Anda di halaman 1dari 19

ETIKA DAN

TANGGUNG JAWAB
SOSIAL BISNIS
INTERNASIONAL

Dosen Pengampu:
Dra. Dwi Windradini BP, M.Si
Halaman 1

KELOMPOK 3 KELAS C1 BISNIS INTERNASIONAL

1. An Nissa Sa'adia I. (210910202016)


2. Aprilia Eka N. (210910202019)
3. Larasati Riyan Radita Asri (210910202056)
4. Febrianti Pribadi (210910202165)
Halaman 2

DEFINISI ETIKA BISNIS

Etika bisnis merupakan sekumpulan aturan


baik tertulis maupun tidak tertulis yang
mencakup penting atau tidaknya kegiatan
yang dilakukan terhadap suatu bisnis (Durin,
2020).
Halaman 3

ETIKA DALAM KONTEKS LINTAS


BUDAYA DAN INTERNASIONAL
Berikut adalah hal-hal yg dicakup dalam sub bab ini :
Bagaimana organisasi memperlakukan
karyawannya
Bagaimana karyawan memperlakukan organisasi
Bagaimana organisasi dan karyawan
memperlakukan agen ekonomi lainnya
Halaman 4

MENGELOLA PERILAKU ETIS


LINTAS PERBATASAN
1 Pedoman etika
Praktik organisasi dan
3 budaya perusahaan.

2 Pelatihan etika
Halaman 5

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DALAM


KONTEKS LINTAS BUDAYA DAN INTERNASIONAL
Secara spesifik, tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-
CSR) adalah serangkaian tanggung jawab yang dilakukan perusahaan untuk
melindungi dan mengangkat masyarakat di mana mereka berfungsi.
CSR adalah triple bottom line, yaitu gagasan bahwa perusahaan harus
memperhatikan dan menyeimbangkan tiga tujuan dalam merumuskan dan
menerapkan strategi dan keputusan mereka diantaranya:

Misi Ekonomi
Keberlangsungan dan Lingkungan Alam
Kesejahteraan Sosial Umum
Halaman 6

MENGELOLA TANGGUNG JAWAB


SOSIAL LINTAS PERBATASAN

Perusahaan umumnya mengadopsi salah satu dari empat


pendekatan dasar terhadap tanggung jawab sosial.

Sikap Untuk Menghalangi

Sikap Defensif

Sikap Akomodatif

Sikap Proktif
Halaman 7

MENGELOLA KEPATUHAN
Kepatuhan Hukum Pemberian Filantropis
01 Kepatuhan hukum (Legal Compliance) 03 Pemberian Filantropis
adalah sejauh mana organisasi (Philanthropic Giving)
mematuhi hukum regional, nasional adalah pemberian dana atau
dan internasional hadiah kepada badan amal
atau program sosial lainnya.
Kepatuhan Etis
02 Kepatuhan Etis (Ethical Compliance)
adalah sejauh mana anggota
mengikuti standar perilaku etis (dan
hukum) dasar.
Halaman 8

DIMENSI INFORMAL DARI


TANGGUNG JAWAB SOSIAL
kepemimpinan dan budaya organisasi dalam praktiknya dapat sangat
berpengaruh dalam mendefinisikan sikap tanggung jawab sosial yang akan
diadopsi organisasi dan anggotanya.

Whistle-Blowing adalah pengungkapan perilaku ilegal atau tidak etis yang


dilakukan oleh karyawan atau bagian lainnya dalam organisasi. cara organisasi
merespon terhadap praktik ini biasanya mengindikasikan sikapnya terhadap
tanggung jawab sosial.
Halaman 9

MENGEVALUASI TANGGUNG
JAWAB SOSIAL
Banyak organisasi memilih untuk melakukan evaluasi formal terhadap efektivitas
usaha tanggung jawab sosial,mereka. Beberapa organisasi, misalnya, secara rutin
melakukan audit sosial perusahaan.

