Anda di halaman 1dari 5

TUGAS UAS ETIKA PROFESI

SKANDAL UNIQLO

Nama Anggota
1. Ahmad Fauzan (19420100007)
2. Muhammad Ifan H. (19420100015)
3. Laily Daffa Firjatullah (19420100025)
4. Safira Wahyu Alifia (19420100026)
5. Adibtya August F. (19420100039)
6. Widi Wicaksono (19420100088)

UNIVERSITAS DINAMIKA
SURABAYA
SKANDAL UNIQLO

Akhir akhir ini terjadi pelanggaran etika yang di lakukan oleh perusahaan tersebut
terhadap pekerjanya. Selain pelanggaran yang berpengaruh kepada lingkungan yaitu
pembuangan limbah sisa-sisa produksi yang di buang sembarangan, dan hasil gas pembuangan
yang menyebabkan polusi udara yang menimbulkan bau yang tidak sedap, terjadi pula
pelanggaran-pelanggaran etika yang di lakukan oleh perusahaan seperti pemutusan kontrak
secara sepihak terhadap karyawan dan tidak di bayarkanya gaji karyawan yang sudah menjadi
haknya dalam bekerja.
Hal ini berawal dari beredarnya foto dua penjahit asal Indonesia di media sosial, yakni
Warni Napitupulu dan Tedy Senadi Putra yang menuntut Uniqlo untuk membayar upah mereka.
Brand yang populer dengan gaya busana minimalis ini dituduh tidak membayar upah penjahit di
Indonesia secara layak. Bahkan dalam foto yang beredar di media sosial, Warni Napitupulu dan
Tedy Senadi Putra yang menjadi korban bangkrutnya PT Jaba Garmindo (pemasok garmen
Uniqlo) tengah melakukan aksi protes di depan gerai Uniqlo yang baru saja buka di Kopenhagen,
Denmark pada Jumat. Kabar ini tersiar pula di situs Clean Clothes, sebuah aliansi global yang
memperjuangkan hak pekerja garmen dan sportswear.
Dalam situs mereka, Clean Clothes mengungkapkan bahwa permasalahan dimulai di penghujung
tahun 2014 ketika Uniqlo dan pemborong lainnya menarik pesanan dari pabrik Jaba Garmindo di
Bekasi tanpa peringatan atau penjelasan kepada para ribuan pekerja di sana. Akibat hal tersebut,
beberapa bulan kemudian, tepatnya April 2015, PT Jaba Garmindo jatuh bangkrut dan ribuan
pekerja kehilangan mata pencahariannya. Dalam keterangannya, Clean Clothes juga
mengungkapkan bahwa Uniqlo tak membayar pesangon sebesar UUD 5,5 juta atau setara dengan
Rp 77 miliar.
Terkait tuduhan tersebut, kumparanStyle pun mencoba menghubungi pihak Uniqlo Indonesia
pada Sabtu (6/4). Pihak Uniqlo pun menjawab dengan memberikan keterangan yang diterbitkan
di situs fastretailing.com.
Berdasarkan keterangan yang dikeluarkan Fast Retailing Group, perwakilan Uniqlo di Indonesia,
PT Jaba Garmindo berkali-kali mengalami masalah kualitas dan pengiriman yang tertunda. Dan
pada awal 2014, Uniqlo meminta perusahaan garmen tersebut menyelesaikan masalah yang
dihadapinya.
Tercatat Uniqlo sendiri telah bekerja sama dengan PT Jaba Garmindo sejak Oktober 2012 hingga
Oktober 2014.
Akibat pihak PT Jaba Garmindo yang tidak kunjung membenahi masalah produksinya, pada
Oktober 2014, Fast Retailing sebagai perwakilan Uniqlo di Indonesia pun memutus hubungan
bisnis dengan PT Jaba Garmindo. Fast Retailing juga menyatakan telah menyelesaikan masalah
pembayaran untuk semua pesanan hingga tenggat waktu yang telah disepakati. Selang beberapa
bulan, pada April 2015, PT Jaba Garmindo pun dinyatakan bangkrut. Setelah bangkrut, beberapa
LSM internasional turut melobi Uniqlo agar bersedia memberikan kompensasi finansial kepada
mantan karyawan PT Jaba Garmindo.
Dalam keterangannya, Fast Retailing sebagai perwakilan Uniqlo di Indonesia pun berujar tidak
memiliki kewajiban hukum yang berkaitan dengan hal tersebut, termasuk tanggung jawab untuk
memberikan kompensasi finansial kepada mantan karyawan PT Jaba Garmindo.
Namun pihak Fast Retailing telah melakukan perbincangan dengan para pemangku kepetingan di
industri terkait mengenai metode yang dapat melindungi hak-hak para pekerja industri fashion.
"Setelah itu dari Uniqlo global juga sudah menemui kembali perwakilan dari PT Jaba Garmindo
di akhir tahun lalu," ujar Putri Ening Public Relation Manager Uniqlo Indonesia kepada
kumparanStyle pada Sabtu. Pertemuan yang dilakukan secara face to face tersebut rupanya telah
berlangsung dua kali yakni pada Juli 2017 dan November 2018. Kedua belah pihak, baik Uniqlo
dan perwakilan serikat pekerja PT Jaba Garmindo bertemu di Jakarta di hadapan mediator
independen. Sayangnya, isi kesepakatan pertemuan tersebut tidak bisa dibagikan kepada publik.
Namun, Fast Retailing mengonfirmasi rencananya untuk terus membahas dengan perwakilan
serikat pekerja tentang tawaran untuk membantu memfasilitasi kembali pekerjaan bagi mantan
karyawan PT Jaba Garmindo yang tetap tidak memiliki pekerjaan hingga saat ini.

