oleh angin maupun serangan
dimaksud dengan overlay adalah teknik penyakit Jamur Akar Putih (JAP). Pengukuran
menumpangtepatkan beberapa jenis peta luasan hiaten yang tepat sangat memungkinkan
dengan tema yang berbeda (tematik) untuk dengan menggunakan teknologi PJ dan SIG,
memperoleh satu tema baru. Misalnya hasil yaitu memanfaatkan pixel berdasarkan nilai
overlay peta tingkat kesuburan tanah, peta spektral pada berbagai saluran (band).
sistem sadap dan peta sebaran produksi Klasifikasi secara digital diawali dengan
dapat dijadikan sebagai peta untuk memilih sampel pixel yang dianggap mewakili
masing-masing kelas penutupan lahan

A AY
X Y
AX

B BX BY

Peta A Peta B Peta C


Gambar 2. Teknik overlay dua buah peta tematik

38
Aplikasi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG) pada perkebunan karet

(tanaman karet, tanaman penutup tanah atau 3. Penentuan Tindakan Kultur Teknis pada
areal terbuka). Bila pemilihan sampel ini Berbagai Kondisi Topografi
dilakukan oleh peneliti maka disebut supervised
Pada SIG terdapat mekanisme pengolahan
classification, namun bila pemilihan sampel
peta topografi, misalnya dalam program Arc.
pixel dilakukan oleh komputer berbasiskan
GIS versi 9. x dan 10 didapati menu spatial
kaidah statistik maka disebut unsupervised
analyst atau 3D analyst untuk mengetahui
c l a s s i f i c a t i o n . Pe m i l i h a n s a m p e l i n i
distribusi dan luas areal berdasarkan kelas
menghasilkan range/kelas spektral yang
kelerengan sehingga dapat diatur interval
digunakan untuk mengelompokkan semua
analisis konturnya (Gambar 5). Dengan
pixel. Untuk menginterpretasikan secara
menggunakan peta yang berskala besar,
akurat, citra satelit harus diproses melalui
interval analisis dapat diatur setiap 6 m atau
beberapa tahapan (Gambar 3).
sesuai dengan interval teras bersambung di
Dalam lembaran citra satelit areal yang
areal perkebunan karet tersebut. Ketelitian
tertutup tajuk dan areal yang terbuka
output yang dihasilkan sangat ditentukan oleh
menunjukkan perbedaan warna sehingga
input peta topografi. Peta dengan skala besar
dapat diklasifikasikan dan dihitung luasnya
1 : 10.000 akan menghasilkan peta yang lebih
(Gambar 4). Dengan ukuran citra yang lebih
teliti dibandingkan dengan peta berskala
detil tidak hanya luasan hiaten saja yang dapat
1 : 25.000.
diketahui, tetapi juga memungkinkan
Dalam kajian ini ditampilkan suatu contoh
mengestimasi jumlah pohon yang tumbang
areal kebun seluas 11.168 ha yang telah
maupun melihat individu tanaman. Sebagai
diperoleh sebaran kelas lerengnya berdasarkan
contoh luasan hiaten dalam satu areal
analisis peta kontur menggunakan Spatial
perkebunan karet jarak tanam segiempat
Analsyt dengan klasifikasi (Tabel 1). Hasil dan
berukuran 6 m x 3 m adalah 90 m2 , maka
sebaran kelas lereng dari pengolahan peta
dengan membagikan luas hiaten dengan jarak
kontur yang dikelompokkan berdasarkan
tanam dalam m2 diperoleh jumlah titik tanam
klasifikasi pada tabel di atas disajikan pada
yang kosong yaitu sebanyak 5 pohon.
Gambar 5.

Citra landsat

Koreksi geometri dan


radiometri

Penajaman citra Pemilihan sampel

Interpretasi manual Klasifikasi

Unsupervised Supervised

Uji kesesuaian

Peta tematik dan data

Gambar 3. Proses analisis citra satelit

39
Warta Perkaretan 2012, 31(1), 35 - 42

Gambar 4. Citra satelit hiaten di dalam hamparan kebun karet

Tabel 1. Klasifikasi tindakan kultur teknis pada berbagai kelas lereng


Kelas lereng
(%) Tindakan kultur teknis

0 -3 Pembuatan rorak, benteng, saluran drainase (jika diperlukan)


3 -8 Pembuatan rorak, benteng
8 -15 Pembuatan teras individu (tapak kuda)
15-40 Pembuatan teras bersambung
>100 Tidak dianjurkan untuk ditanam