Audit sosial perusahaan (corporate social audit) adalah analisis formal dan
menyeluruh terhadap efekivitas kinerja sosial perusahaan. Audit tersebut biasanya
dilakukan oleh satuan tugas yang terdiri dari para manajer tingkat tinggi dari dalam
perusahaan.

Halaman 9

KESULITAN MENGELOLA CSR


LINTAS PERBATASAN
Tantangan lain yang dihadapi perusahaan dalam menetapkan kebijakan mereka terhadap
CSR adalah bahwa peran perusahaan dalam masyarakat bervariasi di setiap negara.

MNC, yang berdasarkan definisinya beroperasi dalam banyak yurisdiksi politik dan hukum,
secara terus menerus berusaha untuk menemukan keseimbangan yang tepat antara peran
dan perilaku yang diharapkan oleh pemerintah negara asal mereka dan yang diharapkan
oleh semua pemerintah tuan rumah di negara di mana mereka beroperasi. Hal ini
terutama sangat kompleks dalam kasus CSR karena perusahaan memainkan peran yang
berbeda dalam proses politik dari suatu negara tertentu
Halaman 9

KESULITAN MENGELOLA CSR


LINTAS PERBATASAN
Pendekatan Anglo-Saxon
Dalam analisis van Tulder dan van der Zwart, negara-negara Anglo-Saxon
memandang negara, pasar, dan masyarakat sipil sebagai sesuatu yang terpisah,
kompetitif, dan antagonistis. |adi, ketika pemerintah harus mengadakan kontrak
dengan sektor swasta untuk membeli barang atau jasa, kontrak seperti ini harus
dilakukan melalui proses lelang yang terbuka dan kompetitif. Ketika bisnis dan
pemerintah gagal untuk mempertahankan pemisahan yang memadai, orang
Anglo-Saxon menganggap kegagalan itu sebagai korupsi.
Halaman 9

KESULITAN MENGELOLA CSR


LINTAS PERBATASAN
Pendekatan Asia
Hubungan antara ketiga pemain ini berbeda di Asia. Banyak negara Asia-seperti
lepang, Korea, Cina, dan Indonesia-mengandalkan kerja sama yang erat antara
sektor swasta dan pemerintah. Memang, pengaruh ekonomi dari keiretsu di
Jepang dan chaebol di Korea terletak pada kesediaan mereka untuk melakukan
lelang pemerintah, dan sebaliknya. Banyak pemimpin Asia memandang
kooperasi ini sebagai bagian yang harus ada dalam strategi perkembangan
mereka yang berhasil-yang juga disebut sebagai "Cara Asia."
Halaman 9

KESULITAN MENGELOLA CSR LINTAS


PERBATASAN
Pendekatan Eropa Kontinental
Di Uni Eropa-khususnya di negara-negara benua Eropa, seperti Austria, Jerman, Prancis,
dan Belanda-ketiga pemain tersebut mempunyai cara yang jauh lebih kooperatif untuk
bekerja dengan satu sama lain. Di lerman, sebagai contoh, asosiasi pemberi kerja besar
melakukan tawar menawar dengan organisasi palung pekerja di bawah supervisi
pemerintah yang ketat.
Demikian pula, kebijakan codetermination di Jerman memberi pekerja peran yang telah
ditentukan dalam pengelolaan bisnis besar di Jerman. Secara umum, proses kebijakan
publik didasarkan pada penciptaan konsensus di antara ketiga pemain tersebut.
Kooperasi, dan bukan kompetisi, yang merupakan penanda dari pendekatan ini.
Halaman 10