Menyusul polemik yang menerpa Uniqlo tersebut, para penggemar Uniqlo pun mengungkapkan
kekecewaannya di media sosial. Ya, Uniqlo sendiri merupakan brand fashion asal Jepang yang
terkenal dengan gaya busananya yang minimalis nan effortless. Tak hanya itu, yang
membedakan lini fashion garapan Tadashi Yanai ini dengan brand lainnya adalah didukung
dengan sejumlah teknologi seperti heatteach (menghangatkan tubuh) dan AIRSm (bahan yang
ringan dan sejuk) yang dapat memberikan kenyamanan bagi si pemakai.

ANALISIS KASUS
Dalam kasus skandal Uniqlo tersebut, kami akan membahas teori yang berkaitan dengan kasus
tersebut.
 Kecerdasan moral menurut Michele Borba, Ed. D
Untuk menghindari diri dari suatu kecurangan dalam berbisnis atau yang lain, dan
tidak terjerat suatu kasus yang dialami seperti Uber, maka kita harus memperhatikan
kecerdasan moral. Berikut kecerdasan moral menurut Michele Borba:
 Hati Nurani.
Hati nurani merupakan suara hati yang membantu anak memilih jalan yang benar
daripada jalan yang salah serta tetap dijalur yang bermoral; membuat dirinya
merasa bersalah ketika menyimpang dari jalur yang semestinya. Pada kasus
tersebut sebaiknya dalam hati nurani mereka tidak melakukan hal yang
mengakibatkan merugikan banyak orang. Karena dalam suatu bisnis tindakan
yang seperti ini sangat dilarang keras dan bisa merugikan pegawai (penjahit)
perusahaan.
 Empati.
Empati adalah inti emosi moral yang membantu anak untuk memahami perasaan
orang lain. Kebajikan ini membuat seseorang menjadi peka terhadap keutuhan
dan persaan orang lain, mendorongnya untuk menolong oraang yang kesusahan
atau kesakitan serta menuntutnya untuk memperlakukan orang dengan kasih
sayang. Emosi moral yang kuat mendorong seseorang untuk bertindak benar
sehingga mencegah sesorang untuk melakukan tindakan yang dapat melukai
orang lain. Dilihat dari kasus tersebut, mereka tidak mempunyai rasa empati.
Mengapa demikian? Karena mereka lebih mementingkan diri sendiri daripada
perasaan orang lain. Pada kasus tersebut sudah jelas bahwa perusahaan Uniqlo
tidak membayar upah pegawainya, dan itu sangat melanggar empati dalam
pengusaha yang baik.
 Kontrol Diri.
Kontrol diri akan membantu seseorang untuk menahan dorongan dari dalam
dirinya dan berpikir sebelum bertindak. Orang yang melakukan sesuatu tanpa
berpikir panjang akan menimbulkan akibat yang buruk. Kebajikan ini akan
membuat seseorang menjadi mandiri, karena ia tahu bagaiamana mengendalikan
tindakannya tersebut. Sikap control diri ini juga dapat membangkitkan seseorang
untuk m enyingkirkan keinginan yang memuaskan diri serta merangsang
kesadaran utnuk mementingkan keperluan orang lain juga. Dalam kasus tersebut
sangat jelas bahwa perusahaan Uniqlo tidak membayar pegawainya dan
membiarkan mereka mengerjakan pekerjaan mereka. Mungkin mereka sudah
memutuskan untuk tidak memberi upah pegawainya.
 Rasa Hormat.
Rasa hormat akan mendorong seseorang untuk bersikap baik dan menghormati
orang lain. Pada kasus tersebut sangat terlihat jelas bahwa rasa hormat mereka
terhadap orang lain sudahlah punah. Kebajikan ini mengarahkan seseorang untuk
memperlakukan orang lain sebagaimana ia memperlakukan dirinya sendiri,
sehingga dapat mencegah dirinya sendiri untuk berbuat kasar, tidak adil dan
sikap yang merugikan orang lain. Jika seseorang terbiasa bersikap hormat
terhadap orang lain, maka seseorang tersebut akan memperhatikan hak-hak serta
perasaan orang lain.
 Kebaikan Hati.
Kebaikan hati akan membantu seseorang agar mampu menunjukkan
kepeduliaannya terhadap kesejahteraan dan perasaan orang lain. Kebaikan hati
membuat seseorang lebih banyak memikirkan kebutuhan orang lain, menujukkan
kepeduliannya terhadap sesame, memberikan bantuan serta melindungi mereka
yang kesulitan ataupu kesakitan.
 Toleransi.
Toleransi mampu membuat seseorang untuk lebiih menghargai orang lain.
Menghargai seseorsang tanpa memandang suku, gender, penampilan, budaya,
kepercayaan, kemampuan atau orientasi seksual. Kebajikan ini dapat membuat
seseorang memperlakukan orang lain dengan adil, baik dan penuh pengertian,
menentang kekesaran criminal serta menghargai orang lain berdasarkan karakter
mereka. Dalam kasus tersebut terlihat jelas bahwa sampai saat ini mereka masih
belum bisa menyadari kesalahan dan, akibat apa yang akan terjadi bila mereka
tidak memperlakukan pegawainya dengan baik, dan benar. Kepuasaan dan uang
yang membuat mereka lupa dan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan
keuntungan.

Anda mungkin juga menyukai