Dari analisis peta tersebut dapat diketahui 4. Penapisan Sebaran Penyakit Jamur Akar
luas untuk masing-masing kelas lereng yaitu Putih dan Status Hara Daun
5.836 ha untuk kelas lereng 0-3%, 2.567 ha
Sensus adalah salah satu cara yang selama
untuk 3-8%, 1.183 ha untuk 8-15%, 756 ha
ini digunakan untuk mengetahui tingkat
untuk 15-40% dan 825 ha untuk > 100%. Data
s e r a n g a n p e n y a k i t J A P. C a r a i n i
yang diperoleh selanjutnya dapat dijadikan
membutuhkan waktu yang lama dan tenaga
sebagai dasar perencanaan manajemen areal,
kerja yang banyak. Aternatif yang mungkin
misalnya berapa meter teras yang harus
dapat digunakan untuk menggantikan cara
d i b a n g u n , b e r a p a s u m b e r d aya ya n g
konvensional itu adalah dengan
dibutuhkan yang semuanya akan bermuara
memanfaatkan foto udara maupun citra
kepada biaya yang diperlukan. Dari komposisi
satelit. Teknik yang mungkin dilakukan adalah
areal berdasarkan kelas kelerengan dapat juga
dengan diferensiasi warna. Tanaman yang
diestimasi jumlah penyadap yang dibutuhkan
terserang JAP umumnya memperlihatkan
bila tanaman karet yang ditanam sudah
warna daun hijau ke arah kuning dan cokelat,
menghasilkan. Ukuran ancak sadap dalam
sedangkan daun tanaman yang sehat
kaitannya dengan jumlah pohon yang disadap
memperlihatkan warna daun hijau mengkilap.
pada areal yang lebih datar akan lebih banyak
Penapisan JAP dengan menggunakan software
jumlahnya dibandingkan pada areal yang
SIG lebih praktis dan tidak membutuhkan
bergelombang maupun berbukit.
tenaga kerja yang banyak, tetapi kelemahan

40
Aplikasi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG) pada perkebunan karet

Spatial Analsyt

dari metode ini adalah akurasinya yang belum Daftar Pustaka


dapat menyamai metode sensus. Selain itu,
dibutuhkan biaya yang cukup besar untuk Garmin. 2004. Owner's manual GPS MAP 76
pengadaan foto udara dan citra satelit. CS. Garmin International Inc. USA.
Ketersediaan SDM yang kompeten untuk Lillesand, T. M. and R. W. Kiefer. 2000.
menangani SIG di bidang perkebunan juga Remote sensing and image interpretation.
masih sangat terbatas. Tanaman yang John Willey and Son Co, New York.
kekurangan hara (defisiensi) akan Mubekti. 2006. Teknologi informasi terkini
menunjukkan gejala-gejala yang terekspresi dan pemanfaatannya untuk pertanian
pada daun. Setiap jenis hara menunjukkan pengelolaan sumberdaya lahan.
gejala yang berbeda satu sama lain. Teknik Disampaikan dalam Seminar Nasional
yang digunakan dalam penapisan status hara Pemanfaatan Teknologi Informasi untuk
daun sama dengan penapisan yang dilakukan Pe n g e l o l a a n S u m b e r d a y a L a h a n
untuk mengetahui tingkat serangan JAP, Berkelanjutan. Keluarga Mahasiswa Ilmu
dengan parameter warna yang digunakan Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian,
berbeda. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Kesimpulan Nento, M. 2000. Penerapan SIG di PT Caltex
Pacific Indonesia. Abstract Seminar dan
Teknologi penginderaan jauh dan SIG Pameran Perkembangan Internet dan
untuk pengelolaan sumber daya alam dinilai Teknologi Informasi Pekanbaru 24-25 Juni
sangat memungkinkan untuk diaplikasikan 2000. www.unri.ac.id/web-site seminar-
dalam perkebunan karet, antara lain untuk it/abstrak.html
k e p e r l u a n d i g i t a l i s a s i p e t a a n a l o g, Santoso, D., A. Priyono, dan S. Bachri. 2004
menentukan luasan areal hiaten, menentukan Penerapan SIG untuk meningkatkan
tindakan kultur teknis pada berbagai kondisi produktivitas lahan perkebunan. Makalah
topografi dan penapisan sebaran penyakit JAP Pelatihan SIG lingkup LRPI, Bogor 31
dan status hara daun. Agustus-3 September 2004.

41
Warta Perkaretan 2012, 31(1), 35 - 42

Tahrir, R. H, A. S. Dakhpriadi, W. Syafrina, Wahyunto, R. Shofiyati, dan W. Supriana.


dan D. Damrah. 2000. Aplikasi SIG 2004. Peranan teknologi sistem informasi
Kantor Wilayah Departemen geografi dan penginderaan jauh di bidang
Pertambangan dan Energi Propinsi Riau. perkebunan. Makalah Pelatihan SIG
Abstract Seminar dan Pameran lingkup LRPI, Bogor 31 Agustus-3
Perkembangan Internet dan Teknologi September 2004.
Informasi Pekanbaru 24-25 Juni 2000. Wahyunto, 2004. Peluang dan tantangan
w w w. u n r i . a c. i d / we b - s i t e s e m i n a r - aplikasi teknologi geo-informasi di bidang
it/abstrak.html perkebunan. Makalah Pelatihan SIG
Sutanto. 1994. Penginderaan jauh. Gadjah lingkup LRPI, Bogor 31 Agustus-3
Mada University Press, Yogyakarta. September 2004.

42

Anda mungkin juga menyukai