STUDI KASUS PADA SKANDAL PRODUK


INDOMIE
PT Indofood merupakan perusahaan yang telah banyak mengeluarkan produk –
produk makanan salah satunya adalah brand mie instant terkenal indomie.
Terkenalnya produk mie instant ini menyebabkan tidak hanya dikonsumsi warga
Indonesia saja tetapi juga berbagai negara di Afrika, Amerika dan juga beberapa
negara di Asia. Beberapa tahun yang lalu brand dari mie instant ini terkena skandal
akibat diduga mengandung bahan berbahaya yang mengancam kesehatan konsumen.
Diketahuinya adanya kandungan zat berbahaya, yakni nipagin yang merupakan zat
yang biasanya digunakan dalam kandungan kosmetik tersebut menyebabkan
peredaran brand indomie pada beberapa negara yaitu di Taiwan dan Hongkong
dihentikan.
Halaman 10

STUDI KASUS PADA SKANDAL PRODUK


INDOMIE
Setelah dilakukan penyelidikan lebih lanjut, ternyata adanya dugaan kandungan zat berbahaya
disebabkan karena perbedaan standarisasi makanan oleh kedua negara. Peredaran indomie di
Indonesia tetap diperbolehkan karena Indonesia menganut standarisasi BPOM dan CODEX dimana
kedunya memperbolehkan penggunaan nipagin asal tidak melebihi 0,15%. Apabila kasus akan
adanya kandungan zat berbahaya dalam makanan terjadi di Indonesia , kasus seperti ini akan
segera di investigasi karena mengancam keselamatan konsumen sesuai dengan Pasal 5 Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. Tak hanya berdasarkan UU yang ada
di Indonesia saja, perlindungan konsumen juga terkandung dalam Resolusi Perserikatan Bangsa-
Bangsa No.39 atau 248 Tahun 1995 terkait penyalahgunaan kekuasaan ekonomi secara melawan
hukum (illegal abuse of economic power) seperti penipuan konsumen, pencemaran, dan manipulasi
pajak yang termasuk dalam kategori kejahatan.
Halaman 10

STUDI KASUS PADA SKANDAL PRODUK


INDOMIE
Oleh karena itu, dalam bisnis internasional seorang pengusaha, penting untuk memahami dan mengerti
peraturan yang di anut oleh negara tujuan. Hal ini sesuai dengan orientasi pasar global yakni bersifat
geosentris yakni menganggap pasar dunia memiliki persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan,
sehingga memungkinkan terciptanya strategi global yang memanfaatkan kesamaan-kesamaan yang ada
dan menanggapi perbedaan-perbedaan yang ada. Gagalnya memahami standarisasi pasar yang berlaku
dalam suatu negara dapat mengakibatkan terjadinya kesalahpahaman yang dapat merusak citra
perusahaan dimata stakeholder, dimana dalam hal ini yaitu PT. Indomie sedang dipertanyakan kredibelitas
dan keamanan produknya oleh konsumen mancanegara. Dengan demikian, maka diharapkan bagi para
pelaku usaha untuk lebih jeli lagi dalam mengedarkan produknya dalam pasar global. Dalam kasus ini juga
dapat dilihat bahwa etika bisnis merupakan aspek penting untuk merumuskan dan menerapkan prinsip-
prinsip dasar etika dibidang hubungan ekonomi antar manusia yang menyoroti segi-segi moral dalam
hubungan antar berbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan bisnis.
Halaman 11

KESIMPULAN
Dalam menjalankan bisnis internasional harus dibarengi dengan etika
bisnis yang tepat. karena setiap negara memiliki budaya dan aturan yang
berbeda. selain itu, peran tanggung jawab sosial dalam bisnis
internasional sangatlah penting karena hal tersebut merupakan
serangkaian tanggung jawab yang dimiliki organisasi untuk melindungi
dan mengangkat masyarakat dimana mereka berfungsi. Dengan
menjalankan kepentingan terhadap pemangku kepentingan, lingkungan,
dan terhadap kesejahteraan sosial atau ketiganya dapat disebut dengan
triple bottom line.
Halaman 12

THANK YOU!

Anda mungkin juga menyukai